BAB IV ANALISIS PSIKOLOGIS INTERIOR MASJID AGUNG BANTEN DAN MASJID SALMAN 4.1. Warna pada Masjid Agung Banten 4.1.1. Warna pada Lantai Masjid Agung Banten Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Lantai
Lantai Masjid Agung Banten menggunakan marmer yang sesuai dengan keadaan cuaca di Banten yang relatif panas. Marmer mampu mendinginkan ruang yang panas sesuai karakteristiknya yang cepat menghantarkan kalor, berkebalikan dengan kayu yang digunakan di masjid Salman yang lambat dalam mengalirkan kalor, sehingga tetap dingin di waktu panas dan hangat diwaktu udara dingin.
Warna marmer yang digunakan pada masjid agung Banten berwarna putih kecoklatan (krem) dengan serat-serat berwarna krem kearah oranye-emas.
Warna putih melambangkan kesucian, kebersihan, ketepatan, ketidak-bersalahan. Warna ini sesuai dengan fungsi masjid sebagai tempat ibadah yang sakral dan suci.
Secara fisik benda berwarna putih memantulkan hampir seluruh gelombang warna yang kasat mata, sehingga jika terlalu banyak cahaya yang masuk akan menimbulkan efek silau. Warna putih juga merupakan pemantul panas yang baik sehingga jika dipakai sebagai pakaian akan menimbulkan efek dingin. Seseorang yang berada di dalam ruangan yang berwarna putih akan merasa nyaman dan damai, hal ini sesuai dengan karakteristik warna putih.
Warna putih memiliki karakteristik positif, merangsang, cemerlang, ringan, dan sederhana. Putih melambangkan kesucian, polos, jujur, dan murni. Di Cina warna
79
putih melambangkan duka cita. Di barat warna putih dipakai oleh pengantin wanita, sama halnya seperti pada suku Sunda di Jawa Barat. Pada waktu berperang, bendera putih melambangkan penyerahan. Putih juga melambangkan kekuatan maha tinggi, lambing cahaya, kemenangan yang mengalahkan kegelapan. Pada zaman mesir kuno mahkota putih menghiasi kepala Osiris. Pendeta-pendeta zaman Romawi memakai jubah putih pada upacara menyembah dewa Jupiter. Setiap tahun baru para konsul memakai jubah putih menuju ke arah Kapitol dengan mengendarai kuda putih untuk merayakan kemenangan Jupiter, dewa cahaya, dan roh yang mengalahkan kegelapan.
Pada waktu melaksanakan ibadah haji sebagai Rukun Islam kelima, para jemaah memakai pakaian ‘ihram’ berwarna putih. Menurut ilmu tasawuf Islam warna putih (abjadh) dihubungkan dengan jiwa yang tenang atau ‘an-nafs al Mutma’inah’, karena dalam menjalankan perintah Allah manusia harus bebas dari hawa nafsu. Demikian pula dengan pemakaian kain kafan putih bagi jenazah, menurut hadits pemakaian kafan berwarna putih dipandang sebagai warna terbaik dan hukumnya sunnah. Dari kedua hal tersebut dapat dimengerti mengapa Pangeran Diponegoro ketika memimpin perang memakai jubah putih, demikian juga halnya dengan tuanku imam Bonjol beserta pengikutnya. Keduanya dihubungkan dengan mati syahid, karena berjuang di jalan agama.
Warna putih mengimajinasikan kebalikan dari warna hitam, seperti adaya ungkapan ‘hati yang putih’ berarti menandakan bersihnya hati dari segala iri dan dengki. Ada pula yang disebut ‘ilmu putih’, sebagai kebalikan dari ilmu hitam. Bila ilmu hitam dimaksudkan untuk mencelakakan seseorang, maka ilmu putih justru kebalikannya, yaitu untuk menangkal atau membersihkan seseorang dari pengaruh ilmu hitam.
Warna krem yang mengarah ke warna kuning emas yang berwarna cerah, sering dilambangkan dengan kesenangan atau kelincahan. Kuning merupakan lambing intelektual. Di Negara yang bermusim empat, kuning melambangkan musim gugur, karena pada musim itu daun-daun berwarna kuning dan tidak lama kemudian berguguran. Bangsa-bangsa Mongoloid dilambangkan sebagai bangsa berkulit kuning.
Kuning adalah warna paling terang setelah putih, tetapi tidak semurni putih. Kuning memaknakan kemuliaan cinta serta pengertian yang mendalam dalam hubungan antar 80
manusia. Di Cina, warna kuning merupakan lambang kekaisaran sama halnya dengan di Indonesia yang sampai sekarang masih digunakan untuk warna paying kebesaran Sultan Yogyakarta. Walaupun kuning melambangkan keceriaan dan kelincahan, tetapi kuning kurang disukai. Warna kuning bersama jingga merupakan warna yang kurang popular. Warna kuning yang cukup berhasil adalah warna kuning Kodak.
Warna hitam menjadi pilihan sebagai garis shaf pada masjid agung Banten ini, warna hitam dan warna putih menimbulkan kontras yang jelas. Warna hitam melambangkan kegelapan dan ketidakhadiran cahaya. Hitam menandakan kekuatan yang gelap, lambing misteri,warna malam, dan selalu diindikasikan dengan kebalikan dari sifat warna putih atau berlawanan dengan cahaya terang. Sering juga dilambangkan sebagai warna kehancuran atau kekeliruan. Umumnya warna hitam diasosiasikan dengan sifat negatif. Ungkapan-ungkapan seperti kambing hitam, ilmu hitam, daftar hitam, pasar gelap, daerah hitam, adalah tempat menunjukkan sifat-sifat negatif itu.
