51
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Analisis Hasil
1.
Statistik Deskriptif Penelitian ini dilakukan pada reksadana saham di Indonesia periode 2008-
2012. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data sekunder. Dari hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel dibawah nilai N atas variabel atau banyaknya data yang digunakan berjumlah 80 karena penelitian menggunakan 16 sampel selama lima tahun. Data yang digunakan terbukti valid semua dengan N sejumlah 80. Alat analisis yang digunakan dalam pengujian ini adalah nilai, nilai terendah (minimum), nilai tertinggi (maximum), rata-rata (mean) dan standar deviasi. Hasil penelitian analisis deskriptif berikut : Tabel 4.1 Hasil Uji Analisis Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Kebijakan Alokasi Aset
80
.1340
.2762
.232589
.0446323
Pemilihan Saham
80
.1902
.5039
.344955
.0704301
Tingkat Risiko
80
.0086
.0493
.020483
.0089851
Kinerja Reksadana Saham
80
-.3115
1.1122
.547186
.3138376
Valid N (listwise)
80
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2013
52
a.
Variabel Independen
1)
Kebijakan alokasi Aset Berdasarkan hasil tabel 4.1 didapat nilai minimum dari kebijakan alokasi aset
sebersar 0,1340 yang dimiliki oleh BNI Reksadana Berkembang di tahun 2008 dan mempunyai nilai maximum sebesar 0,2762 ada pada Danareksa Mawar di tahun 2009. Kebijakan alokasi aset secara rata-rata diperoleh sebesar 0,232589 dengan standar deviasa sebesar 0,0446323. Hal ini berarti bahwa rata-rata aktivitas manajer investasi aset dalam mengelola dananya yaitu kebijakan alokasi aset sebesar 0,232589 atau 23,26%. 2)
Pemilihan Saham Berdasarkan hasil tabel 4.1 didapat nilai minumum dari pemilihan saham
sebesar 0,1902 yang dimiliki oleh Manulife Dana Saham di tahun 2008 dan mempunyai nilai maximum sebesar 0,5039 ada pada BNI Reksadana Berkembang di tahun 2009. Pemilihan saham secara rata-rata diperoleh sebesar 0,344955 dengan standar deviasi sebesar 0,0704301. Hal ini berarti bahwa rata-rata aktivitas manajer investasi dalam mengelola dana yaitu pemilihan saham sebesar 0,344955 atau 34,50%. 3)
Tingkat Risiko Berdasarkan hasil tabel 4.1 didapat nilai minimum dari tingkat risiko sebesar
0,0086 yang dimiliki oleh Panin Dana Maksima di tahun 2012 dan mempunyai nilai maximum sebesar 0,0493 ada pada First State Indoequity Sectoral di tahun 2010. Tingkat risiko secara rata-rata diperoleh sebesar 0,020483 dan standar deviasi sebesar
53
0,0089851. Hal ini berarti bahwa rata-rata produk reksadana saham mempunyai tingkat risiko sebesar 0,020483 atau 2,05%. b.
Variabel Dependen
1)
Kinerja Reksadana Saham Berdasarkan hasil tabel 4.1 didapat nilai minimum dari kinerja reksadana
saham sebesar -0.3115 dimiliki oleh Dana Ekuitas Andalan di tahun 2012 dan mempunyai nilai maximum sebesar 1.1122 ada pada Reksadana Mandiri Investa Atraktif di tahun 2010. Kinerja reksadana saham secara rata-rata diperoleh sebesar 0.547186 dengan standar deviasi sebesar 0.3138376. Hal ini berarti bahwa rata-rata kinerja reksadana saham yang dikelolah manajer investasi sebesar 0,547186 atau 54,72%. 2.
Uji Asumsi Klasik
a.
