BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1
Tahap Perkembangan Anak Normal
Pada umumnya anak yang berusia 4-6 tahun baru mulai bersekolah. Pada waktu itu anak sedang mengalami masa transisi dari kebiasaannya diasuh dirumah kepada masa anak harus belajar mandiri di sekolah. Ketika anak mulai dibiasakan madniri di sekolah, dia akan membtuuhkan rasa aman terhadap lingkungannya dan terhadap teman-temannya. Menurut Papalia dan Old (1987) membagi masa kanak-kanak dalam lima tahap: 1.
Masa Prenatal, yaitu diawali dari masa konsepsi sampai masa lahir.
2.
Masa Bayi dan Tatih, yaitu saat usia 18 bulan pertama kehidupan merupakan masa bayi, diatas usia 18 bulan sampai dengan tiga tahun merupakan masa tatih.Saat tatih inilah, anak-anak menuju pada penguasaan bahasa dan motorik serta kemandirian.
3.
Masa Kanak-kanak Pertama, yaitu rentang usia 3-6 tahun, masa ini dikenal juga dengan masa prasekolah.
4.
Masa kanak-kanak Kedua, yaitu usia 6-12 tahun, dikenal pula sebagai masa sekolah. Anak-anak telah mampu menerima pendidikan formal dan menyerap berbagai hal yang ada dilingkungannya.
5.
Masa Remaja, yaitu rentang usia 12-18 tahun. Saat anak mencari identitas dirinya dan banyak menghabiskan waktunya dengan teman sebayanya serta berupaya lepas dari kungkungan orang tua.
Masa prasekolah dapat merupakan masa-masa bahagia dan amat memuaskan dari seluruh masa kehidupan anak. Untuk itulah perlu menjaga hal tersebut berjalan sebagaimana adanya. Janganlah memaksakan sesuatu karena diri kita sendiri dan mengharapkan secara banyak dan segera, mauoun mencoba untuk melakukan halhal yang memang mereka belum siap. Suatu hal yang tidak mudah 7
8
untuk mengajari anak untuk berhitung, membaca ataupun menulis pada masamasa pertama kehidupannya.Masa prasekolah adalah masa belajar, tetapi bukan dalam dunia dua dimensi (pensil dan kertas) melainkan belajar pada dunia nyata, yaitu tiga dimensi. Dengan perkataan lain, masa prasekolah merupakan time for play.Jadi, biarkanlah anak menikmatinya. Menurut Profesor Charles Wenar dari Ohio State University, dalam bukunya Personality Development From Infacy to Adulthood, menekankan bahwa mengajari keterampilan akademik pada prasekolah sama resikonya dengan mendidik tetang nilai-nilai pada anak. Perkembangan moral berjalan lamban dan bergerak sesuai dengan meningkatnya kematangan pada anak untuk dapat memahami betul-betul nilai kebenaran, kejujuran, dan tanggung jawab. Dengan demikian, mengajari anak berhitung dan membaca, tidak dengan sendirinya membuat anak mampu melakukan fungsi-fungsi aritmatika yang sederhana sekalipun.(Hurlock : 1988) Masa kanak-kanak awal dimulai saat masa bayi berakhir sampai dengan usia 13 tahun. Itulah sebabnya, ini merupakan masa yang penuh dengan persoalan bagi orang tua disebabkan anak sudah mulai ingin menunjukkan kebebasannya sebagai individu. Masa ini ditunjukkan dalam bentuk sikap keras kepala, melawan, tidak patuh dan berbuat antagonis. Anak juga kerap kali marah tidak karun, merasa diganggu di mimpi buruk, ketakutan yang tidak masuk akal, dan cemburu yang tidak beralasan. Beberapa nama yang diberikan untuk masa ini adalah: 1.
Preschool age yang menunjukkan bahwa harapan dan tekanan yang diharpkan masa ini sangat berbeda dari yang nanti anak alami saat ia masuk sekolah.
2.
Pregang age menunjukkan bahwa pada istilah, dimana anak mulai belajar pada hal-hal yang bersangkutan dengan perilakau sosialnya kelak.
3.
Exploratory age menunjuk pada minat yang besar dari anak untuk bertanya apa saja yang ada disekitarnya.
4.
Imitaive age menunjuk pada kecenderungan anak untuk mengikuti cara bicara atau perilkau apa saja yang ada di sekitarnya.
5.
Creative age menunjuk pada setiap anak yang tampak lebih kreatif
9
Perkembangan fisik yand ideal dikembangkan pada usia awal masa kanak-kanak adalah belajar ketrampilan yang meliputi ketrampilan tangan dan kaki. Ketrampilan yang berkaitan dengan tangan adalah kemampuan anak untuk bisa menggunakan sendok dan memasukkannya kedalam mulut, memakai pakainnya sendiri, menyisir rambut, menggunakan gayung dan memakai sabun untuk mandi, mengikat tali sepatunya maupun mengancing bajunya. (Samuel : 2015) Diharapkan pada saat anak masuk TK ia telah mampu melakukan hal di atas dengan baik dan pada usia 5-6 tahun dapat dengan tepat melempar dan menangkap bola. Anak juga pada usia ini diharapkan bisa terampil menggunting, menggoreskan pensil atau crayon, melipat kertas, membentuk dari lilin serta mengecat gambar dalam pola tertentu. Untuk ketrampian kaki, dalam usia kanak-kanak awal ia diharapkan mampu untuk melompat, berlari dan akhirnya memanjatn serta ketrampilan lain seperti menari maupun sepatu roda. Pada usia 3-4 tahun seorang anak diharapkan mampu untuk di ajar naik sepeda roda tiga dan berenang. Perkembangan bicara terlihat meningkat dalam usia ini. Jika mulamula anak bersifat egosentik dan ia hanya banyak bicara mengenai dirinya sendiri, keluarga maupun hal-hal yang menjadi miliknya:maka pada usia tiga tahun anak mulai bicara dengan orang lain. Namun, bagaimanapun juga perkembangan bahasa yang terlihat pada usia ini menunjukkan bahawa anak lebih banyak melakukan kritik maupun memberikan komentar-komentar pada orang lain tentang apa yang dilihatnya.Dengan pertambahnya usia, sifat egosentrik anak mulai berkurang dan ia pun mulai melakukan dialog yang kebanyakan mengenai aktivitas yang dilakukan maupun aktivitas temannya. Ciri-ciri perkembangan Anak usia Tiga-Enam Tahun : 1. Perkembangan Fisik Pada akhir usia tiga tahun, seorang anak memiliki tinggi tiga kaki dan 6 inci lebih tinggi saat ia berusia lima tahun.Berat badannya kira-kira 15 kg dan diharapkan menjadi 20 kg saat ia berusia lima tahn. Tentu ada perbedaan berat dan tinggi badan pada setiap anak, karena faktor keturunan, efek dari pemberian nutrisi, dan faktor lain yang di miliki anak dalam riwayat hidupnya. Anak laki-laki akan lebih tinggi danj lebih berat daripada
10
anak perempuan, namun hal ini juga bisa saja berbeda karena bergantung pada perawatan dan kecenderungan pertumbuhan anak. Dalam usia ini otototot anak menjadi lebih kuat dan tulang-tulang tumbuh menjadi besar dan keras.Otak pun telah berkembang sekitar 75% dari berat orak usia dewasa. Gigi masih merupakan gigi susu dan akan berganti pada perkembangan berikutnya dengan gigi tetap.
2. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik tidak saja mencakup berjalan, berlari, melompat, naik sepeda roda tiga, mendorong, menarik, memutar dan berbagai aktivitas koordinasi mata, tangan, namun juga melibatkna hal-hal seperti menggambar, mengecat, mencoret, dan kegiatan lain. Ketrampilan motorik berkembang pesat pada usia ini. Kemampuan keseimbangan membuat anak mencoba berbagai kegiatan dengan keyakinan yang besar akan ketrampilan yang dimilikinya. Anak mampu memanipulasi objek kecil seperti potongan-potongan puzzle. Mereka juga bisa menggunakan balok-balok dalam berbagai ukuran dan bentuk. Anak suka sekali masuk dan keluar kotak besar, dibawah meja, bersembunyi dari sesuatu. Kegiatan ini menggunakan bola, permainan ataupun orang. Pada saat anak berusia lima tahun, belajar permainan lebih melibatkan ketrampilan motorik.
