BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
1.1
Gambaran Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa BK-FKIP UKSW yang sedang
menyusun skripsi yaitu sebanyak 40 orang. Dari 40 mahasiswa peneliti mengambil 7 subjek mahasiswa yang mengalami kecemasan tinggi. 1.2 a)
Pelaksanaan Penelitian Perizinan Sebelum pengumpulan data, peneliti meminta surat ijin penelitian kepada
Kaprogdi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga pada tanggal 11 November 2013. Setelah mendapat izin dari Kaprogdi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga maka penulis segera melakukan penelitian. b) Pengumpulan data Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dua kali, yaitu pre test dan post test. Subyek yang mempunyai katagori kecemasan tinggi diberi treatment/perlakuan. Pada tanggal penulis membuat kesepakatan dengan mahasiswa yang tergabung dalam katagori kecemasan tinggi untuk menentukan waktu dan tanggal dilaksanakannnya kegiatan terapi musik untuk menurunkan kecemasan menyusun skripsi. Pelaksanaan eksperimen yang
30
31
dilakukan penulis dengan para mahasiswa berdasarkan tahap – tahap pelaksanaan desentisasi, yaitu sebagai berikut : 1)
Pre test (Test awal) Dalam penelitian ini, test awal atau pre test dilakukan pada tanggal
11 November 2013 dengan membagikan inventori kecemasan kepada 40 mahasiswa Progdi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana yang sedang menyusun skripsi. Dari 40 mahasiswa ada 7 mahasiswa yang mengalami kecemasan tinggi dalam menyusun skripsi. Untuk itu peneliti menunjuk 7 mahasiswa yang mengalami kecemasan tinggi sebagai subyek penelitian dan nantinya akan diberikan treatment / perlakuan berupa terapi musik. Tabel 4.1. Hasil Pretest Kecemasan Mahasiswa Menyusun Skripsi No
Nama
Skor
1 2 3 4 5 6 7
EM VA IA EM RN DP EL
123 115 130 117 131 108 110
Kategori Kecemasan 3 3 3 3 3 3 3
Keterangan Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa ada 7 mahasiswa yang berada di dalam kategori tinggi. 2)
Treatment ( Perlakuan) Treatment atau perlakuan diberikan kepada subyek penelitian.
Treatment/perlakuan dilakukan dengan memberikan terapi musik tentang
32
kecemasan. Adapun pelaksanaan eksperimen yang dilakukkan
oleh
penulis dengan tahap – tahap sebagai berikut, a)
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 20 Januari 2014. Pada pertemuan ini peserta diberi penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilakukan yaitu terapi musik. Penulis menanyakan kesiapan peserta dalam melaksanakan kegiatan terapi musik. Penulis menjelaskan prosedur terapi musik. Peserta mengikuti kegiatan terapi musik. Pada sesi pertama adalah pemrograman pikiran dengan menggunakan musik Theta_State_Induction berdurasi 10 menit. Pada sesi ini, peserta mendengarkan audio induksi untuk memasuki kondisi gelombang otak theta, melakukan relaksasi pikiran, dan kemudian memprogramkan pikiran dengan mengucapkan afirmasi atau sugesti yang dirancang untuk menurunkan kecemasan. Setelah melakukan sesi pemrograman pikiran selama 10 menit, peserta melanjutkan ke sesi terapi musik. Sesi terapi musik selama 35 menit dengan menggunakan musik Anxiety Reduction - Isochronic. Pada sesi terapi musik, peserta tidak perlu melakukan aktivitas apapun. Peserta hanya perlu duduk atau berbaring diam sambil menutup mata dan mendengarkan audio anxiety reduction dan membiarkan tubuh serta pikiran rileks. Peserta tidak perlu berkonsentrasi pada suara musiknya. Peserta juga tidak perlu mengosongkan pikiran. Biarkan saja pikiran melayang kemana saja. Jika peserta mengantuk selama sesi terapi musik, peserta boleh tidur.
