BAB IV ANALISIS KONSEP SABAR DALAM AL QUR’AN SURAT AL BAQARAH AYAT 155 – 156 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM KESEHATAN MENTAL
Pada abad modern ini banyak ditemukan berbagai peralatan canggih yang memberikan kemudahan bagi manusia memenuhi kebutuhannya. Berbagai kesulitan pada zaman dahulu dapat menghambat perhubungan, pada saat ini bukanlah persoalan yang rumit untuk dipecahkan. Namun perkembangan tersebut tidak dapat membawa kebahagiaan bagi manusia, bahkan menyebabkan kehidupan manusia menjadi semakin sukar. Kesukaran materiil berubah menjadi kesukaran moral. Demikian juga halnya dengan jiwa manusia yang membawa beban yang semakin berat sehingga timbul kegelisahan, ketegangan dan keresahan bahkan tekanan perasaan yang mengurangi kebahagiaan. Agama juga mengajarkan agar manusia bersikap sabar dalam kesulitan dan penderitaan dalam kehidupannya. Sabar memegang peranan penting dalam mengendalikan perasaan dan tindakan manusia. Berdasarkan uraian di atas, pada bab IV ini, penulis akan mencoba menganalisis konsep sabar dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 155 – 156 implementasinya dalam kesehatan mental, berdasarkan penjelasaan pada bab-bab sebelumnya. Pada bab analisis ini penulis akan membahas tentang analisis terhadap konsep sabar dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 155 – 156 dan peranan sabar dalam mewujudkan kesehatan mental, yang meliputi : peranan sabar dalam menanggulangi penyakit mental dan standar kesehatan mental hasil bentukan dari sabar. A. Analisis terhadap Konsep Sabar dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah Ayat 155 – 156. Sabar adalah suatu bagian dari akhlak utama yang dibutuhkan seorang muslim dalam masalah dunia dan agama. Ia harus mendasarkan segala amal dan
cita-citanya kepadanya. Sebagai muslim wajib meneguhkan hatinya dalam menanggung segala ujian dan penderitaan dengan tenang. Demikian juga dalam menunggu hasil pekerjaan, bagaimana jauhnya, memikul beban hidup harus dengan hati yang yakin, tidak ragu sedikitpun, dihadapi dengan ketabahan dan sabar serta tawakal. Oleh karena itu hendaklah manusia senantiasa ingat kepada Allah SWT, ingat akan kekuasaan dan kehendak-Nya yang tidak ada seorangpun dan apapun yang dapat menghalangi-Nya, bahkan segala sesuatu yang terjadi di dunia ini baik yang dianggap oleh manusia sebagai musibah dan bencana yang merugikan, maupun yang dirasakan sebagai rahmat dan nikmat yang menggembirakan, maka itu semua adalah dari Allah SWT dan bukan kemauan manusia semata. Di dalam surat Al Baqarah ayat 155 – 156 ini, dikhususkan pembahasan tentang sabar dalam menghadapi cobaan dari Allah. Sungguh Allah akan menguji kalian dengan aneka ragam percobaan. Misalnya perasaan takut terhadap musuh dan adanya musibah yang wajar terjadi, seperti kelaparan dan kekurangan buahbuahan (paceklik). Bagi orang yang beriman kepada Allah, keadaan seperti ini akan dilaluinya, sekalipun terisolir dari lingkungan keluarga, bahkan diusir tanpa membawa sesuatu. Sampai-sampai karena rasa laparnya, orang-orang beriman jika memerlukan makan hanya cukup dengan mengulum buah kurma lalu disimpannya kembali mengingat jangka yang masih panjang. Terutama sekali ketika mereka berlaga diperang Ahzab dan Tabuk.1 Ketahuilah bahwa segala sesuatu yang kamu benci dan kamu senangi terbagi ke dalam hal, ada di masa sekarang, ada di masa yang sudah lalu dan akan ada di masa yang akan datang. Apabila terbersit di dalam pikiranmu sesuatu yang ada di masa yang sudah lewat disebut ingatan. Apabila ada di waktu sekarang maka disebut perasaan, dan apabila terbersit di dalam pikiran akan terjadinya sesuatu di masa yang akan datang maka disebut penantian. Apabila yang dinanti itu sesuatu yang dibenci dan menghasilkan kesakitan di hati maka
