BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran setting Penelitian Penelitian Tindakan Kelas yang mengambil tempat di SMKN 12 Bandung ini, pelaksanaannya mengikuti alur sebagai berikut : 1. Perencanaan, meliputi penetapan materi pembelajaran dan penetapan alokasi waktu pelaksanaannya. 2. Tindakan, meliputi proses kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. 3. Pengamatan, dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran meliputi, aktifitas siswa, pengembangan materi, dan hasil belajar siswa. 4. Refleksi, meliputi kegiatan analisis hasil pembelajaran dan sekaligus menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi awal untuk mengatahui situasi kelas dan lingkungan sekolah, sekaligus memberikan surat untuk melakukan penelitian pada tanggal 3 Juni 2010. Pada hari yang sama peneliti berdiskusi dengan guru pengajar, Drs. Budi Setiawan dan ditetapkan bahwa yang akan menjadi pengajar adalah bapak Budi Setiawan sendiri dan yang menjadi observer adalah peneliti yang dibantu oleh seorang teman sejurusan. Sesuai dengan hasil wawancara, bapak Budi Setiawan belum pernah menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, maka setelah berdiskusi
52
53
dengan bapak Budi Setiawan yang akan menjadi guru pengajar, disepakati bapak Budi akan mempelajari dahulu tentang model pembelajaran inkuiri terbimbing dibantu peneliti yang menjelaskan terlebih dahulu semua yang berhubungan dengan penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing supaya dalam penelitian yang akan dilakukan berjalan dengan lancar. Setelah berdiskusi dengan guru pengajar MRE maka ditetapkan dimulainya penelitian yaitu pada tanggal 19 Juli 2010. 4.2 Profil Awal Pembelajaran Dari hasil observasi awal yang dilakukan dengan melakukan wawancara dengan guru serta pengamatan langsung terhadap kegaiatan pembelajaran pada kompetensi Menganalisis Rangkaian Elektronik, diperoleh gambaran umum tentang profil pembelajaran sebagai berikut : 1. Pembelajaran lebih dominan disampikan dengan metode konvensional, yaitu ceramah dan mencatat. 2. Kurangnya interaksi antara siswa dengan guru dan interaksi siswa dengan siswa, sehingga proses pembelajaran menjadi kaku. 3. Kurangnya kegiatan yang bisa membuat siswa lebih memahami materi, misalnya kegiatan praktikum yang kurang. Dari hasil observasi awal di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar pada kompetensi Menganalisis Rangkaian Elektronik lebih dominan disampaikan melalui metode ceramah dan mencatat sehingga akan membosankan siswa. Serta guru menjadi pusat terhadap pembelajaran, sehingga tidak ada interaksi antara
54
siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa. Kurangnya kegiatan praktikum juga membuat siswa bosan dan tidak bersemangat, sehingga siswa kurang berani untuk mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat. Penggunaan model pembelajaran yang menekankan siswa lebih aktif dan menemukan sendiri konsep-konsep pembelajaran yang akan dipelajari. Hasil observasi awal menunjukan bahwa proses pembelajaran belum dilaksanakan secara optimal. 4.3 Refleksi Kegiatan Awal Pembelajaran Berdasarkan temuan yang didapat dari observasi awal pada proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas, maka peneliti dan guru melakukan diskusi untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran. Peneliti dan guru akan mencoba menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada proses pembelajaran. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dipilih karena akan membantu siswa dalam lebih memahami materi, karena pada dasarnya model pembelajaran inkuiri terbimbing siswa tidak semata-mata menerima materi dari guru, melainkan siswa diajak untuk lebih berpikir tentang materi yang disampaikan. Dengan melakukan pengamatan atau penyelidikan pada kegiatan praktikum, siswa dapat memperoleh data tentang materi yang disampikan sehingga siswa menemukan sendiri konsep-konsep materi yang diajarkan. Proses pembelajaran akan lebih interaktif dan alami karena siswa lebih aktif bertanya dan melakukan diskusi, sehingga proses pembelajaran bukan hanya sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Melainkan siswa akan lebih memaknai proses pembelajaran dengan baik.
55
4.4 Pengenalan dan Validasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Setelah melakukan refleksi terhadap profil awal pembelajaran, maka berdasarkan gambaran tersebut dilaksanakan pengenalan model pembelajaran inkuiri terbimbing kepada guru kompetensi Menganalisis Rangkaian Elektronik. Materi yang disajikan dan didiskusikan dalam pengenalan model pembelajaran inkuiri terbimbing berkisar pada pengertian model pembelajaran inkuiri
terbimbing,
tujuan
pembelajaran,
langkah-langkah
pembelajaran,
keunggulan dan kelemahan inkuiri terbimbing. Tanggapan guru setelah berdiskusi dan menjelaskan model pembelajaran inkuiri terbimbing sangat baik untuk digunakan karena menuntut siswa untuk lebih aktif dan belajar mandiri. Guru juga berpendapat bahwa dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing perencanaan pembelajaran lebih matang, karena terdapat langkah-langkah pembelajaran yang lebih terarah secara bertahap dengan tujuan meningkatkan aktifitas belajar siswa. Dalam diskusi dengan guru juga ada sejumlah permasalahan yang dipertanyakan oleh guru, antara lain : 1. Bagaimana cara menyusun rencana pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing? 2. Bagaimana mengoptimalkan kegiatan pembelajaran praktikum dan diskusi dengan fasilitas yang terbatas? 3. Bagaimana jika pelaksanaan pembelajaran tidak sesuai dengan tahapan pembelajaran yang telah direncanakan karena tidak terbiasa dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing?
56
4. Bagaimana mengatur waktu kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat sesuai dengan rencana? Menanggapi pertanyaan dari guru yang berkaitan dengan penyusunan rencana pembelajaran. Rencana pembelajaran akan disusun berdasarkan pada kurikulum yang digunakan di sekolah yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang telah ditetapkan. Tetapi ada penyesusaian dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dimana setiap tahap pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuri terbimbing. Sehingga dalam pembuatan RPP disusun secara bersama-sama antara guru dengan peneliti, baik materi maupun alokasi waktunya. Untuk kegiatan praktikum dan diskusi akan dimaksimalkan dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok, sehingga dapat mengoptimalkan kegiatan praktikum. Sementara untuk pelaksanaan pembelajaran yang tidak sesuai rencana karena tida terbiasa dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu guru mempergunakan RPP sebagai pegangan penerapan kegiatan pembelajaran, serta pencatuman pembagian waktu langkah demi langkah pembelajaran. Jadi guru tinggal menyesuaikan tahapan pembelajaran sesuai dengan RPP sehingga waktu yang tersedia dalam satu kali pertemuan dapat dimanfaatkan secara efektif. Melalui diskusi yang cukup mendalam serta dari guru yang memahami terlebih dahulu model pembelajaran inkuiri terbimbing, akhirnya hasil validasi pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing telah disepakati dan dsetujui
57
dengan rancangan yang akan disusun bersama dan pelaksanaannya dikondisikan dengan keadaan kelas. 4.5 Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing di Kelas dan Refleksi Penggunaan
pembelajaran
inkuiri
terbimbing
pada
mata
diklat
Menganalisis Rangkaian Elektronik oleh peneliti dan guru di kelas dilakukan dengan tugas pembagian tugas sebagai berikut : 1. Tindakan pertama, dalam kompetensi dasar mengidentifikasi komponen pasif dan topik bahasan komponen-komponen elektronika dan resistor. Pada penelitian ini peneliti bertindak sebagai observer dan guru mata diklat MRE sebagai guru pengajar. Pembelajaran dilaksanakan pada 19 Juli 2010 di kelas X Elektronika Pesawat Udara. 2. Tindakan kedua, dalam topik bahasan hubungan seri-paralel resistordan hukum ohm. Pada penelitian ini peneliti bertindak sebagai observer dan guru mata diklat bertindak sebagai guru pengajar. Pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 26 dan 2 Agustus 2010 kelas X Elektronika Pesawat Udara. 3. Tindakan ketiga, dalam topik bahasan kapasitor. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai observer dan guru mata diklat sebagai guru pengajar. Pembealajaran dilaksanakan pada tanggal 9 dan 16 Agustus 2010. 4.5.1
Siklus 1
58
a
Deskripsi Tindakan Tahap Orientasi
Pembelajaran dimulai pada pukul 08.10, karena jam pertama dipakai untuk upacara. Sebagian siswa sudah siap diruangan, tetapi ada juga yang masih belum masuk kelas. Guru mengabsen kehadiran siswa untuk mengetahui siswa yang masuk dan tidak masuk. Setelah mengabsen, guru menelusuri pengetahuan awal siswa, guna membentuk suasana pembelajaran yang kondusif. Guru pun melanjutkan pembelajaran dengan menjelaskan topik pembelajaran yaitu topik resistor. Guru juga menjelaskan pokok kegiatan pembelajaran tetapi tidak terlalu jelas sehingga siswa-siswa pun terlihat kebingungan. Setelah itu guru pun mengadakan pre test terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah guru mengkondisikan siswa, guru membagikan soal pre test. Setelah sekitar 10 menit selesai mengerjakan pre test, guru menyuruh salah satu siswa yang duduk didepan agar, mengumpulkan jawaban-jawaban pre test seluruh siswa. Setelah jawaban terkumpul, guru langsung menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa. Bahasan yang akan dipelajari pada pertemuan kali ini, yaitu tentang resistor. Siswa bersiap-siap mengeluarkan buku catatan masing-masing dan mencatat materi yang diberikan. Tahap Merumuskan Masalah Setelah guru memberikan penjelasan dengan memberikan orientasi kepada siswa. Dan guru pun memancing siswa untuk dapat merumuskan masalah“Ada
59
yang tahu ada berapa jenis komponen dalam elektronika”, guru bertanya kepada siswa. Ada salah satu siswa yang menjawab, “saya pak, komponen elektronika ada 2 komponen luar dan komponen dalam”. Ada siswa lain yang menjawab, “ saya pak, komponen resistor dan komponen listrik”. Pada kesempatan kali ini, kita akan menbahas tentang komponen resistor, tapi sebelumnya kita bahas dahulu jenis-jenis komponen elektronika. Komponen elektronika dibagai dalam dua jenis, yaitu komponen aktif dan komponen pasif. Komponen pasif adalah komponen elektronika yang dalam penggunaannya tidak memerlukan arus bias, sedangkan komponen aktif adalah komponen elektronika yang dalam penggunaannya menggunakan arus bias. Yang termasuk komponen pasif adalah resistor (R) yang akan dibahas sekarang, kapasitor (C), dan induktor (L). Supaya siswa tidak penasaran, guru memperlihatkan beberapa komponen yang termasuk komponen aktif dan pasif. Siswa pun antusias dalam memperhatikan komponen-komponen yang diperlihatkan guru. Guru mulai memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki kepada siswa agar mampu dijawab oleh siswa dan siswa dilatih untuk berpikir. Siswa merespon, “itu komponen kapasitor pak”, kurang tepat, guru merespon. Lalu ada siswa lain yang menjawab” resistor pak”. Dan guru pun membenarkan jawaban siswa tersebut. Jadi komponen yang ada di tangan bapak ini adalah resistor.
