63
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Umum Objek Penelitian A. Latar Belakang Global TV
Global TV didirikan pada awal 1999 dan memulai debutnya pada Oktober 2001, Global TV dengan cepat mengidentifikasikan diri sebagai stasiun tv swasta termuda di Indonesia dengan target pemirsa berjiwa muda. Global TV mengudara non-stop 24 jam dalam program-program MTV dengan jangkauan siar meliputi Jabodetabek, Medan, bandung, Semarang, Surabaya dan Yogyakarta. Sejak Januari 2005, Global TV memperluas jangkauan siar ke lebih dari 18 kota di Indonesia dan berhasil menambah warna baru dalam gaya hidup dan entertainment dengan kombinasi program-program luar negeri dan programprogram lokal. Pada Februari 2006, Global TV menandatangani perjanjian kerja sama dengan MTV Networks untuk membawa serta program-program MTV dan Nickelodeon ke layar kaca Indonesia. Perubahan ini sekaligus menandakan
64
perubahan konsep Global TV yang akan melayani kebutuhan hiburan untuk pemirsa berjiwa muda, Global TV hingga kini masih menyuguhkan berbagai macam program-program MTV. Pada bagian news global tv memproduksi Global Pagi, Global Siang, Berita Global (d/h Global Petang), Global Malam, Kilas Global, Obsesi dan Genie. B. Visi dan Misi Global TV Global TV memiliki visi sebagai satu-satunya media televisi yang menjadi sumber inspirasi, informasi dan hiburan bagi anak muda dan keliarga muda serta memahami keinginan dan kebutuhan pemirsa seklaigus menjadi media terefektif bagi pemasang iklan yang tersegmentasi untuk anak muda. Sedangkan misi global tv adalah sebagai media untuk menyalurkan energy, dinamika dan proses kreatif anak muda Indonesia dengan memadukan tatanan perkembangan informasi dan hiburan yang berlandaskan etika dan budaya bangsa Indonesia melalui tayangan-tayangan yang bermutu. C. BeritaGlobal
65
Program berita global yang merupakan salah satu dari 3 program berita yang ada di Stasiun TV Global TV. Global TV sendiri adalah salah satu dari anak perusahaan grup media MNC yang di pimpin oleh Hari Tanoesudibjo. Secara umum Global TV memiliki segmentasi keluarga muda dan mereka yang berjiwa muda, dan untuk program berita Berita Global segmentasinya adalah untuk semua kalangan. Karena berita-berita yang diangkat umumnya adalah hard news pada segmen awal dan biasanya ada beberapa features yang ditayangkan di segmen terakhir. Berita Global juga menayangkan feature khusus dengan durasi lebih dari 2 menit pada hari-hari besar seperti Hari Kemerdekaan, Hari Raya, Hari Pendidikan, Pilpres serta hari-hari besar Nasional lainnya. Berita Global tayang setiap harinya mulai dari pukul 16.30 – 17.00, dengan jumlah segmen berita sebanyak 4 buah, masing-masing segmen menayangkan 3 hingga 4 buah berita mulai dari Berita Global memiliki 3 orang presenter tetap, dimana setiap edisi dibawakan oleh satu orang presenter secara bergantian. Mereka adalah Wahyu Wiwoho, Panji Himawan, dan Risca Indah. Berita Global memiliki sifat hard news, karena menampilkan berita-berita teraktual, yang bersifat baru dan terkini. Dengan tampilan formal dapat dilihat dari wardrobe presenter dan set studio yang digunakan. Didukung dengan sumber daya manusia yang berjiwa muda, aktif dan kritis, berita-berita yang disajikan dalam program ini tak hanya bersifat informatif, tapi juga edukatif dan entertaining.
66
4.2 Analisis Data 4.2.1 Uji Reliabilitas Analisis data pada penelitian ini mendeskripsikan hasil data yang telah dikoding pada lembar koding berdasarkan indikator-indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Operasionalisasi lembar koding sebelumnya harus melalui tahap uji percaya dan dapat diandalkan sehingga dapat dipakai lebih dari satu kali juga oleh orang lain selain peneliti untuk mengukur gejala yang sama.. Salah satu cara uji reliabilitas yang dapat digunakan adalah rumus Ole R. Holsty. Disini periset melakukan pretest dengan cara mengkoding sampel ke dalam kategorisasi, uji ini dikenal dengan uji antarkode.47 Hasil pengkodingan dibandingkan dengan menggunakan rumus Holsty, yaitu:
C.R =
3M N1 + N2+N3
Keterangan : C.R
= Coefficient Reliability, koefisien adalah F (rasio dari coding agreement terhadap jumlah keputusan yang diberikan oleh para pengkoding).
