BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet Pada dasarnya azimut planet adalah busur yang diukur dari titik Utara searah jarum jam sampai pada proyeksi planet pada ufuk. Maka dari itu, dengan mengetahui azimut planet kita bisa menentukan arah mata angin (Utara, Timur, Selatan, Barat) yang sejati, yang arah mata angin itu juga digunakan sebagai acuan dari azimut kiblat.
Gambar 4 : Azimut Benda Langit119 Pada gambar di atas ditunjukkan bahwa azimut adalah sudut yang dibentuk oleh titik utara - observer – azimut (bidang putih), dalam penentuannya,perhitungan azimut planet ini juga menggunakan perhitungan spherical trigonometry. 119
https://en.wikipedia.org/wiki/Azimuth diakses pada tanggal 02 November 2016 pukul 14:29 WIB
51
52
Dari berbagai planet yang ada di tata surya (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus), tidak semuanya dapat dilihat dari Bumi dengan dengan mata telanjang. Merkurius, sebagai planet yang paling dekat dengan Matahari sebenarnya planet ini termasuk Planet yang dapat memantulkan cahaya yang terang, hal ini disebabkan oleh jenis permukaannya, namun karena kedudukannya yang sangat dekat dengan Matahari, sinar/cahaya pada Planet Merkurius terkalahkan oleh cahaya Matahari. Apalagi dengan elongasi maksimal yang hanya sebesar 28o. Dan sesuai posisinya sebagai planet dalam, Merkurius hanya dapat diamati pada saat fajar dan sore hari. Visibilitas elongasi minimum planet adalah 15o120, jika sebuah planet mempunyai elongasi lebih kecil dari 15o, maka dipastikan planet tersebut sulit untuk dilihat. Merkurius termasuk ke dalam planet yang mempunyai kemungkinan terkecil untuk terlihat, karena jika dihitung saja, elongasi maksimalnya adalah 28o sementara elongasi minimal planet untuk dapat terlihat adalah 15o, jadi hanya ada kesempatan renggang elongasi sebesar 13o, yang kira-kira secara kasar jika dilihat pada saat elongasi maksimum tidak lebih dari 1 jam. Venus, merupakan salah satu planet yang dapat dilihat dengan mata telanjang, meskipun Venus termasuk planet dalam, namun elongasi maksimalnya lebih besar dari pada Merkurius yakni sebesar 48o, planet ini juga hanya bisa diamati saat fajar dan sore hari.
120
http://www.nakedeyeplanets.com/movements.htm diakses pada tanggal 03 November 2016, pukul 08:48 WIB
53
Mars, planet ini merupakan planet yang paling mudah diidentifikasi keberadaannya di langit, karena warnanya yang kemerah-merahan, planet ini termasuk planet yang mudah diamati dengan mata telanjang, karena posisinya yang dekat dengan Bumi. Yupiter sebagai planet yang paling besar di sistem tata surya kita, tentunya mudah untuk diamati, meskipun jaraknya yang cukup jauh dengan Matahari, tetapi karena ukurannya yang besar dan jaraknya terhadap Bumi yang masih dekat, keberadaannya di langit masih bisa dibedakan dengan benda langit lainnya. Saturnus, merupakan planet yang indah karena permukaan dan cincin yang melingkari planet ini, namun jika dilihat dengan mata telanjang bentuk planet ini hanya berupa titik kecil saja karena jaraknya yang jauh dari Bumi, tetapi karena ukurannya yang cukup besar yakni 80% dari ukuran Yupiter, dan 9 kali lebih besar dari ukuran Bumi planet ini masih dapat kita lihat. Uranus dan Neptunus, kedua planet ini tidak bisa diamati dengan mata telanjang, meskipun ukurannya yang cukup besar, namun karena jaraknya yang sangat jauh dari Bumi sehingga bentuk di Bumi sangatlah kecil dan hanya bisa dilihat dengan menggunakan teleskop. Kelima planet yang terakhir (Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus) merupakan planet luar, jadi gaya geraknya berbeda dengan Merkurius dan Venus jika dilihat dari Bumi. Merkurius dan Venus hanya dapat dilihat saat fajar dan sore hari karena posisinya yang dekat dengan Matahari dan harus menunggu Matahari berada di bawah ufuk. Berbeda dengan Mars, Yupiter,
54
Saturnus, Uranus dan Neptunus, jika dilihat dari Bumi pergerakan kelima planet ini lebih luas dan lebih lama. Planet luar tersebut mempunyai gaya gerak tersendiri, dikarenakan kala revolusi yang berbeda-beda, hal ini mempengaruhi seberapa besar kemungkinan planet-planet tersebut dapat dilihat dari Bumi. Patokan yang digunakan dalam metode penentuan arah kiblat dengan azimut planet adalah gerak semu harian planet, yang seolah-olah planetplanet tersebutlah yang mengelilingi Bumi. Metode ini diaplikasikan dengan menggunakan data-data planet dan Matahari sebagai berikut : Lintang Tempat, Bujur Tempat, Waktu Bidik, Perata Waktu, Panjatan Tegak Matahari, Panjatan Tegak Planet dan Deklinasi Planet, data-data tersebut (Data Matahari dan Planet) penulis ambil dari salah satu aplikasi falak yaitu aplikasi
Falakiyah
Pesantren.