Gambar 4.1. Komponen Resistor
60
Tahap Merumuskan Hipotesis Guru meneruskan pertanyaan yang mengandung teka-teki, siswa-siswa masih terlihat kurang aktif, lalu guru memberikan pertanyaan pancingan”coba bayangkan didalam fikiran anda, permasalahan apa yang berkaitan dengan resistansi”. Guru mempersilahkan kepada siswa yang ingin mengajukan pendapat untuk mengacungkan tangan. Kemudian guru menampung semua pendapat dengan tidak menyalahkan dan membenarkan pendapat siswa hanya menciptakan suasana adu argumentasi. Setelah itu guru meluruskan kembali permasalahan dengan menjelaskan tentang pengertian resistor, resistansi resistor, fungsi resistor, dan cara pembacaan dan pengukuran resistansi resistor. Ada yang tahu bagaimana menentukan nilai resistansi sebuah resistor?”, ucap guru. Siswa tidak ada yang menjawab, masih terlihat pasif. Kemudian guru menjelaskan bagaimana mengetahui nilai resistansi sebuah resistor.
Gambar 4.2. Pengukuran nilai resistansi resistor menggunakan multimeter. Tahap Pengumpulan Data Pada tahap pengumpulan data, guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, dimana setiap kelompok beranggotakan 5-6 orang. Suasana kelas agak sedikit gaduh dan tidak kondusif. Guru membentuk kelompok yang sudah ditentukan
61
sebelumnya, lalu guru mengumumkan anggota-anggota kelompok dan supaya langsung berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Setelah guru membagi kelompok dan siswa sudah berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, guru menenangkan kelas dan setelah suasana kelas mulai terkendali guru mulai membagikan LKS (lembar kerja siswa) kepada masing-masing kelompok dan memanggil salah satu dari anggota kelompok untuk mengambil bahan-bahan dan alat yang dibutuhkan pada saat praktikum. Siswa-siswa melakukan praktikum, masih terlihat banyak siswa yang kebingungan melaksanakan praktikum. Ketika melakukan praktikum atau pada tahap pengumpulan data tidak semua siswa secara serius melaksanakan praktikum, ada yang main-main tidak mengumpulkan data. Tapi ada juga kelompok yang sering bertanya kepada guru. Tahap Menjawab Hipotesis Setelah pengerjaan praktikum telah selesai guru mempersilahkan siswa kembali ke meja kelompoknya dan menyuruh anggota kelompok untuk membereskan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum. Pada tahap menguji hipotesis, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai praktikum yang telah dilakukan. Guru menunjuk salah satu kelompok, untuk mempresentasikan hasil praktikumnya. Coba Kelompok EPU 1 hasil prakteknya gimana?”. Salah satu anggota kelompok, menjelaskan hasil prakteknya. Guru bertindak sebagai pengarah dengan mengungkapkan inti-inti dari kegiatan praktikum.
62
Tahap Menarik Kesimpulan Setelah tahap menguji hipotesis, guru mengajak siswa untuk menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan, kemudian guru memberikan pengarahan dan evaluasi dari proses pembelajaran yanh sudah dilaksanakan. Kemudian guru mengadakan post test untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan. Guru dibantu peneliti membagikan soal post test kepada seluruh siswa. Terlihat siswa serius dalam mengerjakan post test yang diberikan. Setelah 15 menit guru memerintahkan siswa untuk mengumpulkan kertas jawaban mereka ke meja guru. Karena waktu pembelajaran sudah habis, kegiatan pembelajaran ditutup dengan ucapan salam dari guru. b. Analisa, Refleksi dan Revisi Proses Proses Pembelajaran Siklus 1 Berdasarkan pengamatan terahadap pertemuan pertama atau siklus ke satu ini, dalam mengkondisikan kesiapan siswa belajar siswa belum dilakukan dengan baik, Instruksi yang diberikan oleh guru kurang dimengerti siswa, ini terlihat ketika praktikum, serta kurang tegas kepada siswa yang sibuk sendiri, mengobrol bahkan yang bermain handphone. Sebagian lagi mengerjakan praktikum dengan benar walaupun masih terlihat bingung dalam melakukan praktikum. Mobilitas guru dalam membimbing dan mengarahkan siswa pada saat praktikum juga sangat kurang , guru hanya fokus sama satu kelompok kadang ada yang bertanya dari kelompok lain, guru tidak sigap meresponnya. Metoda yang disajikan guru sudah bervariasi yaitu dengan melakukan beberapa metode seperti
63
ceramah, diskusi, dan praktikum. Namun pada saat pembelajaran guru kurang memotivasi siswa untuk lebih berani mengungkapkan gagasan atau pendapat mereka. Pada tahap merumuskan masalah guru kurang dapat mengajak siswa untuk dapat merumuskan masalah yaitu mengenai pembacaan dan pengukuran nilai resistansi sebuah resistor. Guru masih mendominasi pembicaraan dan kurang memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Untuk aktifitas siswa dalam pembelajaran ini, tampaknya masih belum menunjukan peningkatan yang berarti, siswa masih terlihat ragu, canggung, dan malu untuk bertanya atau mengungkapkan pendapat mereka. Setelah dilakukan diskusi dan ditunjukan hasil catatan lapangan yang terjadi terhadap kegiatan pembelajaran pertama ini, guru pengajar menerima dengan baik dan bersama peneliti serta rekan berdiskusi untuk memperbaikinya. Adapun aspek yang harus diperbaiki adalah sebagai berikut : 1. Dalam proses pembelajaran guru belum terbiasa dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing sehingga kurang memeperhatikan tahapan-tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing. Sehingga siswa kurang diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya. Sebaiknya guru menyesusaikan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing supaya siswa bisa menemukan sendiri konsep-konsep pembelajaran yang akan dipelajari. 2. Dalam melaksanakan praktikum, seharusnya mobilitas guru lebih baik, sehingga dapat membimbing dan mengarahkan siswa dalam praktikum.
64
Tidak terfokus pada satu kelompok, sehingga tidak timbul kecemburuan terhadap siswa lain yang tidak dibimbingdan diarahkan. 3. Lebih dapat memotivasi siswa serta memberi semangat agar siswa lebih berani mengungkapkan pendapat mereka. Guru memberikan reward berupa nilai tambah. 4. Dalam menentukan kelompok yang akan presentasi di depan kelas sebaiknya guru tidak menunjuk dari kelompok pertama, tetapi dilakukan dengan cara mengundi. Hal ini ditujukan agar seluruh kelompok mempelajari hasil praktikum yang akan di diskusikan. 5. Dalam tahap merumuskan masalah, guru kurang pandai untuk memancing siswa dengan kurang memberikan pertanyaan-pertanyaan teka-teki yang dapat memancing siswa unruk berpikir dan untuk dapat merumuskan masalah. c. Analisis Aktifitas Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus ke-1 Hasil observasi terhadap aktifitas guru selama proses pembelajaran siklus ke-1 berlangsung ditunjukan pada tabel 4.1. Secara keseluruhan aktifitas guru pada proses pembelajaran siklus pertama adalah Sedang. Hal ini dapat dilihat dari tabel analisis aktifitas guru, guru telah mencoba melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Namun karena guru masih belum terbiasa dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing ini, masih terdapat kekurangankekurangan, yang akan diperbaiki di siklus selanjutnya.
65
Tabel 4.1 Analisis Aktifitas Guru Pada Siklus 1 No 1 2
Tahapan Inkuiri Terbimbing Orientasi
Skor rata-rata
Kategori
2,5
Sedang
2,25
Kurang
2,5
Kurang
4
Merumuskan masalah Merumuskan hipotesis Mengumpulkan data
2,85
Sedang
5
Menjawab Hipotesis
2.5
Sedang
6
Menarik kesimpulan Rata-rata
2,5 2,51
Sedang Sedang
3
d. Analisis Aktifitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus ke-1 Aktivitas yang diukur yaitu aktivitas berdasarkan tahapan model inkuiri terbimbing. Observasi aktivitas siswa dilakukan terhadap siswa itu sendiri selama proses pembelajaran siklus pertama. Hasil observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 4.2. Secara keseluruhan aktifitas siswa pada proses pembelajaran siklus 1 adalah sedang. Hal ini dapat dilihat dari tabel analisis aktivitas siswa, siswa masih terlihat kurang aktif dalam tahapan kegiatan belajar. Mereka masih terlihat raguragu dalam mengutarakan pendapat, gagasan serta permasalahan yang dialaminya. Interaksi antara guru dan siswa juga masih kurang terjalin dengan baik.
