BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian MI Miftakhul Huda Bengkal merupakan lembaga pendidikan dasar swasta yang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Maarif Nahdlatul Ulama dan Kementrian Agama. MI Miftakhul Huda Bengkal didirikan tahun 1967. Terletak di Dusun Surodadi Desa Bengkal Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung. MI Miftakhul Huda Bengkal berjarak sekitar 10 km ke arah timur dari pusat Kota Temanggung dan merupakan daerah perbatasan dengan Kabupaten Magelang. Kondisi awal berdiri sampai tahun 2007 MI Miftakhul Huda Bengkal hanya mempunyai 3 lokal ukuran 7 x 7 m untuk 6 rombongan belajar dengan siswa tiap rombongan belajar rata-rata 20 siswa. Namun sejak tahun 2007 MI Miftakhul Huda Bengkal mendapat bantuan DAK (Dana Alokasi Khusus) bidang pendidikan dan dapat menambah 2 lokal ruang kelas. Tahun 2009 mendapat bantuan lagi 2 lokal ruang kelas sehingga sampai tahun 2011 ini MI Miftakhul Huda Bengkal sudah mempunyai 6 lokal kelas untuk 6 rombongan belajar.
77
MI Miftakhul Huda Bengkal diasuh oleh 9 orang guru termasuk penulis dan 1 orang kepala madrasah yang terdiri dari 1 orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Dari 10 orang yang ada, 2 orang berstatus PNS yaitu kepala madrasah dan 1 orang guru sedangkan 8 orang lainnya berstatus wiyata bhakti. Di samping itu MI Miftakhul Huda Bengkal juga memiliki 1 orang penjaga laki-laki yang merangkap sebagai tukang kebun. Tingkat pendidikan guru-guru di MI Miftakhul Huda Bengkal semuanya sudah sarjana penuh (S1) walaupun jurusannya kurang sesuai dengan bidang ajarnya yaitu mengajar guru kelas atau guru penjaskes tetapi jurusan yang diambil adalah PAI (Pendidikan Agama Islam) sedangkan penjaga berijasah SMP. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1 Susunan Guru dan Tenaga Kependidikan MI Miftakhul Huda Bengkal Jabatan
Jumlah
Ijasah
Status
Ket
Kepala MI
1
S1 (PAI)
PNS
Perempuan
Guru kelas
6
S1(PAI)
1 PNS 5 GTY
6 perempuan
Guru mapel
3
S1 (PAI)
GTY
2Perempuan 1 laki-laki
Penjaga
1
SMP
PTY
Laki-laki
Jumlah
11
Sumber: MI Miftakhul Huda Bengkal (2011)
Siswa MI Miftakhul Huda Bengkal tergolong banyak
78
dibandingkan
sekolah
sederajat
di
Desa
Bengkal. Jumlah siswa MI Miftakhul Huda Bengkal tahun 2011 sebanyak 135 anak. Sementara SD Bengkal I berjumlah 65 siswa, SD Bengkal II berjumlah 140 siswa dan SD Muhamadiyah Alternatif berjumlah 60 siswa (UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kranggan banyak
2011).
namun
Walaupun masyarakat
jumlahnya yang
lumayan
menyekolahkan
anaknya di MI Miftakhul Huda Bengkal merupakan masyarakat dengan ekonomi pas-pasan. Hal ini dapat diketahui dari data tahun 2011 bahwa 90% dari wali murid adalah petani dan buruh. Sisanya ada pedagang, perangkat dan pensiunan. Disebabkan oleh ekonomi yang pas-pasan itulah maka bukan hal yang aneh jika banyak siswa MI Miftakhul Huda Bengkal yang tidak melanjutkan ke sekolah lanjutan apalagi kuliah di perguruan tinggi. Bahkan ada yang tidak melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama (SMP/MTs). Data tentang siswa lulusan MI Miftakhul Huda yang melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dapat dilihat pada Tabel 1.1. Sedangkan data tentang pekerjaan wali murid MI Miftakhul Huda Bengkal tahun 2011/2012 dapat dilihat pada Tabel 4.2. Dalam pelaksanaan pembelajaran MI Miftakhul Huda menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sejak tahun 2007.
79
Tabel 4.2 Data Pekerjaan Wali Murid MI Miftakhul Huda Bengkal Tahun 2011/2012 No
Pekerjaan
Jumlah
Keterangan
1
PNS/ABRI
2
Guru
2
Wiraswasta
4
Sopir
3
Pedagang
7
4
Petani
67
5
Buruh
55
Jumlah
135
Sumber: MI Miftakhul Huda Bengkal (2011)
MI Miftakhul Huda mempunyai visi “menyiapkan generasi yang berilmu pengetahuan dan berakhlakul karimah” sementara misinya antara lain: (1) Melaksanakan pembelajaran dengan cara PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan), (2) Mengembangkan bakat dan minat anak serta profesional guru, (3) Memajukan madrasah bersama masyarakat, (4) Menumbuh kembangkan penghayatan dan pengamalan akhlakul karimah dan penguasaan ala ahlu sunah wal jamaah.
4.2 Penyajian Data Setelah semua data terkumpul kemudian peneliti melakukan aktivitas dalam analisis data yaitu mengelompokkan
data
ke
dalam
kelompok
yang
sesuai, menyajikan data dalam bentuk diskripsi dan mengambil keputusan sesuai rumusan masalah.
80
Strategi yang digunakan dalam implementasi pendidikan life skills dalam pembelajaran di MI Miftakhul Huda seperti yang sudah diuraikan pada bab II merupakan strategi yang terdiri dari 3 tahap yang meliputi tahap motivasi, tahap implementasi serta tahap evaluasi. Dalam pelaksanaan evaluasi melibatkan wali murid untuk menjalin hubungan yang sinergis dengan masyarakat dengan banyak menumbuhkan pembiasaan pada siswa untuk menumbuhkan budaya Madrasah. Dalam penyusunan kurikulum dilakukan dengan TPS/M untuk menuju manajemen sekolah berbasis masyarakat serta aspek life skills yang dikembangkan merupakan ketrampilan yang dibutuhkan masyarakat sekitar. Metode pembelajarannya dengan metode integratif yaitu menempelkan aspek life skills pada sejumlah pelajaran yang sudah ada. Dalam tahap motivasi ini merupakan kegiatan untuk menyiapkan segala sesuatu sebelum program dilaksanakan. Dalam tahap ini peneliti banyak bekerja sama dengan kepala madrasah sebagai pimpinan di MI Miftakhul Huda Bengkal. Hal-hal yang dilakukan peneliti dalam tahap ini adalah meneliti tentang pemahaman guru dan kepala tentang pendidikan life skills serta pelaksanaannya di MI Miftakhul Huda Bengkal, mengadakan diskusi dengan tim pengembang madrasah, mengadakan pelatihan pembuatan silabus dan RPP bagi guru dan sosialisasi kepada wali murid
81
tentang implementasi pendidikan life skills di MI Miftakhul Huda Bengkal. Sementara
itu
dalam
tahap
implementasi
program, peneliti melakukan observasi terhadap persiapan guru serta observasi terhadap implementasi pendidikan life skills dalam pembelajaran. Pada tahap terakhir yaitu tahap evaluasi, peneliti melakukan penelitian dengan menyebarkan kuisioner pada guru kepala dan wali murid untuk mengetahui pelaksanaan program implementasi life skills
serta kendala yang
dirasakan oleh dewan guru dan kepala MI saat mengimplementasikan life skills. 4.2.1 Tahap Motivasi Dalam tahap motivasi ini yang pertama dilakukan peneliti adalah meneliti tingkat pemahaman guru dan kepala tentang pendidikan life skills serta pelaksanaannya di MI Miftakhul Huda Bengkal. Peneliti melakukan wawancara dengan 8 orang guru dan kepala madrasah. Panduan wawancara meliputi 6 item yang meliputi pemahaman tentang pendidikan life skills, penerapan di MI Miftakhul Huda Bengkal dan teknik pelaksanaan, kurikukulumnya, kesiapan gurunya dan kegiatan yang perlu dilakukan sebelum implementasi pendidikan life skills dalam pembelajaran. Dari hasil wawancara 8 orang guru dan seorang kepala
Madrasah,
diperoleh
data
bahwa
hampir
semua guru maupun kepala Madrasah menyatakan
82
bahwa pendidikan life skills adalah pendidikan keterampilan seperti menggambar, menyanyi dan membuat keterampilan tangan. Sementara itu pada item kedua yaitu pelaksanaan life skills di MI Miftakhul Huda
Bengkal,
6
guru
menyatakan
bahwa
MI
Miftakhul Huda belum melaksanakan integrasi life skills dalam pembelajaran, sedangkan 2 orang guru menyatakan MI Miftakhul Huda Bengkal sudah melaksanakan integrasi life skills dalam pembelajaran yaitu dalam pelajaran SBK (seni budaya dan ketrampilan). Ketika ditanya lebih lanjut penerapan pada pelajaran yang lain mereka menyatakan pada pelajaran yang lain tidak ada pendidikan life skills. Menurut kepala Madrasah, pelaksanaan pendidikan life skills belum diterapkan pada semua pelajaran, tetapi baru sebatas pada pelajaran SBK. Pada item selanjutnya tentang implementasi pendidikan life skills jawaban mereka bervariasi. Bagi yang mengatakan belum melaksanakan pendidikan life skills alasannya ada yang mengatakan belum pernah diajari atau disosialisasi (5 nara sumber). Ada pula yang mengatakan belum tahu sama sekali tentang pelaksanaan
implementasi
pendidikan
life
skills.
