BAB III TEORI PERKEMBANGAN ANAK
A. Pengertian Perkembangan Anak Istilah “perkembangan” (development) dalam psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup rumit dan kompleks. Di dalamnya terkandung banyak
dimensi.
Oleh
sebab
itu,
untuk
dapat
memahami
konsep
perkembangan, perlu terlebih dahulu memahami beberapa konsep lain yang terkandung di dalamnya, diantaranya adalah pertumbuhan, kematangan, dan perubahan. Secara sederhana Seifert dan Hoffnung mendefinisikan perkembangan sebagai “Long-term changes in a person’s growth feelings, paterns of tingking, social relationships, and motor skills.”1 Menurut Monks dkk, mengartikan perkembangan sebagai “suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat terulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.” Perkembangan juga dapat diartikan sebagai “proses yang kekal dan tetap menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan belajar.”2 Sedangkan Desmita mendefinisikan perkembangan tidak terbatas pada pengertian perubahan secara fisik, melainkan di dalamnya juga terkandung serangkaian perubahan secara terus menerus dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju tahap kematangan, melalui pertumbuhan dan belajar.3 Dalam
konsep
perkembangan
juga
terkandung
pertumbuhan.
Pertumbuhan (growth) sebenarnya merupakan sebuah istilah yang sering
1
Seifert, K.L. dan Hoffnung, R.J., Child and Adolescent Development, (Boston: Houghton Mifflin Company, 1994), hlm. 17. 2 F.J. Monks A.M.P Knoers, Ontwikkelings Psychology, terj. Siti Rahayu Haditono, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1998), cet. 11, hlm. 1 3 Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 4
digunakan dalam biologi, sehingga pengertian lebih bersifat biologis.4 C.P. Chaplin, mengartikan pertumbuhan sebagai satu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran bagian-bagian tubuh dari organisme sebagai suatu keseluruhan.5 Menurut A.E. Sinolungan, pertumbuhan merujuk pada perubahan kuantitatif, seperti panjang, volume, atau berat.6 Sedangkan Ahmad Tanthowi, mengartikan pertumbuhan sebagai perubahan jasad yang meningkat dalam ukuran, sebagai akibat dari adanya perbanyakan sel-sel.7 Pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohani yang disebut di atas, sebenarnya merupakan satu kesatuan dalam diri manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain. Laju perkembangan rohani dipengaruhi oleh laju pertumbuhan jasmani, demikian juga sebaliknya. Pertumbuhan dan perkembangan itu pada umumnya berjalan selaras dan pada tahap-tahap tertentu menghasilkan “kematangan”, baik kematangan jasmani maupun kematangan mental. Istilah kematangan dalam bahasa inggris disebut dengan maturation. Chaplin mengartikan kematangan sebagai; 1) perkembangan atau proses mencapai kemasakan (kemantapan), 2) proses perkembangan, yang dianggap berasal dari keturunan, atau tingkah laku khusus individu (spesies).8 Sementara itu Davidoff, menggunakan istilah kematangan untuk menunjuk pada munculnya pola perilaku tertentu yang tergantung pada pertumbuhan jasmani dan kesiapan susunan syaraf. Proses kematangan ini juga sangat tergantung pada gen karena pada saat terjadinya pembuahan, gen sudah memprogram potensi-potensi tertentu untuk perkembangan mahluk tersebut di kemudian hari.9
4
Ibid. 5. C.P. Chaplin, Dictionary of Psychology, terj. Kartini Kartono, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), cet. ke-8, hlm. 9. 6 Sinolungan, A.E., Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Gunung Agung, 1997), hlm. 8. 7 Desmita, Op. cit., hlm. 5. 8 C.P. Chaplin, Op. cit., hlm. 6. 9 Davidoff, L.L., Introduction to Psychology, terj. Mari Juniati, (Jakarta: Erlangga, 1988), hlm. 11. 5
Jadi kematangan sebenarnya merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pola perkembangan tingkah laku individu. Meskipun demikian, kematangan tidak dapat dikategorikan sebagai faktor keturunan atau pembawaan, karena kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri yang umum dimiliki oleh setiap individu dalam bentuk dan masa tertentu.10 Ada beberapa perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan lebih banyak berkenaan dengan aspek-aspek jasmaniah atau fisik, sedang perkembangan berkenaan dengan aspek-aspek psikis atau rohaniah. Pertumbuhan menunjukkan perubahan secara kuantitas, yaitu penambahan ukuran besar, tinggi ataupun berat, sedang perkembangan berkenaan
dengan
peningkatan
kualitas,
yaitu
peningkatan
dan
penyempurnaan fungsi.11 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
berkenaan
dengan
penyempurnaan
struktur,
sedang
perkembangan dengan penyempurnaan fungsi. Perkembangan merupakan suatu perubahan dan perubahan ini bersifat kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi material, melainkan pada segi fungsional. Dari uraian ini, perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif dari pada fungsi-fungsi. Baik pada pertumbuhan maupun perkembangan berhubungan pula dengan kematangan, yang merupakan masa yang terbaik bagi berfungsinya atau berkembangnya aspek-aspek kepribadian tertentu.12 Misalnya usia satu tahun merupakan masa kematangan bagi bayi untuk berjalan, usia enam tahun bagi kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Perubahan suatu fungsi adalah disebabkan oleh adanya proses pertumbuhan material yang memungkinkan adanya fungsi itu, disamping itu disebabkan pula perubahan tingkah laku hasil belajar. Dengan demikian bisa dirumuskan pengertian perkembangan adalah “perubahan kualitatif dari pada 10
Ibid. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 111. 12 Ibid, hlm. 112. 11
setiap fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar”.13 Hal ini senada dengan
apa yang disampaikan
oleh Muhibbin Syah yang
mendefinisikan perkembangan sebagai proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya itu sendiri.14 Dengan kata lain, penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organorgan fisik. Perkembangan akan berlanjut terus hingga manusia mengakhiri hayatnya. Sementara itu, pertumbuhan hanya terjadi sampai manusia mencapai kematangan fisik (maturation).15 Artinya orang tak akan bertambah tinggi atau besar jika batas pertumbuhan tubuhnya telah mencapai tingkat kematangan. Fungsi-fungsi kepribadian manusia berhubungan dengan aspek jasmaniah dan aspek kejiwaan. Fungsi-fungsi kepribadian yang jasmaniah diantaranya adalah: 1. Fungsi motorik pada bagian-bagian tumbuh. 2. Fungsi sensorik pada alat-alat indera. 3. Fungsi neurotik pada sistem syaraf. 4. Fungsi seksual pada bagian-bagian tumbuh yang erotis. 5. Fungsi pernafasan pada organ pernafasan. 6. Fungsi peredaran darah pada jantung dan urat-urat nadi. 7. Fungsi pencernaan makanan pada alat pencernaan. Sedangkan fungsi-fungsi kepribadian yang bersifat kejiwaan misalnya: 1. Fungsi perhatian. 2. Fungsi pengamatan. 3. Fungsi tanggapan. 4. Fungsi ingatan. 5. Fungsi fantasi. 6. Fungsi pikiran. 13
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990), hlm. 54. 14 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 11. 15 Ibid.
7. Fungsi perasaan. 8. Fungsi kemauan.16 Setiap fungsi yang disebutkan di atas, baik yang jasmaniah maupun yang kejiwaan, dapat mengalami perubahan. Perubahan pada fungsi-fungsi tersebut tidak secara kuantitatif, melainkan lebih bersifat kualitatif. Perubahan yang kualitatif tidak dapat dikatakan sebagai pertumbuhan, melainkan sebagai perkembangan. Oleh karena perkembangan menyangkut berbagai fungsi, baik jasmaniah maupun rohaniah, maka akan salah apabila kita beranggapan bahwa perkembangan adalah semata-mata sebagai perubahan atau proses psikologis. B. Hukum-hukum Perkembangan Perkembangan
tidak
dapat
dipisahkan
daari
pertumbuhan.
