BAB III SISTEM DELIVERY
3.1
JENIS-JENIS SISTEM DELIVERY
Sistem delivery adalah suatu sistem yang mengatur seluruh proses dan pembiayaan suatu
proyek
konstruksi
(perencanaan,
pelaksanaan,
operasional,
dan
pemeliharaan) dalam suatu bentuk perjanjian. Sistem Delivery merupakan suatu sistem yang akan terus berkembang karena semakin berkembangnya keinginan pelaku konstruksi untuk mencari sistem yang semakin efektif dan efisien dalam proses konstruksi. Keinginan tersebut kemudian diwujudkan dengan mencari metode yang semakin mempermudah pelaku konstruksi dalam melakukan kegiatannya.
Beberapa inovasi Sistem Delivery yang sedang berkembang antara lain: DesignBiDBuild (DBB), Design-Build (DB), Design-Build-Operate-Maintain (DBOM), DesignBuild- Finance-Operate (DBFO), dan Full Delivery or Program Management. Build Own Operate (BOT) & Build Own Operate Transfer (BOOT) hampir serupa dengan Sistem DBOM dan DBFO tetapi berbeda dalam pembiayaan. Inovasi Sistem Delivery ini tetap mempunyai tujuan utama yaitu untuk menghasilkan suatu proyek konstruksi yang semakin murah, cepat dan dengan kualitas yang semakin baik pula.
Sistem Delivery dilakukan untuk mempermudah proses berlangsungnya kegiatan proyek konstruksi, dalam hal pengadaan penyedia jasa konstruksi yang akan menghasilkan adanya produk konstruksi sesuai dengan yang diharapkan. Sistem Delivery ini sangat berkaitan erat dengan organisasi proyek dan kontrak dari suatu proyek karena ketiga hal tersebut menggambarkan secara jelas hubungan yang terjadi antar pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses konstruksi.
Laporan La Tugas Akhir Kajian Potensi Pen Penerapan Sistem Delivery Design-Build pada Proyek Pro Jalan Nasional di Indonesia
Ga Gambar 3.1 Inovasi Sistem Delivery Sumber : Pekka Pakkala. a. 2 2002
Pihak-pihak yang terlibat erlibat dal dalam suatu proses konstruksi mempunyai punyai wewenang w dan tanggung jawab yang ber berbeda, maka agar tidak terjadi adi kekacauan keka dalam pelaksanaan kegiatan tan dibuat suatu hubungan antar masing-masing asing pihak. pih Hubungan ini dapat berupa hubungan ubungan yyang sejajar dan timbal balik ataupun aupun hub hubungan antara atasan dan bawahan. an. Agar hubungan di atas menjadi jelas maka di dibuatlah suatu manajemen dalam kegiatan ttersebut, dikenal dengan manajemen men orga organisasi, dengan tetap mengacu pada sistem istem yang telah ditentukan.
Struktur organisasii proyek m memperlihatkan pihak-pihak yang g terlibat dalam proyek yang bersangkutan n lengkap dengan hubungan yang ada. Hubungan ubungan antara pihakpihak yang terlibat at dalam suatu proyek umumnya dibedakan edakan at atas hubungan fungsional dan hubungan ungan ke kerja. Hubungan fungsional adalah hubungan berdasarkan fungsi pihak-pihak tersebut. Dan hubungan kerja adalah hubungan ungan ke kerja sama yang dikukuhkan dengan n kontrak antara pihak-pihak yang terlibat, ibat, atau disebut juga
SISTEM DELIVERY
3-2
Laporan La Tugas Akhir Kajian Potensi Pen Penerapan Sistem Delivery Design-Build pada Proyek Pro Jalan Nasional di Indonesia
hubungan kontraktual. tual. Seca Secara fungsional ada 3 pihak yang sangat berperan be dalam proyek, yaitu pemilik lik proyek (owner), konsultan, dan kontraktor. Berbagai bentuk Sistem Delivery pada dasarnya didasarkan pada pengaturan pen yang tepat mengenai derajat rajat inte integrasi proses-proses penyediaan serta penerapan pe jenis spesifikasi sesuai dengan engan ya yang akan digunakan. Berikut ini beberapa eberapa b bentuk Sistem Delivery:
1.
Build) adalah metode pengadaan jasa asa proyek proye konstruksi DBB (Design-Bid-B dimana pemilik ilik mem memilih dua penyedia jasa, dimana na satu penyedia p jasa bertugas menyelesaika yelesaikan desain dan satu penyedia jasaa yang lainnya lain bertugas menyelesaikan n konstr konstruksi. Antara kedua penyedia jasa ini tidak t terdapat perjanjian kontrak ntrak yang mengikat keduanya.