Sedangkan yang mengatakan sudah melaksanakan integrasi pendidikan life skills pelaksanaanya tidak ada beda dengan pelajaran pada umumnya, hanya pelajaran SBK memang mengajarkan keterampilan bagi siswa dan bukan kognitif. Ada juga yang menga
83
takan pelaksanaanya lebih banyak praktik daripada teori. Sementara itu kepala Madrasah mengatakan belum
ada
strategi
khusus
pelaksanaannya
dan
pelaksanaanya seperti pelajaran biasa. Item keempat tentang kurikulum pelaksanaan integrasi pendidikan life skills, semua nara sumber mengatakan belum ada kurikulum baik itu para guru maupun kepala Madrasah. Sementara item kelima tentang bagaimana kesiapan guru-guru jika dilaksanakan implementasi integrasi pendidikan life skills dalam pembelajaran dijawab oleh kepala Madrasah bahwa guru-guru belum siap jika harus menyiapkan silabus dan RPP yang sudah ada integrasi pendidikan life skills pada semua pelajaran karena selama ini persiapan guru-guru baru persiapan tentang pembelajaran biasa dan belum menerapkan pembuatan persiapan guru dengan memasukkan integrasi pendidikan life skills. Jawaban kepala Madrasah tentang kesiapan guru-guru dikuatkan oleh guru-guru yang menyatakan belum pernah ada sosialisasi maupun pelatihan tentang pembuatan persiapan guru yang mengintegrasikan pendidikan life skills sehingga jika guru-guru langsung disuruh membuat persiapan mengajar yang mengimplemen tasikan pendidikan life skills mereka belum siap. Item terakhir dalam wawancara ini adalah kegiatan apa yang perlu dilakukan jika di MI Miftakhul Huda Bengkal akan mengimplementasikan pendidikan life skills
84
dalam
pembelajaran.
Kepala
Madrasah
mengatakan perlu adanya sosialisasi tentang pendidikan life skills dan pelatihan bagi guru-guru tentang persiapan, pelaksanaan dan teknik penilaian pendidikan life skills dalam pembelajaran. Jawaban kepala madrasah ini disetujui oleh seluruh guru yang ada di MI Miftakhul Huda Bengkal. Setelah mengetahui tingkat pemahaman guru dan kepala tentang pendidikan life skills, peneliti melakukan diskusi dengan tim pengembang sekolah/ Madrasah yang terdiri atas kepala Madrasah, dewan guru dan tokoh masyarakat untuk mendiskusikan tentang kecakapan hidup yang dibutuhkan siswa sesuai karakteristik daerah setempat dan mata pelajaran yang dapat diintegrasikan kecakapan hidup yang dibutuhkan. Tokoh
masyarakat
yang
masuk
dalam
tim
pengembang sekolah/madrasah terdiri atas pengurus yayasan, ketua komite, perwakilan dari wali murid dan tokoh masyarakat peduli pendidikan di samping guru dan kepala madrasah. Kegiatan ini dilakukan pada hari Sabtu tanggal 2 Juli 2011 dari jam 8 sampai jam 11 siang. Kegiatan dilakukan pada pagi hari karena siswa dalam kondisi libur akhir tahun sehingga kegiatan ini tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar. Dalam diskusi tersebut guru-guru meminta agar kecakapan hidup yang diberikan pada siswa jangan banyak-banyak dulu karena baru masa percobaan.
85
Nanti kalau sudah berjalan dapat ditambahi lagi. Dari 8 guru ada satu guru yang mengusulkan agar tiap guru mengintegrasikan pendidikan kecakapan hidup hanya satu mata pelajaran untuk tiap kelasnya. Sedangkan untuk guru mata pelajaran cukup mengajarkan satu pokok bahasan pada kelas tertentu dan tidak pada semua kelas. Usul dari satu guru ini disetujui oleh guru yang lain dan juga disetujui oleh kepala Madrasah dan tim pengembang madrasah yang lain. Namun di samping menyetujui pendapat guru, ketua komite meminta, walaupun baru tahap percobaan namun harus diajarkan pada siswa semaksimal mungkin dan jangan asal-asalan karena jika program ini berhasil maka hal ini akan sangat bermanfaat bagi siswa di kemudian hari. Hasil dari diskusi bersama tim pengembang kurikulum dengan peneliti diperoleh hasil pokok bahasan yang akan diintegrasi pendidikan life skills seperti terlihat pada Tabel 4.3. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti sesuai permintaan dari guru-guru dan kepala MI Miftakhul Huda Bengkal adalah mengadakan pelatihan bagi guru tentang pembuatan persiapan mengajar bagi guru berupa pembuatan RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) yang di dalamnya sudah terintegrasi pendidikan life skills. Pelatihan diikuti oleh 7 orang guru dan kepala MI Miftakhul Huda. Sedangkan 1 orang guru tidak mengikuti pelatihan karena sedang sakit, namun guru yang
86
tidak
mengikuti
pelatihan
tersebut
ketika
sembuh
dari
sakit
tetap
mempelajari
bagaimana
membuat RPP yang terintegrasi life skills. Tabel 4.3 Pokok Bahasan yang akan Diintegrasi Pendidikan Life Skills Pokok Bahasan Anggota tubuh
Ma pel IPA
2
Cinta lingkungan
PKn
Kesada ran spiritual
3
Melaksa nakan norma Menyapa orang lain dengan santun
PKn
Kesada ran potensi diri
Bhs Indon e sia
Kecaka pan komuni kasi
5
Asmaul Husna
Kesada ran spiritual
6
Perkemban g biakan makhluk hidup
Aki dah Akh lak IPA
7
Sholat fardhu
Fi kih
Kesada ran spiritual
8
Sepak bola
Olah raga
Kesada ran potensi diri
No 1
4
Life Skills
KD
Kesada ran potensi diri
Siswa dapat melakukan perawatan anggota tubuh Siswa dapat melakukan pemeliharaan lingkungan Siswa dapat bertindak tepat dan proporsional Siswa dapat menyapa orang lain dengan bahasa yang santun Siswa membi asakan mem baca asmaul husna Siswa dapat melakukan perkembang biakan vegetatif buatan Siswa dapat membiasakan shalat fardu Siswa dapat mengembang kan kemam puan diri
Pra vokasional
Kls
Guru
I
Guru kelas I
2
Guru kelas 2
3
Guru kelas 3 Guru kelas 4
4
5
Guru kelas 5
6
Guru kelas 6
2
Guru mapel fikih Guru olah raga
5
Sumber: Hasil diskusi dengan TPM tanggal 2 Juli 2011
Walaupun pembuatan persiapan mengajar itu dilaksanakan oleh guru tetapi seorang kepala sekolah/
87
madrasah juga harus tahu persiapan mengajar yang benar sehingga ketika ada guru yang kurang paham atau kurang tepat dapat melakukan perbaikan atau memberikan saran perbaikan. Pelatihan dilakukan di MI Miftakhul Huda Bengkal pada hari Sabtu, tanggal 9 Juli 2011 tepat satu minggu setelah melakukan diskusi dengan TPS/M. Pelatihan dilaksanakan jam 08.00 sampai pukul 13.00. Hasil dari pelatihan berupa keterampilan membuat RPP yang di dalamnya sudah terintegrasi pendidikan life skills, di samping pengetahuan dan pemahaman bagi guru tentang pendidikan life skills bagi siswa. Dengan bekal keterampilan tersebut diharapkan ketika memasuki ajaran baru di MI Miftakhul Huda sudah dapat diintegrasikan pendidikan life skills dalam pembelajaran bagi siswa. Ketika materi pendidikan life skills sudah ditentukan dan guru-guru sudah bisa membuat RPP yang terintegrasi pendidikan life skills, peneliti yang didampingi kepala Madrasah melakukan sosialisasi implementasi life skills dalam pembelajaran kepada wali murid. Sosialisasi dilakukan pada saat rapat wali murid. Pelaksanaannya pada hari Sabtu tanggal 30 Juli 2011. Dalam sosialisasi tersebut peneliti menyampaikan bahwa di MI Bengkal akan dilaksanakan integrasi
pendidikan
life
skills
dalam
pembelajaran.
Peneliti juga menyampaikan bahwa dalam implementasi integrasi life skills membutuhkan bantuan dari orang tua siswa untuk ikut mengawasi dan memantau kegiatan anaknya di rumah.
88
Dalam teknik pelaksanaan pemantauan pendidikan life skills oleh orang tua siswa, peneliti memberikan gambaran bahwa dalam pemantauan orang tua siswa hanya memberikan tanda tangan atau tanda centang (V) sebagai persetujuan bahwa kegiatan pembiasaan sebagai pelaksanaan aspek life skills benarbenar dilakukan di rumah masing-masing. Dengan begitu orang tua bisa mengontrol kegiatan anak di rumah sehingga anak juga lebih mudah ditegur oleh orang tua jika tidak melakukan pembiasaan yang dibutuhkan. Blangko penilaian atau pengawasan terhadap pembiasaan anak diberikan seminggu sekali dan dikumpulkan
seminggu
sekali
selama
satu
bulan.
