48
BAB III TEORI TENTANG PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK
A. Perkembangan Anak dan Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan adalah perubahan-perubahan psikofisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak, ditunjang oleh faktor-faktor lingkungan dan proses belajar dalam waktu tertentu, menuju kedewasaan. Perkembangan dapat diartikan pula sebagai proses transmisi dari konstitusi psikofisik yang herediter, dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan yang menguntungkan, dalam perwujudan proses aktif menjadi kontinu.1 Perkembangan merupakan suatu proses yang mula-mula global, pasif, belum terpecah atau terperinci dan kemudian semakin lama semakin banyak, berdiferensiasi dan terjadi integrasi yang hierarkis.2 Perkembangan merupakan proses perubahan yang dialami anak untuk mencapai kedewasaan yang diharapkan. Perkembangan pada anak akan melewati tahapan-tahapan tertentu dan setiap tahapan selalu memiliki ciri-ciri yang khusus dan berbeda dengan tahapan lainnya, sehingga pemahaman terhadap tahapan perkembangan yang dialami siswa dengan berbagai sifatsifat yang unik tersebut akan memberikan bekal kepada guru sebagai pengajar untuk menyesuaikan cara mengajar, pemilihan materi, pemilihan sumber belajar ataupun pemilihan metode pembelajaran yang tepat.3 Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada setiap makhluk. Pada manusia, proses tumbuh kembang berlangsung terus menerus secara berkesinambungan sejak bertemunya sel jantan dan sel betina sampai akhir masa remaja dengan melewati periode prenatal, post natal, prasekolah, sekolah dan remaja. Tumbuh kembang merupakan sesuatu yang utama, hakiki dan khas pada anak. Tumbuh adalah proses bertambahnya ukuran atau dimensi akibat bertambahnya sel-sel atau bertambah besarnya sel1
Kartini Kartono, Psikologi Anak, (Bandung: Mandar Maju, 1995), hlm. 21. Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, (Jakarta: PT BPK Gunung Muria, 1997), hlm.29. 3 Endang Poerwanti, Perkembangan Peserta Didik, (Malang: UMM Pers, 2002). hlm. 17. 2
48
49
sel serta bertambahnya intra seluler. Sedangkan yang dimaksud dengan berkembang adalah proses pematangan fungsi dan organ tubuh termasuk berkembangnya kemampuan mental serta perilaku anak.4 Pada kenyataanya tumbuh dan kembang secara eksplisit tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Meskipun antara pertumbuhan dan perkembangan mempunyai perbedaan pengertian, namun selalu harus dipahami bahwa antara keduanya merupakan proses yang saling tergantung dan saling mempengaruhi. Misalnya ketika membahas perkembangan kecerdasan anak tak akan lepas dari pembahasan tentang berfungsinya sel-sel otak sebagai faktor psikologis yang menunjang manifestasi kecerdasan itu sendiri. Sedangkan mental adalah semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap dan perasaan yang dalam keseluruhan dan kebulatannya akan menentukan corak laku, cara menghadapi sesuatu hal yang menekan perasan, mengecewakan atau menggembirakan, menyenangkan dan sebagainya.5 Pandangan Pieget, perkembangan mental pada hakekatnya adalah perkembangan kemampuan penalaran logis (Development of ability to reason logically). Baginya makna berfikir dalam proses mental tersebut jauh lebih penting dari sekedar mengerti. Proses perkembangan mental bersifat universal dalam tahapan yang umumnya sama, namun dengan berbagai cara ditemukan adanya perbedaan penampilan kognitif pada tiap kelompok manusia. Sistem persekolahan dan keadaan sosial ekonomi mempengaruhi terjadinya perbedaan pada perkembangan anak, demikian pula dengan budaya, sistem nilai dan harapan dalam masyarakat masing-masing.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan terdiri dari hereditas (keturunan) dan lingkungan perkembangan.
