BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan analisis hasil penelitian tentang strategi guru pendidikan agama Islam dalam membangun karakter, implementasi peran guru pendidikan agama Islam dalam membangun karakter dan efektivitas peran guru pendidikan agama Islam dalam membangun karakter. Analisis yang peneliti gunakan didasarkan pada data yang diperoleh selama melakukan penelitian, data yang diperoleh dilapangan berupa data yang bersifat kualitatif, dengan demikian peneliti akan menganalisis data tersebut menggunakan teknik analisis data deskriptif.peneliti akan mendeskripsikan data yang telah diperoleh ini kemudian memberikan analisis berdasarkan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh peneliti dengan merujuk dengan teori yang telah ada. Dengan analisis ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang strategi guru pendidikan agama Islam dalam membangun karakter, implementasi peran guru pendidikan agama Islam dalam membangun karakter dan efektivitas peran guru pendidikan agama Islam dalam membangun karakter.
101
102
A. Analisis Strategi Guru PAI Dalam Membangun Karakter Siswa MTs Nurussalam Tersono Kabupaten Batang Strategi Pembelajaran karakter pada dasarnya adalah merupakan cara, pola, metode, atau upaya yang dilakukan oleh pendidik (fasilitator) dengan cara memberi kemudahan-kemudahan agar peserta didik mudah belajar, dan dalam konteks pendidikan karakter, pemberian kemudahan tersebut dalam kerangka untuk mengembangkan karakter baik, atau agar peserta didik dapat mengembangkan karakter baiknya sendiri. Pendidikan karakter memerlukan metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Diantara strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dalam membangun karakter di MTs Nurussalam Tersono adalah strategi pembiasaan, keteladanan, reward and punishment, serta sinergitas dengan kegiatan ekstra pramuka. 1. Pembiasaan Pengembangan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan membiasakan perilaku positif tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang, baik dilakukan secara bersama-sama ataupun sendirisendiri. Hal tersebut juga di terapkan di MTs Nurussalam, dengan bertujuan untuk menghasilkan suatu kompetensi. Pengembangan karakter melalui pembiasaan ini dilakukan secara terjadwal dan tidak terjadwal
103
baik di dalam maupun di luar kelas. Kegiatan pembiasaan di sekolah terdiri atas Kegiatan Rutin, Spontan, dan Terprogram 2. Keteladanan Dalam pendidikan karakter, permodelan atau pemberian teladan merupakan strategi yang biasa di gunakan. Pendekatan modelling, teladanan (uswah) yang dilakukan oleh guru lebih tepat digunakan dalam pendidikan karakter di sekolah. Hal ini mengingat karakter merupakan prilaku, bukan pengetahuan sehingga untuk dapat diinternalisasi oleh pihak didik, maka harus di teladankan bukan diajarkan. Model dapat ditemukan oleh peserta didik di lingkungan sekitarnya. Semakin dekat model pada peserta didik maka akan semakin mudahlah dan efektiflah pendidikan karakter tersebut. Peserta didik butuh contoh nyata, bukan yang tertulis pada buku atau sifatnya hayalan. Strategi keteladanan yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam di MTs Nurussalam menggunakan dua pendekatan yaitu keteladan internal (internal Modelling ) dan keteladanan Eksternal ( Ekternal Modelling ). Keteladanan internal dapat dilakukan melalui pemberian contoh yang dilakukan oleh pendidik sendiri dalam proses pembelajaran. Sementara keteladan ekternal dapat dilakukan dengan pemberian contohcontoh yang baik dari para tokoh yang diteladani.
104
3. Reward and punishment Selanjutnya metode yang diterapkan di MTs Nurussalam sendiri dalam kaitannya membentuk karakter para peserta didik adalah dengan penggunaan reward and punishment. Secara subtansi, keduanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebagai reinforcement (penguatan) demi
tercapainya kemandirian belajar anak. Tujuan pemberian
penghargaan sama dengan tujuan pemberian hukuman, yaitu sama-sama membangkitkan perasaan dan tanggung
jawab. Dalam konteks
pedagogis, reward dan punishment merupakan upaya membuat anak untuk
mau
dan
dapat
belajar
atas
dorongan
sendiri
dalam
mengembangkan bakat, pribadi dan potensi secara optimal. Sehingga pemberian reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) telah dijadikan sebagai strategi metode pendidikan dalam proses pembelajaran yang diharapkan anak didik berkembang sesuai dengan fitrahnya. Reward dan punishment sebagai metode pembentukan karakter di MTs Nurussalam, berusaha diberlakukan secara ideal dan strategis serta sesuai dengan prinsip-prinsip pedagogis, hal ini dilakukan untuk merangsang belajar dalam kerangka mengembangkan potensi anak didik. Kemudian dari pihak pendidik (guru) diharapkan menguasai metode ini secara benar agar tidak berimplikasi buruk, misalnya seorang pendidik menggunakan kekerasan dalam menegakkan kedisiplinan, sehingga menimbulkan kesalahpahaman yang menjadikan anak trauma dan depresi.
