66
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis a. Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten terluas di Jawa Tengah yaitu pada posisi ke-5. Kabupaten Brebes terletak disepanjang pantai utara Laut Jawa, merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Jawa Tengah, memanjang keselatan berbatasan dengan wilayah Karesidenan Banyumas. Sebelah timur berbatasan dengan Kota Tegal dan Kabupaten Tegal, serta sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat. Sebagian besar wilayah kabupaten Brebes adalah dataran rendah, bagian barat daya adalah dataran tinggi dengan puncaknya Gunung Kumbang dan Gunung Pojoktiga sedangkan untuk bagian tenggaranya sendiri terdapat pegunungan yang merupakan bagian dari Gunung Slamet. Kabupaten Brebes jika dilihat dari garis bujur dan garis lintang terletak di antara 6044’ – 70 21’ LS dan antara 1080 41’ – 1090 11’ BT. Kabupaten Brebes mempunyai luas wilayah sebesar 1.662,96 km2, terdiri dari 17 Kecamatan dan 297 desa/kelurahan. Menurut penggunaan
tanah
dibagi
menjadi
tanah
sawah
dan
tanah
bukan sawah. Berdasarkan Evaluasi Penggunaan Tanah (EPT) pada tahun 2014, luas tanah sawah sebesar 627,03 km2 (37,70%) dan luas
67
tanah bukan sawah sebesar 1.035,93 km2 (62,30%). Sebagian besar luas tanah sawah merupakan sawah berpengairan 46.087 Ha (73,50%), baik merupakan irigasi terknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana maupun irigasi desa, sedangkan sisanya (26,50%) merupakan sawah tadah hujan. b. Kondisi Geografis Kabupaten Pemalang Kabupaten Pemalang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang secara astonomis terletak di antara 80 52′ 30″ – 70 20′ 11″ LS dan 1090 17′ 30″ – 109040′ 30″ BT. Kabupaten Pemalang sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Purbalingga, bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Tegal, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Pekalongan.
Berdasarkan
topografinya
Kabupaten
Pemalang terdiri atas: daerah dataran pantai, daerah dataran rendah, daerah dataran tinggi, dan daerah pegunungan. Kabupaten Pemalang dilalui sungai Waluh dan Comal, dan terdapat sumber mata air antara lain: Gung Agung, Telaga Gede, dan Asem. Kabupaten Pemalang mempunyai luas wilayah 1.115,30 km2 yang terdiri atas lahan sawah yang luasnya 383,51 km2 atau 34,39% dari total luas wilayah dan lahan bukan sawah yang luasnya 731,79 km2 atau 65,61% dari total luas wilayah. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Pemalang terdiri atas: tanah alluvial, Regosil, dan Lestasol.
68
Tanah alluvial terutama terdapat pada daerah dataran rendah, tanah regosil yang terdiri atas batu-batuan pasir dan intermedier terdapat di daerah bukit sampai gunung, dan tanah lestasol yang terdiri dari batu bekuan pasir intermedier terdapat di daerah bukit sampai gunung. 2. Kondisi Demografi Demografi merupakan kondisi yang menggambarkan mengenai kependudukan antara lain: jumlah penduduk, kepadatan penduduk, tingkat pendidikan, mata pencaharian, ketenagakerjaan. a. Kabupaten Brebes Tabel 4.1.
Penduduk Kabupaten Brebes Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2010-2014 Jenis Kelamin
No.
Tahun
Lakilaki
Perempuan (4)
Jumlah
Pertumbuhan %
(5)
(6)
(1)
(2)
(3)
1
2010
875.011
866.517
1.741.528
-0,60
2
2011
873.658
865.853
1.742.511
0,06
3
2012
879.460
869.050
1.748.510
0,34
4
2013
886.698
877.950
1.764.648
0,92
5
2014
891.214
882.165
1.773.379
0,49
Sumber: Kabupaten Brebes dalam Angka (2015: 83) Tabel 4.1. menunjukan mengenai keadaan jumlah pen-duduk Kabupaten Brebes tahun 2010-2014 berdasarkan jenis kelamin, dari data di atas pada pertumbuhan penduduk mengalami penurunan sebesar 0,60% dari tahun 2009 yang berjumlah 1.752.128 jiwa. Pertumbuhan penduduk terjadi pada tahun tahun 2013 sebesar 0.92%
69
dari tahun 2012. Pertumbuhan penduduk terbesar berikutnya pada tahun 2014 yaitu sebesar 0,49%. Tabel 4.2. menunjukan mengenai jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin, dari tabel di atas kelompok umur yang paling banyak jumlah penduduknya pada umur 10 – 14 yaitu berjumlah 167.239 jiwa atau sebesar 9,56% dari total penduduk tahun 2014. Sedangkan yang paling sedikit terdapat dalam kelompok umur 65–69 yaitu berjumlah 46.693 jiwa atau sebesar 2,65 % dari total penduduk tahun 2014. Tabel 4.2.
Penduduk Kabupaten Brebes Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2014 Jenis Kelamin
No.
Umur Laki-laki
%
Perempuan
%
(3)
(4)
(5)
(6)
Jumlah
%
(7)
(8)
(1)
(2)
1
0–4
76.948
8,63
73.757
8,36
150.705
8,50
2
5–9
82.564
9,31
77.517
8,83
160.081
9,07
3
10 – 14
86.921
9,88
80.318
9,24
167.239
9,56
4
15 – 19
87.623
10,00
79.313
9,16
166.936
9,41
5
20 – 24
76.553
8,59
69.833
7,92
146.386
8,25
6
25 – 29
66.845
7,50
64.440
7,30
131.285
7,44
7
30 – 34
66.860
7,54
67.498
7,69
134.358
7,68
8
35 – 39
65.041
7,40
64.913
7,47
129.954
7,46
9
40 – 44
57.685
6,58
57.920
6,69
115.605
6,52
10
45 – 49
53.387
5,99
55.315
6,27
108.702
6,16
11
50 – 54
47.906
5,40
51.264
5,81
99.170
5,67
12
55 – 59
40.568
4,61
41.884
4,77
82.452
4,73
13
60 – 64
31.894
3,64
32.007
3,68
63.901
3,60
14
65 – 69
21.272
2,39
25.421
2,94
46.693
2,65
15
70+
29.147
3,29
40.765
4,62
69.912
4,00
70
Jumlah/Total
891.214
100
882.165
100
1.773.379
2013
886.698
877.950
1.764.648
2012
879.460
869.050
1.748.510
2011
876.658
865.853
1.742.511
100
Sumber: Kabupaten Brebes dalam Angka (2015:73) Secara umum, jika dilihat dari rentang usia jumlah penduduk terbanyak pada usia di bawah 60 tahun baik termasuk dalam usia produktif atau termasuk angkatan kerja maupun bukan angkatan kerja yang merupakan generasi penerus dan berpotensi untuk melakukan berbagai aktivitas ekonomi. Tabel 4.3.
Tingkat Kepadatan Penduduk Brebes Tahun 2010-2014
Kabupaten
No.
Tahun
Luas Wilayah km2
Jumlah Penduduk
Tingkat Kepadatan Penduduk jiwa/km2
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
2010
1.662,96
1.741.528
1.047,25
2
2011
1.662,96
1.742.511
1.047,84
3
2012
1.662,96
1.748.510
1.051,44
4
2013
1.662,96
1.764.648
1.061,15
5
2014
1.662,96
1.773.379
1.066,40
Sumber: Kabupaten Brebes dalam Angka (2015) Tabel 4.3. menunjukan mengenai tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Brebes tahun 2010-2014, dari tabel di atas rata-rata kepadatan penduduk setiap km2 adalah berjumlah 1.054,82 jiwa. Tahun 2014 tingkat kepadatan penduduk terbesar dari tahun sebelumnya pada tabel di atas yaitu berjumlah 1.066,40 jiwa/km2.
71
Tabel 4.4.
Jumlah Penduduk yang Sekolah berdasarkan Usia Tahun 2014
No.
Usia
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
7 - 12 tahun
102.814
95.798
198.612
2
13 - 15 tahun
54.038
49.547
103.585
3
16 - 18 tahun
52.663
47.771
100.434
Sumber: Kabupaten Brebes dalam Angka (2015) Tabel 4.4 menunjukan bahwa jumlah penduduk yang sedang menjalankan pendidikan pada rentang usia sekolah 7 – 12 tahun adalah berjumlah 198.612 jiwa. Usia 7 hingga 12 tahun adalah usia yang masuk kedalam pendidikan sekolah dasar (SD). Jumlah pendudukan dalam rentang usia 13 – 15 tahun yang bersekolah berjumlah 103.585 jiwa. Usia 13 hingga 15 tahun merupakan usia yang masuk dalam tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jumlah penduduk dalam rentang usia 16 – 18 tahun yang bersekolah berjumlah 100.434 jiwa. Usia 16 hingga 18 tahun merupakan usia yang masuk dalam tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Secara umum, setiap peningkatan rentang usia dan tingkat pendidikan di Kabupaten Brebes jumlah penduduk yang bersekolah semakin
menurun.
Peningkatan
kesadaran
untuk
memperoleh
pendidikan yang tinggi hasus semakin diupayakan di Kabupaten Brebes untuk me- ningkatkan kualitas SDM dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
72
Tabel 4.5. No. (1) 1 2 3 4 5 6
Mata Pencaharian (2)
Jumlah (3)
Petani/ Peternak Buruh Tani Nelayan Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan
No. (1) 9 10 11
Banyaknya Penduduk menurut Mata Pencaharian Kabupaten Brebes Tahun 2014 % (4)
333.056 412.56 28.995 9.613 48.995 84.478
Mata Pencaharian (2)
30,15 37,34 2,62 0,87 4,43 7,65
Jumlah (3)
PNS/ TNI/ Polisi Pensiunan Lain-lain
% (4)
27.895 7.18 41.884
2,53 0,65 3,79
Jumlah 1.104.738 Sumber: Kabupaten Brebes dalam Angka (2015)
100,00
Tabel 4.5. menunjukan banyaknya penduduk berdasarkan mata pencahariannya, dari tabel di atas mata pencaharian yang terbanyak yaitu sebagai buruh tani yang mencapai 37,34% dari total penduduk bekerja di Kabupaten Brebes atau sebanyak 412.560 jiwa. Sedangkan yang terendah sebagai pensiunan yaitu sebesar 0,65% dari total penududuk yang bekerja atau berjumlah 7.180 jiwa. b. Kabupaten Pemalang Tabel 4.6.
Penduduk Kabupaten Pemalang dan Sex Ratio berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2010-2014 Jenis Kelamin
No.
Tahun
Lakilaki
Perempu an
Jumlah
Sex Ratio
Pertumbuh an
73
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
2010
635.352
2
2011
3
(7)
635.697
1.271.049
98,30
0,00
631.095
640.062
1.271.157
98,60
0,01
2012
634.720
642.717
1.277.437
98,80
0,49
4
2013
633.482
646.114
1.279.596
98,00
0,17
5
2014
635.746
648.490
1.284.236
98,00
0,36
Sumber: diolah dari Kabupaten Pemalang dalam Angka (2015) Tabel 4.6. menunjukan jumlah penduduk Kabupaten Pemalang dari tahun 2010 hingga 2014, terlihat bahwa setiap tahunnya jumlah penduduk Kabupaten Pemalang meningkat. Tahun 2012 pertumbuhan penduduk terbanyak sebesar 0,49%
kemudian tahun
2014 sebesar 0,36%. Tabel 4.7.
Penduduk Kabupaten Pemalang Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2014 Jenis Kelamin
No.