Dengan asumsi jika pembiasaan baik yang dilakukan siswa selama satu bulan di rumah diharapkan siswa menjadi terbiasa sehingga siswa tetap melakukan pembiasaan yang baik walaupun blangko pemantauan kegiatan tidak ada lagi. Dengan blangko itu juga diharapkan orang tua lebih intensif memperhatikan kegiatan yang dilakukan putra putrinya di rumah. 4.2.2 Tahap Implementasi Langkah ini merupakan langkah strategi implementasi yang kedua yaitu implementasi program. Langkah ini digunakan peneliti untuk dapat menjawab rumusan masalah penelitian yang kedua yaitu tentang kesiapan guru-guru dalam mengimplementasikan life
89
skills. Penelitian yang dilakukan pada strategi kedua adalah melakukan observasi terhadap kesiapan guru baik kesiapan dokumen sebelum implementasi maupun kesiapan guru dalam implementasi program dalam pembelajaran di dalam kelas. Observasi dilakukan peneliti bekerja sama dengan kepala Madrasah sebagai manajer atau pemegang manajemen di MI Miftakhul Huda Bengkal karena jika implementasi pendidikan life skills ini benar-benar dilaksanakan setelah penelitian ini, maka kegiatan yang dilakukan peneliti
merupakan
tugas
dari
seorang
manajer
sekolah atau madrasah. Dalam tahap implementasi ini ada 3 kesiapan guru yaitu kesiapan merencanakan pembelajaran, kesiapan melaksanakan pembelajaran dan kesiapan untuk mengevaluasi pembelajaran. 1. Kesiapan Guru dalam Merencanakan Pembelajaran Sebelum
mengimplementasikan
integrasi
life
skills dalam pembelajaran terlebih dahulu peneliti melakukan observasi terhadap persiapan guru-guru dalam merencanakan pembelajaran. Dokumen yang diobservasi oleh peneliti meliputi dokumen penyusunan program pengajaran dan dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dokumen penyusunan program pengajaran meliputi penyusunan program tahunan (prota), program semester (promes), penyusunan silabus, penyusunan
90
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), penyusunan alat evaluasi, penyusunan pemantauan pembiasaan life
skills,
penyusunan
program
perbaikan
dan
pengayaan. Dari hasil observasi yang dilakukan ada 3 pokok yang menjadi perhatian peneliti yaitu pembuatan silabus, pembuatan RPP dan pembuatan instrumen pemantauan pembiasaan life skills sebagai instrumen evaluasi pembelajaran. Meskipun dokumen yang lain tidak kalah penting tetapi ketiga dokumen inilah yang menunjukan perbedaan antara pembelajaran yang biasa dilakukan dengan pembelajaran yang sudah diintegrasi pendidikan life skills. Untuk pembuatan silabus ada 1 orang guru yang tidak membuat demikian juga dengan pembuatan instrumen pemantauan pembiasaan life skills juga ada 1 orang guru yang tidak membuat namun untuk dokumen RPP semua guru sudah membuat RPP. Secara keseluruhan dokumen yang sudah dibuat guru dapat dikatakan sudah baik karena rata-rata 7 orang guru sudah membuat dokumen persiapan pembelajaran yang dibutuhkan bahkan untuk dokumen RPP dan program semester semua guru sudah membuat. Untuk lebih detailnya dapat dilihat dalam Tabel 4.4 di bawah ini.
91
Tabel 4.4 Hasil Observasi Terhadap Dokumen Perencanaan Pembelajaran yang Dibuat Guru NO
Ada
Tidak
1
Menyusun prota
Dokumen Program Pengajaran
6
2
2
Menyusun promes
8
0
3
Menyusun silabus
7
1
4
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
8
0
5
Menyusun program evaluasi
7
1
6
Menyusun program pemantauan pembiasaan life skills
7
1
7
Menyusun program remidi dan pengayaan
5
3
Sumber: Hasil observasi kesiapan guru (2011)
Dokumen yang diobservasi detail oleh peneliti adalah RPP karena RPP merupakan serangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran dan merupakan dokumen penjabaran dari dokumen-dokumen
sebelumnya.
Walaupun
semua
guru sudah membuat dokumen RPP, namun belum semua komponen yang harus ada dalam RPP sudah terpenuhi. Komponen yang harus ada dalam RPP antara lain tujuan yang mengacu pada aspek life skills, bahan pengajaran yang sesuai dengan tujuan, metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, penggunaan media pembelajaran yang sesuai, serta alat evaluasi yang mengacu pada aspek life skills. Dari hasil observasi terhadap komponen RPP ada hal yang mencolok yaitu penggunaan media pelajaran hanya dilakukan oleh 5 orang sedangkan 3 orang lainnya belum menggunakan atau mencantum
92
kan di dalam komponen RPP. Tiga orang ini hanya menggunakan papan tulis dan kapur serta buku paket dalam melaksanakan pembelajaran sebagai media pembelajaran, sementara yang 5 orang guru yang lain sudah menggunakan media pembelajaran tambahan sesuai metode yang digunakan di samping papan tulis, kapur dan buku paket. Hasil observasi yang lain tentang komponen yang harus ada dalam RPP yang sudah terintegrasi pendidikan life skills adalah tujuan pembelajaran yang mengacu pada aspek life skills. Tujuan pembelajaran yang mengacu pada aspek life skills merupakan tujuan utama dari implementasi pendidikan life skills dalam pembelajaran. Namun dari hasil observasi masih ada 2 guru belum mencantumkan tujuan pembelajaran yang mengacu pada aspek life skills secara jelas walaupun dalam pelaksanaan pembelajaran mereka sudah melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada aspek life skills (Tabel 4.6). Untuk lebih jelasnya hasil observasi terhadap dokumen RPP dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini.
93
Tabel 4.5 Hasil Observasi Terhadap Dokumen RPP yang Dibuat Guru No
Ada
Tidak
1
Tujuan yang mengacu pada aspek life skill
Komponen RPP
6
2
2
Bahan pengajaran yang sesuai dengan tujuan
7
1
3
Metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
6
2
4
Penggunaan media pembelajaran
5
3
5
Alat evaluasi yang mengacu pada aspek life skill
7
1
Sumber: Hasil observasi RPP (2011)
Dari seluruh dokumen persiapan guru sebelum pembelajaran baik dokumen pembelajaran maupun komponen yang terdapat dalam RPP ternyata secara umum sudah dibuat dengan baik dan sudah dilaksanakan oleh sebagian besar guru. 2. Kesiapan Melaksanakan Pembelajaran Implementasi integrasi life skills dalam pembelajaran merupakan puncak dari penelitian ini. Dalam kegiatan ini penulis melakukan observasi terhadap 8 orang guru pelaksana pembelajaran yang mengintegrasi life skills. Instrumen yang digunakan sebagai panduan dalam observasi menggunakan instrumen kinerja guru (Depdiknas 2006). Dari hasil observasi di lapangan ada 4 hal pokok yang diobservasi yaitu pra pembelajaran, membuka
pelajaran,
menutup pelajaran.
94
kegiatan
pembelajaran,
dan
Dalam pra pembelajaran ada dua instrumen yang diobservasi yaitu memeriksa kesiapan ruang, alat pembelajaran dan media serta memeriksa kesiapan siswa. Dalam memeriksa kesiapan siswa ada 2 guru yang kurang memperhatikan siswa sebelum pembelajaran dimulai. Seorang guru langsung melaksanakan pembelajaran meskipun siswa masih ramai sendiri dan belum siap menerima pelajaran sementara yang satu lagi tidak memperhatikan ada siswa yang tidak masuk. Baru di tengah-tengah pembelajaran baru tahu jika ada siswa tidak ikut pelajaran. Kegiatan membuka pelajaran merupakan kegiatan pertama yang harus dilakukan guru setelah memperhatikan kesiapan ruang, alat, media dan siswa dalam menerima pelajaran. Dalam kegiatan membuka pelajaran ada dua instrumen yang diamati yaitu melakukan apersepsi dan menyampaikan kompetensi yang akan dicapai. Hasil dari observasi penulis, dalam menyampaikan apersepsi ada 2 orang yang kurang, namun
dalam
menyampaikan
kompetensi
yang
hendak dicapai semua guru menyampaikan terutama kompetensi yang berhubungan dengan kompetensi life skills. Bahkan guru yang dalam tujuan pembelajaran tidak mengarah dalam pembelajaran life skills namun dalam
pelaksanaanya
menyampaikan
bahwa
ada
aspek life skills yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut.