4
Sri Harini dan Aba Firdaus, op.cit. hlm. 66. Zakiah Darajat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 38. 6 Endang Poerwanti, op.cit. hlm. 40. 5
50
1. Hereditas Menurut pandangan aliran Nativisme, bahwa perkembangan manusia itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawanya sejak lahir, yang disebut faktor pembawaan atau bakat.7 Setiap orang terlahir di dunia dengan bakat yang berbeda-beda, sebagaimana firman Allah QS. Al-Isra’: 84, yang artinya sebagai berikut: “Katakanlah, ‘Tiap-tiap orang berbuat menururt keadaannya masing-masing.’ Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.”8 Dari ayat ini Prof. Hamka menjelaskan bahwa kata “Syaakilah” yang terdapat pada ayat 84 surat Al-Isra’ di atas berarti bawaan atau bakat. Beliau menjelaskan lebih lanjut, bahwa tiap-tiap manusia itu ada pembawaannya masing-masing yang telah ditentukan oleh Allah SWT sejak masih di dalam rahim ibu.9 Hereditas
merupakan
faktor
utama
yang
mempengaruhi
perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik setiap individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi yang dimiliki baik fisik maupun psikis sejak masa konsepsi sebagai warisan dari orang tua melalui gen-gen.10 Adapun yang diturunkan orang tua kepada anaknya adalah sifat strukturnya, bukan tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil belajar atau pengalaman. Penurunan sifatsifat ini mengikuti prinsip-prinsip reproduksi, konfornitas (keseragaman), variasi, regresi felini. Faktor hereditas merupakan faktor yang penting bagi perkembangan anak. Pada dasarnya perkembangan anak
sangat
dipengaruhi oleh faktor kedua orang tua. Jika gen yang diturunkan orang tua baik, maka anak akan tumbuh dengan baik.
7
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982),
hlm. 84 8
Depag RI, op.cit., hlm. 437. Rusli Amin, Kunci Sukses Membangun Keluarga Idaman, Panduan Menuju keluarga Bahagia, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2003), hlm. 137 10 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Rosda Karya, 20000), hlm. 31. 9
51
Faktor hereditas memang sama pentingnya, orang dewasa sebaiknya berusaha memberikan lingkungan seluas-luasnya dan sebaikbaiknya agar warisan yang mereka terima bisa berkembang maksimal, sebab meskipun warisan berkualitas tinggi namun lingkungan yang kurang memadai hanya akan menghasilkan individu yang relatif rendah.11 Hadis Nabi Muhammad SAW:
: ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻗﺎﻝ, ﻋﻦ ﳘﺎﻡ, ﺃﺧﱪﻧﺎ ﻣﻌﻤﺮ, ﺃﺧﱪﻧﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺯﺍﻕ,ﺣﺪﺛﲏ ﺇﺳﺤﺎﻕ ﻩ ﺍﺑﻮﺮ ِﺓ ﹶﻓﹶﺎ ﻰ ﺍﹾﻟ ِﻔ ﹾﻄ ﻠ ﻋﻮﹶﻟﺪ ﻮ ٍﺩ ِﺇﻻﱠ ﻳ ﻮﹸﻟ ﻣ ﻦ ﺎ ِﻣ ﻣ:ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ 12 (ﺎِﻧ ِﻪ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢﺠﺴ ﻤ ﻳﻭ ﺍِﻧ ِﻪ ﹶﺍﺼﺮ ﻨﻳﻭ ﺍِﻧ ِﻪ ﹶﺍﻮﺩ ﻬ ﻳ “Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah (kecenderungan untuk percaya kepada Allah ), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, Majusi”. (H.R. Muslim). Pendidikan dalam Islam dimulai ketika anak masih dalam kandungan sampai anak lahir di dunia. Dalam hal ini manusia telah berusaha mendidik anaknya kendatipun dalam cara sederhana. Demikian pula semenjak manusia saling bergaul, telah ada usaha-usaha dari orangorang yang lebih mampu dalam hal-hal tertentu untuk mempengaruhi orang lain sebagai teman bergaul mereka.13 Firman Allah dalam Al-Quran surat Ar Rum ayat 30:
ﻚ ﷲ ﺫِﻟ ِ ﺨ ﹾﻠ ِﻖ ﺍ ﻳ ﹶﻞ ِﻟﺒ ِﺪﺗ ﻬﺎ ﹶﻻ ﻴﻋﹶﻠ ﺱ ﺎﺍﻟﻨﻰ ﹶﻓ ﹶﻄﺮ ﷲ ﺍﱠﻟِﺘ ِﺕﺍ ﺮ ﻔﹰﺎ ِﻓ ﹾﻄﺣِﻨﻴ ﻳ ِﻦﺪ ﻚ ﻟِﻠ ﻬ ﺟ ﻭ ﻢ ﹶﻓﹶﺎِﻗ (3. :ﻮ ﹶﻥ ) ﺍﻟﺮﻭﻡ ﻌﹶﻠﻤ ﻳﺱ ﹶﻻ ِ ﺎﺮ ﺍﻟﻨ ﻦ ﹶﺍ ﹾﻛﹶﺜ ﻟ ِﻜﻢ ﻭ ﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﻴ ﻳ ﺪ ﺍﻟ “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Allah. Tetapkanlah pada fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah tersebut. Tidak ada perubahan bagi fitrah Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.(Q.S. Ar-Rum 30)14 11
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm.29 Al-Imam Abi al-Husni Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairiyyi an-Naisaburiyyi, Shahih Muslim, (Beirut : Darul Kutub al-‘Ilmiyyati), hlm. 269 13 Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 1 14 Departemenen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : Toha Putra, 1989), hlm. 645 12
52
2. Lingkungan perkembangan Lingkungan perkembangan merupakan berbagai peristiwa, situasi kondisi di luar organisme yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan individu yang terdiri dari fisik dan sosial. Konsep Islam pun menunjukkan dengan hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah di atas, bahwa selain kefitrahan (hereditas) anak sebelum lahir, juga lingkungan akan berpengaruh terhadap pendidikan anak. Adapun bunyi hadis yang menunjukkan bahwa perkembangan anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan adalah lanjutan / potongan dari hadis di atas; 15
(ﺎِﻧ ِﻪ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢﺠﺴ ﻤ ﻳﻭ ﺍِﻧ ِﻪ ﹶﺍﺼﺮ ﻨﻳﻭ ﺍِﻧ ِﻪ ﹶﺍﻮﺩ ﻬ ﻳ ﻩ ﺍﺑﻮﹶﻓﹶﺎ.......