Warna hitam juga dapat menunjukkan sifat-sifat positif, yaitu menandakan sikap tegas, kukuh, formal, struktur yang kuat.
Penyandingan warna hitam dan warna putih pada masjid ini, bertujuan untuk mempertegas shaf-shaf dalam memperlancar dan menyempurnakan ibadah. Makna simbolis yang muncul dari warna hitam dinetralisir oleh warna putih yang lebih mendominasi.
4.1.2. Warna pada Dinding Masjid Agung Banten Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Dinding
Dinding pada Masjid Agung Banten didominasi oleh warna putih, dengan aksentuasi plint dengan warna yang sama dengan warna lantai (marmer), dan kusen jendela yang
81
menampakkan warna kayu jati yang diekspos. Perbedaan dengan kayu Jati yang digunakan pada masjid Salman adalah kayu tersebut berwarna lebih muda karena karakteristik kayunya. Selain itu tidak digunakan warna tambahan pada finishing kayu tersebut.
Warna putih seperti telah dibahas pada elemen lantai masjid Agung Banten memiliki karakteristik positif, merangsang, cemerlang, ringan, dan sederhana. Putih melambangkan kesucian, polos, jujur, dan murni. Secara keseluruhan masjid Agung Banten memang didominasi oleh warna putih dengan aksentuasi warna kayu dan marmer krem. Walaupun bukan merupakan warna asli masjid Agung Banten jika dilihat dari sudut pandang historis, karakteristik warna ini sesuai dengan fungsi masjid Agung Banten sebagai bangunan yang bersifat sakral.
Warna coklat muda sendiri tetap memiliki kecenderungan ke warna kuning yang memaknakan kemuliaan cinta serta pengertian yang mendalam dalam hubungan antar manusia. Selain juga memaknakan kemuliaan dan kemewahan. Kuning juga merupakan warna kedua yang paling murni setelah putih. Asosiasi warna kuning adalah cerah, bijaksana, terang, bahagia, hangat, pengecut, dan pengkhianatan. Sedangkan
kuning
jingga
berasosiasi
dengan
kebahagiaan,
penghormatan,
kegembiraan, optimisme, dan keterbukaan.
Dahulu warna dinding Masjid agung Banten berwarna kuning yang agaknya masih digunakan sekarang, tetapi kini lebih didominasi oleh warna putih yang menjadikan Masjid ini lebih terang, segar, dan lebih ceria. Warna kuning yang digunakan sebelumnya tidak terlalu terang seperti warna kuning yang ada di pasaran saat ini. Hal ini membuat warna putih lebih cocok untuk bangunan masjid.
82
4.1.3. Warna pada Langit-langit Masjid Agung Banten Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Langit-langit
Langit-langit pada masjid agung Banten masih didominasi oleh warna putih dan aksentuasi coklat. Warna langit-langit ini memang lebih terang daripada warna lantai yang krem. Warna putihnyapun menjadi lebih terang karena adanya cahaya dari kerawang yang masuk. Kesan yang dapat diterima adalah cahaya yang datang dari atas, mengingat cahaya dari pintu dan jendela relatif lebih sedikit. Hal ini memperkuat kesan agung yang ada.
4.1.4. Warna pada Lantai Serambi Masjid Agung Banten Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Lantai Serambi
Warna pada lantai serambi masjid Agung Banten menggunakan marmer putih, selaras dengan ruang shalat utama. Pengaruh warna putih ini sangat dominan sebagai pintu masuk menuju masjid. Masjid Agung Banten sebagai tempat yang sakral dapat tercermin dari pintu masuk ini. Putih sebagai simbol kesucian atau kebersihan sekaligus mengingatkan jemaah bahwa masuk ke masjid harus dalam keadaan bersih (wudhu).
Kolam yang terdapat pada bagian depan serambi, dahulu berperan sebagai tempat berwudhu, tapi kini hanya berperan sebagai elemen estetik masjid, padahal jika
83
dimanfaatkan akan membawa kesan yang lebih mendalam di dalam aspek bersuci ini (wudhu).
4.1.5. Warna pada dinding Serambi Masjid Agung Banten Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Dinding Serambi
Warna pada dinding serambi masjid Agung Banten adalah putih. Kesan yang muncul sangat gamblang memperkuat warna lantai yang tidak terlalu putih. Selain putih warna alami kayu Jati pun muncul dari kusen-kusen yang difinishing clear. Merupakan paduan yang cocok, karena pada dasarnya warna putih adalah warna yang netral sehingga memperjelas warna kayu tersebut. Tiang-tiang berwarna coklat tua menghadirkan variasi terhadap dinding dan lantai yang didominasi putih. Menimbulkan kontras terhadap warna putih sehingga menonjolkan bentuknya. Tiang-tiang ini dilandasi oleh umpak berwarna abu-abu batu yang posisinya agak tinggi. Tiang-tiang ini begitu jelasnya membuatnya menjadi pusat orientasi bagi para jemaah, apalagi berbeda dengan ruang shalat utama yang menghadirkan batasan shaf dengan marmer hitam, Tidak ada batasan Shaf di serambi.
4.1.6. Warna pada Langit-langit Serambi Masjid Agung Banten Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Langit-langit Serambi
84
Warna pada langit-langit masjid agung Banten adalah putih dengan pelipit-pelipit berwarna coklat.
Warna putih ini merupakan warna yang sangat sesuai melekat pada masjid, hal ini didukung oleh fakta bahwa warna putih bukanlah warna yang dapat mengganggu atau terlalu menarik perhatian. Dalam melakukan ibadah shalat memang kita tidak harus betul-betul teralienasi dari dunia luar, tetapi juga sebaiknya tidak banyak gangguan yang hadir. Bahkan kita dianjurkan untuk tidak melakukan shalat di dekat tempat orang yang sedang mengobrol atau tidak membaca Qur’an keras-keras didekat orang yang sedang shalat.