3. Perkembangan Intelektual Usia tiga-enam tahun merupakan usia yang sangat temperamental bagi anak. Rasa takut, muncul dari apa saja yang mengancam ataupun dari hal-hal yang tidak biasa. Dengan meningkatkan kesadaran diri seorang anak, anak mudah untuk takut. Rasa takut muncul pada kebanyakan anak usia empat tahun atau lima tahun dari cerita-cerita tentang hantu, tempattempat berbahaya dan seram, penculikan, kecelakaan dan kematian. Televisi juuga memberi andil pada meningkatnya rasa takut pada usia ini. Marah sering terjadi pada usia kanak-kanak pertama. Setiap hal yang mengurangi rasa senang anak, konflik dan frustasi merupakan sumber rasa marah anak. Rasa ingin tahu merupakan kondisi emosional yang baik dari anak. Ada dorongan pada anak untuk mengekplorasi dan belajar hal-hal yang
11
baru. Yang perlu ditekankan bahwa rasa ingin tahu tersebut terkendali, jangan sampai pada objek-objek yang biasa dikenalnya serta tentang kejadian-kejadian mekanika yang ada disekitarnya. Usia tiga tahun, anak mulai banyak bertanya dan mencapai puncaknya pada usia sekitar 6 tahun. Untuk itu,usia 3-6 tahun disebut pula sebagai Questioning Age.
4. Perkembangan Sosial Pada usia 3-6tahun, anak belaajr menjalin kontak sosial dengan orangorang yang ada diluar rumah, terutama dengan anak sebayanya. Untuk itulah pada rentang usia ini disebut Pregang Age. Guru mendorong anak untuk melakukan kontak sosial dengan anak lain dengan cara bermain dan bicara bersama. Pada awalnya, anak bergaul dengan siapa saja yang dipilihnya untuk bisa bermain bersama. Namun, lama-kelamaan, anak mempunyai minat yang lebih untuk bermain dengan temannya yang sama jenis kelaminnya. Pada anak usia prasekolah, teman bermainnya seringkali orang-orang dewasa di dalam keluarga maupun saudara sekandungnya sendiri, baru kemudia ia bergaul dengan anak lain. Biasanya, orang dewasa yang menemani bermain, tidak betul-betul bermain sehingga bisa dikatakan anak bermain, namum mengamati dulu dengan cara bermain secara paralel (paralel play), artinya ia tetap bermain sendiri disamping anak lain itu. Dalam hal ini, teman sebayanya hanya sebagai associates dan belum playmates.(Samuel : 2015)
2.1.2
Tahap Perkembangan Anak Disleksia Kesulitan belajar pada umumnya dan kesulitan belajar spesifik khususnya pada anak merupakan masalah, baik di sekolah maupun dilingkungan sosialnya. Bila tidak ditangani dapat merupakan masalah seumur hidupnya. Salah satu dari kesulitan belajar spesifik yang mendapat perhatian adalah kesulitan membaca atau disleksia, karena kemampuan membaca merupakan dasar atau fondasi untuk memperoleh kepandaian skolastik lainnya. Frank Wood (1993) bahkan menyatakan dalam
12
penelitian epidemiologisnya, kesulitan membaca merupakan lebih dari 90% dari kelainan nonpsikiatris pada anak-anak sekolah. Pada anak-anak disebut
disleksia
perkembangan
karena
terjadinya
pada
masa
perkembangan anak. Disleksia
perkembangan
merupakan
salah
satu
gangguan
perkembangan fungsi otak yang terjadi sepanjang rentang hidup (developmental disorders across the life span). Tidak jarang anak-anak yang mengalami disleksia terutama yang ringan dianggap atau dicap sebagai anak yang bodoh, malas, kurang berusaha, ceroboh sehingga timbul rasa rendah diri, kurang percaya diri dan mengalami gangguan emosional
sekunder.
Padahal
tidak
jarang
penyandang
disleksia
mempunyai intelegensi yang tinggi seperti antara lain Nelson Rockefeller, Albert Einstein, Churchill, yang disebut Gifted Dyslexics. Dyslexia berasal dari kata Yunani “dys” berarti kesulitan “lexis” berarti kata-kata. Disleksia merupakan kesulitan belajar yang primer berkaitan dengan masalah bahasa tulisan seperti membaca, menulis, mengeja, dan pada beberapa kasus kesulitan dengan angka, karena adanya kelainan neurologis yang kompleks, kelainan struktur dan fungsi otak. Dapat pula merupakan kelainan bawaan (constitutional in origin), keturunan (genetik). Bila salah satu dari kembar identik mengalami disleksia, maka 85 hingga 100% kemungkinan anak kembar yang lain mengalami disleksia, sekitar 25-50% dari anaknya dapat mengalami disleksia pula. Disleksia disebut juga sebagai kesulitan belajar spesifik, dikatakan spesifik karena kesulitan dalam masalah belajar tertentu, bukan lambat belajar umum yang mengalami kesulitan dalam seluruh spectrum belajar. Gejala spesifik berupa kesulitan dalam membaca, mengeja, dan bahasa tulisan. Gejala penyerta lain dapat berupa kesulitan menghitung (diskalkuli),
menulis
angka
(national
skills/music),
fungsi
koordinasi/keterampilan motorik (dispraksi). Namun yang utama adalah anak harus menguasai bahasa tulisan walupun bahasa tutur dapat pula terganggu. Anak yang mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan dalam kehidupan dilingkungannya, terutama di sekolah yang pembelajarannya menggunakan buku.
13
Beberapa pendekatan remedial untuk disleksia. Program remidiasi lebih ditekankan pada kekuatan kemampuan anak, apakah, pada kemampuan presepsi visual atau persepsi audiotorisnya. Pada anak dengan kemampuan ausitoris yang kuat dan lemah dalam kemampuan visual diberikan program fonetik. Pada anak dengan kemampuan visual yang kuat dan lemah dalam kemapuan auditoris dilatih membaca visual dengan teknik kata-utuh. Keberhasilan penangan disleksia bergantung kepada ketepatan diagnosis dan pemberian program remidiasi yang tepat. (Samuel : 2015)
2.1.3.
Definisi Taman Kanak-kanak
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut ( Pasal 1 butir 14, UU no. 20 Tahun 2003). PAUD di selenggarakan sebelum pendidikan dasar. Pentingnya pendidikan PAUD untuk anak berusia 4-6 tahun dikarenakan Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang sangat Fundamental, dan oleh karena itu semua pihak tidak boleh berpangku tangan karena perkembangan
jaringan otak manusia yang paling
menentukan terjadi ketika anak masih berusia dini, bahwa ketika anak lahir telah di bekali oleh Allah SWT dengan berbagai potensi genetis, tetapi lingkungan memberi peran sangat besar dalam pembentukan sikap, kepribadian dan pengembangan kemampuan anak. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan investasi yang sangat menguntungkan bagi masyarakat bangsa dan negara, cara anak usia dini pada umumnya anak belajar memalui seluruh indera yang dimiliki dengan cara bermain dan kegiatan lain yang menyenangkan untuk mengeksplorasi lingkungannya sendiri. Paradigma Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini berdasarkan prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini sebagai berikut:
14
1. Pendidikan karakter adalah upaya penanaman nilai dan sikap, bukan pengajaran, sehingga memerlukan pola pembelajaran fungsional dan memerlukan keteladanan. 2. Pendidikan karakter menuntut pelaksanaan oleh 3 pihak
secara
sinergis, yaitu : Orang Tua, Satuan/Lembaga Pendidikan, dan Masyarakat 3. Misteri dan pola pembelajaran di sesuaikan dengan pertumbuhan psikologi peserta didik. 4. Materi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal. 5. Materi pendidikan di integrasikan ke dalam materi pengajaran
Standar pendidikan anak usia dini meliputi pendidikan formal dan nonformal yang terdiri atas : 1. Standar tingkat pencapaian perkembangan anak usia 4-6 tahun Tingkat
pencapaian
perkembangan
menggambarkan
pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia tertentu. Perkembangan anak yang dicapai merupakan integrasi aspek pemahaman nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional. Pertumbuhan anak yang mencakup pemantauan kondisi kesehatan dan gizi mengacu pada panduan kartu menuju sehat (KMS) dan deteksi dini tumbuh kembang anak. Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya. Walaupun setiap anak adalah unik, karena perkembangan anak berbeda satu sama lain yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, namun demikian, perkembangan anak tetap mengikuti pola yang umum. Agar anak mencapai tingkat perkembangan yang optimal, dibutuhkan keterlibatan orang tua dan orang
dewasa
untuk
memberikan
rangsangan
yang
bersifat
menyeluruh dan terpadu yang meliputi pendidikan, pengasuhan, kesehatan, gizi, dan perlindungan yang diberikan secara konsisten melalui pembiasaan.
15
Tingkat pencapaian perkembangan disusun berdasarkan kelompok usia anak:0 – <2 tahun; 2 – <4 tahun; dan 4 – ≤6 tahun. Pengelompokan usia 0 – <1 tahun dilakukan dalam rentang tiga bulanan karena pada tahap usia ini, perkembangan anak berlangsung sangat pesat. Pengelompokan usia 1 – <2 tahun dilakukan dalam rentang enam bulanan karena pada tahap usia ini, perkembangan anak berlangsung tidak sepesat usia sebelumnya. Untuk kelompok usia selanjutnya, pengelompokan dilakukan dalam rentang waktu per tahun.