Umur
Lakilaki
%
Perempuan
%
(3)
(4)
(5)
(6)
Jumlah
%
(7)
(8)
(1)
(2)
1
0–4
58.133
9,14
56.252
8,67
114.385
8,91
2
5–9
60.881
9,61
57.241
8,86
118.122
9,23
3
10 – 14
62.728
9,88
57.800
8,99
120.528
9,44
4
15 – 19
61.335
9,72
56.508
8,83
117.843
9,27
5
20 – 24
49.988
7,86
49.453
7,63
99.441
7,74
6
25 – 29
43.129
6,81
45.793
7,09
88.922
6,95
7
30 – 34
43.600
6,87
48.020
7,47
91.620
7,17
8
35 – 39
44.301
7,02
47.489
7,42
91.790
7,22
9
40 – 44
43.573
6,85
45.475
7,01
89.048
6,93
10
45 – 49
41.169
6,50
43.630
6,75
84.799
6,63
11
50 – 54
35.893
5,65
38.694
6,02
74.587
5,84
12
55 – 59
30.096
4,77
30.979
4,84
61.075
4,80
13
60 – 64
23.162
3,64
23.040
3,55
46.202
3,60
74
14
65 – 69
15.547
2,45
17.618
2,73
33.165
2,59
15
70 - 74
10.892
1,72
13.359
2,08
24.251
1,90
16
75 +
11.319
1,79
17.139
2,68
28.458
2,24
Jumlah/Total
635.746
100
648.490
100
1.284.236
100
2013
633.482
646.114
1.279.596
2012
634.720
642.717
1.277.437
2011
631.095
640.062
1.271.157
Sumber: Kabupaten Pemalang dalam Angka (2015) Tabel 4.7. secara umum, jika dilihat dari rentang usia jumlah penduduk terbanyak pada usia di bawah 60 tahun baik termasuk dalam usia produktif atau termasuk angkatan kerja maupun bukan angkatan kerja yang merupakan generasi penerus dan berpotensi untuk melakukan berbagai aktivitas ekonomi. Tabel 4.8.
Tingkat Kepadatan Penduduk Pemalang Tahun 2010-2014
Kabupaten
Jumlah Penduduk
Tingkat Kepadatan Penduduk jiwa/km2 (5)
No.
Tahun
Luas Wilayah km2
(1)
(2)
(3)
(4)
1
2010
1.115,30
1.271.049
1.139,65
2
2011
1.115,30
1.271.157
1.139,74
3
2012
1.115,30
1.277.437
1.145,38
4
2013
1.115,30
1.279.596
1.147,31
5
2014
1.115,30
1.284.236
1.151,47
Sumber: Kabupaten Pemalang dalam Angka (2015) Tabel
4.8.
menunjukan
mengenai
tingkat
kepadatan
penduduk dari tahun 2010 hingga 2014, pada tahun 2014 merupakan tahun yang tingkat kepadatan penduduknya paling tinggi yaitu sebesar 1.151,47 jiwa/km2. Tingkat kepadatan pen- duduk Kabupaten
75
Pemalang tiap tahunnya meningkat, pada tahun 2010 tingkat kepadatannya paling rendah yaitu sebesar 1.139,65 jiwa/km2. 3. Kondisi Ekonomi Kabupaten Brebes dan Pemalang Kondisi perekonomian Kabupaten Brebes pada tahun 2014 melambat, hal tersebut ditunjukan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dalam laju PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) atas dasar harga konstan. Berikut ini akan dipaparkan mengenai PDRB Kabupaten Brebes menurut lapangan usaha Tahun 2012 – 2014 berdasarkan harga konstan tahun 2010: Tabel 4.9
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Brebes menurut Lapangan Usaha Tahun 2012 – 2014 atas dasar harga konstan tahun 2010 (dalam jutaan rupiah)
No.
Kategori
Uraian
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
A
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan %
2
B
Pertambangan dan Penggalian %
3
C
Industri Pengolahan %
4
D
Pengadaan Listrik dan Gas
E
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah & Daur Ulang
% 5
% 6
F
Konstruksi
9,352,734.44 41.6 445,656.19 1.98 2,691,237.22 11.97
40.31 478,242.76 2.01 3,054,225.25 12.82
9,626,654.15 38.37 518,029.55 2.06 3,419,496.85 13.63
14,486.05
16,078.00
16,496.80
0.06
0.07
0.07
17,542.97
17,223.16
17,930.73
0.08
0.07
0.07
909,257.62 %
9,602,926.95
4.04
963,572.72 4.04
1,014,361.63 4.04
76
7
G
PB dan PE; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor %
8
H
Transportasi dan Pergudangan %
9
I
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum %
10
J
Informasi dan Komunikasi %
11
K
Jasa Keuangan dan Asuransi %
12
L
Real Estate
M,N
4,406,120.12
18.59
18.49
625,131.23
703,388.78
2.78 963,168.61 4.28 706,047.65 3.14 394,319.09 1.75 274,925.51
% 13
4,178,625.15
2.95 994,399.51 4.17 788,178.49 3.31 409,999.58 1.72 302,126.13
4,629,032.13 18.45 783,480.30 3.12 1,090,369.91 4.35 948,155.15 3.78 421,214.92 1.68 330,161.87
1.22
1.27
1.32
47,899.17
56,018.77
62,213.99
%
0.21
0.24
0.25
Jasa Perusahaan
No.
Kategori
Uraian
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
14
O
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib %
15
P
Jasa Pendidikan
Q
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial %
17
R,S,T,U
2.27 744,340.21
% 16
511,329.60
Jasa lainnya
3.31 152,489.60 0.68 453,072.35
% PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
2.02 22,482,262.67
528,026.29 2.22 827,441.19 3.47 165,492.30 0.69 510,096.91 2.14 23,823,556.92
532,406.08 2.12 933,835.76 3.72 183,751.25 0.73 564,122.21 2.25 25,091,713.29
Sumber: Kabupaten Brebes dalam Angka (2015) Dalam tabel 4.9 nilai dari PDRB 17 sektor atau lapangan usaha hampir setiap tahunnya mengalami peningkatan. Namun dalam sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah & Daur Ulang yang mengalami penurunan pada tahun 2013 dan pada sektor Informasi dan
77
Komunikasi yang mengalami penurunan pada tahun 2014. Secara Umum di masing-masing sektor mengalami perkembangan positif. Kontribusi terbesar terhadap PDRB pada tahun 2012 adalah sektor pertanian yaitu sebesar 41,60 %, dan kontribusi terendah adalah sektor Pengadaan Listrik dan Gas yaitu sebesar 0,06%. Pada tahun 2013, sektor pertanian masih berkontribusi terbesar terhadap total PDRB yaitu sebesar 40,31%, kontribusi sektor pertanian berkurang meskipun trendnya positif. Sektor pengadaan listrik dan gas, serta sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah & Daur Ulang memberikan kontribusi terendah yaitu sebesar 0,07% terhadap total Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) kabupaten Brebes tahun 2013. Pada tahun 2014, kontribusi terbesar adalah sector pertanian yang sebesar 38,37% turun jika dibandingkan dengan tahun 2013 meskipun dengan trend yang positif. Tabel 4.10
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pemalang menurut Lapangan Usaha Tahun 2012 – 2014 atas dasar harga konstan tahun 2010 (dalam jutaan rupiah)
No.
Kategori
Uraian
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(5)
(6)
1
A
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan %
2
B
Pertambangan dan Penggalian %
3
C
Industri Pengolahan %
3,680,933.28
3,615,815.56
27.96
26.03
600,719.99
638,084.77
4.56
4.59
2,471,370.49
2,808,334.44
18.77
20.21
78
4
D
Pengadaan Listrik dan Gas
E
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah & Daur Ulang
15,940.00
16,032.00
0.12
0.12
11,791.94
12,642.14
0.09
0.09
559,369.84
585,324.60
4.25
4.21
2,185,406.25
2,317,609.80
16.6
16.68
389,201.63
411,165.21
2.96
2.96
711,838.36
759,004.66
5.41
5.46
293,660.40
333,187.09
2.23
2.4
371,375.28
393,784.06
2.82
2.83
% 5
% 6
F
Konstruksi %
7
G
PB dan PE; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor %
8
H
Transportasi dan Pergudangan %
9
I
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum %
10
J
Informasi dan Komunikasi %
11
K
Jasa Keuangan dan Asuransi %
No.
Kategori
Uraian
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(5)
(6)
13
M,N
Jasa Perusahaan %
14
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
O
% 15
P
Jasa Pendidikan %
16
Q
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial %
17
R,S,T,U
Jasa lainnya %
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
42,943.64
47,414.07
0.33
0.34
475,653.89
476,414.94
3.61
3.43
628,968.34
692,871.52
4.78
4.99
124,179.21
134,337.06
0.94
0.97
367,773.13
399,695.84
2.79
2.88
13,166,859.41
13,893,576.37
Sumber: Kabupaten Pemalang dalam Angka (2015)
79
Perekonomian Kabupaten Pemalang tahun 2014 sedikit menguat jika dibandingkan dengan tahun 2013. Dalam tabel 4.11 menunjukan bahwa sektor pertanian berkontribusi terbesar yaitu sebesar 27,96% pada tahun 2013 dan 26,03% kontribusi pada tahun 2014 sedikit menurun terhadap total Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah & Daur Ulang berkontribusi terendah terhadap total PDRB Kabupaten Pemalang pada tahun 2013 dan 2014 yaitu sebesar 0,07%. Tahun 2013 nilai PDRB Kabupaten Pemalang sebesar 13,16 Triliun rupiah dan pada tahun 2014 meningkat sebesar 13,89 Triliun rupiah. Dari peningkatan PDRB tersebut dapat diketahui mengenai kondisi ekonomi Kabupaten Pemalang yang menguat. Sektor penglohan memiliki peran yang dominan dalam penguatan perekonomian Kabupaten Pemalang, terlihat peningkatan nilai output barang dan jasa yaitu sebesar 336,97 Miliar rupiah. Sektor lain yang berkontribusi terhadap penguatan perekonomian antara lain: Pertambangan dan Penggalian, Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah & Daur Ulang, Konstruksi, PB dan PE; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Jasa Perusahaan, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan Jasa lainnya.
80
Gambar 4.1
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kabupaten Brebes Tahun 2010-2014
Sumber: Kabupaten Brebes dalam Angka (2015)
Gambar 4.1 menunjukan perkembangan PDRB Kabupaten Brebes atas dasar harga berlaku dan konstan tahun 2010-2014. Perkembangan PDRB Kabupaten Brebes mengalami trend positif terlihat pada gambar yang grafiknya terus meningkat setiap tahunnya dengan peningkatan yang fluktuatif. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai dari barang jasa yang dihasilkan semua unit ekonomi yang termasuk dalam 17 sektor lapangan usaha di suatu wilayah. PDRB disajikan dalam bentuk time series untuk menunjukan perkembangan dan pergeseran perekonomian di suatu wilayah. Data PDRB bermanfaat bagi kepentingan perencanaan, evaluasi, dan kajian suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Tabel 4.11
Laju Pertumbuhan PDRB atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Brebes Tahun 2013-2014
81
No.
Tahun
PDRB
Laju Pertumbuhan (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
1
2012
22,482,262.67
0
2
2013
23,823,556.92
5.97
3
2014
25,091,713.29
5.32
Sumber: Kabupaten Brebes dalam Angka (2015) Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes tahun 2014
yang
ditunjukan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2010 yaitu sebesar 5,32%, melambat jika dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sebesar 5,97%. Inflasi sebagai indikator perubahan adalah suatu fenomena ekonomi dimana harga semua barang dan jasa mengalami kenaikan berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi. Laju inflasi di Kabupaten Brebes pada tahun 2010 sebesar 6,04%, menurun pada tahun 2011 yaitu sebesar 3,09%, tahun 2012 sebesar 4,61% meningkat dari tahun 2011, tahun 2013 laju inflasi sebesar 9,83% peningkatan laju inflasi yang signifikan dari tahun sebelumnya, dan pada tahun 2014 laju inflasi menurun menjadi 6,2%. Berikut ini gambaran mengenai perkembangan laju inflasi di Kabupaten Brebes yang fluktuatif: Gambar 4.2
Laju Inflasi Kabupaten Brebes Tahun 20102014
82
Laju Inflasi 12.00 10.00
9.83
8.00 6.00
6.20
6.04 4.61
4.00 3.09 2.00 0.00 2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: Kabupaten Brebes dalam Angka (2015) Tabel 4.12
Laju Inflasi Kabupaten Pemalang Tahun 20102014
No
Tahun
Laju Inflasi (%)
(1)
(2)
(3)
1.
