BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Proses Pembelajaran Mahārah Al-Qirā’ah Siswa Kelas V MINU Buaran Pekalongan 1. Tujuan Pembelajaran Mahārah Al-Qirā’ah Siswa Kelas V MINU Buaran Pekalongan Tujuan
mahārah
pembelajaran
al-qirā’ah
dalam
buku
pembelajaran bahasa Arab karangan Mahmud Kamil an-Naqah yaitu antara lain agar siswa dapat menghubungkan simbol tertulis dengan suara yang ia ucapkan dalam bahasa Arab, siswa dapat membaca tulisan dengan bacaan yang keras atau nyaring dengan ucapan baik dan benar, siswa dapat mengetahui arti mufrodat dari hubungan kalimat dan perbedaan antara mufrodat yang diucapkan dengan muftrodat yan tertulis, siswa dapat membaca dengan fasih tanpa menggunakan kamus, siswa dapat memahami arti kalimat dalam beberapa alenia.1 Dari beberapa tujuan pembelajaranmahārah al-qirā’ah di atas, sesuai dengan tujuan pembelajaran mahārah al-qirā’ah kelas V MINU Buaran Pekalongan yaitu agar siswa mampu membaca, mengucapkan bunyi dan makhraj serta membedakan bunyi huruf yang mirip, mampu menguasai mufrodat, dan siswa mampu memahami isi teks bacaan yang telah diajarkan. Dari tujuan pembelajaran mahārah al-qirā’ah kelas V MINU Buaran sesuai dengan tujuan pembelajaran mahārah al-qirā’ah karangan 1
Mahmud Kamil An-Naqah, Ta’lim al-Lughoh al-Arabiyah li an-Natiqina bi Lughat Ukhra, (Makkah al-Mukarramah: Jamiah Umm al-Qura, 1985), hal. 188-189.
79
Mahmud Kamil an-Naqah yang inti dari tujuan pembelajaran mahārah alqirā’ahitu agar siswa membaca huruf dan kalimat bahasa Arab dengan baik dan benar sesuai dengan makhraj dan intonasinya, agar siswa bisa mengetahui arti kosakata bahasa Arab dan memahami isi pokok teks bacaan yang dibacanya. 2. Materi Pembelajaran Mahārah Al-Qirā’ah Siswa Kelas V MINU Buaran Pekalongan Materi formal adalah isi pelajaran yang terdapat dalam buku teks resmi di sekolah.2. Buku teks yang diajarkan dalam pembelajaran harus memenuhi beberapa prinsip yang antara lain gradasi, seleksi dan korelasi. Materi
yang
diberikan
Qirā’ahyaitu bab البيت Pada bab البيت
dalam
pembelajaran
mahārah
al-
حديقةdanيف حديقة املدينة.
حديقةterdapat beberapa mufrodat yaitu:
، شجرة الربتقال، زىرة، شجرة الوردة، شجرة،ولكنو، كبري،صغري، حديقة عفوا، شكرا، يامسني، ازىار،اشجار. Dimana pada bab
حديقة البيتmenerangkan
tentang beberapa
pohon dan bunga yang ada di taman rumah.
2
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 23.
80
Pada bab املدينة
يف حديقةterdapat beberapa mufrodat yaitu:
،نافورة، بركة، مقعد،متنوعة ّ ، أشجار الزينة،! تعاىل ندخل،سور احلديقة بالستيك،فيل، مجل، حصان، حيوانة،ملونة ّ ، مسك، مرتفعة،واسعة حديقة البيتmenerangkan tentang beberapa pohon dan bunga yang ada di taman rumah. Materi tersebut sudah sesuai dengan pembelajaran bahasa Arab untuk ukuran siswa tingkatan sekolah dasar kelas V MINU Buaran Pekalongan, karena kosakata yang terdapat di dalamnya menerangkan lingkungan rumah yang terdapat beberapa benda mati maupun hidup seperti rumah, pohon-pohon, bunga-bunga dan buahbuahan. Jadi, kosakata dan teks bacaan dari bab
حديقة البيت
di atas
sudah sangat tepat untuk dipelajari karena sesuai dengan kehidupan sehari-hari yang di alami oleh siswa.