PEMILIK
KONSUL NSULTAN PERENC RENCANA TEKNIS/D NIS/DESAIN
KONTRAK TRAKTOR UTAM TAMA
SUB KONTR NTRAKTOR
Gamba mbar 3.2 Hubungan kontrak dalam metode DBB Keterangan: Hubunga Hubungan Kontraktual Hubunga Hubungan Fungsional
Dengan melihat hat penjel penjelasan dan gambar hubungan kontrak ntrak dari metode DBB (Design-Bid-Build), ), mak maka dapat kita ketahui bahwa metode DBB ini mempunyai ciri-ciri sebagai ai berikut berikut: •
Perjanjian ian kontr kontrak hanya diantara pemilik dengan m masing-masing penyedia ia jasa ters tersebut
SISTEM DELIVERY
3-3
Laporan La Tugas Akhir Kajian Potensi Pen Penerapan Sistem Delivery Design-Build pada Proyek Pro Jalan Nasional di Indonesia
•
Pemisahan han antar antara penyedia jasa desain (konsultan tan perencana) peren dengan penyedia ia jasa pela pelaksana konstruksi (kontraktor)
•
Terjadi dua kali proses pengadaan penyedia jasa, yaitu yait pengadaan penyedia ia jasa des desain dan pelaksana konstruksi
•
Antara penyedia jasa desain dengan penyedia jasa sa pelaksana pelaksa konstruksi tidak saling aling ber berhubungan secara kontrak, sehingga ngga kesinambungan ke antara desain esain dan pelaksanaan konstruksi tidak terjamin rjamin
•
Antara proses d desain dan pelaksanaan tidak dimungkinkan dimungk untuk dilaksanakan akan se secara bersamaan/ beririsan, bahkan kedua k proses tersebutt dapat dil dilakukan dalam jeda waktu yang lama
Dalam
perkembanga kembangannya,
seringkali
dijumpai
adanya
konsultan
supervisi/pengawas. ngawas. K Konsultan supervisi/pengawas ini berfungsi berfu sebagai wakil dari pemilik emilik un untuk mengawasi pelaksanaan konstruks konstruksi sehari-hari. Konsultan supervisi/p upervisi/pengawas bertanggungjawab secara penuh p kepada pemilik. PEMILIK
KONSULT SULTAN PERENCA ENCANA TEKNIS/DE IS/DESAIN
KONSUL NSULTAN SUPER UPERVISI
KONTRAKTOR KTOR UTAMA
SUB KONTRAKT AKTOR
Gambar 3.3 Hubun Hubungan kontrak dalam metode DBB dengan modifikasi m
2.
DB (Design-Build)) adal adalah metode pengadaan jasa proyek yek konstruksi konst dimana pemilik memilih ilih satu penyedia jasa yang dapat menyelesaikan yelesaikan baik desain maupun konstruksi struksi dib dibawah satu perjanjian kontrak. Setelah proyek p selesai, pemilik bertanggungjaw nggungjawab untuk operasi dan pemeliharaannya. annya.
SISTEM DELIVERY
3-4
Laporan La Tugas Akhir Kajian Potensi Pen Penerapan Sistem Delivery Design-Build pada Proyek Pro Jalan Nasional di Indonesia
PEMILIK
KONSULTAN - KONTRAKTOR
Gamb mbar 3.4 Hubungan kontrak dalam metode etode DB
Dengan melihat at penjela penjelasan dan gambar hubungan kontrak rak dari m metode DB (Design-Build), ), maka da dapat kita ketahui bahwa metode DB ini mempunyai mem ciriciri sebagai berikut: erikut: •
Pemilik bertangg bertanggungjawab menyelesaikan tahapan an pemb pembebasan tanah dan/atau u tahapan perencanaan awal dan/atau tahapan apan stud studi kelayakan
•
Perjanjian ian kontra kontrak hanya diantara pemilik dengan satu piha pihak, yaitu pihak konsultan-kontra kontraktor
•
Pihak kosultan kosultan-kontraktor berfungsi sebagai penyedia jasa desain (konsultan tan peren perencana) sekaligus penyedia jasa pelaksana pelaksan konstruksi (kontraktor)
•
Hanya terjadi erjadi satu kali proses pengadaan penyedia ia jasa, yaitu ya pengadaan penyedia ia jasa kon konsultan-kontraktor
•
Antara proses des desain dan pelaksanaan dimungkinkan kan untuk dilaksanakan secara bersamaan ersamaan/beririsan
•
Tanggungjawab ngjawab aantara desain dan pelaksanaan dipegang secara utuh oleh konsultan nsultan-kontraktor
3.
CM (Construction ction Man Management) adalah suatu metode pengadaan pengadaa jasa proyek konstruksi yang ang serup serupa dengan DBB, tetapi ada perjanjian rjanjian antara a pemilik dengan Construction struction Manager (Konsultan manajemen en Konstruksi), Kons yang mengatur kontrak ntrak de dengan Konsultan Perencana dan n Kontraktor, Kontra sebagai perwakilan dari pem pemilik. Dalam hal ini pihak Construction Construct Manager menanggung resiko d dari pemilik dalam bidang proses ses proyek proye konstruksi secara keseluruhan. ruhan.
SISTEM DELIVERY
3-5
Laporan La Tugas Akhir Kajian Potensi Pen Penerapan Sistem Delivery Design-Build pada Proyek Pro Jalan Nasional di Indonesia
PEMILIK
KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI
KONSU ONSULTAN PEREN ERENCANA TEKNIS/ KNIS/DESAIN
KONTRAKTOR UTAMA
SUB KONTRAKTO KTOR
Gamb mbar 3.5 Hubungan kontrak dalam metode etode CM
4.