16
Tabel 2.1 Lingkup Perkembangan dan Tingkat Perkembangan
Lingkup Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan Usia 4 - <5 tahun
I. Nilai-nilai agama dan 1. Mengenal Tuhan melalui Moral agama yang dianutnya. 2. Meniru gerakan beribadah. 3. Mengucapkan doa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu. 4. Mengenal perilaku baik/sopan dan buruk. 5. Membiasakan diri berperilaku baik. 6. Mengucapkan salam dan membalas salam. II. Fisik A. Motorik Kasar 1. Menirukan gerakan binatang, pohon tertiup angin, pesawat terbang, dsb. 2. Melakukan gerakan menggantung (bergelayut). 3. Melakukan gerakan melompat, meloncat, dan berlari secara terkoordinasi. 4. Melempar sesuatu secara terarah. 5. Menangkap sesuatu secara tepat 6. Melakukan gerakan antisipasi 7. Menendang sesuatu secara terarah. 8. Memanfaatkan alat permainan diluar kelas.
Usia 5 – 6< tahun 1. Mengenal agama yang dianut. 2. Membiasakan diri beribadah 3. Memahami perilaku mulia (jujur, penolong, sopan, hormat, dsb) 4. Membedakan perilaku baik dan buruk. 5. Mengenal ritual dan hari besar agama 6. Menghormati agama orang lain.
1. Melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan 2. Melakukan koordinasi gerakan kaki-tangan-kepala dalam meniru tarian atau senam. 3. Melakukan permainan fisik dengan aturan. 4. Terampil menggunakan tangan kanan dan kiri. 5. Melakukan kegiatan kebersihan diri.
17
B. Motorik Halus
C.
III.
Kesehatan Fisik
1. Membuat garis vertikal, horizontal, lengkung kiri/kanan, dan lingkaran 2. Menjiplak bentuk. 3. Mengkoordinasi mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit. 4. Melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk dengan menggunakan berbagai media. 5. Mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan media.
1. Menggambar sesuai gagasannya. 2. Meniru bentuk. 3. Melakukan ekplorasi dengan berbagai media dan kegiatan. 4. Menggunakan alat tulis dengan benar. 5. Menggunting sesuai pola. 6. Menempel gambar dengan tepat. 7. Mengekpresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail.
1. Memiliki kesesuaian antara usia dengan berat badan 2. Memiliki kesesuaian antara usia dengan tinggi badan. 3. Memiliki kesesuaian antara usia dengan berat badan.
1. Memiliki kesesuaian antara usia dengan berat badan. 2. Memiliki kesesuaian antara usia dengan tinggi badan. 3. Memiliki kesesuaian antara usia dengan berat badan.
1. Mengenal benda berdasarkan fungsi (pisau untuk memotong, pensil untuk menulis). 2. Menggunakan benda-benda sebagai permainan simbolik(kursi sebagai mobil). 3. Mengenal gejala sebab akibat yang terkait dengan dirinya.
1. Mengklasifikasi benda berdasarkan fungsi 2. Menunjukkan aktifitas yang bersifrat eksploratif dan menyelidik(seperti:apa yang terjadi ketika air ditumpahkan). 3. Menyusun perencanaan kegiatan yang akan dilakukan. 4. Mengenal sebab-akibat tentang lingkungannya(angin bertiup menyebabkan daun bergerak, air dapat menyebabkan sesuatu menjadi basah). 5. Menunjukkan inisiatif dalam memilih tema permainan(seperti:”ayo kita bermain pura-pura seperti burung”) 6. Memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
Kognitif A. Pengetahuan umum dan sains
18
B. Konsep bentuk, warna, ukuran dan pola
1. Mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk/warna/ukuran. 2. Mengklasifikasikan benda kedalam kelompk yang sama atau kelompok yang sejenis, kelompok yang berpasangan dengan dua variasi. 3. Mengenal pola AB-AB dan ABC-ABC. 4. Mengurutkan benda berdasarkan tema, variasi, ukuran/warna.
1. Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran :”lebih dari”;kurang dari;dan paling/ter”. 2. Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk dan ukuran (3 variasi) 3. Mengklasifikasikan benda yang lebih banyak kedalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis,atau kelompok yang berpasangan lebih dari 2 variasi. 4. Mengenal pola ABCD-ABCD. 5. Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya.
C. Konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf.
1. Mengetahui konsep banyak dan sedikit. 2. Membilang banyak benda satu sampai sepuluh. 3. Mengenal konsep bilangan. 4. Mengenal lambang bilangan. 5. Mengenal lambang huruf.
1. Menyebutkan lambang bilangan 1-10. 2. Mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan. 3. Mengenal berbagai macam lambang huruf vokal dan konsonan.
IV. Bahasa A. Menerima Bahasa
1. Menyimak perkataan orang lain ( bahasa ibu atau bahasa lainnya). 2. Mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan. 3. Memahami cerita yang dibacakan. 4. Mengenal perbendaharaan kata mengenai kata sifat (nakal, pelit, baik hati, berani, baik, jahat,dsb).
1. Mengerti beberapa perintah secara bersamaan. 2. Mengenal kalimat yang lebih kompleks. 3. Memahami aturan dalam suatu permainan.
19
B. Mengungkapkan Bahasa
1. Mengulang kalimat sederhana. 2. Menjawab pertanyaan sederhana. 3. Mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (baik, senang, nakal, pelit, baik hati, berani, baik, jelek dsb). 4. Menyebutkan kata-kata yang dikenal. 5. Mengutarakan pendapat kepada orang lain. 6. Menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidasetujuan. 7. Menceritakan kembali cerita/dongeng yang pernah di dengar.
1. Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks. 2. Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang lebih sama. 3. Berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung. 4. Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikatketerangan). 5. Memiliki lebih banyak katakata untuk mengekspresikan ide pada orang lain. 6. Melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan.
C. Keaksaraan
1. Mengenal simbol-simbol 2. Mengenal suara-suara hewan/benda yang ada disekitarnya. 3. Membuat coretan yang bermakna. 4. Meniru huruf.
1. Menyebu huruf, simbol-simbol huruf yang dikenal. 2. Mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada disekitarnya. 3. Menyebutkan kelompok gambar yang memilki bunyi/huruf awal yang sama. 4. Memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf. 5. Membaca nama sendiri. 6. Menuliskan nama sendiri.
20
V.
Sosial Emosional
1. Menunjukkan sikap mandiri dalam memilih kegiatan 2. Mau berbagi, menolong, dan membantu teman. 3. Menunjukkan antusiasme dalam melakukan permainan kompetitif secara positif. 4. Mengendalikan perasaan. 5. Menaati aturan yang berlaku dalam suatu permainan. 6. Menunjukkan rasa percaya diri. 7. Menjaga diri sendiri dari lingkungannya. 8. Menghargai orang lain.
1. Bersikap kooperatif dengan teman. 2. Menunjukkan sikap toleran. 3. Mengekpresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada (senang/sedih.antusias/dsb). 4. Mengenal tata krama dan sopan santun dengan dengan nilai sosial budaya setempat. 5. Memahami peraturan dan disiplin. 6. Menunjukkan rasa empati. 7. Memiliki sikap gisih (tidak mudah menyerah). 8. Bangga terhadap hasil karya sendiri. 9. Menghargai keunggulan orang lain.