105
4. Ekstrakurikuler pramuka Metode terakhir yang diterapkan MTs Nurussalam untuk membentuk karakter siswa adalah dengan ekstrakurikuler pramuka, ada beberapa strategi yang digunakan MTs Nurussalam dalam membentuk karakter siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka tersebut, diantaranya adalah: a. Intervensi, adanya campur tangan terhadap kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan ekstrakurikuler dengan peserta didik, intervensi ini dilakukan secara terus menerus dengan tujuan agar karakter yang ditanamkan kepada peserta didik dapat mendarah daging pada jiwa peserta didik. Pembinaan dapat dilakukan dengan cara memberikan pengajaran, pengarahan, pertunjukan dan bahkan bisa membuat aturan ketat yang harus dipatuhi oleh peserta didik. b. Pendampingan,
merupakan
suatu
fasilitas
yang
diberikan
pendamping ekstrrakurikuler terhadap berbagai kegiatan yang diberikan kepada peserta didik. Agar pendidikan karakter yang ditanamkan kepada peserta didik dapat dilaksanakan dengan baik dengan pengawasan dari seorang guru. c. Penguatan, penanaman pendidikan karakter yang diberikan kepada siswa
lewat
kegiatan
ekstrakurikuler
pramuka
mendapatkan
penguatan dari seorang guru ekstrakurikuler pramuka. Tujuannya untuk memperkuat karakter positif peserta didik.
106
d. Keterlibatan berbagai pihak, dalam pelaksanaan ekstrakurikuler pramuka ini ada keterlibatan dari berbagai pihak. Seperti, kepala sekolah selaku kamabigus, wakil kepala sekolah urusan kesiswaan, guru Pembina ekstrakurikuler pramuka, komite sekolah, pengawas sekolah, dan orang tua siswa.
B. Analisis Implementasi Peran Guru PAI Dalam Membangun Karakter Siswa MTs Nurussalam Tersono Kabupaten Batang Implementasi pendidikan karakter harus sejalan dengan orientasi pendidikan. Pola pembelajarannya dilakukan dengan cara menanamkan nilainilai moral tertentu dalam diri anak yang bermanfaat bagi perkembangan pribadinya sebagai makhluk individual sekaligus sosial Pendidikan karakter yang dilakukan di MTs Nurussalam Tersono sebenarnya sudah diterapkan sebelum wacana pendidikan karakter yang dicanangkan bangsa ini muncul, sejak berdirinya MTs Nurussalam Tersono sebagai
sekolah
yang
‘bernafaskan’
Islam
tentu
dalam
praktek
pembelajarannya sudah lebih dulu memberlakukan program pendidikan ahlak (karakter) yang sesuai dengan tuntunan Islam itu sendiri. Sesuai dengan data yang penulis dapatkan, guru pendidikan agama Islam di MTs Nurussalam menggunakan beberapa metode (strategi) dalam membangun karakter peserta didik, diantaranya adalah pembiasaan, keteladanan, reward and punishment, dan sinergitas dengan kegiatan pramuka
107
1. Strategi pembiasaan a. Membaca doa sebelum pembelajaran dimulai Guru selalu mengawali pembelajaran dengan membaca Asma’ul Husna. Dengan pembiasaan ini dimaksudkan agar terbentuknya karakter religius pada diri peserta didik. Kegiatan pembiasaan ini merupakan salah satu cara untuk membentuk karakter religius pada diri peserta didik, dengan membiasakan mengawali segala sesuatu dengan bacaan basmalah dan mengakhiri pembelajaran dengan bacaan hamdalah akan menjadikan peserta didik berkarakter religius. b. Pemberian nasehat Metode pemberian nasehat selalu diberikan oleh guru ketika pembelajaran pendidikan agama Islam. Salah satu kata yang selalu ditekankan oleh bapak atau ibu guru baik itu didalam pembelajaran maupun diluar pembelajaran adalah membiasakan 5S (senyum, salam, sapa, sopan santun dan sodaqoh). Dengan kebiasaan pemberian nasehat yang selalu diulang-ulang akan timbul dorongan pada diri peserta didik untuk terbiasa santun, baik itu di sekolah maupun diluar sekolah. Selain itu guru juga selalu memberi nasehat kepada peserta didik ketika ulangan berlangsung yaitu agar peserta didik mengerjakan ulangan dengan jujur. Dengan pemberian nasihat ini diharapkan dapat terbentuknya karakter jujur pada diri peserta didik.