DBOM (Design-Build uild-Operate-Maintenance) adalah metode etode pengadaan pe jasa proyek konstruksi truksi dim dimana pemilik memilih satu penyedia yedia jasa jas yang dapat menyelesaikan n desain, konstruksi, pemeliharaan dan periode operasi yang disetujui dibawah awah sat satu perjanjian kontrak. Setelah berakhi berakhirnya periode operasi pemilik ilik bertan bertanggungjawab untuk operasi dan n pemelih pemeliharaan proyek selanjutnya kecuali op operasi dilanjutkan dibawah metode etode pen pengadaan yang terpisah.
5.
Performance Based ed C Contract (PBC) Performance Based ed C Contract (PBC) merupakan variasi dari BOM (Build Operate Maintenance). ). PBC ada adalah jenis kontrak yang mendasarkan rkan pembayaran pem pada pemenuhan indikator ndikator k kinerja minimum.
6.
DBFO (Design-Build ild-Finance-Operate) atau BOT adalah metode pengadaan p jasa proyek konstruksi struksi yyang serupa dengan DBOM kecuali penyedia p jasa bertanggungjawab jawab dal dalam pembiayaan proyek. Penyedia edia jasa menanggung resiko pembiayaan biayaan h hingga akhir periode kontrak. k. Pemilik Pemil kemudian bertanggungjawab jawab u untuk operasi dan pemeliharaan aset.
SISTEM DELIVERY
3-6
Laporan La Tugas Akhir Kajian Potensi Pen Penerapan Sistem Delivery Design-Build pada Proyek Pro Jalan Nasional di Indonesia
etode Delivery diatas membutuhkan spesifikasi ifikasi yang yan sesuai. Pada Berbagai sistem/metode umumnya dibagi menjadi enjadi tig tiga spesifikasi yaitu: 1.
Input Based Spesifica fication Berdasarkan metode da dan bahan yang harus digunakan oleh kontraktor. kontr
2.
Output Based Spesific sification Berdasarkan karakteris karakteristik produk yang memiliki korelasi asi dengan kinerja yang diinginkan.
3.
Performance Out Com Come Based Specification Menetapkan kinerja pro produk selama masa kontrak yang sifatnya terintegrasi. te
Delivery memiliki ciri yang berbeda satu tu dengan yang lainnya. Berbagai jenis Sistem Deli Masing-masing juga ga mempu mempunyai kelebihan dan kelemahan dalam p penerapannya. Namun demikian, pemilihan jenis Sistem Delivery yang palingg baik tidak tida dapat hanya ditentukan berdasarkan arkan ban banyaknya kelebihan yang ada pada da masing masing-masing jenis Sistem Delivery tersebut, namun lebih bergantung dari ri tingkat tingka kesesuaian komponen-komponen nen yang terkait. Adapun komponen terkait ait yang ditinjau d adalah komponen yang mendukung endukung terlaksananya masing-masing Sistem istem Delivery tersebut, seperti : •
Kesiapanan sumber d daya berdasarkan keahlian serta mental dari da para pelaku pekerjaan jasa asa konstr konstruksi.
•
Kesiapan sistem istem yan yang akan mendukung pelaksanaan aan jenis jenis-jenis Sistem Delivery tertentu.
•
Kesiapan dasar asar huku hukum serta aturan-aturan lainnya untuk melaksanankan m tahapan-tahapan apan Siste Sistem Delivery (UU, Kepres, Permen,, dan lain-lain). lain
Kelebihan dan kelemahan lemahan Sistem Delivery sebagaimana dijelaskan ijelaskan di atas, dapat dilihat pada Tabel 3.1 beriku berikut ini :
SISTEM DELIVERY
3-7
Laporan La Tugas Akhir Kajian Potensi Pen Penerapan Sistem Delivery Design-Build pada Proyek Pro Jalan Nasional di Indonesia
Tabel el 3. 3.1
Perbandingan Jenis Sistem Delivery ry
Metode Ke Keunggulan DBB 1. Desain ain awal ssangat menentukan 2. Pengambilan gambilan keputusan secara berkala 3. Proses ses seleks seleksi yang bersaing DB 1. Penggabunga ggabungan desain dan konstruksi struksi 2. Persaingan saingan bi biaya desain dan konstruksi struksi 3. Waktu ktu pengad pengadaan yang lebih singkat DBO/ 1. Mencakup ncakup sel seluruh alur kegiatan konstruksi struksi DBOM 2. Harga ga yang di ditawarkan mencakup seluruh ruh kegia kegiatan konstruksi 3. Mengurangi ngurangi k ketidakpastian keadaan daan selam selama masa O&M 4. Kepastian astian keb keberlangsungan kegiatan iatan oper operasional 5. Kesempatan empatan u untuk berinovasi
O&M 1. services 2.
BOT/ DBFO
1. 2.
3. 4.