disebut rasa takut, apabila yang dinanti sesuatu yang disenangi maka disebut harapan. Takut adalah perasaan hati karena menunggu sesuatu yang dibenci, sedangkan harapan adalah kesenangan hati karena menunggu sesuatu yang disukai. Adapun yang dimaksud kelaparan adalah paceklik dan tidak berhasilnya atau tidak panennya makananan pokok. Ayat tersebut memberi pengertian bahwa iman itu tidak menjamin seseorang untuk mendapatkan rizki yang banyak, kekuasaan dan tidak ada rasa takut. Tetapi semuanya ini justru berjalan sesuai dengan ketentuan Allah yang berlaku untuk makhluk-Nya. Jika terdapat sesuatu yang mendatangkan musibah, maka musibah itu tidak dapat dihalangi dan akan menimpanya. Tetapi bagi seseorang yang mempunyai kesempurnaan iman, dan dirinya sudah mempunyai pengalaman digembleng dalam penderitaan, maka adanya musibah itu akan semakin membersihkan dirinya. Dalam masalah keutamaan sabar, Allah telah menyifati orang yang sabar dengan berbagai macam sifat dan menyebut sabar dalam al-Qur’an sebanyak 70 tempat. Bagi para penyabar terkumpul banyak perkara yang tidak dimiliki oleh orang lain. Adapun hadis-hadis Nabi diantaranya Nabi bersabda: “Sabar itu separo Iman”, maksudnya iman itu tidak sempurna kecuali setelah meninggalkan perkataan, perbuatan dan akidah-akidah yang tidak baik dan melakukan hal-hal yang baik. Berusaha secara terus-menerus meninggalkan hal yang tidak baik itulah sabar yang merupakan separo iman. Iman itu semuanya wajib sabar kecuali apabila meninggalkan hal yang tidak baik dan melakukan hal yang baik itu sesuai dengan syahwat, maka tidak dibutuhkan sabar. Dan kadangkala melawan syahwat maka dalam hal itu butuh kesabaran, tentu saja sabar dijadikan separonya iman.
1
Ahamad Musthafa Al- Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, terj. Bahrun Abu Bakar, (Semarang: Toha Putra, 1984), hlm. 41
Yang terpenting dari pelajaran di atas, adalah kembalinya kita mengingat Allah ketika menghadapi segala keraguan dan kegoncangan, serta berusaha mengosongkan hati dari segala hal kecuali ditujukan semata kepada Allah. Kemudian agar terbuka hati kita bahwa tidak ada kekuatan kecuali kekuatan Allah, tidak ada daya kecuali daya Allah dan tidak ada keinginan kecuali keinginan mengabdi kepada Allah. Jelas Allah menjamin, siapa yang sabar menghadapi cobaan, ia akan dapat mendapat kebahagiaan kelak. Arti sabar dalam hubungan ini bukan hanya tinggal di rumah menunggu rezeki dari langit. Tapi hendaklah ia berikhtiar sekuat tenaga untuk mengatasi cobaan itu. Orang yang dicoba senantiasa perlu menahan nafsu (marah). Sebab kalau tidak, ia dapat mendorongnya melakukan perbuatan-perbuatan tercela (membalas dendam dan sebagainya)2. Menururt pengalaman, orang yang sedang dicoba oleh Allah, miasalnya lewat penderitaan yang kadang diiringi musibah bertubi-tubi, kesusahannya dapat hilang karena disadarinya bahwa peristiwa itu hanyalah cobaan dari Allah, dan tidaklah beriman seseorang sebelum ia dicoba oleh-Nya. Sebaliknya bagi yang memperoleh ujian berupa kekayaan atau kekuasaan, ia bisa menjadi ketakutan, tidak tenang perasaaannya, bahkan hidupnya mengalami terus keguncangan, bila ia menyalahgunakan amanah Allah itu. Seorang hartawan yang tidak pernah bersedekah, bahkan kekayaannya bercampur dengan pendapatan yang tidak bersih, misalnya seorang penguasa yang hanya tahu memperkosa hak-hak orang kecil, hidupnya senantiasa berada dalam ketakutan karena setidak-tidaknya ia pun sadar bahwa balasan atas perbuatannya yang keji itu, cepat atau lambat pasti akan datang. Ketakutan dan ketidaktenangan hidup yang dialaminya sudah merupakan siksaan batin
2
Baharudin Lopa, Al-Qur’an dan Hak-hak Asasi Manusia, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1996), hlm. 152.