Menurut Data Sampling yang dilakukan di masjid agung Banten pada 11 Maret 2007, memperlihatkan bahwa nuansa warna pada masjid agung Banten secara general menambah kekhusyukkan jemaah yang melakukan ibadah di sana. Secara umum warna yang digunakan pada masjid ini didominasi oleh warna terang seperti putih dan krem dan kontrasnyapun sangat minim taitu earna tiang yang coklat dan kusen yang coklat muda, atau warna penyangga tiang yang abu-abu batu.
Pelipit pada langit-langit dengan ketebalan 5 cm, pelipit atau lis ini membentuk gridgrid pada langit-langit sehingga tidak terlalu tampak polos, walaupun demikian warna putih masih sangat mendominasi.
Warna coklat membuat kesan yang nyaman dan kuat sangat cocok diletakkan pada tiang maupun langit-langit karena membuat jemaah menjadi tenteram karena langitlangit masjid ini disangga oleh kekuatan.
85
4.2. Warna pada Masjid Salman 4.2.1. Warna pada Lantai Masjid Salman Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Lantai
Dari segi warna, kayu memiliki karakteristik warna alami. Warna kayu jati yang digunakan pada masjid Salman lebih ke arah coklat kemerahan, warna ini mempunyai arti simbolis yang dapat dirunut dari warna tanah, kulit, kayu, yang bersifat kuat, comfortable, Reliable. Merupakan warna kemasan makanan yang sukses di Amerika.
Coklat sebenarnya bukan merupakan warna primer maupun sekunder, dan tidak secara spesifik disebutkan di dalam spectrum warna. Dalam menganalisis warna coklat, dapat ditentukan kecenderungan warna coklat tersebut.
Dalam hal ini coklat kayu beserta finishing di masjid Salman mengarah ke kuning kemerahan. Warna Oranye ini diasosiasikan dengan kehangatan, keseimbangan dan energi.
Warna kuning adalah kumpulan dua fenomena penting dalam kehidupan manusia, yaitu kehidupan yang diberikan oleh matahri di angkasa dan emas sebagai kekayaan bumi. Kuning adalah warna cerah, Karena itu sering dilambangkan sebagai kesenangan atau kelincahan. Bila merah dan biru melambangkan jantung dan roh, maka kuning adalah lambang intelektual. Di negara yang bermusim empat, kuning melambangkan musim gugur, karena pada musim itu daun-daun berwarna kuning dan tidak lama kemudian berguguran. Bangsa-bangsa Mongoloid dilambangkan sebagai bangsa berkulit kuning.
86
Simbolisme natural, bumi, dan kealamian, warna coklat kayu memberikan kesan hangat, dan menunjukkan karakter serat kayu Jati yang indah, ini membuat pengguna ingat akan penciptanya. Warna Coklat jika dikaitkan dengan kepribadian orang yang menyukainya, berasosiasi dengan hangat, tenang, alami, bersahabat, kebersamaan, tenang, sentosa, rendah hati.
4.2.2. Warna pada Dinding Masjid Salman Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Dinding
Dinding pada masjid Salman berwarna putih krem dengan aksentuasi warna hitam dan warna kayu seperti pada lantai. Warna hitam mengimbangi warna putih yang kontras dengannya, hal ini menimbulkan keserasian selain mempertegas bentuk dan orientasi. Warna warna inipun mempertegas kehadiran warna lainnya, sehingga sering dijadikan background color untuk etalase.
Secara psikologis stimulus yang diberikan oleh warna saling menguatkan efek dominan yang ada, oleh karena fungsi masjid sudah jelas sebagai tempat beribadah dan penuh kebaikan, maka kesan yang muncul dari warna hitam adalah kuat dan resmi.
4.2.3. Warna pada Langit-langit Masjid Salman Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Langit-langit
87
Warna langit-langit Masjid Salman didominasi warna coklat hardboard yang dipadukan dengan kayu Jati. Warna ini masih senada dengan warna-warna pada lantai dan dindingnya.
Secara keseluruhan, warna coklat membuat interior masjid Salman ini lebih gelap daripada misalnya menggunakan warna putih. Cahaya yang masuk dari pertemuan dinding atas dengan langit-langit, memberikan kesan terang pada warna coklat langitlangit daripada sekitarnya. Hal ini hampir serupa dengan yang terjadi pada masjid Agung Banten, menimbulkan suasana yang agung.
4.2.4. Warna pada Lantai Serambi Masjid Salman Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Lantai Serambi
Lantai pada serambi masjid Salman merupakan Teraso berwarna hitam keabu-abuan yang dipisahkan satu sama lainnya oleh cat putih berukuran lebar 5 cm. Penggunaan warna hitam ini menyebabkan secara keseluruhan masjid salman ini terlalu berkesan terlalu redup apalagi sebagian besar lantai, dinding dan langit-langit masjid ini menggunakan warna coklat yang tua. Padahal warna-warna tua membuat kesan kesedihan dan misteri. Menurut Data Sampling pada masjid Salman ini responden secara umum berpendapat bahwa warna yang digunakan pada masjid Salman ini tidak mengesankan keagungan tetapi lebih ke arah warna tradisional dan modern (hitam). Pengaruh warna hitam ini tidak terlalu mengganggu pelaksanaan ibadah karena cenderung menutupi warna-warna lain dan tidak terlalu muncul atau ekspresif.
Serambi yang langsung bertemu dengan area terbuka pada siang hari menjadi terang warna hitam meredam pantulan sinar matahari, jikalau warna terang yang
88
mendominasi lantai serambi masjid ini suasana akan menjadi lebih terang di dalam masjid maupun di serambi ini.