Pertumbuhan sesuatu materi jasmaniah dapat menumbuhkan fungsi dan bahkan perubahan fungsi pada materi jasmanish itu. Perubahan fungsi jasmaniah dapat menghasilkan kematangan atas fungsi itu. Kematangan fungsi-fungsi jasmaniah sangat mempenaruhi perubahan pada fungsi-fungsi kejiwaan. Itulah sebabnya mengapa perkembangan tidak dapat dipisahkan dengan pertumbuhan. Seperti halnya pertumbuhan yang terjadi dengan hukum-hukum tertentu, demikian
pula perkembangan tidak terjadi secara kebetulan,
melainkan dengan hukum-hukum tertentu pula. Hukum perkembangan diantaranya adalah: 1. Perkembangan adalah kualitatif Perkembangan tidak mengenai materi, melainkan mengenai fungsi. Perubahan fungsi tidak terjadi secara kuantitatif, melainkan secara kualitatif. Dengan demikian perkembangan itu adalah kualitatif. 2. Perkembangan sangat dipengaruhi oleh proses dan hasil belajar Berbagai bukti menunjukkan bahwa ciri perkembangan fisik dan mental sebagian berasal dari proses kematangan intrinsik dan sebagian
16
Wasty Soemanto, Op. cit., hlm. 55.
berasal dari latihan dan usaha individu. 17Belajar merupakan kegiatan yang dinamis, oleh karena itu wajar bahwa pengatahuan, keterampilan dan sikap seseorang
menjadi
berkembang
setelah
belajar.
Perkembangan
pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang ini akan menentukan tingkat kedewasaan. Tingkat-tingkat kedewasaan seseorang merupakan indikator penting bagi perkembangan orang, baik secara jasmaniah maupun kejiwaan. 3. Usia mempengaruhi perkembangan Beberapa anak berkembang dengan lancar bertahap dan langkah demi langkah, sedangkan yang lain bergerak dengan melonjak. Beberapa diantaranya menunjukkan sedikit penyimpangan. Oleh karena itu semua anak tidak mencapai titik perkembangan yang sama pada usia yang sama.18
Dengan
bertambahnya
usia,
maka
perkembangan
dan
pertumbuhan seseorang berlangsung terus menuju kepada tingkat kematangan-kematangan
tertentu
pada
fungsi-fungsi
jasmaniah.
Kematangan fungsi jasmaniah dapat mempercepat proses perkembangan, baik pada fungsi jasmaniah itu sendiri maupun pada fungsi kejiwaan. 4. Masing-masing individu mempunyai tempo perkembangan yang berbedabeda. Dalam keadaan normal, perkembangan seseorang berlangsung dalam tempo tertentu yang tidak mesti sama jika dibandingkan dengan tempo perkembangan orang lain. Tergantung tingkat faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik secara internal maupun eksternal.19 5. Dalam keseluruhan periode perkembangan, setiap perkembangan individu mengikuti pola umum yang sama. Setiap individu berkembang dengan mengikuti pola umum yang sama. Ini dikarenakan masing-masing individu memiliki material serta fungsi-fungsi yang sama untuk bertumbuh. Perubahan sifat-sifat genes 17
Elisabeth B. Hurlock, child development, terj. Meitasari Candrasa dan Muslimah Zarkasih, (Jakarta: Erlangga, tth), hlm. 28 18 Ibid. hlm. 35 19 Wasti Sumanto, Op.cit, hlm. 56
terjadi secara berkesinambungan dan teratur meskipun terdapat pengaruh lingkungan yang menyebabkan perbedaan perkembangan, namun pola umum perkembangan tetap sama.20 6. Perkembangan dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan Setiap fenomena atau gejala perkembangan anak merupakan produk dari kerjasama dan pengaruh timbal balik antara potensi hereditas dengan faktor lingkungan.21 Faktor hereditas dan lingkungan sama-sama penting bagi perkembangan individu. Hereditas menumbuhkan fungsifungsi dan kapasitas, sedangkan pendidikan dan pengaruh lingkungan lainnya mengembangkan fungsi-fungsi dan kapasitas. Baik rangsangan hereditas dan rangsangan lingkungan berinteraksi saling mempengaruhi untuk menimbulkan proses pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini mengharuskan pendidik untuk melakukan usaha-usaha:22 a. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. b. Memotivasi kegiatan anak untuk belajar, dan c. Membimbing perkembangan anak kearah perkembangan optimal 7. Perkembangan yang lambat dapat dipercepat Lambatnya perkembangan pribadi anak yang diakibatkan oleh penyakit, tekanan batin keputusasaan dan kurangnya perhatian dari lingkungan dapat dipercepat, melalui sikap pro aktif dari orang tua yang dedaktis, penciptaan lingkungan yang kondusif, serta memotivasi belajar anak untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki anak. 8. Perkembangan meliputi proses individuasi dan integrasi Meskipun tingkah laku individu pada mulanya bersifat umum, namun dengan majunya pertumbuhan terjadilah perkembangan masingmasing fungsi yang tidak bersamaan. Dalam pola umum pertumbuhan fisiknya, muncullah fungsi menggunakan sebelah tangannya tanpa dibarengi dengan penggunaan tangan yang sebelahnya lagi. Gerakan tangan yang masih global itu kemudian disusul dengan gerakan otot balik 20
Ibid. Kartono Kartini, Psikologi Anak, (Bandung: Mandar Maju, 1995), hlm. 21 22 Wasti Sumanto, Op.cit, Ihlm. 58 21
pada tangan dan jari untuk dapat memegang sesuatu benda. Dan akhirnya berkembanglah kecakapan sensoris-motorik seperti menulis dan memetik senar gitar. Ini merupakan proses individuasi dengan jalan mendefinisikan gerakan-gerakan khusus secara berangsur-angsur dari pola gerak global atau umum. Perkembangan juga merupakan proses integrasi. Perkembagan pribadi terjadi dari kondisi sederhana menuju kondisi yang semakin kompleks. Kecakapan-kecakapan yang bersifat kompleks berkembang melalui koordinasi dan integrasi dari fungsi-fungsi yang lebih sederhana dan kecil-kecil. Kenyataan ini menghendaki agar pendidikan mampu membimbing anak sehingga anak dapat mengungkap potensi-potensi yang dimiliki secara totalitas.23 C. Aspek-Aspek Perkembangan Perkembangan
berhubungan
dengan
keseluruhan
kepribadian
individu, karena kepribadian individu membentuk satu kesatuan yang terintegrasi. Kesatupaduan kepribadian ini sebenarnya sukar dipisah-pisahkan, tetapi untuk sekedar membantu mempermudah dalam memepelajari dan memahaminya, pembahasan aspek demi aspek bisa dilakukan Secara sederhana kita dapat membedakan beberapa aspek utama kepribadian, yaitu aspek fisik dan motorik, aspek intelektual, aspek sosial, aspek bahasa, aspek emosi, dan aspek moral dan keagamaan.24 Aspek-aspek ini adalah aspek-aspek besar yang terbagi lagi atas sub aspek dan sub-sub aspek yang lebih kecil. Perkembangan dari setiap aspek kepribadian tidak selalu bersamasama atau sejajar, perkembangan sesuatu aspek mungkin mendahului atau mungkin juga mengikuti aspek lainnya, tergantung dari faktor lingkungan tumbuh anak. Demikian uraian singkat dari aspek-aspek perkembangan:
23 24
Ibid, hlm. 56-59. Nana Syaudih Sukmadinata, Op. cit., hlm. 114.