2010
7.38
2.
2011
2.80
3.
2012
4.04
4.
2013
6.52
5.
2014
7.38
Sumber: Kabupaten Pemalang dalam Angka (2015) Tabel 4.12 menunjukan bahwa laju inflasi Kabupaten Pemalang dari tahun 2010-2014 mengalami kenaikan penurunan. Pada tahun 2010 dengan 2012 merupakan tahun dengan laju inflasi tertinggi yaitu sebesar 7,38%. Tahun 2011 sebagai tahun dengan laju inflasi terendah yaitu sebesar 2,80%, tahun 2012 sebesar 4,40% dan tahun 2013 sebesar 7,38%. Berikut ini gambaran mengenai perkembangan laju inflasi Kabupaten Pemalang tahun 2010-2014:
83
Gambar 4.3
Laju Inflasi Kabupaten Pemalang Tahun 20102014
8.00 7.00 6.00 5.00 4.00
Laju Inflasi
3.00 2.00 1.00 0.00 2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: Kabupaten Pemalang dalam Angka (2015) B. Analisis Data dan Pembahasan 1. Analisis Deskriptif Berikut ini adalah hasil analisis deskriptif yang terbagi dalam rasio kemandirian daerah, derajat desentralisasi fiskal, indeks kemampuan rutin, rasio keserasian, dan rasio pertumbuhan: b. Rasio Kemandirian Daerah Rasio kemandirian keuangan daerah menunjukan tingkat kemampuan
suatu
daerah
untuk
membiayai
sendiri
kegiatan
pemerintah, dalam pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan daerah. Kemandirian keuangan daerah ditunjukan oleh besar kecilnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal sumber lain. Berikut ini dalam tabel 4.13 menunjukan mengenai tingkat kemandirian Kabupaten Brebes tahun 2010 hingga 2014:
84
Tabel 4.13
Rasio Kemandirian Kabupaten Brebes Tahun 20102014
No.
Tahun
PAD
Bantuan Pemerintah Pusat/Provinsi+pinja man
Rasio Kemandiria n Brebes %
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
2010
71,026
867,013
8.19
2
2011
78,276
922,703
8.48
3
2012
101,807
1,123,345
9.06
4
2013
133,836
1,248,282
10.72
5
2014
267,773
1,337,754
20.02
Rata-rata
11.30
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Tabel 4.13 rasio kemandirian Kabupaten Brebes pada tahun 2010 hingga 2014 rata-ratanya sebesar 11,30% masih tergolong dalam daerah yang mempunyai tingkat kemampuan keuangan yang sangat rendah sekali dengan pola hubungan instruktif, karena masih di bawah 25%. Tingkat kemampuan keuangan terendah terjadi pada tahun 2010 yang sebesar 8,19%, sedangkan kemampuan keuangan yang tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 20,02%. Tingkat kemampuan keuangan yang sangat rendah menunjukan bahwa ketergantungan pemerintah Kabupaten Brebes terhadap pihak eksternal/pemerintah pusat masih sangat tinggi. Setiap tahunnya tingkat kemampuan keuangan Kabupaten Brebes terus meningkat, artinya bahwa pemerintah semakin berupaya untuk meningkatkan pendapatan daerah. Semakin meningkatnya kemampuan keuangan menunjukan semakin tinggi kemampuan masyarakat untuk membayar pajak dan retribusi,
85
hal tersebut juga menunjukan semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat Kabupaten Brebes. Tabel 4.14
Rasio Kemandirian Kabupaten Pemalang Tahun 2010-2014
No.
Tahun
PAD
Bantuan Pemerintah Pusat/Provinsi+pinj aman
(1)
(2)
(3)
(4)
1
2010
71,726
776,081
9.24
2
2011
79,678
781,421
10.20
3
2012
97,951
965,594
10.14
4
2013
136,362
1,029,202
13.25
5
2014
217,342
1,100,399
19.75
Rata-rata
Rasio Kemandirian Pemalang % (5)
12.52
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Tabel 4.14 menunjukan rasio kemandirian keuangan Kabupaten Pemalang tahun 2010 hingga 2014. Rata-rata rasio kemandirian Kabupaten Pemalang tahun 2010 hingga 2014 sebesar 12,52% masih tergolong dalam daerah dengan tingkat kemampuan keuangan yang sangat rendah dengan pola hubungan instruktif, karena nilai rasio kemandirian masih di bawah 25 %. Tingkat kemampuan terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 9,24%, dan tingkat kemampuan tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 19,75%. Tingkat kemampuan yang ditunjukan dalam rasio kemandirian di Kabupaten Pemalang mempunyai tren yang positif terlihat rasio mengalami peningkatan, meskipun pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar
86
0,06% dari tahun 2011 yang sebesar 10,20%. Peningkatan rasio kemandirian menunjukan bahwa pemerintah daerah telah berupaya untuk meningkatkan pendapatan daerah. Rasio kemandirian keuangan daerah Kabupaten Brebes dan Pemalang tahun 2010 hingga 2014 secara umum mengalami peningkatan meskipun kemampuan keuangan daerahnya tergolong sangat rendah. Pemerintah dalam pelaksanaan otonomi daerah terus mengupayakan peningkatan kemampuan keuangan daerahnya untuk membiayai
penyelenggaraan
pemerintahan.
Perhitungan
rasio
kemandirian dari Kabupaten Brebes dan Pemalang jika digambarkan adalah sebagai berikut:
Rasio Kemandirian
Gambar 4.4 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Brebes dan Pemalang Tahun 2010-2014 2 25.000 1 20.004 2 15.000 1 10.004 5.00 0.00
2010
2011
2012
2013
2014
Brebes
8.19
8.48
9.06
10.72
20.02
Pemalang
9.24
10.20
10.14
13.25
19.75
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016
87
Gambar 4.4 menggambarkan mengenai perkembangan rasio kemandirian keuangan daerah Kabupaten Brebes dan Pemalang tahun 2010 hingga 2014.
Terlihat dalam gambar, bahwa nilai rasio
meningkat dengan besaran yang berfluktuatif setiap tahunnya. Kabupaten Pemalang mempunyai nilai rasio kemandirian yang lebih baik dibandingkan dengan kabupaten Brebes. Kabupaten Pemalang mempunya kemampuan keuangan yang lebih baik berdasarkan perhitungan rasio kemandirian keuangan daerah, namun Kabupaten Brebes dan Pemalang termasuk dalam kategori sangat kurang kemampuan keuangan. Gambar di atas menunjukan perkembangan rasio kemandirian Kabupaten Brebes dan Pemalang. Kabupaten pemalang lebih unggul pada tahun 2010 hingga 2013, sedangkan pada tahun 2014 Kabupaten Brebes mampu sedikit mengungguli Kabupaten Pemalang. Kabupaten Pemalang meskipun lebih mengungguli kabupaten Brebes dalam kemampuan keuanganya, namun ke-dua Kabupaten masih tergolong sangat rendah. Brebes dan Pemalang mempunyai kemampuan keuangan berdasarkan rasio kemandirian daerah adalah sama yaitu termasuk dalam kategori sangat rendah, hal ini terjadi dalam penelitian Adipta (2014) yang menunjukan hasil bahwa kemampuan keuangan Kabupaten Lombok Tengah NTB tahun 2010 hingga 2013 sangat rendah dan berpola instruktif. Penelitian Rahman dkk (2014)
88
perhitungan menunjukan bahwa Kota Manado dan Bitung tahun 2008 hingga 2012, kemampuan keuangan daerah tersebut tergolong rendah dengan persentase di bawah 20%. Penelitian yang dilakukan oleh Oktavianus (2015) menunjukan hasil bahwa rasio kemandirian kota Bitung dan Tomohon tahun 2010 hingga 2014 tergolong dalam kemampuan keuangan yang sangat rendah dengan pola yang instruktif. Ke-
tiga
penelitian
Kabupaten/Kota
Lombok
yang
dilakukan
Tengah,
Bitung,
menunjukan Manado,
bahwa Tomohan
tergolong dalam kemampuan keuangan yang sangat rendah begitupula dalam penelitian ini menunjukan hasil bahwa Kabupaten Brebes dan Pemalang tergolong dalam kemampuan keuangan yang sangat rendah. c. Derajat Desentralisasi Fiskal Derajat desentralisasi fiskal dihitung untuk melihat kemampuan suatu daerah dalam membiayai pembiayaannya dari Pendapatan Asli Daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah. Kemampuan tersebut diukur dengan membandingka pos Pendapatan Asli Daerah terhadap pos Total Pendapatan daerah. Perhitungan ini bermaksud untuk mengetahui kontribusi PAD terhadap Total Penerimaan Daerah. Berikut ini tabel 4.15 yang menjelaskan mengenai nilai derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Brebes:
89
Tabel 4.15
Derajat Desentralisasi Fiskal Kabupaten Brebes Tahun 2010-2014
No.
Tahun
PAD
Total Pendapatan Daerah
DDF %
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
2010
71,026
1,103,000
6.44
2
2011
78,276
1,315,176
5.95
3
2012
101,807
1,567,078
6.50
4
2013
133,836
1,781,873
7.51
5
2014
267,773
2,043,922
13.10
Rata-rata
7.90
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Tabel 4.15 menunjukan bahwa nilai
rata-rata derajat
desentralisasi fiskal Kabupaten Brebes adalah sebesar 7,90%. Hasil tersebut menunjukan bahwa kemampuan keuangan Kabupaten Brebes Tahun 2010 hingga 2014 tergolong dalam kategori sangat kurang, terlihat dari nilai rata-rata derajat desentralisasi fiskal masih di bawah 10%. Nilai derajat desentralisasi fiskal pada tahun 2010 adalah sebesar 6,44%, tergolong dalam kategori sangat
kurang kemampuan
keuangannya. Tahun 2011 kemampuan keuangan Kabupaten Brebes masih tergolong sangat rendah, dan mengalami penurunan sebesar 0,49% dari tahun sebelumnya. Tahun 2012 kemampuan keuangan Kabupaten Brebes meningkat sebesar 0,55% dari tahun sebelumnya, meskipun meningkat nilainya namun nilai derajat desentralisasi fiskal tahun 2012 masih tergolong sangat rendah yaitu sebesar 6,50%. Tidak berbeda dengan tahun 2012, tahun 2013 nilai derajat desentralisasi fiskal tergolong dalam kategori kemampuan keuangan yang sangat
90
rendah karena nilainya masih sangat kurang meskipun meningkat dari tahun 2012. Tahun 2014 kemampuan keuangan tergolong dalam kategori kurang. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan keuangan kabupaten Brebes dengan perhitungan derajat desentralisasi fiskal termasuk dalam kategori sangat kurang. Artinya, Kabupaten Brebes masih sangat kurang mampu untuk membiayai pengeluarannya sendiri, dan kinerja keuangan pemerintah Kabupaten Brebes dalam membiayai pengeluarannya menunjukan sangat kurang. Derajat desentralisasi fiskal di Brebes berkontribusi sangat rendah terhadap Total Pendapatan. Tabel 4.16
Derajat Desentralisasi Fiskal Kabupaten Pemalang Tahun 2010-2014
No.