108
c. Sholat dzuhur berjamaah Kegiatan pembiasaan yang dilakukan di MTs Nurussalam Tersono dalam membentuk karakter religius dan disiplin waktu pada diri peserta didik salah satunya adalah dengan cara membiasakan sholat dzuhur secara berjamaah bersama bapak dan ibu guru di mushola sekolah. Dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan untuk melakukan sholat berjamaah sangat penting untuk dilakukan. Dengan membiasakan diri membiasakan sholat berjama’ah di sekolah, peserta didik diharapkan mampu menerapkan sholat 5 waktu berjama’ah diluar sekolah. d. Kegiatan PHBI MTs Nurussalam merupakan sekolah yang memiliki banyak program atau kegiatan keagamaan yang dilakukan sebagai upaya untuk menumbuhkembangkan karakter religius pada diri peserta didik, salah satunya peringatan hari besar Islam. Beberapa bentuk kegiatan hari besar Islam yang diperingati MTs Nurussalam Tersono adalah peringatan hari raya Idhul Adha yang dilakukan dengan menyembelih hewan qurban dan kemudian daging hewan qurban tersebut diberikan kepada seluruh peserta didik yang kurang mampu di MTs Nurussalam Tersono dan masyarakat sekitar sekolah yang kurang mampu. Selain itu MTs Nurussalam beberapa waktu silam juga memperingati kegiatan 10 muharram, kegiatan santunan kepada
109
anak yatim ini juga dapat melatih peserta didik untuk peduli kepada sesama. Tidak hanya peserta didik yang dilatih untuk peduli terhadap sesama, akan tetapi bapak ibu guru juga memberikan contoh atau teladan dengan memberikan santunan kepada peserta didik yang statusnya sebagai yatim piatu. Dengan keadaan seperti ini peserta didik akan lebih meresapi nilai kepedulian sosial yang diterapkan disolah. Selain itu kegiatan hari besar islam juga melibatkan para siswa untuk menjadi panitia dalam pelaksanaannya, contohnya saja peringatan maulid Nabi kemarin, para guru mengajak anggota OSIS untuk terlibat dalam kepanitiaannya, hal tersebut juga untuk melatih peserta didik menanamkan rasa tanggung jawab dan mandiri terhadap tugas-tugas yang diberikan. e. Infaq sosial Kegiatan
rutin
selanjutnya
yang
diberlakukan
MTs
Nurussalam Tersono dalam membentuk karakter kepedulian pada diri peserta didik adalah dengan cara membiasakan peserta didik untuk memberikan infaq seikhlasnya pada setiap hari jum’at yang dikoordinir oleh OSIS MTs Nurussalam. Infaq sosial siswa ini digunakan untuk keperluan bagi peserta didik yang kurang mampu yang tidak tercukupi oleh dana BOS. Dengan adanya kegiatan infaq sosial siswa ini diharapkan mampu membentuk karakter kepedulian pada diri peserta didik. Sehingga pada akhirnya peserta didik mampu
110
menerapkan nilai kepedulian ini tidak hanya dilingkungan sekolah saja, namun dapat dijadikan kebiasaan dalam kehidupan sehariharinya. f. Berusaha menyebarkan salam dan berbicara santun antar anggota sekolah
Santun adalah satu kata sederhana yang memiliki arti banyak dan dalam, berisi nilai-nilai positif yang dicerminkan dalam perilaku dan perbuatan positif. Perilaku positif lebih dikenal dengan santun yang dapat diimplementasikan pada cara berbicara, cara berpakaian, cara memperlakukan orang lain, cara mengekspresikan diri dimanapun dan kapan pun.