33
Selama sesi terapi musik, peserta tidak disarankan untuk melakukan aktivitas fisik (gerakan fisik). Disarankan peserta duduk atau berbaring saja dan menikmati alunan musik. Setelah selesai mengikuti
kegiatan
terapi
musik
peserta
diminta
untuk
mengungkapkan kesan dan perasaan setelah mengikuti sesi pertama terapi musik. b)
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2014. Pada pertemuan ini penulis mengulang penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilakukan. Penulis menanyakan kesiapan peserta dalam melaksanakan kegiatan terapi musik. Penulis menjelaskan prosedur terapi musik. Peserta mengikuti kegiatan terapi musik. Pada sesi pertama adalah pemrograman pikiran dengan menggunakan musik Theta_State_Induction berdurasi 10 menit. Pada sesi ini, peserta mendengarkan audio induksi untuk memasuki kondisi gelombang otak
theta,
melakukan
relaksasi
pikiran,
dan
kemudian
memprogramkan pikiran dengan mengucapkan afirmasi atau sugesti yang dirancang untuk menurunkan kecemasan. Setelah melakukan sesi pemrograman pikiran selama 10 menit, peserta melanjutkan ke sesi terapi musik. Sesi terapi musik selama 35 menit dengan menggunakan musik Anxiety Reduction - Binaural Beat. Pada sesi terapi musik, peserta tidak perlu melakukan aktivitas apapun. Peserta hanya perlu duduk atau berbaring diam sambil menutup mata dan mendengarkan audio anxiety reduction
34
dan membiarkan tubuh serta pikiran rileks. Peserta tidak perlu berkonsentrasi pada suara musiknya. Peserta juga tidak perlu mengosongkan pikiran. Biarkan saja pikiran melayang kemana saja. Jika peserta mengantuk selama sesi terapi musik, peserta boleh tidur. Selama sesi terapi musik, peserta tidak disarankan untuk melakukan aktivitas fisik (gerakan fisik). Disarankan peserta duduk atau berbaring saja dan menikmati alunan musik. Setelah selesai mengikuti
kegiatan
terapi
musik
peserta
diminta
untuk
mengungkapkan kesan dan perasaan setelah mengikuti sesi kedua terapi musik. Penulis dan peserta mengatur jadwal sesi berikutnya. c)
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 29 Januari 2014. Pada pertemuan ini penulis mengulang penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilakukan. Penulis menanyakan kesiapan peserta dalam melaksanakan kegiatan terapi musik. Penulis menjelaskan prosedur terapi musik. Peserta mengikuti kegiatan terapi musik. Pada sesi pertama adalah pemrograman pikiran dengan menggunakan musik Theta_State_Induction berdurasi 10 menit. Pada sesi ini, peserta mendengarkan audio induksi untuk memasuki kondisi gelombang otak
theta,
melakukan
relaksasi
pikiran,
dan
kemudian
memprogramkan pikiran dengan mengucapkan afirmasi atau sugesti yang dirancang untuk menurunkan kecemasan. Setelah melakukan sesi pemrograman pikiran selama 10 menit, peserta melanjutkan ke
35
sesi terapi musik. Sesi terapi musik selama 35 menit dengan menggunakan musik Anxiety Reduction - Isochronic. Pada sesi terapi musik, peserta tidak perlu melakukan aktivitas apapun. Peserta hanya perlu duduk atau berbaring diam sambil menutup mata dan mendengarkan audio anxiety reduction dan membiarkan tubuh serta pikiran rileks. Peserta tidak perlu berkonsentrasi pada suara musiknya. Peserta juga tidak perlu mengosongkan pikiran. Biarkan saja pikiran melayang kemana saja. Jika peserta mengantuk selama sesi terapi musik, peserta boleh tidur. Selama sesi terapi musik, peserta tidak disarankan untuk melakukan aktivitas fisik (gerakan fisik). Disarankan peserta duduk atau berbaring saja dan menikmati alunan musik. Setelah selesai mengikuti
kegiatan
terapi
musik
peserta
diminta