Tahun
PAD
Total Pendapatan Daerah
DDF %
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
2010
71,726
969,382
7.40
2
2011
79,678
1,188,521
6.70
3
2012
97,951
1,344,382
7.29
4
2013
136,362
1,486,774
9.17
5
2014
217,342
1,687,334
12.88
Rata-rata
8.69
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Tabel 4.16 merupakan hasil perhitungan derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Pemalang tahun 2010 hingga 2014, hasil perhitungan menunjukan rata-rata nilai derajat desentralisasi fiskal sebesar 8,69%. Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa kemampuan keuangan
91
Kabupaten Pemalang termasuk dalam kategori sangat kurang. Kemampuan keuangan Kabupaten Pemalang tahun 2010 hingga 2013 termasuk dalam kategori sangat kurang, sedangkan pada tahun 2014 membaik menjadi kategori kurang. Artinya, bahwa Kabupaten Pemalang dilihat dari segi keuangan masih belum mampu untuk membiayai pengeluaran daerahnya sendiri. Derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Pemalang menunjukan bahwa kontribusi PAD sangat kurang terhadap Total Pendapatan. Namun terlihat bahwa nilai derajat desentralisasi fiskal dari tahun 2010 hingga 2014 meningkat kecuali pada tahun 2011 yang mengalami sedikit penurunan sebesar 0,7% dari tahun 2010. Nilai derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Brebes dan Pemalang jika digambarkan sebagai berikut: Gambar 4.5 Derajat Desentralisasi Fiskal Kabupaten Brebes dan Pemalang Tahun 2010-2014 14.00 12.00
Axis Title
10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00
2010
2011
2012
2013
2014
Brebes
6.44
5.95
6.50
7.51
13.10
Pemalang
7.40
6.70
7.29
9.17
12.88
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016
92
Gambar 4.5 menunjukan perkembangan derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Brebes dan Pemalang mengalami peningkatan pada tahun 2010, 2012, 2013, 2014, sedangkan pada tahun 2011 mengalami penurunan. Artinya bahwa kontribusi PAD terhadap Total Pendapatan mengalami peningkatan pada tahun 2010, 2012, 2013, 2014, sedangkan pada tahun 2011 mengalami penurunan. Kabupaten Brebes dan Pemalang dalam rasio Derajat Desentralisasi Fiskal menunjukan hasil yang sama dengan kemampuan keuangan yang sangat rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Adipta (2014) juga menunjukan
hasil
bahwa
kemampuan keuangan
Kabupaten Lombok Tengah termasuk dalam kategori sangat lemah. Penelitian Rahman dkk (2014) menunjukan hasil bahwa kemampuan keuangan Kota Manado kurang dan Kota Bitung yang sangat kurang. Penelitian
Oktavianus
(2015)
juga
menunjukan
hasil
yang
menyebutkan bahwa Kota Bitung dan Tomohon kemampuan keuangannya berdasarkan perhitungan derajat desentralisasi fiskal tergolong sangat kurang. Penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa Kabupaten/Kota Lombok Tengah, Bitung, Manado, Tomohan tergolong dalam kemampuan keuangan yang sangat rendah, dalam penelitian ini menunjukan hasil bahwa Kabupaten Brebes dan Pemalang tergolong dalam kemampuan keuangan yang sangat rendah. Otonomi daerah yang sudah dilaksanakan selama kurun waktu 18 tahun mengalami perkembangan yang positif bagi kabupaten/kota
93
di Indonesia dalam upaya meningkatkan dan menggali potensi-potensi daerah. Dari data hasil analisis besaran PAD dalam berkontribusi terhadap total pendapatan daerah mengalami peningkatan setiap tahunnya, yang menandai hal tersebut adalah nilai PAD yang mengalami kenaikan pada tahun 2010 hingga 2014 di Kabupaten Brebes dan Pemalang lihat dalam tabel 4.15 dan 4.16. Otonomi daerah yang dijalankan masih dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan pemerintah pusat untuk mencapai otonomi daerah yang berhasil. Saat ini memang keberhasilan otonomi daerah masih dibutuhkan perjuangan untuk mencapai dalam posisi tersebut. Terlihat bahwa jumlah penduduk miskin masih sebesar 28,55 juta penduduk di Indonesia berdasarkan data Badan Statistik September 2013 dan Kabupaten Brebes dan Pemalang menduduki posisi ke-satu untuk Kabupaten Brebes dan ke-lima untuk Kabupaten Pemalang SeJawa Tengah lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran II, hal tersebut menjadi salah satu indikator mikro kinerja pemerintah daerah. d. Indeks Kemampuan Rutin Indeks kemampuan rutin dihitung dengan membandingkan pos PAD dengan pos belanja tidak langsung. Indeks kemampuan rutin diukur untuk mengetahui kontribusi PAD dalam membiayai belanja tidak langsung. Tabel 4.17 menunjukan hasil perhitungan indeks kemampuan rutin Kabupaten Brebes tahun 2010 hingga 2014. Rata-rata indeks
94
kemampuan rutin adalah sebesar 11,28%, nilai tersebut masih tergolong dalam kategori sangat kurang karena nilai indeks kemampuannya masih di bawah 20%. Tahun 2010 hingga 2014 nilai indeks kemampuan rutin mengalami peningkatan meskipun masih tergolong dalam kategori sangat kurang. Berikut ini adalah hasil perhitungan indeks kemampuan rutin Kabupaten Brebes: Pada tahun 2014 nilai indeks kemampuan rutin tergolong dalam kategori kurang, karena nilai indeksnya berkisar antara 20,01% - 40,00%. Artinya bahwa Kabupaten Brebes dalam membiayai belanja tidak langsung mempunyai kemampuan yang sangat kurang. Dibutuhkan peningkatan nilai PAD guna meningkatkan kemampuan daerah Brebes sehingga bisa bersaing dalam menghadapi globalisasi ekonomi khususnya dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Tabel 4.17
Indeks Kemampuan Tahun 2010-2014
Rutin
Kabupaten
Brebes
No.
Tahun
PAD
belanja rutin/belanja operasi/belanja tidak langsung
IKR (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
2010
71,026
966,432
7.35
2
2011
78,276
889,224
8.80
3
2012
101,807
1,239,198
8.22
4
2013
133,836
1,261,947
10.61
5
2014
267,773
1,106,093
24.21
Rata-rata
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016
11.84
95
Tabel 4.18 berikut ini menunjukan indeks kemampuan rutin kabupaten Pemalang tahun 2010 hingga 2014. Rata-rata nilai indeks kemampuan rutin kabupaten Pemalang adalah sebesar 13,19%, menunjukan bahwa nilai tersebut termasuk dalam kategori sangat kurang. Tahun 2010 nilai indeks kemampuan rutin sebesar 9,75%, tahun 2011 sebesar 9,98%, tahun 2012 sebesar 11,36%, tahun 2013 sebesar 14,39% dimana masing-masing termasuk dalam kategori kemampuan keuangan yang sangat kurang namun setiap tahunnya mengalami peningkatan. Tabel 4.18
Indeks Kemampuan Rutin Kabupaten Pemalang Tahun 2010-2014
No.
Tahun
PAD
belanja rutin/belanja operasi/belanja tidak langsung
IKR (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
2010
71,726
735,805
9.75
2
2011
79,678
798,170
9.98
3
2012
97,951
862,001
11.36
4
2013
136,362
947,855
14.39
5
2014
217,342
1,060,961
20.49
Rata-rata
13.19
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Berbeda dengan tahun 2010 hingga 2013, pada tahun 2014 nilai indeks kemampuan rutin sebesar 20,49% yang termasuk dalam kategori kurang. Tahun 2014 kemampuan keuangan Kabupaten Pemalang meningkat dari sangat kurang menjadi kurang, meskipun demikian nilai tersebut masih jauh dari keadaan yang sangat baik
96
kemampuan keuangannya. Masih dibutuhkan peningkatan PAD Kabupaten Pemalang. Berikut ini adalah gambar yang menunjukan perkembangan nilai indeks kemampuan keuangan Kabupaten Brebes dan Pemalang tahun 2010 hingga 2014: Gambar 4.6 Indeks Kemampuan Rutin Kabupaten Brebes dan Pemalang Tahun 2010-2014 30.00
Axis Title
25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00
2010
2011
2012
2013
2014
Brebes
7.35
Pemalang
9.75
8.80
8.22
10.61
24.21
9.98
11.36
14.39
20.49
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Gambar 4.6 berikut ini menggambarkan perkembangan mengenai indeks kemampuan rutin Kabupaten Brebes dan Pemalang tahun 2010 hingga 2014. Terlihat dalam gambar di atas indeks kemampuan rutin tahun 2010 hingga 2014 Kabupaten Pemalang mengalami peningkatan yang bervariasi, dimana peningkatan yang paling mencolok adalah pada tahun 2014 yaitu sebesar 6,1% dari tahun 2013. Artinya bahwa pos PAD berkontribusi dalam membiayai belanja rutin setiap tahunnya meningkat. Kabupaten Brebes peningkatan indeks kemampuan rutin meningkat pada tahun 2010, 2011, 2013, dan 2014, tahun 2011 mengalami sedikit penurunan dari tahun 2011.
97
Kabupaten Brebes dan pemalang dilihat dari indeks kemampuan rutin termasuk dalam kategori sangat kurang kemampuan keuanganya. Kabupaten Brebes dan Pemalang berdasarkan analisis yang menggunakan Indeks Kemampuan Kemampuan Rutin menunjukan hasil bahwa kemampuan keuangan daerah tersebut adalah sama yang menunjukan bahwa kemampuan keuangan Kabupaten Brebes dan Pemalang sama yaitu sangat rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Adipta (2014) dengan perhitungan Indeks Kemampuan Rutin menunjukan
bahwa
kabupaten
Lombok
Tengah
kemampuan
keuangannya masih sangat kurang. Penelitian yang dilakukan Rahman dkk (2014) menunjukan hasil bahwa kemampuan keuangan kota Manado dan Bitung masih termasuk dalam kategori kurang. Penelitian yang dilakukan Oktavianus dkk (2015) juga menunjukan hasil yang sama di kota Bitung dan Tomohon yaitu kemampuan keuangan yang sangat kurang. Kabupaten/Kota Brebes, Pemalang, Manado, Bitung, Tomohon, Lombok Tengah menunjukan hasil bahwa daerah tersebut kemampuan keuangannya masih sangat rendah. e. Rasio Keserasian Rasio keserasian dihitung untuk mengetahui bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan dananya pada belanja tidak langsung dan belanja langsung. Berikut ini adalah hasil perhitungan rasio belanja tidak langsung Kabupaten Brebes tahun 2010 hingga 2014:
98
Tabel 4.19 menunjukan bahwa nilai rata-rata rasio belanja tidak langsung Kabupaten Brebes adalah sebesar 74,74% dari total belanja APBD. Tabel 4.19
Rasio Belanja Tidak Langsung Kabupaten Brebes Tahun 2010-2014 Rasio Belanja Tidak Langsung (%) (5)
No.
Tahun
belanja tidak langsung
Total Belanja APBD
(1)
(2)
(3)
(4)
1
2010
966,432
1,100,132
87.85
2
2011
889,224
1,315,176
67.61
3
2012
1,239,198
1,440,489
86.03
4
2013
1,261,947
1,661,266
75.96
5
2014
1,106,094
1,967,169
56.23
Rata-rata
74.74
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Artinya bahwa dari total belanja Kabupaten Brebes sebesar 74,74% digunakan untuk belanja tidak langsung tahun 2010 nilai rasio belanja tidak langsung sebesar 87,85% diatas rata-rata rasio belanja tidak langsung tahun 2010 hingga 2014. Tahun 2011 nilai rasio belanja tidak langsung sebesar 67,61% mengalami penurunan sebesar 20,24%. Tahun 2012 nilai rasio belanja tidak langsung sebesar 86,03% yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dan memiliki nilai persentase yang lebih besar dari nilai rata-rata. Tahun 2013 nilai rasio belanja rutin sebesar 75,96%, tahun 2014 sebesar 56,23%. Nilai rasio
99
Kabupaten Brebes mengalami perkembangan yang berfluktuatif selama kurun waktu 5 tahun. Tabel 4.20
Rasio Belanja Langsung Kabupaten Brebes Tahun 2010-2014
No.