Faktorr utama ut ngadaan yang y 1. Sistem pengadaan transparan
1. Sistem pengadaan ngadaan yang y transparan an fungsi yang y jelas 2. Pembagian
1. Sistem pengadaan ngadaan yang y transparan 2. Pembagian an tugas yang jelas 3. Keamanan n terjamin 4. Sudah adanya anya bangunan bang selama masa asa O&M 5. Jaminan keberlangsungan keberlangs O&M 6. Adanya hak-hak hak untuk un mengakhiri iri masa operasional o 7. Pengembalian alian infrastruktur infra (bangunan) 1. Sistem pengadaan Persaingan saingan bi biaya operasi dan ngadaan yang y pemeliharaan eliharaan transparan 2. Sudah adanya Mengurangi ngurangi ketidakpastian anya bangunan bang keadaan daan selam selama masa O&M selama kontrak ontrak 3. Jaminan keberlangsungan keberlangs operasional 4. Adanya hak ak untuk mengakhiri m masa operasional rasional 5. Pengembalian alian infrastruktur infra (bangunan) Mencakup ncakup sel seluruh alur kegiatan 1. Sistem pengadaan ngadaan yang y konstruksi struksi transparan Harga ga yang di ditawarkan mencakup 2. Pembagian an tugas yang ya jelas seluruh ruh kegia kegiatan dan biaya 3. Sumber penghasila enghasilan yang konstruksi struksi terpercaya 4. Adanya persaingan Penjagaan jagaan dan dana proyek ersaingan Sistem dan Kesempatan empatan u untuk berinovasi fasilitas proyek royek konstruksi kon 5. Adanya perjanjian erjanjian dengan pemerintah 6. Keamanan n keberlangsungan keberlan proyek terjamin rjamin 7. Pengembalian alian infrastruktur infra (bangunan)
SISTEM DELIVERY
3-8
Laporan La Tugas Akhir Kajian Potensi Pen Penerapan Sistem Delivery Design-Build pada Proyek Pro Jalan Nasional di Indonesia
3.2
PERKEMBANGAN AN SISTEM DELIVERY
Setelah perang dunia ia ke II, p pembangunan infrastuktur kurangg lancar k karena metoda yang ditetapkan cuma ber berdasarkan satu sistem, yaitu Design gn-BiDBuild (DBB). Namun, dalam 10 hingga 15 tahun terakhir, banyak owner yang telah menemukan kembali potensi dari ari ber berbagai macam Sistem lainnya seperti Design-Build De (DB), Desing-Build-Operate (DB DBO), (Build-Operate-Transfer) BOT. T. Sebagai Sebag tambahan, beberapa owner telah m mengalihkan tanggung jawab untuk Operation and Maintenance (O&M)) jangka panjang ke operator swasta berdasar berdasarkan kontrak. Pertimbangan diterapkann terapkannya Sistem tersebut mencakup p kesempatan kesem untuk pemerataan modall dan ling lingkup usaha sektor swasta, sebagai gai predik prediksi kebutuhan biaya operasional di masa ya yang akan datang, dan sebagai mengurangi ngurangi biaya b life cycle melalui integrasi dari ari berbag berbagai aktivitas konstruksi dan efisiensi ensi sektor sekto swasta yang bersaing dalam pasar sar yang k kompetitif.
Selama ini Sistem kontrak Delivery menggunakan metode konvensiona nvensional atau lebih di kenal dengan metode DB DBB (Design-BiDBuild). Dalam metodee kontrak ini, pengguna jasa harus menyiapkan pkan dok dokumen pengadaan jasa konsultan n perenca perencana, kemudian baru dapat melaksanakan anakan pr proses pelelangan jasa pemborongan gan (konstruksi) (konst setelah selesainya dokumen n perenca perencanaan teknis yang telah dikerjakan kan oleh jasa j konsultan perencana. Hal inii jika terja terjadi jeda waktu antara desain dan waktu pelaksanaan cukup lama dapat menyebab menyebabkan antara lain perubahan kondisi isi eksisti eksisting dari desain yang telah dikerjakan, an, sehing sehingga pada saat pelaksanaan akan terjadi revisi rev desain. Hal ini tentu akan menjadi jadi fakto faktor yang dapat menurunkan efisiensi nsi dari segi se waktu dan juga biaya.
Namun demikian, bukan be berarti Sistem Delivery konvensional (DBB DBB) sudah tidak layak lagi untuk Sistem D Delivery proyek di Indonesia dan harus arus digantikan digan (Sistem Delivery DBB masih ih diterap diterapkan untuk berbagai jenis proyek ek di Indonesia), Indo tetapi terdapat banyak peluang eluang un untuk meningkatkan efisiensi / nilai lai tambah baik ditinjau dari aspek waktu,, biaya, d dan mutu serta pengalihan alokasi kasi seba sebagian risiko / SISTEM DELIVERY
3-9
Laporan La Tugas Akhir Kajian Potensi Pen Penerapan Sistem Delivery Design-Build pada Proyek Pro Jalan Nasional di Indonesia
tanggung jawab dari ari pihak Pemilik kepada Penyedia Jasa untuk beberapa b jenis pekerjaan.