tersendiri yang diberikan oleh Allah, yang akan disusul dengan siksaaan yang amat pedih di hari kemudian. Karena itu, ketabahan dan kejujuran senantiasa perlu dimiliki, karena ia merupakan senjata kembar dalam menghadapi hidup dan kehidupan. Masalah itu perlu dikemukakan karena dewasa ini, orang-orang (pemimpin-pemimpin) yang tidak kuat, setidak-tidaknya mudah goyah prinsip hidupnya, makin bertambah. Salah satu ciri kecenderungan ini ialah mudahnya orang tergoda oleh hal-hal yang indah (kelihatannya menyenangkan sexcara lahiriah), tapi jelas belum tentu membahagiakan. Ciri lain adalah mudahnya ia meninggalkan rekan senasib, bahakan kalau perlu memfinahnya, hanya untuk memperoleh jalan pintas guna mendapatkan kekayaan atau kekuasaan. Baginya, hidup ini kesempatan. Siapa terlambat tidak akan kebagian, halal atau haram bukan persoalan pokok. Alhasil menurutnya, pendirian bisa diubah-ubah, tergantung mana yang cepat dapat memenuhi nafsunya, yang sesungguhnya akan membawa malapetaka bagi hidupnya kelak. “Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan; ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uun’.” Allah akan memberikan berita gembira bagi mereka yang sabar, yang mengucapkan perkataan-perkataan istirja’ atas musibah yang menimpa mereka, dan beritahukanlah bahwa mereka kepunyaan Allah. Dia memperlakukan hambaNya menurut kehendak-Nya, dan bahwa hanya kepada-Nyalah mereka kembali di negeri akhirat. Di dalam firman Allah yang berbunyi inna lillahi, menunjukkan pengakuan hamba terhadap Allah sebagai Tuhan yang disembah dan diagungkan. Dan di dalam firman yang berbunyi wa inna ilaihi raaji’uun, merupakan pengakuan hamba terhadap Allah, bahwa ia akan mati dan dibangkitkan kembali
dari kubur. Juga merupakan keyakinan seorang hamba, bahwa semua perkara itu kembalinya hanya kepada Allah. Mereka itulah orang-orang yang sabar. Di sisi Allah, mereka akan mendapatkan ampunan. Mereka juga akan mendapatkan rahmat dari Allah berupa ketenangan hati ketika tertimpa musibah. Pada ayat ini menunjukkan beberapa hal, yaitu: 1. Cobaan-cobaan ini tidak wajib adanya siksaan karena Allah SWT menjuanjikan hal itu terhadap orang-orang mukmin, yaitu Rasul dan sahabatnya. 2. Cobaan-cobaan itu apabila disertai kesabaran maka akan diperoleh derajat yang tinggi dalam agama. 3. Semua cobaan ini datang dari Allah berlainan dengan ucapan penyembah berhala yang menisbatkan penyakit dan sebagainya kepada sesuatu yang lain. 4. Ayat ini menunjukkan bahwa makan itu tidak memberikan faedah kenyang, dan minuman air tidak memberi faedah bebas dari haus, namun semua hal tersebut dihasilkan karena Allah telah menjalankan kebiasaan ini terhadap sebab-sebab tersebut. Sabar adalah tindakan, yang tidak tergesa-gesa atau tidak ngotot didalam mencapai sesuatu tujuan. Tetapi bukan berarti malas berusaha. Sabar adalah tindakan yang terpuji sedang malas adalah tindakan yang tercela. Bila ditinjau dari segi agama, maka sabar itu ada beberapa macam, yaitu:3 1. Sabar dalam menjalankan ketaatan Shalat lima waktu adalah kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap orang Islam yang sudah berumur baligh. Kewajiban ini sama sekali tidak boleh ditinggalkan meskipun dalam keadaan bagaimanapun. Dalam keadaan sibuk, 3
Drs. H. Abdul Fatah, Kehidupan Manusia di Tengah-tengah Alam Materi, (Jakarta: PT. RENIKA CIPTA, 1995), hlm. 101 - 104