(Sumber : Peraturan Menteri Pendidikan Nasional : 2009)
2. Standar Isi, Proses dan Penilaian Pendidikan Anak Usia Dini Standar isi, proses, dan penilaian meliputi struktur program, alokasi waktu, dan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dilaksanakan secara terintegrasi/terpadu sesuai dengan tingkat perkembangan, bakat/minat dan kebutuhan anak. Standar ini yang mempertimbangkan potensi dan kondisi setempat, sehingga dimungkinkan terjadinya perbedaan kegiatan dan pelaksanaan pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan di lapangan. Perbedaan dapat terjadi karena adanya: (1) keragaman bentuk layanan PAUD (TK/RA, TPA, KB dan bentuk lain yang sederajat), yang menerapkan program paruh waktu dan program penuh waktu; (2) perbedaan kelompok usia yang dilayani (antara anak usia 0 - <2 tahun dengan anak usia 2 - <4 tahun serta 4 - ≤6 tahun); dan (3) perbedaan kondisi lembaga. Perencanaan program dilakukan oleh pendidik yang mencakup tujuan, isi, dan rencana pengelolaan program yang disusun dalam Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian
21
(RKH). Pelaksanaan program berisi proses kegiatan pendidikan, pengasuhan,
dan
perlindungan
yang
dirancang
berdasarkan
pengelompokan usia anak, dengan mempertimbangkan karakteristik perkembangan anak dan jenis layanan PAUD yang diberikan. Penilaian merupakan rangkaian kegiatan pengamatan, pencatatan, dan pengolahan data perkembangan anak dengan menggunakan metode dan instrumen yang sesuai. A. Standar Isi PAUD 1. Struktur Program Struktur program kegiatan PAUD mencakup bidang pengembangan
pembentukan
perilaku
dan
bidang
pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan bermain dan pembiasaan. Lingkup pengembangan meliputi: (1) nilai nilai agama dan moral, (2) fisik, (3) kognitif, (4) bahasa, dan (5) sosial emosional. Kegiatan pengembangan suatu aspek yang dilakukan. 2. Bentuk Kegiatan Layanan Kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini untuk kelompok usia 4-6 tahun. 3. Alokasi waktu •
Satu kali pertemuan selama 150-180 menit(formal)/180 menit(non-formal)
•
Enam atau lima hari per minggu, dengan jumlah pertemuan sebanyak 900 menit (30 jam @30menit).
•
Tujuh belas minggu efektif persemester.
•
Dua semester pertahun.
22
4. Rombongan Belajar PAUD Jalur Pendidikan Formal, jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar sebanyak 20 peserta didik dengan 1 orang guru TK/RA kelompok B untuk anak usia 5-6 tahun. PAUD pendidikan Nonformal, jumlah peserta didik setiap rombongan bersifat fleksibel, disesuaikan dengan usia dan jenis layanan program, dan tersedia minimal seorang guru/guru pendamping. Selain itu, harus tersedia pengasuh dengan
perbandingan
antara
pendidik
(guru/guru
pendamping/pengasuh) dan peserta didik sbb: kelompok usia 4-<5 tahun 1:12 anak ; kelompok usia 5-<6 tahun 1:15 anak.
5. Kalender pendidikan Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif pembelajaran, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur. Kalender pendidikan tersebut disesuaikan dengan kondisi daerah setempat.
B. Standar Proses PAUD 1. Perencanaan Pengembangan Rencana Pembelajaran • Perencanaan penyelenggaraan PAUD meliputi perencanaan semester, Rencana Kegiatan Mingguan (RKM), dan Rencana Kegiatan Harian (RKH). • Rencana kegiatan anak usia 4-6 tahun bersifat individual. Jadwal kegiatan disesuaikan dengan jadwal harian masingmasing anak.
23
2. Perencanaan Prinsip-prinsip • Memperhatikan tingkat perkembangan, kebutuhan, minat dan karakteristik anak. • Mengintegrasikan kesehatan, gizi, pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan. • Pembelajaran dilaksanakan melalui bermain. • Kegiatan
pembelajaran
dilakukan
secara
bertahap,
berkesinambungan, dan bersifat pembiasaan. • Proses pembelajaran bersifat aktif, kreatif, interaktif, efektif, dan menyenangkan. • Proses pembelajaran berpusat pada anak. 3.
Perencanaan Pengorganisasian • Pemilihan metode yang tepat dan bervariasi. • Pemilihan alat bermain dan sumber belajar yang ada di lingkungan. • Pemilihan teknik dan alat penilaian sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan.
4. Pelaksanaan Penataan Lingkungan Bermain • Menciptakan suasana bermain yang aman, nyaman, bersih, sehat, dan menarik. • Penggunaan alat permainan edukatif memenuhi standar keamanan, kesehatan, dan sesuai dengan fungsi stimulasi yang telah direncanakan. • Memanfaatkan Lingkungan. 5. Pelaksanaan Pengorganisasian Kegiatan • Kegiatan dilaksanakan dalam ruang/kelas dan diluar ruang/kelas • Kegiatan dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan. • Pengelolaan kegiatan pembelajaran pada usia 4-6 tahun dilakukan dalam individu, kelompok kecil, dan kelompok
24
besar meliputi kegiatan pokok, yaitu pembukaan, inti dan penutup. • Melibatkan orangtua/keluarga. C. Standar Penilaian PAUD Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan tingkat pencapaian perkembangan anak yang mencakup: 1. Teknik Penilaian Pengamatan, penugasan, unjuk kerja, pencatatan anekdot,
percakapan/dialog,
laporan
orangtua,
dan
dokumentasi hasil karya anak (portofolio) serta deskripsi profil anak.
2. Lingkup • Mencakup seluruh tingkat pencapaian perkembangan peserta didik. • Mencakup data tentang status kesehatan, pengasuhan, dan pendidikan
3. Proses • Dilakukan secara berkala, intensif, bermakna, menyeluruh, dan berkelanjutan. • Pengamatan dilakukan pada saat anak melakukan aktifitas sepanjang hari. • Secara berkala tim pendidik mengkaji-ulang catatan perkembangan anak dan berbagai informasi lain termasuk kebutuhan khusus anak yang dikumpulkan dari hasil catatan pengamatan, aknekdot, /check list, dan portofolio. •
Melakukan
komunikasi
dengan
orangtua
tetang
perkembangan anak, termasuk kebutuhan khusus anak. •
Dilakukan secara sistematis, terpecaya, dan konsisten.
25
•
Memonitor
semua
aspek
tingkat
pencapaian
perkembangan anak. •
Mengutamakan proses dampak hasil.
•
Pembelajaran melaui bermain dengan benda konkret.
4. Pengelolaan Hasil • Pendidik membuat kesimpulan dan laporan kemajuan anak berdasarkan informasi yang tersedia • Pendidik
menyusun
dan
menyampaikan
laporan
perkembangan anak secara tertulis kepada orangtua secara berkala, minimal sekali dalam 1 semester. • Laporan perkembangan anak disampaikan kepada orangtua dalam bentuk laporan lisan dan tertulis secara bijak, disertai saran-saran yang dapat dilakukan orangtua dirumah.
5. Tinjak Lanjut • Pendidik menggunakan hasil penilaian ntuk meningkatkan kompetensi diri • Pendidik menggunakan hasil penilaian untuk memperbaiki program, metode, jenis aktifitas/kegiatan, penggunaan dan penataan alat permaian edukatif, alat kebersihan dan kesehatan, serta untuk memperbaiki sarana dan prasarana termasuk untuk anak dengan berkebutuhan khusus. • Mengadakan
perkembangan
dengan
orangtua/keluarga
untuk mendiskusikan dan melakukan tindak lanjut untuk kemajuan perkembangan anak. • Pendidik merujuk keterlambatan perkembangan anak kepada alihnya melalui orantua. • Merencanakan
program
kebutuhan khusus.
untuk
anak
yang
memilki
26
3. Standar Sarana dan Prasarana, Pengelolaan, dan Pembiayaan PAUD
Standar sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan merupakansatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam mendukung pelayanan PAUD. Standar sarana dan prasarana meliputi jenis, kelengkapan, dan kualitas fasilitas yang digunakan dalam menyelenggarakan
proses
penyelenggaraan
PAUD.
Standar
pengelolaan merupakan kegiatan manajemen satuan lembaga PAUD yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyelenggaraan PAUD. Standar pembiayaan meliputi jenis dan sumber pembiayaan yang diperlukan dalam penyelenggaraan dan pengembangan lembaga PAUD.
A. Standar Sarana dan Prasarana PAUD Sarana dan prasarana adalah perlengkapan untuk mendukung penyelengaraan
kegiatan
pendidikan,
pengasuhan,
dan
perlindungan. Pengadaan sarana dan prasarana perlu disesuaikan dengan jumlah anak, kondisi sosial, budaya, dan jenis layanan Pendidikan Anak Usia Dini. 1. Prinsip • Aman, nyaman, terang, dan memenuhi kriteria kesehatan bagi anak. • Sesuai dengan tingkat perkembangan anak. • Memanfaatkan
potensi
dan
sumber
daya
yang
ada
dilingkungan sekitar, termasuk barang limbah/bekas layak pakai. 2. Persyaratan • Luas lahan minimal 300m2 • Memiliki ruang anak dengan rasio minimal 3m2 per peserta didik, ruang guru, ruang kepala sekolah, tempat UKS, jamban dengan air bersih, dan ruang lainnya yang relevan dengan kebutuhan kegiatan anak.