يف حديقة املدينة
menerangkan tentang macam-macam bunga di
taman kota dan macam-macam hewan yang ada di taman kota. Materi tersebut sudah kesesuaian dengan pembelajaran bahasa Arab untuk ukuran siswa tingkatan sekolah dasar kelas V dengan tema tentang lingkungan yang ada di taman kota dan beberapa hewan yang berada di taman kota seperti benda hidup dan benda mati seperti pagar tanaman, air 81
mancur, pohon
yang bermacam-macam,
kosakata dan teks bacaan dari bab
binatang-binatang. jadi,
يف حديقة املدينةdi atas sudah sangat
tepat untuk dipelajari karena sesuai dengan kehidupan sehari-hari yang di alami oleh siswa. Kedua bab antara البيت
حديقةdan
يف حديقة املدينةisimaterinya
sudah berkesinambungan dan tepat karena ada kaitannya antara taman rumah dan taman kota. keduanya menerangkan lingkungan yang ada di sekitar siswa dan terdapat di kehidupan sehari-hari. 3. Metode Pembelajaran Mahārah Al-Qirā’ah Siswa Kelas V MINU Buaran Pekalongan Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses pembelajaran, metode diperlukan oleh pengajar dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.3 Dalam pembelajaran mahārah al-Qirā’ah di kelas V MINU Buaran Pekalongan menggunakan metode kata, metode membaca nyaring (al-Qirā’ah al-Jahriyyah), metode permainan edukatif. Metode kata dalam pembelajaran mahārah al-Qirā’ah ini yaitu metode yang pertama-tama guru mengemukakan kosakata terlebih dahulu beserta dengan bunyinya. Guru mengucapkan berulang-ulang dan siswa 3
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : PT. Rineka Cipta,1997), hal. 19.
82
menirukan apa yang diucapkan oleh guru secara berulang-ulang juga. Kemudian guru mengartikan satu persatu kosakata dan menerangkan makna isi pokok kalimat yang terdapat dalam teks bacaan yang dibahas agar siswa yang sebelumnya belum tahu artinya bisa mengetahui arti dan memahami makna isi pokok kalimat yang terkandung dalam teks bacaan tersebut. Metode membaca nyaring (al-Qirā’ah al-Jahriyyah) dalam pembelajaran mahārah al-Qirā’ah kelas V ini yaitu menggunakan teknik sintesis (al-Tarkīb) yang di mana langkah-langkah teknik sistesis alQirā’ah al-Jahriyyah itu pengajaran materinya di mulai dari bagian terkecil (huruf) dahulu sampai pada bagian yang terbesar (kata). Menggunakan metode ini karena kalau memulai pengajaran materi dari bagian terbesar (kata) dulu kemudian ke bagian kecil (huruf) itu siswa akan mengalami kesulitan. Karena biasanya pembelajaran mahārah alQirā’ah kelas V MINU Buaran itu memulainya dengan mengartikan satu persatu kosakata, setelah semua kosakata diartikan kemudian guru dan siswa mengartikan teks bacaan secara keseluruhan. Metode permainan edukatif dalam pembelajaran mahārah alQirā’ah kelas V MINU Buaran Pekalongan yaitu menggunakan permainan yang sederhana karena masih kurangnya alat media yang diperlukan. Permainan edukatif di sini hanya menggunakan media kertas manila dan spidol saja.