terlalu lelah, sakit, dalam perjalanan atau dalam keadaan apa saja, tidak boleh tidak. Bila kewajiban ini selalu dilaksanakan dengan baik sesuai dengan syaratsyarat yang ditentukan, kecuali bila tidak ada halangan, maka orang yang menjalankannya disebut orang yang sabar. Demikian itu berlaku pula pada kewajiban-kewajiban
agama
lainnya,
maka
orang
yang
dapat
melaksanakannnya dengan baik dan aktif disebut orang yang sabar. Artinya sabar menjalankan ketaatan kepada Allah. 2. Sabar menghadapi cobaan Artinya sabar menahan hawa nafsu yang selalu kepingin kemewahan dunia. Baerbagai iming-iming dunia yang menggiurkan tidak diperdulikan sama sekali. Nafsu ingin kaya raya, nafsu ingin berkuasa, nafsu ingin hidup mewah, atau nafsu-nafsu yang menjurus kepada kenikmatan dunia selalu ditekan, untuk kemudian melaksanakannya menurut kemampuan serta selaras dengan tuntunan agama. 3. Sabar menjauhi kemaksiatan Segala kemaksiatan yang menggodanya selalu dijauhi, tidak mau mengerjakan
meskipun
mudah
dan
enak
dirasakan.
Ajakan
yang
bagaimanapun rupanya atau perolok-olokan terhadap dirinya yang dikatakan terlalu kolot, manusia akhirat, sok suci dan sejenisnya tidak digubris sama sekali. Keinginan korupsi, menipu, berzina, mencuri dan kemaksiatankemaksiatan yang sekecil-kecilnya pun ditekan dan dimatikan. Orang yang dapat menjauhi segala macam kemaksiatan, dia disebut sebagai orang yang sabar. 4. Sabar atas semua urusan manusia Artinya tidak mau menandingi atau membalas kejahatan orang lain. Apa pun yang diperbuat atas dirinya meskipun menyakitkan ayau menjengkelkan hati
selalu diterimanya dengan sabar. Bahakan lebih dari itu, ia maafkan orang yang berbuat jahat kepadanya. Ia tidak menganggap musuh atau memusuhinya meskipun telah berkali-kali dinasihati. Empat macam kesabaran itu oleh Imam Ghozali diringkas menjadi dua macam, yaitu: 1. Sabar badaniyah Seperti menahan kepayahan badan setelah banyak mengerjakan amal ibadah. Atau menahan penderitaan, misalnya sabar atas pukulan yang ditimpakan kepadanya. Sabar yang demikian ini terpuji jika sesuai dengan syara’. Jika tidak sesuai, misalnya sabar melihat orang Islam dianiaya orang kafir, atau sabar melihat Al-Qur’an dihinakan orang; maka sabar yang demikian ini dilarang dan dicela di dalam agama Islam, yang harus dihindari. 2. Sabar kejiwaan (nafsi) Sabar kejiwaan ini bermacam-macam, misalnya: sabar menahan syahwat perut dan farji kemaluan). Kesabaran ini disebut Iffah. Tenang di dalam mnerima cobaan, maka kesabaran ini disebut keteguhan jiwa. Keteguhan jiwa ini selalu dilawan oleh sifat angkuh, sombong. Sabar di dalam peperangan atau pertempuan, maka kesabaran ini disebut pemberani. Namun keberanian itu selalu dilawan oleh sifat penakut (jubun). Sabar menahan marah, maka kesabaran ini disebut penyantun. Tetapi sifat penyantun selalu dilawan oleh sifat suka uring-uringan. Sabar di dalam menhhadapi bencana yang menyedihkan dan menyayat hati, maka kesabaran ini disebut lapang dada. Akan tetapi sifat ini selalu dilawan oleh kebosanan dan kegelisahan. Sabar menahan ucapan, maka kesabaran ini disebut pandai meyimpan rahasia. Sabar di dalam menahan berlebih-lebihan, maka kesabaran ini disebut zuhud. Sifat ini selalu dilawan dengan sifat tamak. Sabar di dalam meneriama pembagian sedikit dari Allah, maka kesabaran ini disebut qona’ah. Tetapi sifat ini selalu dilawan dengan sifat serakah.