27
• Memiliki alat permainan edukatif, baik buatan guru, anak, dan pabrik. • Memiliki fasilitas permainan baik di dalam maupun di luar ruangan yang dapat mengembangkan berbagai konsep • Memiliki pelaratan pendukung keaksaraan. B. Standar Pengelolaan PAUD Pengelolaan dimaksudkan untuk menjamin terpenuhinya hak dan kebutuhan anak, serta kesinambungan pelaksaan Pendidikan Anak Usia Dini. 1. Prinsip Pengelolaan • Program dikelola secara partisipatoris. • PAUD jalur pendidikan formal menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. 2. Bentuk Layanan • PAUD jalur pendidikan formal untuk anak usia 4-<6 tahun, terdiri atas : Taman Kanak-kanak, Bentuk lain yang sederajat. 3. Perencanaan Pengelolaan • Setiap lembaga PAUD perlu menetapkan visi, misi dan tujuan lembaga serta mengembangkannya menjadi program kegiatan nyata dalam rangka pengelolaan dan peningkatan kualitas lembaga. • Visi, misi, dan tujuan lembaga dijadikan cita-cita dan upaya bersama agar mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada semua pihak yang berkepentingan. • Visi, misi, dan tujuan lembaga diluruskan oleh pimpinan lembaga
bersama
masyarakat,
pendidik,
dan
tenaga
pendidikan. • Visi, misi, dan tujuan PAUD formal juga dirumuskan bersama dengan komite sekolah. • Program harus memiliki ijin sesuai dengan jenis penyelenggara program.
28
4. Pelaksanaa Pengelolaan. • Pengelolaan administrasi kegiatan meliputi : data anak dan perkembangannya, data lembaga, administrasi keuangan dan program. • Pengelolaan sumber belajar/media meliputi pengeadaan, pemanfaatan,
dan
perawatan
:
alat
bermain,
media
pembelajaran, dan sumber belajar lainnya. 5. Pengawasan dan Evaluasi • Lembaga memilki mekanisme untuk melakukan pengawasan dan evaluasi program minimal 1 kali dalam 1 semester. (Permendiknas : 2009)
2.14. Definisi Ruang Terapi Wicara Terapi Disleksia yang ada di indonesia biasanya termasuk dalam kategori terapi wicara. Maka penulis menjelaskan mengenai pengertian terapi wicara, Secara etimologis terapi wicara merupakan gabungan dari kata terapi yang berarti cara mengobati suatu penyakit atau kondisi patologis, dan kata wicara yang berarti media komunikasi secara oral yang menggunakan simbol-simbil linguistik, dimana dengan media ini seseorang dapat mengekspresikan ide, pikiran dan perasaan. Dengan demikian istilah terapi wicara memiliki pengertian yaitu cara atau teknik pengobatan terhadap suatu kondisi patologis di dalam memformulasikan ide, pikiran dan perasaan ke bentuk ekspresi atau media komunikasi secara oral. Secara terminologis bahwa terapi wicara diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang gangguan bahasa, wicara dan suara yang bertujuan untuk digunakan sebagai landasan membuat diagnosis dan penanganan. Dalam perkembangan terapi wicara memiliki cakupan pengertian yang lebih luas dengan mempelajari hal-hal yang terkait dengan proses berbicara, termasuk di dalamnya adalah proses menelan, gangguan irama/kelancaran dan gangguan neuromotor organ artikulasi lainnya. Terapis wicara adalah seseorang yang telah lulus pendidikan terapi wicara baik di dalam maupun luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Peraturan MENKES RI No :
29
867/MENKES/PER/VIII/2004). Terapis wicara memiliki tugas, tanggung jawab, kewenangan serta memiliki hak secara penuh untuk melaksanakan pelayanan terapi wicara secara profesional di sarana pelayanan kesehatan. Berdasarkan definisi ASHA (American Speech and Hearing Association) bahwa terapis wicara diartikan sebagai profesi yang memberikan pelayanan pada gangguan komunikasi yang berperan dalam mengidentifikasi, memeriksa, menangani dan mencegah gangguan bahasa dan bicara baik secara reseptif dan ekspresif pada semua modalitas (bicara, menulis, lambang, dan gambar) juga memberikan pelayanan untuk gangguan menelan. Berdasarkan pada Undang-undang Kesehatan RI No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan serta Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan, tenaga atau profesi terapis wicara termasuk tenaga kesehatan. Tenaga terapis wicara dikategorikan ke dalam tenaga keterapian fisik bersama profesi-profesi keterapian fisik lainnya. Sebagai tenaga kesehatan di bawah Departemen Kesehatan RI, maka segala yang menyangkut kewenangan, tanggung jawab serta sistem pelayanannya diatur oleh sistem hukum dan peraturan yang berlaku. Dengan demikian seorang tenaga terapis wicara dalam menjalankan profesinya harus memenuhi aspek legal sesuai dengan standar yang ada serta memenuhi kriteria yang harus dimiliki sebagai tenaga terapis wicara. Jenis-jenis terapi untuk mengatasi disleksia, yaitu: 1. Terapi Binaural Beats Dyslexia Terapi Binaural Beats Dyslexia merupakan sebuah terapi yang berbentuk audio dan dicetak dalam bentuk CD, dengan tujuan agar anak tersebut bisa dengan mudah untuk mendapatkan dan menggunakannya. Stimulasi gelombang otak dan visualisasi diri yang mempermudah anak disleksia untuk memasuki pikiran bawah sadar. 2. Terapi Integrasi sensori Terapi ini menjadi pondasi untuk membantu anak disleksia memperbaiki masalah integrasi sensori. Anak tersebut akan dijelaskan tentang kesulitan yang dialaminya, selanjutnya membangun strategi untuk mengatasinya. Misalnya, anak terganggu dengan suara yang
30
berisik karena hipersensitif dari pendegarannya, maka terapi ini mengajarkan cara mengatasi untuk menyesuaikannya. 3. Terapi Orthopaedagogy Terapi pengulangan untuk memperbaiki kemampuan dasar belajar. Ada 12 sikap belajar yang perlu anak kembangkan, yakni konsentrasi, ketelitian,
tempo
kerja/belajar,
percaya
diri,
kemandirian,
responsintruksi, respons pertanyaan, kooperatif, komunikatif, daya memori, daya juang dan pemecahan masalah.
2.2 Tinjauan Khusus
2.1.3 Shinning Preschool & Kindergarten
1.
Lokasi • Ruko Daan Mogot Baru Blok BT / 10 - 11, Jalan Utan Jati Raya, Jakarta Barat, 11840
Gambar 2.1 Peta Lokasi Shinning Kindergarten
2.
Kurikulum Menggunakan kurikulum internasional dimana disesuaikan dengan Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) di
31
Indonesia didasari oleh Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 50 Ayat 3. Dalam ketentuan ini, pemerintah didorong untuk mengembangkan satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Proses pengembangan
belajar
mengajar
di
daya kreasi, inovasi,
sekolah dan
ini
menekankan
eksperimentasi
untuk
memacu ide-ide baru yang belum pernah ada. Semua kurikulum pembelajaran dibuat sesuai dengan ketentuan yang ada agar anak yang lulus dari sekolah ini sudah bisa membaca dan menulis.
3.
4.
Struktur Organisasi
•
Director
: Hendry Wong, S.E
•
Principal
: Hesty Susanto, S.E
•
Koordinator Guru
: Anastasia Mia, S.S
•
Marketing
: Lucia Lestari
•
Administration
: Nelly
•
Koordinator Guru Mandarin : Jackson, S.Kom
•
Koordinator Guru English
•
Koordinator Guru Bid.Studi : Hellen Wijaja. Adm
: Yenni Utama, S.E
Latar Belakang Shinning Preschool & Kindergarten berdiri sejak 2008 hingga saat ini. Sebelumnya Shining adalah sebuah tempat khursus bahasa inggris dan mandarin yang bernama Shining Language Center. Dengan adanya basic dari bahasa inggris dan mandarin maka Shining mendirikan sekolah untuk anak-anak dimana yang setelah bersekolah di preschool hingga kindergarten mereka sudah harus bisa baca dan menulis.
32
5.
Visi dan Misi Visi : Visi dari sekolah ini adalah untuk memberikan kesempatan yang sama untuk setiap anak dalam bidang pendidikan dan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap proses belajar dalam setiap anak. Misi : 1. Memberikan kualitas pendidikan PAUD dengan biaya yang terjangkau. 2.
Menciptakan lingkungan yang hangat dan mendukung sehingga menghasilkan gambar diri yang positif.
3.
Menumbuhkan rasa cinta terhadap belajar sejak dini.
4.
Membangun rasa percaya diri dalam diri anakanak sehingga mereka dapat menyelesaikan masalahnya sendiri.
5.
Memperlengkapi anak-anak dengan kemampuan sosial daam berinteraksi dengan orang di sekitarnya.
6.
Menanamkan nilai moral kepada anak-anak.
7.
Mendorong setiap anak untuk mencapai tingkat maksimal dalam semua yang mereka lakukan.
8.
Membantu setiap anak untuk bisa berbahagia, dan merasakan kesuksesan.