1. Aspek Fisik dan Motorik Aspek ini mengalami perkembangan yang sangat menonjol adalah pada awal kehidupan anak, yaitu pada saat dalam kandungan dan tahuntahun pertama kehidupannya. Selama sembilan bulan dalam kandungan, ukuran fisik bayi tumbuh dan berkembangan dari seperduaratus mili meter menjadi 50 cm panjangnya. Selama dua tahun pertama, bayi yang tidak berdaya pada awal kelahirannya, telah menjadi anak kecil yang bisa duduk, merangkak, berdiri, bahkan pandai berjalan dan berlari, bisa memegang dan mempermainkan berbagai benda atau alat pada akhir tahun kedua. 2. Aspek Intelektual Aspek kognitif atau intelektual perkembangannya diawali dengan perkembangan
kemampuan
mengamati,
melihat
hubungan
dan
memecahkan masalah sederhana, kemudian berkembang ke arah pemahaman dan memecahkan masalah yang lebih rumit. Aspek ini berkembang pesat pada masa mulai masuk sekolah dasar (6-7 tahun). Berkembang konstan selama masa belajar dan mencapai puncaknya pada masa sekolah menengah atas (usia 16-17 tahun). Walaupun individu semakin pandai setelah belajar di perguruan tinggi, namun para ahli berpendapat bahwa setelah usia 17 tahun atau 18 tahun peningkatan kemampuan terjadi sangat lamban, yang ada hanyalah pengayaan, pendalaman dan perluasan wawasan.25 3. Aspek Sosial Aspek sosial anak berkaitan dengan hubungan anak dengan orangorang di sekitarnya. Lama, sebelum matanya dapat melihat dengan jelas, bayi yang baru dilahirkan akan merespon bunyi atau suara dan menuju ke asal suara
25
Ibid. hlm. 115.
sebagaimana layaknya orang dewasa.26 Bayi harus diberikan perawatan dengan penuh kelembutan, kasih sayang dan perhatian yang konsisten, sebab pada masa itu bayi sedang belajar tentang kasih sayang dan mempercayai orang lain. Anak yang merasa diberikan kasih sayang dan keamanan pada masa awal perkembangannya, maka ia kelak mudah mengembangkan persahabatan dan kedekatan dengan orang lain.27 Ketrampilan sosial cukup kompleks, dan anak perlu waktu untuk memahaminya. Anak perlu belajar tentang bagaimana merasakannya, bagaimana mendengar, berbagi, bekerjasama, mengambil atau memberi, dan mengatasi konflik. Umumnya bayi dan anak kecil dikenalkan oleh keinginan-keinginan dan perasaannya sendiri. Mereka belum dapat melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Ia akan berbuat sesuatu sesuai dengan apa yang ia rasakan dan inginkan. 4. Aspek Bahasa Aspek bahasa berkembang dimulai dengan menirukan bunyi dan perabaan.
Perkembangan
selanjutnya
berhubungan
erat
dengan
perkembangan kemampuan intelektual dan sosial. Bahasa merupakan alat untuk berfikir. Berfikir merupakan suatu proses memahami dan melihat hubungan. Proses ini tidak mungkin dapat berlangsung dengan baik tanpa alat bantu, yaitu bahasa. Perkembangan kedua aspek ini saling menunjang. Bahasa juga merupakan suatu alat untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan komunikasi berlangsung dalam suatu interaksi sosial. Dengan demikian perkembangan kemampuan berbahasa juga berhubungan erat dan saling menunjang dengan perkembangan kemampuan sosial. 5. Aspek Emosi Perkembangan aspek afektif atau perasaan (emosi) berjalan konstan, kecuali pada masa remaja awal (usia 13-14 tahun) dan remaja
26
Ali Nugraha dan Neny Ratnawati, Kiat Merangsang Kecerdasan Anak: Panduan Agar Anak Komunikatif dan Berfikir Kreatif, (Jakarta: Puspa Swara, 2004), cet. 2, hlm. 64. 27 Ibid.
tengah (usia 15-16 tahun). Pada masa remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diselingi dengan rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Pada masa remaja tengah rasa senang datang silih berganti dengan rasa duka. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir (usia 18-21 tahun). Kalau pada masa remaja tengah anak terombang-ambing dalam sikap mendua, ambivalensi, maka pada masa remaja akhir anak telah memiliki pendirian sikap yang relatif mempunyai kepercayaan diri.28 6. Aspek Moral dan Keagamaan Aspek moral dan keagamaan juga berkembang sejak kecil. Peranan
lingkungan
terutama
keluarga
sangat
dominan
bagi
perkembangan aspek ini. Pada mulanya anak melakukan perbuatan bermoral atau keagamaan karena meniru, kemudian menjadi perbuatan atas prakarsa sendiri. Perbuatan prakarsa sendiri inipun, pada mulanya dilakukan karena ada kontrol atau pengawasan dari luar,
kemudian
berkembang karena kontrol dari dalam dirinya sendiri. Tingkatan tertinggi dalam perkembangan moral adalah melakukan sesuatu perbuatan bermoral karena panggilan hati nurani, tanpa perintah, tanpa harapan akan suatu imbalan atau pujian. Secara potensial tingkatan moral ini dapat dicapai oleh individu pada akhir masa remaja, tetapi faktor-faktor dalam diri dan lingkungan individu sangat berpengaruh terhadap pencapaian nya.29 Sebagai realisasi tanggung jawab orangtua dalam mendidik anak dalam hal keagamaan, ada beberapa aspek yang sangat penting untuk diperhatiakan orang tua, yaitu pendidikan ibadah, pendidikan pokokpokok ajaran agama, pendidikan akhlakul karimah dan pendidikan aqidah islamiyah30
28
Nana Syaodih Sukmadinata, Op. cit., hlm. 115. Ibid., hlm. 116. 30 H.M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarata: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 105. 29
Secara umum terdapat pola-pola perkembangan, baik untuk setiap aspek maupun keseluruhan aspek perkembangan, tiap individu seringkali ditemukan kekhususan-kekhususan. Terbentuknya pola khusus ini berkaitan erat dengan perpaduan antara foktor-faktor yang ada dalam diri individu dengan faktor luar. D. Tahap-Tahap Perkembangan Perkembangan manusia berjalan secara bertahap melalui berbagai fase perkembangan. Dalam setiap fase perkembangan ditandai dengan bentuk kehidupan tertentu yang berbeda dengan fase sebelumnya. Sekalipun perkembangan itu dibagi-bagi ke dalam masa-masa perkembangan, hal ini dapat dipahami dalam hubungan keseluruhannya. Menurut Toy Buzan, secara garis besar seorang anak mengalami tiga tahap perkembangan penting, yaitu kemampuan motorik, perkembangan fisik dan perkembangan mental.31 Kemampuan motorik melibatkan keahlian motorik kasar, seperti menunjang berat tubuh di atas kaki, dan keahlian motorik halus seperti gerakan halus yang dilakukan oleh tangan dan jari. Pertumbuhan dan perkembangan
fisik
mengacu
pada
perkembangan
alat-atal
indra.
Perkembangan mental menyangkut pembelajaran bahasa, ingatan, kesadaran umum, dan perkembagan kecerdasan.32 Para ahli psikologi perkembangan pada umunya membagi periodisasi perkembangan didasarkan pada perubahan-perubahan yang terjadi pada tiga hal antara lain; periodisasi berdasarkan biologis, periodisasi berdasarkan psikologis dan periodisasi berdasarka dedaktis.33
31
Tony Buzan, Brain Child: Cara Pintar Membuat Anak Jadi Pintar, Terj. Marselita Harapan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 159. 32 Ibid. 33 Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Bandung: Teraju Mizan Publika, 2004), hlm. 173.