Pedoman pemilihan an jenis Sistem Delivery (Sistem Delivery)) yang sesuai harus senantiasa memperhatikan rhatikan aspek-aspek bagaimana sistem pembiayaan pembiaya pekerjaan dan bagaimana tahapan hapan pel pelaksanaan pekerjaan. Dengan terjawabnya rjawabnya aspek-aspek tersebut, maka Sistem De Delivery yang lebih baik dapat dipilih dan diharapkan diha dapat mengatasi kelemahan han Sistem Delivery yang telah ada sebelumnya umnya (Sistem (Si Delivery DBB).
Berdasarkan penjelasan lasan yan yang telah diuraikan di atas, dapat dikatakan ikatakan bahwa Sistem Delivery yang dipakai kai pada masa sekarang (konvensional) akan diarahkan di menuju perbaikan yaitu Sistem Delivery yang teridentifikasi, dimana imana sistem sis tersebut bertujuan (memiliki ki fungsi) u untuk: •
Mengurangi waktu aktu pen pengadaan dan pelaksanaan konstruksi
•
Mengurangi resiko sela selama dan setelah konstruksi
•
Mengurangi ketidakpas etidakpastian biaya dan waktu konstruksi
•
Memungkinkan an dilaku dilakukannya inovasi penyediaan jasaa untuk menekan lifecycle-cost
3.3
PENGALAMAN NE NEGARA LAIN
livery DB (Design-Build) dari tahun ke tahun terus ter meningkat, Penggunaan Sistem Delive tercatat bahwa selama lama kuru kurun waktu tujuh tahun (1986-1992) 92) penggunaan pengg Sistem Delivery DB (Design-Build ild) meningkat sebesar 172% untuk sector ector public publ and private (sumber : Engineering Ne News Record Report tahun 1993) dan diramalkan diramalk oleh DBIA (Design Buil Institute off Am America) akan mempunyai kecenderungan rungan meningkat me terus dari tahun ke tahun n hingga tahun 2010 penggunaan Sistem Deliver ivery DB akan sama banyaknya dengan n penggun penggunaan Sistem Delivery konvensional onal (DBB) ( bahkan di
SISTEM DELIVERY
3-10
Laporan La Tugas Akhir Kajian Potensi Pen Penerapan Sistem Delivery Design-Build pada Proyek Pro Jalan Nasional di Indonesia
tahun 2015 penggunaan unaan me metode DB akan lebih banyak dibandingkan andingkan metode DBB yang telah dikenal terlebih d dahulu. Seperti terlihat pada gambar bar dibawah dibaw ini:
Marke arket Penetration of Mayor Project ct Delivery System 100%
DESIGN-BUILD TRADITIONAL DESIGN GN BID BUILD
82% 2%
80%
72% 65%
60%
54% 40%
35%
50% 40%
50% 40%
45%
25%
20%
15% 5%
0%
1985
1990
1995
2000
2005
2010
2015
Gambar 3.6 Projected ected Grow Growth of Design-Build As Compared to Desi esign-BiDBuild (sumber : DBIA 2005)
Hal ini sesuai dengan ngan pern pernyataan dari Project Delivery Institute tute, 1999, dimana kecenderungan inii sebagai aakibat dari beberapa keuntungan n yang aakan diperoleh apabila menggunakan kan Sistem DB dibandingkan Sistem DBB. lihat ihat tabel dibawah ini :
Tabel 3.3
Data source Project Delivery Institute,, 1999 Design-Build d vs
MET ETRIC
Design-Bid-Build uild Design-Build is:
Unit nit C Cost
6.1% Lower
Constructi uction Speed
12% Faster
Delivery ery Speed
33.5% Faster er
Costt Gr Growth
5% Less
Shedule ule Growth
11% Less
(Sumber : Project Delivery ery Institute, 1999)
SISTEM DELIVERY
3-11
Laporan La Tugas Akhir Kajian Potensi Pen Penerapan Sistem Delivery Design-Build pada Proyek Pro Jalan Nasional di Indonesia
Adapun keterangan n dari Tab Tabel 3.2 diatas (keuntungan dari Sistem Delivery DB ini dibandingkan Sistem DBB DBB) adalah: •
Unit Cost lebih ih rendah hingga 6,1%
•
Kecepatan pelaksanaan laksanaan konstruksi 12% lebih cepat
•
Proses pengadaan daan 33,5 33,5% lebih cepat
•
Kemungkinan n peningka peningkatan biaya 5% lebih kecil
•
Peningkatan jumlah wa waktu pelaksanaan 11% lebih kecil.
Beberapa Negara bagian agian di A Amerika Serikat telah menggunakan kan Sistem Delivery DB untuk beberapa jenis pe pekerjaan, yaitu jalan (konstruksi ruksi baru/pelebaran/ bar pemeliharaan rutin), jalan alan (overlay/peningkatan), ITS (Intelligen ent Transportation System), jembatan/terowon /terowongan, dan lain-lain. Beberapa negara lain la yang juga menggunakan metode Des Design-Build (DB) dapat dilihat pada tabel abel 3.4 di bawah ini.