…..Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, Majusi”. (H.R. Muslim). Hadis di atas menunjukkan bahwa selain kefitrahan bayi dalam kandungan yang telah ditiupkan ruhnya beserta pernyataanya untuk beriman kepada Allah, maka lingkungan keluarga (khususnya ibu) juga berpengaruh. Pengaruh tersebut bukan hanya sejak kandungan umur 4 bulan hingga 9 bulan saja, melainkan juga pengaruh kehidupan selanjutnya setelah anak tersebut dilahirkan. Lingkungan-lingkungan
perkembangan
itu
dapat
dijelaskan
sebagai berikut: a. Lingkungan keluarga Perubahan menyebabkan
sosial budaya yang terjadi dewasa ini telah
perubahan
dalam
semua
aspek
kehidupan
kemasyarakatan termasuk keluarga. Dalam hal ini Dadang Hawari mengemukakan bahwa perubahan-perubahan yang serba cepat sebagai konsekwensi, modernisasi dan iptek telah mengakibatkan perubahan pada nilai-nilai kehidupan sosial budaya. Perubahan ini antara lain 15
Al-Imam Abi al-Husni Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairiyyi an-Naisaburiyyi, Shahih Muslim, (Beirut : Darul Kutub al-‘Ilmiyyati), hlm. 269
53
pada nilai moral, etika, kaidah agama dan pendidikan agama di rumah, pergaulan dan perkawinan. Perubahan ini muncul karena pada masyarakat terjadi pergeseran pola hidup yang semua bercorak sosial religius ke pola individual matrealistis dan sekuler. Salah satu dampak perubahan itu adalah terancamnya lembaga perkawinan yang merupakan lembaga pendidikan dini bagi anak dan remaja. Dalam masyarakat yang modern ini telah terjadi perubahan dalam cara mendidik anak dan remaja dalam keluarga.16 Karena anak lahir dari keluarga, serta untuk beberapa tahun ia hidup dan berkembang di dalam keluarga itu, maka hampir seluruh perkembangan jiwa raganya ditentukan oleh keluarga itu. Hal-hal yang terjadi di dalam keluarga sangat berpengaruh dalam masa pertumbuhan anak itu, dan menjadi atau ikut serta menentukan watak anak itu.17 Terkait dengan itu, bahkan lingkungan, sifat dan perilaku orang tua saat ibu mengandung anaknya pun akan berpengaruh besar bagi perkembangan anak. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Penawaran orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik beragana maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat, baik dan berperadaban. Hal ini senada dengan hadis Nabi saw yang diriwayatkan Abu Hurairah di atas. Peranan keluarga dalam perkembangan anak diantaranya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1) Faktor Biologis Anak adalah hasil dari buah kasih kedua orang tua. Anak dalam genetika manusia, keturunan atau anak itu mewarisi gen-gen dari orang tua. Orang tua memiliki peran yang sangat menentukan 16
Dadang Hawari, Alqur’an, Ilmu Kedokteran dan Kesehata Jiwa, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1997), hlm. 165-166. 17 Abu Ahmadi dan M. Umar, Psikologi Umum, (Surabaya: Bima Ilmu, 1982), hlm. 170.