47
Rachmat Kriyantono, S. Sos, M.Si, Teknis Praktis Riset Komunikasi, Kencana Prenada Media Group, 2006, hal. 234.
67
M
= Jumlah pernyataan yang disetujui oleh pengkoding dan peneliti.
N1, N2, N3
= Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan
peneliti. Jumlah keseluruhan sampel berita yang diteliti adalah berjumlah 70 berita. Hakim dan peneliti melakukan uji reliabilitas sesuai dengan kategorisasi yang telah ditentukan, sehingga 67 berita tersebut diteliti dengan cara yang sama. Pada akhir uji reliabilitas akan dilakukan perbandingan antar berita yang diteliti peneliti dan hakim. Hasil uji tersebut menunjukan beberapa pertanyaan yang sama dan pertanyaan yang tidak sama. Dari seluruh pernyataan yang diuji sejumlah 737, pernyataan yang sama atau disetujui antara peneliti dan hakim berjumlah 726 pernyataan. Untuk mengetahui validitas dari kategorisasi yang telah ditentukan, maka penghitungannya adalah sebagai berikut : Maka : C.R =
3 (726) (67 x 11) + (67 x 11) + (67 x 11)
=
2178 2211
= 0,98 Meski belum ada standar yang mutlak, menurut Wimmer dan Dominick, ambang penerimaan yang sering digunakan adalah 0,75 untuk menggunakan pi. Jika kesesuaian antar penyusun kode tidak mencapai 0,75 maka kategorisasi
68
operasional perlu dibuat lebih spesifik lagi. Berdasarkan hasil uji reliabilitas diatas yaitu 0,98, maka kategorisasi dinyatakan valid. Dibutuhkan 2 orang hakim dalam uji realibilitas ini. Maka dari itu peneliti dibantu oleh 2 orang sarjana komunikasi yaitu, Eka Perwitasari S,Sos. Dia adalah seorang praktisi jurnalistik yang berprofesi sebagai seorang wartawan di salah satu media cetak sehingga tahu benar prinsip-prinsip jurnalistik secara tepat. Dan yang kedua adalah Guritno Himantoro, ST, M.si. Dia adalah lulusan S2 manajemen media dan juga seorang praktisi dunia pertelevisian yang bekerja sebagai seorang editor visual di salah satu televisi swasta di Jakarta, dia mengerti betul isi dari Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran 4.2.2 Indikator Isi berita masuk akal Berita merupakan fakta atau informasi harus jelas, agar suatu peristiwa yang disampaikan dapat diterima dengan logika sekaligu tidak menimbulkan kbingungan. Dalam menonton televisi yang merupakan media audio visual, seseorang menggunakan mata dan telinganya, sehingga apa yang diterima oleh mata dan telinga prinsipnya harus sinkron. Penonton yang bingung kemudian akan menanggapi ulasan berita sebagai berita yang tidak masuk akal. Tabel 4.2.2 Persentase Penggunaan Bahasa Untuk Berita Masuk Akal
Frequency Valid
Msk Akal
Sumber : Olahan peneliti
67
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
69
Dari tabel diatas, semua (100%) berita pilpres yang ditayangkan redaksi Berita Global masuk ke dalam kategori isi berita yang masuk akal, narasi menggunakan bahasa yang baik dan visualisasi berupa gambar disusun sesuai dengan daya tangkap indera manusia, yaitu indera penglihatan dan indera pendengaran.Sehingga tidak menyebabkan kebingungan bagi penonton 4.2.3 Bahasa sesuai dengan Ejaan Yang Disesuaikan Pada dasarnya, kalimat-kalimat yang digunakan dalam sebuah naskah berita merupakan kalimat-kalimat tutur atau kalimat percakapan dengan bahasa yang akrab dan santai, namun gramatikanya sangat diperhatikan dan tidak acakacakan. Karena naskah berita akan diceritakan kembali oleh presenter kepada penonton. Sehingga penyajian program berita berbahasa Indonesia harus menggunakan kata-kata yang baku sesuai dengan Ejaan Yang Disesuaikan (EYD). Tabel 4.2.3 Persentase Penggunaan Bahasa Sesuai Ejaan Yang Disesuaikan.