4.2.5. Warna pada Dinding Serambi Masjid Salman Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Dinding Serambi
Dinding serambi didominasi oleh kayu Jati yang berwarna coklat tua, diantaranya terdapat tiang-tiang berwarna hitam. Pada bagian barat terdapat dinding yang melengkung berwarna putih pudar. Warna-warna ini melengkapi susana masjid yang cenderung gelap, sehingga cocok untuk menimbulkan suasana yang syahdu, walaupun sebenarnya warna-warna yang cenderung gelap ini banyak digunakan di tempat peribadatan lainnya seperti gereja, pura, dan masih banyak lagi tetapi jika merunut pada Arsitektur Islam seperti yang disampaikan Abdul Jabbar Beg, masjid seharusnya menggunakan
warna-warna
yang
terang
sehingga
dapat
membuat
jemaah
mendapatkan suatu energi baru. Dinding yang berwarna gelap secara langsung akan mengurangi pantulan cahaya dari lampu maupun sumber cahaya alami, sehingga cahaya yang dominan menerangi jemaah adalah cahaya langsung dari luar, hal ini membuat suasana menjadi silau di dalam masjid mauypun serambi apalagi pada siang hari yang terik.
4.2.6. Warna pada langit-langit Serambi Masjid Salman Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Langit-langit Serambi
89
Masih sama seperti dinding serambi, langit-langit serambi secara keseluruhan memakai kayu Jati yang berwarna Coklat tua. Pada malam hari cahaya lampu yang memantul dari langit-langit berwarna gelap ini agak kurang dalam mendukung aktifitas yang dilakukan oleh jemaah di serambi, khususnya untuk membaca. Pada siang hari langit-langit ini menerima pantulan cahaya dari kerawang dan lampu dimatikan.
Kerawang berwarna merah tua secara efektif mengurangi sinar matahari yang masuk kedalam ruang utama masjid. Warna merah ini berkorelasi dengan warna merah hati yang mengesankan suasana cinta dan keeleganan bila disandingkan dengan warna emas, tetapi pada konteks ini warna tersebut masih menyatu dengan konsep warna secara general yang agak kurang didalam kontras. Kurangnya kontras membuat objek menjadi kurang menarik. Hal ini membuat suasana menjadi biasa-biasa saja sehingga tidak mempengaruhi kondisi jemaah yang sedang melaksanakan ibadah. Hal inipun secara gamblang terekam di dalam Data Sampling yang dilakukan di masjid Salman yang sebagian besar menyatakan bahwa warna pada masjid Salman kurang berpengaruh pada ibadah mereka tetapi tidak sampai ke taraf mengganggu.
4.3. Bentuk pada Masjid Agung Banten 4.3.1. Bentuk Ruang Utama Masjid Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Bentuk Ruang Utama
Ruang utama masjid Agung Banten berbentuk asimetris, hal ini dikarenakan sebagian ruang utama masjid digunakan sebagai ruang makam dan pawestren. Mihrab yang sebenarnya berada di tengah-tengah masjid menjadi terletak di sebelah kiri masjid. Dampak posisi Mihrab yang ada di sebelah kiri, agak ternetralisir oleh mimbar yang berada di sebelah kanan mihrab walaupun tidak tepat berada di tengah, sudah sedikit menetralisir bentuk denah ruang utama yang asimetris.
90
Pengaruh ke asimetrisan ini pada jemaah, mengesankan masjid ini tidak terlalu kaku, dan formal dengan perletakan yang serba simetris. Hal ini bahkan memberikan aura baru pada masjid ini.
Garis-garis pada ruang utama didominasi oleh garis-garis lurus dan tiang-tiang vertikal dan kemiringan atap, membuat perhatian jemaah terfokuskan ke atas bangunan. Hal ini membuat jemaah merasakan sesuatu yang agung. Setidaknya ini yang tergambarkan dari hasi Data Sampling. Garis kedua yang mendominasi adalah garis lengkung yang terdapat pada pintu masuk, dan pada umpak-umpak yang terdapat di bagian bawah tiang, lainya bentuk garis lengkung dan luncur juga terdapat pada bagian mimbar masjid yang bergaya tandu Cina. Garis-garis ini menjadi aksen dari garis-garis lurus yang terdapat pada masjid ini. Garis ini meinimbulkan kesan dinamis, dan memberikan kenyamanan pada jemaah.
Lebih jauh lagi dilihat dari segi ketebalan garis, garis-garis lurus cukup tebal terutama pada tiang dan grid-grid menjadikannya lebih mendominasi. Ketebalan garis ini memberi kesan pada jemaah akan kekuatan bangunan dalam menopang bagian atas bangunan, semakin ke atas garis-garis ini semakin mengecil, membeikan rasa aman yang diperlukan oleh jemaah dalam melaksanakan ibadah.
Kehadiran bentuk mimbar yang lebih rumit dibandingkan dengan bentuk-bentuk yang ada di sekitarnya membuat fokus perhatian jemaah tertarik kepada mimbar, apalagi mimbar ini berada agak ketengah bangunan sehingga menambahnya menjadi objek yang paling menarik di dalam bangunan utama masjid ini.
Bentuk armatur lampu gaya Cina yang terdapat pada rantai yang menggantung dari ceiling bangunan menambahkan kesan yang mengimbangi garis-garis yang lurus pada masjid ini. Kesan akhir yang diperoleh adalah kesan harmonis bangunan yang nyaman dan memberi ketenteraman.
91
4.3.2. Bentuk Serambi Masjid Agung Banten Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Bentuk Serambi
Serambi masjid agung Banten sebelah timur berbentuk memanjang dari utara ke selatan dengan bentuk-bentuk yang masih sesuai dengan bagian dalam masjid, yang membedakan adalah bentuk umpak yang terlebih dahulu ditopang oleh tembok dengan pelipit-pelipit segi delapan yang berupa garis lengkung dan garis lurus. Secara garis besar efek yang ditimbulkan masih sama dengan yang ada pada bagian dalam masjid.