Santun bahasa menunjukan bagaimana seseorang melakukan interaksi sosial dalam kehidupannya secara lisan. Setiap peserta didik diwajibkan menjaga santun bahasa agar komunikasi dan interaksi antar anggota sekolah dapat berjalan baik. Selain itu memberi salam dan berbicara santun juga melatih peserta didik untuk terbiasa menghormati orang yang lebih tua terlebih orang yang telah memberikan ilmu kepadanya.
2. Strategi keteladanan
Metode keteladanan merupakan salah satu cara guru dalam membentuk karakter peserta didik dalam proses pembelajaran. Dalam
111
proses pembentukan karakter siswa MTs Nurussalam Tersono guru pendidikan agama Islam memberikan dua pendekatan dalam metode keteladanan, yaitu metode keteladanan internal dan keteladanan eksternal. Keteladan internal yang dilakukan oleh guru, misalnya dilakukan dengan cara memulai dan mengakhiri belajar mengajar dengan berdo’a, pendidik datang tepat waktu, peduli terhadap kebersihan kelas, berpenampilan dan berpakaian rapi. Bapak ibu guru juga selalu bertutur kata dengan sopan kepada seluruh warga sekolah baik itu kepada peserta didik maupun kepada sesama guru dan staf karyawan sekolah, guru selalu memanggil peserta didik dengan panggilan yang baik, seperti dengan mas
atau mbak dan selalu menggunakan kata sopan ketika
membutuhkan pertolongan. Dengan kebiasaan bertutur kata yang baik, pasti peserta didik akan meniru gaya bahasa dari gurunya, lalu timbul dorongan untuk mengikuti kebiasaan berbicara mereka, disamping itu metode keteladanan internal akan melatih para peserta didik untuk bersikap sopan, santun serta disiplin waktu dan pakaian. Sedangkan keteladanan eksternal yaitu dengan pemberian ceritacerita tentang keteladanan para tokoh Baik tokoh lokal maupun tokoh internasional, seperti menyajian cerita-cerita tentang tokoh–tokoh agama yang dapat dijadikan sebagai teladan dan peniti kehidupan seperti kisah Nabi Muhammad, Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Ashabul Kahfi, orang – orang yang soleh seperti Wali Songo, Jendral besal Sudirman, KH. Hasyim As’ary, KH. Ahmad Dahlan dan sebagainya. Nilai moral relegius
112
berupa ketakwaan, kejujuran, keikhlasan, dan tanggungjawab dapat ditanamkan kepada peserta didika melalui pendekatan keteladanan eksternal ini. 3. Pemberian reward and punishment Dalam membangun karakter siswa, MTs Nurussalam Tersono banyak melakukan berbagai hal. Termasuk diantaranya adalah dengan metode penghargaan dan hukuman (reward and punishment). Dan cara membangun karakter siswa dengan penghargaan dan hukuman di MTs Nurussalam Tersono sudah tepat, karena disesuaikan dengan sembilan pilar karakter sebagai berikut: a. Religius Dalam urusan agama MTs Nurussalam Tersono sangat serius untuk menegakkan ajaran islam termasuk memberikan penghargaan bagi mereka yang taat dan menghukum mereka yang melanggar seperti: Memberikan poin positif yang nantinya dicatat dalam rapor kepribadian siswa dan juga sebagai penilaian kriteria siswa teladan pada murid yang berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan seperti peringatan hari besar agama, mengikuti sholat berjamaah, melakukan sholat dhuha, menjaga kebersihan muhola dll. Memberikan kepercayaan bagi murid yang taat menjalankan ibadah untuk menjadi panitia peringatan hari besar agama dan turut menjadi peserta dalam kegiatan lomba keagamaan di sekolah.