Selanjutnya
setelah
data
terkumpul,
dimasukkan ke dalam rumus spherical trigonometri dan akan mendapatkan hasil azimut planet. Sebagai contoh jika kita telah mengetahui azimut planet Venus 265o 15’ 45” pada jam 18:45 WIB dan Azimut kiblat 294o 25’ 11”, maka setelah kita membidiki planet tersebut yang mempunyai posisi 265o 15’ 45” pada jam 18 : 45 WIB, maka kita hanya tinggal menarik searah jarum jam dari arah azimut tersebut sebesar beda azimut yakni 294o 25’ 11” - 265o 15’ 45” = 29o 09’ 26”.
55
Ilustrasi praktek sebagai berikut : Gambar 5 : Posisi Azimut Planet Venus
Dari gambar tersebut telah diketahui posisi planet pada jam 18 : 45, yakni berada pada azimut 265o 15’ 45”, yang mana patokan azimut pada utara sejati. Gambar 6 : Azimut Kiblat Suatu Tempat
Gambar tersebut menunjukkan arah kiblat yang telah dihitung pada suatu tempat, dengan nilai 294o 25’ 11”, yang juga berpatokan pada utara sejati. Gambar 7 : Beda Azimut Planet Venus dan Azimut Kiblat
56
Gambar ini penggabungan antara azimut kiblat dan azimut planet yang keduanya mempunyai patokan yang sama, yakni utara sejati,jadi untuk mengetahui arah kiblat tinggal mencari selisih dari kedua azimut itu saja. B. Analisis Akurasi Azimut Planet Sebagai Acuan Penentuan Arah Kiblat Saat ini, metode penentuan arah kiblat yang dianggap paling akurat adalah metode dengan menggunakan acuan Matahari, baik itu dengan menggunakan azimut Matahari maupun Rashdul Kiblat Matahari. Namun Hendro Setyanto menyatakan, bahwa menggunakan pengukuran kiblat dengan acuan azimut planet hasilnya bisa lebih baik dari pada pengukuran dengan menggunakan acuan Matahari, alasan beliau adalah dikarenakan cahaya bidikan planet yang hanya satu titik, berbeda dengan cahaya bidikan Matahari, yang hanya dibidik sinarnya saja, sehingga belum tentu pembidikan Matahari tepat pada titik tengah Matahari itu sendiri. Dalam penelitian kali ini, penulis melakukan 8 kali pengamatan dan pengukuran arah kiblat, 1 kali dengan Matahari dan 7 kali dengan 7 planet yang berbeda, yang kemudian hasilnya dibandingkan antara pengukuran dengan acuan planet dan pengukuran dengan acuan Matahari. Pengukuran
57
kiblat dengan planet ini dilakukan di Perumahan Wahyu Utomo dengan koordinat Lintang 6o 59’ 44,67” LS dan 110o 20’ 30,38” BT. 1.