Tabel el 3. 3.4 Penggunaan Metode DB di Negara a Lain
(sumber : Pekka Pakkala la ,F ,Finnra)
SISTEM DELIVERY
3-12
Laporan La Tugas Akhir Kajian Potensi Pen Penerapan Sistem Delivery Design-Build pada Proyek Pro Jalan Nasional di Indonesia
3.4
ERY DAN ARAH PERKEMBANGANNYA DII INDONESIA IND SISTEM DELIVERY
Perkembangan Sistem Del Delivery infrastruktur di Indonesia, bisa isa diperhatikan diperha melalui Gambar 3.7 berikut ini.
Gambar 3.7 Perkemb Perkembangan Sistem Delivery infrastruktur ktur di Indonesia Ind
Dari tersebut, dapat at dilihat bahwa pada rentang waktu antara ara tahun 1945 sampai dengan tahun 1960, 60, pem pembangunan infrastruktur dilakukan kan oleh pemerintah, sehingga Sistem ini diseb disebut swakelola. Setelah tahun 1960, p pembangunan infrastruktur dilakukan ukan oleh pemerintah bersama dengan BUMN UMN atau dengan kata
SISTEM DELIVERY
3-13
Laporan La Tugas Akhir Kajian Potensi Pen Penerapan Sistem Delivery Design-Build pada Proyek Pro Jalan Nasional di Indonesia
lain pemerintah menunjuk enunjuk B BUMN dalam proses tersebut. Dan an setelah tahun 1970, pembangunan infrastruktu frastruktur dilakukan oleh pemerintah h dengan melakukan procurement (pengadaan gadaan ko konstruksi) pada BUMN / perusahaan ahaan swasta, swa sehingga Sistem ini disebut Sistem k kontrak. Sistem kontrak yang ada da dan di dilakukan pada proses konstruksi di Indone Indonesia adalah Sistem kontrak konvensional vensional atau disebut metode Design-BiDBuild (DB (DBB) yang saat ini dirasakan memiliki liki banyak banya kekurangan, sehingga pada akhirnya irnya dib dibutuhkan suatu alternatif sistem pengadaan pengadaa yang dapat mengurangi atau menutup menutupi kekurangan-kekurangan tersebut. Sistem Delivery setelah tahun 2000 0 berada di antara tiga pihak, yaitu pemerintah, erintah, B BUMN, BUMD, Perusahaan swasta, ta, dan masyarakat profesional yang terdiri dari asosiasi perusahaan, asosiasi si profesi, PT, dan LSM.
Selama ini Sistem Deliver ivery di Indonesia menggunakan metode tode konvensional konv atau lebih di kenal dengan gan meto metode DBB (Design-Bid-Build). Dalam am metode metod kontrak ini, pengguna jasa harus menyi menyiapkan dokumen pengadaan jasaa konsultan konsulta perencana, kemudian baru dapat m melaksanakan proses pelelangan n jasa pemborongan (konstruksi) setelah h selesain selesainya dokumen perencanaan teknis is yang telah tel dikerjakan oleh jasa konsultan n perenca perencana. Hal ini jika terjadi jeda waktu ktu antara antar desain dan waktu pelaksanaan n cukup la lama dapat menyebabkan antara lain peru perubahan kondisi eksisting dari desain ain yang ttelah dikerjakan, sehingga pada saat pelaksanaan pela akan terjadi revisi desain. in. Hal in ini tentu akan menjadi faktor yang ang dapat menurunkan efisiensi dari segi waktu aktu dan juga biaya.
Namun demikian, bukan be berarti Sistem Delivery konvensional nal (DBB) (D sudah tidak layak lagi untuk Sistem D Delivery proyek di Indonesia dan harus arus digantikan digan (Sistem Delivery DBB masih ih diterap diterapkan untuk berbagai jenis proyek ek di Indonesia), Indo tetapi terdapat banyak peluang ng un untuk meningkatkan efisiensi/nilai ai tambah baik ditinjau dari
aspek waktu, tu, biaya biaya,
dan
mutu serta pengalihan han
alok alokasi
sebagian
risiko/tanggung jawab wab dari pihak Pemilik kepada Penyedia ia Jasa untuk un beberapa jenis pekerjaan.
SISTEM DELIVERY
3-14
Laporan La Tugas Akhir Kajian Potensi Pen Penerapan Sistem Delivery Design-Build pada Proyek Pro Jalan Nasional di Indonesia
Pedoman pemilihan an jenis Sistem Delivery yang sesuai uai harus haru senantiasa memperhatikan aspek-aspe aspek bagaimana sistem pembiayaan ayaan pekerjaan pe dan bagaimana tahapan an pelaks pelaksanaan pekerjaan. Dengan terjawabnya jawabnya aspek-aspek tersebut, maka Sistem stem pen pengadaan konstruksi yang lebih baik dapat dapa dipilih dan diharapkan dapatt mengat mengatasi kelemahan sistem pengadaan daan yang yan telah ada sebelumnya (Sistem Del Delivery konvensional). Perkembangan an Sistem Delivery di Indonesia tentunyaa senantia senantiasa diarahkan pada nilai-nilai yang ng lebih positif, p baik itu dari segi ekonomi, lingkunga lingkungan, maupun sosial.