Bangunan serambi ini merupakan transisi menuju ke dalam bangunan, bertemu langsung dengan dinding bagian timur masjid yang padanya terdapat pintu-pintu yang bentuknya kecil dan bagian atasnya berbentuk setengah lingkaran. Hal ini membuat jemaah seakan-akan otomatis merunduk saat memasuki masjid ini, tapi tetap merasa nyaman tidak merasa terpaksa, efek dari bentuk setengah lingkaran. Kesan yang akan dirasakan oleh jemaah adalah kerendahan untuk kemudian bertemu dengan sosok masjid yang agung.
4.3.3. Bentuk Ceiling Atap Masjid Agung Banten Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Bentuk Langit-langit
92
Bentuk Ceiling masjid ini adalah prisma yang semakin mengerucut ke atas, menimbulkan kesan yang tinggi secara berjenjang. Hal ini mengakibatkan efek rendah berlanjut dari mulai pintu masuk sampai di dalam ruang utama masjid ini.
Di antara atap-atap tumpang yang berjumlah lima pada masjid ini terdapat ventilasi cahaya yang memasukkan cahaya alami kedalam masjid menambah kesan masjid yang tinggi dan agung.
4.3.4. Bentuk Mihrab Masjid Agung Banten Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Bentuk Mihrab
Mihrab pada masjid ini berbentuk ruang yang kecil menjorok ke depan berbentuk seperti pintu masuk utama yang kecil dan sempit. Hal ini mengakibatkan imam betulbetul merasa rendah di dalam masjid ini. Sesuatu yang rasanya hanya dapat kita saksikan di masjid agung Banten ini.
Bentuk mihrab ini sangat sesuai dengan prinsip semakin berisi maka semakin merunduk, posisi imam memang sepatutnya diisi oleh orang yang hapalan Qurannya paling banyak dan paling baik pemahamannya terhadap Qur’an. Hal ini tidak boleh membuatnya menjadi tinggi hati.
93
4.3.5. Bentuk Mimbar Masjid Agung Banten Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Bentuk Mimbar
Mimbar masjid Agung Banten merupakan bukti perpaduan arsitektur tradisional Indonesia dengan seni bangunan Cina. Mimbar ini menampakkan idiom tandu Cina yang eksotis dan sangat dinamis, dengan atapnya yang melenkung ke atas yang memberikan efek agung yang lebih.
Kehadiran bentuk mimbar yang lebih rumit dibandingkan dengan bentuk-bentuk yang ada di sekitarnya membuat fokus perhatian jemaah tertarik kepada mimbar, apalagi mimbar ini berada agak ketengah bangunan sehingga menambahnya menjadi objek yang paling menarik di dalam bangunan utama masjid ini.
4.4. Bentuk pada Masjid Salman
4.4.1. Bentuk Ruang Utama Masjid Salman Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Bentuk Ruang Utama
Masjid Salman tidak banyak menggunakan garis-garis yang rumit, gars-garisnya sangat simpel, hal ini karena pada dasarnya masjid Salman didirikan dengan langgam modern terutama dipengaruhi oleh Bauhaus.
94
Bentuk bangunan yang menganut langgam ini berkonsep ‘less is more’, yang di kemudian hari banyak diprotes karena kurang ekspressif. Secara jelas nampak bentuk dasar masjid Salman yang berbentuk kubus. Kubus juga merupakan bentuk yang mendasari Kabah, yang oleh umat islam dipercaya telah dibina semenjak zaman nabi Ibrahim alaihi salam. Kubus juga mendasari bangunan-bangunan di timur tengah lainnya, hal ini kemungkinan besar didasari bentuk batu yang menjadi bata pembangunnya. Batu tersebut akan lebih mudah disusun jika berbentuk kotak daripada misalnya bulat.
Jika kita melihat ke arah langit-langit kita akan melihat grid-grid berbentuk persegi, dan di dalamnya terdapat empat buah segitiga yang dibagian tengahnya muncul armatur lampu. Secara bentuk jelas masjid Salman lebih kaku daripada masjid banten, satu-satunya garis lengkung yang ada pada interior masjid ini adalah pada dinding barat dimana ujung-ujung pertemuan antara tembok dibuat melengkung, selebihnya adalah garis-garis lurus.
Kekakuan dan keformalan bentuk masjid salman agak terobati dengan pemilihan material alami yang membuat suasana lebih santai dan nyaman.
Di atas ruang mihrab terdapat kubus berukuran besar yang ditutupi oleh kain berwarna hitam, mirip sekali dengan Ka’bah. Mengingatkan jemaah akan arah kiblat shalat. Kubus ini memberi kesan manusiawi, karena pada dasarnya tidak ada bentuk kubus di alam jika tidak dibuat oleh manusia. Dengan bentuk kotak manusia dengan mudah menemukan orientasi serta simetri, merupakan tonggak akan kehadiran manusia. Dengan kodratnya, manusia lebih mudah memindahkan atau memasukkan sesuatu kedalam kotak daripada misalnya bola sebagai tempat menyimpan (koper atau rumah).
Otak kiri manusia yang lebih rasional, memang lebih cocok untuk mengerjakan halhal yang bersifat formal dan kaku, daripada otak kanan yang merespon hal-hal yang bersifat halus dan kreatif. Pada awalnya manusia membangun sesuatu karena kebutuhannya akan tempat tinggal, ini membuat manusia berfikir dengan rasionya yang lebih banyak melibatkan otak kiri.