6.
Fasilitas dan Ruang Khusus 1. Library 2. Indoor Playground 3. Visual Room 4. Computer Room 5. Canteen
7.
Sistem Keamanan Memiliki secutiry untuk menjaga anak-anak yang akan masuk dan pulang sekolah. Memiliki CCTV di setiap kelas dimana orang tua maupun pendamping dapat melihat perkembangan anak saat di kelas.
33
Karena berbentuk ruko maka dibuat pintu pagar disetiap tangga turun agak anak tidak terjatuh tanpa pantauan guru.
8.
Peraturan Sekolah a. Semua murid harus datang ke sekolah tepat waktu. b. Semua murid harus mengenakan seragam dan sepatu. c. Sebelum masuk kelas dan istirahat, murid harus baris berbaris. d. Orang tua murid/ pengantar hanya diperkenankan mengantar murid sampai kepada batas yang telah ditentukan. e. Orang tua murid/ pengantar dilarang masuk kedalam kelas tanpa seijin guru/ kepala sekolah. f. Agenda anak murid harus selalu diperiksa oleh orang tua murid dan ditandatangani, karena agenda merupakan alat komunikasi guru dan orang tua murid. g. Murid tidak boleh makan / minum di ruang bermain. h. Buku pelajaran murid dibawa disesuaikan dengan jadwal i. Jika murid tidak masuk, harap menginformasikan kepada reseptionis.
34
9.
Analisa Ruang
Tabel 2.2 Analisa ruang Shinning Preschool & Kindergarten
Gambar/Keterangan
1. Resepsionis
Analisa
Area resepsionis ini berada dilantai dasar, area ini menjadi tempat pusat beraktivitas bagi semua usia dimana pintu masuk untuk siswa, orangtua, serta
karyawan
menggunakan
akses
yang pintu
bekerja yang
terdapat reseptionist. Area ini sangat penuh dengan aktivitas dimana tidak ada perbedaan ruangan untuk orangtua yang menunggu dan juga tamu lain yang berhubungan langsung dengan staff di resepsionis.
35
Gambar/keterangan
Analisa
2. Kantin Area kantin pada shinning yang di fungsikan juga untuk ruang tunggu orangtua
dan
tempat
anak-anak
membeli makanan ringan. area ni didesain khusus untuk tempat cafe dimana terletak di lantai dasar di sisi kiri reseptionist.Pencahayaan pada cafe menggunakan
LED
pada
display
tersebut dan warna diselaraskan dengan dinding yang bewarna kuning.
3. Perpustakaan Area membaca Terdapat majalah dan buku edukasi khusus untuk anak batita maupun balita. Melewati gambar anak lebih menarik untuk mengamati media secara visual, belajar membaca dan memahami isi dari buku. Dinding menggunakan finishing cat berwarna kuning, lantai menggunakan keramik putih dan terdapat carpet tile berwarna dengan
variasi
abjad.
Rak
buku
berbahan dasar kayu dengan finishing cat duko berwarna cerah dan juga terdapat sekat kaca untuk orangtua dan guru bisa memantau kegiatan anakanak.
36 Gambar/Keterangan
Analisa
4. Area Bermain Area bermain yang difungsikan untuk melatih keberanian anak dan gerak motorik anak. pada lantai menggunakan
carpet
tile
untuk
keamanan anak dan dinding di lapisi dengan
wallpaper
bewarna
hijau.pada sudut dinding juga di lapisi carpet guna untuk keamanan disaat
anak-anak
Pencahayaan
di
bermain.
dalam
ruangan
menggunakan cahaya alami. 5. Ruang Kelas
Ruangan kelas digunakan untuk menerapkan metode yang telah dipersipkan
lembaga,
dimana
metode ini untuk melatih motorik halus
anak.
Dinding
kelas
menggunakan wallpaper bermotif dan warna – warna cerah agar anak tidak merasa bosan didalam kelas. Lantai berwarna oranye.
menggunakan putih. Furniture
Pintu
keramik bewarna
menggunakan
bahan plastik dengan warna-warna primer.
37
Gambar/Keterangan
Analisa
6. Kantor Guru
Area kantor guru dimana guru mempersiapkan
bahan
untuk
mengajar dan melakukan aktivitas brainstorming
ke
sesama
guru.
Untuk area guru sangat tidak efisien karena
penempatan
penting
sembarangan
kurangnya
furniture
sirkulasi
dalam
efisiensi.
Lantai
data-data dan
juga
dan
juga
sangat
tidak
menggunakan
keramik putih, Dinding pada area tersebut juga menggunakan warna kuning dan hijau.
7. Toilet dan wastafel
Menggunakan
material
dengan
warna yang sama pada area toilet dan wastafel, kaca cermin tidak begitu berfungsi untuk anak-anak karena kaca cermin tersebut di pasang
sesuai
dimensi
dewasa begitu juga wastafel.
orang
38
2.1.5. 4.
Lady Bird Preschool & Kindergarten Gading Serpong Lokasi • Gading Serpong Sektor 1A Blok AF 15/18 Tangerang, Banten
Gambar 2.2 Peta Lokasi Ladybird Lokasi Ladybird Preschool and Kindergarten sangat mengikuti pangsa pasar yang ada dimana lokasi ini sangat strategis untuk jangkauan orangtua kepada anaknya dimana letaknya di daerah perumahan kompleks yang cukup ramai. Hal ini menjadi syarat dan latar belakang dari ladybird sendiri bahwa lokasi tidak boleh terlalu jauh dari orangtua untuk bisa mengontrol anak dan juga menghemat waktu. Selain itu anak-anak juga merasa dirumah sendiri ketika berada di sekolah ladybird karena konsep daripada ladybird yang membutuhkan rumah komplek sederhana menjadi sebuah yayasan pendidikan untuk anak-anak itu sendiri.
4.
Kurikulum Kurikulum yang digunakan didasari oleh kurikulum standar
internasional dimana kurikulum menyeluruhnya menutupi seluruh aspek pengembangan belajar anak meliputi : sosial, emosional, fisik, imajinatif, kognitif dan bahasa. Kurikulum itu sendiri telah dikembangkan selama 10 tahun. Ladybird juga memiliki catatan khusus pada kebutuhan spesifik dari
39
anak yang tidak mau berbahasa inggris di rumahnya dan selanjutnya belajar bahasa inggris sebagai bahasa ke dua di sekolah. kemampuan-kemampuan akademik hanya merupakan salah satu komponen dari kurikulum ladybird. Ladybird percaya bahwa ruang kelas tradisional dengan pengajaran formal bukanlah lingkungan pengajaran yang sesuai untuk anak-anak prasekolah. Sebagai seorang anak yang berkembang dengan kecepatannya masing masing, setiap kebutuhan induvidu anak harus disediakan dalam konteks kualitas aktivitas dan fasilias. Dan untuk program ekstra kurikulumnya, Ladybird menyediakan pelajaran komputer dan berenang. Menyediakan kebutuhan orang tua untuk program usai sekolah untuk anak-anaknya, Ladybird mengadakan program yang disebut "Lets's Learn After School Classes.". Program-program ini didesain untuk membekali anakanak umur 5 sampai 8 tahun. Kelas-kelas ini dapat diakses untuk baik muridmurid Ladybird ataupun yang bukan.Pilihan untuk program usai kelas adalah English Playschool and Computer Play and Learn. Ladybird
merupakan
sekolah
non-religious.
Sekolah
tidak
menyediakan pelajaran-pelajaran agama untuk kelompok umur ini. Tetapi memang merayakan festival-festival umum seperti Natal, Lebaran, dan Tahun Baru China. Sekolah akan mengatur aktivitas khusus pada festival tersebut, seperti membuat ketupat untuk Lebaran ataupun mengadakan pesta saat waktu natal.
3.
Latar Belakang Ladybird Preschool & Kindergarten didirikan oleh Angela Kho, dimana sebelum awalnya ia membuka sekolah pertamanya, Ia berharap untuk membangun KB yang dapat menyemangati murid-muridnya untuk mandiri, pelajar yang aktif dimana mereka bisa berprilaku dan bicara dengan percaya diri. Ia percaya bahwa ini bisa dicapai lewat sebuah program bermain dan belajar, dimana anak-anak disemangati untuk menjelajahi, pengajarnya.
menemukan,
dan
bergerak
dibawah
bimbingan
staff
40
Pada tahun 1992, Angela Kho sedang mencari sebuah KB yang baik untuk anak-anaknya. Saat itu, disana tidak banyak pilihan bagi para orang tua yang mencari KB yang mengajar berbahasa inggris di Jakarta. Sebenarnya, bahkan tidak ada yang bisa di area tempat tinggal Angela di Jakarta. Jadi ia mendirikan sekolahnya sendiri, bersama temannya Lucy, ia mendirikan Ladybird preschool menggunakan sebuah rumah sebagai bangunan sekolah dalam lingkungan yang ramah di Green Garden. Angela Cho, pemilik dan kepala sekolah Ladybird, menyelesaikan pendidikannya di University of Manchester di England. Angela telah memiliki pengalaman selama beberapa tahun dalam bekerja dengan anak anak KB di Jakarta sebelum akhirnya membuka Ladybird, meawarkan sebuah program KB dengan kualitas tinggi dan progresif. Selain di Citra Garden 2, Ladybird juga membuka cabang di Bumi Serpong Damai, Gading Serpong, dan di Taman Kedoya Baru sebagai pusatnya.