Uji Normalitas Uji normalitas data dilakukan dengan analisis grafik normal plot dan uji
statistik One-Sampel Kolmogorov-Smirnov Test. Uji ini dilakukan dengan melihat apakah distribusi data mempunyai perbedaan yang signifikan atau tidak dengan nilai standar baku. Jika terdapat perbedaan yang signifikan (taraf signifikansi < 0,05) maka distribusi data berbeda dengan standar baku atau dinyatakan tidak normal. Sedangkan jika tidak terdapat perbedaan yang signifikan (taraf signifikansi > 0,05) maka distribusi data tidak berbeda dengan standar baku atau terdistribusi secara normal (Ghozali, 2011). Berikut adalah hasil pengujian normalitas dengan grafik plot :
54
Gambar 4.1 Grafik Normality Probability Plot
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2013 Pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa titik-titik data menyebar di sekitar garis diagonal. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini sudha terdistribusi normal atau sudah memenuhi asumsi normalitas. Selain itu uji normalitas juga dilakukan dengan uji statistik One-Sampel Kolmogorov-Smirnov Test. Berikut adalah hasil pengujian normalitas dengan uji statistik One-Sampel Kolmogorov-Smirnov Test :
55
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
80
Normal Parameters
a,,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 .25635521
Absolute
.070
Positive
.057
Negative
-.070
Kolmogorov-Smirnov Z
.622
Asymp. Sig. (2-tailed)
.834
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2013 Hasil pengujian memberikan nilai Z hitung sebesar 0,622 dengan taraf signifikansi sebesar 0,834. Nilai taraf signifikansi diatas 0,05 menunjukkan bahwa nilai residual tidak mempunyai perbedaan yang signifikan dengan nilai standar baku. Dengan demikian, diinterpretasikan bahwa data terdistribusi secara normal atau asumsi normalitas terpenuhi. Hasil ini konsisten dengan uji Grafik Normality Probability Plot.
56
b.
Uji Multikolonieritas Uji multikolinieritas diuji dengan melihat nilai tolerance serta nilai Variance
Inflation Factor (VIF). Dikatakan tidak terdapat multikolinieritas dalam model regresi jika tolerance > 0,1 atau VIF < 10 (Ghozali, 2011). Hasil pengujian untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut : Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model
B
1(Constant)
Std. Error .799
.285
1.339
1.461
Pemilihan Saham
-2.325
Tingkat Risiko
11.645
Kebijakan Alokasi Aset
Coefficients Beta
Collinearity Statistics T
Sig.
Tolerance
VIF
2.803
.006
.190
.917
.362
.203
4.914
.764
-.522
-3.044
.003
.299
3.345
4.631
.333
2.515
.014
.499
2.002
a. Dependent Variable: Kinerja Reksadana Saham
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2013 Berdasarkan tabel 4.3 di atas, hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,1 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, yaitu tidak ada satupun variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat
57
disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi. c.
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW
test). Berikut adalah hasil pengujian autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW test: Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi b
Model Summary
Std. Error of the Model 1
R
R Square .577
a
Adjusted R Square
.333
.306
Estimate
Durbin-Watson
.2613659
1.725
a. Predictors: (Constant), Tingkat Risiko, Pemilihan Saham, Kebijakan Alokasi Aset b. Dependent Variable: Kinerja Reksadana Saham
Sumber :Data yang diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 1,725 lebih besar dari batas atas (du) 1,715 dan kurang dari 4 – 1,1715 (4 – du), maka dengan demikian tidak terjadi autokorelasi. d.
Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan grafik scatterplot dan
Uji Statistik Glejser. Berikut hasil pengujian menggunakan grafik scatterplot :
58
Gambar 4.2 Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2013 Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka o pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi ini tidak mengalami probel heteroskedastisitas.
59
Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model
B
1 (Constant)
.278
.174
.230
.889
-.172 -3.562
Kebijakan Alokasi Aset Pemilihan Saham Tingkat Risiko
Std. Error
Coefficients Beta
t
Sig.
1.601
.114
.064
.259
.796
.465
-.076
-.369
.713
2.820
-.200
-1.263
.210
a. Dependent Variable: ABS_RES
Sumber : Data sekunder diolah, 2013 Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dapat terlihat tidak ada variabel yang memiliki nilai probabilitas signifikansinya dibawah 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa model regresi dinyatakan bebas dari gelaja heteroskedastisitas. 3.
Uji Kesesuaian Model
a.
Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel independen. Berikut adalah hasil penghitungan koefisien determinasi hipotesis.