113
Memberikan point negatif pada rapor kepribadian bagi murid yang
tidak
menjaga
kebersihan
tempat
ibadah
dan
tidak
berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan. b. Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian Memberikan poin positif pada rapor kepribadian bagi siswa yang tidak pernah terlambat masuk sekolah, membuang sampah pada tempatnya atau mengerjakan tugas dengan sendiri dan tepat waktu. Memberikan kepercayaan kepada siswa yang rajin, bertanggung jawab dan mandiri untuk menjadi ketua dalam kelasnya (ketua kelas) Memberikan poin negatif pada rapor kepribadian bagi siswa yang datang sekolah terlambat, tidak atau menyontek dalam mengerjakan tugas. Menghukum siswa dengan melibatkan dalam kegiatan kebersihan sekolah bagi siswa yang terlambat masuk sekolah. Memerintahkan siswa untuk membenahi sikap yang salah. Seperti jika kedapatan ada siswa yang membuang sampah sembarangan maka diperintahkan untuk mengulangi membuangnya di tempat sampah. c. Amanah Memberikan pujian pada siswa yang telah menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik dan benar. Memberikan kepercayaan pada siswa yang telah melaksanakan perintah dengan baik dan benar untuk melakukan untuk melakukan hal yang sama di
114
lain waktu atau m.engajarkan hal yang dilakukan itu pada siswa yang lain. Memberikan teguran pada siswa yang tidak melaksanakan perintah dengan baik dan benar. Meminta siswa mengulangi melaksanakan perintah yang sebelumnya belum dilaksanakan dengan baik dan benar. d. Hormat dan Santun Memberikan balasan sapaan bagi siswa yang menyapa guru, staff maupun karyawan. Memberikan poin positif pada rapor kepribadian bagi siswa yang berlaku sopan, hormat, dan santun serta memberikan pujian. Memberikan teguran atau memberikan hukuman fisik bagi siswa seperti menjewer atau mencubit pada siswa yang berprilaku tidak sopan atau tidak hormat pada siswa yang lain, guru, staff dan karyawan. Memberikan poin negatif pada raporkepribadian bagi siswa yang tidak berlaku sopan, hormat dan santun pada guru, staff dan karyawan. e. Kasih sayang, kepedulian dan kerjasama Memberikan pujian ataupun senyuman pada siswa yang peduli, punya rasa empati, dan saling membantu pada sesama. Memberikan poin positif pada rapor kepribadian bagi siswa yang peduli, punya rasa empati, dan suka menolong.
115
Memberikan teguran atau nasehat pada siswa yang tidak punya rasa peduli dengan keadaan teman yang lain atau yang tidak menolong temannya yang membutuhkan bantuan. Memberikan poin negatif pada raporkepribadian bagi siswa yang tidak punya rasa peduli dengan keadaan teman yang lain atau yang tidak menolong temannya yang membutuhkan bantuan. f. Percaya diri, kreatif dan pantang menyerah Mengikutsertakan siswa yang kreatif, berbakat, percaya diri dan pantang menyerah pada lomba. Memberikan hadiah, beasiswa berupa barang maupun uang pada siswa yang kreatif, berbakat, percaya diri dan pantang menyerah. Memberikan pelajaran atau motivasi tambahan dengan porsi lebih pada siswa yang tidak percaya diri, mudah menyerah dan kurang kreatif supaya menjadi kreatif dan pantang menyerah. g. Keadilan dan kepemimpinan Memberikan kepercayaan bagi siswa yang punya sikap adil dan berjiwa pemimpin untuk menjadi ketua kelas, ketua osis, atau pemimpin upacara. Memberikan pujian bagi siswa yang punya sikap adil, berjiwa pemimpin dan berani berbuat. Bagi siswa yang tidak punya rasa adil dan jiwa pemimpin diminta untuk belajar adil dan memimpin punya jiwa kepemimpinan.
pada temannya yang
116
h. Baik dan rendah hati Memberikan senyuman atau pujian bagi siswa yang baik, rendah hati dan tidak sombong. Memberikan semangat pada siswa yang baik hati untuk lebih giat melakukan kebaikannya. Memberikan poin positif pada rapor kepribadian bagi siswa yang baik dan rendah hati. Memberikan teguran serta poin negatif bagi siswa yang bersikap sombong. i. Toleransi dan cinta damai Memberikan poin positif pada siswa yang bersikap toleran, dan cinta damai. Memberikan hukuman yang berat dengan menskors atau mengeluarkan siswa yang kerap berulah dari sekolah 4. Ekstrakurikuler pramuka Dalam dunia pendidikan, kegiatan Pramuka dimaksudkan sebagai kegiatan yang dikemas secara menarik dan mengandung unsur pendidikan yang sangat kompleks. Sementara ditinjau dari gerakannya, Pramuka adalah wadah atau organisasi tempat pramuka itu berkumpul dan menyelesaikan masalah secara bersama tingkatan organisasi ini misalnya seperi Gerakan Pramuka Kwartir Daerah, Gugus depan dan lain sebagainya. Adapun secara prinsip, kegiatan Kepramukaan pada dasarnya meliputi nilai-nilai karakter itu sendiri. Nilai yang terkandung dalam kegiatan Kepramukaan diantaranya adalah nilai kedisiplinan, kegotong-royongan, kebersamaan atas nilai persatuan dan kesatuan, nilai