Frequency Valid
Sesuai
67
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
Sumber : Olahan Peneliti
Hasil penghitungan data yang dilakukan peneliti, maka ditemukan bahwa 100 % berita pilpres yang ditayangkan program Berita Global menggunakan bahasa dengan Ejaan Yang Disesuaikan, kata per kata yang digunakan sesuai dengan hakikat Bahasa Indonesia yang baik dan benar, bukan bahasa slank, atau bahasa kasual yang biasa digunakan sehari-hari.
70
4.2.4 Penggunaaan Bahasa Asing Tidak Melebihi 30 % Sesuai dengan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009, tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Di undang-undang itu, Bahasa Indonesia menempati Bab 3, terdiri dari 20 pasal. Pada pasal 39 ayat 1 yang berbunyi Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam informasi
melalui
media
massa,
menunjukkan
bahwa
selain
Bahasa
Indonesia,maka bahasa lain harus dibatasi penggunaannya dalam media massa, terkecuali seperti yang ada pada pasal 39 ayat 2 yang berbunyi. Media massa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing yang mempunyai tujuan khusus atau sasaran khusus. Tabel 4.2.4 Persentase Penggunaan Bahasa Asing Tidak Melebihi 30%
Frequency Valid
Ya
67
Percent 100.0
Valid Percent
Cumulative Percent
100.0
100.0
Sumber : Olahan Peneliti Contoh penggunaan bahasa asing diantaranya adalah penggunaan istilah-istilah atau kata-kata baik yang murni bahasa asing ataupun kata serapan seputar pemilu seperti voting, abstain, dll
4.2.5
Indikator Keakuratan Berita dari Sisi Kredibilitas Narasumber Narasumber yang kredibel adalah narasumber yang ada hubungannya
langsung oleh peristiwa yang terjadi, dan yang mampu memberikan keterangan yang relevan dengan peristiwa yang diberitakan, sedangkan narasumber yang
71
tidak kredibel adalah narasumber yang sama sekali tidak berkaitan dengan peristiwa yang sedang diberitakan namun ikut dimintai keterangannya seputar peristiwa tersebut. Bila ada narasumber yang memberikan komentar seperti “Jangan tanya Saya, Saya kurang paham permasalahan itu…Coba ditanya pada yang lebih kompeten…”. Pernyataan seperti itu menunjukkan bahwa berita global telah salah sasaran dalam memilih narasumber untuk diwawancarai dan berarti nasarumber tersebut tidak kredibel. Tabel 4.2.5 Persentase keakuratan berita dari kredibilitas narasumber
Frequency Valid
Kredibel
67
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
Sumber : Olahan Peneliti Informasi yang akurat menurut Djunaedi dalam bukunya Ensiklopedi Pers Indonesia48 adalah syarat penulisan berita yang menyangkut masalah ketelitian atas kebenaran berita, antara lain meliputi data dan fakta, syarat lainnya adalah aktual. Fakta diartikan sebagai keadaan, kejadian atau peristiwa yang benar dan bisa dibuktikan termasuk didalamnya ucapan pendapat dan penilaian orang atas sesuatu49. Berarti disini juga, fakta menyangkut kredibilitas narasumber, disinilah kemampuan seorang jurnalis dalam memilih narasumber akan terlihat, karena dari sumber yang kredibel-lah seorang jurnalis akan mendapatkan data yang benar.