60
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi b
Model Summary
Model 1
R .577
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.333
.306
.2613659
a. Predictors: (Constant), Tingkat Risiko, Pemilihan Saham, Kebijakan Alokasi Aset b. Dependent Variable: Kinerja Reksadana Saham
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2013 Pada koefisien determinasi model regresi diperoleh nilai adjusted R square sebesar 0,306. Hal ini berarti bahwa 30,6% variasi kinerja reksadana saham dapat dijelaskan oleh kebijakan alokasi aset, pemilihan saham, dan tingkat risiko. Sedangkan sisanya ( 100% - 30,6%= 69,4%) dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain selain variabel independen tersebut.
b.
Uji Signifikansi Simultan ( Uji Statistik F) Analisis regresi secara multivariate dengan menggunakan metode uji F
dengan taraf signifikansi 0,05 untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel independen secara serentak atau simultan terhadap varabel dependen.
61
Tabel 4.7 Hasil Uji Anova b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
2.589
3
.863
Residual
5.192
76
.068
Total
7.781
79
F 12.635
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), Tingkat Risiko, Pemilihan Saham, Kebijakan Alokasi Aset b. Dependent Variable: Kinerja Reksadana Saham
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2013 Hasil Uji Anova menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang memiliki nilai lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa kebijakan alokasi aset, pemilihan saham, dan tingkat risiko secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja reksadana saham. 4.
Uji Hipotesis
a.
Uji Signifikansi Parameter Individual ( Uji Statistik t) Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear berganda,
dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Data yang telah memenuhi keempat uji asumsi klasik, maka dapat dilakukan pengujian lanjut dengan regresi berganda.
62
Tabel 4.8 Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t) Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error .799
.285
1.339
1.461
Pemilihan Saham
-2.325
Tingkat Risiko
11.645
Kebijakan Alokasi
Coefficients Beta
T
Sig.
2.803
.006
.190
.917
.362
.764
-.522
-3.044
.003
4.631
.333
2.515
.014
Aset
a. Dependent Variable: Kinerja Reksadana Saham
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2013 Tabel 4.8 merupakan pengujian variable anatar variable dependen kinerja reksadana saham dengan variable independent secara individu/parsial yang dilakukan dengan uji t. Hasil pengujian hipotesis 1 mengenai pengaruh kebijakan alokasi aset terhadap kinerja reksadana saham menunjukkan nilai t sebersar 0,917 dengan signifikansi sebersar 0,362. Nilai signifikansi pengujian tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini menandakan bahwa variable kebijakan alokasi aset tidak berpengaruh terhadap kinerja reksadana. Dengan demikian, hipotesis 1 menyatakan “Kebijakan alokasi aset berpengaruh positif terhadap kinerja reksadana saham” ditolak. Hasil pengujian hipotesis 2 mengenai pengaruh pemilihan saham terhadap kinerja reksadana menunjukkan nilai t sebesar -3,044 dengan signifikansi sebesar
63
0,003. Nilai signifikansi pengujian tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini menandakan bahwa variable pemilihan saham berpengaruh terhadap kinerja reksadana. Dengan demikian, hipotesis 2 yang menyatakan “Pemilihan saham berpengaruh negatif terhadap kinerja reksadana” diterima. Hasil pengujian hipotesis 3 mengenai pengaruh tingkat risiko terhadap kinerja reksadana menunjukkan nilai t sebesar 2,515 dengan signifikansi sebesar 0,014. Nilai signifikansi pengujian lebih kecil dari 0,05. Hal ini menandakan bahwa variable tingkat risiko berpengaruh terhadap kinerja reksadana. Dengan demikian, hipotesis 3 yang menyatakan “Tingkat risiko berpengaruh positif terhadap kinerja reksadana” diterima. b.
Analisis Regresi Linear Berganda Berdasarkan hasil uji t, dapat dirumuskan persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 0,799 + 1,339Keblokaset – 2,325Pemsah + 11,645Tingris + e
B.
Pembahasan
1.