Tahun
Belanja Langsung
Total Belanja APBD
Rasio Belanja Langsung
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
2010
131,398
1,100,132
11.94
2
2011
425,952
1,315,176
32.39
3
2012
192,983
1,440,489
13.40
4
2013
325,811
1,661,266
19.61
5
2014
861,075
1,967,169
43.77
Rata-rata
24.22
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Tabel 4.20 menunjukan rata-rata nilai rasio belanja langsung Kabupaten Brebes sebesar 24,22%. Nilai rasio belanja langsung lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai rata-rata rasio belanja tidak langsung yang sebesar 74,74%. Artinya bahwa, Kabupaten Brebes belum memprioritaskan terhadap pembangunan daerah terlihat bahwa rasio belanja langsung nilainya yang berfluktuatif dan lebih rendah dari rasio belanja tidak langsung. Tahun 2010 nilai rasio belanja langsung adalah sebesar 11,94%, lebih rendah dari rata-rata rasio belanja langsung selama kurun waktu 5 tahun. Tahun 2011 nilai rasio belanja langsung meningkat menjadi 32,39% lebih tinggi dari rata-rata dalam kurun waktu 2010 hingga 2014. Tahun 2012 nilai rasio belanja
100
langsung menurun menjadi 13,40%, dan nilainya lebih sedikit dari nilai rata-rata. Tahun 2013 nilai rasio pembangunan Kabupaten Brebes sebesar 19,61%, dan tahun 2014 nilai rasio belanja langsung sebesar 43,77%. Lebih jelasnya mengenai rasio belanja tidak langsung dan rasio belanja langsung Kabupaten Brebes digambarkan dalam gambar berikut ini: Gambar 4.7 Rasio Belanja Tidak Langsung dan Rasio Belanja Langsung Kabupaten Brebes Tahun 2010-2014 100.00 90.00
87.85
86.03
80.00
75.96
70.00
67.61
60.00
56.23
50.00
43.77
40.00 32.39
30.00 20.00 10.00
rasio belanja tidak langsung rasio belanja langsung
19.61 11.94
13.40
0.00 2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Gambar 4.7 menunjukan nilai rasio belanja tidak langsung dan nilai rasio belanja langsung Kabupaten Brebes tahun 2010 hingga 2014. Dalam gambar terlihat persentase rasio belanja tidak langsung lebih besar jika dibandingkan dengan rasio belanja langsung. Artinya bahwa Kabupaten Brebes belum memprioritaskan untuk pembangunan daerahnya, rasio belanja langsung terbesar terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 43,77%.
101
Tabel 4.21 di bawah ini menunjukan nilai rasio belanja tidak langsung Kabupaten Pemalang, nilai rata-rata rasio belanja tidak langsung adalah sebesar 68,77%. Tahun 2010 nilai rasio belanja tidak langsung sebesar 74,27% lebih tinggi jika dibandingkan dengan ratarata selama 2010 hingga 2014. Tabel 4.21
Rasio Belanja Tidak Langsung Pemalang Tahun 2010-2014
Kabupaten
Total Belanja APBD
Rasio belanja tidak langsung (%)
(4)
(5)
No.
Tahun
belanja tidak langsung
(1)
(2)
(3)
1
2010
735,805
990,698
74.27
2
2011
798,170
1,178,756
67.71
3
2012
862,001
1,196,453
72.05
4
2013
947,855
1,477,106
64.17
5
2014
1,060,961
1,615,810
65.66
Rata-rata
68.77
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Tahun 2011 nilai rasio belanja tidak langsung 67,71%, tahun 2012 sebesar 72,05%, tahun 2013 sebesar 64,17%, tahun 2014 sebesar 65,66%. Nilai rasio yang demikian dapat diketahui bahwa Kabupaten Pemalang memprioritaskan belanja tidak langsung, karena nilai rasionya lebih dari 50%. Tabel 4.22 menunjukan mengenai rasio belanja langsung Kabupaten Pemalang, terlihat bahwa rata-rata rasio tahun 2010 hingga 2014 adalah sebesar 31,23%. Tahun 2010 rasio belanja
102
langsung sebesar 25,73% dari total belanja APBD tahun 2010. Tahun 2011 sebesar 32,29%, tahun 2012 sebesar 27,95, tahun 2013 sebesar 35,83%, tahun 2014 sebesar 34,34%. Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa nilai rasio belanja langsung nilainya lebih kecil dari belanja tidak langsung, jadi prioritas Kabupaten Pemalang lebih dominan untuk memenuhi belanja tidak langsung. Tabel 4.22 Rasio Belanja Langsung Kabupaten Pemalang Tahun 2010-2014 No.
Tahun
belanja langsung
Total Belanja APBD
Rasio Belanja Langsung
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
2010
254,894
990,698
25.73
2
2011
380,586
1,178,756
32.29
3
2012
334,452
1,196,453
27.95
4
2013
529,251
1,477,106
35.83
5
2014
554,849
1,615,810
34.34
Rata-rata
31.23
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Berikut ini gambar mengenai rasio belanja tidak langsung dan belanja langsung Kabupaten Pemalang: Gambar 4.8
Rasio Belanja Tidak Langsung dan Rasio Belanja Langsung Kabupaten Pemalang Tahun 2010-2014
103
100.00 90.00
87.85
86.03
80.00
75.96
70.00
67.61
60.00
56.23
50.00
43.77
40.00 32.39
30.00 20.00
rasio belanja tidak langsung rasio belanja langsung
19.61 13.40
11.94
10.00 0.00
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Gambar
4.8
menggambarkan
mengenai
besaran
dan
perkembangan rasio belanja tidak langsung serta rasio belanja langsung Kabupaten Pemalang tahun 2010 hingga 2014. Terlihat bahwa nilai rasio belanja tidak langsung lebih tinggi jika dibandingkan dengan rasio belanja langsung baik dari tahun 2010 hingga
2014.
Artinya,
bahwa
Kabupaten
Pemalang
belum
berorientasi dan memprioritaskan pembangunan daerah. Gambar 4.9
Rasio Belanja Tidak Langsung dan Rasio Belanja Langsung Kabupaten Brebes dan Pemalang Tahun 2010-2014
104
Axis Title
90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
1 Belanja Tidak Langsung 87.85 Brebes
2
3
4
5
67.61
86.03
75.96
56.23
11.94
32.39
13.40
19.61
43.77
Belanja Tidak Langsung 74.27 Pemalang
67.71
72.05
64.17
65.66
Belanja Langsung Pemalang
32.29
27.95
35.83
34.34
Belanja Langsung Brebes
25.73
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Belanja tidak langsung Kabupaten Brebes dan Pemalang tahun 2010 hingga 2014 secara umum lebih mendominasi nilainya jika dibandingkan dengan belanja langsung. Artinya bahwa Kabupaten
Brebes
dan
Pemalang
kurang
mengutamakan/
memprioritaskan pembangunan daerahnya. Penyelenggaraan Masyarakat Ekonomi ASEAN dibutuhkan sarana
dan
prasarana
yang
mendukung
masyarakat
dalam
menghadapi persaingan dengan negara-negara yang tergabung di dalamnya. Sarana dan prasarana yang mendukung tersebut misalkan, pelabuhan yang memadai untuk mengirimkan barang ke luar negeri, bandara yang bertaraf internasional, transportasi darat yang terstandarisasi layak jalan, dan akses jalan yang memadai. Artinya bahwa pembangunan daerah sangat dibutuhkan guna mendukung pelaksanaan dan persaingan ASEAN Community, hal tersebut dapat
105
tercermin dalam APBD besaran yang digunakan untuk pembangunan daerah tersebut. Pemeriintah daerah dalam menggunakan dana pendapatan seharusnya lebih efisien dan efektif diperuntukan bagi kepentingan masyarakat tidak hanya mengutamakan penggunaan dana untuk penyelenggaraan pemerintahan itu sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Adipta (2014) di kabupaten Lombok Tengah menunjukan bahwa rasio belanja rutin yang saat ini menjadi belanja tidak langsung masih mendominasi dari belanja pembangunan yang menjadi belanja langsung. Peneliitian Oktavianus dkk (2015) menunjukan hasil yang sama bahwa belanja rutin/ belanja tidak langsung lebih mendominasi dari belanja langsung. Penelitian ini yang menggunakan sampel Kabupaten Brebes dan Pemalang menunjukan hasil bahwa belanja rutin/ belanja tidak langsung lebih mendominasi dari belanja pembangunan/belanja langsung.
f. Rasio Pertumbuhan Rasio kemampuan
pertumbuhan pemerintah
menggambarkan
daerah
dalam
seberapa
mempertahankan
besar dan
meningkatkan keberhasilan yang dicapai dari periode ke periode lainnya. Pertumbuhan APBD dilihat dari berbagai komponen penyusun APBD yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Total Pendapatan Daerah, Belanja rutin dan Belanja Pembangunan (Widodo dalam
106
Rahman, 2014). Berikut ini adalah nilai PAD, TPD, dan Belanja kabupaten Brebes tahun 2010-2014: Tabel 4.23
Nilai Pos PAD, Total Pendapatan, dan Belanja Kabupaten Brebes Tahun 2010-2014
No
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
71,026
78,276
101,807
133,836
267,773
1,103,000
1,315,176
1,567,078
1,781,873
2,043,922
1
PAD
2
Total Pendapatan
3
Belanja Tidak Langsung
966,432
889,224
1,239,198
1,261,947
1,106,094
4
Belanja Langsung
131,398
425,952
192,983
325,811
861,075
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Tabel 4.23 menunjukan besaran nilai dari pos PAD, Total Pendapatan, Belanja Tidak Langsung, Belanja langsung tahun 2010 hingga 2014. Tahun 2014 nilai PAD memang paling besar jika dibandingkan dengan tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013 yaitu sebesar 267 Miliar. Pos total pendapatan, tahun 2014 mempunyai nilai yang tertinggi yaitu sebesar 2,04 Triliun. Pos belanja tidak langsung mengalami perkembangan yang berfluktuatif, tahun 2011 mengalami penurunan menjadi sebesar 899 Miliar dari tahun 2010 yang sebesar 966 Miliar. Tahun 2014 juga mengalami penurunan menjadi 1,11 triliun dari tahun 2013 sebesar 1,3 Triliun. Pos belanja langsung juga mengalami perkembangan yang berfluktuatif, nilai yang terbesar adalah pada tahun 2014 yaitu sebesar 861 Miliar. Besaran belanja
107
langsung memang lebih rendah dibandingkan dengan besaran belanja tidak langsung. Tabel 4.24
Perhitungan Brebes
Rasio
Pertumbuhan
Kabupaten
No
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
Ratarata
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
10.21
30.06
31.46
100.08
42.95
19.24
19.15
13.71
14.71
16.7
-7.99
39.36
1.84
-12.35
5.21
224.17
-54.69
68.83
164.29
100.65
1
PAD -
2
Total Pendapatan -
3 4
Belanja Tidak Langsung -
Belanja Langsung
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Tabel 4.24 menunjukan pertumbuhan dalam pos PAD, total pendapatan, dan pos belanja Kabupaten Brebes. Pos PAD menunjukan pertumbuhan
yang
positif,
pos
total
pendapatan
mengalami
pertumbuhan yang negatif, pos belanja tidak langsung dan belanja langsung
mengalami
perkembangan
yang
berfluktuatif.