48
Kurniawan Djunaedi. Ensiklopedi Pers Indonesia, Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 1991, hal.5 49 Ibid, hal 65
72
Sumber kredibel menurut Jonathan dalam bukunya Politik dan Radio, Buku Pegangan Jurnalis Radio adalah pakar sebagai orang yang kompeten atau orang yang berkenaan langsung (melihat serta merasakan situasi dan kondisinya) dalam masalah tersebut. Dengan kata lain narasumber merupakan orang yang ada hubungan erat dengan kejadian atau orang yang benar-benar mengerti tentang suatu kejadian tergantung dengan kondisi peristiwa dan situasi peliputan. Oleh karena itu, pemilihan narasumber bukanlah hal yang sepele, karena ia juga menyangkut valid atau tidaknya suatu dataTabel diatas memperlihatkan bahwa keseluruhan (100 %) kutipan yang digunakan program berita dalam pemberitaan sebagai salah satu unsur penguat berita, berasal dari narasumber kredibel, hal ini terlihat dari narasumber yang dimintai keterangan, semua berkaitan langsung dengan peristiwa yang diberitakan, masing-masing narasumber diberikan juga porsi yang seimbang dan adil sehingga tercipta pemberitaan yang akurat dan berimbang. 4.2.6
Indikator akurat dari sisi aktualitas Akurasi juga terkait dengan aktualitas suatu peristiwa itu diberitakan,
menyangkut dengan bagaimana suatu peristiwa diproses sesuai dengan waktu produksi normal yaitu 24 jam, semakin aktual suatu peristiwa maka ke informasinya akan semakin akurat. Berita yang akurat tidak hanya berita yang menyajikan narasumber yang kredibel, namun juga dilihat dari sifat aktualnya. Aktual berarti jarak penayangan berita dengan kejadian memiliki jarak yang pendek. Karena berita akan lebih dekat di hati penonton jika berita yang ditayangkan masih memiliki unsur kebaruan. Semakin cepat peristiwa atau
73
pendapat disiarkan, semakin aktual berita tersebut. Sebaliknya semakin lama berita tersebut disiarkan maka berita itu akan menjadi sesuatu yang basi. Aktualitas merupakan ukuran penting bagi televisi, berkaitan dengan rating atau tingkat kepermirsaan. Tabel 4.2.6 Persentase keakuratan berita dari aktualitas pemberitaan
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak
11
16.4
16.4
16.4
Ya
56
83.6
83.6
100.0
Total
67
100.0
100.0
Sumber : Olahan Peneliti Hasil pada tabel menunjukan bahwa terdapat 16,4 % berita yang tidak aktual karena tidak ada penyebutan keterangan waktu seperti pagi tadi, siang ini, senin pagi atau (…) jam yang lalu. Sedangkan 83, 6% berita dinyatakan aktual karena menyebutkan keterangan waktu secara jelas baik dalam yang disebutkan lead maupun dalam badan berita.
4.2.7
Indikator adil dan berimbang berdasarkan kelengkapan 5W+1H Berita yang adil dan berimbang dapat dilihat dari kelengkapan unsur
5W+1H yaitu, What (Apa), Who (Siapa), When (Kapan), Where (Kapan), Why (Kenapa) dan How (Bagaimana). Penulisan naskah berita yang kurang lengkap dapat membuat penonton menjadi bingung dan pesan yang ingin disampaikan menjadi tidak maksimal. Kelengkapan unsur ini adalah hal yang mendasar yang harus dituliskan pada naskah berita sehingga pemirsa menjadi jelas dan tidak bertanya-tanya.
74
Tabel 4.2.7 Persentase kelengkapan unsur 5W+1H
Valid
Lengkap Tidak Total
Frequency 61 6
Percent 91.0 9.0
Valid Percent 91.0 9.0
67
100.0
100.0
Cumulative Percent 91.0 100.0
Sumber : Olahan Peneliti
9% berita mengenai pilpres di Global TV adalah berita yang tidak lengkap. Hal ini karena berita-berita tersebut tidak memiliki kelengkapan unsur 5W+1H, terutama keterangan waktu, unsur kapan tidak dicantumkan pada naskah. Padahal unsur utama berita adalah terdapat unsur siapa, apa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana secara lengkap. Contoh pada berita dengan judul SOSIALISASI PILPRES, dalam berita ini KPUD Jawa Tengah menggelar acara sosialisasi pilpres di lapangan futsal setempat dengan menggelar spanduk besar dan akan segera melakukan acara serupa di berbagai tempat keramaian lainnya. Namun dalam naskah tidak dijelaskan kapan hal ini dilakukan oleh KPUD Jawa Tengah. Ketidaklengkapan unsur when dapat menyebabkan penonton menjadi bingung, terutama bagi para calon pemilih yang belum mendapat sosialisasi tentang pilpres.