Karena begitu pentingnya sifat sabar bagi seseorang, maka terdapat ayat al-Qur’an yang menganjurkan hal itu. Sebagaimana firman Allah:
+ !" # $ %&'( " ) * " ! /
.'*,
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah: 153) B. Peranan Sabar dalam Mewujudkan Kesehatan Mental Ketenangan hidup dapat tercapai bila seseorang dapat memecahkan keruwetan jiwa pada dirinya yang menimbulkan kesulitan hidup. Hal ini dapat dilakukan bila seseorang mau berusaha untuk membersihkan jiwa agar ketenangannya tidak terganggu dan tidak terjadi konflik-konflik maupun rasa takut. Orang yang mentalnya kacau tidak dapat memperoleh ketenangan hidup. Jiwa mereka sering terganggu sehingga menimbulkan stres dan konflik batin. Hal ini menyebabkan timbulnya emosi negatif sehingga ia tidak mampu mencapai kedewasaan psikis, mudah putus asa dan bahkan ingin bunuh diri. Kekacauan mental ini disebabkan kurangnya kesadaran memiliki konflikkonflik emosional, tidak berani menghadapi tantangan kesulitan hidup akibat hidup di tengah-tengah masyarakat yang menimbulkan terjadinya disorganisasi maupun disintegrasi sosial. Meghadapi kondisi tersebut di atas diperlukan kemampuan untuk mengendalikan diri di dalam menghadapi setiap kesulitan
0 hidup. Salah satu solusinya adalah dengan bersikap sabar bila memperoleh cobaan dan kesulitan hidup. Pandangan kaum sufi tentang sabar merupakan sisi yang penting dalam memperbaiki kendala kejiwaan, dan sabar pada hahikatnya merupakan sikap berani dalam menghadapi kesulitan-kesulitan. Kesulitan ini adakalanya merupakan hal yang bersifat mental dan juga bersifat akal. Sabar merupakan sikap utama dalam kehidupan akhlak dan akan memberikan keutamaan dalam segala bidang kehidupan.4 Al Ghazali mengatakan bahwa sabar adalah suatu kondisi mental dalam mengendalikan nafsu yang timbulnya adalah atas dorongan ajaran agama. Karena sabar merupakan kondisi mental dalam mengendalikan diri, maka sabar adalah merupakan salah satu makam (tingkatan) yang harus dijalani oleh sufi di dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Di dalam tingkatan-tingkatan harus dilalui oleh sufi tersebut, biasanya makam (tingkatan) sabar diletakkan sesudah zuhud, karena orang yang mengendalikan dirinya di dalam menghadapi kelezatan duniawi
berarti
ia
telah
berusaha
menahan
diri
kelezatan
tersebut.