41
4.
Sistem keamanan Untuk sistem keamanan ladybird Gading serpong lebih seperti rumah kompleks dimana sebelum memasuki kawasan ladybird memiliki security di depan pintu masuk kompleks dan sesampainya di sekolah tersebut harus ada janji ketemu terlebih dahulu jika oranglain yang menjemput anak tersebut selain wali orangtua yang menjemput di kawasan ladybird.untuk fasilitas CCTV belum ada karena keamanan sudah cukup untuk sekolah yang berada di dalam kompleks.
5.
Fasilitas dan Ruang khusus •
Ruangan kelas TK A(4-5tahun) dan TK B(5-6tahun) masing-masing mempunyi 1 kelas
•
Library room, dimana ruang ini multifungsi untuk bermain serta assembly point untuk anak-anak yang menunggu orangtua datang menjemput.
•
Area bermain outdoor terdapat halaman yang cukup luas untuk anakanak beraktifitas dan bergerak.
•
Ruang makan
•
Area bermain puzzle, kegerakan tangan, olahraga yang di gabung menjadi satu tempat.
•
Toilet dan wastafel
42
6.
Kindergarten 4,5-6,5 tahun (KG1/KG2 Senin-Jumat 08.15-12.45 p.m.) Pada masa ini Ladybird membangun kemampuan dan sikap anak yang telah dikembangkan di preschool dan mengenalkan bahasa dan konsep baru dalam menstimulasi dan lingkungan yang lebih menantang. Meskipun Bahasa Inggris masih dominan dalam berinteraksi, namun anak mendapat satu mata pelajaran satu hari dalam Bahasa Indonesia. Program dual-language ini adalah persiapan ideal untuk sekolah National/National Plus atau International. Kurikulum Ladybird mengarah pada mengembangkan kelancaran dalam Bahasa Inggris dan pada saat yang sama mengeksplor konsep dan ide di dalam berbagai area seperti matematika, sains, seni dan literatur. Guru secara hati-hati merangkai dan mengajarkan bahasa anak melalui aktivitas individu maupun grup. Di Kindergarten 2 Ladybird mengadopsi berdasarkan
‘pendekatan
proyek’
untuk
belajar,
dengan
anak
mengeksplor topik lebih dalam, juga menstimulasi rasa keingintahuan mereka tentang dunia sekitar. Guru mendorong berfikir kreatif dan menekankan kebutuhan anak untuk mengembangkan responsibilitas untuk pembelajaran mereka. Di kindergarten, Ladybird menggunakan variasi eklektik sebagai pendekatan untuk mengembangkan kemampuan aksara awal, dan program matematika luas yang meyakinkan bahwa anak mempunyai fondasi kuat dalam pengembangan area-area esensial tersebut. Ladybird menyadari pengembangan kemampuan aksara sangat penting bagi kesuksesan anak di sekolah nanti. Di Kindergarten1, fokus pada pelajaran sehari-hari dalam Bahasa Indonesia yang terstruktur, program membaca yang interaktif, dimana Bahasa Inggris dikembangkan melalui pendekatan lebih luas untuk membaca dan menulis. Dimulai dengan memproduksi kamus bergambar dan menulis daftar belanja di KG1, anak mulai menulis jurnal mereka sendiri dan membuat buku sebagai bagian dari proyek di akhir KG2. Sebagai tambahan pada inti aksara dan matematika, kurikulum Ladybird juga mencakup sains, cookery, art and craft, kelas menggambar, komputer, Mandarin dan berenang.
43
7.
Analisa Ruang Tabel 2.3 Analisa ruang Lady Bird Preschool & Kindergarten
Gambar/keterangan
Analisa
1. Ruang membaca Ruangan ini digunakan sebagai area membaca, menggunakan karpet biru agar
memberikan
suasana
yang
nyaman disaat anak-anak membaca. Untuk memasuki ruangan ini anakanak maupun guru di minta melepas sepatu
untuk
kebersihan
dan
kenyamanan. Didalam ruangan ini mereka
hanya
menggunakan
beberapa rak penyimpanan buku dan juga pencahayaan yang berasal dari matahari saja.
44
Gambar/keterangan
Analisa
2. Area Komputer Area
ini
berseberangan
dengan
ruang membaca dimana pada sisi kiri berisi rak buku pelajaran anakanak. Pada lantai menggunakan keramik putih dan biasanya anakanak langsung duduk di lantai ketika melakukan video.
aktivitas
Pada
menonton
dinding
juga
menggunakan cat tembok bewarna cream. 3. Area Bermain Area bermain anak-anak terdapat karpet bewarna biru dan terdapat sebuah meja yang tingginya sesuai dengan dimensi anak-anak berusia 2-6 tahun yang digunakan untuk bisa manaruh dan melakukan aktivitas bermain. Pada rak penyimpanan mainan juga di sediakan di sisi dinding
tersebut.
menggunakan 120x60cm.
Untuk
Triplek
plafon
berukuran
45
Gambar/keterangan 4. Area makan dan kerajinan tangan
Analisa Untuk Area kerajinan digunakan juga untuk
area
makan
anak-anak.
Melakukan aktivitas yang menunjang anak
untuk
membangun
berkreatif
ilmu
serta
motorik
halus.
Disediakan rak-rak penyimpanan alatalat bermain yang sesuai dengan dimensi anak-anak dikarenakan anak juga bisa langsung menyusun mainan yang sudah selesai di gunakan. Pada lantai
menggunakan keramik putih,
untuk melakukan aktivitas disediakan meja dan kursi anak-anak dengan warna-warna primer yang terdapat di balik
dari
rak-rak
penyimpanan
barang. 5. Ruang Kepala sekolah
Tempat ini juga digunakan ketika kepala sekolah bertemu secara pribadi dengan orangtua siswa. Dokumen dan arsip dari Ladybird juga berada di dalam
ruangan
tersebut
sehingga
ruangan menjadi sempit dan tidak efisien untuk melakukan aktivitas dari kepala
sekolah.
Posisi
meja
membelakangi tampak depan sekolah dimana kepala sekolah tidak bisa langsung memantau tamu yang akan datang ke Ladybird.
46
Gambar/keterangan
Analisa
6. Toilet & Wastafel
Ukuran toilet dan wastafel di sini menggunakan standard ukuran orang dewasa, namun disediakan tangga di wastafel
supaya
anak-anak
dapat
dengan mudah mencuci tangan. Anakanak yang perlu menggunakan toilet harus di dampingin oleh guru/asisten guru. Dinding toilet dihiasi dengan stiker bergambar untuk menyesuaikan kebutuhan visual anak-anak, Lantai toilet menggunakan keramik bewarna biru
dan
dinding
keramik bewarna putih.
menggunakan
47
2.1.6.
Treehouse Preschool & Kindergarten Gading Serpong
1.
Lokasi •
Jl.CBD Gading Serpong Ruko Green Dotcom, Blok G/01-02, Gading Serpong Tangerang-Indonesia
Gambar 2.3 Peta Lokasi Treehouse
2.
Kurikulum Kurikulum yang digunakan menggunakan kurikulum Internasional
yang mengikuti negara Singapura dimana sekolah tersebut mengajari bahasa English dan Mandarin.
48
3.
Visi dan Misi • Visi
: Kami berkomitmen untuk membangkitkan generasi bintang,
dibekali kemampuan, sikap positif dan pengetahuan untuk menjadi pemimpin yang baik di dalam komunitas ini. • Misi
:
1. Memberikan kepada anak-anak dengan variasi dan pilihan yang luas berbagai macam pendidikan dan kesempatan bermain yang akan
membantu setiap anak untuk belajar dan mengeluarkan
potensi yang ada pada dirinya. 2. Bertujuan untuk membangun kemampuan anak-anak secara maksimal dan menyediakan pengalaman yang dapat memperkaya pengetahuan akan sosial, emosional, fisik pikiran, kognitif, intelektual, dan kreatif. 3. Menawarkan
kesempatan kepada anak-anak untuk kemampuan
bersosialisasi dan pendidikan karakter, dimana mereka akan diajarkan untuk percaya diri, yakin, berkarakter dan menjadi individu yang dapat dipercaya oleh keluarga dan sekitarnya.