54
dan memiliki pengaruh yang sangat penting bagi proses pendidikan dalam keluarga. 2) Faktor psikologis Fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang mengembangkan hubungan yang baik di antara anggota keluarga. Hubungan cinta kasih dalam keluarga tidak sebatas perasaan, akan tetapi juga menyangkut pemeliharaan, rasa tanggung jawab, perhatian, pemahaman, respek dan keinginan untuk menumbuh kembangkan anak yang dicintainya. Keluarga yang hubungan antar anggotanya tidak harmonis, penuh konflik atau gap communication dapat mengembangkan masalah mental bagi anak. Pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya adalah pendidikan yang didasarkan pada rasa kasih sayang terhadap anakanaknya dan yang diterimanya dari kodrat.18 3) Faktor sosial Keluarga merupakan bagian yang paling penting dari jaringan
sosial
anak,
sebab
anggota
keluarga
merupakan
lingkungan anak dan orang yang paling penting selama tahuntahun formatif anak. Hubungan dengan anggota keluarga menjadi landasan sikap terhadap orang, benda dan kehidupan secara umum. mereka juga meletakkan landasan bagi pola penyesuaian dan belajar berfikir tentang diri mereka sebagaimana dilakukan anggota keluarga mereka. Akibatnya mereka belajar menyesuaikan pada kehidupan atas dasar landasan yang diletakkan ketika lingkungan untuk sebagian besar terbatas pada rumah. Meluasnya lingkup sosial dan adanya kontak dengan teman sebaya dan orang dewasa luar rumah, landasan awal yang diletakkan di rumah ini mungkin berubah dan dimodifikasi, namun
18
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), hlm.80.
55
tidak pernah akan hilang sama sekali. Sebaliknya landasan ini mempengaruhi pola sikap dan perilaku dikemudian hari. 19 4) Faktor spiritual Lingkungan keluarga sebagai lembaga pendidikan yang paling awal dikenali anak harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah lingkungan terkecil yang paling mendidik. Di samping usaha-usaha lahiriah seperti memberi nasihat yang baik atau bila perlu mencarikan atau menunjukkan figur-figur yang patut di teladani. Orang tua (keluarga) juga perlu menempuh usaha-usaha batiniah berupa do’a, kita yakin bahwa do’a adalah salah satu faktor penting dalam kehidupan seorang muslim. Keberhasilan usaha tidak hanya ditentukan oleh usahausaha lahiriah semata, namun faktor do’a pun turut menentukan. 20 Di samping itu juga orang tua (keluarga) juga bertanggung jawab untuk membina mengembangkan, membimbing serta mengarahkan anak agar menjadi pengabdi Allah yang taat dan setia sesuai dengan hakikat penciptaan manusia. Keluarga merupakan industri yang dapat memenuhi kebutuhan menusiawi, terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadiannya dan rasa manusiawi. Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik biologis maupun sosio psikologisnya. Apabila anak telah merasa aman, penerimaan social dan harga dirinya, maka anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan diri.21 Pembinaan mental seseorang mulai sejak ia kecil, semua pengalaman yang dilalui, baik yang disadari atau yang tidak, ikut menjadi unsur-unsur yang menggabung dalam kepribadian seseorang. Di antara unsur-unsur yang terpenting yang akan menentukan corak kepribadian 19
Elizabet B. Hurlock, Perkembangan Anak,(Jakarta: Erlangga, 1995), hlm. 200 Sri Harini dan Aba Firdaus, op.cit., hlm. 33-34. 21 Syamsu Yunus LN, op.cit., hlm. 37 20
56
seseorang di kemudian hari adalah nilai-nilai yang diambil dari lingkungan, terutama keluarga sendiri.22 b. Lingkungan sekolah Proses pembelajaran yang juga merupakan proses pendidikan dilangsungkan
di
dalam
lembaga
yang
pembelajaran itu. Lembaga itu disebut sekolah.