66
Tabel 4.2. Analisis Aktifitas Siswa pada Siklus 1 No 1
Tahapan Inkuiri Terbimbing Orientasi
Skor rata-rata
Kategori
2,8
Sedang
2,65
Sedang
4
Merumuskan masalah Merumuskan hipotesis Mengumpulkan data
5 6
2 3
3
Baik
2
Kurang
Menjawab Hipotesis
2.5
Sedang
Menarik kesimpulan Rata-rata
2,75 2,616
Sedang Sedang
e. Hasil Belajar
Aspek Kognitif Untuk mengetahui bagaimana perolehan hasil test formatif untuk setiap
tindakan dianalisis dari hasil pre test dan post test untuk siklus. Dilihat dari hasil perolehan test formatif siswa, setelah dilakukan tes awal dan tes akhir untuk rencana pembelajaran, hasilnya dapat dideskripsikan sebagai berikut : Untuk rata-rata pre test adalah 38,47, sedangkan untuk nilai rata-rata post test adalah 60,97, ditinjau dari prosentase siswa yang mencapai nilai ≥ 65 pada pre test adalah 19,44 %, dan meningkat pada post test menjadi 75,14 %. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut dapat diketahui adanya peningkatan antara pre test dan post test yang cukup tinggi. Seperti ditunjukan oleh tabel 4.3 berikut, distribusi frekuensi dari hasil pre test dan post test pada pembelajaran siklus pertama :
67
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pre Test dan Post Test Siklus I No 1 2 3 4 5
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Pre test Frekuensi Persentase (%) 0 0.00 0 0.00 7 19.44 17 47.22 12 33.33
Post test Frekuensi Persentase 0 0.00 10 27.77 17 47.77 9 25 0 0.00
Dapat dilihat dari table 4.3, pada pre test tidak ada siswa yang masuk dalam ketegori baik dan sangat baik, tetapi pada post test ada peningkatan. Dalam ketegori baik terdapat sekitar 0,00 % pada pre test, dan meningkat pada post test menjadi 27,77 % berarti ada peningkatan sekitar 27,77 %, untuk kategori cukup terdapat sekitar 19,44 % pada pre test, dan meningkat pada post test menjadi 47,77 %, berarti ada peningkatan sekitar 28,33 %, tetapi untuk kategori kurang mengalami penurunan, pada pre test sekitar 47,22 %, menurun pada post test menjadi 25 %, berarti ada penurunan sekitar 22,22 %, ini terjadi karena angkanya naik ke kategori cukup dan baik. Sedangkan untuk kategori sangat baik masih 0,00 %, belum ada siswa yang masuk kategori sangat baik. Untuk melihat angka rata-rata dari pre test dan post test, dapat dilihat pada gambar grafik 4.3 dibawah ini :
68
Gambar. 4.3 Grafik Nilai Rata-Rata Pre Test dan Post Test Siklus 1 Hasil Belajar Aspek Psikomotor dan Afektif Hasil belajar aspek psikomotor dan aspek afektif siswa pada pembelajaran siklus pertama dijabarkan pada tabel 4.4. Tabel. 4.4 Hasil Belajar Siswa Aspek Psikomotor dan Afektif Psikomotor
Afektif
Aspek Menyiapkan/menggunakan alat Melakukan pengamatan
IPK 55,55
Rata-Rata
55,55
Interpretasi Cukup Terampil Cukup Terampil Cukup Terampil Cukup Terampil Netral
Mengumpulkan data
55,55
Membuat laporan
58,33
Kerjasama dalam pengamatan Sikap dalam pengumpulan data Kejujuran dalam mengumpulkan data
56,25
Netral
56,46 Netral
57,63
Netral
55,55
56,245 Cukup Terampil
69
Berdasarkan tabel 4.4, selanjutnya dapat digambar ke dalam bentuk grafik yang ditunjukan pada gambar 4.4 untuk masing-masing hasil belajar.
1. Menyiapkan/menggunakan alat 2. Melakukan pengamatan 3. Mengumpulkan data 4. Membuat kesimpulan
Gambar 4.4. Grafik Ketercapaian Aspek Psikomotor Siswa pada Siklus 1 Aspek psikomotor yang dilakukan oleh siswa menunjukan intrepretasi ’cukup terampil’, akan tetapi tidak terlalu signifikan . Hal ini terjadi karena siswa tidak terbiasa melakukan praktikum, dan kurangnya motivasi dan bimbingan dari guru mengakibatkan siswa tidak terlalu respect terhadap kegiatan praktikum, terlihat dari aspek afektif yaitu kerjasama dalam pengamatan praktikum dengan IPK 55,55, yang masuk interpretasi ’netral’. Karena guru belum terbiasa dengan pembelajaran inkuiri terbimbing, sehingga dalam praktikum guru kurang membimbing siswa untuk mendapatkan konsep-konsep materi yang harus dikuasai siswa sesuai dengan tahapan merumuskan masalah dalam pembelajaran.
70
Untuk gambar grafik aspek afektif ditunjukan pada gambar 4.5, dibawah ini :
1. Kerjasama dalam pengamatan 2. Sikap dalam Pengumpulan data 3. Kejujuran dalam Mengumpulkan data
Gambar 4.5 Grafik Ketercapaian Aspek Afektif Siswa pada Siklus ke-1 Aspek afektif yang diukur berdasarkan sikap siswa selama melakukan praktikum, sudah menunjukan interpretasi ‘netral’, tetapi angka rata-ratanya tidak terlalu signifikan. Hal ini terjadi kurangnya bimbingan dan pengarahan dari guru, sehingga siswa hanya menjalankan tugas saja, bukan bermaksud untuk menyelidiki konsep-konsep materi yang sudah dibahas dalam tahapan merumuskan masalah dalam pembelajaran. Hal ini juga dikarenakan siswa masih malu-malu atau tidak berani dalam bertanya dan mengungkapkan pendapat mereka selama dalam kegiatan pembelajaran. Tindakan yang dilakukan, dengan memberikan bimbingan lebih kepada seluruh siswa dan selalu menyemangati
71
serta memberi motivasi kepada siswa agar lebih berani dalam bertanya dan mengemukakan pendapatnya. 4.5.2
Siklus 2
a. Deskripsi Tindakan Tahap Orientasi Pembelajaran dimulai pukul 08.10, sudah terlihat seluruh siswa memasuki ruangan kelas. Guru memasuki kelas dengan mengucap salam dan menanyakan keadaan dan kesiapan belajar siswa hari ini. Guru kemudian membuka dengan memberikan pujian kepada siswa yang telah mendapat nilai baik pada pembelajaran sebelumnya, ini dilakukan untuk memotivasi siswa lain untuk lebih giat lagi belajar. Seluruh siswa serentak tepuk tangan dan sorak-sorai kepada siswa yang mendapat pujian dari guru. Lalu guru menyuruh ketua murid untuk memimpin berdoa, setelah berdoa, guru mengabsen kehadiran siswa guna mengetahui siswa yang sering bolos. Setelah mengabsen, mengingatkan kembali tentang sistem pembelajaran terutama dalam praktikum bahwa kelompok yang sama dengan pertemuan sebelumnya. Lalu guru menjelaskan tujuan dan pokok-pokok pembelajaran pada pembelajaran sekarang dan guru menjelaskan pula langkah-langkah inkuiri, serta tujuan setiap langkah pada pembelajaran yang sudah tertuang dalam rencana perbaikan pembelajaran. Pembelajaran pada pertemuan sekarang yaitu pokok bahasan hubungan seri, paralel, dan seri-paralel resistor dan hukum ohm. Yaitu tentang prinsip
72
hubungan resistor secara seri, paralel, dan seri-paralel, perhitungan pada rangkaian, dan penjelasan hukum ohm. Setelah itu, guru menyuruh seluruh siswa untuk untuk menyiapkan kertas selembar untuk mengerjakan pre test. Guru dibantu peneliti membagikan soal-soal pre test. Terlihat seluruh siswa cukup serius dan antusias mengerjakan pre test, karena mereka termotivasi supaya dapat pujian dari guru seperti temannya yang lain. Tetapi masih ada yang siswa yang tidak serius mengerjakan soal pre test. Setelah sekitar 15 menit guru pun menyuruh salah satu siswa untuk mengumpulkan jawaban-jawaban pre test teman-temannya yang lain, dan menyimpannya didepan diatas meja guru. Tahap Merumuskan Masalah Setelah pengerjaan pre test selesai, guru pun menulis pokok bahasan yang akan disampaikan pada pertemuan kali ini, yaitu tentang hubungan seri, paralel, dan seri-paralel resistor, dan hukum ohm. Guru pun menelurusi pengetahuan awal siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan. “Ada yang tahu apa itu rangkaian seri atau paralel?”. Ucap guru. “mulai sekarang yang menjawab dan memberikan pertanyaan, akan bapak kasih nilai tambah”. Lanjut guru. Pernyataan tersebut guna memotivasi siswa untuk lebih berani dalam mengungkapkan pendapat dan gagasannya. Setelah guru memberikan pernyataan itu, terlihat siswa mulai aktif karena mereka ingin mendapat nilai tambah dari guru. Siswa sangat menyimak dan memperhatikan dengan serius. Guru memberikan sedikit penjelasan tentang hukum ohm, supaya tidak terjadi miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Lalu ada siswa yang bertanya “pak, kalau menghitung arus pada suatu rangkaian menggunakan hukum ohm,
73
bagaimana?”, guru merespon dengan baik, “untuk menjawab pertanyaan itu, kita harus membuktikannya pada kegiatan praktikum, guru memberikan sedikit latihan soal dalam melakukan perhitungan rangkaian seri, paralel, dan seri paralel serta hukum ohm, supaya siswa lebih teliti dalam melakukan perhitungan dalam menyelesaikan soal materi yang diajarakn pertemuan kali ini, supaya lebih memotivasi siswa juga, guru memberikan reward kepada siswa-siswa yang berani menjawabn soal-soal latihan. Tahap Merumuskan Hipotesis Setelah menelusuri pengetahuan siswa dalam merumuskan masalah pada prinsip hubungan rangkaian seri, paralel, dan seri-paralel resistor, kegiatan selanjutnya siswa dituntut bisa menebak bagaiaman sifat-sifat dari hubungan seri, paralel, maupun seri-paralel. “Coba kalian bayangkan kalau, kita menghubungkan resistor secara seri dan paralel, dan dihubungkan pada sebuah power supply bagaimana arus dan tegangan yang melewati resistor tersebut?”, ucap guru. Siswa mulai berdiskusi dengan teman yang lainnya, semua pendapat siswa ditampung oleh guru dengan tidak menyalahkan dan membenarkan pendapat siswa hanya menciptakan sauasana adu argumentasi. Setelah siswa menjawab pertanyaan yang diajukan, guru merinci jawaban setiap siswa dan setiap jawaban siswa, guru mengarahkan dengan pertanyaan pengarah, sehingga dengan sendirinya siswa dapat memahami dan mengerti jawaban tersebut. Setelah itu guru meluruskan kembali permasalahan yang terjadi pada prinsip hubungan seri, paralel, dan seri paralel resistor. Tentunya dengan