95
Kegiatan ketiga yang diobservasi adalah kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran ada beberapa hal yang diobservasi diantaranya penguasaan materi pembelajaran, pendekatan strategi pembelajaran, pemanfaatan media, dan pembelajaran yang memicu keterlibatan siswa. Dalam penguasaan materi pembelajaran ada 6 indikator yang dilaksanakan oleh guru di antaranya mengaitkan dengan pengetahuan lain yang relevan, mengaitkan materi dengan realitas kehidupan, menggunakan unsur kebahasaan. Dalam menggunakan unsur kebahasaan yang tepat untuk anak-anak sesuai dengan ejaan bahasa yang benar hampir semua guru sudah melakukan dengan baik. Dalam menggunakan strategi pembelajaran ada beberapa indikator yang diobservasi oleh peneliti di antaranya melaksanakan pembelajaran sesuai kompetensi yang akan dicapai, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan siswa, melaksanakan pembelajaran secara runtut, menguasai kelas, melaksanakan pembelajaran yang kontekstual, melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif siswa, melaksanakan sesuai alokasi waktu yang ditetapkan, menekankan pada pembelajaran yang mengintegrasikan life skills. Dalam melaksanakan pembelajaran sesuai kompetensi yang diharapkan semua guru sudah melakukan dengan baik demikian juga dalam menekankan
96
pembelajaran yang mengintegrasikan pendidikan life skills semua guru sudah melaksanakan dengan baik. Hal yang belum dilaksanakan dengan baik dalam menggunakan strategi pembelajaran adalah menguasai kelas yaitu masih ada 2 guru yang kurang dalam menguasai kelas karena dalam pembelajaran ada guru sedang menerangkan siswanya banyak bercerita sendiri dan kurang memperhatikan bahkan ada seorang guru yang siswanya banyak yang keluar kelas saat berlangsung pembelajaran tetapi guru tersebut tidak menghiraukan. Dalam menumbuhkan kebiasaan positif seperti diskusi atau kebiasaan di rumah yang positif semua guru melaksanakan karena memang indikator inilah yang sangat diharapkan dalam penerapan life skills dalam pembelajaran. Dan semua guru juga menekankan pada pembelajaran yang mengintegrasikan life skills serta dalam mengajar sesuai alokasi waktu yang ada. Dalam penggunaan media pembelajaran selain kapur dan papan tulis baru 5 guru yang sudah terampil menggunakan dan memanfaatkan benda di sekeliling siswa untuk dijadikan media pembelajaran sekaligus melibatkan siswa dalam pembuatan atau penggunaanya. 3 guru yang lain hanya menggunakan papan tulis dan kapur dalam pembelajaran. Pembelajaran yang memicu keterlibatan siswa membutuhkan kreativitas guru dalam pengelolaanya.
97
Ada beberapa indikator dalam kegiatan pembelajaran yang memicu keterlibatan siswa. Observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran di MI Miftakhul Huda yang telah mengimplementasikan life skills dapat dilihat secara keseluruhan pada Tabel 4.6. Indikator dalam kegiatan pembelajaran yang memicu keterlibatan siswa di antaranya menumbuhkan partisipasi aktif dalam pembelajaran, merespon partisipasi siswa, memfasilitasi interaksi siswa-siswa dan siswa-guru, bersikap terbuka terhadap respon siswa, menunjukan antar pribadi yang kondusif, menumbuhkan antusiasisme siswa dalam pembelajaran. Tabel 4.6 Tabel Observasi Implementasi Integrasi Pendidikan Life Skills Dalam Pembelajaran No I
II
Tindakan Guru Dalam Pembelajaran Pra pembelajaran Memeriksa kesiapan ruang, alat pembelajaran, dan media
7
1
Memeriksa kesiapan siswa
6
2
Melakukan kegiatan apersepsi
6
2
Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
8
0
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
6
2
Mengaitkan materi dengan relitas kehidupan
7
1
Menggunakan unsur kebahasaan
8
0
8
0
Membuka pembelajaran
III
Kegiatan pembelajaran
A
Penguasaan materi pembelajaran
B
Pendekatan strategi pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai kompetensi
98
MelakTidak sanakan
yang akan dicapai
C
D
IV
Melaksanakan pembelajaran sesuai perkembangan siswa
7
1
Melaksanakan pembelajaran secara runtut
8
0
Menguasai kelas
6
2
Melaksanakan pembelajaran kontekstual
7
1
Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif
8
0
Melaksanakan sesuai alokasi waktu yang direncanakan
8
0
Menekankan pada pembelajaran yang menintegrasikan life skill
8
0
Menunjukan ketrampilan menggunakan media pembelajaran
5
3
Menghasilkan pesan yang menarik
6
2
Melibatkan siswa dalam pembuatan dan penggunaan media pembelajaran
5
3
Menumbuhkan partisipasi aktif dalam pembelajaran
7
1
Merespon positif partisipasi siswa
7
1
Pemanfaatan media pembelajaran
Pembelajaran yang memicu keterlibatan siswa
Memfasilitasi interaksi guru-siswa dan siswa-siswa
6
2
Bersikap terbuka terhadap respon siswa
7
1
Menunjukan hubungan antar pribadi yang kondusif
6
2
Menumbuhkan antusiasisme siswa dalam pembelajaran
7
1
Melakukan refleksi dan membuat kesimpulan yang melibatkan siswa
8
0
Melaksanakan tindak lanjut, pengarahan, dan tugas sebagai remidi/pengayaan
8
0
Penutup
Sumber: Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran (2011)
Hasil dari observasi peneliti terhadap perilaku guru dalam menumbuhkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran
antara
lain
dalam
menumbuhkan
99
partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran ada 2 guru yang kurang melakukan. Dalam pembelajaran siswa hanya disuruh mencatat dan mendengarkan keterangan dari guru. Sementara guru yang lain ketika ada siswa yang aktif kurang meresponnya sehingga siswa ketakutan untuk aktif dalam pembelajaran yang diampu guru tersebut. Instrumen terakhir dalam observasi terhadap implementasi integrasi life skills dalam pembelajaran adalah melakukan refleksi dan membuat kesimpulan yang melibatkan siswa, semua guru sudah melakukannya, serta melaksanakan pengarahan, dan tugas sebagai remidi atau pengayaan juga dilakukan oleh semua guru. Jadi meskipun dalam RPP ada yang belum mencantumkan tujuan pembelajaran yang menekankan aspek life skills namun dalam pelaksanaan pembelajaran sebagian besar guru sudah mampu untuk mengintegrasikan pendidikan life skills dengan baik. 3. Kesiapan Mengevaluasi Pembelajaran Tahap terakhir dalam meneliti kesiapan guru adalah meneliti kesiapan guru dalam mengevaluasi pembelajaran. Dalam mengevaluasi pembelajaran guru tidak hanya mampu memberikan nilai pada siswanya tetapi dituntut mampu untuk melakukan 3 hal yaitu menetapkan indikator pencapaian, menetapkan teknik penilaian serta menginterpretasi hasil belajar sehingga guru dapat menentukan apakah siswa tersebut layak
100
untuk melanjutkan pelajaran berikutnya ataukah perlu mengulang pelajaran yang sudah diberikan. Penelitian yang dilakukan peneliti adalah mengobservasi ada tidaknya dokumen evaluasi terkait ketiga hal tersebut serta pelaksanaanya. Dari hasil observasi terhadap kelengkapan dokumen evaluasi ternyata ada 1 guru yang tidak mencantumkan interpretasi hasil belajar siswa sehingga tidak diketahui tuntas atau tidaknya siswa mengikuti salah satu materi yang dijarkan. Sedangkan untuk menetapkan indikator pencapaian semua guru sudah mencantumkan serta teknik penilaian juga sudah mencantumkan. Adapun pelaksanaan evaluasi yang dilaksanakan observasinya meliputi penetapan indikator pencapaian, penetapan teknik penilaian, instrumen penilaian. Instrumen penilaian dalam pendidikan life skill dengan membuat blangko pembiasaan life skill yang isiannya dibantu oleh wali murid di rumah. Dalam pelaksanaanya semua guru sudah menetapkan indikator pencapaian, menetapkan teknik penilaian, membuat instrumen serta melakukan penilaian. Data lengkapnya dapat dilihat di Tabel 4.7 di bawah ini.
101
Tabel 4.7 Hasil Observasi Terhadap Kesiapan Guru Dalam Mengevaluasi Pembelajaran No
Kelengkapan dokumen
Komponen evaluasi
Ada
Tidak
Pelaksanaan Melak sanakan
Tidak
1
Penetapan indi kator pencapaian
8 guru
0 guru
8 guru
0 guru
2
Penetapan teknik penilaian
8 guru
0 guru
8 guru
0 guru
3
Interpretasi hasil belajar
7 guru
1 guru
-
4
Instrumen evaluasi
-
-
8 guru
0 guru
Sumber: Hasil observasi kesiapan mengevaluasi pembelajaran (2011)
4.2.3 Tahap Evaluasi Program Tahap ini merupakan tahap ketiga atau terakhir dari strategi implementasi life skills menurut peneliti. Tahap ini pula yang digunakan peneliti untuk mengetahui kendala yang dihadapi MI Miftakhul Huda Bengkal dalam mengimplementasikan pendidikan life skills. Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah menyebarkan angket kepada 8 guru, 1 kepala dan 30 wali murid. Kuesioner yang dibagikan walaupun pertanyaannya agak berbeda dari ketiganya tetapi pada prinsipnya adalah sama yaitu tentang penerapan pendidikan life skills dalam pembelajaran, kendala yang dihadapi dan pendapat mereka jika integrasi pendidikan life skills dilanjutkan. Dalam penelitian ini yang dilakukan hanya evaluasi implementasi program saja dan tidak melaksana
102
kan tindak lanjut. Tindak lanjut dapat dilakukan oleh MI Miftakhul Huda jika semua komponen baik itu kepala, guru, dan wali murid menghendaki program ini dilanjutkan tanpa campur tangan peneliti. Tindak lanjut yang dimaksud adalah melanjutkan program implementasi pendidikan life skills yang sudah dilaksanakan dengan penyempurnaan terhadap hal-hal yang dirasa masih kurang. Pelaksanaan tindak lanjut diprakarsai oleh kepala madrasah sebagai pimpinan di MI Miftakhul Huda Bengkal. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa MI Miftakhul Huda Bengkal sudah mengimplementasikan life skills dalam pembelajaran. Hal ini diketahui dari jawaban semua guru yang menyatakan bahwa MI Miftakhul Huda sudah mengimplementasikan pendidikan life skills dalam pembelajaran meskipun dalam pelaksanaanya 2 orang guru menyatakan pembuatan RPP menjadi lebih sulit dibanding RPP pembelajaran biasa, namun 6 guru menyatakan sama saja dengan RPP biasanya. Walaupun dalam pembuatan RPP ada 2 guru yang menyatakan kesulitan namun dalam pelaksanaannya semua guru juga melaksanakan pembelajaran life skills dan menyatakan tidak mengalami kesulitan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.8 di bawah ini.