4.2.8 Indikator adil dan berimbang dari sisi Cover Both Side Adalah kewajiban setiap media massa untuk menghadirkan informasi secara akurat, adil, berimbang. Termasuk memberikan hak jawab dan melakukan hak koreksi terhadap berita yang dianggap tidak akurat. Berita yang adil adalah berita yang diolah dari berbagai narasumber yang kompeten yang berasal dari dua
75
pihak. Jurnalis atau wartawan sangat tidak dianjurkan untuk menulis sebuah naskah berita yang mendapatkan data dari satu pihak ataupun pihak yang netral. Yang dapat memicu ketidak-adilan pemberitaan. Harus ada proses check dan recheck dengan dua pihak yang bertikai. Tabel 4.2.8 Persentase netral dan berimbang berita dari sisi cover both side
Frequency Valid
Ya
67
Percent
Valid Percent
100.0
100.0
Cumulative Percent 100.0
Sumber : Olahan Peneliti
Dari tabel diatas, keseluruhan berita seputar pilpres di Berita Global menerapkan prinsip cover both side, dengan menghadirkan seluruh narasumber dari pihak-pihak yang diberitakan. Tidak ditemukan berita yang hanya memberitakan informasi dari satu pihak saja. Sebagai contoh pada berita dengan judul TENDANG WARTAWAN yang memberitakan adanya dugaan tindak kekerasan yang dilakukan salah satu tim sukses SBY-Boediono terhadap salah satu wartawan Harian Sinar Harapan, Ode Odata H Julia. Peristiwa terjadi pada saat rombongan Cawapres berkunjung ke daerah Papua. Tindak kekerasan itu dilakukan oleh salah satu anggota tim sukses yang mengakibatkan Ode mendapatkan perawatan medis. Hal ini mengancam citra tim sukses SBY-Boediono, sehingga Rizal Malarangeng sebagai juru bicara tim sukses telah meminta maaf di hadapan sejumlah wartawan. Narasumber yang dimintai keterangan adalah Ode Odata sendiri, saksi Fibra dan Rizal Malarangeng.
76
Dengan dihadirkan tiga narasumber tersebut angle pemberitaan bersifat cover both side ,tidak memojokkan tim sukses ataupun membela Ode. 4.2.9
Indikator penggunaan kata-kata opinionative Di berbagai pendidikan dan pelatihan jurnalistik, pencampuran opini
pribadi dan fakta merupakan hal yang sebaiknya dihindari oleh jurnalis. Jurnalis dilarang memberikan opini pribadinya terhadap sebuah berita yang akan disajikan kepada khalayak luas. Namun menurut Syahputra50, kebanyakan jurnalis tidak kuasa untuk beropini, karena pengabdian jurnalis kepada publik terkadang jurnalis terdorong untuk membela kepentingan publik melalui opini yang tersurat dalam berita yang ditulisnya. Hal ini dapat terlihat dari adanya penggunaan kata-kata yang bersifat opinionative. Sedangkan fakta dan opini yang objektif berkaitan dengan ada tidaknya pencampuran pendapat dari wartawan dalam menyusun dan menyajikan pemberitaan.terlihat
dari
digunakannya
kata-kata
opinionative,
seperti
tampaknya, kemungkinan, diperkirakan, seakan-akan, terkesan, seolah, agaknya, diramalkan, controversial, mengejutkan, sayangnya dan kata-kata sejenisnya. Tabel 4.2.9 Persentase penggunaan kata-kata opinionative
Frequency Valid
Tidak Ya Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
60
89.6
89.6
89.6
7
10.4
10.4
100.0
67
100.0
100.0
Sumber : Olahan Peneliti 50
Syahputra, Iswandi. Jurnalistik infotainment kancah baru jurnalistik dalam industry televisi. Penerbit Pilar Media. Yogyakarta 2006.