1. Periodisasi berdasarkan perubahan biologis Periodisasi ini bisa dilihat dari pembagian yang dilakukan Aristoteles yang menggambarkan perkembangan anak sejak lahir sampai mencapai dewasa dalam tiga periode, sebagai berikut: a. Fase kecil (0 sampai 7 tahun: masa bermain) b. Fase anak sekolah (7 sampai 14 tahun: masa anak sekolah rendah) c. Fase remaja (14 sampai 21 tahun: masa peralihan) Yang dijadikan dasar Aristoteles dalam pembagian perkembangan adalah dengan memperhatikan gejala pertumbuhan jasmani: antara fase pertama dan fase kedua dibatasi dengan pergantian gigi, antara fase kedua dan ketiga ditandai dengan bekerjanya kelenjar kelengkapan kelamin. 2. Periodisasi berdasarkan psikologis Tokoh yang menggunakan periodisasi ini adalah Oswald Kroch. Gejala psikologis yang dijadikan dasar pembagiannya adalah masa-masa kegoncangan. Menurut Kroch, kegoncangan yang ia istilahkan dengan trotz, dialami manusia selama dua kali, yakni; a) pada tahun ketiga, keempat kadang-kadang permulaan tehun kelima, dan b) pada permulaan masa pubertas. 3. Periodisasi berdasarkan dedaktis Dasar dedaktis yang dipergunakan dalam pembagian masa perkembangan ini adalah berhubungan dengan masalah materi apa yang harus diberikan dan bagaimana mengajarkan materi itu kepada anak. Tokoh pencetus pembagian periode ini adalah John Amos Comenius yang terkenal
konsepsinya
mengenai
bermacam-macam
sekolah
yang
disesuaikan dengan perkembangan anak. Secara singkat periodesasi yang dibuat Comenius antara lain sebagai berikut:34 a. Masa sekolah ibu, (untuk anak usia 0 sampai 6 tahun) b. Masa sekolah bahasa ibu (untuk anak usia 6 sampai 12 tahun) c. Masa sekolah bahasa latin, (untuk anak usia 12 sampai 18 tahun) d. Masa sekolah tinggi, (untuk anak usia 18 sampai 24 tahun) 34
Kartini Kartono, Op.cit, hlm. 34-35
Jalaluddin juga membagi perkembangan kedalam beberapa tahap sekaligus menerangkan bimbingan apa yang harus diberikan yang mengacu pada pernyataan-pernyataan Rasullullah.35 1. Anak usia 0-7 tahun Pada tahun pertama perkembangannya bayi masih sangat tergantung pada lingkungannya,kemampuan yang dimiliki masih terbatas pada gerakgerak, menangis. Usia setahun secara berangsur dapat mengucapkan kalimat satu kata, 300 kata dalam usia 2 tahun, sekitar usia 4-5 tahun dapat menguasai bahasa ibu serta memiliki sifat egosentris, dan usia 5 tahun baru tumbuh rasa sosialnya kemudian usia 7 tahun anak mulai tumbuh dorongan untuk belajar. Dalam membentuk diri anak pada usia ini menurut Rasulullah adalah dengan cara belajar sambil bermain karena dinilai sejalan dengan tingakt perkembangan usia ini. 2. Anak usia 7-14 tahun Pada
tahap
ini
perkembangan
yang
tampak
adalah
pada
perkembangan intelektual, perasaan, bahasa, minat, sosial, dan lainnya sehingga rasullullah menyatakan bahwa bimbingan dititik beratkan pada pembentukan disiplin dan moral (Addibhu). Sebagai langkah awal yang dinilai efektif dalam pembentukan disiplin pada usia ini adalah shalat, puasa dibulan Ramadhan, mengaji, dan lain sebagainya. 3. Anak usia 14-21 tahun Pada usia ini anak mulai menginjak usia remaja yang memiliki rentang masa dari usia 14/15 tahun hingga usia 21/22 tahun. Pada usia ini anak berada pada masa transisi sehingga menyebabkan anak menjadi bengal, perkataan-perkataan kasar menjadi perkataan harian sehingga dengan sikap emosional ini mendorong anak untuk bersikap keras dan mereka dihadapkan pada masa krisis kedua yaitu masa pancaroba yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke masa pubertas. Dalam kaitannya dengan kehidupan beragama, gejolak batin seperti itu akan menimbulkan 35
Jalaluddin, Mempersiapkan Anak Saleh (Telaah Pendidikan Terhadap Sunnah Rasul Allah SAW), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 117-137
konflik. Pada tingkat tertentu tak jarangkonflik batin menjurus pada keraguan terhadap keyakinan yang dianutnya, dan puncaknya akan berakibat pada terjadinya konversi. Perkembangan pribadi manusia menurut Wasty Soemanto dibagi ke dalam beberapa aspek perkembangan, antara lain perkembangan aspek fisiologis, perkembangan aspek psikologis, perkembangan aspek sosial, dan perkembangan aspek didaktis/pedagogis.36 Tahap-tahap perkembangan untuk tiap aspek tersebut tidaklah sama. Berikut ini dikemukakan tahap-tahap perkembangan pada tiap-tiap aspek secara umum. 1. Tahap-tahap perkembangan fisiologis Perkembangan fisiologis merupakan perubahan kualitatif terhadap struktur dan fungsi-fungsi fisiologis. Dengan adanya berbagai penelitian tentang pertumbuhan dan perkembangan biologis manusia, akhirnya orang pun dapat menemukan pengetahuan tentang tahap-tahap perkembangan fisiologis manusia secara agak mendetail. Berikut ini tahap-tahap perkembangan fisiologis yang cukup terperinci sesuai dengan hasil penelitian dari Gesell dan Amatruda. Menurut mereka tahap-tahap perkembangan fisiologis manusia dari awal prenatal sampai usia 5 tahun: a. Tahap konsepsi (seminggu setelah pembuahan); dalam tahap ini sperma memasuki ovum dan dalam proses pertumbuhannya terjadi pula pengorganisasian sel-sel “germinal”. b. Tahap embrionik (1 minggu sesudah konsepsi sampai umur 8 minggu kandungan); dalam tahap ini setelah ovum dimasuki oleh unsur syaraf dari ibu, terjadilah pertumbuhan sistem syaraf. Dalam proses pertumbuhan sistem syara ini terjadi pula pembentukan fungsi preneural. c. Tahap fetal (umur 2 sampai 2,5 bulan kandungan); tahap ini terjadi pembentukan fungsi informasi dan komunikasi dengan sensitifitas oral. 36
Wasty Soemanto, Op. cit., hlm. 60.
d. Tahap perluasan fetal (umur 2,5 sampai 3,5 bulan kandungan): dalam tahap ini terjadi perluasan pembentukan fungsi vetal dengan berkembangnya sistem syaraf dan jaringan otak di kepala. e. Tahap perkembangan reflek (umur 3,5 sampai 4 bulan kandungan); fungsi reflek mulai berkembang. f. Tahap perkembangan alat pernafasan (umur 4 sampai 4,5 bulan kandungan); dalam tahap ini terjadi perkembangan fungsi pernafasan pada bayi prenatal. g. Perkembangan fungsi tangan (umur 4,5 sampai 5 bulan kandungan); tahap ini tangan dan jari-jarinya mulai dapat bergerak-gerak. h. Tahap perkembangan fungsi leher (umur 5 sampai 6 bulan kandungan); tahap ini terjadi percepatan gerakan dan reflek pada leher. i. Tahap perkembangan fungsi otonomik (umur 6 bulan sampai lahir); dengan semakin lengkapnya pertumbuhan material tubuh bayi, maka dalam tahap ini berkembanglah fungsi sistem otonomik dengan pengendalian fisiko-kimiawi. j. Tahap kelahiran (sekitar 9 sampai dengan 10 bulan kandungan); dalam tahap ini terjadi perkembangan pesat pada fungsi vegetatif. k. Tahap perkembangan fungsi penglihatan (usia 1 bulan); bayi mulai dapat melihat benda-benda di alam sekitarnya, ini berlangsung sampai usia 4 bulan. l. Tahap keseimbangan kepala (usia 4 sampai 7 bulan); dalam tahap ini gerakan kepala semakin seimbang. m. Tahap perkembangan fungsi tangan (usia 7 sampai 10 bulan) tahap ini gerakan-gerakan tangan anak semakin terarah dan semakin kuat, sehingga anak cakap memegang dan menangkap sesuatu dengan tangan. n. Tahap perkembangan fungsi otot dan anggota badan (usia 10 bulan sampai 1 tahun); anak mengalami perkembangan berangsur-angsur dalam hal duduk, merayap, merangkak dan merambat. o. Tahap perkembangan fungsi kaki (usia 1 sampai 1,4 tahun); anak mulai dapat berdiri dan belajar berjalan.