74
menyakinkan siswa bahwa setiap hubungan baik seri maupun hubungan paralel resistor mempunyai sifat-sifat tersendiri tentunya harus dibuktikan dengan jelas dan pasti. Dalam hal ini siswa diarahkan berfikir kritis dan menemukan alasanalasan dari permasalahan tersebut. Tahap Pengumpulan Data Supaya siswa menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang sudah dirumuskan tadi, maka guru melaksanakan kegiatan praktikum. Guru dibantu peneliti membagikan LKS kepada masing-masing kelompok, guru menyuruh perwakilan kelompok untuk mengambil bahan-bahan dan alat-alat yang diperlukan dalam praktikum. Setiap siswa diharuskan bisa dan paham dalam melaksanakan kegiatan praktikum tersebut. Guru mulai berkeliling antar kelompok, membimbing dan mengarahkan siswa. Pada pertemuan kali ini mobilitas guru sudah baik, dengan bergerak mengelilingi semua kelompok, jadi tidak terfokus kepada kelompok yang bertanya saja. Siswa antusias
dan
serius
dalam
melakukan
praktikum,
dalam
pelaksanaannya analisis siswa dengan sendirinya melakukan proses analisis sampai selesai. Setelah mengecek ulang hasil pengukuran tersebut bahkan berulang kali. Terjadi diskusi antar dikelompok pada saat melakukan praktikum, ini dibiarkan oleh guru supaya terjadi pertukaran pengetahuan dan informasi antar kelompok maupun individu. Guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang lebih dibanding dengan pertemuan sebelumnya dengan dibantu peneliti juga tetapi peneliti tidak dominan, tetap yang lebih dominan dalam melakukan bimbingan
75
dan pengarahan kepada siswa yaitu guru. Sambil berkeliling guru, memberikan motivasi dan semangat supaya siswa lebih teliti dalam melaksanakan praktikum. Secara keseluruhan kegiatan praktikum pada pertemuan kali ini lebih baik dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya. Tahap Menjawab Hipotesis Setelah selesai melaksanakan kegiatan praktikum, guru menyuruh siswa untuk membereskan kembali bahan-bahan dan alat-alat yang dipakai dalam praktikum dan duduk yang rapih sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Lalu guru menyiapkan beberapa gulungan kertas yang didalamnya sudah berisi nama dari tiap-tiap kelompok, lalu menyuruh salah atu perwakilan siswa untuk mengundi gulungan kertas tersebut. Setelah terpilih satu kelompok dalam pengundian, maka guru menyuruh kelompok tersebut untuk melakukan hipotesis atau mempresentasikan hasil praktikumnya. Pengundian ini dilakukan untuk membuat
seluruh
kelompok
siap
dalm
melakukan
hipotesis
dan
mempresentasikan hasil praktikumnya. Terjadi diskusi pada saat langkah ini, karena ada perbedaan hasil antar kelompok yang terjadi, pada saat seperti ini guru memberikan arahan dengan memberikan penjelasan sebagai petunjuk kepada siswa supaya siswa tidak terjadi miskonsepsi. Tahap Menarik Kesimpulan Pada langkah ini, guru mengajak siswa untuk dapat menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran pada pertemuan kali ini. Guru bertanya, “jadi apa yang kalian dapat dari pertemuan kali ini?”, ucap guru. Si B menjawab “kita bisa
76
mengethaui dan mengerti bagaimana sifat-sifat dari hubungan seri dan paralel sebuah resistor, pak”, jawab siswa. Ada yang lain, tambah guru. Si D menjawab “saya pak, kita bisa mengerti dan menerapkan hukum ohm dalam suatu rangkaian resistor, baik dipasang secara seri maupun secara paralel”. Setelah menarik kesimpulan dari materi yang diajarkan kali ini, kemudian guru menyuruh siswa untuk menyiapkan kertas satu lembar untuk mengerjakan soal post test. Guru dibantu peneliti membagikan soal post test, siswa pun langsung mengerjakannya. Pada saat post test, mereka terlihat teliti dalam menjawab, karena termotivasi dari guru tadi sebelum pembelajaran dimulai. Setelah sekitar 15 menit mengerjakan post test, guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan jawaban tersebut diatas meja. Guru memberitahu materi selanjutnya yang akan dibahas, supaya siswa bisa dapat membaca-baca dahulu materi tersebut. Guru menyuruh ketua murid untuk menyiapkan siswa untuk berdo’a karena waktu pembelajaran sudah habis. Setelah berdo’a, guru meninggalkan kelas dengan mengucap salam. b. Analisa, Refleksi dan Revisi Proses Proses Pembelajaran Siklus 2 Dari hasil pengamatan peneliti, kemudian didiskusikan dengan guru pengajar. Berdasarkan dari catatan lapangan, lembar observasi siswa, dan lembar observasi guru. Terdapat temuan penting aktifitas guru dan siswa pada pembelajaran siklus dua sudah lebih baik dibandingkan pada siklus satu. Kekurangan-kekurangan yang ada disiklus satu cukup berhasil diperbaiki oleh guru disiklus dua ini, namun
77
ada beberapa hambatan yang menyebabkan proses pembelajaran kurang maksimal. Guru sudah meluangkan waktu untuk berkeliling kelompok dalam melaksnakan praktikum, mobilitas guru sudah baik dalam membimbing dan mengarahkan siswa dalam melaksanakan praktikum, meskipun itu membuat guru kewalahan dalam membimbing dan mengarahkan siswa pada saat praktikum. Pada tahap orientasi mulai menyimak arah pembelajaran dengan baik, sehingga tahapan-tahapan proses pelaksanaan inkuiri terbimbing dapat dipahami dan dimengerti. Strategi guru dalam penyampaian masalah sudah mulai terdapat peningkatan. Terlihat guru sudah berusaha menyampaikan masalah yang dijadikan topik pengamatan dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa lebih termotivasi lagi. Guru sudah bisa memotivasi siswa agar lebih berani bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengungkapkan pendapat dan argumentasinya. Aktifitas siswa sudah mulai aktif dengan banyaknya siswa yang menjawab, memberikan pertanyaan, dan beragumentasi , tetapi dari pengamatan masih terlihat siswa yang kurang aktif dan tidak memperhatikan guru. Padahal guru sudah berusaha membangkitkan rasa penasaran mereka terhadap permasalahan yang dirunuskan. Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan pembelajaran guru pada pertemuan kali ini yang dituangkan pada catatan lapangan, peneliti bersama guru melaksanakan diskusi untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Adapun aspek-aspek yang harus diperbaiki untuk mempersiapkan
78
kegiatan pembelajaran selanjutnya, diantaranya sebagai berikut : Pada proses kegiatan pembelajaran, salah satu kendala yang dihadapi guru adalah saat membimbing siswa dalam melakukan pengamatan sehingga untuk pertemuan selanjutnya peneliti akan membantu secara langsung untuk membantu jalannya pengamatan yang dilakukan siswa. Dalam kegiatan diskusi, salah satu kelompok siswa melakukan presentasi setelah itu dilakukan tanya jawab. Siswa masih saja kesulitan untuk mengungkapkan pertanyaan pada saat presentasi. Agar presentasi lebih menarik sebaiknya pada pertemuan selanjutnya guru meminta setiap kelompok siswa menyiapkan satu pertanyaan untuk kelompok yang sedang melakukan presentasi. Diharapkan dengan ini siswa lebih termotivasi lagi pada saat presentasi. Motivasi untuk belajar belum tumbuh secara alami dari diri seluruh siswa itu sendiri, untuk lebih memahami dan menguasai materi. Diharapkan guru tidak hanya memotivasi siswa supaya lebih aktif dengan nilai tambahan, tetapi lebih kepada manfaat yang akan diambil siswa ketika mereka menguasai dan memahami materi tersebut. Pada tahap pengumpulan data siswa masih terlihat berebuatn dalam penggunaan alat-alat dan bahan-bahan praktikum, hal ini dikarenakan fasilitas sekolah yang kurang maksimal. c. Analisis Aktifitas Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus ke-2
79
Hasil observasi terhadap aktifitas guru selama proses pembelajaran siklus ke-2 berlangsung ditunjukan pada tabel 4.5. Secara keseluruhan aktifitas guru selama proses pembelajaran siklus 2 adalah baik. Pada siklus ke-2 (kedua) ini terlihat ada peningkatan aktifitas guru pada tahap melakukan penyajian masalah, mengorganisir dan merumuskan penjelasan. Guru terlihat sudah mampu mengendalikan kelas dan lebih memotivasi siswa untuk mengutarakan pendapatnya. Guru juga sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran guide inquiry. Interaksi antara guru dan siswa sudah terjalin cukup baik walaupun hanya sebagian siswa yang aktif dalam diskusi ataupun tanya jawab. Tabel 4.5. Analisis Aktifitas Guru Pada Siklus 2 No 1 2
Tahapan Inkuiri Terbimbing Orientasi
Skor rata-rata
Kategori
3,00
Baik
3,00
Sedang
3,00
Baik
4
Merumuskan masalah Merumuskan hipotesis Mengumpulkan data
3,00
Baik
5
Menjawab Hipotesis
3,00
Baik
6
Menarik kesimpulan Rata-rata
3,00 3,00
Baik Baik
3
d. Analisis Aktifitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus ke-2 Aktivitas yang diukur yaitu aktivitas berdasarkan tahapan model inkuiri terbimbing. Observasi aktivitas siswa dilakukan terhadap siswa itu sendiri selama
80