Sebagai pihak yang ng bertan bertanggung jawab terhadap keberlangsunga sungan usaha jasa konstruksi di Indonesia, nesia, pem pemerintah menilai perlu untuk mengemba engembangkan Sistem Delivery yang lebih sesuai da dan dapat memberikan peluang untuk ntuk mend mendapatkan hasil yang lebih maksimal, al, seper seperti efisiensi waktu pelaksanaan, kepastian penggunaan biaya/ anggaran dan an jaminan atas mutu hasil pekerjaan yang lebih baik baik. Oleh karena itu, dimulailah kajian an terhada terhadap Sistem Delivery Design-Build (DB).
Banyak pendekatan n Sistem Delivery yang digambarkan jauh dari Sistem Siste Delivery DB yaitu dalam hal menempatka nempatkan tanggung jawab fungsional peningkatan ningkatan infrastruktur Jalan Nasional di bawah awah satu kontrak. Pemilihan pendekatan yang dig digunakan untuk proyek tertentu tergantung rgantung p pada sejumlah faktor dan kriteria,, seperti : •
Waktu yang tersedia u untuk pelaksanaan pembangunan.
•
Besar dan kompleksit ompleksitas dari proyek.
•
Kesesuaian dengan Sistem Delivery yang berlaku.
•
Tersedianyaa anggaran untuk suatu proyek.
•
Hukum dan peratura peraturan untuk menggunakan berbagai ai teknik penyampaian proyek inovatif.
•
Besaran resiko iko yang h harus ditanggung selama masa konstruksi. onstruksi.
•
Kemampuan n dan krea kreativitas dari agen kontraktor.
(sumber : Tyson Building ng C Corporation. 2005)
SISTEM DELIVERY
3-15
Laporan La Tugas Akhir Kajian Potensi Pen Penerapan Sistem Delivery Design-Build pada Proyek Pro Jalan Nasional di Indonesia
ASPEK LEGAL YAN YANG TERKAIT DENGAN SISTEM DELIVERY RY DI INDONESIA
3.5
Jasa konstrusi (termasuk masuk di didalamnya Sistem Delivery) mempunyai punyai peran p strategis dalam pembangunan an nasion nasional sehingga penyelenggaraannya ya perlu diatur untuk mewujudkan
tertibnya tibnya
p penyelenggaraan
konstruksi,
hasil
penyelenggaraan pen
konstruksi yang berkualit berkualitas, dan peningkatan peran masyarakat. masyarak Beberapa Peraturan-peraturan an yang terkait dan mendukung pelaksanaan sanaan Sistem Delivery adalah :
•
Undang Undang ang No. 1 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
•
Peraturan Pemerinta Pemerintah No. 29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Penyelen Jasa Konstruksi.
•
Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / JJasa Pemerintah.
•
Peraturan Menteri N No. 43 tahun 2007 tentang Standar dan d Pedoman Pelaksanaan n Jasa Kon Konstruksi.
Menurut Undang Undang No.18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, Kon arah perkembangan jasaa konstru konstruksi di Indonesia di masa mendatang datang diarahkan di pada nilai-nilai : 1.
Tertib usahaa jasa kon konstruksi
2.
Pemberdayaan aan jasa ko konstruksi nasional untuk 1.) mengembangkan bangkan k kemampuan 2.) meningkatkan atkan pro produktivitas 3.) menumbuhkan uhkan day daya saing
3.
Kedudukan yang ad adil antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan araan peke pekerjaan konstruksi.
4.
Kemitraan sinergis inergis da dalam usaha jasa konstruksi.
SISTEM DELIVERY
3-16
Laporan La Tugas Akhir Kajian Potensi Pen Penerapan Sistem Delivery Design-Build pada Proyek Pro Jalan Nasional di Indonesia
intah (dalam (da hal ini Sehingga, sesuai dengan pernyataan tersebut, pemerintah Departemen Pekerjaan rjaan Um Umum) menilai perlu untuk mengemban engembangkan Sistem Delivery pengadaan n jasa kon konstruksi yang lebih sesuai untuk beberapa jenis proyek, termasuk didalamnya nya adala adalah proyek Jalan Nasional. Sistem Deliv elivery Design-Build (DB) dirasakan memiliki miliki pelu peluang tersebut.
Terdapat beberapaa Aspek H Hukum yang dipakai dan mendukung ukung keberlangsungan Sistem Delivery di Indonesia (seperti yang telah disebutkan n sebelumnya). sebelum Namun untuk penggunaannya nya terka terkait dengan Sistem Delivery Design-Build ild, dirasakan masih perlu penyesuaian. Beberapa rapa diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Undang Undang ang No. 1 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi •
Pasall 1 ayat (1 (1), tertulis: Jasa konstruk konstruksi adalah layanan jasa konsultansi nsultansi perencanaan pekerjaan rjaan kon konstruksi, layanan jasa pelaksanaan n pekerja pekerjaan konstruksi, dan layanan ja jasa konsultansi pengawasan pekerjaan rjaan kon konstruksi. Dalam alam pasa pasal ini belum disebutkan hal-hal mengenai ’layanan jasa DB’,, sehing sehingga hal tersebut perlu untuk ditambahkan. bahkan.