untuk
mengungkapkan kesan dan perasaan setelah mengikuti sesi ketiga terapi musik. Penulis dan peserta mengatur jadwal sesi berikutnya. d) Pertemuan keempat dilaksanakan pada tanggal 30 Januari 2014. Pada pertemuan ini penulis mengulang penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilakukan. Penulis menanyakan kesiapan peserta dalam melaksanakan kegiatan terapi musik. Penulis menjelaskan prosedur terapi musik. Peserta mengikuti kegiatan terapi musik. Pada sesi pertama adalah pemrograman pikiran dengan menggunakan musik Theta_State_Induction berdurasi 10 menit. Pada sesi ini, peserta mendengarkan audio induksi untuk memasuki kondisi
36
gelombang otak theta, melakukan relaksasi pikiran, dan kemudian memprogramkan pikiran dengan mengucapkan afirmasi atau sugesti yang dirancang untuk menurunkan kecemasan. Setelah melakukan sesi pemrograman pikiran selama 10 menit, peserta melanjutkan ke sesi terapi musik. Sesi terapi musik selama 35 menit dengan menggunakan musik Anxiety Reduction - Isochronic. Pada sesi terapi musik, peserta tidak perlu melakukan aktivitas apapun. Peserta hanya perlu duduk atau berbaring diam sambil menutup mata dan mendengarkan audio anxiety reduction dan membiarkan tubuh serta pikiran rileks. Peserta tidak perlu berkonsentrasi pada suara musiknya. Peserta juga tidak perlu mengosongkan pikiran. Biarkan saja pikiran melayang kemana saja. Jika peserta mengantuk selama sesi terapi musik, peserta boleh tidur. Selama sesi terapi musik, peserta tidak disarankan untuk melakukan aktivitas fisik (gerakan fisik). Disarankan peserta duduk atau berbaring saja dan menikmati alunan musik. Setelah selesai mengikuti
kegiatan
terapi
musik
peserta
diminta
untuk
mengungkapkan kesan dan perasaan setelah mengikuti sesi keempat terapi musik. Penulis dan peserta mengatur jadwal sesi berikutnya. e)
Pertemuan kelima dilaksanakan pada tanggal 5 Februari 2014. Pada pertemuan ini penulis mengulang penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilakukan. Penulis menanyakan kesiapan peserta dalam melaksanakan kegiatan terapi musik. Penulis menjelaskan prosedur
37
terapi musik. Peserta mengikuti kegiatan terapi musik. Pada sesi pertama adalah pemrograman pikiran dengan menggunakan musik Theta_State_Induction berdurasi 10 menit. Pada sesi ini, peserta mendengarkan audio induksi untuk memasuki kondisi gelombang otak
theta,
melakukan
relaksasi
pikiran,
dan
kemudian
memprogramkan pikiran dengan mengucapkan afirmasi atau sugesti yang dirancang untuk menurunkan kecemasan. Setelah melakukan sesi pemrograman pikiran selama 10 menit, peserta melanjutkan ke sesi terapi musik. Sesi terapi musik selama 35 menit dengan menggunakan musik Anxiety Reduction - Binaural Beat. Pada sesi terapi musik, peserta tidak perlu melakukan aktivitas apapun. Peserta hanya perlu duduk atau berbaring diam sambil menutup mata dan mendengarkan audio anxiety reduction dan membiarkan tubuh serta pikiran rileks. Peserta tidak perlu berkonsentrasi pada suara musiknya. Peserta juga tidak perlu mengosongkan pikiran. Biarkan saja pikiran melayang kemana saja. Jika peserta mengantuk selama sesi terapi musik, peserta boleh tidur. Selama sesi terapi musik, peserta tidak disarankan untuk melakukan aktivitas fisik (gerakan fisik). Disarankan peserta duduk atau berbaring saja dan menikmati alunan musik. Setelah selesai mengikuti
kegiatan
terapi
musik
peserta
diminta
untuk
mengungkapkan kesan dan perasaan setelah mengikuti sesi kelima
38
terapi musik. Dan peserta diminta untuk mengisi post test yang telah disediakan oleh penulis untuk menilai keberhasilan layanan.