Pengukuran pertama dengan planet Merkurius Pengukuran kiblat dengan Planet Merkurius dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2016, data-datanya sebagai berikut : Data Merkurius Waktu Bidik Merkurius
12 Oktober 2016 5 : 10
AR 1 Merkurius
187o 52’ 11,00”
AR 2 Merkurius
187o 56’ 06,77”
Deklinasi 1 Merkurius
-01o 21’ 32,69”
Deklinasi 2 Merkurius
-01o 23’ 20,22”
AR Matahari 1
197o 32’ 36,33”
AR Matahari 2
197o 34’ 54,80”
Equation of Time 1
0o 13’ 30”
Equation of Time 2
0o 13’ 30”
Jarak Zenit Merkurius
83o 59’ 33,54”
Azimut Merkurius
90o38’ 30,81”
Azimut Kiblat
294o 31’ 17,03”
Pengukuran dengan planet Merkurius gagal dilakukan, menurut penulis hal ini bukan dikarenakan cuaca, polusi ataupun mendung, karena pada saat pengukuran, cuaca sangat cerah, sehingga bintang-bintang yang lain pun kelihatan. Faktor penyebab tidak terlihatnya Merkurius pada pengamatan ini adalah karena jarak Merkurius yang terlalu dekat dengan Matahari, sehingga sinar Merkurius terkalahkan oleh pembiasan cahaya Matahari. Dan tidak menutup kemungkinan jika dilihat pada lain waktu
58
saat elongasi merkurius maksimal atau mendekati maksimal, merkurius bisa dilihat. 2.
Pengukuran kedua dengan planet Mars Pengukuran kiblat dengan Planet Mars dilakukan pada tanggal 13 Oktober 2016, data-datanya sebagai berikut : Data Mars Waktu Bidik Mars
13 Oktober 2016 20:40 WIB
AR 1 Mars
282o 04’ 54,21”
AR 2 Mars
282o 06’ 48,29”
Deklinasi 1 Mars
-25o 12’ 22,85”
Deklinasi 2 Mars
-25o 12’ 12,00”
AR Matahari 1
199o 02’ 46,26”
AR Matahari 2
199o 05’ 05,24”
Equation of Time 1
0o 13’ 53”
Equation of Time 2
0o 13’ 54”
Jarak Zenit Mars
56o 09’ 41,91”
Azimut Mars
244o 15’ 39,77”
Azimut Kiblat
294o 31’ 17,03”
Beda Azimut
50o 15’ 37,26”
Pengukuran kiblat dengan Menggunakan Mars berhasil dilakukan. Mars sangat mudah diidentifikasi pada pengukuran kali ini, karena memang posisinya yang sangat mendukung, Mars mempunyai ketinggian yang cukup tinggi dan juga karakter permukaan dari planet ini yang spesial berwarna kemerah-merahan.
59
3.
Pengukuran ketiga dengan menggunakan Matahari Pengukuran kiblat dengan Matahari dilakukan pada tanggal 14 Oktober 2016, data-datanya sebagai berikut : Data Matahari
Tanggal 14 Oktober 2016
Waktu Bidik Matahari
08 : 15 WIB
Deklinasi 1 Matahari
-8o 15’ 08,80”
Deklinasi 2 Matahari
-8o 16’ 04,47”
Equation of Time 1
0o 14’ 01”
Equation of Time 2
0o 14’ 02”
Jarak Zenit Matahari
46o 58’ 27,72”
Azimut Matahari
94o 46’ 57,31”
Azimut Kiblat
294o 31’ 17,03”
Beda Azimut
199o 44’ 19,72”
Pengukuran
arah
kiblat
dengan
Matahari
digunakan
untuk
mengetahui akurasi dari pengukuran arah kiblat dengan acuan planet. Berikut ini adalah gambar hasil pengukuran arah kiblat dengan azimut planet Mars dengan azimut Matahari.
60
Gambar 8 : Arah kiblat dengan azimut planet Mars dan Matahari121
4.
Pengukuran keempat dengan planet Venus Pengukuran kiblat dengan Planet Venus dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2016, data-datanya sebagai berikut : Data venus Waktu Bidik Venus
17 : 57 WIB
AR 1 Venus
236o 28’ 38,58”
AR 2 Venus
236o 31’ 46,59”
Deklinasi 1 Venus
-20o 56’ 40,68”
Deklinasi 2 Venus
-20o 57’ 27,81”
AR Matahari 1
202o 39’ 13,30”
AR Matahari 2
202o 41’ 33,66”
Equation of Time 1
0o 14’ 43”
Equation of Time 2
0o 14’ 45”
Jarak Zenit Venus
121
17 Oktober 2016
63o 40’ 35,22”
Azimut Venus
250o 02’ 31,11”
Azimut Kiblat
294o 31’ 17,03”
Foto diambil pada siang hari setelah pengukuran dengan azimut Matahari tanggal 14 Oktober 2016
61
Beda Azimut
44o 28’ 45,92”
Pengukuran dengan planet venus berhasil, planet ini sangat cerah pada saat pengamatan, sehingga pengamat mampu membedakan planet venus dengan benda-benda langit lainnya. Ditambah dengan kondisi langit yang sangat cerah, tanpa adanya gangguan-gangguan seperti cuaca hujan, maupun polusi, baik polusi udara maupun cahaya. Di antara planet-planet yang lain, Venus termasuk ke dalam planet yang paling mudah diamati. Hal ini merupakan keunggulan tersendiri yang dimiliki planet Venus. Gambar 9 : Arah kiblat dengan azimut planet Venus dan Matahari122
122
Foto diambil pada siang hari setelah pengukuran dengan azimut Venus tanggal 18 Oktober 2016
62
5.