4.
Nilai-nilai •
Kita akan menjaga dan mengasihi anak-anak
•
Kita akan mengarahkan dan membimbing ke arah yang benar
•
Kita akan selalu fokus, konsisten dan tekun untuk mencapai tujuan kita dan orang tua.
49
5.
6.
Fasilitas dan Ruang Khusus •
Kid's Library
•
Mini Kidzania
•
Computer Room
•
Gym area
Sistem Keamanan Sistem keamanan menggunakan CCTV dimana disetiap spot terdapat
kamera CCTV dan juga keamanan security dari kompleks ruko tersebut.
7.
Jadwal Sekolah Tabel 2.4 Jadwal kegiatan Tree House Tingkat
Kelompok Umur
waktu
Toddler
9 Bulan-2 Tahun
08.00-10.00 10.30-12.30
Nursery 1
2-3 Tahun
08.00-11.00
Nursery 2
3-4 Tahun
08.00-11.30
Kindergarten 1
4-5 Tahun
08.00-13.30
Kindergarten 2
5-6 Tahun
08.00-13.30
50
8.
Kegiatan Tambahan • Klub Drama Dalam kelas drama anak-anak dapat berakting bahwa sesuatu terjadi di dalam kehidupan mereka dan mengekplor karir yang mereka
minati.Sambil bermain,
anak-anak belajar mengasah
kemampuan berkooperasi dan bernegosiasi untuk menentukan peran dan jalan cerita.Anak-anak mempraktekan kemampuan berbahasa sambil mengkomunikasikan ide mereka kepada teman-temannya dam membentuk ide selanjutnya sambil tetap mempertahankan ide sebelumnya yang ada di kepala mereka. •
Klub Menari Menari membatu anak-anak untuk berekspresi secara kreatif. Memperlengkapi anak-anak cara untuk belajar dan berkomunikasi. Program
tarian
di
desain
untuk
membantu
anak-anak
mengembangkan disiplin diri dan fokus. • Klub Memasak Kelompok ini di desain agar anak-anak dapat bersenangsenang di dapur. Konsepnya adalah menyediakan dasar untuk memakan makanan sehat dan melatih anak-anak tentang nutrisi yang sehat sambil bersenang-senang. • Klub Musik Aktifitas musik yang melibatkan gerakan membantu anakanak untuk menjadi sadar pergerakan tubuh dan membantu mereka mengembangkan otot dan keseimbangan. Mendengarkan musik mengajak anak-anak untuk mempraktekkan kemampuan mereka untuk memperhatikan dan mengikuti arahan. Sambil musik di mainkan, anak-anak juga diajak untuk menjelaskan perasaan mereka terhadap musik tersebut.
51
9.
Analisa Ruang Tabel 2.5 Analisa ruang Treehouse Preschool & Kindergarten Sumber : Dokumentasi Penulis Gambar/keterangan
Analisa
1. Resepsionis Area ini digunakan untuk menerima tamu
dan
juga
sebagai
tempat
menunggu
ketika
orangtua
murid
menunggu
jam
pulang
sekolah.
Terdapat rak sepatu karena setiap orang yang mau memasuki area ini di haruskan
melepaskan
alas
kaki.
Furnitur yang ada di area resepsionis menggunakan warna hijau, kuning dan biru. Pada wall display terdapat tulisan slogan sekolah yang terbuat dari kayu. Pencahayaan
pada
area
ini
menggunakan pencahayaan alami dari sinar
matahari
menggunakan
dimana
material
kaca.
pintu Juga
terdapat papan untuk menempelkan foto kegiatan dari sekolah sebagai nilai jual tersendiri.
52
Gambar/keterangan
Analisa
2. Area bertemu (Assembly point) Area ini di gunakan untuk anak-anak bermain sambil menunggu di jemput orangtua. Terdapat pagar pengaman setinggi 1 meter yang bertujuan untuk mengamankan
anak-anak agar tidak
keluar dari area tersebut. Pada dinding menggunakan material kaca cermin, sehingga area tersebut terkesan luas. Lantai area ini menggunakan karpet dengan motif kayu serta dinding dari koridor menggunakan walpaper yang bermotif gambar bewarna. Di sudut ruangan terdapat tempat bermain seluncuran dan mandi bola yang disebut minikidzania oleh pihak sekolah, di mana bertujuan supaya anak-anak
tidak
bosan
ketika
menunggu. Terdapat jarak 1,5m antara pagar pembatas dan dinding kelas berfungsi sebagai jalur untuk menuju ke tangga lantai atas.
53
Gambar/keterangan
Analisa
3. Tangga Bahan dari tangga menggunakan bahan besi yang di cat warna hitam dan lantai tangga menggunakan karpet. Sebagai pengaman di ujung tangga terdapat pagar agar anak-anak tidak naik/turun tangga tanpa pengawasan dari guru.
4. Loker
Untuk pemanfaatan sudut ruang di fungsikan untuk area loker anak-anak, mereka
dapat
menyimpan
barang-
barang pribadi seperti gelas, alat sikat gigi dan odol, serta tas sekolah. Loker didesain sesuai dengan tinggi anakanak
sehingga
mereka
meletakkan/mengambil tinggi loker 1,5meter.
dapat
barangnya,
54
Gambar/keterangan
Analisa
5. Kelas Kindergarten 1 Ruang kelas kindergarten
1 untuk
anak-anak berusia 4-5 tahun yang digunakan
selama
proses
belajar-
mengajar. Pada didnign digunakan cutting sticker yang bermotif kartun dan huruf
alphabet
bewarna
untuk
membantu meningkatkan proses belajar anak-anak. Terdapat jendela kecil untuk pencahayaan ruangan supaya tidak gelap dan menghemat penggunaan listrik. Untuk setiap properti belajar seperti meja, kursi, dan karpet busa selalu di susun kembali jika tidak di gunakan. Meja dan kursi yang di gunakan di kelas menggunakan meja dan kursi komersial untuk anak-anak.
55
Gambar/keterangan
Analisa
6. Kelas Kindergarten 2
Ruang Kelas kindergarten 2 untuk anak-anak berusia 5-6 tahun yang di gunakan
selama
proses
belajar
mengajar. Pada dinding di gunakan cutting stiker yang bermotif kartun dan huruf
alphabet
bewarna
untuk
membantu meningkatkan proses belajar anak-anak. Tetapi jendela ruangan kelas ini
lebih
kindergarten
besar
di
1
dimana
bandingkan kaca-kaca
jendela terdapat kertas tempelan yang berupa karya-karya murid tersebut.
56
Gambar/keterangan
Analisa
7. Toilet & Wastafel
Toilet sekolah ini menggunakan dua ukuran yaitu untuk dewasa dan anakanak. Pada dinding terdapat motif gambar agar sesuai dengan kebutuhna visual anak-anak. Lantai menggunakan keramik bertekstur
ukuran kasar
20x20cm agar
tidak
yang licin.
Mempunyai 3 buah wastafel dengan ukuran
dimensi
anak-anak
yang
terdapat di luar kamar mandi yang bertujuan untuk melatih anak-anak agar lebih mandiri dengan bercuci tangan sendiri.
8. Area membaca
Area membaca terletak di lantai 3 di batasi menggunakan rak buku di ketiga sisinya. Lantai menggunakan karpet bewarna hijau, juga terdapat sofa berukuran dimensi dari ergonomi anak.
57
Gambar/keterangan
Analisa
9. Video Room
Diruangan video tidak di sediakan kursi,
tetapi
anak-anak
duduk
beralaskan karpet busa. Ergonomi pada meja komputer dan TV di sesuaikan dengan dimensi anak. Pada dinding bewarna putih dan di tempeli stiker kartun futuristik. Pencahayaan ruangan terdapat
dua
sisi
jendela
yang
menghadap depan bangunan dan sisi kanan bangunan, sehingga cahaya yang masuk lebih besar intensitasnya di banding ruangan lainnya maka itu di butuhkan
tirai
untuk
mengurangi
intensitas cahaya yang masuk.
58
Gambar/keterangan
Analisa
10. Area Gym
Ruangan ini di lengkapi dengan kaca cermin di sebelah dinding kanan. Pada properti alat olahraga anak berupa trampoline,
bola
gym,
serta
alat
pendukung lain untuk melatih fisik anak-anak. Lantai keramik putih yang di alaskan karpet busa agar mencegah terjadinya
cidera
ketika
anak-anak
beraktivitas.
11. Playground
Area Playground yang terletak di lantai dasar,
digunakan
saat
anak-anak
menunggu kelas dimulai, pada saat jam istirahat, atau menunggu di jemput.