BAB IV ANALISA DFR (Digital Fault Recorder)
4.1
Pembacaan Data Rekaman Format output rekaman dapat berupa softcopy maupun hardcopy. Data
berikut lebih banyak akan menjelaskan bagaimana cara melakukan pembacaan DFR melalui software, disamping juga akan menjelaskan secara singkat bagaimana pembacaan hasil record berupa hardcopy.
4.1.1
Pembacaan Rekaman Hardcopy Hasil rekaman berupa hardcopy masih diperlukan sebagai back-up apabila
peralatan komunikasi gagal, probabalitas kegagalan pengambilan data secara remote (download) umumnya banyak terdapat pada DFR type II dan DFR type IDM. Permasalahan yang umum terjadi adalah permasalahan sistem komunikasi, berupa kegagalan sistem komunikasi ethernet / TCP-IP, DFR pada posisi Manual, bahkan Indikasi CPU Fail, Off-line. Kondisi dimana masih adanya peralatan DFR yang belum bisa di download secara langsung, maka cara pembacaan rekaman hardcopy tidak bisa diabaikan. Berikut adalah pemahaman tentang pembacaan rekaman secara hard copy. 1.
Record Header. Terdapat 24 karakter identifikasi Station.
2.
Tanggal (Bulan/Hari/Tahun atau Hari/Bulan/Tahun).
3.
Waktu dalam Jam, menit dan detik sampai 1 milli detik (1 ms)
4.
Total jumlah Record sejak pencatat (counter) terakhir di reset
5.
Tingkat tampilan tinggi (High scan rate) yang digunakan untuk mencetak grafik analog pada diagram kecepatan yang lebih tinggi (lebar gelombang yang dicetak lebih panjang)
TugasAkhir 55
56
6.
Tingkat tampilan rendah (Low scan rate) yang digunakan untuk mencetak grafik analog yang lebih rendah (lebar gelombang yang dicetak lebih pendek).
7.
Event Traces Grup pertama dari tujuh garis dikiri adalah jejak (traces) yang menunjukan sensor dan signal pemicu (trigger) eksternal. 8 jejak atau titik di garis ini menunjukan suatu bentuk gelombang pemeriksaan menyeluruh (checksum) kesalahan (error), ini adalah pengecekan sendiri (self-check) yang berarti bahwa kemungkinan data yang salah dicetak pada sample ini.
8.
Untuk 32 garis berikutnya ( 4 grup dari 8 ) menunjukan 32 eksternal event input, ini berfungsi untuk memonitor berbagai macam relai dan peralatan on/off lainnya.
9.
Analog Traces Nomor 1 sampai 16, jejak analog dicetak dengan titik sumbu nol. Sebuah analog pada alat digital (ADC) menyediakan informasi amplitude pada microprocessor built-in yang menghitung tiap saluran (channel) dari sumbu nol. Untuk setiap sample dari ADC, microprocessor menginstruksikan printer dot
matrix untuk
mencetak satu baris titik-titik kecil. Dalam kepadatan triple yang telah direkam sebelumnya, terdapat 216 rows titik yang tercetak per-inch yang mempunyai resolusi tinggi oscillographs. 10. Autorange Factors Faktor jarak otomatis dicetak di awal tiap sumbu analog, di atas nomor channel. Jarak otomatis berfungsi untuk mengurangi factor 2, 4 atau 8 defleksi dari puncak ke puncak yang dicetak di oscilograph untuk channel (saluran) analog yang amplitudonya menjadi cukup besar untuk dicetak di atas jejak lain. Ketika pengguna telah memilih untuk tidak menggunakan fitur outorange, “/1”, “/2”,”/4”
Tugas Akhir
57
atau “/8” dicetak untuk menunjukan skala factor lonjakan jejak yang digunakan. 11. Fault Line Sebuah garis horizontal menyilang tiap saluran dari rekaman gangguan, ini menandakan akhir dari data sebelum gangguan (prefault) dan permulaan data gangguan. 12. Grid Scale Nomor skala dari 1 sampai 960 dicetak di akhir record. Nomornomor ini tertulis untuk axis positions pada printout. Analog dan event axes mungkin ditempatkan kembali menggunakan PRINTER. 13. Time Trace Time trace pada sisi kanan dari record mempunyai waktu minor tiap 10 ms dan waktu major tiap 100 ms. 14. Event Change Marks Tanda lonjakan pada sebelah kanan jejak waktu menunjukan waktu pada saat kejadian (event) atau input sensor berubah. Gunakan sebuah penggaris, sebuah garis mungkin digambar menyilang suatu record dari titik dimana satu kejadian (event) berubah (hitam ke putih atau vice versa). Hal ini akan menunjukan hubungan waktu antara perbedaan analog, kejadian (event) dan aktifitas sensor.