Pengukuran kelima dengan planet Saturnus Pengukuran kiblat dengan Planet Saturnus dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2016, data-datanya sebagai berikut : Data Saturnus Waktu Bidik Saturnus
18 Oktober 2016 18 : 50 WIB
AR 1 Saturnus
251o 49’ 41,53”
AR 2 Saturnus
251o 49’ 56,12”
Deklinasi 1 Saturnus
-20o 58’57,21”
Deklinasi 2 Saturnus
-20o 58’ 59,30”
AR Matahari 1
203o 37’ 47,17”
AR Matahari 2
203o 40’ 07,94”
Equation of Time 1
0o 14’ 55”
Equation of Time 2
0o 14 57”
Jarak Zenit Saturnus
62o 42’ 47,96”
Azimut Saturnus
249o 57’ 41,44”
Azimut Kiblat
294o 31’ 17,03”
Beda Azimut
44o 33’ 35,59”
Pengukuran dengan Saturnus pun berhasil dilakukan, meskipun dengan cahaya yang lebih tipis jika dibandingkan dengan planet Venus, namun dengan sedikit bantuan dari aplikasi Stellarium dan Google Sky Map, pengamat berhasil mengidentifikasi planet Saturnus ini.
63
Gambar 10 : Arah kiblat dengan azimut planet Saturnus dan Matahari123
6.
Pengukuran keenam dengan planet Yupiter Pengukuran kiblat dengan Planet Yupiter dilakukan pada tanggal 03 November 2016, data-datanya sebagai berikut : Data Yupiter Waktu Bidik Yupiter
123
3 November 2016 4 : 30
AR 1 Yupiter
191o 05’ 10,50”
AR 2 Yupiter
191o 05’ 38,49”
Deklinasi 1 Yupiter
-03o 32’ 31,00”
Deklinasi 2 Yupiter
-03o 32’ 42,59”
AR Matahari 1
218o 26’ 56,24”
AR Matahari 2
218o 29’ 24,14”
Equation of Time 1
0o 16’ 27”
Equation of Time 2
0o 16’ 27”
Jarak Zenit Yupiter
75o 21’ 27,93”
Azimut Yupiter
91o51’ 03,75”
Azimut Kiblat
294o 31’ 17,03”
Beda Azimut
202o 40’ 13,28”
Foto diambil pada siang hari setelah pengukuran dengan azimut Saturnus tanggal 19 Oktober 2016
64
Pengukuran kiblat dengan planet Yupiter dilakukan pada dini hari sebelum Matahari terbit, meskipun dengan ketinggian Yupiter yang rendah, namun dengan elongasi yang cukup besar planet Yupiter masih bisa terlihat. Pengamatan planet Yupiter juga mempunyai ciri khas tersendiri, karena adanya satelit-satelit Yupiter yang mudah untuk diamati, sehingga pengamat mampu membedakan antara Yupiter dengan benda-benda langit lainnya. Pengamatan Yupiter ini juga didukung dengan kondisi langit yang cerah, tanpa adanya gangguan, baik itu cuaca, maupun polusi (cahaya/udara), mungkin dikarenakan juga oleh suasana pagi hari yang berbeda dengan sore hari.
Gambar 11 : Arah kiblat dengan azimut planet Yupiter dan Matahari124
124
Foto diambil pada siang hari setelah pengukuran dengan azimut Yupiter tanggal 03 November 2016
65
7.