proses pembelajaran siklus kedua. Hasil observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 4.6. Secara keseluruhan aktifitas siswa pada proses pembelajaran siklus ke-2 adalah baik. Pada siklus ke-2 ini terdapat peningkatan aktifitas siswa. Interaksi antara siswa dan guru sudah terjalin cukup baik, ini terlihat dari beberapa siswa yang sudah mulai berani mengutarakan pendapat dan pertanyaan tentang materi yang diajarkan. Interaksi antara sesama siswa sudah mulai terbentuk, baik dalam diskusi kelas ataupun diskusi kelompok masing-masing. Namun sebagian siswa masih terlihat belum aktif berpartisipasi dalam melakukan diskusi dan mengajukan pertanyaan. Tabel 4.6. Analisis Aktifitas Siswa pada Siklus 2 No 1 2
Tahapan Inkuiri Terbimbing Orientasi
Kategori
3,00
Sedang
2,85
Sedang
3,00
Baik
4
Merumuskan masalah Merumuskan hipotesis Mengumpulkan data
3,50
Kurang
5
Menjawab Hipotesis
3,00
Baik
6
Menarik kesimpulan Rata-rata
3,00 3,05
Baik Baik
3
e. Hasil Belajar
Skor rata-rata
Hasil Belajar Aspek Kognitif
81
Untuk mengetahui bagaimana perolehan hasil test formatif untuk setiap tindakan dianalisis dari hasil pre test dan post test untuk siklus. Dilihat dari hasil perolehan test formatif siswa, setelah dilakukan tes awal dan tes akhir untuk rencana pembelajaran, hasilnya dapat dideskripsikan sebagai berikut : Untuk rata-rata pre test adalah 36,06, sedangkan rata-rata untuk post test adalah 71,96. Ditinjau dari prosentase siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 pada pre test adalah 9,09 %, meningkat pada post test menjadi 96 %. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut dapat diketahui adanya peningkatan antara pre test dan post test yang cukup tinggi. Seperti ditunjukan oleh tabel 4.7 berikut, distribusi frekuensi dari hasil pre test dan post test pada pembelajaran siklus kedua : Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pre Test dan Post Test Siklus II No
1 2 3 4 5
Kategori
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Pre test Frekuensi Persentase (%) 0 0 0 0 3 9.09 12 36.36 18 54.54
Post test Frekuensi Persentase (%) 2 6.060 13 39.39 17 51.51 1 3.03 0 0
Dapat dilihat pada tabel 4.7, prosentase untuk kategori sangat kurang pada pre test terdapat sekitar 54,54 %, tetapi pada saat pos test terjadi penurunan 54,54 % sehingga pada post test terdapat 0,00 % siswa yang masuk kategori sangat
82
kurang. Untuk kategori kurang pada saat pre test terdapat sekitar 36,36 %, terjadi penurunan sekitar 33,33 % menjadi 3,03 % pada post test, untuk kategori cukup pada pre test terdapat sekitar 9,09 % terjadi peningkatan sekitar 42,42 %, menjadi 51,51 % pada post test, untuk kategori baik terjadi peningkatan sekitar 39,39 %, yang asalnya pada pre test terdapat 0,00 % dan meningkat pada post test menjadi 39,39 %, dan untuk kategori sangat baik untuk pre test terdapat sekitar 0,00 %, terjadi peningkatan sekitar 6,06 % pada post test menjadi 6,06 % yang masuk kategori sangat baik. Terjadinya penurunan prosentase kategori sangat kurang dan kurang pada saat pre test, karena terjadi peningkatan untuk kategori cukup, baik, dan sangat baik. Untuk dapat melihat peningkatan angka pada pre test dan post test dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini :
Gambar 4.6. Grafik Nilai Rata-Rata Pre Test dan Post Test Siklus 2 Hasil Belajar Aspek Psikomotor dan Afektif
83
Hasil belajar aspek psikomotor dan aspek afektif siswa pada pembelajaran siklus pertama dijabarkan pada tabel 4.8. Tabel. 4.8 Hasil Belajar Siswa Aspek Psikomotor dan Afektif Psikomotor
Aspek Menyiapkan/menggunakan alat Melakukan pengamatan
IPK 75,75
Interpretasi Terampil
Rata-Rata
72,72
Cukup Terampil Terampil Terampil Positif
75,75 Terampil
Mengumpulkan data 76,51 Membuat laporan 78,03 Afektif Kerjasama dalam 77,77 pengamatan 73,45 Sikap dalam pengumpulan 72,22 Netral Netral data Kejujuran dalam 70,37 Netral mengumpulkan data Berdasarkan tabel 4.8, selanjutnya dapat digambar ke dalam bentuk grafik untuk masing-masing hasil belajar sebagai berikut :
1. 2. 3. 4.
Menyiapkan/menggunakan alat Melakukan pengamatan Mengumpulkan data Membuat kesimpulan
Gambar 4.7. Grafik Ketercapaian Aspek Psikomotor Siswa pada Siklus 2
84
Aspek psikomotor yang dilakukan siswa pada setiap indikator menunjukan interpretasi ‘terampil’. Hal ini terjadi karena siswa memberikan respon yang positif untuk melakukan praktikum, hal ini dapat dilihat dari aspek afektif yaitu kerjasama siswa dalam pengamatan memiliki IPK 77,77
dengan interpretasi
‘positif’ serta sikap siswa dalam pengumpulan data atau pengamatan memiliki IPK 72,72 dengan interpretasi ‘netral’. Untuk selanjutnya tindakan yang dilakukan pada aspek ini adalah dengan cara memberikan waktu yang cukup untuk melakukan praktikum dan lebih membimbing, mengarahkan, dan memberikan motivasi kepada siswa dalam melakukan praktikum, supaya mereka lebih dapat memahami materi dari apa yang mereka lakukan dari praktikum. Untuk gambar grafik aspek afektif ditunjukan pada gambar 4.8, dibawah ini :
1. Kerjasama dalam pengamatan 2. Sikap dalam Pengumpulan data 3. Kejujuran dalam Mengumpulkan data
Gambar 4.8 Grafik Ketercapaian Aspek Afektif Siswa pada Siklus ke-2
85
Pada aspek afketik aktifitas siswa pada saat praktikum menunjukan interpretasi ‘Netral’. Siswa sudah mulai terbiasa dengan penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing, terlihat pada aspek kerjasama dalam pengamatan yang mempunyai IPK 77,77 dan masuk kategori interpretasi ‘positif’. Guru sudah mencoba memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada di siklus pertama. Tindakan yang dilakukan adalah dengan cara memberikan bimbingan dan pertanyaan pengarahan agar lebih meningkatkan kerjasama, ketelitian, keseriusan dan tanggung jawab pada saat melakukan kegiatan. Sehingga diharapkan pada siklus selanjutnya siswa dapat meningkatkan aspek afektifnya. 4.5.3
Siklus 3
a. Deskripsi Pembelajaran Tahap Orientasi Pada pembelajaran siklus ketigia ini materi yang akan diajarakan mengenai topik bahasan kapasitor, meliputi pengertian kapasitansi kapasitor, jenis-jenis kapasitor, pembacaan nilai kapasitansi sebuah kapasitor, dan hubungan seri-paralel kapasitor. Proses pembelajaran dimulai pukul 08.10, guru memasuki ruangan dengan mengucap salam. Sebelum memulai pembelajaran guru menyuruh ketua murid untuk memimpin berdo’a, setelah berdoa guru kesiapan siswa-siswa guna memberikan motivasi untuk lebih memahami materi yang akan diajarkan, Sesudah guru coba memunculkan semangat belajar siswa, kemudian guru mengabsen kehadiran siswa, serta menanyakan kepada siswa yang tidak masuk
86
pada pertemuan sebelumnya alasan tidak masuk. Setelah mengabsen siswa, guru memberi motivasi berupa arahan dan nasihat-nasihat supaya siswa terus semangat dalam belajar tidak hanya untuk mengejar nilai tapi lebih jauh untuk kehidupan dimasa depan. Siswa terlihat sangat antusias ketika guru memberikan motivasi belajar karena dihubungakan dengan kehidupan masa depan mereka. Guru mengumumkan kelompok dan siswa yang memperoleh nilai yang paling tinggi pada pertemuan sebelumnya, guru memberikan penghargaan kepada kelompok dan siswa yang mendapat nilai terbaik dan mengungkapkan kebanggan dengan kelompok tersebut. Siswa yang lainnya memberikan apresiasi kepada kelompok dan siswa yang mendapat nilai terbaik tersebut dengan memberikan tepuk tangan. Hal ini dilakukan untuk senantiasa memotivasi siswa lainnya untuk terus berusaha mendapatkan nilai yang lebih baik dari nilai sebelumnya dan memberikan arahan agar kegiatan kelompok dimanfaatkan untuk diskusi. Setelah memberikan motivasi, guru mengulas garis besar materi pertemuan sebelumnya dan mengingatkan materi sekarang, lalu guru menjelaskan pokok kegiatan pembelajaran untuk pertemuan kali ini, menjelaskan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah inkuiri yang akan dilakukan. Guru menyuruh seluruh siswa untuk menyiapkan kertas selembar untuk melakukan kegiatan pre test. Guru dibantu peneliti membagikan soal pre test, dan siswa secara serius mengerjakan soal tersebut. Sekitar 10 menit guru menyuruh ketua murid untuk mengumpulkan jawaban seluruh siswa dan meletakkannya diatas meja guru. Setelah melaksanakan pre test, guru bersiap melakukan langkah merumuskan masalah dengan menelusuri terlebih dahulu pengetahuan siswa,
87
siswa sudah terlihat aktif dan tidak ragu-ragu lagi dalam menjawab dan memberikan pertanyaan. Guru menulis dipapan tulis topik materi yang akan disampaikan adalah tentang kapasitor, meliputi pengertian, jenis-jenis kapasitor, pembacaan kapasitansi kapasitor, dan hubungan seri-paralel kapasitor. Tahap Merumuskan Masalah Guru memberikan pertanyaan permulaan dengan menuntut siswa menjelaskan apa yang diketahui siswa tentang kapasitor, seluruh siswa dituntut bisa menjawab dan memahami semua pertanyaan tersebut. Lalu guru bertanya “Apa yang dimaksud dengan kapasitor?”, ucap guru memulai untuk memancing siswa dalam merumuskan masalah dengan bertanya yang mengandung teka-teki. Guru menampung semua pendapat siswa, Seluruh jawaban siswa tadi merupakan jawaban yang apa adanya maksudnya jawaban yang berada dalam pikirannya. Tahap Merumuskan Hipotesis Selanjutnya guru menyuruh siswa untuk bisa menebak suatu permasalahan yang terjadi mengenai pembacaan nilai kapasitansi kapasitor. Guru memberikan pertanyaan pengarah “pertemuan sebelumnya, kita sudah mengetahui bagaimana membaca dan mengukur nilai resistansi sebuah resistor, yaitu dengan pembacaan kode warna dan mengukurnya dengan multimeter, nah kalau kita ingin mengetahui nilai kapasitansi kapasitor, bagaimana?”, guru bertanya. Salah satu siswa menjawab “Karena jenisnya sama termasuk komponen pasif, berarti kapasitor juga akan sama pembacaan nilainya dengan kapasitor”, ucap siswa. Guru pun menuliskan jawaban tersebut dipapan tulis, akan tetapi tidak