103
Tabel 4.8 Hasil Penelitian Pendapat Guru Tentang Implementasi Life Skills No 1 2 3
4
5
6
7
Daftar pertanyaan Apakah anda sudah mengintegrasikan pendidikan life skills dalam pembelajaran? Apakah RPP yang anda buat juga sudah mengintegrasikan pendidikan life skills? Apakah dengan mengintegrasikan pendidikan life skills dalam RPP, pembuatan RPP menjadi lebih sulit? Apakah dengan mengintegrasikan pendidikan life skills, proses pembelajaran yang anda laksanakan menjadi lebih sulit? Apakah dengan mengintegrasikan pendidikan life skills, tujuan pembelajaran menjadi cepat tercapai? Kendala apa yang anda hadapi ketika menerapkan integrasi pendidikan life skills ini dalam pembelajaran baik itu saat persiapan, selama dan setelah pembelajaran? Menurut anda apakah integrasi pendidikan life skills dalam pembelajaran di MI Miftakhul Huda ini perlu dilajutkan ?
Hasil penelitian Sudah: 8orang Belum: Sudah: 6 guru Belum: 2 guru Lebih sulit: 2 guru Sama saja: 6 guru Lebih mudah: Lebih mudah:Sama saja: 8 guru Lebih sulit: Lebih cepat: Sama saja: 5 guru Lebih lama: 3 guru Persiapan: 4 guru Pelaksanaan: Evaluasi: 5 guru Perlu: 7 guru Tidak perlu: Terserah: 1 guru
Sumber: Hasil kuisioner pada guru (2011)
Kendala yang dihadapi guru sebagian besar adalah dalam tahap persiapan dan evaluasi. Dalam tahap persiapan sebagian guru (4 orang) kesulitan membedakan antara RPP yang sudah mengintegrasikan life skills dengan yang belum sehingga ketika membuat RPP sudah mengintegrasikan life skills atau belum
guru-guru
tersebut
tidak
begitu
paham.
Sedangkan guru yang lain ada yang mengatakan menambah pekerjaan pada awal-awal penerapan life skills tetapi mungkin pada tahun-tahun selanjutnya menjadi terbiasa. Pada tahap implementasi dari 8 orang guru menjawab tidak ada kendala yang berarti karena pelaksanaanya sama saja dengan pembelajaran
104
sebelum mengintegrasikan pendidikan life skills dan tidak menambah kesulitan dalam pembelajaran. Keluhan yang disampaikan guru-guru (5 guru) adalah dalam tahap evaluasi yang agak berbeda dengan pembelajaran pada umumnya. Jika pada pembelajaran biasa pencapaian tujuan cukup dengan mengadakan ulangan namun dengan integrasi life skills perlu ada pembiasaan baik di rumah maupun di sekolah dengan lembar pemantauan. Para guru menyatakan bahwa guru harus lebih tekun mengadakan pemantauan terhadap pencapaian aspek life skills dengan pembiasaan yang butuh waktu agak lama dan tidak hanya denngan ulangan. Di samping itu ada beberapa wali murid yang kurang peduli terhadap kegiatan anaknya di rumah sehingga lembar pemantauan tidak diisi dan hal ini akan sangat menyulitkan guru
dalam
menilai
keberhasilan
pembelajaran.
Namun di samping keluhan diatas para guru juga menyampaikan bahwa anak-anak menjadi terbiasa melakukan pembiasaan tanpa harus ditegur guru. Dari hasil penelitian pada kepala madrasah diketahui bahwa pendidikan life skills sudah dilaksanakan di MI Miftakhul Huda dan sudah sesuai rencana sebesar 80%. Kendala yang dihadapi kepala Madrasah sebagai pimpinan di madrasah adalah menghadapi guru-guru yang masih agak bingung mengintegrasikan pendidikan life skills dalam mempersiapkan dokumen pembelajaran. Hasil pengisian
105
kuisisoner oleh kepala madrasah dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Hasil Penelitian Pendapat Kepala MI tentang Implementasi Life Skills No 1 2
3
4
Daftar Pertanyaan Apakah anda sudah mengintegrasikan pendidikan life skills dalam pembelajaran? Apakah pelaksanaan implementasi integrasi pendidikan life skills yang dilaksanakan di MI Miftakhul Huda Bengkal sudah sesuai dengan rencana? Menurut anda apakah integrasi pendidikan life skills dalam pembelajaran di MI Miftakhul Huda ini perlu dilajutkan? Sebagai seorang manajer di MI ini kendala apa yang anda hadapi dalam pelaksanaan implementasi integrasi pendidikan life skills dalam pembelajaran?
Hasil Penelitian sudah Sudah 80%
perlu
Guru masih bingung, Tidak ada monitoring dari atasan
Sumber: Hasil penelitian pada kepala (2011)
Menurut kepala Madrasah, kebingungan guru dalam menyiapkan RPP bukan suatu kendala yang berat karena jika dilaksanakan lebih lanjut guru tersebut akan menjadi terbiasa. Kendala yang lebih jauh
lagi
justru
tidak
adanya
pemantauan
dari
pengawas sehingga madrasah yang sudah melaksanakan atau belum melaksanakan implementasi life skills tidak ada bedanya. Jika pengawasan dilaksanakan lebih intensif lagi tentang pendidikan life skills tentu
saja
terorganisir.
106
pelaksanaan
di
lapangan
akan
lebih
Tabel 4.10 Hasil Penelitian Pendapat Wali Murid Tentang Implementasi Life Skills No
Daftar pertanyaan
Hasil penelitian
Apakah anda sudah mengintegrasikan pendidikan life skills dalam pembelajaran?
Sudah: 30 orang Belum: -
Buktinya…..
Adalembar pemanta uan 80%, tidak tahu 10%, tidak diisi 10%
2
Bagaimana putra putri bapak/ibu melaksanakan kegiatan di rumah setelah dilaksanakan integrasi pendidikan life skills ?
Lebih semangat: 90% Sama saja:10% Lebih malas:-
3
Apakah bapak/ibu ikut menilai kegiatan putra putri bapak/ibu di rumah?
Ikut menilai: 80% Tidak: 5% Tidak menjawab:15%
4
Apakah bapak/ibu merasa kesulitan menilai kegiatan putra putri bapak/ibu di rumah?
tidak: 80% Ya: 20%
5
Menurut anda apakah integrasi pendidikan life skills dalam pembelajaran di MI Miftakhul Huda ini perlu dilajutkan ?
Perlu: 80% Tidak perlu: 5% Terserah: 15%
1
Sumber: Hasil penelitian pada wali murid (2011)
Pada Tabel 4.10 kita akan dapat melihat rekapitulasi pendapat wali murid terhadap pelaksanaan implementasi pendidikan life skills di MI Miftakhul Huda Bengkal. Ada 5 pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner bagi wali murid di antaranya tentang implementasi life skills, tanggapan sikap anaknya di rumah, tentang pengisian blangko pemantauan dan tanggapan perlu dilanjutkan atau tidak implementasi life skills di MI Miftakhul Huda Bengkal.
107
Ketika meminta pendapat orang tua tentang implementasi pendidikan life skills dalam pembelajaran semua menyatakan bahwa di MI Miftakhul Huda sudah diimplementasikan buktinya sudah ada lembar pemantauan (80%), 10% tidak tahu dan 10% tidak diisi. Dari penelitian juga diketahui bahwa 90% siswa di rumah lebih semangat dalam menjalankan tugas dibanding sebelumnya. Dalam mengisi blangko pemantauan pembiasaan di rumah ada 3% wali murid yang tidak mau ikut menilai. Sedangkan 80% wali murid menyatakan ikut menilai dan tidak kesulitan dalam mengisi blangko penilaian. Bahkan dengan adanya lembar pemantauan para orang tua menjadi punya panduan bagaimana harus mengawasi anaknya di rumah dan mereka menjadi lebih dekat dengan anak-anak. Anak-anak juga menjadi mudah diatur oleh orang tua karena takut dilaporkan pada guru. Beberapa hal yang menyulitkan bagi wali murid untuk mengisi lembar pemantauan Ada
antara lain: (1)
wali murid yang tidak bisa membaca sehingga
mereka kesulitan untuk mengisi lembar pemantauan (2 orang). Dari 2 orang yang tidak bisa membaca karena memang tidak bisa membaca dan yang lain karena tuna netra; (2) Alasan yang lain
orang tua
sibuk bekerja sehingga tidak bisa mengawasi kegiatan anaknya (3 orang); (3) Orang tuanya tidak ada karena bercerai dan anak ikut kakeknya yang sudah tua sehingga tidak paham dengan lembar pemantauan.