Pengukuran ketujuh dengan planet Uranus Pengukuran kiblat dengan Planet Uranus dilakukan pada tanggal 04 November 2016, data-datanya sebagai berikut : Data Uranus Waktu Bidik Uranus
4 November 2016 19 : 00
AR 1 Uranus
20o 18’ 28,59”
AR 2 Uranus
20o 18’ 28,59”
Deklinasi 1 Uranus
07o 52’ 24,87”
Deklinasi Uranus
2 07o 52’ 24,87”
AR Matahari 1
220o 03’ 19,84”
AR Matahari 2
220o 03’ 19,84”
Equation of Time 1
0o 16’ 25”
Equation of Time 2
0o 16’ 25”
Jarak Zenit Uranus
48o 02’ 03,07”
Azimut Uranus
72o47’ 02,71”
Azimut Kiblat
294o 31’ 17,03”
Beda Azimut
221o 44’ 14,32”
66
Seperti yang dijelaskan pada Bab III, bahwa Uranus tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, begitu juga dengan menggunakan Theodolite yang merupakan teleskop konvensional, planet Uranus pun tidak terlihat. 8.
Pengukuran kedelapan dengan planet Neptunus Pengukuran kiblat dengan Planet Neptunus dilakukan pada tanggal 04 November 2016, data-datanya sebagai berikut : Data Neptunus
Tanggal 4 November 2016
Waktu Bidik Neptunus
23 : 00
AR 1 Neptunus
341o 13’ 09,87”
AR 2 Neptunus
341o 13’ 09,87”
Deklinasi 1 Neptunus
-08o 53’ 07,80”
Deklinasi 2 Neptunus
-08o 53’ 07,80”
AR Matahari 1
220o 13’ 14,84”
AR Matahari 2
220o 13’ 14,84”
Equation of Time 1
0o 16’ 25”
Equation of Time 2
0o 16’ 25”
Jarak Zenit Neptunus
52o 55’ 33,53”
Azimut Neptunus
95o52’ 23,94”
Azimut Kiblat
294o 31’ 17,03”
Beda Azimut
198o 38’ 53,09”
Seperti planet Uranus, Neptunus pun sulit dilihat dengan Theodolite, apalagi tanpa bantuan alat apapun (mata telanjang).
Gambar 12 : Arah kiblat dengan azimut planet Venus, Mars, Yupiter
67
Saturnus dan Matahari125
Di samping 8 penelitian tersebut, penulis telah berulang kali melakukan penelitian, khususnya penelitian dengan menggunakan planet Mars, Venus, Saturnus dan Yupiter, namun dengan kondisi yang sangat sulit, karena terganggu oleh cuaca hujan, mendung dan polusi udara maupun cahaya, penelitian sangat sulit dilakukan. Penulis cukup setuju dengan pendapat AR Sugeng Riyadi, yang menyebutkan bahwa dengan cahaya yang cukup terbatas, dan gangguan-gangguan yang ada seperti yang penulis sebutkan di atas, planet-planet ini sulit untuk diamati. Dari penelitian tersebut, penulis mengambil kesimpulan sementara, bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika akan mengamati planet untuk dijadikan sebagai acuan penentuan arah kiblat.
125
Foto diambil pada siang hari setelah pengukuran dengan azimut Yupiter tanggal 03 November 2016
68
a.
Posisi Planet Posisi planet mutlak mempengaruhi bisa tidaknya planet diamati, karena akan percuma meskipun pada malam hari tetapi posisi planet di bawah ufuk, pasti tidak akan bisa dilihat. Maka dari itu diperlukan perhitungan terbit dan terbenam planet yang nanti akan dibandingkan dan diperhitungkan dengan
terbit dan terbenamnya Matahari. Dari
perhitungan itu akan dapat disimpulkan kemungkinan planet di atas ufuk, serta lama planet tersebut di atas ufuk ketika malam hari. Perhitungan terbit/terbenam planet dapat diperhitungkan, data-data yang diperlukan yaitu: 1.
Tanggal dan Bulan yang akan dicari terbit dan terbenamnya planet
2.
Ascensio Recta Planet (ARp) pukul 00:00 GMT
3.
Deklinasi Planet (δp), pukul 00:00 GMT
4.
Lintang (φ) dan Bujur Tempat (λ) serta Bujur Daerah (BD) Langkah-langkah perhitungan terbit dan terbenam planet adalah
sebagai berikut :126 1.
Cos h
= - Tan φ x Tan δp
2.
t
= h / 15
3.