Nilai
pertumbuhan pos PAD tahun 2011 sebesar 10,21%, tahun 2012 sebesar 30,06%, tahun 2013 sebesar 31,46%, dan tahun 2014 sebesar 100,08%. Pos total pendapatan mempunyai nilai pertumbuhan pada tahun 2011 sebesar 19,24%, tahun 2012 sebesar 19,15%, tahun 2013 sebesar 13,71%, dan tahun 2014 sebesar 14,71%. Tahun 2011 pos belanja tidak langsung mengalami penurunan sebesar -7,99%, tahun 2012 sebesar 39,36%, tahun 2013 sebesar 1,84%, dan tahun 2014
108
sebesar -12,35%. Pos belanja langsung pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 224,17%, tahun 2012 sebesar -54,69%, tahun 2013 sebesar 68,83%, dan tahun 2014 sebesar 164,29%. Tabel 4.25
Nilai Pos PAD, Total Pendapatan, dan Belanja Kabupaten Pemalang Tahun 2010-2014
No
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
71,726
79,678
97,951
136,362
217,342
969,382
1,188,521
1,344,382
1,486,774
1,687,334
735,805
798,170
862,001
947,855
1,060,961
254,894
380,586
334,452
529,251
554,849
1
PAD
2
Total Pendapatan
3
Belanja Tidak Langsung
4
Belanja Langsung
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Tabel 4.25 menunjukan besaran nilai dari pos PAD, Total Pendapatan, Belanja Tidak Langsung, Belanja langsung tahun 2010 hingga 2014 Kabupaten Pemalang. Tahun 2010 hingga 2014 nilai PAD, Total Pendapatan Daerah, dan Belanja Tidak Langsung lebih tinggi dari nilai Belanja Langsung. Tahun 2014 nilai PAD memang paling besar jika dibandingkan dengan tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013 yaitu sebesar 217 Miliar. Pos total pendapatan, tahun 2014 mempunyai nilai yang tertinggi yaitu sebesar 1,68 Triliun. Pos belanja tidak langsung mengalami perkembangan yang positif, tahun 2010 nilainya sebesar 735 Miliar, tahun 2011 sebesar 798 Miliar, tahun 2012
109
sebesar 862 Miliar, tahun 2013 sebesar 947 Miliar, dan tahun 2014 sebesar 1,060 Miliar. Pos belanja langsung nilai yang terbesar adalah pada tahun 2014 yaitu sebesar 554 Miliar. Besaran belanja langsung memang lebih rendah dibandingkan dengan besaran belanja tidak langsung. Tabel 4.26 menunjukan pertumbuhan dalam pos PAD, total pendapatan, dan pos belanja Kabupaten Pemalang. Pos PAD menunjukan pertumbuhan yang positif, pos total pendapatan mengalami pertumbuhan yang berfluktuatif, pos belanja tidak langsung dan belanja langsung mengalami perkembangan yang berfluktuatif. Tabel 4.26
Perhitungan Pemalang
Rasio
Pertumbuhan
No
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Kabupaten
Rata-rata (8)
1
PAD
-
11.09
22.93
39.21
59.39
33.15
2
Total Pendapatan
-
22.61
13.11
10.59
13.49
14.95
3
Belanja Tidak Langsung
-
8.48
8.00
9.96
11.93
9.59
4
Belanja Langsung
-
49.31
-12.12
58.24
4.84
25.06
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Nilai pertumbuhan pos PAD tahun 2011 sebesar 11,09%, tahun 2012 sebesar 22,93%, tahun 2013 sebesar 39,21%, dan tahun 2014 sebesar 59,39%. Pos total pendapatan mempunyai nilai pertumbuhan pada
110
tahun 2011 sebesar 22,61%, tahun 2012 sebesar 13,11%, tahun 2013 sebesar 10,59%, dan tahun 2014 sebesar 13,49%. Tahun 2011 pos belanja tidak langsung mengalami penurunan sebesar 8,48%, tahun 2012 sebesar 8%, tahun 2013 sebesar 9,96%, dan tahun 2014 sebesar 11,93%. Pos belanja langsung pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 49,31%, tahun 2012 sebesar -12,12%, tahun 2013 sebesar 58,24%, dan tahun 2014 sebesar 4,84%. Gambar 4.10
Pertumbuhan PAD Kabupaten Brebes Pemalang Tahun 2011 hingga 2014
dan
120.00 100.00
Axis Title
80.00 60.00 40.00 20.00 0.00
2011
2012
2013
2014
PAD Brebes
10.21
30.06
31.46
100.08
PAD Pemalang
11.09
22.93
39.21
59.39
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Gambar 4.10 menunjukan pertumbuhan pos Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Brebes dan Pemalang tahun 2011 hingga 2014. Gambar di atas terlihat pertumbuhan PAD mempunyai trend yang positif atau meningkat setiap tahunnya dengan persentase yang fluktuatif.
111
Dalam gambar 4.10 terlihat bahwa pada tahun 2014 Kabupaten Brebes mengalami kenaikan PAD yang signifikan. Komponen PAD terdiri atas pos Pajak, Retribusi, Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Kenaikan tersebut disebabkan oleh kenaikan dalam pos pajak daerah yang mengalami kenaikan dari tahun 2013 menjadi Rp 58,91 Miliar dari sebelumnya sebesar Rp 31,18 Miliar, pos hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang naik menjadi Rp 2 Miliar dari Rp 1,8 Miliar, dan pos lain-lain pendapatan yang sah yang meningkat menjadi Rp 187 Miliar dari Rp 77,2 Miliar. Kenaikan yang signifikan memang berasal dari pajak dan lain-lain pendapatan yang sah. Gambar 4.11 menunjukan pertumbuhan pos Total Pendapatan Kabupaten Brebes dan Pemalang tahun 2011 hingga 2014. Gambar tersebut terlihat bahwa kecenderungan kenaikan dan penurunan di Kabupaten Brebes dan Pemalang adalah sama. Tahun 2012 pertumbuhan Total Pendapatan Kabupaten Brebes dan Pemalang mengalami penurunan, penurunan tersebut terjadi pula pada tahun 2013, dan mengalami kenaikan pada tahun 2014 dengan persentase yang berbeda. Setiap tahunnya meskipun persentasenya berfluktuatif namun mengalami kenaikan total pendapatan. Berikut ini adalah gambar mengenai pertumbuhan pos total pendapatan Brebes dan Pemalang:
112
Gambar 4.11
Pertumbuhan Total Pendapatan Kabupaten Brebes dan Pemalang Tahun 2011 hingga 2014 25.00
Axis Title
20.00 15.00 10.00 5.00 0.00
2011
2012
2013
2014
Total Pendapatan Brebes
19.24
19.15
13.71
14.71
Total Pendapatan Pemalang
22.61
13.11
10.59
13.49
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Pos total pendapatan meliputi komponen pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Pos PAD, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah memang meningkat disebabkan karena kenaikan PAD Kabupaten Brebes tahun 2011 sebesar Rp 7,25 Miliar, tahun 2012 kenaikan PAD sebesar Rp 23,5 Miliar, tahun 2013 kenaikan PAD sebesar Rp 32 Miliar, tahun 2014 kenaikan PAD sebesar Rp133,9 Miliar, pertumbuhan PAD yang setiap tahunnya mengalami kenaikan. Pos dana perimbangan tahun 2011 mengalami penurunan sebesar Rp 87 Miliar, tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp 480 Miliar, tahun 2013 mengalami kenaikan
sebesar
Rp
169,8
Miliar,
tahun
2014
mengalami
113
pertumbuhan yang menurun sebesar Rp 234,8 Miliar, selain kenaikan yang berfluktuatif dana perimbangan juga mengalami penurunan yang besar pada tahun 2014. Pos lain-lain pendapatan yang sah tahun 2011 pertumbuhan meningkat sebesar Rp 291,9 Miliar, tahun 2012 mengalami penurunan pertumbuhan yang sebesar Rp 251,7 Miliar, tahun 2013 mengalami peningkatan pertumbuhan dari tahun sebelumnya sebesar Rp 12,9 Miliar, tahun 2014 sebesar Rp 362,9 Miliar. Tabel 4.11 menunjukan bahwa Total Pendapatan Kabupaten Brebes yang semakin menurun pertumbuhannya disebabkan karena tahun 2012 dari sisi PAD meningkat tajam sebesa Rp 23,5 Miliar dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 7,25 Miliar, pos dana perimbangan meningkat juga pada tahun 2012 sebesar Rp 480 Miliar, sedangkan dalam pos lain-lain pendapatan yang sah mengalami penurunan sebesar Rp 251,7 Miliar yang menyebabkan penurunan
pertumbuhan
total
pendapatan.
Tahun
2013
total
pendapatan pertumbuhannya juga mengalami penurunan dikarenakan, pada pos PAD meningkat sebesar 32 Miliar, pos dana perimbangan meningkat Rp 169,8 Miliar lebih sedikit dari tahun 2012 yang sebesar Rp 480 Miliar, pos lain-lain pendapatan mengalami peningkatan sebesar Rp 12,9 Miliar meningkat sedikit dari penurunan yang terjadi tahun 2012 yang sebesar Rp 251,7 Miliar. Peningkatan ditahun 2013 masih lebih rendah belum mampu meningkatkan total pendapatan dari sisi dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Tahun 2014
114
dari sisi PAD mengalami kenaikan sebesar Rp 133,9 Miliar, pos dana perimbangan mengalami penurunan sebesar Rp 234,8 Miliar, pos lainlain pendapatan yang sah mengalami peningkatan sebesar Rp 362,9 Miliar. Pertumbuhan total pendapatan tahun 2014 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 1% yang disebabkan peningkatan dari sisi lain-lain pendapatan yang sah. Kabupaten
Pemalang
pola
pertumbuhan
sama
dengan
Kabupaten Brebes. Tahun 2011 kenaikan pos PAD sebesar Rp 7,9 Miliar, tahun 2012 kenaikannya sebesar Rp 18,3 Miliar, tahun 2013 kenaikannya sebesar Rp 38,4 Miliar, dan tahun 2014 sebesar Rp 80,9 Miliar. Pos dana perimbangan tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar Rp 5,3 Miliar, tahun 2012 kenaikannya sebesar Rp 184,2 Miliar, tahun 2013 kenaikan sebesar Rp 63,6 Miliar, dan tahun 2014 sebesar Rp 71,2 Miliar. Pos lain-lain pendapatan yang sah tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar Rp 205,8 Miliar, tahun 2012 mengalami penurunan sebesar Rp 46,6 Miliar, tahun 2013 kenaikannya sebesar Rp 40,5 Miliar, tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar Rp 48,3 Miliar. Pertumbuhan tahun 2012 menurun dibandingkan dengan tahun 2011 disebabkan oleh pos lain-lain pendapatan yang sah yang mengalami penurunan sebesar 46,6 Miliar dari tahun 2011. Tahun 2013 mengalami pertumbuhan total pendapatan yang juga menurun disebabkan oleh pos dana perimbangan kenaikannya sebesar 63,6 Miliar lebih rendah dari tahun 2012 yang sebesar 184,2 Miliar, tahun
115
2014 kembali mengalami kenaikan pertumbuhan dari tahun 2013 disebabkan karena kenaikan pos PAD, dana perimbangan, serta lainlain pendapatan yang sah. Dapat dilihat lebih jelasnya dalam lampiran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2010- 2014 halaman 132. Gambar 4.12 menunjukan pertumbuhan pos Belanja Tidak Langsung Kabupaten Brebes dan Pemalang tahun 2011 hingga 2014. Terlihat jelas dalam gambar di atas bahwa nilai persentase pertumbuhan belanja tidak langsung di Kabupaten Brebes dan Pemalang yang berfluktuatif. Tahun 2011 pertumbuhan Belanja Tidak Langsung Kabupaten Brebes presentasinya negatif, sedangkan Kabupaten Brebes presentasinya positif. Tahun 2012 Kabupaten Brebes mengalami peningkatan pertumbuhan Belanja Tidak Langsung yang
signifikan,
sedangkan
Kabupaten
Pemalang
mengalami
