28
BAB III TEKNIK PODUKSI 3.1 Tujuan Komunikasi Tujuan komunikasi daripada dokumenter televisi “Luntur” yang akan dibuat adalah peneliti ingin menyampaikan kepada masyarakat tentang kebudayaan Indonesia yang begitu indah dimiliki oleh masyarakat di Giri Harja. Khususnya peneliti ingin menginformasikan kepada masyarakat, bahwa budaya Indonesia tersebut, masih banyak masyarakat yang belum mengetahuinya meskipun berada di negara sendiri. Ironisnya, banyak anak-anak kecil dan mahasiswa masih belum mengenal wayang itu lebih dekat. Jika diperhatikan, objek wisata budaya di Indonesia sangat lah melimpah, tidak sedikit turis mancanegara menyempatkan diri untuk mengunjungi dan menikmati kebudayaan di Indonesia. Sayangnya, peran pemerintah di bidang pariwisata masih belum kuat, sehingga objek wisata yang dikenal oleh para turis hanya sebatas itu-itu saja.. Padahal jika ditelusuri, banyak tempat yang memiliki potensi mengenai kebudayaan Indonesia. Untuk langkah awal, dokumenter televisi “Luntur” yang akan peneliti buat mengambil Kampung Wayang Giri Harja sebagai langkah awal dalam memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia khususnya di Jawa Barat. Pembuatan karya film dokumenter pun dianggap penting mengingat semakin banyaknya jenis film yang kini mulai bermunculan. Dengan membuat film dokumenter sudah pasti sebagai langkah untuk melestarikannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
29
Dilihat dari sisi subjeknya, akan ada informasi baru yang dapat diketahui oleh masyarakat. Dan juga masyarakat akan terbuka pikirannya terhadap isu-isu sensitif yang belum dipublikasi oleh media massa konvensional. Melalui film yang punya dampak besar kepada penontonnya, tentu masalah-masalah yang sedang dihadapi akan mudah untuk diselesaiakan karena banyak yang mengetahui dan akan banyak opini-opini yang berkembang di masyarakat.
3.2 Strategi Komunikasi Strategi komunikasi pada pembuatan film dokumenter “Luntur” ini ditinjau dari pendekatan teknik penyutradaraan. Penulis akan menyusun proses produksi film dokumenter ini dengan cara melakukan sebauh perencanaan, riset, survei, lalu membuat breakdown dan timetable. Yang tak kalah penting untuk dijalani oleh seorang sutradara adalah pendekatan dengan subjek yang akan kita teliti. Selanjutnya penulis pun akan melakukan briefing terlebih dahulu dengan tim produksi yang terdiri dari DOP dan Editor. Briefing ini menjadi penting, guna menyamakan persepsi sebelum memulai kegiatan syuting. Pada saat produksi, penulis yang juga bertugas sebagai sutradara disini berperan penting dalam mengimplementasikan konsep-konsep yang sudah disusun sebelumnya. Sutradara bertanggung jawab untuk melihat momen-momen penting yang terjadi di lapangan agar dapat ditangkap oleh mata kamera dan tentu tetap fokus terhadap apa yang hendak dimunculkan pada penonton.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
30
Proses wawancara kepada narasumber yang menjadi poin utama dalam membangun cerita juga perlu diperhatikan oleh sutradara. Pasalnya dari proses wawancara terhadap narasumber itulah, cerita dari film dokumenter ini terbentuk. Bahkan, sutradara perlu untuk menggali informasi sedalam-dalamnya dari narasumber. Terakhir yang tak kalah penting adalah kegiatan pengamatan sutradara terhadap keseharian dari subjek, agar tervisualisasikan dengan jelas, nyata dan natural.