3)
Post test Pengumpulan data post test dilakukan setelah serangkaian kegiatan
eksperimen selesai. Post test dilaksanakan pada tanggal 5 Februari 2014. Daftar pernyataan pada post test melalui instrumen inventori kecemasan menyusun skripsi juga sama dengan daftar pernyataan pada pre test yang berjumlah 36 item pernyataan. Adapun hasil post test adalah sebagai berikut : Tabel 4.2. Hasil Postest Kecemasan Mahasiswa Menyusun Skripsi No
Nama
Skor
Katagori Kecemasan
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7
EM VA IA EM RN DP EL
82 71 74 51 87 69 83
2 1 2 1 2 1 2
Sedang Rendah Sedang Rendah Sedang Rendah Sedang
Dari data pada Tabel 4.2, selanjutnya dilakukan perhitungan analisis dengan menggunakan teknik analisis wilcoxon, untuk mengetahui perbandingan hasil post test sesudah dilakukan terapi musik. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :
39
Tabel 4.3. Analisis Data Post Test dengan Wilcoxon
Descriptive Statistics Percentiles
Std. N
Mean
Deviation
Minimum Maximum
pretest
7
1.1914E2
9.15475
108.00
posttest
7
73.8571
12.08896
51.00
25th
131.00 1.1000E2 87.00
69.0000
Test Statisticsb posttest – pretest -2.371a
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
.018
a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Tabel 4.4 Perbedaan Skor Pretest dan Post Test
No 1 2 3 4 5 6 7
Nama
EM VA IA EM RN DP EL Jumlah Rata - rata
Skor Pre-test 123 115 130 117 131 108 110 834 117
Skor Post-test 82 71 74 51 87 69 83 517 74
50th (Median)
75th
117.0000 1.3000E2 74.0000 83.0000
40
Pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai Asymp.sig (2-tailed) sebesar 0,018 (p< 0,05) dan perbedaan skor rata – rata pre-test dan post-test sebesar 117 dan 74, yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil post test pada kecemasan menyusun skripsi pada kelompok eksperimen sesudah pelaksanaan layanan terapi musik pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana. 1.3
Uji Hipotesis Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
Penggunaan terapi musik dapat secara signifikan menurunkan kecemasan menyusun skripsi pada mahasiswa Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Dengan ditunjukkan hasil penghitungan postest pada kelompok eksperimen yaitu dengan nilai p=asymp sig 0,018<0,050, ini berarti ada perbedaan yang signifikan. Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima yaitu penggunaan terapi musik dapat menurunkan kecemasan menyusun skripsi pada mahasiswa Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
1.4
Pembahasan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa terjadi
penurunan skor kecemasan dalam menyusun skripsi mahasiswa setelah diberikan terapi musik yaitu tiga mahasiswa dari kecemasan menyusun skripsi berkatagori
41
tinggi menjadi berkatagori rendah, dan 4 mahasiswa dari kecemasan menyusun skripsi bekatagori tinggi menjadi kecemasan berkatagori sedang. Dari analisis dengan SPSS 16.0 for Windows ditunjukkan dengan p=asymp sig 0,018<0,050 sehingga ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberi layanan terapi musik bagi mahasiswa yang mengalami kecemasan menyusun skripsi. Dengan kata lain layanan terapi musik dapat menurunkan secara signifikan kecemasan menyusun skripsi pada mahasiswa BK – FKIP UKSW. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Devi dan Faridah (2011) serta Lely Febriani (2011) bahwa musik dapat mengurangi kecemasan. Hasil analisis yang menyatakan ada keberhasilan layanan terapi musik dalam menurunkan kecemasan menyusun skripsi dapat dilihat dari perbedaan hasil pre test dan post test. Adapun dari hasil rata – rata post test kecemasan menyusun skripsi pada mahasiswa yang diberikan terapi musik memperoleh hasil skor yang lebih rendah dibandingkan sebelum (pre test) diberikan layanan terapi musik. Hal ini berarti bahwa terapi musik dapat menurunkan tingkat kecemasan mahasiswa dalam menyusun skripsi. Selain hasil pengisian inventori kecemasan pada post test, dari hasil wawancara dengan peserta kelompok eksperimen menyatakan bahwa gejala – gejala kecemasan yang dialami berkurang dan lebih optimis dalam mengerjakan skripsi. Sebelum diberi terapi musik saat menyusun skripsi gejala fisik yang peserta alami adalah jatung berdebar – debar, pusing, berkeringat, tegang, dan susah tidur sedangkan gejala perilaku yang peserta rasakan adalah perilaku menghindar, terguncang dan ingin menunda karena belum siap dalam menyusun
42
skripsi dan gejala psikologis yang peserta alami adalah khawatir, perasaan terganggu akan ketakutan terhadap kelulusan yang tidak tepat waktu dan lain – lain (Jeffrey dkk, 2005). Setelah diberi terapi musik gejala – gejala tersebut mulai berkurang. Secara fisik peserta mengatakan lebih segar, tidur tenang, lebih santai, beban berkurang serta lebih optimis dalam menyusun skripsi. Terapi
musik
mempunyai
tujuan
yang
sama
yaitu
membantu
mengekpresikan perasaan (musik dapat mengoptimalkan atau memfasilitasi perasaan – perasaan yang sudah teragenda), membantu rehabilitasi fisik, memberi pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati (Djohan, 2006). Musik dengan kategori positif menghasilkan peningkatan suasana hati yang positif demikian pula musik sedih juga menghasilkan peningkatan suasana hati negatif. Maka disimpulkan bahwa sebuah musik cenderung menimbulkan suasana hati yang sama dalam diri pendengarnya (Djohan, 2006). Dalam CD terapi musik anxiety reduction (Pusat Riset Terapi Musik dan Gelombang Otak, 2011) layanan terapi musik ini menggunakan quantum mind programing. Quantum Mind Programming (QMP) adalah metode pemrograman pikiran yang menggunakan stimulasi gelombang otak (Brainwave Entrainment) sebagai media induksi untuk mencapai kondisi pikiran yang reseptif (kondisi theta), dan kemudian dilanjutkan dengan memprogram ulang pikiran bawah sadar dengan teknik-teknik tertentu sesuai dengan tujuan atau masalah. QMP membantu peserta untuk mengubah kebiasaan, perilaku, perasaan dan pikiran menjadi lebih positif. Selain itu, QMP juga sangat berpengaruh pada kesehatan tubuh peserta.
43
Pusat Riset Terapi Musik dan Gelombang Otak (2011) menyatakan dalam terapi musik ini QMP menggunakan musik theta state induction berdurasi 10 menit. Theta State Induction dirancang untuk menstimulasi otak peserta agar menghasilkan gelombang otak theta yang dominan. Stimulasi akan membantu peserta memasuki kondisi relaksasi mental yang dibutuhkan untuk proses pemrograman ulang pikiran. Ketika gelombang otak peserta sedang dalam kondisi theta, maka pikiran peserta lebih terbuka terhadap perubahan. Pikiran peserta menjadi mudah menerima sugesti atau afirmasi, serta lebih mudah menghilangkan pikiran negatif. Setelah QMP selesai peserta dilanjutkan ke sesi berikutnya agar peserta lebih tenang dan merasakan kenyamanan dengan mendengarkan musik. Terapi musik ini mengatasi kecemasan yang berlebihan dengan cara menstimulasi otak dengan musik dan gelombang otak untuk mendapatkan perasaan nyaman, tenang dan damai.