p. Tahap perkembangan fungsi verbal (usia 1,5 sampai 2 tahun); anak mulai dapat menirukan dan mengucapkan kata-kata, dan kemudian pernyataan-pernyataan singkat. q. Tahap perkembangan toilet (umur 2 sampai 3 tahun); anak mulai dapat belajar kencing dan buang air besar tanpa bantuan orang lain. r. Tahap perkembangan fungsi bicara (usia 3 sampai 4 tahun); anak mulai bicara secara jelas dan berarti. Kalimat yang diucapkan anak mulai semakin baik. s. Tahap belajar matematik (usia 4 sampai 5 tahun); anak mulai dapat belajar
matematik
sederhana
misalnya,
menyebutkan
bilangan,
menghitung urutan bilangan dan penguasaan jumlah kecil dari pada benda-benda. t. Tahap sosialisasi (usia 5 sampai 7 tahun); dalam tahap ini anak mulai dapat belajar bergaul dengan teman-teman sebayanya. Dalam umur ini anak siap mengikuti pendidikan kanak-kanak.37 2. Tahap-tahap perkembangan psikologis Perkembangan psikologis pribadi manusia dimulai sejak masa bayi hingga masa dewasa. Seperti halnya pada perkembangan fisiologis, maka perkembangan psikologis melalui pentahapan tertentu yang berbeda dengan pentahapan perkembangan fisiologis. Menurut Jean Jacques Rousseau (1712-1778), perkembangan fungsi dan kapasitas kejiwaan manusia berlangsung dalam 5 tahap, sebagai berikut: a. Perkembangan masa bayi (sejak lahir – 2 tahun) Dalam tahap ini perkembangan pribadi didominasi oleh perasaan. Perasaan-perasaan senang atau tidak senang menguasai diri anak bayi, sehingga setiap perkembangan fungsi pribadi dan tingkah laku bayi sangat dipengaruhi oleh perasaan. Perasaan ini sendiri tidak
37
Ibid, hlm. 61-63.
tumbuh dengan sendirinya, melainkan berkembang sebagai akibat dari adanya reaksi-reaksi bayi terhadap stimuli lingkungannya. b. Perkembangan masa kanak-kanak (2 – 12 tahun) Dalam tahap ini, perkembangan pribadi anak dimulai dengan makin berkembangnya fungsi-fungsi indera anak untuk mengadakan pengamatan. Perkembangan fungsi ini memperkuat perkembangan fungsi pengamatan pada anak. Bahkan dapat dikatakan, bahwa perkembangan setiap aspek kejiwaan anak pada masa ini sangat didominasi oleh pengamatannya. c. Perkembangan masa pre adolesen (12 – 15 tahun) Dalam tahap ini perkembangan fungsi penalaran intelektual pada anak sangat dominan dengan adanya pertumbuhan sistem syaraf serta fungsi pikirannya, anak mulai kritis dalam menanggapi suatu ide atau pengetahuan dari orang lain. Kekuatan intelektual kuat, energi fisik kuat, sedangkan kemauan kurang keras. Dengan pikirannya yang berkembang anak mulai belajar menemukan tujuan-tujuan serta keinginan-keinginan yang dianggap sesuai baginya untuk memperoleh kebahagiaan. d. Perkembangan masa adolesen (15 – 20 tahun) Dalam tahap perkembangan ini kualitas kehidupan manusia diwarnai oleh dorongan seksual yang kuat. Keadaan ini membuat anak mulai tertarik kepada lawan jenis. Disamping itu, anak mulai mengembangkan pengartian tentang kenyataan hidup serta mulai memikirkan pola tingkah laku yang bernilai moral. Ia juga mulai belajar memikirkan kepentingan sosial serta kepentingan pribadinya. Berhubungan dengan berkembangnya keinginan dan emosi yang dominan dalam pribadi anak dalam masa ini Maka anak dalam masa ini sering mengalami kegoncangan serta ketegangan dalam jiwanya. e. Masa pematangan diri (setelah umur 20 tahun) Dalam tahap ini perkembangan fungsi kehendak mulai dominan. Orang mulai dapat membedakan adanya tiga macam tujuan
hidup pribadi, yaitu pemuasan keinginan pribadi, pemuasan keinginan kelompok dan pemuasan keinginan masyarakat. Semua ini akan direalisir
oleh
individu
dengan
belajar
mengandalkan
daya
kehendaknya. Dengan kemauannya, orang melatih diri untuk memilih keinginan-keinginan yang akan direalisir dalam tindakan-tindakannya. Realisasi setiap keinginan ini menggunakan fungsi penalaran, sehingga orang dalam masa perkembangan ini mulai mampu melakukan "self direction dan self control". Dengan kemampuan self direction dan self control itu maka manusia tumbuh dan berkembang menuju kematangan untuk hidup berdiri sendiri dan bertanggung jawab.38 3. Tahap perkembangan sosiologis Pengalaman sosial yang dini memainkan peranan yang penting dalam menentukan hubungan sosial di masa depan, dan pola perilaku terhadap orang-orang lain. Dan karena kehidupan bayi berpusat di sekitar rumah, maka di rumahlah di letakkan dasar perilaku dan sikap sosialnya kelak. Terdapat sedikit bukti yang menyatakan bahwa sikap sosial atau anti sosial merupakan sikap bawaan. Penelitian
tentang
penyesuaian
sosial
anak
menunjukkan
pentingnya peletakan dasar-dasar sosial pada masa bayi. Hal ini berdasarkan dua alasan. Pertama, jenis perilaku yang diperlihatkan bayibayi dalam situasi sosial mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosialnya. Alasan kedua mengapa dasar-dasar sosial yang dini itu penting adalah, bahwa sekali terbentuk dasar-dasar itu cenderung menetap sampai anak dewasa. Tentu saja ini tidak berarti bahwa kondisi tidak dapat diubah dengan bertambah majunya bayi atau selama masa kanak-kanak. Hal ini jelas bahwa dasar-dasar yang buruk merupakan penyebab dari penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial yang buruk. Tetapi, mengadakan perubahan setelah pola perilaku menjadi kebiasaan tidaklah mudah, juga tidak ada 38
Ibid, hlm. 64-65.
jaminan bahwa perubahan-perubahan ini akan sempurna. Itulah sebabnya mengapa dasar-dasar sosial yang baik sangat penting selama tahun-tahun masa bayi. 4. Tahap-tahap perkembangan dedaktis/pedagogis Tahap-tahap perkembangan pribadi manusia secara pedagogis dapat dikemukakan di sini menurut dua sudut tinjauan, yaitu dari sudut tinjauan teknis umum penyelenggaraan pendidikan dan dari sudut tinjauan teknis khusus perlakuan pendidikan. Mengenai pentahapan perkembangan pribadi manusia dari sudut tinjauan teknis umum penyelenggaraan pendidikan dapat diambilkan dari John Amos Comenius, mengenai perkembangan pribadi manusia yang terdiri atas lima tahap: a. Tahap 6 tahun pertama. Tahap perkembangan fungsi penginderaan yang memungkinkan anak mulai mampu untuk mengenal lingkungannya. b. Tahap 6 tahun kedua Tahap perkembangan fungsi ingatan dan imajinasi individu yang memungkinkan anak mulai mampu menggunakan fungsi intelektual dalam usaha mengenal dan menganalisa lingkungannya. c. Tahap 6 tahun ketiga Tahap perkembangan fungsi intelektual yang memungkinkan anak mulai mampu mengevaluasi sifat-sifat serta menemukan hubungan-hubungan antar variabel di dalam lingkungannya. d. Tahap 6 tahun keempat Tahap
perkembangan
fungsi
kemampuan
"berdikari"
self
direction dan self control. e. Tahap pematangan pribadi Tahap dimana intelek memimpin perkembangan semua aspek kepribadian
menuju
kematangan
pribadi
dimana
berkemampuan mengasihi Allah dan sesama manusia.39 39
Ibid., hlm. 75.