77
89, 6 % isi berita pilpres di Berita Global tidak mengandung opini pribadi redaksi ataupun reporter. Hal ini dilakukan oleh redaksi Berita Global untuk menjaga netralitas dan independensinya sebagai lembaga penyiaran yang turut mendukung kesusksesan jalannya Pemilihan Umum Presiden tahun 2009 yang menjunjung tinggi nilai-nilai jurnalistik
yang adil dan berimbang. Namun
ditemukan sebanyak 7 berita yang terindikasi mengandung pencampuran opini dan fakta dilihat dari adanya penggunaan kata-kata opinionative yang diselipkan dalam bentuk narasi yang dibacakan oleh seorang dubber. Contohnya adalah sebagai berikut : -
DEBAT
CALON
MENGUSUNG PEMERINTAHAN
PRESIDEN TEMA YANG
PUTARAN
MEWUJUDKAN BAIK
DAN
PERTAMA TATA BERSIH
INI
/
KELOLA /
SERTA
PENEGAKAN SUPREMASI HUKUM /// TIDAK SEPERTI DEBAT PADA UMUMNYA / DEBAT CAPRES KAMIS
MALAM
/
TERKESAN
KAKU
DAN
JAUH
DARI
HARAPAN/// KETIGA CAPRES YANG SEHARUSNYA SALING BERDEBAT / JUSTRU TAK SUNGKAN MEMUJI SATU SAMA LAIN/// ALHASIL / KETIGA CAPRES TIDAK MEMBERIKAN SOLUSI ATAS TEMA YANG DIAJUKAN/// Narasi diatas seolah ingin memperlihatkan, sebagai calon presiden, ketiganya belum memiliki kredibilitas yang memadai. Terlihat dari bagaimana
78
mereka saling memuji dan bukan saling mendebat satu sama lain. Selain itu, narasi tersebut juga seolah-olah memperlihatkan bagaimana ketiga calon presiden tidak mampu memberikan jawaban yang memadai berkenaan dengan pertanyaanpertanyaan seputar tema yang diajukan. Padahal menurut ketiga calon presiden sendiri, debat yang diadakan saat itu adalah hanya sebagai sarana bertukar pikiran dan sarana untuk menjelaskan visi dan misi ke depan yang diselenggarakan dengan mengedepankan sopan santun dan bukan saling singgung. 4.2.10 Indikator sikap intimidatif, menyudutkan dan memaksa narasumber Tuntutan profesi untuk mendapatkan berita yang paling aktual dan terbaru, menyebabkan sebagian jurnalis rentan melakukan hal apapun. Pemerasan, pemaksaan dan tindakan intimidatif lainnya bisa saja dilakukan demi mendapatkan informasi yang terutama menyangkut dengan nama baik para pejabat tinggi Negara atau anggota dewan yang menjabat di pemerintahan. Sanksi tegas mengenai perilaku tersebut sudah diatur dalam kode etik jurnalistik dan juga P3 SPS. Dalam Kode Etik Jurnalistik dengan gamblang disebutkan,Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap. Tanpa tindakan tegas,
profesi wartawan akan dipandang rendah oleh publik. Orang akan menilai jurnalis tak ada bedanya dengan tukang palak. Kecaman pers terhadap perilaku para pejabat, juga anggota parlemen, justru akan menjadi bahan tertawaan bila perilaku kalangan jurnalis tak ada bedanya dengan mereka
79
Tabel 4.2.10 Persentase sikap intimidatif, menyudutkan dan memaksa
Frequency Valid
Tidak
Percent
67
100.0
Valid Percent
Cumulative Percent
100.0
100.0
Sumber : Olahan Peneliti
. Tabel diatas memperlihatkan, dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang jurnalis, tim liputan Global TV menaati kode etik yang berlaku dengan tidak melakukan tindakan intimidasi, menyudutkan atau memaksa nara sumber memberikan pernyataan. Pernyataan – pernyataan yang ditampilkan, tidak ditujukan untuk memecah belah, membongkar kejelekan ataupun menjatuhkan martabat pihak – pihak tertentu. Melainkan untuk memperkuat isi berita dan memberi kejelasan pada pemirsa tentang peristiwa yang diberitakan. 4.2.11 Indikator penggunaan kamera dan mic tersembunyi Dalam pemberitaan yang bersifat investigatif, penggunaan kamera dan mikrofon tersembunyi sangat lazim dilakukan. Apabila dalam suatu berita kamera dan mic tersembunyi digunakan, maka harus dicantumkan tulisan bahwa gambar itu diambil dengan menggunakan kamera tersembunyi. Biasanya terdapat tulisan hidden di ujung kiri bawah layar televisi. Tabel 4.2.11 Persentase penggunaan kamera dan mic tersembunyi
Frequency Valid
Tidak
Sumber : Olahan Peneliti
67
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
80
Dari tabel diatas sangat terlohat bahwa tim liputan Global TV dalam melakukan peliputan dan pemberitaan, tidak menggunakan kamera atau mikrofon tersembunyi. Semua kegiatan peliputan dilakukan secara terbuka dan sesuai dengan P3 SPS Pasal 45 ayat 1. 4.2.12 Indikator narasumber terburu-buru meninggalkan wartawan tanpa melihat ke kamera Sebelum meminta keterangan dari seorang narasumber, ada baiknya reporter meminta persetujuan terlebih dahulu. Namun tidak jarang juga keterangan didapat tanpa persetujuan, dengan cara pencegatan. Narasumber yang sebelumnya