83
Dari semua metode pembelajaran mahārah al-Qirā’ah sering digunakan oleh guru yaitu metode kata dan metode membaca nyaring (alQirā’ah al-Jahriyyah) karena kedua metode tersebut sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran mahārah al-Qirā’ah dan sesuai dengan tujuan pembelajaran mahārah al-Qirā’ah. Kalau metode permainan edukatif jarang digunakan karena biasanya kalau metode permainan edukatif digunakan di setiap pertemuan pembelajaran mahārah al-Qirā’ah, maka akan menyita waktu yang banyak. 4. Media Pembelajaran Mahārah Al-Qirā’ah Siswa Kelas V MINU Buaran Pekalongan Media adalah alat bantu saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.4 Media yang digunakan dalam pembelajaran Mahārah Al-Qirā’ah Siswa Kelas V MINU Buaran Pekalongan yaitu dengan menggunakan alat tulis, papan tulis, dan beberapa alat media yang dipergunakan dalam permainan edukatif seperti kertas manila. Media yang di gunakan dalam pembelajaran mahārah alQirā’ahkelas V MINU Buaran Pekalongan masih terlihat sederhana seperti menggunakan papan tulis, alat-alat tulis kecuali di saat menggunakan media untuk permainan edukatif bisa menggunakan media seperti kertas manila. Hal tersebut karena di dalam kelas masih kekurangan media yang bervariasi untuk penunjang pembelajaran 4
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2006), hal. 121.
84
mahārah al-Qirā’ah. Jadi, alat bantu yang dijadikan guru sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran mahārah al-Qirā’ah itu kurang efektif dan terlihat monoton dan mejadikan siswanya menjadi jenuh. 5. Evaluasi Pembelajaran Mahārah Al-Qirā’ah Siswa Kelas V MINU Buaran Pekalongan Secara harfiah, evaluasi dapat diartika sebagai penilaian dalam hal pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.5 Evaluasi pembelajaran mahārah al-Qirā’ahsiswa kelas V MINU Buaran Pekalongan tidak diberikan contoh soal atau lembar pertanyaan, akan tetapi guru menyuruh siswanya untuk maju ke depan pada akhir jam pelajaran sebelum jam bel istrahat untuk membacanya dan ditanyai apa arti mufrodat dan apa makna isi pokok dari teks yang bacanya. Evaluasi pembelajaran mahārah al-Qirā’ahsiswa kelas V MINU Buaran Pekalongan sudah dapat dikatakan cukup efektif akan tetapi masih terlihat banyak kendala yang terlihat dalam pembelajaran mahārah alQirā’ah. Dan penilaian dari evaluasi pemelajaran mahārah al-Qirā’ah ini dinilai dari lancar atau tidaknya membaca, baik dari segi makhraj, intonasi, dan penguasaan siswa dalam mengerti arti kosakata dan penguasaan mereka dalam memahami kandungan isi pokok dari teks bacaan. 5
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. Ke. 1 hal. 1.