mengadakan 23
proses
Sekolah merupakan
faktor penentu bagi perkembangan faktor kepribadian anak (siswa), baik dalam cara berfikir, bersikap maupun berprilaku. Sekolah berperan sebagai substitusi keluarga dan guru substitusi orang tua. Hal ini disebabkan para siswa harus hadir di sekolah, sekolah memberikan pengaruh pada anak sejak dini. Seiring dengan perkembangan konsep dirinya, anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah dari pada tempat lain. Dari jam 8 sampai habis waktu belajar, sekolah memberikan kesempatan pada siswa untuk meraih sukses dan sekolah memberikan kesempatan pada siswa untuk menilai dirinya dan kemampuan dirinya secara realistis. Menurut Dr. Dadang Hawari secara detail menjelaskan bahwa tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh 4 faktor yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya yang selanjutnya dikenal dengan pendekatan holistic pada tumbuh kembang anak, yaitu: faktor organo biologik, psikoeducatif, sosial budaya dan spiritual (agama). Anak akan tumbuk kembang sehat apabila keempat faktor tadi terpenuhi dengan baik. Sehubungan dengan hal itu yang dimaksud dengan pendekatan holistic pada tumbuh kembang anak adalah bahwa dalam mempersiapkan anak menyongsong abad ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam era globalisasi, maka orang tua hendaknya memperhatikan keempat faktor tersebut.24
22
Zakiah Darajat, Peranan Agama dalam kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 2001), hlm.83 23 Sugeng Priyono, Proses Pembelajaran Sebagai Proses Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 1999), hlm.14 24 Sri Harini dan Aba Firdaus, op.cit. hlm. 67
57
1) Faktor organo-biologik Perkembangan mental intelektual dan mental emosional banyak ditentukan sejauh mana perkembangan susunan saraf pusat (otak) dan kondisi fisik organ tubuh lainnya. Tumbuh kembang anak secara fisik agar sehat memerlukan gizi makanan yang baik dan bermutu. Lebih-lebih bagi tumbuh kembang otak, bahan baku utamanya adalah gizi protein. 2) Faktor psiko- educatif Tumbuh kembang anak secara kejiwaan amat dipengaruhi oleh sikap, cara dan kepribadian orang tua dalam mendidik anakanaknya. Tumbuh kembang anak memerlukan dua jenis makanan, yaitu makanan bergizi untuk pertumbukan otak dan fisikya serta makanan dalam bentuk mental. Yang kedua ini berupa kasih sayang, perhatian, pendidikan, dan pembinaan yang bersifat kejiwaan atau psikologi yang dapat diberikan orang tua dalam kehidupan sehari-harinya. Sikap-sikap yang merupakan daya kemampuan dan kompetensi anak antara lain: sikap terbuka, sikap anak untuk menerima kata tidak atau kemampuan mengendalikan diri terhadap sikap orang lain yang mengecewakan dan keterpaduan ketiga sikap tersebut yaitu kepercayaan dasar, keterbukaan dan kemampuan menerima kata tidak. 3) Faktor sosial budaya Faktor sosial budaya penting bagi tumbuh kembang anak dalam proses pembentukan kepribadian kelak dikemudian hari. 4) Faktor agama Betapapun telah terjadi perubahan-perubahan sosial budaya, pendidikan agama hendaknya tetap diutamakan, sebab dalam agama terkandung nilai-nilai moral, etik dan pedoman hidup sehat yang universal dan abadi sifatnya.
58
B. Pengertian Kepribadian Pribadi (person) adalah seorang diri yang memiliki sifat atau kepribadian (personality), sedangkan kepribadian itu sendiri adalah sifat dari seorang pribadi (person) itu sendiri. Pribadi (individu), dalam tatanan spiritual, mempunyai kata Latin persona, artinya topeng aktor. Thomas Aquines mengatakan, pribadi manusia adalah makhluk yang paling sempurna dalam alam semesta. 25 Hal senada dikatakan oleh E. Koswara, bahwa pribadi berasal dari kata Latin: persona, pada mulanya kata persona ini menunjuk kepada topeng yang biasa digunakan oleh para pemain sandiwara di zaman Romawi dalam memainkan peran-perannya. Pada waktu itu, setiap pemain sandiwara memainkan peranannnya masing-masing sesuai dengan topeng yang dikenakannya. Dari sini lambat laun kata persona (personality) berubah menjadi suatu istilah yang mengacu kepada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok atau masyarakatnya, di mana kemudian individu tersebut diharapkan bertingkahlaku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial (peran) yang diterimanya itu. 26 Karena itu, pribadi merupakan milik individu yang berkait dengan kodrat spiritual yang tidak dapat berkomunikasi. Jelasnya, hanya manusialah yang memiliki pribadi; pribadi ditunjuk atas namanya sendiri sebagai subyek atas semua pernyataan dan pemilik segala atribut. Kepribadian adalah pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang-baik yang jasmani, mental, rohani, emosionil maupun yang sosial. Semua ini telah ditatanya dalam caranya yang khas, di bawah beraneka pengaruh dari luar. Pola ini terwujud dalam tingkah lakunya, dalam usahanya menjadi manusia sebagaimana dikehendakinya.27 Kepribadian menurut ahli kepribadian jiwa adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya, yang digunakan untuk 25