manusia
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Masalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan manusia, para ahli psikologi memiliki pendapat yang berbeda-beda. Ahli yang beraliran Nativisme, mereka berpendapat bahwa perkembangan individu itu, semata-mata ditentukan oleh unsur pembawaan (heredity). Tokoh utama aliran ini adalah Schopenhauer. Sedangkan
menurut
para
ahli
yang
beraliran
Empirisme,
perkembangan individu sepenuhnya ditentukan oleh faktor lingkungan atau pendidikan, sedangkan faktor dasar atau pembawaan sama sekali tidak berpengaruh. Tokoh utama aliran ini ialah John Locke. Aliran yang tampak menengahi kedua pendapat aliran yang ekstrim di atas adalah aliran Konfergensi dengan tokohnya yang terkenal William Stern. Menurut aliran ini perkembangan individu sebenarnya ditentukan oleh kedua kekuatan tersebut, baik faktor dasar maupun pembawaan maupun faktor lingkungan atau pendidikan. Keduanya secara convergent akan menentukan atau mewujudkan perkembangan kepribadian seorang individu.40 Tokoh pendidikan Nasional Indonesia, Ki Hajar Dewantoro juga sependapat dengan aliran ini. Beliau mengemukakan adanya dua faktor yang mempengaruhi perkembangan individu, yaitu faktor dasar atau pembawaan faktor internal dan faktor ajar atau lingkungan (faktor eksternal).41 Manusia dalam perkembangannya dipengaruhi oleh adanya faktorfaktor seperti; 1) faktor dari dalam diri manusia, yaitu: bakat, minat, kemauan, kecerdasan, dan fantasi, 2) faktor dari luar diri manusia yang mempengaruhi perkembangan manusia antara lain: keluarga, sekolah, teman, masyarakat dan lingkungan alam, 3) faktor campuran antara dari dalam dan dari luar diri manusia, yaitu adanya saling pengaruh antara bawaan dan pengaruh dari lingkungan.42
40
Sarlito Wirawan Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000), hlm. 21. 41 Akyas Azhari,Op. cit., hlm. 188. 42 Ibid., hlm. 191.
Menurut Elizabeth B. Hurlock baik faktor kondisi internal maupun faktor kondisi eksternal akan dapat mempengaruhi tempo/kecepatan dan sifat atau kualitas kepribadian seseorang. Tetapi seberapa besar pengaruh kedua faktor itu dapat ditentukan, masih sulit memperoleh jawaban yang pasti. Adapun beberapa faktor yang disebut faktor internal antara lain mencakup: 1. Intelegensi Intelegensi termasuk faktor penting, dimana intelegensi sangat menentukan tingkat kecepatan perkembangan kepribadian. Berdasarkan berdasarkan penelitian Terman LM (Genetic Studies of Genius) dan Meat TD (The Age of Walking and Talking in Relation to General Intelegence), telah
dibuktikan
adanya
pengaruh
intelegensi
terhadap
tempo
perkembangan anak terutama dalam perkembangan berjalan dan berbicara. Kematangan seks ternyata juga dipengaruhi ole tingkat kecerdasan anak. Mereka yang sangat cerdas mencapai kematangan seks kira-kira satu atau dua tahun lebih dahulu dibanding dengan anak yang kurang cerdas, dan bagi anak-anak yang kurang kecerdasannya seperti idiot dan imbicil, kematangan ini sangat lambat atau sama sekali tidak datang 2. Seks/jenis kelamin Perbedaan perkembangan antara kedua jenis kelamin tidak tampak jelas, yang nyata kelihatan adalah kecepatan dalam pertumbuhan jasmaniahnya. Pada waktu lahir, anak laki-laki lebih besar dari anak perempuan, tetapi anak perempuan lebih cepat perkembangannya dan lebih cepat pula dalam mencapai kedewasaannya dari pada anak laki-laki. Anak perempuan umumnya lebih cepat mencapai kematangan seks kirakira satu atau dua tahun lebih awal dan fisiknya juga tampak lebih cepat besar dari pada anak laki-laki. Dalam perkembangan mental juga tampak ada perbedaan, anak perempuan lebih cepat mencapai kedewasaannya dari pada anak laki-laki, terutama dalam kondisi kecerdasan.
3. Kelenjar-Kelenjar Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa indoktrinologi (kelenjar buntu) berpengaruh pada pertumbuhan jasmani seseorang setelah ia dilahirkan. 4. Kebangsaan (ras). Hal ini bisa dijelaskan dengan mengambil contoh: bahwa anakanak dari ras Mediteran (laut tengah) tumbuh lebih cepat daripada anakanak
dari
Eropa
sebelah
utara.
Anak-anak
Negro
dan
Indian
pertumbuhannya tidak begitu cepat dibandingkan dengan anak-anak kulit putih dan kuning. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan antara lain mencakup: 1. Posisi dalam keluarga Kedudukan anak dalam keluarga merupakan keadaan yang dapat mempengaruhi perkembangan. Anak kedua, ketiga dan seterusnya pada umumnya perkembangan itu lebih cepat dari pada anak pertama. Anak bungsu biasanya perkembangannya lebih lambat karena cenderung dimanja. 2. Makanan Pada usia kanak-kanak makanan merupakan faktor yang sangat penting
bagi
pertumbuhan
dan
perkembangannya.
Bukan
hanya
berhubungan dengan kuantitas makanan, tetapi juga berkenaan dengan kualitas
gizi
yang
terkandung
di
dalamnya.
Keduanya
sangat
mempengaruhi perkembangan fisiologis dan mental anak-anak secara langsung atau tidak langsung. 3. Budaya Faktor budaya sangat besar pengaruhnya, sehingga dapat mempengaruhi sifat kepribadian dan kedewasaan seseorang. Hal yang
termasuk dalam faktor budaya di sini selain budaya masyarakat termasuk juga pendidikan, agama dan sebagainya.43 Selain faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan di atas, Elizabeth juga mengemukakan beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya perkembangan (cause of development) antara lain kematangan (maturation), belajar dan latihan (learning) serta kombinasi antara kematangan dan belajar (interaction of maturation and learning).44 Menurut Desmita, periode pre natal merupakan periode yang sangat penting dan menentukan perkembangan individu pada periode-periode berikutnya.45 Selama periode ini, rahim merupkan lingkungan yang sangat menentukan bagi perkembangan janin. Sebagian besar proses pertumbuhan janin sangat bergantung pada kondisi internal ibu, baik kondisi fisik maupun psikisnya. Sebab, ibu dan janin merupakan satu unitas organik yang tunggal. Semua kebutuhan ibu dan janin dipenuhi melalui proses fisiologis yang sama. Subtansi fisik ibu akan mengalir pula ke dalam jasad janinnya. Demikian pula dengan setiap gerakan yang dilakukan ibu, dapat memberikan rangsangan berupa pengalaman indera yang beraneka ragam. Oleh sebab itu, kesehatan ibu, pengaturan diet, pemakaian obat, serta kondisi emosional ibu dapat menimbulkan pengaruh kimia pre natal yang berakibat kerusakan sel atau kejadian traumatik.46 Bayi yang lahir cacat atau terbelakang secara mental merupakan hasil dari peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ibu selama masih mengandung Kematangan dan belajar atau latihan tidak berlangsung sendiri-sendiri, tetapi bersama-sama dan saling mempengaruhi. Biasanya melalui suatu latihan yang tepat dan terarah dapat menghasilkan perkembangan yang maksimum.