108
Dari beberapa alasan tersebut menjadikan lembar pemantauan tidak terisi dengan baik. Ketika pertanyaan lebih lanjut tentang perlu dilangsungkan atau tidak integrasi life skills dalam pembelajaran guru-guru (7 orang) menyatakan perlu dilanjutkan dan 1 orang menyatakan terserah pihak sekolah. Sedangkan kepala madrasah sendiri menyatakan perlu dilanjutkan integrasi life skills ini karena walaupun kesulitan tetapi ke depannya untuk menumbuhkan kebiasaan baik pada siswa memang perlu ada pemantauan. Mendukung pendapat guru dan kepala, 80% wali murid menyatakan mendukung jika program ini dilanjutkan sedangkan 15% terserah sekolah dan 5% menyatakan tidak usah dilanjutkan.
4.3 Pembahasan Pada bagian ini akan diuraikan pembahasan mengenai hasil analisis yang telah disajikan sebelumnya. Pembahasan ini berupaya untuk menjelaskan rumusan masalah yang diajukan yakni strategi implementasi pendidikan life skills, kesiapan guru dalam mengimplementasikan life skills kendala yang dihadapi MI Miftakhul Huda saat mengimplementasikan pendidikan life skills serta peran kepala dalam implementasi pendidikan life skills. Strategi yang digunakan peneliti dalam mengimplementasikan pendidikan life skills meliputi tahap
109
motivasi, tahap implementasi dan tahap evaluasi. Uraian dari masing-masing tahap pelaksanaan akan diuraikan pada pembahasan di bawah ini. 4.3.1 Tahap Motivasi Pada tahap motivasi ini merupakan tahap untuk mempersiapkan segala sesuatu sebelum pendidikan life skills diimplementasikan baik itu materi atau kurikulumnya, kesiapan gurunya dan kesiapan lingkungannya. Tahap motivasi ini meliputi penelitian terhadap tingkat pemahaman guru tentang pendidikan life skills, diskusi dengan tim pengembang madrasah tentang materi yang akan disampaikan dalam implementasi pendidikan life skills, pelatihan guru dalam pembuatan persiapan mengajar (rencana pelaksanaan pengajaran/RPP) yang diintegrasi pendidikan life skills, sosialisasi dengan wali murid tentang akan dimplementasikan pendidikan life skills di MI Miftakhul Huda dan tugas yang harus dilakukan wali murid dalam mengimplementasikan pendidikan life skills tersebut. Dari penelitian pemahaman guru diketahui bahwa semua guru dan kepala mengatakan bahwa pendidikan life skills merupakan pendidikan ketrampilan yang dilaksanakan dalam pelajaran SBK (seni budaya dan ketrampilan). Tentang pelaksanaan implementasi life skills ada 2 orang guru mengatakan sudah dalam pelajaran SBK tetapi pelaksanaanya seperti pelajaran biasa dan pernyataan ini didukung oleh
110
pernyataan kepala Madrasah tetapi sebagian besar guru yang lain menyatakan belum ada pelaksanaan pendidikan life skills secara khusus serta belum menerapkan
pendidikan
life
skills
karena
belum
disosialisasi sama sekali sehingga belum tahu strategi pelaksanaannya secara khusus. Pernyataan bahwa belum ada strategi pelaksanaan implementasi life skills juga dikuatkan oleh kepala Madrasah bahkan ada guru menyatakan belum tahu sama sekali tentang pendidikan life skills. Pendapat yang berbeda-beda tentang implementasi pendidikan life skills terjadi karena guru-guru belum pernah mendapat sosialisasi tentang pendidikan life skills beserta strategi implementasinya sehingga mereka menafsirkan sesuai pengetahuan guru itu sendiri. Hal inilah yang menjadi dasar bagi peneliti untuk mengadakan pelatihan bagi guru tentang pembuatan RPP yang terintegrasi life skills sekaligus menyamakan persepsi guru tentang pendidikan life skills sebagai suatu kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan. Secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Depdiknas 2002). Dengan adanya pelatihan bagi guru diharapkan persepsi guru tentang pendidikan life skills menjadi sama dengan yang dikehendaki oleh Depdiknas dan ketika pendidikan life skills dimple
111
mentasikan di MI Miftakhul Huda Bengkal guru sudah siap dalam menyiapkan pembelajaran, melaksanakan maupun mengevaluasi pembelajaran. Kurikulum tentang pendidikan life skills di MI Miftakhul Huda juga belum ada. Hal ini karena pendidikan life skills belum dilaksanakan di MI Miftakhul Huda, di samping tidak adanya sosialisasi dari atasan terkait pelaksanaan pendidikan life skills. Menyikapi belum adanya kurikulum, maka peneliti mengajak pada TPS/M untuk menetukan kurikulum yang akan diimplementasikan di MI Miftakhul Huda Bengkal. Kurikulum yang dimaksud adalah aspek life skills yang dibutuhkan oleh siswa MI Miftakhul Huda sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat sekitar. Dengan berdiskusi dengan TPS/M yang anggotanya kepala, guru, komite dan tokoh masyarakat diharapkan aspek life skills yang ditanamkan benar-benar yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar. Tahap motivasi terakhir adalah menyiapkan masyarakat dalam hal ini wali murid, karena dalam pelaksanaan
evaluasi
pendidikan
life
skills
yang
dirancang oleh peneliti membutuhkan bantuan dari wali murid. Hal yang dilakukan peneliti adalah sosialisasi kepada wali murid agar ketika blangko pengamatan pembiasaan life skills diberikan pada wali murid, wali murid menjadi paham dan implementasi life skills dapat berjalan dengan lancar.
112
4.3.2 Tahap Implementasi Tahap implementasi merupakan jawaban dari rumusan masalah nomer dua yaitu tentang kesiapan guru. Dari seluruh dokumen persiapan pembelajaran yang harus disiapkan oleh ternyata sebagian besar guru sudah membuat program dan hanya sedikit guru yang belum membuat dokumen-dokumen persiapan mengajar. Itu artinya guru-guru MI Miftakhul Huda Bengkal sudah mampu membuat persiapan mengajar untuk mengimplementasikan pendidikan life skills dalam pembelajaran. Observasi selanjutnya adalah observasi terhadap dokumen RPP yang meliputi tujuan, bahan pengajaran, metode, penggunaan media, alat evaluasi yang kesemuanya diharapkan mengacu pada aspek life skills. Dari hasil observasi diperoleh data bahwa dokumen RPP yang dibuat oleh guru-guru masih ada yang belum sesuai dengan aspek life skills yang diharapkan namun sebagian besar guru sudah membuat RPP dengan benar. Benar yang dimaksud adalah bahwa semua komponen yang harus ada dalam RPP seperti tujuan, bahan, metode, media dan alat evaluasi semuanya mengacu pada aspek life skills. Dalam observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran diperoleh data bahwa semua guru sudah melaksanakan pembelajaran yang mengintegrasikan pendidikan life skills walaupun dalam komponen RPP ada guru yang tidak mencantumkan tujuan pembelajaran
113
yang mengacu pada aspek life skills namun ternyata dalam pelaksanaannya guru-guru tersebut sudah mampu melaksanakan pembelajaran yang mengintegrasikan pendidikan life skills dalam pembelajaran. Dalam observasi kesiapan guru dalam mengevaluasi pembelajaran juga dapat diketahui semua guru sudah melaksanakan evaluasi dan semua sudah membuat dokumen untuk evaluasi pembelajaran walaupun masih ada satu orang guru yang belum membuat interpretasi hasil belajar. Sesuai dengan pendapat Nasution (2003) bahwa kesiapan seorang guru meliputi 3 hal yaitu kesiapan merencanakan pembelajaran, kesiapan melaksanakan pembelajaran, dan kesiapan mengevaluasi pembelaja ran. Dalam kesiapan merencanakan pembelajaran seorang guru harus mempersiapkan unsur-unsur antara lain: (1) merumuskan tujuan pelajaran yang hendak dicapai, (2) memilih dan mengembangkan materi pembelajaran yang dapat digunakan untuk dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan, (3) merumuskan kegiatan belajar mengajar, (4) merencanakan metode dan teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan, (5) merencanakan media dan sumber belajar, (6) penilaian untuk mengetahui tujuan pembelajaran tercapai atau tidak.
Sementara itu kesiapan melaksanakan pembelajaran meliputi tiga hal yaitu membuka pembelajaran, menyampaikan materi dan menutup pembelajaran. Sedangkan
114
mengevaluasi
pembelajaran
meliputi
menetapkan indikator penilaian, menetapkan teknik penilaian dan interpretasi hasil. Dari teori yang ada dibandingkan kondisi yang dilakukan guru di MI Miftakhul Huda dapat diketahui bahwa sebagian besar guru (7 guru) sudah melaksanakan hal-hal yang harus dilakukan oleh guru. Dapat dikatakan bahwa guru-guru sudah siap untuk mengimplementasikan
life
skills
dalam
pembelajaran.