E. Koswara, Teori-teori Kepribadian, (Bandung: PT. Eresco, 1991), hlm. 10. Ibid. 27 Staf Yayasan Cipta Loka Caraka (penyadur), Tantangan Membina Kepribadian, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1996), hlm. 14. 26
59
bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segal rangsangan, baik yang timbul dari lingkungannya (dunia luar), maupun yang datang dari dirinya sendiri (dunia dalam), sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas untuk individu tersebut.28 Kepribadian terdiri dari semua kualitas pribadi yang membuat orang berbeda satu ama lainnya. Kepribadian adalah kualitas umum daripada tingkah laku yang dipengaruhi oleh “hati” (ide atau gambaran dari apa yang dikerjakan). Dia tidak mewarisi hati ini dari kepribadiannya. Dia berkembang dengan cara yang didapat dari perlakuan orang-orang lain sejak dia dilahirkan.29
Dengan
demikian,
dapat
digambarkan
tentang
makna
kepribadian, yaitu bahwa: 1. Kepribadian tidak dikembangkan hanya dengan mencapai beberapa sifat dan tabiat tertentu, seperti merangkai merjan. 2. Kepribadian tidak sama dengan mudah bergaul 3. Kepribadian bukan setumpuk keahlian mencari tempat 4. Kepribadian bukanlah sesuatu yang kita pakai atau kita lepaskan semau kita, seperti celana dan baju. 5. Kepribadian tidak sama dengan nama baik, yang merupakan pendapat baik-buruk orang lain tentang diri kita 6. Kepribadian tidaklah sama dengan tabiat. 7. Kepribadian bukannya terbentuk semenjak kita lahir hingga tak bisa diubah.30
C. Teori-teori Kepribadian Teori kepribadian, sama halnya dengan teori-teori lain yang terdapat dalam psikologi, merupakan salah satu bagian yang amat penting dan tidak bisa diabaikan kegunaannya. Dapat dikatakan bahwa, tanpa adanya teori kepribadian, upaya ilmiah untuk memahami tingkah laku manusia, sulit dilaksanakan.31
28
Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997) hlm. 214 29 Hanifah Bambang Purnomo, Memahami Dunia Anak, (Bandung: Mandar Maju, 1994), hlm. 12 30 Staf Yayasan Cipta Loka Caraka (penyadur), op.cit., hlm. 17 31 E. Koswara, op.cit., hlm. 5.
60
Adapun teori-teori kepribadian yang terkenal menurut para tokoh adalah sebagai berikut: 1. Teori Kepribadian Menurut Gordon Allport Menurut Gordon W. Allport, bahwa “kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu yang terdiri dari sistim-sistim psiko-fisik yang menentukan cara penyesuaian diri yang unik (khusus) dari individu tersebut terhadap lingkungannya”.32 Menurutnya, salah satu yang paling memotifasi manusia adalah kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologisnya. Kecenderungan ini ia sebut dengan pemfungsian oportunistik (propiate functioning) atau propium (diri), yakni apa pun yang kita lakukan dalam hidup biasanya adalah demi menunjukkan siapa diri kita.33 Dengan memberi tekanan lebih pada diri atau proprium, Allport sebenarnya ingin mendefinisikan konsep diri sehati-hati mungkin. Untuk maksud ini, dia menempuh dua pendekatan: fenomenologi dan fungsional. Diungkapkan oleh Allport sebagaimana dikutip oleh Dr. C. George Boeree sebagai berikut: First, phenomenologically, i.e. the self or proprium, Allport wanted to define it as carefully as possible. He came at that task from two directions, phenomenologically and functionally. His function become a developmental theory all by itself. The self has seven functions, which tend to arise at certain times of one’s life: 1) Sense of body 2) Self-identity 3) Self-esteem 4) Self-extension 5) Self-image
32
Sarlito Wirawan Sarwono, op.cit., hlm., 88. Lihat pula: Penerbit Tarsito, Mempelajari Teori Kepribadian Berarti Mengenal Penilaian Orang Terhadap Diri Kita, (Bandung: Penerbit Tarsito, 1984), hlm., 95 33 Dr. C. George Boeree, Personality Theories, terj. Inyiak Ridwan Munzir, (Yogyakarta: Prismasophie, 2004), hlm. 434-435.
61
6) Rational coping 7) Propriate striving34 Pertama, diri secara fenomenologis, artinya diri sebagaimana dialami sehari-hari. Dia menganggap diri terdiri dari aspek yang menurut Anda paling esensial (lawan dari aspek insidental dan aksidental), paling hangat (lawan dari diri yang dingin dan kabur) dan paling sentral (sebagai lawan dari diri sampingan). Definisi fungsional yang dia (Allport) tawarkan kemudian berubah menjadi teori perkembangan. Diri memiliki fungsi, di mana setiap fungsi muncul di usia-usia tertentu: 1) Indra jasmani 2) Identitas-diri 3) Harga-diri 4) Perluasan-diri 5) Citra-diri 6) Peniruan rasional 7) Dorongan untuk mengejawentahkan diri35 Indra jasmani, berkembang di usia 0-2 tahun. Dengan indera kita merasakan sesuatu, rasa sakit, sentuhan dan gerakan. Inderalah yang membuat kita sadar akan sekeliling kita. Identitas diri, juga berkembang pada usia 0-2 tahun. Di sini seorang bayi mulai menyadari keberadaannya terus ada. Dia memiliki waktu yang telah dia habiskan, waktu yang sedang ia alami dan waktu yang akan di jalani. Harga diri, berkembang pada usia 2-4 tahun. Di usia ini kita mulai menyadari bahwa kita bernilai bagi orang lain dan bagi diri kita sendiri.