3.3 Analisa Spesifikasi Program a) Gambaran Rancangan Bentuk Karya Dokumenter televisi berjudul “Luntur” merupakan sebuah program dengan tema yang mengangkat tentang laporan kebudayaan Indonesia khususnya di Kampung Wayang Giri Harja. Program ini kami buat dengan tujuan untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia dengan mengeksplor kampung Wayang Giri Harja yang belum banyak diketahui masyarakat. Dalam program dokumenter televisi yang kami buat, selain untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia, kami juga memiliki tujuan untuk mengedukasi audiens melalui program kami
- Format Program
: Dokumenter Televisi
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
31
- Format Media
: Digital
- Judul Program
: Luntur
- Durasi
: 24 Menit
- Target Audiens
: a) Usia
: - Dewasa (19-35)
b) Jenis Kelamin
:
Laki-Laki
dan
Perempuan c) Status Sosial
: B dan C
menengah atas dan bawah Alasan memilih usia dewasa umur 19 – 35 tahun menjadi target premier karena pada usia tersebut tingkat kematangan pemikiran manusia sudah mulai matang dan kritis menghadapi dan melihat kasus yang ada pada film ini.
b) Konsep yang Digunakan Dalam Mengeksekusi Karya
Pada dokumenter televisi “Luntur” kami menggunakan konsep dengan cara mengobservasi kebudayaan Indonesia, yang belum banyak diketahui masyarakat dan menunjukkan keunggulan yang ada. Untuk episode awal, kami
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
32
mengangkat Kampung Wayang Giri Harja sebagai tempat kebudayaan di Jawa Barat. Melihat fakta tersebut kami menyadari bahwa Kampung Wayang Giri Harja memiliki potensi sebagai tempat obyek wisata terutama dalam pargelaran Wayang Golek yang menarik. Oleh karena itu kami juga ingin menggunakan konsep kebudayaan tersebut sebagai media promosi dan edukasi pada audiens. Di Kampung Wayang sendiri memiliki ragam tokoh-tokoh wayang yang cukup terkenal seperi Cepot dan Arjuna. C) Gambaran Isi Pesan dan Media Promosi Sedikit gambaran dan isi pesan dari program dokumenter televisi “Luntur” berniat untuk menginformasikan objek kebudayaan Indonesia yang tersebar luas dan masih belum banyak diketahui oleh masyarakat. Untuk memulai langkah awal dari program dokumenter televisi “Luntur”, peneliti ingin membuat laporan perjalan di Kampung Wayang Giri Harja. Meskipun memiliki kebudayaan wayang yang terkenal tetapi masih saja sebagian besar masyarakat belum mengenal lebih dekat. Media promosi yang akan digunakan untuk mempromosikan program dokumenter televisi “Luntur” adalah dengan menggunakan poster dan menyebarluaskan melalui perantaraan media sosial. Melalui media sosial, peneliti akan menggunakan trailer dari dokumenter televisi yang dibuat dan diupload melalui facebook, instagram, serta link youtube yang mengarahkan langsung ke dokumenter televisi yang dibuat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
33
Dengan demikian, diharapkan banyak orang yang melihat dokumenter televisi “Luntur”.
3.4 Time Table dan Anggaran Dalam tahap pra produksi, hal penting lainnya yang harus diperhatikan adalah penyusunan jadwal produksi dan budgeting. Dalam penjadwalan sendiri atau yang lebih dikenal dengan istilah time table, seluruh kegiatan diatur secara detail mulai dari kapan, dimana lokasinya, siapa saja yang terlibat, kapan batas waktu pengambilan gambar, dan sebagainya. Penentuan lokasi sendiri juga sangat menentukan dalam pemilihan latar waktu seperti pagi, siang, dan malam atau juga penentuan interior dan eksterior dari lokasi.