Keberhasilannya dalam makam zuhud akan membawanya ke makam sabar. Dalam makam sabar ini ia tidak lagi terguncang oleh penderitaan dan hatinya sudah betul-betul teguh dalam menghadap Allah SWT.5 Sesuai dengan definisi sabar yang diberikan oleh Al Ghazali, yakni kesanggupan mengendalikan diri, maka pengertian kesabaran merupakan upaya pengendalian nafsu yang ada dalam diri manusia. Dalam upaya tersebut manusia dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu pertama, orang yang sanggup 4
Amin, An-Najjar, Ilmu Jiwa dalam Tasawuf, tTerj. Hasan Abrori, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001), hlm 242
1 mengalahkan hawa nafsunya, karena ia emempunyai daya juang dan kesabaran yang tinggi, kedua, orang yang kalah oleh hawa nafsunya, dan ketiga, orang yang mempunyai daya tahan terhadap dorongan nafsu.6 Menurut Dr. Amin An-Najjar mengatakan bahwa orang sabar akan menerima penderitaan dengan penuh ketabahan dan ia akan melihat sebagian dari kenikmatan Allah, khususnya bila kita perhatikan bahwa dibaliknya hikmah yang sangat besar.7 Sesungguhnya sabar dapat menanamkan ketenanagn di dalam jiwa, dapat memberikan kegembiraan bagi orang-orang yang menderita sakit gangguan mental. Sesungguhnya sifat sabar merupakan obat segala obat dan penyembuhan dari penyakit mental. Seorang yang sabar adalah orang yang dapat menahan kemarahannya dengan kesadarannya, sebab disaat itu ia bisa marah akan tetapi ia memilih sabar. Seorang yang sabar yang dapat menahan kemarahannya. Menunjukkan kekuatan untuk menahan emosinya dan menunjukkan ketahannanya dalam memikul derita jiwanya. Sabar yang demikian bukan merupakan sikap pasif, akan tetapi sikap penuh percaya diri dan merasa tenang dalam menerima ketentuan dari Allah SWT. Jadi, sifat sabar sangat diperlukan dalam menghadapi sikap kesulitan hidup dan cobaan dari Allah SWT agar seseorang terhindar dari penyakit mental.
5
Tim Penyusun, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru, Van Hoeve, 1993), hlm. 184. Ibid, hlm. 185 7 Amir An-Najjar, op.cit., hlm. 242 6
1. Peranan sabar dalam menanggulangi penyakit mental Sifat, kebiasaan, karakter dan kepribadian manusia saat ini lebih banyak dipengaruhi atau dibentuk oleh lingkungan sosialnya. Pola hidup dalam mengalami banyak erosi oleh pengaruh-pengaruh urbanisasi dan modernisasi. Namun pola hidup yang baru yang lebih mantap yang sesuai dengan stuktur kepribadiannya belum ditemukan. Sehingga akibatnya orang tidak mempunyai pegangan hidup dan selalu merasa merasa ketakutan, bahkan kehidupannya seperti layang-layang putus, tidak berdaya, hanyut tanpa arah dan tanpa tujuan pasti. Sebagian orang tidak tahu lagi apa yang harus dikerjakan untuk menopang eksistensi hidupnya yang lebih banyak dibentuk oleh kekuatankekuatan eksternal di luar dirinya. Sebagai akibatnya, kemudian banyak timbul gejala disorganisasi dan disintegrasi personal yang dipenuhi perasaan takut dan cemas. Dan jika hal ini komulatif sifatnya, maka akan menimbulkan banyak masalah sosial dan gangguan mental di tengah masyarakat. Berbagai gejolak dalam diri manusia dapat menimbulkan gangguan ketenangan yang menyebabkan timbulnya gejala penyakit mental. Menurut
Zakiah
Daradjat,
sesungguhnya
ketenangan
hidup,
ketenteraman jiwa atau kebahagiaan batin, tidak banyak tergantung pada faktor-faktor luar seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dan sebagainya. akan tetapi lebih tergantung kepada cara dan sikap menghadapi faktor-faktor tersebut.8 Masyarakat modern yang selalu memburu keuntungan komersial dan sangat individualistik itu selalu penuh perasaingan, rivalitas dan kompetisi, sehingga banyak mengandung unsur-unsur eksplotif. Sebagai akibatnya banyak penduduk yang menderita ketegangan urat syaraf dan tekanan batin, 8
Zakiyah Daradjat, Kesehatan Mental dalam Islam, (Jakarta: Haji Masagung, 1989), hlm. 15.