34
Dr. C. George Boeree, Personality Theories Gordon Allport, www.google.htp.com. Desember 2005. 35 Dr. C. George Boeree, Personality Theories, terj. Inyiak Ridwan Munzir, op.cit., hlm. 435-436.
62
Perluasan diri berkembanga di usia 4-6 tahun. Ada barang, orang atau peristiwa-peristiwa di sekeliling kita yang kita anggap penting dan essensial bagi eksistensi kita. Citra diri, juga berkembang pada usia 4-6 tahun. Di tahap ini, diri yang berkembang adalah “diri yang ada di dalam cermin”, Aku sebagaimana orang lain memandangnya. Peniruan rasional umumnya diperoleh pada usia 6-12 tahun. Di tahap
ini
seorang
anak
mulai
mengembangkan
kemampuannya
menyelesaikan persoalannya secara rasional dan efektif. Dorongan untuk mengejawantahkan diri, biasanya tidak muncul sampai anak usia 12 tahun. Di tahap ini diri saya (my self) berfungsi sebagai tujuan ideal berbagai rencana, memiliki tujuan dan arah. Titik puncak dari tahap ini menurut Allport adalah kemampuan seseorang menegaskan saya adalah tuan bagi hidup saya sendiri.36 2. Teori Kepribadian Psikoanalisa Menurut Sigmund Freud Sigmund Freud dilahirkan pada 6 Mei 1856 dari sebuah keluarga Yahudi di Freiberg, Moravia, sebuah kota kecil di Austria (kini menjadi bagian dari Cekoslowakia). Ia berasal dari keluarga yang ekonominya rendah dan ketika telah menjadi dokter ia membuka praktek bersama istrinya. Berkaitan dengan kepribadian, ia menemukan teori psikoanalisa. Dalam teori psikoanalisa, kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur atau sistem, yakni id, ego, dan superego. Meskipun ketiga sistem tersebut memiliki fungsi, kelengkapan, prinsip-prinsip operasi, dinamisme, dan mekanisme masing-masing, ketiga prinsip kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas. Id adalah sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Untuk dua sistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai penyalur energi yang dibutuhkan
36
Ibid., hlm. 436-437.
63
oleh sistem-sistem tersebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya.37 Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengauh individu kepada dunia objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (the reality principle). Superego adalah sistem kepribadian berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk). 3. Teori Kepribadian Behaviorisme Menurut Skinner Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913. teori ini dibawa oleh Burrhus Frederic Skinner (dilahirkan 20 Mei 1904 di Susquehanna, Amerika Serikat). Dari perspektif Skinner, studi tentang kepibadian melibatkan pengujian yang sistematis dan pasti atas sejarah hidup atau pengalaman belajar dan latar belakang genetik atau faktor bawaan yang khas dari individu. Menurut Skinner, individu adalah organisme memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu point di mana faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula pada individu tersebut.38 4. Teori Kepribadian Humanistik Menurut Abraham Maslow Ajaran-ajaran dasar psikologi humanistik dipresentasikan oleh teori kepribadian Maslow, maka ajaran-ajaran dasar psikologi humanistik yang akan dibahas sebagain besar dari Maslow. a. Individu sebagai keseluruhan yang integral. Salah satu aspek yang fundamental dari psikologi humanistik adalah ajarannya bahwa manusia atau individu harus dipelajari sebagai keseluruhan yang integral, khas dan terorganisasi. 37 38
Ibid., hlm. 32. Ibid., hlm. 77
64
b. Ketidakrelevanan penyelidikan dengan hewan. Para juru bicara psikologi humanistik mengingatka tentang adanya perbedaan yang mendasar antara tingkah laku manusia dengan hewan. Bagi mereka, manusia lebih dari sekedar hewan. c. Pembawaan baik manusia. Psikologi humanistik memiliki anggapan, bahwa manusia itu pada dasarnya adalah baik, atau tepatnya netral. Menurut perspektif humanistik, kekuatan jahat atau merusak yang ada pada manusia itu adalah hasil dari lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan bawaan. d. Penekanan pada kesehatan psikologis. Maslow mengatakan secara konsisten bahwa tidak ada satu pun pendekatan psikologis yang mempelajari manusia dengan bertumpu pada fungsi-fungsi manusia berikut cara dan tujuan hidupnya yang sehat. 39 Menurut Maslow kebutuhan manusia yang tersusun bertingkat itu dirinci ke dalam lima tingkatan kebutuhan, yakni: a) b) c) d) e)