penurunan persentase pertumbuhan pos Belanja Tidak Langsung. Gambar 4.12
Pertumbuhan Belanja Tidak Langsung Kabupaten Brebes dan Pemalang Tahun 2011 hingga 2014
116
50.00 40.00 Axis Title
30.00 20.00 10.00 0.00 -10.00 -20.00
2011
2012
2013
2014
Belanja Tidak Langsung Brebes
-7.99
39.36
1.84
-12.35
Belanja Tidak Langsung Pemalang
8.48
8.00
9.96
11.93
Sumber: hasil analisis data sekunder Tabel 4.12 memang terlihat dalam tabel kenaikan dan penurunan pertumbuhan belanja tidak langsung Kabupaten Brebes sangat tajam. Pada tahun 2011 belanja tidak langsung Kabupaten Brebes negatif disebabkan oleh pos belanja barang dan jasa yang sebelumnya termasuk dalam belanja operasi atau belanja tidak langsung menjadi bagian dari pos belanja langsung hal tersebut berdasarkan Permendagri No 21 Tahun 2011. Tahun 2012 peningkatan yang terjadi disebabkan oleh peningkaan belanja pegawai yang sebesar Rp 155 Miliar, serta masuknya pos belanja barang dan jasa sebesar 186,018. Pada tahun 2013 sedikit pertumbuhan dari belanja pegawai dari tahun 2012 sebesar Rp 51,6 Miliar. Tahun 2014 mengalami pertumbuhan yang negative dikarenakan belanja barang dan jasa dimasukan dalam pos belanja langsung. Gambar 4.13
Pertumbuhan Belanja Langsung Kabupaten Brebes dan Pemalang Tahun 2011 hingga 2014
117
250.00
Axis Title
200.00 150.00 100.00 50.00 0.00 -50.00 -100.00
2011
2012
2013
2014
Belanja Langsung Brebes
224.17
-54.69
68.83
164.29
Belanja Tidak Langsung Pemalang
49.31
-12.12
58.24
4.84
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Gambar 4.13 menunjukan mengenai pertumbuhan pos Belanja Langsung tahun 2011 hingga 2014. Terlihat bahwa pola pertumbuhan Kabupaten Brebes dan Pemalang pada tahun 2011 hingga 2013 adalah sama, namun pada tahun 2014 Kabupaten Brebes mengalami peningkatan dan Kabupaten Pemalang mengalami penurunan. Belanja Langsung di Kabupaten Brebes dan Pemalang kurang mendominasi jika dibandingkan dengan Belanja Tidak Langsung. Pertumbuhan belanja langsung Kabupaten Brebes terlihat peningkatan dan penurunan yang sangat tajam dikarenakan belanja barang dan jasa dimasukan dalam belanja tidak langsung. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2010-2014 dalam halaman 132. 2. Analisis Kuantitatif
118
Berikut
ini
merupakan
hasil
analisis
kuantitatif
yang
menggunakan uji signifikansi t, dengan menganalisis data dari hasil analisis deskriptif Kabupaten Brebes dan Pemalang yang meliputi rasio kemandirian daerah, derajat desentralisasi fiskal, indeks kemampuan rutin, rasio keserasian, serta rasio pertumbuhan. Berikut ini adalah hasil analisis kuantitatif: a. Rasio Kemandirian Daerah Hasil analisis dengan menggunakan uji signifikansi t yang menggunakan data hasil perhitungan rasio kemandirian Kabupaten Brebes dan Pemalang adalah sebagai berikut: Tabel 4.27 menunjukan hasil uji signifikansi t Kabupaten Brebes dari data hasil perhitungan rasio kemandirian tahun 2010 hingga 2014. Nilai t tabel sebesar -0.003 dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.998 > 0.10. Tabel 4.27
Hasil Uji Signifikansi T Kabupaten Brebes Berdasarkan Rasio Kemandirian Keuangan Tahun 2010-2014 One-Sample Test Test Value = 11.30 90% Confidence Interval of the Difference
t RASIOKEMANDIRIAN
df
-.003
Sig. (2-tailed) 4
.998
Mean Difference -.006
Lower
Upper -4.75
4.74
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Hasil tersebut menunjukan bahwa Ho diterima dan menolak Ha, artinya bahwa nilai rasio kemandirian Kabupaten Brebes memang
119
sama dengan rata-rata rasio kemandirian Kabupaten Brebes. Nilai rasio kemandirian Kabupaten Brebes tahun 2010 hingga 2014 memang sama dengan rata-rata rasio. Tabel 4.28
Hasil Uji Signifikansi T Kabupaten Pemalang Berdasarkan Rasio Kemandirian Keuangan Tahun 2010-2014 One-Sample Test Test Value = 12.52 90% Confidence Interval of the Difference
t RASIOKEMANDIRIAN
df
-.002
Sig. (2-tailed) 4
Mean Difference
.998
Lower
-.00400
Upper
-4.1216
4.1136
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Tabel 4.27 menunjukan hasil uji signifikansi t Kabupaten Pemalang dari data hasil perhitungan rasio kemandirian tahun 2010 hingga 2014. Nilai t tabel sebesar -0.002 dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.998 > 0.10. hasil tersebut menunjukan bahwa Ho diterima dan menolak Ha, artinya bahwa nilai rasio kemandirian Kabupaten
Pemalang
memang
sama
dengan
rata-rata
rasio
kemandirian Kabupaten Pemalang. Nilai rasio kemandirian Kabupaten Pemalang tahun 2010 hingga 2014 memang sama dengan rata-rata rasio. b. Derajat Desentralisasi Fiskal Hasil analisis dengan menggunakan uji signifikansi t yang menggunakan data hasil perhitungan derajat desentralisasi fiskal dari Kabupaten Brebes dan Pemalang adalah sebagai berikut:
120
Tabel 4.29
Hasil Uji Signifikansi T Kabupaten Brebes Berdasarkan Derajat Desentralisasi Fiskal Tahun 2010-2014 One-Sample Test Test Value = 7.90 90% Confidence Interval of the Difference
t DDF
df .000
Sig. (2-tailed) 4
Mean Difference
1.000
Lower
.00000
Upper
-2.8236
2.8236
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Tabel 4.29 menunjukan hasil uji signifikansi t Kabupaten Brebes dari data hasil perhitungan derajat desentralisasi fiskal tahun 2010 hingga 2014. Nilai t tabel sebesar 0,000 dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 1,000 > 0.10. hasil tersebut menunjukan bahwa Ho diterima dan menolak Ha, artinya bahwa nilai derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Brebes memang sama dengan rata-rata derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Brebes. Nilai derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Brebes tahun 2010 hingga 2014 memang sama dengan rata-rata rasio. Tabel 4.30
Hasil Uji Signifikansi T Kabupaten Pemalang Berdasarkan Derajat Desentralisasi Fiskal Tahun 2010-2014 One-Sample Test Test Value = 8.69 90% Confidence Interval of the Difference
t DDF
-.002
df
Sig. (2-tailed) 4
.999
Mean Difference -.00200
Lower -2.4031
Upper 2.3991
121
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Tabel 4.30 menunjukan hasil uji signifikansi t Kabupaten Pemalang dari data hasil perhitungan derajat desentralisasi fiskal tahun 2010 hingga 2014. Nilai t tabel sebesar -0,002 dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,999 > 0.10. hasil tersebut menunjukan bahwa Ho diterima dan menolak Ha, artinya bahwa nilai derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Pemalang memang sama dengan rata-rata derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Pemalang. Nilai derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Pemalang tahun 2010 hingga 2014 memang sama dengan rata-rata rasio.
c. Indeks Kemampuan Rutin Hasil analisis dengan menggunakan uji signifikansi t yang menggunakan data hasil perhitungan indeks kemampuan rutin dari Kabupaten Brebes dan Pemalang adalah sebagai berikut: Tabel 4.31 menunjukan hasil uji signifikansi t Kabupaten Brebes dari data hasil perhitungan indeks kemampuan rutin tahun 2010 hingga 2014. Nilai t tabel sebesar 0,000 dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 1,000 > 0.10.
122
Tabel 4.31
Hasil Uji Signifikansi T Kabupaten Brebes Berdasarkan Indeks Kemampuan Rutin Tahun 2010-2014 One-Sample Test Test Value = 11.84 90% Confidence Interval of the Difference
t IKR
df
.000
Sig. (2-tailed) 4
Mean Difference
1.000
-.00200
Lower
Upper
-6.6933
6.6893
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Hasil tersebut menunjukan bahwa Ho diterima dan menolak Ha, artinya bahwa nilai indeks kemampuan rutin Kabupaten Brebes memang sama dengan rata-rata indeks kemampuan rutin Kabupaten Brebes. Nilai indeks kemampuan rutin Kabupaten Brebes tahun 2010 hingga 2014 memang sama dengan rata-rata rasio.
Tabel 4.32
Hasil Uji Signifikansi T Kabupaten Pemalang Berdasarkan Indeks Kemampuan Rutin Tahun 2010-2014 One-Sample Test Test Value = 13.19 90% Confidence Interval of the Difference
t IKR
.002
df
Sig. (2-tailed) 4
.999
Mean Difference .00400
Lower -4.2655
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016
Upper 4.2735
123
Tabel 4.32 menunjukan hasil uji signifikansi t Kabupaten Pemalang dari data hasil perhitungan indeks kemampuan rutin tahun 2010 hingga 2014. Nilai t tabel sebesar 0,002 dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,999 > 0.10. hasil tersebut menunjukan bahwa Ho diterima dan menolak Ha, artinya bahwa nilai indeks kemampuan rutin Kabupaten Pemalang memang sama dengan rata-rata indeks kemampuan rutin Kabupaten Pemalang. Nilai indeks kemampuan rutin Kabupaten Pemalang tahun 2010 hingga 2014 memang sama dengan rata-rata rasio. d. Rasio Keserasian Hasil analisis dengan menggunakan uji signifikansi t yang menggunakan data hasil perhitungan rasio keserasian yang meliputi rasio belanja langsung dengan rasio belanja tidak langsung dari Kabupaten Brebes dan Pemalang adalah sebagai berikut:
Tabel 4.33
Hasil Uji Signifikansi T Kabupaten Brebes Berdasarkan Raio Belanja Langsung Tahun 20102014 One-Sample Test Test Value = 24.22 90% Confidence Interval of the Difference
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Lower
Upper
124
One-Sample Test Test Value = 24.22 90% Confidence Interval of the Difference t RASIOBELANJ ALANGSUNG
df
.000
Sig. (2-tailed) 4
1.000
Mean Difference .00200
Lower -12.9486
Upper 12.9526
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Tabel 4.33 menunjukan hasil uji signifikansi t Kabupaten Brebes dari data hasil perhitungan rasio belanja langsung tahun 2010 hingga 2014. Nilai t tabel sebesar 0,000 dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 1,000 > 0,10 hasil tersebut menunjukan bahwa Ho diterima dan menolak Ha, artinya bahwa nilai rasio belanja langsung Kabupaten Brebes memang sama dengan rata-rata rasio belanja langsung Kabupaten Brebes. Nilai rasio belanja langsung Kabupaten Brebes tahun 2010 hingga 2014 memang sama dengan ratarata rasio. Berikut ini adalah tabel 4.34 yang menunjukan hasil uji signifikansi t Kabupaten Brebes dari data hasil perhitungan rasio belanja tidak langsung tahun 2010 hingga 2014.