Walaupun masih ada guru yang belum melakukan persiapan guru, baik kesiapan guru dalam merencana kan pembelajaran, kesiapan melaksanakan pembelajaran maupun kesiapan untuk mengevaluasi pembelajaran. Sebagian besar guru sudah melaksanakan persiapan pembelajaran dengan baik karena persiapan guru dalam implementasi life skills hampir sama dengan persiapan guru pada pembelajaran yang sudah dilaksanakan dalam pembelajaran sehari-hari hanya perlu ada penyesuaian pada aspek life skills
dalam
pelaksanaanya terutama dalam evaluasi pembelajarannya. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar guru sudah siap untuk mengimplementasikan pendidikan life skills, baik itu dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran maupun evaluasi pembelajaran sehingga jika implementasi pendidikan life skills diteruskan maka guru-guru sudah siap.
115
4.3.3 Tahap Evaluasi Program Tahap evaluasi program merupakan tahap terakhir dalam strategi implementasi life skills yang digunakan peneliti untuk mengetahui kendala yang dihadapi MI Miftakhul Huda dalam mengimplementasikan life skills. Dalam tahap ini peneliti menyebar angket pada kepala madrasah, 8 orang guru dan 30 wali murid. Dari jawaban kepala, guru dan wali murid semua menyatakan bahwa di MI Miftakhul Huda sudah mengimplementasikan pendidikan life skills sedangkan pelaksanaanya menurut kepala madrasah sudah sesuai rencana. Hal ini didukung pernyataan guru yang menyatakan bahwa ada 6 guru yang sudah mengintegrasikan life skills dalam RPP mereka. Adapun
kendala
yang
dihadapi
oleh
MI
Miftakhul Huda saat mengimplementasikan life skills adalah sebagai berikut: (1) Ada guru yang masih kesulitan dalam pembuatan RPP yang mengintegrasikan life skills; (2) Tidak ada monitoring pelaksanaan pendidikan life skills di madrasah oleh instansi terkait. (3) Dalam evaluasi pemantauan pembiasaan butuh waktu lebih lama sekitar 1 bulan untuk melaksanakan pembiasaan pada anak baik di rumah atau di sekolah. (4) Dalam merespon pemantauan pembiasaan tidak semua orang tua mampu dan bersedia untuk mengisi lembar pemantauan sehingga akan menyulitkan guru memberi nilai karena aspek life skills harus dinilai
116
pada pelaksanaan kehidupan sehari-hari di rumah sehingga sangat membutuhkan bantuan orang tua dalam melakukan evaluasi atau pemantauan. Dari uraian tentang kendala yang dialami saat mengimplementasikan life skills pada bab II dapat diketahui bahwa kendala yang dialami dalam mengimplementasikan pendidikan life skills meskipun agak berbeda tetapi ada hal yang dominan yaitu keterbatasan kemampuan tenaga pendidik baik itu dalam persiapan pembelajaran atau saat implementasi pembelajaran. Di samping itu keterbatasan sarana dan prasarana juga menjadi kendala dalam setiap implementasi life skills. Dalam pembelajaran waktu dan materi juga menjadi kendala yaitu materi yang banyak dengan waktu yang relatif sedikit sehingga menjadikan pembelajaran life skills belum mencapai tujuan yang diharapkan. Sementara kendala di MI Miftakhul Huda saat mengimplementasikan life skills juga hamper sama dengan kendala-kendala pada penelitian-penelitian sebelumnya yaitu keterbatasan kemampuan tenaga pendidik khususnya dalam memahami RPP. Hal ini dapat terjadi di MI Miftakhul Huda karena pelatihan yang dilaksanakan baru satu kali dan langsung pelaksanaan program sehingga guru-guru masih agak bingung. Implikasi dari kendala ini adalah dalam pembuatan RPP terkesan asal-asalan atau tidak ada beda dengan RPP pembelajaran biasanya yang pada
117
akhirnya implementasi life skills hanya akan menjadi slogan tanpa realita di lapangan. Solusi yang ditawarkan jika program ini dilanjutkan di MI Miftakhul Huda Bengkal adalah perlu bimbingan yang intensif dari kepala madrasah atau tutor dari sesama guru untuk membetulkan pembuatan dokumen RPP. Pembahasan RPP yang terintegrasi life skills dalam kelompok kerja guru (KKG) juga merupakan solusi lain yang bisa dilakukan jika program implementasi life skills dilanjutkan di MI Miftakhul Huda Bengkal. Kendala yang lain yaitu butuh waktu yang relatif lama dalam evaluasi aspek life skills. Hal ini terjadi karena dalam pembiasaan dalam kehidupan seharihari butuh waktu yang relatif lama dan tidak bisa dipadatkan seperti materi pelajaran. Implikasi dari kendala ini adalah guru menjadi terlalu banyak beban akhirnya malah semua tujuan pembelajaran tidak tercapai. Solusi untuk mengantisipasi masalah ini adalah jangan terlalu banyak aspek life skills yang harus dicapai dalam satu semester sehingga aspek life skills yang menjadi tujuan benar-benar dapat tercapai. Walaupun materi pembelajaran yang harus diselesaikan dalam satu semester relatif banyak tetapi tidak harus setiap materi ada tujuan aspek life skills. Aspek life skills yang dijadikan tujuan pembelajaran dalam satu semester cukup 5 atau 6 aspek pembiasaan saja tetapi hasilnya benar-benar maksimal dan menjadi kebiasaan siswa. Solusi yang lain adalah dengan penganggaran dana untuk operasional program baru
118
termasuk peningkatan kesejahteraan guru sehingga dengan peningkatan kerja yang diiringi peningkatan kesejahteraan akan meningkatkan semangat kerja guru. Kendala yang ketiga adalah kurangnya monitoring dari atasan. Hal ini dapat terjadi di MI Miftakhul Huda karena memang menurut kepala madarasah tidak ada monitoring dari atasan (pengawas) yang khusus memonitoring tentang pelaksanaan pendidikan life skills sehingga kepala akan menekan pada guru-guru tidak sampai hati. Implikasi dari kendala ini adalah tidak dilaksanakannya implementasi life skills karena tidak ada monitoring. Solusi yang bisa dilakukan perlu untuk mengatisipasi kendala yang ketiga adalah kepala perlu memberi pengertian pada guru bahwa implementasi pendidikan life skills bukan kebutuhan pengawas tetapi kebutuhan siswa dan sekolah sehingga tujuan pelaksanaanya bukan untuk dinilai atasan tetapi untuk mencapai tujuan pembelajaran bagi siswa. Di samping itu kepala MI juga perlu menjalin hubungan dengan pengawas secara intensif agar melakukan monitoring yang terhadap proses implementasi pendidikan life skills. Dari beberapa kendala di atas ada satu kendala yang dialami MI Miftakhul Huda Bengkal yang tidak dialami oleh penelitian sebelumnya yaitu kesulitan mengevaluasi keberhasilan aspek life skills karena orang tua siswa kurang respon dalam menilai pem
119
biasaan anaknya di rumah. Hal ini dapat terjadi karena pada penelitian yang sudah ada tidak melibatkan orang tua pada tahap evaluasi sedangkan di MI Miftakhul Huda melibatkan orang tua siswa dalam evaluasi pembelajaran. Implikasi dari kurang respon orang tua akan menyulitkan guru dalam menilai aspek life skills karena dalam penelitian ini pemantauan dari orang tua mutlak diperlukan. Langkah antisipasi kendala ini adalah dengan pendekatan dengan wali murid yang tidak bersedia mengisi lembar pemantauan dengan kunjungan ke rumah-rumah. Kunjungan ini dapat dilakukan oleh kepala atau guru kelas atau kedua-duanya. Jika sudah tahu pasti penyebab ketidakbersediaan orang tua mengisi lembar pemantauan, kepala dan guru dapat memberikan solusi yang tepat sesuai dengan alasan wali murid yang bersangkutan. Meskipun ada banyak kendala yang dialami namun ketika ditanya mengenai implementasi pendidikan life skills perlu dilanjutkan atau tidak
kepala
menjawab bahwa implementasi pendidikan life skills perlu dilanjutkan. Sebagian besar guru-guru juga menjawab agar implementasi integrasi life skills dilanjutkan dan sebagian kecil saja yang menjawab terserah mau dilanjutkan atau tidak. Ini artinya tidak ada guru yang tidak setuju kalau integrasi pendidikan life skills dalam pembelajaran dilanjutkan. Tanggapan wali murid tentang kelanjutan implementasi pendidikan life skills, wali murid terbagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok pertama yang menya
120
takan
implementasi
life
skills
perlu
dilanjutkan,
kelompok kedua yang menyatakan terserah saja dan kelompok terakhir yang hanya sebesar 5% dari seluruh responden menyatakan tidak perlu dilanjutkan. Jadi dapat diketahui, bahwa sebagian besar wali murid juga mendukung jika program implementasi pendidikan life skills dilanjutkan di MI Miftakhul Huda di waktu yang akan datang, walaupun ada juga yang tidak menyetujuinya. Implikasi dari keinginan dari guru, kepala dan wali murid untuk melanjutkan implementasi life skills bagi MI Miftakhul Huda sendiri jika akan melanjutkan program tinggal merencanakan program implementasi lebih lanjut dalam skala lebih besar lagi karena semua komponen pendukung sudah menyetujui jika program implementasi dilanjutkan. 4.3.4 Peran Kepala Madrasah Dalam Implementasi Life Skills Dalam implementasi pendidikan life skills selain guru yang berfungsi sebagai ujung tombak pembelajaran, kepala madrasah juga mempunyai peran dan fungsi yang sangat berpengaruh terhadap kesuksesan implementasi suatu program baru. Kepala madrasah disamping menjalankan fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan program dan evaluasi juga mempunyai berbagai peran di antaranya sebagai pendidik, sebagai manajer, sebagai