95
Masjid Salman ini dibangun dengan gayanya yang formal merupakan suatu hal yang cocok dengan lingkungannya berada yaitu di lingkungan akademik, dimana kemampuan rasional sangat mendominasi. Tapi tidak serta merta melahirkan gaya bangunan yang sangat kaku, masjid Salman memiliki lekukan-lekukan yang melengkapi kemanusiawian bangunan tersebut.
Masjid Salman merupakan masjid yang minim tiang pada ruang utamanya, hal ini memberikan kesan yang benar-benar lapang. Walau kadang muncul rasa khawatir apalagi di tengah-tengah ruangan, khawatir atap masjid akan jatuh. Tiang di sisi bangunan dicat hitam yang memberi kesan kuat. Warna yang redup juga membantu menciptakan suasana bangunan yang kuat sehingga rasa khawatir ini menjadi minimal.
4.4.2. Bentuk Serambi Masjid Salman Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Bentuk Serambi
Masjid Salman memiliki serambi yang unik, Terbuka dan rendah di bagian timur dan tinggi dan semi-terbuka di bagian Selatan dan Utara. Secara bentuk serambi ini masih tetap dengan gayanya yang kubistis.
Pada bagian timur kesan terbuka sangat tampak karena tidak adanya dinding yang membatasinya dengan lingkungan luar, sebagai gantinya terdapat tangga menurun yang menjembataninya dengan bagian luar bangunan. Secara visual serambi ini bagaikan lorong yang terbuka di salah satu sisinya, rasa kontras benar-benar terasa jika kita memasuki masjid dari timur bangunan ini kesan kontras tersebut merupakan kontras antara suasana luar yang lapang dengan suasana serambi yang rendah.
96
Pada serambi bagian selatan dan utara terdapat lorong yang tinggi dengan koneksi pintu masjid yang besar di sisi-sisinya selain tembok pemisah dan kerawang yang menyisakan ruang pandang keluar setinggi 2 meter. Cukup lapang dan keterbukaan yeng terasa.
4.4.3. Bentuk Ceiling Atap Masjid Salman Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Bentuk Langit-langit
Ceiling masjid Salman datar dengan ornamen garis yang simetris, dari ornamen tersebut muncul armatur-armatur lampu yang menjadi sumber cahaya. Letaknya cukup tinggi sehingga kesan agung dan besar masih terasa, apalagi setelah melewati pintu yang relatif rendah.
Menurut data sampling yang dilakukan, bentuk masjid ini memang unik tapi tidak begitu mempengaruhi jemaah saat melaksanakan ibadah. Kesederhanaan bentuk memang menjadi unik, manakala masjid-masjid sebelumnya dibangun dengan begitu indah dengan gaya tradisional maupun asing. Kesan masjid Salman memang sederhana sehingga masih dapat memberi kenyamanan bagi jemaahnya.
4.4.4. Bentuk Mihrab Masjid Salman Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Bentuk Mihrab
97
Ruang mihrab masjid ini berbentuk kubus dengan sudut bagian belakan yang tidak tajam dan permukaan dinding yang kasar. Ketinggian ceiling pada mihrab tidak begitu tinggi. Terdapat pintu di bagian kanan dinding yang menyambungkannya dengan ruang sound. Tetapi dari ruang uama masjid pintu ini tidak terlihat.
Kesan yang terasa dari bentuk mihrab ini adalah kesan sempit jika dibandingkan dengan ruang utama. Terdapat juga kesan sederhana, fokus jemaah dipancing dengan pemakaian warna dan pencahayaan.
4.4.5. Bentuk Mimbar Masjid Salman Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Bentuk Mimbar
Mimbar masjid Salman sangat sederhana dengan bahan dari kayu jati sesuai dengan suasana keseluruhan masjid. Bentuk mimbar hanya berupa podium dengan meja kecil untuk menaruh buku, mirip dengan podium untuk pidato kenegaraan, di sebelahnya terdapat kursi kecil untuk duduk saat peralihan khutbah.
Kesederhanaan ini membuatnya menjadi tidak begitu menarik, kesan sederhana ini sangat mendominasi selain kesan fungsional dan praktis.
4.5. Material pada Masjid Agung Banten Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Lantai
98
Dinding
Langit-langit
Lantai serambi
Dinding serambi
Langit-langit serambi
99
Mimbar
Mihrab
Pada dasarnya di masjid agung Banten terdapat empat elemen material interior utama yaitu Marmer, Kayu, Plaster, dan Batu.
Material marmer merupakan salah satu batuan yang indah dengan serat-serat alaminya, marmer yang sedikit banyak sama dengan batu memiliki karakteristi keras, dan cepat menerima dan melepaskan panas, jika ditaruh didalam ruangan marmer akan bersifat dingin. Cuaca daerah Banten yang panas memang cocok bagi marmer sehingga jemaah akan merasa nyaman pada cuaca yang terik sekalipun. Di malam haripun udara masih terasa hangat karena lokasi Banten Lama hanya berjarak 100 meter dari pantai.
Lapisan paling atas marmer biasanya sudah dihaluskan sehingga berkesan licin dan merefleksikan cahaya, bahkan kadang terlihat seperti ada lapisan airnya.
Kesan yang muncul dari penggunaan material ini adalah alami dan elegan, serta akibat yang ditimbulkan adalah rasa nyaman dan dingin.
Material Kayu bersifat menyimpan panas sehingga akan selalu hangat bila diletakkan di dalam ruangan. Kesan yang timbul dari material ini adalah alami dan kekuatan, selain juga ketradisionalan, karena banyak digunakan pada rumah-rumah tradisional.
100
Material batu merupakan material yang cukup tua yang pernah digunakan manusia, material ini sudah teruji waktu sangat kuat dan tahan lama. Kesan yang dimunculkan material ini adalah kesan tua, tradisional, alami, kuat dan kasar.