117
patriotisme, nasionalisme, berwawasan kebangsaan dan semangat Kebhinekaan. Sebagai kegiatan ekstrakurikuler di MTs Nurussalam Tersono, ekstra pramuka dilaksanakan pada sore hari setiap satu minggu dua kali, hari selasa dan jum’at. Pihak sekolah menunjuk koordinator dan penanggung jawab yang berasal dari unsur guru atau alumni, yang bertugas
memberikan
pendidikan,
pengawasan
dan
bimbingan-
bimbingan penting bagi peserta didik. Lewat Pramuka, siswa akan terbiasa dengan baris berbaris, disiplin, semangat gotong royong dan bertanggung jawab. MTs Nurussalam Tersono menjadikan pramuka sebagai kegiatan yang diarahkan untuk membangun karakter para siswa. Ekstra kepramukaan itu bahkan didukung penuh oleh guru pendidikan agama Islam, dengan tujuan agar para siswa yang bersekolah di MTs Nurussalam Tersono memiliki dasar kepramukaan yang baik. Berdasarkan pemaparan data diatas, dapat dianalisis bahwasanya pembentukan karakter peserta didik dapat dilakukan melalui proses pembelajaran maupun diluar pembelajaran sangatlah penting untuk dilakukan, karena untuk membentuk sebuah karakter pada diri seseorang membutuhkan waktu dan proses yang cukup lama agar karakter tersebut dapat melekat pada diri seseorang, berbagai metode (strategi) guru pendidikan agama Islam di MTs Nurussalam Tersono telah dilakukan guna mencapai hasil yang maksimal.
118
Dikarenakan lamanya waktu untuk membangun karakter peserta didik, maka dari itu tentunya membutuhkan bantuan dari berbagai program-program dan kegiatan-kegiatan sekolah diluar pembelajaran pendidikan agama Islam. Sedangkan untuk mengevaluasi karakter yang telah dibentuk melalui proses pembelajaran pendidikan agama Islam di MTs Nurussalam, yaitu dengan melihat perilaku yang ditunjukkan peserta didik dalam kesehariannya baik didalam maupun diluar kelas. Berdasarkan analisa diatas, bahwa alat evaluasi yang digunakan guru pendidikan agama Islam di MTs Nurussalam Tersono sudah tepat. Namun, ada beberapa hal yang menjadi kendala yaitu guru tidak bisa setiap saat dan setiap waktu mengawasi perilaku peserta didik satu per satu, saat mereka diluar kelas maupun diluar sekolah, misalnya dirumah atau dilingkungan masyarakat.
C. Analisis Efektivitas Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membangun Karakter Siswa MTs Nurussalam Tersono Kabupaten Batang Pelaksanaan pembentukan karakter peserta didik akan efektif , jika pendidikan karakter mengembangkan nilai-nilai inti sebagai landasan bagi pembentukan karakter yang baik, yang meliputi: kepedulian, kejujuran, fairness, pertanggungjawaban, penghormatan pada diri sendiri dan orang lain, kerajinan, etos kerja yang kuat, keuletan serta kegigihan.
119
Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah harus dilandasi komitmen untuk mempertahankan nilai-nilai tersebut, dalam perilaku yang harus dilaksanakan bagi seluruh warga sekolah, mengamati penerapannya dalam kehidupan sekolah, seperti halnya di MTs Nurussalam Tersono, seluruh warga sekolah berkomitmen tinggi dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah seperti: guru, kepala sekolah, guru BK, serta staff karyawan dan tata usaha.
Bersama-sama
mengkaji
dan
mendiskusikannya
serta
menggunakannya sebagai dasar interaksi antar manusia di sekolah, serta mewajibkan seluruh warga sekolah mempertanggung jawabkan dalam mewujudkan nilai-nilai tersebut sebagai standar perilakunya. Dari data yang telah disajikan diatas dapat disimpilkan bahwa efektivitas peran guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter siswa MTs Nurussalam Tersono khususnya kelas VII dapat dikatakan efektif. Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian yang dilakukan oleh guru terhadap peserta didik baik didalam pembelajaran maupun diluar pembelajaran yang menunjukkan kriteria nilai baik dengan ditunjukkan skor setiap karakter yang dibentuk menunjukkan interval angka 2,6 sampai 3,5 yang berada pada kategori B (baik).