Penempatan dari garis gangguan pada rekaman output sangat bervariasi, tergantung apakah sebuah kejadian atau sensor input berubah atau tidak. Untuk suatu sensor-triggered fault, garis gangguan akan menjadi 14,2 msec dari event trigger. Waktu ini allows for debouncing dari event. Sejumlah besar tanda perubahan event mungkin terjadi pada awal record. Hal ini disebabkan kesalahan memilih dari pernyataan event (normally open atau normally closed).
Tugas Akhir
58
2
7
9
8
1
3
5
10
11
6
12
4
14
13
Gambar 32. Record Format
Tugas Akhir
59
HardCopy
0.5cm
1cm
Besarnya arus hubung singkat adalah besarnya hasil ukur dikali CT, atau hasil ukur dikali full scale deviation dibagi 10,82. Misal hasil ukur 0.5cm, ratio CT 2000/1, calibrasi 1A/cm, maka besarnya arus gangguan adalah 0.5*CT=1000 A (1 kA). Besarnya tegangan adalah besarnya hasil ukur dikali VT, atau hasil ukur dikali full scale deviation dibagi 10,82. Misal hasil ukur 1cm, ratio VT 500kV/100, calibrasi 1A/cm, maka besarnya tegangan adalah 1*VT=500 kV.
Durasi waktu gangguan jumlah cycle gelombang, (puncak-puncak) atau (lembahlembah) dikali 20ms. Misal jumlah cycle 5, maka durasi gangguan adalah 5*20=100ms.
Gambar 33. Hard Print DFR
Tugas Akhir
60
Di dalam menentukan besarnya arus hubung singkat dan perubahan besarnya tegangan diperlukan data parameter setup atau ratio CT contoh data parameter setup DFR
ANALOG PARAMETER
EVENT PARAMETER
SENSOR PARAMETER
Gambar 34. Hard Print Parameter DFR
Tugas Akhir
61
4.1.2
Pembacaan Rekaman Softcopy.
Pembacaan data rekaman dapat juga dilakukan melalui hasil download data DFR. Pembacaan umumnya dilakukan dengan media/tool software relay Hathaway.
TEGANGAN
ARUS
SENSOR YANG KERJA
Gambar 35. Pembacaan Data Rekaman
-
-
Terjadi gangguan 1Phasa (S-N)
-
Terjadi kenaikan arus antara phasa S-N (sebesar 22 kA)
-
Terjadi pembalikan arus antaraphasa S dengan N.
-
Ada sensor kerja oleh external initiate.
Penyamaan bentuk gelombang melalui trace setting, proses penyamaan trace tidak mempengaruhi besarnya nilai arus dan nilai tegangan. Klick kanan pada semua tegangan atu semua arus yang ingin disamakan gelombangnya. Selanjutnya pilih trace setting untuk menyamakan scalanya.
Tugas Akhir
62
Gambar 36. Gelombang Trace Setting -
Pilih apply untuk untuk semua bay.
Gambar 37. Penentuan Setting Trace -
Menentukan besarnya nilai arus atau nilai tegangan (peak maupun rms) dengan menggeser kursor. Apabila kursor digeser, maka besaran arus maupun tegangan akan ikut berubah.
Tugas Akhir
63
-
Untuk melakukan/menggeser kursor yang lain maka klik tanda
-
Untuk melakukan perubahan kenilai RMS dapat di klick
Gambar 38. Penentuan Nilai RMS -
Untuk menentukan durasi besarnya arus dapat dilakukan dengan menggeser kusor merah dah biru secara bergantian, kemudian nilainya dapat dilihat dibagain bawah.