LSTM (Local Sidereal Time at Midnight). - 21 September
= 0j
- 21 Maret
= 12 j
- 21 Oktober
= 2j
- 21 April
= 14 j
- 21 November
= 4j
- 21 Mei
= 16 j
126 Departement of Physics and Astronomy, “Star Time Example”, pada physics.gmu.edu/~hgeller/astr402/StarTimeExample.ppt diakses pada tanggal 10 November 2016 pukul 10:53 WIB
69
- 21 Desember
= 6j
- 21 Juni
= 18 j
- 21 Januari
= 8j
- 21 Juli
= 20 j
- 21 Februari
= 10 j
- 21 Agustus = 22 j
Untuk menentukan LSTM pada tanggal tertentu harus dilakukan interpolasi data dengan rumus : LSTM
= A-(A-B)xC/I
A
= data pertama
B
= data kedua
C
= jarak tanggal yang mau dicari dari tanggal 21
I
= interval hari dari tanggal 21 Bulan sebelum dan tanggal 21 Bulan sesudah
b.
Elongasi Planet terhadap Matahari Mutoha Arkanuddin menyatakan bahwa cahaya yang dipantulkan oleh Planet sangatlah kecil, maka dari itu perlu diperhatikan pula jarak planet tersebut terhadap Matahari, dan masing-masing planet tentunya mempunyai kurva elongasi minimal tersendiri sehingga planet tersebut dapat dilihat.127 Menurut penulis hal tersebut (elongasi) sangat berpengaruh, terbukti dengan tidak berhasilnya pengamatan ketika menggunakan planet Merkurius, dikarenakan elongasi yang terlalu kecil (± 11o) padahal elongasi minimal untuk keseluruhan planet adalah 15o128, maka dari itu
127 Wawancara via akun facebook Mutoha Arkanuddin pada tanggal 03 November 2016, pukul 19:43 WIB 128 http://www.nakedeyeplanets.com/movements.htm diakses pada tanggal 03 Nopember 2016, pukul 08:48 WIB
70
perlu diperhatikan, khususnya planet yang termasuk ke dalam planet dalam (Merkurius dan Venus) yang orbitnya tidak jauh dari Matahari. Data-data yang diperlukan untuk perhitungan elongasi adalah : -
Apparent longitude planet ( λ( )
-
Apparent latitude planet (β( )
-
Apparent longitude Matahari (λo)
Dan dapat dihasilkan dengan rumus129 : Cos Elongasi = cos β( x cos (λ( - λo) Contoh perhitungan elongasi saat pengamatan merkurius pada tanggal 12 Oktober pukul 05:10 WIB : -
Apparent longitude matahari
= 187o 46’ 34,32”
-
Apparent latitude planet
= 01o 52’ 20,36”
-
Apparent longitude Matahari
= 199o 01’ 06,22”
-
Tinggi Planet
= 6o 00’ 56,46”
Cos Elongasi
= wb β( x cos (λ( - λo) = cos 010 52’20,36 x cos (1870 46’ 34,32” – 1990 01’ 06,22) = 110 23’ 42, 22”
Kelebihan dan Kekurangan Metode Azimut Planet 1.
129
Kelebihan
Jean meeus, Astronomical Algorithms second edition, Virginia : Willmaun Bell. Inc, 1998. Hlm. 225
71
-
Metode azimut planet ini dapat dijadikan sebagai alternatif ketika malam hari dan tidak ada Bulan yang tampak
-
Hasil dari pengukuran arah kiblat dengan menggunakan azimut planet ini sangat akurat dan bisa lebih baik daripada pengukuran dengan menggunakan acuan Matahari, dikarenakan pembidikan dilakukan secara langsung dengan mata, dan objek pembidikan yang hanya berupa satu titik, sehingga pengamat dapat memastikan bahwa titik bidik benar-benar berada di tengah lensa teropong theodolite, hal ini berbeda dengan Matahari, yang pembidikannya hanya menggunakan sinar pancaran, yang bisa jadi titik bidik tidak pas pada titik tengah Matahari.
2.
Kelemahan -
Cahaya planet yang tipis, sehingga lebih mudah terhalang oleh gangguan, baik berupa cuaca, mendung maupun polusi cahaya dan udara.
-
Satu planet tidak setiap saat bisa dijadikan sebagai acuan penentuan arah kiblat, dikarenakan siklus planet dan elongasi planet yang diperlukan untuk dapat memastikan terlihat atau tidaknya suatu planet. Jadi membutuhkan perhitungan yang banyak, seperti terbenam/terbit planet dan Matahari, juga perhitungan elongasi planet terhadap Matahari.