85
6. Guru Bahasa Arab Dalam proses kegiatan belajar mengajar harus ada seorang guru sebagai fasilisator dan motivator untuk siswa. Guru bahasa Arab kelas V MINU Buaran Pekalongan sudah cukup efektif dalam menyampaikan tujuan dari pembelajaran mahārah al-Qirā’ah, akan tetapi masih belum bisa mengkondisikan kelas dengan secara baik. Banyak siswa dalam proses pembelajaran mahārah al-Qirā’ah masih gaduh bercerita sendiri dengan temannya, tidak memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru. 7. Siswa Proses kegiatan belajar mengajar juga harus ada peserta didik atau siswa di dalamnya. Di dalam kelas V MINU Buaran Pekalongan ini di saat mengikuti pelajaran bahasa Arab masih belum dikatakan efektif, karena siswa masih mengalami beberapa kendala dan siswa tidak terlalu suka dan minat terhadap mata pelajaran bahasa Arab dikarenakan ada beberapa siswa yang mengatakan bahwa guru bahasa Arab yang mengajar di kelas V itu galak dan jarang menggunakan permainan-permainan yang bisa membuat mereka untuk tidak terlalu jenuh dalam mempelajari bahasa Arab di dalam kelas tersebut dan ada sebagian siswa yang mengatakan kalau gurunya itu galak kalau saat pelajaran. Pada saat pembelajaran mahārah al-Qirā’ah berlangsung suasana kelas tenang, semua siswa memperhatikan, akan tetapi pada saat ada salah satu siswa yang maju ke depan untuk membaca, masih terlihat ada beberapa siswa yang berbicara
86
sendiri dengan teman sebelahnya, depannya atau belakangnya, kurang konsentrasi dan seringnya siswa yang izin masuk keluar untuk izin ke kamar mandi. B. Analisis Problematika Pembelajaran Mahārah Al-Qirā’ah Siswa Kelas V MINU Buaran Pekalongan Pada proses pembelajaran mahārah al-Qirā’ah siswa kelas V MINU Buaran Pekalongan, problematika yang dihadapi ada yang bersifat linguistik maupun non linguistik, yang diantaranya : 1. Tulisan Salah satu faktor yang menghambat proses pembelajaran bahasa Arab adalah tulisan Arab yang berbeda sama sekali dengan tulisan bahasa pelajar lainnya. Sebenarnya, kemahiran menulis Arab sesuai dengan kaidah imla’ harus sudah diperkenalkan sejak usia dini, diajarkan pada tingkat dasar dan menengah, serta dikuasai ditingkat atas.6 Problematika yang dialami oleh beberapa siswa kelas V MINU Buaran Pekalongan yaitu dari faktor tulisan. Tulisan bahasa Arab itu mempunyai ciri khas sendiri dan berbeda dengan bahasa Latin atau bahasa lainnya yang letak perbedaannya yaitu dari arah tulisannya yang dari arah kiri ke kanan. Huruf-huruf Arab berubah-ubah menurut letaknya dalam kata, yakni di awal, ditengah, di akhir dan berdiri sendiri. Dan ini menjadi masalah tersendiri bagi pembelajaran mahārah al-Qirā’ahsiswa kelas V. Bagi siswa kelas V sebagian besar siswa sudah bisa menulis tulisan bahasa
6
Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 41.
87
Arab akan tetapi ada beberapa yang belum bisa menulis huruf-huruf hijāiyyah dengan benar sehingga kalau disuruh membaca tulisan yang ditulisnya sendiri di dalam bukunya masing-masing akan mengalami kesulitan membacannya. Dan problematika yang lain yaitu guru tidak menerangkan kosakata yang mempunyai murodif (kosakata yang lafaznya berbeda akan tetapi mempunyai arti yang hampir mirip), sehingga murid hanya terpacu dengan 1 kosakata yang tertulis dalam teks bacaan tersebut. 2. Tata Bunyi Terkait dengan tata bunyi, ada beberapa problematika tata bunyi yang perlu menjadi perhatian para pembelajar non Arab salah satunya fonem Arab yang tidak ada padanannya di bahasa Indonesia, Melayu maupun Brunei.7 Probelematika atau kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa kelas V MINU Buaran Pekalongan dalam pembelajaran mahārah al-Qirā’ah dalam tata bunyi yaitu kebanyakan dari siswa masih ada yang belum sempurna dalam penyebutan huruf-huruf hijaiyyah seperti misalnyaث
(tsa),
(هha), ( خkha), ( ذdza), ( ضdhad), ( طtha), (ظzha), ‘(عain), غ
(ghain),( شsyin), karena huruf-huruf tersebut dianggap sulit dalam penguacapannya dan tidak ditemukan dalam bahasa lain. Kemudian dalam intonasi membaca, kebanyakan dari siswa membaca materi dalam bahasa 7
AcepHermawan, Op. Cit., hal. 101.