0 khususnya kalau tidak bisa memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan keinginannya yang sewaktu-waktu bisa meledak menjadi gangguan psikis. Berkaitan tersebut agama Islam lewat Al Qur’an juga menyeru kepada orang-orang yang beriman untuk menghiaskan dengan kesabaran dalam menghadapi semua problem kehidupan yang datang silih berganti. Karena dengan kesabaran mempunyai berbagai manfaat yang besar dalam mendidik diri, memperkuat kepribadian, meningkatkan kemampuan manusia dalam menghadapi berbagai problem dan beban kehidupan serta bencana dan cobaan hidup, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT :
+ !" # $ %&'( " ) * " ! /
.'*,
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah: 153) Menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah, manusia membutuhkan sifat sabar dalam segala situasi dan kondisi. Sesungguhnya seseorang itu berada di antara perintah yang wajib dikerjakan, larangan yang wajib dijauhi dan ditinggalkan, takdir yang terjadi padanya, dan hikmah yang wajib disyukuri kepada pemberinya. Jika semua hal di atas tidak pernah berpisah dengannya, maka sabar menjadi kebutuhan hingga akhir hayatnya.9 Dengan
demikian
terdapat
implementasi
antara
sabar
dalam
menanggulangi penyakit mental. Hal ini dapat dilihat bahwa orang yang telah mengetahui kehidupan ini bukanlah tempat kenikmatan dan bukan tempat 9
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah, ‘Udatus Shabirin wa Dzakirat usy-Syakirin (Sabar Perisai Seorang Mukmin), terj. Fadli, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2000) hlm. 65 – 75.
0 abadi, bahkan tempat ujian dan tempat persiapan menuju tempat tinggal yang kekal, dan telah memahami bahwa tanaman-tanaman harum, dia tidak akan terkejut dengan musibah-musibah dan tidak akan tercengang dengan malapetaka yang menimpanya. Maka barang siapa yang telah memahami kehidupan dunia sesuai dengan hakikatnya, menjadi mudahlah bagi seseorang menyelesaikan segala urusannya. Salah satu cara agar terhindar dari gangguan-gangguan mental dan penyakit mental adalah senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Menyadari bahwa dirinya dan segala sesuatu yang ada di dunia ini hanyalah titipan dari Allah SWT. Maka apabila Sang Pemilik Yang Maha Agung mengambil kembali titipan-Nya, tidak semestinya manusi amarah, sedih dan tersiksa. Sehingga orang yang menyadari kondisi demikian kecil sekali kemungkinan terkena gangguan-gangguan mental dan penyakit mental. Karena setiap menghadapi problem hidup senantiasa diselesaikan dengan tenang dan menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. Kesabaran mengerjakan manusia tangguh dalam belajar dan berupaya untuk merealisasikan tujuan-tujuan praktis dan ilmiahnya. Sebab sebagian besar tujuan manusia dalam kehidupan, baik di lapangan kehidupan praktis, terapan sosial, ekonomi maupun politik ataupun dalam lapangan penelitian ilmiah, membutuhkan waktu dan upaya agar semuanya itu bisa tercapai dan terealisasi. Oleh karena itu, ketangguhan dalam mencurahkan tenaga dan kesabaran dalam bekerja dan meneliti merupakan sifat-sifat penting yang diperlukan untuk bisa berhasil dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut.10 Jadi, kalau manusia ingin terhindar dari gangguan-gangguan mental 9dan penyakit mental hendaknya membekali diri dengan sifat kesabaran di dalam mengahadapi setiap persolan kehidupan.
0 2. Standar kesehatan mental hasil bentukan dari sabar Memahami masalah kesehatan mental secara luas adalah penting di zaman modern ini. Walaupun kemajuan ilmu, teknik dan industri, dapat memberi kemudahan dan kesenangan kepada manusia, akan tetapi semua itu belum dapat menjamin kesejahteraan dan kebahagiaan jiwa. Hal ini disebabkan karena kemajuan tersebut membawa kepada perubahan-perubahan dalam kehidupan sosial dan budaya manusia, yang sudah barang tentu mempengaruhi pola kehidupan jiwa. Semakinm maju kebudayaan dan peradaban, semakin kompleks pulalah masalah dan kebutuhan hidup manusia. Adalah suatu kenyataan bahwa kesehatan mental berhubungan dengan banyak segi kesejahteraan masyarakat. Seperti kemiskinan, pendidikan, pekerjaan dan perumahan. Oleh karena itu definisi kesehatan mental yang dikemukakn oleh Zakiah Daradjat tentang pengertian mengenai terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh
antara
fungsi-fungsi
kejiwaan,
adalah
dalam
arti
berkembangnya seluruh potensi kejiwaan secara seimbang sehingga manusia dapat mencapai kesehatannya lahir dan batin, jasmani dan rohani, serta terhindar dari pertentangan batin, kegoncangan, kebimbangan, keraguan dan tekanan perasaan dalam menghadapi berbagai dorongan dan keinginan.11 Seseorang dikatakan memiliki kesehatan mental bila ia terhindar dari gejala-gejala penyakit jiwa dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya untuk menyelaraskan fungsi jiwa dalam dirinya. Kecemasan dan kegelisahan pada diri seseorang akan lenyap bila fungsi jiwa di dalam dirinya seperti fikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan dan keyakinan hidup berjalan seiring sehingga menyebabkan adanya keharmonisan dalam dirinya.12 10
Utsman Najati, Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, Terj. Utsmani, (Bandung: Pustaka, 1995),hlm. 321 Yahya Djaya, Spiritualisasi Islam dalam Menumbuhkembangkan Kepribadian dan Kesehatan Mental, (Jakarta: CV. Ruhana, 1994), hlm. 78. 12 Yusak Burhanudin, Kesehatan Mental, (Bandung: Setia, 1999), hlm. 54. 11
0 Terhadap malapetaka hendaknya seseorang bersabar diri, dalam menghadapi cobaan terhadap segala cobaan, hendaklah seseorang bersabar dan tekun mengerjakannya, dan terhadap nafsu syahwat hendaknya seseorang bertahan diri (bersabar diri) jangan sampai terjerumus memperturutkan hawa nafsunya itu. Nikmat yang diberikan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya juga merupakan cobaan, apakah seseorang termasuk hamba yang bersabar atau hamba yang ingkar terhadap nikmat Allah. Allah akan senantiasa memberikan perlindungan kepada orang-orang yang bersabar. Karena sabar bisa dijadikan benteng dan pondasi dalam menghadapi segala macam cobaan dan masalah dalam keluarga dan masyarakatnya. Jadi dengan sifat sabar manusia akan terhindar dari beban kehidupan yang dapat mengganggu mentalnya. Sehingga kesehatan mental seseorang dapat dibentuk atau ditentukan oleh kesabaran.
------ooOoo------
0 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari beberapa permasalahan yang telah dibahas, maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Menurut QS. 2 : 155-156 sabar adalah tahan atau tabah menderita, apabila diberikan cobaan atau ujian yang berupa ketakutan, kelaparan dan kekurangan harta serta jiwa dan buah-buahan, mereka selalu mengucapkan istirja’. 2. Orientasi sabar dalam kesehatan mental adalah ketergantungan kesanggupan seseorang untuk mengerti dan menerima dirinya sebagai makhluk ciptaanNya untuk memiliki kesanggupan atau kemampuan dalam menghadapi problem hidup dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 3. Terdapat implementasi antara sabar dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 155 – 156 dengan kesehatan mental yaitu sabar merupakan sifat terpuji yang dapat mengobati penyakit jasmani dan rohani manusia, seperti ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa serta buah-buahan. Sifat sabar merupakan salah satu kekuatan jiwa yang bisa menghadapi dan bisa menyelesaikan berbagai macam masalah yang menimpa pada diri manusia apabila menghadapi ujian dan cobaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya. B. Saran-saran 1. Hidup ini tidak selalu berisi kebahagiaan dan kenikmatan. Dalam ukuran yang berbeda, setiap orang juga mengalami kesulitan dan penderitaan dalam
0 kehidupannya. Karena sikap sabar sangat diperlukan. Sebab sabar memegang peranan penting dalam mengendalikan perasaan dan tindakan seseorang. 2. Agar manusia terhindar dari penyakit mental dan gangguan-gangguan kejiwaan dapat menyesuaikan diri dengan baik, mampu mengatasi masalah atau persoalan dengan tenang dan memiliki keserasian dan keharmonisan antara fungsi-fungsi jiwa. Manusia memerlukan sikap sabar dalam hidup dan kehidupannya pada setiap kondisi dan situasi.
C. Kata Penutup Demikian skripsi yang peneliti susun dengan semaksimal mungkin, namun sebagai sifat manusiawi peneliti jika ternyata dalam skripsi ini terdapat kekurangan. Untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi sempurnanya penyusunan skripsi ini. Peneliti juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.
-----ooOoo-----