BAB IV. ANALISIS KARAKETERISASI ZONA PATAHAN IV.1. Kapasitas Seal Pada Zona Patán Analisis karakter sifat zona patahan yang dilakukan dalam penelitian ini pada hakikatnya terdiri atas beberapa tahapan (Gambar III.6). Tahapan tersebut meliputi beberapa pengintegrasian data dengan menggunakan proses curve mapping dan model sinkronisasi. Tahapan selanjutnya adalah pengintegrasian lanj ut antara curve mapping dengan model sinkronisasi kedalam tahap pemodelan di volume editor,
dengan
membuat suatu diagram juxtaposition dari variasi litologi dan tipe reservoir yang berada di footwall ataupun hangingwall dengan menggunakan
atribut fault seal,
sehingga aspek geometri zona patáhan, harga Shale Gouge Ratio (SGR) dan sifat permeabilitas ( transmissibilitas ) dapat digunakan untuk menentukan karakter zona patahan pada daerah penelitian. Zona patahan di daerah penelitian berdasarkan juxtaposition reservoir dan hubungan antara loncatan vertikal dengan ketebalan interval reservoir dikategorikan bersifat intrareservoir, karena zona patahan tersebut memiliki loncatan vertikal yang saling berhubungan antara hangingwall dan footwall dalam kondisi juxtaposition. (Knott, 1993). Kapasitas seal pada zona patahan dihitung dengan menggunakan harga SGR. Harga Shale Gouge Ratio (SGR) ditentukan oleh kualitas batuan dan loncatan vertikal. Zona patahan Duri_Area10_Syn_3K pada kondisi juxtaposition batupasirbatupasir memiliki loncatan vertikal berkisar antara 2 -22 meter dan harga SGR yang sangat bervariasi. Sebagai contoh interval reservoir Rindu 01 memiliki range harga SGR 40-60 %, sedangkan interval reservoir Rindu 05 memiliki SGR 18 -25 %. Zona patahan Duri_Area10_Anti_3L memiliki loncatan vertikal sekitar 1.8 -10 meter dengan harga SGR 25-30% pada kondisi juxtaposition antara batupasir dengan serpih pada interval reservoir Rindu, harga SGR 10-20% pada kondisi juxtaposition antara batupasir serpihan dengan se rpih pada reseroir Rindu05 .
77
Untuk Zona patahan Duri_Area10_Syn_5L
yang memiliki loncatan vertikal 3 -14
meter pada kondisi juxtaposition lapisan batu pasir dengan batu pasir pada interval reservoir Rindu 05 memiliki harga SGR 60%. Zona
patahan
Duri_Area10_Anti_5J
dan
Duri_Area10_Anti_6K
mengindikasikan l oncatan vertikal yang sangat kecil dengan harga SGR relatif tinggi.
Tabel IV.1 Ringkasan dari komplek zona patahan yang berhubungan dengan aspek geometri.
Data tekanan reservoir yang digunakan dalam penelitian ini adalah data RFT pada beberapa sumur yang diambil sebelum dan sesudah reservoir diinjeksi uap, data tekanan yang dihitung berdasarkan konversi survei temperatur dengan menggunakan steam table seperti yang dilampirkan dibawah. (Table V I.1). Profil data tekanan pada Zona patahan Duri_Area10_Syn_3K yang diwakili oleh sumur 3J-56C; 3J-69A (hangingwall ) dan 3J-59C; 3J-76C (footwall) memperlihatkan pola sebaran yang berada dalam satu kelompok dan kondisi ini menginterpretasikan bahwa kedua blok zona patahan tersebut bersifat leaking. Profil data survei tekanan pada zona patahan Duri_Area10_Syn_5L yang diwakili oleh 4L -27D (hangingwall ) dan 5L-23D (footwall) memperlihatkan pola sebaran yang berbeda kelompok satu sama lain dan kondisi ini me nginterpretasikan bahwa zona patahan ini bersifat sealing.
78
Table IV.2. Tabel konversi data survei temperatur ke tekanan.
Proses validasi terhadap kapasitas seal pada zona patahan di daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan data pro duksi dan injeksi uap dari sumur yang letaknya dipisahkan oleh zona patahan. Dalam hal ini beberapa contoh digunakan sebagai proses validasi, diantaranya untuk zona patahan Duri_Area10_Syn_3K adalah sumur produksi 3J-77A/B yang dikontrol oleh sumur injeksi 3J -76A/B/D terhadap sumur produksi 3J-78A/B yang dikontrol oleh sumur injeksi 3J -77A/B (Gambar III.39). Profil data produksi memperlihatkan pola yang hampir sama dari kedua sumur produksi, hal ini mendukung interpretasi data tekanan yang menyatakan bahwa zona patahan ini bersifat leaking. Untuk zona patahan yang lain, proses validasi dilakukan pula dengan menggunakan metode yang sama seperti yang ditunjukkan pada gambar III.44 hingga gambar III.47. Ketika membahas mengenai kapasitas seal yang berhubungan dengan zona patahan, maka penting untuk mengetahui faktor-faktor pengontrol kapasitas seal ini. Berikut ini uraian mengenai faktor yang mengontrol kapasitas seal.