Gambar 39. Penentuan Durasi Arus
Tugas Akhir
64
-
Untuk melihat kondisi Event yang bekerja, baik dari status CB, indikasi relay, maupun input event yang ditarik ke DFR.
-
Terjadi perubahan Binary Input Event Status CB dan Relay. Sensor bekerja Under voltage dan Overcurrent bekerja. Gambar 40. Kondisi Event yang Bekerja
-
Penentuan lokasi gangguan berdasarkan pengolahan arus dan tegangan, Namun penggunaan metode ini untuk gangguan 1 phasa/hight resistance fault locator ini kurang akurat. Pilih Calculation Chanel pada menu “tool”, kemudian pilih waveform source. Pilih arah bay yang menjadi lokasi yang dikalkulasi.
Gambar 41. Penentuan Lokasi Gangguan
Tugas Akhir
65
Masukkan Nilai Impedansi dan Panjang penghantar, kemudian klick OK, maka akan muncul lokasi gangguan.
Gambar 42. Lokasi Gangguan -
Proses pengolahan data melalui calculation cannel. Proses pengolahan lain juga dapat dilakukan apabila ingin melihat data analog dari proses pengolahan analog yang tersambung ke DFR. Pilih Calculation Chanel pada menu “tool”, Pilih Besaran analog yang akan diamati, kemudian pilih waveform source. Pilih arah bay yang menjadi lokasi yang akan dikalkulasi.
Gambar 43. Arah yang Dikalkulasi Menggunakan Waveform Source
Tugas Akhir
66
Maka akan muncul besaran analog hasil kalkulasi.
Gambar 44. Hasil Kalkulasi dari Waveform Source
Tugas Akhir
67
GANGGUAN IBT-2GITET CIBINONG
Tegangan 500 kV Bay Saguling2
Arus 500 kV Bay Saguling2
Tegangan IBT 2 sisi 150 kV
Arus IBT 2 sisi 150 kV
Gambar 45. Hasil record gangguan GITET Cibinong
SEBELUM GANGGUAN 1. Tegangan bay Saguling-2 : VA:260kV, VB:262kV, VC:262kV. Arus bay Saguling-2 : IA:1.137kA, IB:1,130kA, IC:1,137kA,
Tugas Akhir
68
2. Tegangan bay IBT-2 sisi 150 kV : VA:78,2kV, VB:78,7kV, VC:78,5kV. Arus bay IBT2 sisi 150 kV : IA:1.465kA, IB:1,447kA, IC:1,449kA,
SAAT GANGGUAN 3. Tegangan bay Saguling-2 : VA:209,8kV, VB:259,0kV, VC:254,9kV. Arus bay Saguling-2 : IA:1.267kA, IB:1,068kA, IC:1,130kA, 4. Tegangan bay IBT-2 sisi 150 kV : VA:11,3kV, VB:69,6kV, VC:69,4kV. Arus bay IBT-2 sisi 150 kV : IA:6,743kA, IB:1,486kA, IC:2,672kA, Berdasarkan record terlihatbahwa drop tegangan yang paling besar terjadi di sisi 150kV, ini menunjukan bahwa gangguan terjadi disisi 150kV. Karena
Tugas Akhir
69
tengangan di sisi 150 kV hilang atau drop. Sedangkan arus disisi 150kV phasa A naik hanya 5kA dan langsung drop.
Gambar 46. Trafo IBT yang terjadi gangguan disisi sekunder Saat gangguan Arus sisi 500 kV tidak menunjukan pembalikan arah, sedangkan arus sisi 150 kV mengalami pembalikan hal ini menunjukkan bahwa gangguan terjadi di internal CT differential (saling menjumlahkan), dari kedua informasi record tersebut maka dapat disimpulkan bahwa lokasi gangguan adalah gangguan internal berada diarea sisi 150 kV dengan besar arus gangguan ±23,2 kA selama ±40 ms (sedangkan arus sebelum gangguan sebsar 1,5 kA) atau setara dengan 12.5 Inominal (Iset diff >> 8.5 Inominal). Berdasarkan event relay perintah Triping tidak langsung hilang, hal ini dimungkinkan karena ketika proses pembukaan PMT arus tidak langsung hilang.
Tugas Akhir