Kebutuhan dasar fisiologis Kebutuhan akan rasa aman Kebutuhan akan cinta dan memiliki Kebutuhan akan rasa harga diri, dan Kebutuhan akan aktualisasi diri.40
D. Pembentukan Kepribadian Anak Dari hasil penelitian masing-masing H. Thomas dan H.H. Goddard, bahwa kedua hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dua faktor hereditas dan Lingkungan memang sama pentingnya, orang dewasa sebaiknya berusaha semaksimal mungkin untuk memberi lingkungan seluas-luasnya dan sebaikbaiknya agar warisan yang mereka terima bisa berkembang maksimal, sebab meskipun warisan berkualitas tinggi namun lingkungan yang kurang memadai hanya akan menghasilkan individu yang relatif rendah.41
39
E. Koswara, op.cit., hlm. 115-117 Ibid., hlm. 119 41 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang bekerja sama dengan Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 29 40
65
Berdasarkan studi–studi mengenai perkembangan pola kepribadian telah mengungkapkan bahwa tiga faktor menentukan perkembangan kepribadian; 1) Faktor bawaan (hereditas) 2) Pengalaman awal dalam lingkungan keluarga, dan 3) Pengalaman-pengalaman dalam kehidupan selanjutnya.42 Jadi, untuk membentuk kepribadian anak yang sesuai dengan keinginan orang tua, maka orang tua harus memulainya sejak anak masih dalam kandungan ibu dan bahkan harus memperbaiki diri keduanya, sebab faktor hereditas (keturunan) sangat menentukan. Jika anak tersebut telah lahir, maka kedua orang tua adalah lingkungan pertama yang akan menentukan ke mana dan bagaimana ia berkepribadian. Sebagaimana hadis Nabi SAW yang termaktub di atas. Khususnya mengenai pengalaman-pengalaman yang ikut membentuk kepribadian, dapat dibedakan menjadi dua golongan: 1) Pengalaman yang umum. Yaitu yang dialami oleh tiap-tiap individu dalam kebudayaan tertentu. Kepribadian seseorang tidak dapat sepenuhnya diramalkan atau dikenali hanya berdasarkan pengetahuan tentang struktur kebudayaan di mana orang itu hidup. Hal ini disebabkan karena: a) pengaruh kebudayaan terhadap seseorang tidaklah sama karena medianya (orang tua, saudara, koran dan lain-lain) tidaklah sama pula pada setiap orang. 2) Pengalam yang khusus. Yaitu yang khusus dialami individu sendiri. Pengalaman itu tidak tergantung pada status dan peranan orang yang bersangkutan dalam masyarakat.43 Perkembangan atau pembentukan kepribadian anak tidaklah terjadi dengan begitu saja, melainkan merupakan perpaduan (interaksi) antar faktorfaktor konstitusi biologi, psikoedukatif, psikososial dan spiritual. Peran orang tua amat penting pada faktor ini. Dua orang sarjana dari Universitas Nebrska (AS) yaitu Prof. Nick Stinnet dan Prof. John De Frain dalam studinya yang berjudul “The national 42
McGraw-Hill, Child Development, alih bahasa: Med. Meitasari (Surabaya: Erlangga, 1978), hlm. 238. 43 Sarlito Wirawan Sarwono, op.cit., hlm., 89.
66
Study on Family Strength” mengemukakan bahwa paling sedikit harus ada enam kriteria dalam mewujudkan suatu keluarga atau rumah tangga yang dapat dikategorikan sebagai rumah tangga yang sehat dan bahagia, yang amat penting bagi tumbuh kembangnya seorang anak (dalam upaya pembentukan kepribadian anak). Keenam kriteria tersebut adalah: 1) Kehidupan beragama dalam keluarga 2) Mempunyai waktu untuk bersama 3) Mempunyai pola komunikasi yang baik bagi sesama anggota keluarga 4) Saling menghargai satu dengan lainnya 5) Masing-masing anggota keluarga merasa terikat dalam ikatan keluarga sebagai kelompok 6) Bila terjadi permasalahan dalam keluarga mampu menyelesaikan secara positif dan konstruktif44 Untuk menciptakan keluarga atau perkawinan sehat dan bahagia sesuai kriteria di atas, sudah barang tentu peran dan fungsi seorang ibu tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dan pengertian suami selaku ayah dan kepala rumah tangga.45 Sehingga kedua orang tua yang membentuk kepribadian yang baik bagi anaknya, maka sejak dini mereka harus berdo’a
46
sesuai dengan
Firman Allah SWT: QS. Ali Imran: 38, sebagaimana termaktub pada bab 2 (dua) di atas yang isinya: “Ya Tuhanku berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do’a.”
44
Dadang Hawari, op.cit., hlm. 215. Ibid, hlm. 216 46 Ibid., hlm. 215 45