88
Arab dengan nada yang datar seperti halnya membaca al-Qur’an dan tidak memperhatikan adanya vokal panjang bahasa Arab,harokat, koma, titik dan tanda tanya. Sebagian dari siswa kelas V MINU Buaran kalau disuruh membaca masih ada kendala dalam tanda baca intonasi. Yang di dalam bacaan ada tanda baca titik, koma atau tanda tanya, akan tetapi siswa tersebut membacanya tidak sesuai dengan tanda baca yang sesuai dan nada dalam membacanya masih seperti membaca al-Qur’an dengan nada yang datar. 3. Tata Bahasa dan Kosakata Problematika yang juga dialami oleh pelajar bahasa Arab dan guru bahasa Arab di Indonesia adalah kosakata atau perbendaharaan kata.8 Dalam bahasa Arab banyak segi morfologi yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa lainnya. Hal ini tentu menjadi problematika bagi siswa dalam belajar bahasa Arab. Dalam mempelajari bahasa Arab, siswa harus dituntut untuk bisa menguasai kosakata bahasa Arab dari yang mudah sampai yang susah. Dalam tingkat sekolah dasar, kosakata yang diberikan dimulai dengan kosakata yang mudah-mudah dulu. Yang terjadi dalam pembelajaran mahārah al-Qirā’ah kelas V MINU Buaran Pekalongan ini sebagian siswa masih kesulitan menguasai kosakata. Pelajaran yang diajarkan guru pada minggu sebelumnya kalau ditanyakan pada pertemuan selanjutnya, siswa tersebut lupa artinya.
8
Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,(Bandung: Humaniora, 2001),
hal. 66.
89
Seperti dalam materi
يف حديقة املدينةsiswa masih belum mengetahui arti
kosakata dan kalau sudah diartikan oleh guru kadang masih lupa lagi saat ditanyakan pada pelajaran minggu berikutnya seperti:
.بالستيك،حصان،ملونة ّ ،مرتفعة،نافورة Problematika mengenai tata kalimatyang terpenting yaitu i’rob, yaitu yang dalam bahasa Arab disebut dengan nahwu. Berbeda dengan bahasa Indonesia, bahasa Arab mempunyai dua kalimat yaitu jumlah ismiyyah dan jumlah fi’liyyah. Problematika lain yang dihadapi oleh siswa kelas V MINU Buaran Pekalongan yaitu mengenai muthabaqah (kesesuaian) dan mauqi’yah (urut kata) dalam kosakata kalimat bahasa Arab. Misalnya yaitu kesesuaian antara dari segi isim isyāroh yang menunjukkan antara mudzakar dan muannats. Seperti contoh :
ىذا بيتdan ىذه تلميذةىذا سورمجيل،danىذه حديقة مجيلة Dari salah satu contoh tersebut, siswa masih kebingungan kalau ditanya oleh gurunya mana yang isim isyāroh yang untuk mudzakar dan untukmuannats.
4. Minat dan Motivasi
90
Minat dan motivasi untuk memperlajari bahasa Arab salah satunya disebabkan oleh rendahnya pernghargaan terhadap bahasa Arab.9 Rendahnya minat dan motivasi untuk mempelajari mata pelajaran bahasa Arab bagi siswa kelas V MINU buaran cukup rendah, walaupun sesekali guru kadang memberikan motivasi untuk siswa untuk tidak takut apabila disuruh guru untuk maju kedepan untuk membaca atau disuruh maju untuk menjawab pertanyaan akan tetapi tetap saja siswa yang ditunjuk oleh guru untuk masih tidak di depan kelas karena masih malumalu dan minder sama teman-teman yang lainnya kalau ada yang salah. Dan minat memperlajari bahasa Arab juga cukup rendah karena siswa beranggapan bahwa memperlajari bahasa Arab itu susah dan tidak menyenangkan dan guru yang mengajarnya lumayan galak. 5. Problematika perbedaan individu siswa dalam kelas baik dari segi kemampuan orientasi belajar dan sumber belajar. Problematika yang dialami siswa kelas V MINU Buaran Pekalongam dalam hal perbedaan individu siswa baik dari segi kemampuan orientasi belajar dan sumber belajar yaitu di sini yang menjadi kendala adalah masih sedikit yang mempunyai buku paket bahasa Arab kelas V karena terbatasnya buku paket bahasa Arab yang terdapat di perpustakaan dan kalau mau beli juga karena faktor ekonomi keluarga. Di mana kalau membeli buku paket bahasa Arab kelas V lumayan mahal.