88
menyalahkan dan membenarkan pendapat siswa hanya menciptalan suasana adu argumentasi, guru meluruskan kembali permasalahan yang terjadi Tahap Pengumpulan Data Untuk lebih memahami dan siswa mengetahui sendiri apakah jawaban yang tadi mereka jawab, maka mereka harus mengumpulkan data-data yaitu dengan melaksanakan praktikum. Seluruh siswa sudah menempati kelompoknya masing-masing, guru mempersilahkan siswa untuk mengambil alat-alat dan bahan praktikum yang akan digunakan. Guru dibantu peneliti membagikan LKS kepada seluruh kelompok, karena dalam refleksi sebelumnya guru dituntut untuk lebih bisa membimbing dan mengarahkan siswa dalam praktikum, guru pun melaksanakan fungsi sebagai pembimbing dan pengarah dalam melaksanakan praktikum. Mobilitas guru pada saat praktikum sudah sangat baik dengan dibantu oleh peneliti, guru membimbing, mengarahkan, serta selalu memberikan motivasi kepada siswa dalam melaksanakan praktikum. Pada saat pelaksanaan proses kegiatan praktikum peneliti mengamati laju kegiatan siswa sambil terus memberikan pengarahan dan memotivasi siswa untuk selalu aktif mengeluarkan pendapat baik berupa pertanyaan dan pengarahan dan tentunya guru tidak memberikan jawaban atau isi dari pertanyaan tersebut, tetapi membalikkan dengan pertanyaan pengarah, maksudnya supaya siswa tersebut memahami dan mengerti akan materi tersebut dengan sendirinya, sesekali juga guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang tidak aktif bekerja atau tidak berdiskusi dalam kelompoknya. Selanjutnya tiap kelompok masing-masing bergantian
89
mempresentasikan hasil praktikumnya. Dalam melaksanakan praktikum siswa sangat serius dengan sesekali bertanya baik kepada guru maupun kepada peneliti yang ikut membantu dalam membimbing dan mengarahkan siswa dalam melaksanakan praktikum. Tahap Menjawab Hipotesis Setelah melaksanakan praktikum, guru menyuruh kelompok untuk merapihkan dan mengembalikan alat-alat dan bahan-bahan praktikum yang digunakan. Kemudian guru mengkondisikan siswa kembali supaya lebih kondusif, lalu guru menyuruh siswa untuk melakukan hipotesis dengan mengolah data hasil pengamatan dan parktikum dari semua komponen hasil perhitungan setiap individu. Kemudian guru memberikan pertanyaan untuk memulai pengujian hipotesis berdasarkan pengumpulan data dari setiap kelompok. Seperti biasa guru menyiapkan beberapa gulungan kertas yang didalamnya sudah ada nama-nama kelompok, guru menyuruh salah satu anggota kelompok untuk mengambil salah satu gulungan kertas tersebut. Setelah dipilih kelompok yang menjawab pertanyaan dari guru tersebut, maka kelompok tersebut menjawab berdasarkan temuan data-data selama melaksanakan praktikum. Lalu kelompok lain yang sudah menyiapkan pertanyaan bagi kelompok lain pun mulai berdiskusi dan terjadi adu argumentasi, sehingga keadaan kelas menjadi sangat aktif. Guru berperan sebagai fasilitator dan sebagai pelurus masalah sehingga tidak terjadi penyimpangan konsep materi yang diajarkan. Siswa terlihat sangat aktif dengan diadakannya adu argumentasi antar kelompok.
90
Tahap Menarik Kesimpulan Selanjutnya guru mengajak siswa untuk menarik kesimpulan dalam pertemuan kali ini. Guru pun sedikit memberikan kesimpulan akhir dimana permasalahan dan penyelesaian yang diajukan oleh siswa yang dianggap benar, tetapi semua masukan tersebut diarahkan oleh guru menjadi sebuah kesimpulan akhir dimana berpedoman pada langkah-langkah model pembelajaran inkuiri terbimbing, kemudian guru memberikan pengarahan dan evaluasi dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kemudian guru menyuruh siswa untuk menyiapkan kertas selembar untuk melaksnakan kegiatan post test, guru dibantu peneliti membagikan soal post test, siswa diberi waktu sekitar 15 menit untuk mengisi soal post test tersebut. Setelah sekitar 15 menit guru menyuruh salah satu siswa untuk mengumpulkan lembar jawaban dari seluruh siswa dan menyimpannya diatas meja. Setelah seluruh jawaban siswa terkumpul, guru memberikan informasi tentang materi dan hal-hal yang harus dipelajari dan dipahami sebaik mungkin, dan menginformasikan tentang test sumatif. Guru menyuruh siswa untuk bersiap-siap, dan menyuruh ketua murid untuk memimpin berdo’a. Guru meninggalkan kelas dengan mengucap salam. b. Analisa, Refleksi dan Revisi Proses Proses Pembelajaran Siklus 3 Pada kegiatan pembelajaran siklus ketiga ini guru telah menerapkan perbaikan-perbaikan hasil refleksi siklus sebelumnya. Secara umum kegiatan pembelajaran
sudah
berjalan
sesuai
dengan
yang
diharapkan.
Dalam
91
melaksanakan setiap tahap pembelajaran, guru sudah terlihat terbiasa. Setiap tahap diterapkan dengan memposisikan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga guru tidak mendominasi kegiatan pembelajaran. Kegiatan percobaan dan pengamatan sudah ditangani dengan baik, sebagian besar siswa termotivasi untuk mencoba sendiri percobaannya. Siswa terlihat antusias melakukan pengujian hasil percobaan, sehingga kemampuan siswa meningkat dalam hasil pengoperasian alat percobaan. Meskipun ada sedikit hambatan dari keterbatasan alat praktek yang digunakan. Dalam kegiatan diskusi, siswa sudah berani menyampaikan pendapatnya. Hal ini terlihat dari frekuensi pertanyaaan yang disampaikan siswa ketika tahap presentasi hasil percobaan sudah meningkat dibandingkan siklus sebelumnya. Guru mengarahkan dengan baik kegiatan diskusi siswa, sehingga tercipta kondisi kegiatan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Siswa dalam mengungkapkan pendapat dan menjawab pertanyaan sudah snagat baik, siswa sudah berani menjawab dan saling berargumentasi terhadap pertanyaan dan permasalahan yang ada. Motivasi guru sudah sangat berpengaruh terhadap keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hasil belajar siswa dilihat dari aspek kogitif melaui hasil post test sudah mengalami peningkatan cukup baik dengan hasil jawaban siswa secara umum sudah memahami materi pembelajaran yang diberikan. Adapun saran yang dapat dijadikan masukan bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran di kelas pada kesempatan lainnya yaitu sebaiknya guru terus memberikan variasi strategi maupun media pembelajaran untuk menjaga minat
92
dan antusias siswa terhadap pembelajaran. Selain itu untuk meningkatkan pemahaman siswa diperlukan penambahan sumber belajar yang lebih variatif. c. Analisis Aktifitas Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus ke-3 Hasil observasi terhadap aktifitas guru selama proses pembelajaran siklus ke-3 berlangsung ditunjukan pada tabel 4.9. Secara keseluruhan aktifitas guru pada kegiatan pembelajaran siklus ke-3 ini adalah sangat baik. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan aktifitas guru pada siklus sebelumnya dari kategori baik menjadi sangat baik. Guru sudah mampu mengendalikan kelas dan mengkondisikan siswa baik pada saat penyampaian materi maupun praktikum. Guru lebih banyak memberikan kesempatan siswa untuk mengungkapkan pendapatnya. Selain itu guru lebih banyak memberikan penerapan materi yang diajarkan dalam kehidupan seharihari sehingga siswa lebih antusias dalam mengikuti kegiatan belajar di kelas. Tabel 4.9 Analisis Aktifitas Guru Pada Siklus 3 Skor rata-rata
Kategori
3,5
Sangat Baik
3,6
Sangat Baik
3,5
Sangat Baik
4
Merumuskan masalah Merumuskan hipotesis Mengumpulkan data
3,5
Sangat Baik
5
Menjawab Hipotesis
4
Sangat Baik
6
Menarik kesimpulan Rata-rata
3,75 3,64
Sangat Baik Sangat Baik
No 1 2 3
Tahapan Inkuiri Terbimbing Orientasi
93
d. Analisis Aktifitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus ke-3 Aktivitas yang diukur yaitu aktivitas berdasarkan tahapan model inkuiri terbimbing. Observasi aktivitas siswa dilakukan terhadap siswa itu sendiri selama proses pembelajaran siklus ketiga. Hasil observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 4.10. Tabel 4.10 Analisis Aktifitas Siswa Pada Siklus 3 No 1 2
Tahapan Inkuiri Terbimbing Orientasi
Skor rata-rata
Kategori
3,75
Sangat Baik
3,5
Sangat Baik
3,00
Baik
4
Merumuskan masalah Merumuskan hipotesis Mengumpulkan data
3,5
Sangat Baik
5
Menjawab Hipotesis
3,75
Sangat Baik
6
Menarik kesimpulan Rata-rata
3,5 3,50
Sangat Baik Sangat Baik
3
Secara keseluruhan aktifitas siswa pada kegiatan pembelajaran siklus ke-3 adalah sangat baik. Hal ini membuktikan adanya peningkatan aktivitas siswa dari siklus sebelumnya dari kategori baik menjadi sangat baik. Siswa terlihat sudah memahami tugasnya masing-masing baik pada saat memperhatikan penjelasan dari guru maupun pada saat melakukan praktikum. Siswa lebih berani dalam mengungkapkan pendapat, gagasan serta permasalahannya. Interkasi antara guru dan siswa telah terbangun dengan baik, siswa mengajukan pertanyaan ketika ada yang tidak mengerti dari materi yang disampaikan Selain itu, siswa terlihat lebih
94