Berikut adalah hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan biaya pada tahap budgeting. a) Pengadaan naskah untuk wawancarai narasumber b) Media penyimpanan hasil rekaman (memory card, dvd, hardisk, dsb)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
34
c) Penyedian alat untuk produksi d) Konsumsi e) Transportasi dan akomodasi f) CD blank
3.4.1 Time Table Adapun time table dengan target Januari 2017 - Agustus 2017, dengan rincian sebagai berikut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
35
Target Perbulan Tahap
(Januari 2017 - Agustus 2017)
Aktifitas Produksi
1
2
3
4
5
6
7
Penentuan Tema Pra Produksi Riset Budgeting Pembuatan Naskah Produksi
Proses Shooting Editing Offline
Pasca Produksi
Editing Offline
Preview
3.4.2 Anggaran Target dari biaya produksi dokumenter televisi “Luntur” adalah Rp. 7.640.000,00 dengan perincian sebagai berikut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
8
36
No.
Subject
Item &
Unit
Cost
Total
Rp.
Rp. 400.000,00
Keterangan PRA PRODUKSI 1
Riset & Hunting Lokasi
Kendaraan pribadi (Bensin)
400.000,00 PRODUKSI
2
Konsumsi
-Makan
3
Rp. 50.000,00
Rp. 420.000,00
3
Kamera
Canon Eos 60D
1
Rp.
Rp.
150.000,00
300.000,00
per hari Canon Eos 70D
4
Lensa
1
Rp.
Rp.
500.000,00
500.00,00
Canon 600D
-
-
-
-Zoom
1
Rp.
Rp.
150.000,00
1.050.000,00
Rp.
Rp.
200.000,00
200.000,00
(70-200) -Wide
1
(17-35) -Fix (50mm)
1
-
-
Standar Kit
1
-
-
-Clip On
1
Rp.150.000,00
300.000,00
Mic Rode
1
Rp. 75.000,00
150.000,00
1
-
-
(18-55) 5
Audio
Panjang
6
Stand
-Tripot
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
37
Camera
-Slider Custom
1
Rp. 50.000,00
Rp. 50.000,00
-Action Cam
1
-
-
-LED
1
-
-
-Hardisk
1
-
-
1
Rp.
Rp.
50.000,00
100,000.00
-
-
-Kendaraan Pribadi
Rp. 300.000,00
Rp. 300.000,00
-Penginapan
Rp. 250.000,00/ Hari
Rp. 1.750.000,00
(xiaomi) 7
Action Camera
8
Lighting
Ekternal 1tb 9
Alat
-Memori 32Gb
Pendukun
extreme
g lainnya
(Sandisk) -Laptop
10
Transport asi dan Akomoda si
1
PASCA PRODUKSI 11
Konsumsi
3
Rp. 30.000,00
Rp. 30.000.00
12
CD+Cove
1
Rp. 50.000,00
Rp. 50.000,00
r 13
Media
Baju
12
Rp. 70.000,00
Rp. 840.000,00
Publikasi
Poster
1
Rp. 200.000,00
Rp. 200.000,00
Biaya Tak Terduga
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Rp. 1.000.000,00
38
Jumlah
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Rp. 7.640.000,00
39
3.5 Konsep Perancangan Pada karya audio visual, sangat perlu untuk memperhatikan gambar yang akan ditampilkan. Dalam hal ini, kegiatan riset menjadi proses yang perlu serius dijalani guna memiliki gambaran tentang hal apa yang akan divisualisasikan nantinya pada film dokumenter ini. Dari situ, penulis pun memiliki konsep visualisasi berupa pengenalan latar tempat yang diceritkan, kemudian dimasukkan pula sebuah kebudayaan dan juga seni-seni yang berkembang di Jawa Barat. Selanjutnya mulai masuk cerita, akan divisulisasikan Kampung Wayang Giri Harja tersebut ditambah dengan pembuatan wayang dan seni pertunjukkan atau pargelaran Wayang Golek tersebut. Aktivitas yang dilakukan oleh Dalang dan anak-anak yang belajar memainkan wayang di padepokan Kampung Wayang Giri Harja. Untuk menampilkan sebuah konflik yang terjadi, akan ditayangkan sebuah situasi bagaimana si Dalang tersebut melakukan ritual dengan hati nurani yang menjiwai kesenian dan bagaimana si Dalang tersebut hanya memainkan wayang hanya karena materi atau sekedar menghibur tetapi tidak menjiwai seni wayang itu sendiri. Lalu yang dilakukan sutradara dengan narasumber-narasumber terkait hal ini, kemudian cuplikancuplikan wawancara tersebut akan dirangkai sedemikian mungkin agar menjadi satu cerita yang saling berkesinambungan. Untuk memperkaya gambar, maka akan diambil beauty shoot, maupun gambar close up dari narasumber yang sedang berbicara saat itu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
40
Terakhir agar jenis gambar semakin beragam, akan ditambahkan beberapa timelapse ataupun hiperlapse guna menandai perbedaan waktu ataupun perbedaan tempat yang terjadi pada cerita.