Plaster merupakan finishing terhadap tembok bata maupun batako atau batu, plaster bisa membentuk dinding yang rata maupun dinding yang kasar tergantung teknik yang digunakan, biasanya setelah diplaster dinding akan diplamir dan dicat agar lebih rapi. Jika menggunakan finishing kasar seperti pada mihrab masjid Salman, plaster dapat langsung dicat tapi pengecatan sebaiknya dilakukan dengan cat yang mengandung lateks agar tidak boros dalam penggunaannya. Kesan yang dihasilkan oleh plaster adalah rapih, dan sederhana.
4.6 Material pada Masjid Salman Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Lantai
Dinding
Langit-langit
101
Lantai serambi
Dinding serambi
Langit-langit serambi
Mimbar
Mihrab
Pada dasarnya masjid Salman menggunakan material Kayu Jati, Terasso, dan Plaster untuk interiornya.
102
Material kayu Jati terkenal akan keindahan dan kemewahannya serat-seratnya sangat kuat dan berwarna ketuaan. Seperti telah disebutkan material Kayu bersifat menyimpan panas sehingga akan selalu hangat bila diletakkan di dalam ruangan. Kesan yang timbul dari material ini adalah alami dan kekuatan, selain juga ketradisionalan, karena banyak digunakan pada rumah-rumah tradisional.
Material terasso merupakan pecahan-pecahan batuan yang disatukan dengan teknik tertentu, lapisannya bisa dibuat mengkilap seperti marmer tetapi keindahannya kurang jika dibandingkan granit atau marmer. Sebagai batuan terasso memiliki karakteristi keras, dan cepat menerima dan melepaskan panas, jika ditaruh didalam ruangan terasso akan bersifat dingin. Cuaca bandung yang dingin memang kurang cocok untuk digunakannya terasso, tetapi karena diletakkan di bagian yang agak luar hal ini menjadi sah-sah saja.
Plaster merupakan finishing terhadap tembok bata maupun batako atau batu, plaster bisa membentuk dinding yang rata maupun dinding yang kasar tergantung teknik yang digunakan, biasanya setelah diplaster dinding akan diplamir dan dicat agar lebih rapi. Jika menggunakan finishing kasar seperti pada mihrab masjid Salman, plaster dapat langsung dicat tapi pengecatan sebaiknya dilakukan dengan cat yang mengandung lateks agar tidak boros dalam penggunaannya. Kesan yang dihasilkan oleh plaster adalah rapih, dan sederhana.
4.7 Pencahayaan pada masjid Agung Banten 4.7.1. Pencahayaan pada Ruang Utama Masjid Agung Banten Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Pencahayaan Ruang Utama
Pada ruang utama masjid ini cahaya pada siang hari berasal dari bukaan ventilasi dan cahaya yang terdapat pada bagian tengah langit-langit, dan dari jendela dan pintu.
103
Secara dominan cahaya masuk melalui bukaan ventilasi yang berada di langit-langit tersebut. Oleh karena hal tersebut, cahaya pada siang hari terfokuskan di bagian tengah ruangan. Cahaya secara jelas datang dari bagian atas masjid sehingga menimbulkan efek yang mengesankan dan agung. Efek cahaya sangat terang pada bagian tengah ruangan tetapi memudar semakin jauh dari tengah.
Cahaya alami yang digunakan pada masjid agung Banten ini didukung juga oleh pemilihan warna dan material yang tepat sehingga cahaya yang masuk mencukupi proses maupun kegiatan beribadah yang berlangsung di dalam ruang utama masjid.
Menurut Data Sampling sebagian besar jemaah menyatakan bahwa pencahayaan yang terdapat pada masjid agung Banten terkesan agung dan efek yang terjadi adalah para jemaah merasa lebih khusyuk saat beribadah di masjid agung Banten ini.
Pada malam hari terdapat lampu gantung besar di tengah ruangan dan juga beberapa lampu gantung yang lebih kecil di sekelilingnya, untuk sumber cahayanya menggunakan lampu pijar yang secara kualitas pencahayaan lebih baik daripada lampu fluorescent, tetapi tidak begitu efisien secara penggunaan energi listrik. Pencahayaan dengan lampu pijar membuat suasana dalam ruangan menjadi hangat dan agung.
4.7.2 Pencahayaan pada Mihrab Masjid Agung Banten Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Pencahayaan Mihrab
Mihrtab pada masjid ini tidak memiliki sumber cahaya ataupun ventilasi sehingga jalan cahaya satu-satunya adalah dari pintu mihrab itu sendiri, hal ini membuat mihrab kurang memiliki pengaruh pada jemaah yang sedang melakukan shalat berjamaah. Kemungkinan hal ini dikarenakan adanya Mimbar yang berada satu shaf di belakang 104
mihrab, sehingga mihrab tidak perlu terlalu mencolok karena jemaah shalat berjamaah tidak perlu melihat secara langsung imam tetapi yang penting suaranya terdengar oleh paling tidak jemaah disekitarnya. Mimbar menjadi lebih penting karena melalui mimbar inilah khatib menyampaikan khutbahnya.
4.7.3 Pencahayaan pada Serambi Masjid Agung Banten Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Pencahayaan Serambi
Pada serambi masjid di siang hari cahaya masuk melalui bukaan di sebelah timur, utara dan selatan masjid. Bukaan ini merupakan bukaan langsung ke lingkungan sekitar masjid yang tidak berdinding, hanya dipagari oleh pagar yang terbuat dari teralis besi dan kayu. Pencahayaan di serambi sangat terang karena secara umum serambi masjid agung banten menggunakan warna-warna yang cerah seperti putih dan krem muda untuk lantai dan langit-langitnya. Dinding di bagian luar masjid agung Banten inipun menggunakan warna putih sehingga menjadikan serambi sangat terang tetapi teduh. Hal ini mengakibatkan perbedaan cahaya antara di luar dan di dalam tidak terlalu kontras sehingga tidak menyebabkan silau.