43
Ibid, hlm. 188-190. Ibid, hlm. 190 45 Desmita, Op.cit., hlm. 80. 46 Ibid, hlm. 81. 44
Kematangan selain berfungsi sebagai potensi-potensi yang siap untuk dilatih atau dikembangkan, juga menjadi penentu batas atau kualitas perkembangan yang akan terjadi sebelum seseorang dilahirkan. F. Tanda-Tanda Perkembangan Belajar Anak Dalam kerangka penciptaan lingakungan keluarga yang memberikan nilai edukatif pada anak, orang tua perlu memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak. Dengan memahami karakteristiknya, seorang ibu atau orang tua dapat menangkap segala isyarat yang ditampilkan anak melalui perilakunya. Hal tersebut bermanfaat untuk merespon perilaku anak sehingga tanggapan yang muncul adalah yang mengandung unsur belajar anak. Bagian berikut akan menguraikan perkembangan anak mulai dari bayi hingga usia menjelang sekolah. Usia
Pengelompokan
0 sampai 6 bulan
Bayi fase 1
6 sampai 12 bulan
Bayi fase 2
1 sampai 2 tahun
Anak kecil fase 1 (batita 1)
2 sampai 3 tahun
Anak kecil fase 2 (batita 2)
3 sampai 4 tahun
Usia awal sekolah (pra TK)
4 sampai 5 tahun
Usia pra sekolah (usia TK)
Tabel : Pengelompokan Anak Berdasarkan Usia47 Aspek-aspek perkembangan yang akan di elaborasi secara rinci berkaitan dengan aspek fisik, sosial berfikir, dan komunikasi. Karakteristikkarateristik dari sudut pandang tersebut sangat mendasar karena merupakan fundamen bagi kehidupan dan perkembangan anak usia dini, baik menyangkut dirinya, keluarganya maupun komunitasnya yang lebih luas. 1. 0 sampai 6 bulan Berbagai hasil penelitian menunjukakan, bayi di usia awal bukanlah individu yang selalu harus dibantu, sosok yang merepotkan, atau individu yang tidak punya potensi apapun. Sebetuynya ia adalah seorang pelajar yang aktif (an 47
Ali Nugraha dan Neny Ratnawati, Op. cit., hlm. 11.
active learner). Hal tersebut dapat diketahui dari sejumlah perilaku yang ditampilakannya. Berikut ini ciri-ciri perkembangan bayi pada fase 1 yang tampak jika dikaitkan dengan potensi belajarnya. a. Segi fisik 1) Sejak lahir bayi sudah dapat bergerak dan menggerakkan kepalanya ke arah sumber suara 2) Secara bertahap, ia mampu memegang suatu secara tepat. 3) Ia merasa senang saat didudukan sambil berpegangan tangan orang dewasa atau orang tuanya. 4) Senang memegang makanan dan merasa senang saat makanan itu dibolakbalikkan atau dimain-mainan di hadapannya.48 b. Segi sosial 1) Mampu melihat dan memandang orang dewasa saat memberi makanan kepadanya. 2) Tersenyum dengan muka yang cerah sambil bersuara riang, saat ada yang mendekat atau menghampirinya.49 c. Segi kemampuan berfikir dan berkomunikasi 1) Menangis saat ada yang hal tidak menyenangkan atau jika ia merasa lapar. Sebaliknya, dapat dihentikan tangisannya ketika dibujuk. 2) Dapat mengeluarkan (membuat) suara, baik berupa ocehan maupun celotehan tertentu yang khas, seperti layaknya bercakap-csakap. Kadang hal ini dilakukan ketika ia memejamkan mata. 3) Tertawa saat diajak bercanda atau saat diajak bermain-main. 4) Dapat melihat dan mengenal obyek yang didekatkan dan ditunjukkan kepadanya. 5) Dapat memegang dan meggoyang-goyang obyek yang dipegangnya. 6) Dapat meletakkan dan memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya.50 2. 6 sampai 12 bulan Bayi usia 6 sampai 12 bulan sering disebut sebagai usia infant. Memasuki usia ini, tubuh anak atau posturnya menjadi lebih kokoh dan kuat dibandingkan 48
Tony Buzan, Op.cit, hlm. 163 Bambang Sujiono dan Zuliani Nurani Sujiono, Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini, (Jakarta: Gramedia, 2005), hlm. 80 50 Ali Nugraha dan Neny Ratnawati Op.cit, hlm. 12. 49
usia sebelumnya. Pada periode ini, arah perilaku anak mulai berubah. Dari yang berpusat pada diri sendiri, menuju ke eksplorasi atau menjelajah dunia yang berada di sekitarnya. Dengan cara seperti itu anak memperoleh pengalaman dan kemampuan untuk membedakan keberadaan orang lain. Misalnya, apakah orang yang berada di sekitarnya menyukainya atau tidak. a. Segi fisik 1) Dengan dibiarkan atau dibimbing, anak dapat bergerak dari pangkuan ke arah duduk sendiri. 2) Belajar minum dari gelas serta mengambil atau menyantap makanan dengan sendok maupun tanpa sendok. 3) Mulai merangkak, maju pelan-pelan atau menyeret kakinya untuk bergerak ke depan. 4) Menarik, memegang atau mendorong tangan orang dewasa, seperti ingin dituntun untuk melangkah atau berjalan. 5) Dapat meraih benda yang ada didekatnya. b. Segi sosial 1) Menolak aau mengganggu orang lain yang tidak dikenalnya dengan baik. 2) Menunjukkan sikap baik kepada orang-orang yang familier dan akrab dengannya (dikenal dekat atau sering kontak dengannya). c. Segi kemampuan berfikir dan berkomunikasi 1) Menoleh atau memandang ketika mendengar namanya disebut. 2) Dapat mendengar dengan jelas dan sudah dapat membedakan suara-suara yang didengarnya. 3) Dapat meniru sejumlah kata-kata, seperti papa, mama, baba, dada dan lain-lain. 4) Dapat mendorong atau menyendok benda dengan alat tertentu, mengetukngetuknya, membuai atau menciuminya pada saat bermain. 5) Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya. 6) Menggigit dan mengunyah benda yang dimainkannya. 7) Senang menjatuhkan benda-benda dan melihat bagaimana jika benda tersebut dijatuhkan. 8) Mencari benda-benda yang sedang disembunyikan atau dijauhkan darinya oleh orang lain.
9) Membunyikan benda-benda yang ada disekitarnya.51 3. 1 sampai 2 tahun Usia ini sering disebut the early toddler. Di Indonesia terkenal dengan istilah anak usia dibawah tiga tahun. Meskipun perkembangan fisik (terutama kaki) pada usia ini bukan yang utama, anak pada usia batita tahap 1 suka berjalan, mendaki aau meniki sesuatu. Jatuh, menabrak-nabrak, benjol dan memar-memar seringkali terjadi. Pada tahap ini, penting sekali bagi orang tua untuk menjadi penganman utama. Pereean orang tua adalah menarahkan gerak anak serta mendukungnya ketika diperlukan. Di samping perkembangan tersebut, kemampua berbicara anak juga mulai tumbuh dan berkembang menuju yang lebih baik. a. Segi fisik 1) Mulai dapat makan sendiri. 2) Sudah mulai dapat berjalan sendiri 3) Dapat mendorong atau menarik mainan samil berjalan, misalnya menarik mobil-mobilan yang diikatkan pada tali. 4) Dapat menggelindingkan atau melempar bola yang dipegangnya. 5) Dapat memegang pensil, meskipun masih dengan mengepal. 6) Senang dengan benda-benda kecil yang terbuka atau tidak terbungkus. 7) Senang memaki sepatu atau kaus kaki. b. Segi sosial 1) Rasa takut pada orang yang tidak dikenal agak berkurang. 2) Bermain atau memainkan sendiri obyek tertentu yang dekat dengannya. 3) Melindungi atau mempertahankan benda-benda yang dimilikinya karena anak belum mengerti berbagi. 4) Memukul atau mendorong anak lain jika merasa terancam atau diganggu. c. Segi kemampuan berfikir dan berkomunikasi 1) Mengerti bahwa lambaian tangan adalah ungkapan selamat jalan, bahkan ia sudah dapat melakukannya. 2) Dapat menyampaikan maksud aau keinginannya, walaupun seringkali dengan cara berteriak dan ribut untuk mengungkapkannya. 3) Senang dengan buku-buku atau informasi bergambar. 51
Ibid, hlm. 14-15
4) Dapat menggelengkan kepala sebagai tanda tidak setuju atau tidak mau terhadap sesuatu. 5) Menggunakan beberapa kata yang telah dikenalnya untuk berkomunikasi dan mencoba berbicara dengan kata-kata baru yang diperolehnya atau dengan menirukannya. 6) Menggunakan dua kata seaai frase, misalnya “saya makan”, “bu minum” dengan ungkapan nyata. 7) Dapat mengingat dimana benda-benda berada dan diletakkannya. 8) Dapat memukul-mukul, menepuk-nepuk atau medengung-dengungkan benda ertentu sehingga menjadi irama musik atau menimbulkan suara tertentu.52 4. 2 sampai 3 tahun Pada usia ini desebut the odler toddler atau batita tahap 2. di usia dua tahun, rasa ingin tahu dan keinginannya untuk mengeksploraasi atau menjelajah segala sesuatu yang berada di sekitarnya semakin besar. Mereka senang berada di antara anak lainnya. Jika orang tua dapat menempatkan anak usia ini di kelmpoknya, situasi tersebut sangat baik karena dapat memperbesar keinginannya untuk belajar dan beraktivitas di antara mereka sendiri. Marah atau ungkapan ekspresi yang menunjukkan ketidakpuasan dan protes dalam rangka menyampaikan maksud dan keinginannya adalah hal biasa dan umum pada usia ini. Yang menggembirakan, perkembangan bicaranya menjadi lebih jelas dan lancar. a. Segi fisik 1) Pertumbuhannya sedikit lebih cepat, tapi kadang mncul kedulitan atau penolakan terhadap makanan. 2) Mulai menunjkka cara yang tepat dalam memegang atau merespon dengan tangan kanan ataupun kiri. 3) Sudah dapat memegang alat tulis dan dapat menggunakannya, meskipun hasilnya msih dalam bentuk cakar ayam. 4) Dapat menuangkan atau mengisikan sesuatu dari satu wadah kewadah lain.