aktif dalam melakukan kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas terhadap hasil praktikum yang mereka peroleh, bahkan mereka melakukan perdebatan untuk mempertahankan hasil praktikum yang mereka peroleh. e. Hasil Belajar Hasil Belajar Aspek Kognitif Untuk mengetahui bagaimana perolehan hasil test formatif untuk setiap tindakan dianalisis dari hasil pre test dan post test untuk siklus. Dilihat dari hasil perolehan test formatif siswa, setelah dilakukan tes awal dan tes akhir untuk rencana pembelajaran, hasilnya dapat dideskripsikan sebagai berikut : Untuk rata-rata pre test adalah 32,28 sedangkan rata-rata untuk post test adalah 80,57. Ditinjau dari prosentase siswa yang memperoleh nilai ≥ 65, pada pre test 8,5 %, terjadi peningkatan pada post test menjadi 99,17 %. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut dapat diketahui adanya peningkatan antara pre test dan post test yang cukup tinggi. Seperti ditunjukan oleh tabel 4.11. Distribusi frekuensi dari hasil pre test dan post test pada pembelajaran siklus ketiga. Terjadi peningkatan yang signifikan, untuk kategori sangat kurang prosentase pada pre test adalah 48,57 %, terjadi penurunan sekitar 48,57 % pada post test sehingga untuk kategori sangat kurang pada post test menjadi 0,00 %. Untuk kategori kurang prosentase pada pre test sekitar 42,85 %, terjadi penurunan sekitar 42,85 % pada post test sehingga
95
untuk kategori kurang prosentasenya menjadi 0,00 %, sedangkan untuk kategori cukup prosentase pada pre test sekitar 8,5 %, terdapat peningkatan sekitar 5,5 % pada post test sehingga prosentase kategori cukup pada post test sekitar 14 %. Untuk Kategori baik, prosentase pada pre test adalah 0,00 %, terjadi peningkatan sekitar 65,71 %, sehingga pada post test siswa yang masuk kategori baik adalah 65,71 %. Sedangkan untuk kategori sangat baik, pada pre test adalah 0,00 %, terjadi peningkatan sekitar 20 %, sehingga pada post test siswa yang masuk kategori sangat baik adalah 20 %. Terjadinya penurunan prosentase pada kategori sangat kurang dan kurang pada pre test, disebabkan angkanya naik ke kategori cukup, baik dan sangat baik. Terjadi peningkatan nilai rata-rata antara pre test dan post tes yang cukup tinggi. Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Pre Test dan Post Test Siklus III No
1 2 3 4 5
Kategori
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Pre test Frekuensi Persentase (%) 0 0 0 0 3 8,5 15 42,85 17 48,57
Post test Frekuensi Persentase 7 23 5 0 0
20 65,71 14 0 0
Untuk melihat peningkatan angka keseluruhan dari pre test ke post test pada pembelajaran ketiga dapat kita lihat dari garfik pada grafik 4.9 dibawah ini :
96
Gambar 4.9. Grafik Nilai Rata-Rata Pre Test dan Post Test Siklus 3. Hasil Belajar Afektif dan Psikomotor Hasil belajar aspek psikomotor dan aspek afektif siswa pada pembelajaran siklus pertama dijabarkan pada tabel 4.12. Tabel. 4.12 Hasil Belajar Siswa Aspek Psikomotor dan Afektif
Psikomotor
Afektif
Aspek Menyiapkan/menggunakan alat Melakukan pengamatan Mengumpulkan data Membuat laporan Kerjasama dalam pengamatan Sikap dalam pengumpulan data Kejujuran dalam mengumpulkan data
IPK 75
Interpretasi Terampil
87,41 83,45 83,45 91,66
Terampil Terampil Terampil Sangat Positif
82,40
Positif
87,90
Positif
Rata-Rata 82,32 Terampil
87,32 Positif
Berdasarkan tabel 4.12, selanjutnya dapat digambar ke dalam bentuk grafik untuk masing-masing hasil belajar sebagai berikut :
97
1. 2. 3. 4.
Menyiapkan/menggunakan alat Melakukan pengamatan Mengumpulkan data Membuat kesimpulan
Gambar 4.10. Grafik Ketercapaian Aspek Psikomotor Siswa pada Siklus 3 Aspek psikomotor yang dilakukan siswa pada setiap indikator menunjukan interpretasi ‘terampil’. Hal ini terjadi karena siswa memberikan respon yang positif untuk melakukan praktikum, hal ini dapat dilihat dari aspek afektif yaitu kerja sama siswa dalam pengamatan memiliki IPK 91,66 dengan interpretasi ‘sangat positif’. Hasil aspek psikomotor pada siklus ketiga ini telah terjadi peningkatan dari siklus-siklus sebelumnya.
98
1. Kerjasama dalam pengamatan 2. Sikap dalam Pengumpulan data 3. Kejujuran dalam Mengumpulkan data
Gambar 4.11 Grafik Ketercapaian Aspek Afektif Siswa pada Siklus ke-3 Aspek afektif yang diukur berdasarkan sikap siswa selama praktikum sudah menunjukan interpretasi ‘positif’ dengan rata-rata nilai 87,32. Hal ini meningkat dibandingkan siklus kedua yang sebelumnya memiliki interpretasi netral. Dengan demikian untuk siklus ketiga ini sudah cukup terlihat adanya peningkatan dari aspek afektif dan psikomotor dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya. 4.6 Analisis Sikap Siswa Terhadap Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk mengetahui seberapa jauh sikap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada program diklat Menganalisis Rangkaian Elektronik yang berkaitan mengidentifikasi komponen pasif, maka disusun skala sikap dalam bentuk angket sebagai alat pengambil data. Pengambilan data menggunakan angket dilakukan setelah seluruh proses
99
pembelajaran dari siklus pertama sampai dengan pembelajaran siklus ketiga selesai dilaksanakan. Dari hasil angket dapat dideskripsikan melalui tabel 4.13. Tabel 4.13. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Model Inkuiri Terbimbing Pada Mata Diklat Menganalisis Rangkaian Elektronik No
1
2 3
4
5
6
7 8
9 10
11
Pertanyaan
Menurut anda bagaimana penjelasan materi pembelajaran yang diberikan oleh guru menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing? Apakah kesempatan untuk anda mengemukakan ide atau gagasan dalam proses pembelajaran dikelas? Bagaimana respon guru ketika anda atau teman anda mengemukakan ide atau pendapat dalam kegiatan pembelajaran? Dengan menggunakan model pembelajaran yang diterapkan ini, maka kesempatan untuk saling bertukar pendapat dengan teman anda menjadi? Dengan diterapkannya model belajar inkuiri terbimbing pada topik resistor, motivasi belajar anda menjadi? Apakah dengan model pembelajaran yang diterapkan pemahaman anda terhadap materi yang diajarkan menjadi? Bagaimana bimbingan guru terhadap anda dan teman-teman anda dalam kegiatan pembelajaran Bagaimana pengarahan guru, supaya anda dapat merumuskan sendiri konsep-konsep materi yang dipelajari? Apakah tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru sesuai dengan kegiatan pembelajarannya? Belajar Menganalisis rangkaian elektronik menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, kemampuan berpikir anda akan menjadi? Dengan pembelajaran model inkuiri terbimbing, kemampuan anda dalam mengerjakan soal-soal latihan menjadi?
A (Baik) 37,14 %
Tanggapan B C (Sedang) (Kurang) 57,14 % 5,7 %
28,9 %
71,1 %
0,00 %
65,71 %
34,28 %
0,00 %
68,57 %
31,42
0,00 %
34,28 %
65,71 %
0,00 %
31,42 %
65,71 %
2,8 %
57,14 %
42,85 %
0,00 %
40,00 %
60,00 %
0,00 %
62,85 %
37,14 %
0,00 %
54,28 %
40 %
5,71 %
51,42 %
45,71 %
2,85 %
Berdasarkan tabel 4.13 dapat digambarkan sikap siswa terhadap penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada mata diklat menganalisis rangkaian elektronik, sekitar 40 % siswa menyatakan baik atas pengarahan guru supaya
100
mereka dapat merumuskan sendiri konsep-konsep materi yang dipelajari, sedangkan sisanya menjawab sedang. Selanjutnya sekitar 65,71 % siswa menyatakan baik atas respon guru ketika siswa mengungkapkan pendapat atau gagasan dari siswa, sedangkan sekitar 34,38 % siswa menjawab sedang. Selanjutnya sekitar 57,14 % siswa menyatakan baik atas bimbingan dan arahan dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, sedangkan sisanya sekitar 42,85 % menjawab sedang. Dengan demikian artinya dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sikap siswa menunjukan sikap positif atau baik terhadap model pembelajaran inkuiri
terbimbing
yang digunakan pada program
diklat
Menganalisis Rangkaian Elektronik yang berkaitan dengan mengidentifikasi komponen pasif. 4.7 Analisis Kesan dan Tanggapan Guru dan Siswa 4.7.1
Analisis Kesan dan Tanggapan Guru Untuk dapat mengetahui kesan dan tanggapan guru terhadap pembelajaran
Menganalisis Rangkaian Elektronik untuk kompetensi dasar mengidentifikasi komponen pasif dengan materi resistor dan kapasitor menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, maka dilaksanakan wawancara dengan guru setelah seluruh siklus selesai dilaksanakan. Hasilnya secara keseluruhan guru menyampaikan tanggapan yang positif, untuk lebih jelasnya tergambar pada hasil wawancara sebagai berikut : 1. Guru menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada mata diklat menganalisis rangkaian elektronik sangat
101
baik dan menarik untuk diterapkan pada pembelajaran biasanya. Siswa merespon
dengan
melaksanakan
baik,
kegiatan
siswa
dirasakan
pembelajaran.
lebih
Proses
senang
dalam
pembelajaran
lebih
kondusif. Siswa lebih termotivasi dan bersemangat karena siswa bisa lebih berani dalam bertanya dan dalam mengeluarkan pendapatnya. Langkah-langkah model pembelajaran inkuiri terbimbing membuat siswa lebih terfokus dalam menerima materi dan aktif dalam melakukan kegiatan diskusi dan praktikum. 2. Guru menyatakan kemungkinan untuk digunakannya model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pembelajaran mata diklat menganalisis rangkaian elektronik
sangat
bisa
atau
dimungkinkan
digunakan.