tidak
dimintai
persetujuan
biasanya
akan
langsung
pergi
meninggalkan wartawan tanpa mau berkomentar apa-apa, walau hanya sekedar melihat ke kamera sekalipun. Akibatnya, suasana wawancara tidak kondusif, gambar cenderung buram dan goyang dikarenakan berebut dengan tim liputan dari media lain, selain itu keterangan yang didapat juga menjadi tidak jelas. Tabel 4.2.12 Persentase narasumber terburu-buru meninggalkan wartawan
Frequency Valid
Tidak
67
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
Sumber : Olahan Peneliti
Keseluruhan wawancara yang dilakukan oleh tim liputan Global TV adalah melalui perjanjian, dilihat dari suasana wawancara yang santai dan tidak terburu-buru. Masing-masing narasumber memang memberikan kesempatan bagi para wartawan untuk mewawancarainya dan tidak berkeberatan untuk memberi keterangan. Sehingga keterangan yang didapat merupakan keterangan yang
81
lengkap dan dapat menguatkan secara pasti pemberitaan yang dilakukan, tidak hanya keterangan sambil lalu yang di dapat secara door stepping. 4.3 Pembahasan Permasalahan dalam skripsi ini adalah memberi gambaran bagaimana suatu media menerapkan dan menaati pasal-pasal dalam P3/SPS yang di dalamnya terkandung prinsip-prinsip jurnalistik dan norma-norma sosial dalam melakukan suatu pemberitaan mengenai pilpres presiden 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pasal-pasal tersebut diterapkan atau justru dilanggar demi kepentingan tertentu oleh tim redaksi Global TV melalui program Berita Global. Penelitian ini menekankan pada fungsi-fungsi media massa. Pada bab 1 telah dibahas apa yang menjadi latar belakang penelitian ini, yaitu mengenai sejarah dan kebebasan pers di sehubungan dengan kegiatan politik di Indonesia. Bagaimana industri media sering dijadikan alat untuk melakukan pencitraan baik positif maupun negatif. Namun dengan adanya pedoman dan perundanganundangan yang berlaku di masa sekarang ini, media massa mau tidak mau harus melakukan batasan-batasan pemberitaan agar prinsip jurnalistik yang netral, adil, berimbang serta independen dapat tercapai. Pedoman perilaku penyiaran dan Standar program siaran adalah ketentuan – ketentuan bagi lemabaga penyiaran yang ditetapkan oleh KPI untuk menjadi panduan tentang batasan apa yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan dalam menyelenggarakan penyiaran dan mengawasi sistem penyiaran Indonesia. Pada prakteknya tidak semua media televisi menuruti dan menerapkan pasal-pasal
82
yang ada dalam P3/SPS ini, padahal P3/SPS dibuat berdasarkan peraturanperaturan, perundang-undangan dan norma – norma sosial yang berlaku di masyarakat. Sehingga, sering sekali tayangan yang mendapat teguran sehubungan dengan dilanggarnya pasal-pasal tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa Berita Global menerapkan hampir keseluruhan 8 pasal yang digunakan sebagai kategorisasi, yaitu : pasal 14 Pedoman Perilaku Penyiaran, Pasal 40, 41, 42, 52, 44, 45, dan 53. Untuk pasal 14 dengan indikator penyajian berita masuk akal, sebanyak 67 berita dinyatakan masuk dalam berita yang masuk akal. Karena dibuat berdasarkan fakta-fakta dan tidak bersifat mistis atau imajinasi. Indikator kedua dari pasal 14 yaitu penyajian isi berita yang sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disesuaikan), 100 persen bahasa yang digunakan dalam narasi ke 67 berita ini adalah bahasa baku, bahasa formil dan ditulis sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Untuk pasal 14 ayat 2, yaitu penggunaan bahasa asing tidak melebihi 30 % total siaran, penelitian menghasilkan Berita Global menerapkan dengan baik. Terbukti dari penggunaan bahasa asing yang kurang dari 30% bahkan cenderung jarang. Pemberitaan yang dilakukan oleh Global TV melalui program Berita Global secara rutin sehari-hari lebih banyak diisi dengan pemberitaan seputar kegiatan kampanye para kandidat yang bersifat postif. Pada pasal 40 ayat 1 tentang lembaga penyiaran harus menjunjung tinggi asas jurnalistik dalam penyampaian informasi yang benar, bertanggung jawab dan akurat.