3.4 Sinopsis Wayang Golek adalah suatu seni Sunda pertunjukkan Wayang yang terbuat dari boneka kayu , yang terutama sangat populer di wilayah tanah Pasundan. Daerah penyebarannya terbentang luas dari Cirebon sampai wilayah Bandung , bahkan di Jawa Tengah dengan Jawa Barat sering dipertunjukkan pargelaran Wayang Golek. Dan wayang golek itu dibagi menjadi dua yaitu wayang golek tradisi dan modern. Yang membedakannya ialah dari segi unsur cerita, perubahan-perubahan pada tokoh wayangnya, maupun dari tata panggung pagelaran. Oleh karena itu, di zaman ini yang sudah semakin cangih dengan teknologinya dan maupun budaya – budaya luar yang masuk ke Indonesia terutama di tanah Pasundan , sehingga budaya yang awal mulanya dimiliki masyarakat Jawa Barat ini seperti Wayang Golek sudah “Luntur” oleh perkembangan zaman yang sudah modern ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
41
3.5 Treatment
1 2
3
4
5 6 7
Deskripsi Asal – Usul didirikannya Kampung Wayang Giri Harja. Kampung Wayang Giri Harja dikenal sebagai Kampung Wayang Golek yang ada di Bandung Jawa barat, ada banyak tokoh-tokoh yang dimainkan oleh si Dalang, yaitu Cepot, Arjuna, Bima, Hanoman, Gatot, dan lain-lain. Wayang Golek tetap menjadi salah satu kesenian tradisional kebanggan masyarakat Jawa Barat. Terbukti Wayang Golek tetap mewarnai berabagai acara seperti ruwatan, syukuran dan acara besar lainnya. Selain itu, beberapa seniman tetap mengembangkannya dengan beberapa kreasi tambahan agar terlihat menarik dan tetap lestari tanpa menghilangkan pakem di dalamnya. Wayang Golek Modern pertama kali diperkenalkan menjadi terkenal oleh Asep Sunandar pada tahun 70-an dikarenakan mengikuti perkembangan zaman tetapi tidak meninggalkan pakem-pakem sebeleumnya. Dalam pementasan wayang modern ini lebih memanfaatkan teknologi cahaya (lighting) dan layar (screen) Perbedaan Wayang Golek tradisi dan Wayang Golek modern dibedakan dari segi tokoh wayang, dialog, dan penataan panggung pementasan. Ada beberapa aspek dalam wayang tradisi yang hilang atau diperbarui menjadikan wayang tradisi ini “Luntur”
Inti Cerita Memvisualisasikan tentang Wayang Tradisi dan Wayang Modern Untuk memvisualisasikan tokoh-tokoh Wayang
Memvisualisasikan pementasan wayang dan eksistensian wayang itu sendiri
Untuk menggambarkan tokoh wayang golek modern seperti Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Artis, Tokoh Kepemerintahan, dan lain-lain. Untuk memvisualisasikan pementasan wayang golek modern Menggambarkan aspek-aspek tradisional dan modern.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z