IV.2. Faktor-faktor Pengontrol Kapasitas Seal Beberapa faktor yang dianggap cukup mengontrol kapasitas seal pada beberapa zona patahan di daerah penelitian adalah mekanisme zona patahan, loncatan vertikal dan posisi stratigrafi. Dalam uraian mengenai faktor -faktor pengontrol kapasitas seal ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kapasitas seal dengan faktor- faktor diatas dari zona patahan di daerah penelitian.
79
IV.2.1. Mekanisme dan orientasi zona patahan Mekanisme dan orientasi zona patahan di daerah penelitian merupakan faktor yang cukup penting. Hal ini berkaitan erat terhadap proses deformasi yang dialami oleh zona patahan baik bersifat regional maupun lokal yang berkembang di Cekungan Sumatra Tengah, khususnya mengenai episode -episode tektonik yang terjadi selama Tersier. Pada daerah penelitian, mekanisme dan orientasi zona patahan memberik an pola orientasi hampir seragam dengan arah relatif utara baratlaut – selatan baratdaya. Orientasi yang sedikit berbeda dari zona patahan pada daerah penelitian seperti yang ditunjukkan oleh Duri_Area10_Anti_5J dengan kemiringan yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan zona patahan lainnya. Hal ini memberi implikasi terhadap sifat dan karakter dari zona patahan tersebut. Adanya perbedaan geometri dari zona patahan pada daerah penelitian dimungkinkan dalam sejarah pembentukan dan perkembangannya , zona patahan tersebut terbentuk dalam regim atau gaya tegasan yang berbeda. Hal ini tentunya dapat
menjelaskan kapasitas
seal
yang
lebih
tinggi
pada
zona
patahan
Duri_Area10_Syn_3K dibandingkan dengan zona patahan Duri_Area10_Syn_5L. Zona patahan Duri_Area10_Syn_3K
akan lebih bersifat seal dibandingkan Zona
patahan Duri_Area10_Syn_5L walaupun memiliki loncatan vertikal yang lebih kecil. Beberapa bukti yang ada menunjukkan bahwa nilai Shale Gouge Ratio (SGR) pada zona patahan Duri_Area10_Syn_5L lebih besa r dibandingkan dengan zona patahan Duri_Area10_Syn_3K. IV.2.2. Loncatan vertikal Loncatan vertikal merupakan faktor yang juga mengontrol karakter zona patahan yang terbentuk. Parameter ini secara langsung akan berpengaruh dalam perhitungan Shale Gouge Ratio (SGR) yang dihitung dari harga volume serpih (Vsh). Semakin besar loncatan vertikal yang terjadi, seperti pada
zona patahan
Duri_Area10_Syn_3K bila dibandingkan dengan zona patahan Duri_Area10_Syn_5L memperlihat kan nilai SGR yang relatif lebih tinggi. Semakin tinggi nilai SGR maka
80
semakin seal zona patahan tersebut. Berdasarakan hasil studi dibeberapa area disekitar daerah penelitian, harga cut off SGR adalah 25% sehingga berdasarkan hasil pemodelan harga SGR, fault sealing capacity dari komplek zona patahan pada daerah penelitian yang bersifat sealing dijumpai pada interval Pertama01. Namun pada kenyataannya, zona patahan Duri_Area10_Syn_3K
secara
keseluruhan lebih bersifat seal dibandingkan zona patahan Duri_Area10_Syn_5L. Loncatan vertikal merupakan faktor yang cukup berperan pada zona patahan normal pada komponen transtensional yang bekerja pada zona patahan Duri_Area10_Syn_5L. Loncatan vertikal kurang sensitif berpengaruh terhadap kapasitas seal pada komponen transpressional seperti yang bekerja p ada Zona patahan Duri_Area10_Syn_3K. Pada analisis dengan menggunakan Traptester dimana perhitungan SGR hanya didasarkan kepada variasi litologi ( volume serpih dan loncatan vertikal ) tanpa memandang mekanisme zona patahannya. Dengan demikian, dalam penent uan tingkat seal atau leak suatu zona patahan harus terintegrasi antara data hasil analisis dengan menggunakan Traptester dan data tektonik regional yang bekerja pada daerah penelitian .
IV.2.3. Stratigrafi Nilai SGR sangat dipengaruhi oleh volume serpi h (Vsh) dari masing-masing interval reservoir. Hasil perhitungan untuk setiap zona patahan dipengaruhi oleh kondisi stratigrafi yang berkembang pada daerah penelitian. Secara umum posisi stratigrafi memberikan variasi perkembangan utara timurlaut dan selat an baratdaya dimana posisi stratigrafi ini memberikan korelasi yang sama terhadap sebaran kualitas reservoir. Perbedaan karakter reservoir pada daerah penelitian yaitu interval Rindu dan Pertama merupakan dimana interval Rindu merupakan lapisan batupasir serpihan dengan kualitas baik-sedang yang menumpang diatas interval Pertama yang memiliki kualitas reservoir lebih bagus. Interval reservoir Rindu pada daerah penelitian (Rindu01 dan Rindu05) berkembang pada sistem pengendapan yang dipenagruhi oleh
81
sifat laut sehingga komponen lempung lebih dominan dibandingkan dengan interval reservoir Pertama.
Gambar IV.1 Variasi litologi daerah penelitian yang ditampilkan melalui well editor (bagian dari proses curve mapping) dalam TrapTester V.6.53
82