Pada malam hari terdapat tiga lampu gantung di serambi masjid ini. Sumber cahaya menggunakan lampu pijar sehingga tampak alami. Kesan masjid ini sebagai masjid tua pun menjadi ikut terpelihara. Pencahayaan pada malam hari memang tidak seterang di dalam ruang utama sehingga lebih berkesan redup.Kesan yang tercipta adalah klasik dan romantik.
105
4.8. Pencahayaan pada Masjid Salman 4.8.1. Pencahayaan pada Ruang Utama Masjid Salman Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Pencahayaan Ruang Utama
Pada siang hari cahaya masuk melalui bukaan kaca di sekeliling dinding bagian atas ruang utama, selain itu cahaya juga masuk dari pintu dan kaca di bagian timur, utara dan selatan masjid. Walaupun begitu ternyata pencahayaan tersebut masih terlalu redup sehingga beberapa lampu di ruang utama yang menempel di langit-langit harus dinyalakan walaupun pada siang hari sekalipun.
Jemaah masjid Salman sebagian besar menyatakan di dalam Data Sampling bahwa pencahayaan di masjid salman berkesan tradisional walaupun gaya masjid ini sebenarnya modern. Hal ini terjadi kemungkinan besar karena penggunaan pencahayaan alami. Sedangkan untuk pengaruh terhadap kekhusyukkan, pencahayaan masjid ini dinilai biasa saja, tapi banyak juga yang menganggapnya berkesan agung.
Pada dasarnya di malam hari sumber pencahayaan adalah lampu pijar, tetapi belakangan ini ada beberapa yang diganti dengan lampu fluorescent, hal ini lebih karena pertimbangan efisiensi daripada konsep pencahayaan, karena color rendering dari lampu fluorescent berdampak matinya ruang, tidak ada kesan hangat pada ruang.
4.8.2. Pencahayaan pada Serambi Masjid Salman Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Pencahayaan Serambi
106
Pada siang hari pencahayaan di serambi menggunakan pencahayaan alami dari sisi serambi yang terbuka dan berbatasan langsung dengan lingkungan sekitar masjid. Untuk mengurangi intensitas cahaya yang masuk, maka dipasanglah kerawang yang terbuat dari bahan semen cetak. Kerawang ini seperti pernah disebutkan berwarna merah hati, dan berada di bagian atas serambi bagian luar.
Efek yang ditimbulkan dari pemasangan kerawang adalah suasana yang lebih redup dan menimbulkan kontras pencahayaan antara bagian luar serambi dan di dalam serambi itu sendiri. Jika kita melihat kearah luar dari ruang shalat utama maka kadang bila cuaca sedang terik akan terasa silau.
Pada malam hari bagian serambi ini diterangi oleh lampu-lampu yang dipasang pada bagian ceiling serambi dan juga pada dinding bagian bawah kerawang. Armatur lampu yang digunakan pada ceiling serambi berbentuk nirmana, yaitu ketinggian armatur yang berbeda-beda. Hal ini diimbangi dengan penggunaan armatur pada dinding bawah kerawang yang menerapkan fungsi indirect lighting.
4.8.3. Pencahayaan pada Mihrab Masjid Salman Masjid Agung Banten
Masjid Salman
Pencahayaan Mihrab
Pada siang dan malam hari, jika sedang dipergunakan untuk shalat berjamaah atau keperluan membaca Qur’an bagi jemaah yang berada di depan mihrab, empat buah lampu fluorescent pada langit-langit Mihrab hampir selalu dinyalakan. Hal ini karena kurangnya cahaya matahari yang dapat masuk ke arah Mihrab, padahal dinding Mihrab ini sudah dicat putih, tapi memang finishing dari dinding Mihrab ini dibuat kasar, sehingga pantulan cahaya sedikit teredam oleh permukaan dinding ini. Saat lampu Mihrab dinyalakan memang pencahayaan yang ada di Mihrab lebih terang 107
daripada lingkungan sekitarnya. Hal ini dikarenakan perletakkan lampu mihrab yang lebih rendah daripada lampu-lampu lain di ruang utama juga keempat lampu dipasang berdekatan satu sama lain sehingga cahaya lebih terfokus di bagian Mihrab.
Kontras lampu pada bagian Mihrab tersebut mengakibatkan fokus perhatian jemaah terakumulasi pada bagian Mihrab masjid ini. Hal ini sangat cocok karena saat khatib memberikan khutbah suasana sudah mendukung sehingga isi khutbah dapat lebih dipahami dan sampai pada para jemaah masjid ini.
4.8.4. Pencahayaan pada Mezanine Masjid Salman Masjid Salman Pencahayaan Mezanin
Pencahayaan pada ruangan ini sebenarnya sama dengan pencahayaan yang terdapat pada ruang utama masjid. Hal yang membedakan adalah pencahayaan lebih terang kareana posisi lantai lebih tinggi sehingga lebih dekat dengan sumber cahaya.
Ruang Mezanin ini sebenarnya diperuntukkan bagi jemaah putri, tapi dalam kenyataannya kemudian menjadi jarang dipakai. Biasanya ruang mezanin ini digunakan untuk shalat jumat atau untuk diskusi/studi tetapi ruang ini kebanyakan waktu tidak dipergunakan, mungkin karena posisinya yang agak tersembunyi di atas padahal bagian ruang utama masjid masih lapang. Hal ini mengakibatkan lampu yang ada jarang dinyalakan sehingga ruang ini tampak kurang menjadi fokus perhatian jemaah.
108