Apabila
direncanakan dan sudah mengerti langkah-langkah pembelajaran dari model ini bisa dan akan berjalan efektif bila digunakan dalam mata diklat MRE. 3. Terjadi peningkatan aktifitas siswa serta senang melihat siswa begitu semangatnya ketika penyampaian materi maupun pada saat praktikum. Guru merasakan lebih dekat dengan siswa, karena siswa lebih banyak berinteraksi dengan guru. Dan guru juga bisa mengetahui masalah yang mereka alami, karena dapat bimbingan dan arahan pada saat pembelajaran. 4.7.2
Analisis Kesan dan Tanggapan Siswa Sama halnya dengan kesan dan tanggapan guru, untuk mengetahui kesan
dan tanggapan siswa dilaksanakan wawancara terhadap siswa yang diambil dari
102
tiga siswa prestasi baik, tiga siswa prestasi sedang dan tiga siswa prestasi kurang. Wawancara dilaksanakan setelah seluruh siklus selesai dilaksanakan. Secara keseluruhan hasil wawancara terhadap siswa adalah sebagai berikut : 1. Tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada mata diklat Menganalisis Rangkaian Elektronik, merasa sangat senang, karena dengan pembelajaran inkuiri terbimbing bisa lebih memahami materi pelajaran dan berfikir kritis dalam pelaksanaan pembelalajaran. 2. Menurut siswa, dengan adanya praktikum mereka dapat mengamati dan menyelidiki konsep materi yang dipelajari, dengan bimbingan dan arahan dari guru, siswa lebih bisa memahami konsep pelajaran, karena tidak semata-mata yang diberikan oleh guru. 3. Pendapat siswa terhadap tahap-tahap pembelajaran adalah membuat mereka lebih terarah, lebih terfokus dalam mengikuti pembelajaran dan lebih efektif dalam memanfaatkan waktu belajar. 4. Kesan yang dialami oleh siswa, mereka merasa sangat senang, karena menurut mereka guru memberikan keleluasaan untuk mereka menyelidiki atau menemukan sendiri konsep-konsep materi yang diajarkan, serta mereka merasa senang ketika guru menghargai pendapat dan argumentasi mereka.
103
5. Menurut siswa guru harus bisa memperhatikan kondisi kelas dan keadaan siswa, jangan terlalu serius dan mempersiapkan fasilitas belajar dengan benar.
4.8 Pembahasan Hasil Penelitian Secara keseluruhan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan model Guided Inquiri yang dilaksanakan oleh guru tahap demi tahap telah dilaksanakan dengan
baik.
Dalam
setiap
siklusnya
guru
telah
memperbaiki
setiap
kekurangannya sehingga tujuan pembelajaran yang telah direncanakan tercapai, terlihat berdasarkan indikator keberhasilan kinerja pada aspek kognitif (post test) sudah melebihi nilai rata-rata ≥ 65 dan peningkatan aktifitas siswa setiap siklusnya. Berikut ini adalah pembahasan hasil penelitian berdasarkan aspek yang dinilai : 4.8.1
Aktifitas Guru Aktifitas guru merupakan aktifitas dalam melaksanakan setiap tahap-tahap
pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing yang dinilai menggunakan lembar observasi aktifitas guru setiap siklusnya. Berikut adalah gambaran kenaikan ratarata aktifitas guru pada setiap siklus yang ditunjukkan pada grafik 4.12 dibawah ini :
104
Gambar 4.12. Grafik Kenaikan Aktifitas Guru Pada Setiap Siklus Berdasarkan pada grafik 4.12 diatas, aktifitas guru dalam melaksanakan setiap tahapan model inkuiri terbimbing dalam kegiatan pembelajaran terjadi peningkatan, yaitu pada siklus 1 dengan penilaian 2,51 berkategori sedang dan pada siklus 2 penilaiannya naik dengan penilaian 3,00. Dan pada siklus 3 terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Kenaikan penilaian dari 3,00 pada siklus 2 meningkat menjadi 3,64 pada siklus 3 dengan kategori sangat baik. Dengan demikian aktifitas guru sudah dapat mendukung untuk meningkatkan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa. 4.8.2
Aktifitas Siswa Penilaian terhadap aktifias siswa selama kegiatan pembelajaran yaitu
menggunakan lembar observasi aktifitas siswa yang diamati setiap siklusnya. Aktifitas siswa merupakan respon siswa terhadap pembelajaran yang diberikan guru dengan aspek penilaian yang telah ditentukan sebelumnya. Berikut adalah
105
gambaran kenaikan rata-rata aktifitas siswa pada setiap siklus yang ditunjukkan pada grafik 4.13 dibawah ini :
Gambar 4.13. Grafik Aktifitas Siswa pada Setiap Siklus Berdasarkan pada grafik 4.13 diatas, aktifitas guru dalam melaksanakan setiap tahapan model inkuiri terbimbing dalam kegiatan pembelajaran terjadi peningkatan, yaitu pada siklus 1 dengan penilaian 2,616 berkategori sedang dan pada siklus 2 penilaiannya naik dengan penilaian 3,05. Dan pada siklus 3 terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Kenaikan penilaian dari 3,05 pada siklus 2 meningkat menjadi 3,5 pada siklus 3 dengan kategori baik. Dengan demikian aktifitas siswa sudah dapat mendukung untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 4.8.3
Hasil Belajar
4.8.3.1 Aspek Kognitif Berikut ini adalah grafik peningkatan aspek kognitif siswa tiap siklus :
106
80,57 71,97 60,97
38,47
36,06 32,28
Gambar 4.14. Grafik Ketercapaian Aspek Kognitif pada Setiap Siklus Untuk tingkat penguasaan siswa berdasarkan hasil tes kognitif pada grafik 4.14 diatas, Pada siklus 1 nilai rata-rata pre test 38,47 mengalami peningkatan menjadi 60,97 pada nilai rata-rata post test siswa, siklus 2 dengan nilai rata-rata pre test 38,06 meningkat menjadi nilai rata-rata post test sebesar 71,97, sama halnya dengan siklus 3 terjadi peningkatan dari nilai rata-rata pre test 32,28 menjadi nilai rata-rata post test sebesar 80,57. Hal ini menunjukan bahwa tindakan yang dilakukan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif. 4.8.3.2 Tes Sumatif Tes sumatif merupakan alat evaluasi berupa soal-soal pilihan berganda yang terdiri dari 20 item. Tujuannya yaitu untuk mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan setelah seluruh siklus dilaksanakan. Dalam menyusun soal tes tersebut, peneliti mengacu pada
107
rencana pembelajaran yang telah disusun dan didiskusikan bersama guru. Soal tes sumatif tersebut dilakukan validitas isi yang didasarkan pada sub pokok bahasan yang telah diajarkan sebagaimana terdapat pada rencana pembelajaran siklus pertama sampai rencana pembelajaran siklus ketiga. Setelah dilakukan tes sumatif pada siswa dapat dideskripsikan sebagai berikut, yaitu dengan nilai rata-rata 74,03. Berdasarkan kriteria keberhasilan, siswa dikatakan tuntas belajar yang memperoleh skor ≥ 65 lebih dari 70 %, dilihat dari nilai rata-rata tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat penguasaan siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing siswa sudah dapat dikatakan belajar dengan tuntas. Distribusi frekuensi kecenderungan tingkat penguasaan siswa setelah mengikuti pembelajaran dapat dikelompokkan dalam distribusi frekuensi dengan beberapa kategori seperti pada tebel 4.14. Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Tes Sumatif No
Kategori
1 2 3 4 5
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Tes Sumatif Frekuensi Persentase (%) 3 9,8 14 45,1 14 45,1 0 0.00 0 0.00
4.8.3.3 Aspek Psikomotor Berikut ini adalah grafik peningkatan aspek Psikomotor siswa tiap siklus :
108
Gambar 4.15. Grafik Ketercapaian Aspek Psikomotor pada Setiap Siklus Hasil belajar siswa pada aspek psikomotor siklus pertama menunjukkan kategori “cukup terampil” dengan IPK 56,245 meningkat pada siklus kedua dengan IPK 75,75 kategori “terampil”. Kemudian pada siklus ketiga meningkat menjadi IPK 82,32 kategori “terampil”. Adapun tindakan yang dilakukan adalah membimbing dan memotivasi siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Sehingga hasil belajar pada indikator-indikator tersebut meningkat pada siklus selanjutnya.
Dengan
adanya
peningkatan
aktifitas
siswa
selama
percobaan/eksperimen mengidentifasikan bahwa siswa sudah terampil dalam melaksanakan tahapan proses pelaksanaan pembelajaran dilihat dari aspek psikomotor siswa.
4.8.3.4 Aspek Afektif Berikut ini adalah grafik peningkatan aspek afektif siswa tiap siklus :
109
Gambar 4.16. Grafik Ketercapaian Aspek Afektif pada Setiap Siklus Hasil belajar siswa pada aspek afektif siklus I, menunjukan kategori “netral” dengan IPK 56,46 meningkat pada siklus kedua dengan IPK 73,45 kategori “netral”. Kemudian pada siklus ketiga meningkat menjadi IPK 87,32 kategori “positif”. Adapun tindakan yang dilakukan adalah membimbing dan memotivasi siswa. Hal ini mengindikasikan bahwa tindakan yang dilakukan mampu merangsang siswa untuk melakukan diskusi dan presentasi hasil cukup baik dilihat dari aspek afektif siswa. 4.8.3.5 Kendala-kendala dalam Pembelajaran Menganalisis Rangkaian Elektronik Menggunakan Model Pembelajarn Inkuiri Terbimbing Dalam menerapkan pembelajaran melalui tahapan model inkuiri terbimbing tidak terlepas dari kendala-kendala yang menghambat berjalannya kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru dan siswa. Kendala-kendala tersebut dilihat dari hasil wawancara dengan guru dan siswa serta hasil
110
pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung, yang diantaranya meliputi : 1. Pada saat pembelajaran guru merasakan adanya kendala dalam hal mobilitas dalam membimbing dan mengarahkan siswa terutama dalam pelaksanaan praktikum. Karena banyaknya jumlah siswa yang harus dibimbing dan diarahkan supaya tidak terjadi kesalahan-kesalahan dalam menemukan konsep materi. 2. Keterbatasan alat-alat dan bahan praktikum yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran, hal ini berdampak siswa saling berebutan dan digunakan secara bergantian sehingga kegiatan praktikum memerlukan waktu yang cukup lama. 3. Karena setiap rencana pembelajaran menghubungkan konsep dengan penerapan dalam kehidupan nyata, maka diperlukan waktu dan sumbersumber belajar yang cukup untuk mengumpulkan bahan dan contohcontoh penerapannya dalam setiap materi pembelajaran.