125
Tabel 4.34
Hasil Uji Signifikansi T Kabupaten Brebes Berdasarkan Raio Belanja Tidak Langsung Tahun 2010-2014 One-Sample Test Test Value = 74.74 90% Confidence Interval of the Difference
t RASIOBELANJAT IDAKLANGSUNG
df
.000
Sig. (2-tailed) 4
Mean Difference
.999
Lower
-.00400
Upper
-12.5646
12.5566
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Tabel 4.34 menunjukan nilai t tabel sebesar 0,000 dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,999 > 0,10
hasil tersebut
menunjukan bahwa Ho diterima dan menolak Ha, artinya bahwa nilai rasio belanja tidak langsung Kabupaten Brebes memang sama dengan rata-rata rasio belanja tidak langsung Kabupaten Brebes. Nilai rasio belanja tidak langsung Kabupaten Brebes tahun 2010 hingga 2014 memang sama dengan rata-rata rasio. Tabel 4.35
Hasil Uji Signifikansi T Kabupaten Pemalang Berdasarkan Raio Belanja Langsung Tahun 20102014 One-Sample Test Test Value = 31.23 90% Confidence Interval of the Difference
t RASIOBELANJ ALANGSUNG
-.001
df
Sig. (2-tailed) 4
.999
Mean Difference -.00200
Lower -4.0739
Upper 4.0699
126
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Tabel 4.35 menunjukan hasil uji signifikansi t Kabupaten Pemalang dari data hasil perhitungan rasio belanja langsung tahun 2010 hingga 2014. Nilai t tabel sebesar -0,001 dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,999 > 0,10 hasil tersebut menunjukan bahwa Ho diterima dan menolak Ha, artinya bahwa nilai rasio belanja langsung Kabupaten Pemalang memang sama dengan rata-rata rasio belanja langsung Kabupaten Pemalang. Nilai rasio belanja langsung Kabupaten Pemalang tahun 2010 hingga 2014 memang sama dengan rata-rata rasio. Tabel 4.36 menunjukan hasil uji signifikansi t Kabupaten Pemalang dari data hasil perhitungan rasio belanja tidak langsung tahun 2010 hingga 2014. Tabel 4.36
Hasil Uji Signifikansi T Kabupaten Pemalang Berdasarkan Raio Belanja Tidak Langsung Tahun 2010-2014 One-Sample Test Test Value = 68.77 90% Confidence Interval of the Difference
t
df
Sig. (2-tailed) Mean Difference
Lower
Upper
RASIOBELAN JATIDAKLAN
.001
4
.999
.00200
-4.0699
GSUNG
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016
4.0739
127
Nilai t tabel sebesar 0,001 dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,999 > 0,10
hasil tersebut menunjukan bahwa Ho diterima dan
menolak Ha, artinya bahwa nilai rasio belanja tidak langsung Kabupaten Pemalang memang sama dengan rata-rata rasio belanja tidak langsung Kabupaten Pemalang. Nilai rasio belanja tidak langsung Kabupaten Pemalang tahun 2010 hingga 2014 memang sama dengan rata-rata rasio. e. Rasio Pertumbuhan Hasil analisis dengan menggunakan uji signifikansi t yang menggunakan data hasil perhitungan rasio pertumbuhan yang meliputi pos PAD, Total Pendapatan, Belanja Langsung, dan Belanja Tidak Langsung dari Kabupaten Brebes dan Pemalang adalah sebagai berikut: Tabel 4.37 menunjukan hasil uji signifikansi t Kabupaten Brebes dari data hasil perhitungan rasio pertumbuhan PAD tahun 2010 hingga 2014. Tabel 4.37
Hasil Uji Signifikansi T Kabupaten Brebes Berdasarkan Rasio Pertumbuhan PAD Tahun 20102014 One-Sample Test Test Value = 42.95 90% Confidence Interval of the Difference
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Lower
Upper
128
One-Sample Test Test Value = 42.95 90% Confidence Interval of the Difference t PERTUMBUHANPAD
df
-.491
Sig. (2-tailed) 4
.649
Mean Difference -8.58800
Lower
Upper
-45.8492
28.6732
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016
Nilai t tabel sebesar -0,491 dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,649 > 0,10
hasil tersebut menunjukan bahwa Ho diterima dan
menolak Ha, artinya bahwa nilai rasio pertumbuhan PAD Kabupaten Brebes memang sama dengan rata-rata rasio pertumbuhan PAD Kabupaten Brebes. Nilai rasio pertumbuhan PAD Kabupaten Brebes tahun 2010 hingga 2014 memang sama dengan rata-rata rasio. Tabel 4.38
Hasil Uji Signifikansi T Kabupaten Brebes Berdasarkan Rasio Pertumbuhan Total Pendapatan Tahun 2010-2014 One-Sample Test Test Value = 16.7 90% Confidence Interval of the Difference
t PERTUMBUHANTOT ALPENDAPATAN
-.947
df
Sig. (2-tailed) 4
.397
Mean Difference -3.33800
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016
Lower -10.8531
Upper 4.1771
129
Tabel 4.38 menunjukan hasil uji signifikansi t Kabupaten Brebes dari data hasil perhitungan rasio pertumbuhan total pendapatan tahun 2010 hingga 2014. Nilai t tabel sebesar -0,947 dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,397 > 0,10
hasil tersebut menunjukan
bahwa Ho diterima dan menolak Ha, artinya bahwa nilai rasio pertumbuhan total pendapatan Kabupaten Brebes memang sama dengan rata-rata rasio pertumbuhan total pendapatan Kabupaten Brebes. Nilai rasio pertumbuhan total pendapatan Kabupaten Brebes tahun 2010 hingga 2014 memang sama dengan rata-rata rasio. Tabel 4.39 menunjukan hasil uji signifikansi t Kabupaten Brebes dari data hasil perhitungan rasio pertumbuhan belanja langsung tahun 2010 hingga 2014. Tabel 4.39
Hasil Uji Signifikansi T Kabupaten Brebes Berdasarkan Rasio Pertumbuhan Belanja Langsung Tahun 2010-2014 One-Sample Test Test Value = 100.65 90% Confidence Interval of the Difference
t PERTUMBUHANBEL ANJALANGSUNG
-10.521
df
Sig. (2-tailed) 4
.000
Mean Difference
Lower
Upper
-96.47800 -116.0279 -76.9281
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Nilai t tabel sebesar -10,521 dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000 > 0,10 hasil tersebut menunjukan bahwa Ha diterima
130
dan menolak Ho, artinya bahwa nilai rasio pertumbuhan belanja langsung Kabupaten Brebes memang berbeda dengan rata-rata rasio pertumbuhan belanja langsung Kabupaten Brebes. Nilai rasio pertumbuhan belanja langsung Kabupaten Brebes tahun 2010 hingga 2014 memang berbeda dengan rata-rata rasio. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan memang terjadi pertumbuhan yang signifikan dan penurunan yang signifikan belanja langsung. gambar 4.13 terlihat pada tahun 2011 terjadi pertumbuhan sebesar 224,17%, kemudian terjadi penurunan yang tajam pada tahun 2012 sebesar -54,69%, tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 68,83%, dan tahun 2014 kenaikan juga signifikann yaitu sebesar 164,29%. Kenaikan yang terjadi disebabkan oleh prioritas daerah dalam pembangunan daerah juga ditingkatkan dalam tahun 2011, 2013, dan tahun 2014. Berikut ini adalah Tabel 4.40 yang menunjukan hasil uji signifikansi t Kabupaten Brebes dari data hasil perhitungan rasio pertumbuhan belanja tidak langsung tahun 2010 hingga 2014. Nilai t tabel sebesar 1,469 dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,216 > 0,10 hasil tersebut menunjukan bahwa Ho diterima dan menolak Ha, artinya bahwa nilai rasio pertumbuhan belanja tidak langsung Kabupaten Brebes memang sama dengan rata-rata rasio pertumbuhan belanja tidak langsung Kabupaten Brebes. Nilai rasio pertumbuhan belanja tidak langsung Kabupaten Brebes tahun 2010 hingga 2014 memang sama dengan rata-rata rasio.
131
Tabel 4.40
Hasil Uji Signifikansi T Kabupaten Brebes Berdasarkan Rasio Pertumbuhan Belanja Tidak Langsung Tahun 2010-2014 One-Sample Test Test Value = 5.21 90% Confidence Interval of the Difference
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Lower
Upper
PERTUMBUHANBEL ANJATIDAKLANGSU
1.469
4
.216
75.31000
-33.9714 184.5914
NG
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Berikut ini adalah Tabel 4.41 yang menunjukan hasil uji signifikansi t Kabupaten Pemalang dari data hasil perhitungan rasio pertumbuhan PAD tahun 2010 hingga 2014. Nilai t tabel sebesar 0,632 dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,561 > 0,10
hasil
tersebut menunjukan bahwa Ho diterima dan menolak Ha, artinya bahwa nilai rasio pertumbuhan PAD Kabupaten Pemalang memang sama dengan rata-rata rasio pertumbuhan PAD Kabupaten Pemalang. Nilai rasio pertumbuhan PAD Kabupaten Pemalang tahun 2010 hingga 2014 memang sama dengan rata-rata rasio. Tabel 4.41
Hasil Uji Signifikansi T Kabupaten Pemalang Berdasarkan Rasio Pertumbuhan PAD Tahun 20102014 One-Sample Test Test Value = 33.15
132
90% Confidence Interval of the Difference t PERTUMBUHANPAD
df
-.632
Sig. (2-tailed) 4
.561
Mean Difference -6.62600
Lower
Upper
-28.9634
15.7114
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Tabel 4.42
Hasil Uji Signifikansi T Kabupaten Pemalang Berdasarkan Rasio Pertumbuhan Total Pendapatan Tahun 2010-2014 One-Sample Test Test Value = 14.95 90% Confidence Interval of the Difference
t PERTUMBUHANTOT ALPENDAPATAN
-.826
df
Sig. (2-tailed) 4
.455
Mean Difference -2.99000
Lower -10.7061
Upper 4.7261
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Tabel 4.42 yang menunjukan hasil uji signifikansi t Kabupaten Pemalang dari data hasil perhitungan rasio pertumbuhan total pendapatan tahun 2010 hingga 2014. Nilai t tabel sebesar -0,826 dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,455 > 0,10
hasil tersebut
menunjukan bahwa Ho diterima dan menolak Ha, artinya bahwa nilai rasio pertumbuhan total pendapatan Kabupaten Pemalang memang sama dengan rata-rata rasio pertumbuhan total pendapatan Kabupaten Pemalang. Nilai rasio pertumbuhan total pendapatan Kabupaten
133
Pemalang tahun 2010 hingga 2014 memang sama dengan rata-rata rasio. Tabel 4.43
Hasil Uji Signifikansi T Kabupaten Pemalang Berdasarkan Rasio Pertumbuhan Belanja Langsung Tahun 2010-2014 One-Sample Test Test Value = 25.06 90% Confidence Interval of the Difference
t PERTUMBUHANBEL ANJALANGSUNG
-.355
df
Sig. (2-tailed) 4
.741
Mean Difference -5.00600
Lower
Upper
-35.0903
25.0783
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Tabel 4.43 yang menunjukan hasil uji signifikansi t Kabupaten Pemalang dari data hasil perhitungan rasio pertumbuhan belanja langsung tahun 2010 hingga 2014. Nilai t tabel sebesar -0,355 dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,741 > 0,10
hasil tersebut
menunjukan bahwa Ho diterima dan menolak Ha, artinya bahwa nilai rasio pertumbuhan belanja langsung Kabupaten Pemalang memang sama dengan rata-rata rasio belanja langsung Kabupaten Pemalang. Nilai rasio pertumbuhan belanja langsung Kabupaten Pemalang tahun 2010 hingga 2014 memang sama dengan rata-rata rasio. Tabel 4.44
Hasil Uji Signifikansi T Kabupaten Pemalang Berdasarkan Rasio Pertumbuhan Belanja Tidak Langsung Tahun 2010-2014 One-Sample Test
134
Test Value = 9.59 90% Confidence Interval of the Difference t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Lower
Upper
PERTUMBUHANBEL ANJATIDAKLANGSU
-.941
4
.400
-1.91600
-6.2585
2.4265
NG
Sumber: hasil analisis data sekunder tahun 2016 Tabel 4.44 yang menunjukan hasil uji signifikansi t Kabupaten Pemalang dari data hasil perhitungan rasio pertumbuhan belanja tidak langsung tahun 2010 hingga 2014. Nilai t tabel sebesar -0,941 dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,400 > 0,10
hasil tersebut
menunjukan bahwa Ho diterima dan menolak Ha, artinya bahwa nilai rasio pertumbuhan belanja tidak langsung Kabupaten Pemalang memang sama dengan rata-rata rasio belanja tidak langsung Kabupaten Pemalang. Nilai rasio pertumbuhan belanja tidak langsung Kabupaten Pemalang tahun 2010 hingga 2014 memang sama dengan rata-rata rasio. Hasil analisis kuantitatif yang menggunakan uji signifikan t menunjukan hasil bahwa dalam hasil perhitungan rasio kemandirian daerah, derajat desentralisasi fiskal, indeks kemampuan rutin, rasio keserasian, dan rasio pertumbuhan Kabupaten Brebes dan Pemalang menunjukan hasil yang benar-benar sama dengan rata-rata rasio Kabupaten Brebes dan Pemalang. Namun terdapat perbedaan dalam
135
rasio pertumbuhan belanja langsung Kabupaten Brebes, hal tersebut disebabkan pertumbuhan yang berbeda secara signifikan dari tahun 2011 hingga 2014. Kabupaten Brebes dan Pemalang yang merupakan kabupaten miskin di Jawa Tengah menunjukan bahwa kedua daerah tersebut mempunyai kemampuan keuangan yang sama yaitu termasuk dalam kategori sangat rendah. Kabupaten Brebes dan Pemalang masih dibutuhkan pengoptimalan kinerja pemerintah dan pengoptimalan serta mengidentifikasi potensi daerah yang dapat menambah pendapatan daerah sehingga dapat meningkatkan kemampuan keuangan daerah. Era globalisasi saat ini menuntut setiap daerah untuk terus berkembang dan meningkatkan daya saing setiap kabupaten atau kota sehingga mampu memperkokoh perekonomian nasional dan mampu bersaing secara internasional terutama di era Mayarakat Ekonomi ASEAN saat ini.