9
Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta : Teras, 2011), hal. 44.
91
C. Analisis Upaya Yang Dilakukan Oleh Guru Dalam Mengatasi Problematika Tersebut Upaya yang dilakukan oleh guru bahasa Arab kelas V dalam mengatasi problematika dalam pembelajaran mahārah al-Qirā’ahsiswa kelas V antara lain : a. Upaya guru mengatasi problematika dari faktor tulisan Upaya yang dilakukan oleh guru bahasa Arab kelas V MINU Buaran yaitu dengan cara guru menuliskan kembali teks hiwār yang ada di buku paket di papan tulis kembali agar siswa terbiasanya menulis bahasa Arab dengan baik dan benar. Hal tersebut agar siswa tahu dan terbiasa bagaimana cara penulisan huruf hijāiyyah ketika berada di awal kalimat, di tengah kalimat, di akhir kalimat bahkan ketika disambung dengan huruf hijaiyyah yang lainnya. Problematika tersebut terdapat hanya ada beberapa siswa saja yang masih kesulitan menulis huruf hijāiyyah dengan benar dan baik. Upaya yang dilakukan oleh guru tersebut dilakukan setiap pertemuan saat pelajaran baru dimulai. Dan problematika yang dialami oleh oleh beberapa siswa kelas V MINU Buaran Pekalongan itu kebanyakan mengalami kesulitan dalam menggabungkan huruf satu dengan yang lain. b. Upaya guru mengatasi problematika dari faktor tata bunyi. Pada sistem tata bunyi bahasa Arab disebut tajwid al-Qur’an, yaitu dengan mempelajari makharijul huruf. Pada tahap ini hendaknya guru
92
bahasa Arab bersabar untuk melatih siswanya untuk berkali-kali mengucapkan huruf-huruf Arab. Karena bahasa Arab tidak sama dengan bahasa-bahasa lain. Upaya yang dilakukan oleh guru bahasa Arab kelas V MINU Buaran yaitu guru menerapkan metode langsung dan menyuruh siswanya untuk membaca di tempat duduknya masing-masing secara keras dan maju di depan kelas secara keras agar semua teman-temannya mendengarkan apa yang dibacanya agar guru dan teman-temannya tahu apakah yang dibacanya salah atau tidak. Kalau disaat membaca ada yang salah maka guru tersebut membenarkannya dan siswa disuruh membaca ulang bagian yang salah tersebut. c. Upaya guru mengatasi problematika dari tata bahasa dan kosakata. Pada sistem tata kalimat dalam bahasa Arab disebut dengan nahwu dan sharaf, adalah sangat penting jika seseorang bertujuan ingin memperlancar pembicaraan. Upaya yang dilakukan oleh guru bahasa Arab kelas V MINU Buaran dalam problematika tata bahasa dan kosakata yang dialami siswa kelas V MINU Buaran yaitu guru setelah siswa disuruh untuk membaca bersama-sama, guru menanyakan arti mufrodat atau kosakata yang terdapat pada teks hiwār tersebut. Setelah dibahas bersama-sama apa arti kosakata tersebut maka guru menyuruh siswanya maju kedepan untuk membaca kembali setelah itu ditanya arti dari kosakata tersebut apakah siswa tersebut sudah paham arti dan menghafal satu persatu arti dari
93