121
administrator, sebagai supervisor dan sebagai wirausahawan. Dalam penelitian ini peneliti berada dalam posisi seorang manajer sehingga dalam pelaksanaanya selalu bersama dengan kepala karena jika program implementasi life skills ini dilanjutkan maka seluruh peran peneliti adalah menjadi peran kepala MI. Penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan berimplikasi kepada
kepala
sekolah
yang
harus
menjalankan
fungsi-fungsi manajemen juga menjalankan peran dengan lebih baik lagi. Karena dari program implementasi yang telah dilaksanakan masih ditemukan banyak kendala baik itu yang dialami oleh guru, kepala maupun wali murid. Jika program implementasi life skills ini akan dilanjutkan, di tangan kepala sebagai pemegang manajemenlah yang akan menentukan berhasil atau tidaknya program ini. Dalam penelitian ini peneliti bersama kepala MI menjalan fungsi manajemen sebagai perencana artinya yang mempunyai gagasan atau rencana. Fungsi manajemen yang kedua yaitu pengorganisasian. Dalam fungsi ini peneliti bersama dengan kepala mengorganisasi tentang bagaimana menyusun kurikulum life skills, bagaimana mempersiapkan gurunya, bagaimana berkoordinasi dengan wali murid. Fungsi ketiga adalah fungsi pelaksanaan program. Dalam menjalankan fungsi ini kepala bersama peneliti melakukan observasi untuk memantau sejauh mana program berjalan baik sesuai rencana, baik itu yang berupa dokumen
122
maupun pelaksanaan dalam pembelajaran. Fungsi manajemen yang terakhir adalah evaluasi. Fungsi ini dijalankan dengan menyebarkan kuesioner untuk mengevaluasi jalannya imlplementasi dan kendala yang dialami. Evaluasi ini akan digunakan sebagai dasar untuk menyusun program berikutnya. Beberapa fungsi manajemen yang telah dijalankan antara peneliti dengan kepala menurut kepala MI sudah berjalan sesuai dengan rencana sebesar 80%. Hal ini berarti fungsi mamanjemen sudah berjalan dengan baik walaupun belum sesuai rencana 100% implikasinya jika program dijalankan tanpa peneliti, maka kepala dapat menjalankan fungsi manajemen seperti yang sudah dilaksanakan dengan sedikit perbaikan untuk mengatasi kendala yang ada serta perencanaan langkah untuk memastikan bahwa program berjalan sesuai dengna rencana. Selain fungsi-fungsi manajemen yang diuraikan, kepala juga mempunyai beberapa peran dalam mengimplementasikan pendidikan life skills ini yaitu sebagai pendidik, manajer, administrator, supervisor, dan wira usaha. Kepala sebagai pendidik yang dimaksud adalah ketika guru-guru belum tahu dengan RPP yang terintegrasi life skills peneliti yang berperan sebagai kepala yang memberikan pelatihan tentang pembuatan RPP. Ketika dalam pelaksanaan program ada masalah yang tidak dipahami guru maka kepala MI lah yang akan membetulkan atau memberi masukan. Di samping itu
123
pemberian sosialisasi kepada wali murid juga dalam rangka menjalankan perannya sebagai pendidik yang mengajak orang tuanya untuk mengawasi anaknya melakukan pembiasaan baik di rumah. Peran kedua kepala adalah sebagai manajer yang artinya dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru (Depdiknas 2006). Dalam implementasi life skills peneliti belum menemukan pelaksanaan tugas kepala untuk pemeliharaan dan pengembangan profesi guru sehingga peran sebagai manajer ini menurut peneliti belum dilaksanakan oleh kepala. Hal ini karena program implementasi life skills ini merupakan program baru sehingga program pemeliharaan dan pengembangan profesi guru belum direncanakan baru pada proses pengajaran materi baru dengan pelatihan pembuatan RPP. Implikasi dari belum dilaksanakan peran manajer oleh kepala MI sehingga jika implementasi life skills ini dilanjutkan perlu
merencanakan
program
pemeliharaan
dan
pengembangan kompetensi guru. Peran selanjutnya adalah kepala sebagai administrator. Depdiknas (2006) menjelaskan bahwa kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru. Namun dalam implementasi life skills ini peneliti bersama kepala MI belum menganggarkan dana untuk peningkatan kompetensi guru maupun untuk imple
124
mentasi sebuah program baru. Hal ini karena penerapan program baru ini tidak begitu banyak membutuhkan waktu dan tenaga sehingga belum membutuhkan dana tambahan. Implikasinya ada guru yang mengeluh untuk evaluasi membutuhkan waktu relatif lama walaupun baru satu aspek life skills yang dijadikan tujuan, jika nanti dilanjutkan dengan tujuan aspek life skills yang lebih banyak tentunya lebih banyak keluhan. Untuk mengantisipasi keluhan guru, disamping sudah diuraikan di atas jika program ini dilanjutkan cukup 5 atau 6 aspek life skills yang menjadi tujuan untuk mengantisipasi lamanya waktu evaluasi, perlu juga ditambah dengan perencanaan peningkatan anggaran untuk operasional program baru yang di dalamnya untuk menambah kesejahteraan guru disamping untuk operasional yang lain. Sementara peran sebagai supervisor adalah untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati
proses
pembelajaran
secara
langsung
(Depdiknas 2006). Dalam penelitian ini peneliti bersama kepala MI sudah menjalankan perannya sebagai supervisor buktinya sudah mengobservasi dokumen persiapan mengajar guru serta mengobservasi pelaksanaan pembelajaran integrasi life skills. Implikasinya jika terjadi kekurangan yang dilakukan oleh guru
125
dalam membuat persiapan mengajar, pelaksanaan maupun evaluasi dapat langsung diketahui dan diperbaiki. Jika program implementasi ini dilanjutkan maka kepala perlu melanjutkan peran ini. Peran kepala selanjutnya adalah peran kepala sebagai pimpinan. Ini berhubungan dengan tipe kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang kepala dan berkaiatan erat dengan kepribadian kepala yang diuraikan oleh Mulyasa (2004) yang meliputi (1) jujur, (2) percaya diri, (3) tanggung jawab, (4) berani mengambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa besar, (6) emosi yang stabil, dan (7) teladan. Menurut hemat penulis kepala belum diketahui menjalankan peran sebagai pimpinan atau tidak. Hal ini karena kepribadian dan tipe kepemimpinan membutuhkan penelitian tersendiri untuk menetukannya dan peneliti tidak meneliti sampai tipe kepemimpinan dan kepribadian kepala. Peran selanjutnya adalah peran kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja karena iklim yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya (Mulyasa 2004). Berdasarkan uraian di atas peneliti menilai kepala MI sudah menjalankan peran sebagai pencipta iklim kerja yang kondusif buktinya kepala selalu member motivasi kepada guru untuk meningkatkan kinerja, kepala memberitahukan hasil
126
kerja guru, kepala memberi pujian bagi guru yang berprestasi dan memberi masukan dan bimbingan bagi guru yang kurang atau salah dalam menjalankan tugas. Implikasinya adalah guru menjadi bersemangat walaupun implementasi program baru akan menambah beban kerja bagi guru. Saran tindak lanjut jika program ini dilanjutkan adalah bagi guru yang berprestasi tidak hanya pujian tetapi perlu adanya penghargaan yang berupa materi sehingga guru lebih bersemangat lagi. Peran terakhir yang dapat dijalankan kepala dalam implementasi pendidikan life skills adalah peran wirausaha. Kepala sekolah dengan sikap kewirauhasaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya (Depdiknas 2006). Dalam penelitian ini kepala sudah berperan sebagai wirausaha dengan bukti mau mengimplementasikan pendidikan life skills dalam pembelajaran walaupun tidak ada pantauan dari atasan itu merupakan sebuah pembaharuan yang inovatif dengan proses pembelajaran siswa dan kompetensi guru. Implikasi dari peran wirausaha yang dimiliki oleh kepala MI perlu ada dukungan dari semua pihak baik guru, komite maupun masyarakat khususnya orang tua agar pembaharuan yang inovatif dapat terealisasi demi kemajuan Madrasah.
127
Beberapa uraian tentang peran kepala seperti yang diuraikan dalam bab II yang meliputi peran sebagai: (1) educator (pendidik), (2) manajer, (3) administrator, (4) supervisor (penyelia), (5) leader (pemimpin), (6)
pencipta
(Depdiknas
iklim
kerja,
dan
(7)
wirausahawan
2006), namun dalam implementasi life
skills di MI Miftakhul Huda hanya menjalankan peran kepala sebagai pendidik, supervisor, pencipta iklim kerja yang kondusif dan sebagai wirausaha. Implikasi dari peran yang dijalankan kepala dalam mengimplementasikan life skills adalah dengan dijalankan kembali bagi peran yang sudah dijalankan sedangkan peran kepala yang belum dijalankan hendaknya perlu dijalankan perlu dilanjutkan agar fungsi dan peran kepala dalam pembelajaran dapat optimal kecuali untuk peran pemimpin. Peran kepala sebagai pemimpin hanya dapat diketahui dengan penelitian lanjut untuk mengetahui sudah dijalankan atau belum peran kepala sebagai pemimpin karena tidak bisa diketahui hanya dengan suatu tindakan tertentu.
128