Pengaruh kebijakan alokasi aset terhadap kinerja reksadana Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kebijakan
alokasi aset berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja reksadana saham, yang berarti walaupun manajer investasi telah melakukan kebijakan alokasi aset pada investasi reksadana saham yang dikelolanya, hasilnya tidak berdapampak pada peningkatan return dari reksadana saham. Kemampuan seorang manajer investasi dalam mengalokasikan dana pada kelas-kelas aset yang tersedia dan
64
seberapa besar porsi pendistribusian dananya sangat berpengaruh dan penting dalam menghasilkan kinerja reksadana yang baik. Kebijakan alokasi aset merupakan tindakan untuk menempatkan bobot investasi atau proporsi instrumen keuangan bebas berisiko (risk free asset) dan instrumen keuangan berisiko (risk asset) (Samsul, 2007). Sedangakan menurut (Drobetz dan Kohler, 2002) kebijakan alokasi aset sebagai pembentukan kelas-kelas atas bobot aset yang normal dan bobot aset yang pasif. Hasil penelitian mendukung dengan penelitian Mulyana (2006) tentang pengaruh kebijakan alokasi aset dan pemilihan sekuritas terhadap kinerja reksadana terbuka berbentuk Kontrak Invetasi Kolektif (KIK) baik saham, pendapatan tetap, dan campuran. Masing-masing variabel diukur dengan menggunakan metode analisis regresi berganda dan metode Sharpe Ratio untuk mengukur masing-masing kinerja reksadana. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa kebijakan alokasi aset oleh manajer investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja reksadana. 2.
Pengaruh pemilihan saham terhadap kinerja reksadana. Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pemilihan
saham berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja reksadana saham, artinya apabila seorang manajer investasi memiliki kemapuan pemilihan saham dan mampu mengampilkasikannya maka akan terjadi peningkatan pada return reksadana saham yang dikelolanya. Seorang manajer investasi harus mampu memilih komposisi saham mana saja yang mampu membri keuntungan paling maksimal. Serta melakukan prediksi kapan kondisi ekonomi memburuk dan kapan akan membaik sehingga return
65
dari reksadana mampu membri hasil yang maksimal. Pada penelitian ini, kemampuan manajer investasi dalam pemilihan saham telah teruji. Terbukti pada periode penelitian tahun 2008, dimana kondsi perekonomian yang sempat memburuk dan berpengaruh pada penurunan return reksadana saham. Namun pada tahun 2009 return reksadana berhasil membaik dan mengalami kenaikan. Pemilihan saham merupakan kemampuan manajer dalam memilih dan membentuk suatu portofolio investasi agar portofolio tersebut mampu mendatangkan return seperti yang diharapkan oleh investor. Literatur manajemen investasi menyatakan bahwa kemampuan market timing sangat sulit diandalkan sehingga kemampuan pemilihan saham dari manajer investasi sangat diandalkan untuk mendapatkan return yang superior (Untung, 2007). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Gumilang dan Subiyantoro (2008) tentang analisis market timing dan stock selection terhadap kinerja reksada pendapatan tetap berdasarkan kelas aset yang dimiliki manajer investasi. Hasil penelitiannya menyatakan masing-masing produk reksadana pendapatan tetap yang dikelola oleh kelompok-kelompok manajer investasi yang dipilih mempunyai nilai positif dan masing-masing dari produk reksadana pendapatan tetap tetap dengan nilai statistik tidak signifikan. 3.
Pengaruh tingkat risiko terhadap kinerja reksadana Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel tingkat
risiko berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja reksadana, artinya semakin
66
tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan investor maka akan semakin tinggi pula risiko suatu investasi. Tingkat risiko reksadana bisa terjadi karena risiko pasar yang disebabkan oleh faktor-faktor yang menimpa seluruh pasar dan membawa dampak bagi semua perusahaan dalam suatu perekonomian. Tingkat risiko reksadana tergantung pada kebijakan alokasi aset, artinya bagaimana manajer investasi mengalokasikan dana pada kelas-kelas aset yang tersedia dan seberapa besar porsi pendistribusian dananya (Drobetz dan Kohler, 2002). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Wijaya (2008) yang menyatakan bahwa return yang tertinggi pada reksadana belum menjamin reksadana tersebut optimal karena return yang tinggi dapat juga diikuti oleh risiko yang tinggi, sehingga Sharpe Ratio menjadi rendah. Sharpe Ratio yang tinggi dengan return yang tinggi adalah yang terbaik. Return dan risiko berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja reksadana saham.