83
Dalam hal ini indikatornya adalah penyajian narasumber dan data yang valid, kredibel dan relevan dan hasil penelitian menunjukkan bahwa semua narasumber dinyatakan kredibel dan relevan sesuai dengan kapasitasnya terhadap peristiwa yang diberitakan. Namun untuk poin akurat berdasarkan aktualitas berita dalam pasal 40 ini, hasil penelitian menunjukkan ada 16,4% berita yang dinyatakan tidak aktual karena tidak menyebutkan keterangan waktu, kapan berita itu terjadi dan diliput. Sehingga dapat dinyatakan Berita Global belum sepenuhnya menerapkan pasal 40 dengan baik. Kemudian untuk pasal 41 ayat 1, Untuk kategori penyajian berita yang adil dan berimbang dengan indikator kelengkapan unsur 5W+1H, ditemukan 9,0% berita dinyatakan tidak lengkap, karena unsur 5W+1H kurang lengkap bahkan tidak ada sama sekali. Kemudian pasal 42 ayat 1, indikator yang pertama adalah narasumber dengan prinsip cover both side. Keseluruhan berita dinyatakan menerapkan prinsip cover both side, menghadirkan narasumber dari semua pihak terkait pemberitaan tersebut. Untuk indikator penggunaan kata-kata opinionative, hasil penelitian menunjukkan ada 10,4 % berita yang menggunakan kata-kata opinionative. Meskipun tergolong sedikit, namun penggunaaan kata-kata tersebut dapat turut membangun opini audiens terhadap objek pemberitaan. Sesuai dengan teori komunikasi agenda setting, yang mengasumsikan apa yang di sajikan media dapat juga mempengaruhi apa yang audiens pikirkan. Redaksi berita global harus menjaga independensi dan netralitasnya agar tidak terjadi propaganda dalam proses berjalannya pemilihan presiden tahun 2009 ini.
84
Untuk pasal 44 ayat 3 dengan indikator reporter bersikap intimidatif, meyudutkan dan memaksa narasumber, ke 67 berita yang di analisis dalam proses peliputan berita, tidak melakukan sikap intimidatif, menyudutkan dan memaksa narasumber. Karena kredibilitas pekerja pers harus di jaga sedemikian mungkin, agar karya-karya jurnalistik dapat dihargai oleh masyarakat. Selanjutnya pasal 45 ayat 1 dan pasal 53, tidak ditemukan pelanggaran dengan kata lain 100 % berita yang di analisis dengan kedua pasal tersebut dinyatakan diterapkan dengan baik oleh redaksi Global TV dalam melakukan pemberitaan. Sehingga dari keseluruhan kategori yang dijadikan indikator penerapan, ada 3 kategori yang memiliki beberapa pelanggaran, yaitu pelanggaran terbanyak ada pada indikator aktualitas berita sebanyak 16,4 %, kemudian penggunaan katakata opinionative sebanyak 10, 4 % dan terakhir adalah pelanggaran tidak dilengkapinya unsur 5W+1H sebanyak 9 %.