kosakata atau mufrodat tersebut. Dari hasil observasi di kelas V MINU Buaran Pekalongan selama pembelajaran mahārahal-Qirā’ah semua mahārah sudah diterapkan akan tetapi yang lebih ditekankan adalah mahārahal-Qirā’ah yang lebih ditonjolkan dan sebagian siswa masih mengalami problematika yang sangat terlihat seperti masih banyak siswa yang belum mengetahui apa arti dari kosakata yang terdapat dalam teks hiwār yang dipelajari maupun yang telah dipelajari sebelumnya, dan apabila ditanyakan kembali pada pertemuan yang akan datang, biasanya siswa tersebut lupa apa arti dari kosakata yang telah dipelajari pada minggu kemarin. Kalau dalam hal tata bahasa, MINU Buaran Pekalongan sudah menerapkan pelajaran nahwu pada kelas IV, akan tetapi tidak semuanya sudah faham dan menguasai nahwu dasar, hanya sebagian siswa saja yang sudah faham dan mengerti nahwu. Hal ini menjadi masalah ketika guru menerangkan tata bahasa atau tarkīb tentang isim isyāroh. d. Upaya guru mengatasi problematika dari faktor minat dan motivasi Untuk memotivasi belajar siswa perlu adanya pelajaran tambahan bahasa Arab, sehingga siswa termotivasi dalam memahami, membaca, menulis dan mengahafal mufrodat. Oleh karena itu antusias dan semangat untuk mempelajari bahasa Arab sebagai alat komunikasi harus ditingkatkan baik secar langsung maupun tidak langsung. Setelah itu guru dapat mengetahui evaluasi pembelajaran bahasa Arab selesai.10
10
Wa Muna, Op. Cit., hal. 45.
94
Upaya yang dilakukan oleh guru bahasa Arab kelas V MINU Buaran dalam hal minat dan motivasi yaitu guru dalam pembelajaran bahasa Arab terkadang menggunakan motode permainan edukatif seperti membaca permulaan, membaca dan membentuk kalimat. Hal tersebut agar siswa yang tadinya tidak mempunyai minat terhadap pelajaran bahasa arab yang karena siswa tersebut sudah berkeyakinan bahwa pelajaran bahasa arab itu susah dan sukar dipelajari maka guru kadang menerapkan permainan edukatif agar siswa tidak jenuh. Dan guru selalu memberikan suntikan motivasi kepada siswanya agar bisa percaya diri kalau disuruh maju kedepan untuk membaca atau menjawab pertanyaan dari guru. Guru memberikan motivasi secara suggestopediayaitu dengan tujuan untuk membasmi sugesti dan pengaruh negatif yang tidak disadari bersemai pada diri anak didik dan untuk memberantas perasaan takut yang menurut para ahli sangat mengganggu proses belajar,seperti kalau disuruh maju kedepan itu harus percaya diri dan jangan malu-malu dan anggap saja teman-teman yang ada di depan kalian itu seolah tidak ada. e. Upaya guru mengatasi problematika perbedaan individu siswa dalam kelas baik dari segi kemampuan orientasi belajar, sumber belajar. Upaya yang dilakukan oleh guru saat siswa masih mengalami kendala sumber belajar yang di mana masih ada siswa yang belum mempunyai buku paket bahasa Arab kelas V. Maka dari itu guru menyarankan
untuk
siswa
95
tersebut
untuk
memfotokopi
atau
menggandakan buku paket tersebut. Dan upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala siswa yang tidak punya buku paket yaitu setiap
kali
pertemuan
pembelajaran
mahārahal-Qirā’ah,
guru
menuliskan kembali teks bacaan yang akan dipelajari di papan tulis. Sehingga semua siswa baik yang sudah punya buku paket bahasa Arab maupun tidak punya menulis kembali teks bacaan ke dalam bukunya masing-masing agar tidak terjadi perbedaan.
96