52
Ibid, hlm. 16.
5) Sudah dapat menggunakan kamar kecil untuk buang air kecil atau buang air besar dengan bantuan orang lain. b. Segi sosial 1) Dapat mengetahui nama-nama orang dekat dan akrab dengannya. 2) Bisa jadi, ia memiliki orang favorit karena dianggap paling dekat dengannya. 3) Jika ditanyakan padanya, ia dapat meyebutkan atau megatakan nama seseorang ata namanya sendiri. 4) Namun ia masih kesulitan dalam bertukar dan mengembil alih peran sosialnya saat diminta untuk melakukan suatu tindakan. 5) Mungkin akan marah atau melampiaska kemarahannya jika merasa letih, kesal atau frustasidengan keadaan yang dihadapinya. 6) Dapat berinteraksi secara akrab atau dapat saling menyukai dan saling membutuhkan dengan orang lain. c. Segi kemampuan berfikir dan berkomunikasi 1) Anak mulai tekun atau giat melakukan aktivitas untuk dirinya sendiri. 2) Anak mulai dapat berbicara dengan menggunakan kalimat, meskipun masih dengann kalimat yang pendek dan terbaas. 3) Adak sudah lebih mudah mengerti dan memahami sesuatu atau apa yang dimaksudkan orang lain. 4) Sudah dapat menggunakan dan menyebutkan nama-nama obyek, bendabenda atau keadaan tertentu. 5) Tumbuh perilaku saling meniru satu sama lain jika sedang main bersama atas sesuatu yang diamatinya. 6) Senang dan sering kali memukul-mukul atau meepuk-nepuk benda yang dapat mengeluarkan bunyi, seolah sedang membentuk irama musik. 7) Sudah dapat mengikuti da mengerti instruksi atau petunjuk sederhana , misalnya “bawalah sepatumu kesini”. 8) Senang mendengarkan cerita dan dongeng yang didengarkan kepadanya.53 5. 3 sampai 4 tahun
Memasuki usia awal pra sekolah atau sering disebut the young preschooler, perkembangan sosialisasi anak semakin baik. Anak mulai 53
Ibid, hlm. 18-19.
dapat berpasangan dengan tema main dan dapat mempercayai nya secara apik. Hal tersebut nampak saat ia bersama dengan kelompok bermain nya . Pada tahap ini, proses belajar terpenting untuk anak adalah bagaimana ia dapat menjadikan temannya sebagai bagian penting dalam memfasilitasi perkembangannya. Di usia ini anak sudah dapat belajar menggunakan toilet atau WC secara benar dan lebih baik dibanding sebelumnya. Meskipun demikian, mungkin masih terdapat kesalahan-kesalahan. Ciri umum lainnya, memasuki usia awal para sekolah anak gemar sekali menyampaikan banyak pertanyaan. a. Segi fisik 1) Anak sudah dapat berjalan dan berlari dengan sempurna. 2) Anak sudah dapat melompat dengan kaki secara bersamaan. 3) Anak sudah dapat menaiki sepeda roda tiga. 4) Anak sudah dapan menggunakan WC atau toilet sendiri. b. Segi sosial 1) Anak mulai dapat bermain kooperatif dengan anak lainnya. 2) Anak dapat berbagi dan saling mengambil alih peran dengan teman bermainnya pada saat mereka berinteraksi atau bergabung. c. Segi kemampuan berfikir dan berkomunikasi 1) Anak dapat mengetahui da mengidentifiasi suara yang telah atau pernah diketahuinya, misalnya suara anjing, kucing, ayam dan lain-lain. 2) Anak sudah dapat bernyanyi atau melantnkan lagu-lagu dan iramanya. 3) Anak dapat menghitung angka atau jumlah. 4) Anak seringkali mengajukan pertanyaan. 5) Anak seringkali meminta arti atau meksud dari kata-kata yang aru dikenalnya. 6) Sudah dapat berkomunikasi lisan atau berbicara, meskiun pendek-pendek, tetapi kaimatnya cukup jelas. Dapat meggambar suatu obyek yang dikenal.
6. 4 sampai 5 tahun Pertumbuhan dan perkembangan anak usia 4 tahun cukup berbeda dengan usia 2 tahun. Gerakan anak menjadi lebih mudah dan ia senang beraktivitas fisik. Kemampuan konsentrasinya meningkat dan seringkali mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak disangka-sangka. Cara berpikirnya dituangkan dalam ucapan-ucapannya, gambar-gambarnya, atau secara bertahap dan berangsur-angsur meninggalkan cara berfikir yang berorientasi pada dirinya semakin sanggup melihat sesuatu dari sudut pandang yang lain. a. Segi fisik 1) Mulai dapat belajar meniki sepeda roda dua. 2) Dapat berdiri dan berjalan dengan kesembangan satu kaki. 3) Mampu melompat atua meloncat dengan baik. 4) Dapat memegang pensil dengan jempol dan jari-jarinya dengan cukup tepat, walaupun masih harus diberi arahan. 5) Sudah dapat berpakaian dan mengikat tali sepatu sendiri. b. Segi sosial 1) Kemampua bersahabatnya lebih berkembang, khususnya dengan sesama jenis. 2) Keinginan berbagi dan bertukar sesuatu atau pendapat dengan anak atau orang lain lebih berkembang. 3) Menunjukkan kemampuan memahami perasaan orang lain. c. Segi kemampuan berfikir dan berkomunikasi 1) Dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jelas. 2) Dapat bercerita meng4enal hal yang terjadi pada situasi nyata atau melalui bantuan gambar. 3) Dapat memeri informasi atau berbicara tentang pengalaman yang telah dilaluinya, walaupn masih sulit dalam mencari atau menggunakan katakata untuk mengungkapkannya. 4) Dapat mendongeng (membawakan sebuah cerita), bercanda, dan menjawab tebak-tebakkan, meskipun menurut orang dewasa mungkin tidak mengandung rasa humor. 5) Mampu menerima pesan-pesanyang diberikan.
6) Dapat menulis atau menarik garis (menggambar garis) sehingga memungkinkan dapat memperbaiki kemampuannya menulis yang tadinya cakar ayam atau corat-coret, ke arah yang lebih teratur dan formal. 7) Senang membuat atau mementuk sesuatu dengan tangannya, misalnya dari tanah liat dan lilin. 8) Dapat menggunakan kata “dan” serta “tetapi”. 9) Mungkin mampu menulis nama sendiri.54
54
Ibid, hlm. 22-23.