•
Pasall 1 ayat (2 (2), tertulis: Pekerjaan rjaan kon konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian sebagi rangkaian kegiatan atan peren perencanaan dan / atau pelaksanaan n beserta pengawasan yang mencaku mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, ekanikal, elektrikal, e dan atat lingkung lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya kelengkap untuk mewujudkan ujudkan ssuatu bangunan atau bentuk fisik lain. Dalam alam pasa pasal ini perlu ditambahkan tentangg ’penjelasan ’penjela rangkaian kegiatan egiatan DB’ karena belum tersebutkan.
•
Pasall 4 ayat (1 (1), tertulis: Jenis usaha jas jasa konstruksi terdiri atas usaha perencana erencanaan konstruksi, usahaa pelaksan pelaksanna konstruksi, dan usaha pengawasan an konstruksi ko yang masing-masing masing dilaksanakan oleh perencana konstruksi, konstruk pelaksana konstruksi, truksi, dan pengawas konstruksi.
SISTEM DELIVERY
3-17
Laporan La Tugas Akhir Kajian Potensi Pen Penerapan Sistem Delivery Design-Build pada Proyek Pro Jalan Nasional di Indonesia
alam pas pasal ini belum dijelaskan mengenai nai ’jenis ’jenis, bentuk, dan Dalam bidang ang us usaha DB’, sehingga hal-hal tersebut perlu untuk ditambahka itambahkan. •
Pasal 8,, tertuli tertulis: Rencana ana konst konstruksi, pelaksana konstruksi, dan n pengaw pengawas konstruksi yang berbentu berbentuk badan usaha harus : a. Memenuhi emenuhi ketentuan tentang perizinan usaha dibi di dang jasa konstruksi onstruksi b. Memenuhi emenuhi sertifikat, klasifikasi dan kualifikasi ifikasi perusahaan per jasa konstruksi nstruksi Dalam alam pas pasal ini tidak dijelaskan mengenai nai ’persy ’persyaratan badan usaha DB DB’ , sehingga hal tersebut perlu untuk k ditamba ditambahkan.
2. Peraturan Pemerinta Pemerintah No. 29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Penyelen Jasa Konstruksi •
Pasall 3 ayat (1 (1), tertulis: Pemilihan penyedia jasa yang meliputi perencana konstruksi, pelaksana ksana kon konstruksi dan pengawas konstruksi ksi oleh pengguna p jasa dapatt dilakuka dilakukan dengan cara pelelangan umum,, pelelan pelelangan terbatasa, pemilihan ilihan lang langsung, atau penunjukkan langsung. Pada ada pasal ini perlu ditambahkan mengenai ai ’pemilihan ’pemili penyedia jasa asa untuk DB
•
Pasall 13 ayat ((1), (2) dan (5), tertulis: (1) Pemilihan emilihan p penyedia jasa terintegrasi dilakukan kan mengikuti meng tata cara pemilihan emilihan p pelaksana konstruksi dengan caraa pelelangan pelelang terbatas (2) Pekerjaan ekerjaan yang dapat dilakukan dengan layanan ayanan jasa ja konstruksi secara ecara ter terintegrasi adalah pekerjaan yang: 1. Bersifat kompleks 2. Memerl Memerlukan teknologi tinggi 3. Mempu Mempunyai risiko tinggi, dan
SISTEM DELIVERY
3-18
Laporan La Tugas Akhir Kajian Potensi Pen Penerapan Sistem Delivery Design-Build pada Proyek Pro Jalan Nasional di Indonesia
Memiliki biaya besar 4. Memilik Pada
pasal
13
sesuai
Keputusan
Menteri
Kimpraswil
No.339/KP o.339/KPTS/M/2003, tertulis: Pekerjaa ekerjaan yang dapat dilakukan secara terintegra terintegrasi antara lain adalah p pembangunan kilang minyak / gas, pemb pembangkit tenaga listrik, d dan rektor nuklir. Pekerjaa Pekerjaan kompleks adalah pekerjaan an yang memerlukan teknolog teknologi tinggi dan/ atau mempunyai resiko tin tinggi dan/ atau menggu menggunakan peralatan yang didesain in khusus khusu dan/ atau bernilai di atas Rp. 50.000.000.000,- (limaa puluh miliar m rupiah) Kriteria teknologi tinggi adalah mencakup up pekerjaan pekerja konstruksi yang m menggunakan banyak peralatan n berat dan banyak memerl memerlukan tenaga ahli dan tenaga terampil. Kriteria risiko tinggi adalah mencakup p pekerjaan pekerjaa konstruksi yang
pelaksanaannya
berisiko
sangat ngat
membahayakan m
keselam keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia anusia da dan lingkungan. Dari penje penjelasan tersebut, pasal tersebut dirasakan cukup sesuai untuk ntuk men mendukung DB. •
Pasall 20, ayat ((1) dan (2), tertulis: (1) Kontrak ontrak k kerja konstruksi pada dasarnya dibuat secara se terpisah sesuai esuai tah tahapan dalam pekerjaan konstuksi uksi yang terdiri dari kontrak ontrak ke kerja konstruksi untuk pekerjaan perencanaan, perenca kontrak kerja kons konstruksi untuk pekerjaan pelaksanaan, naan, dan kontrak kerja konstruksi onstruksi untuk pekerjaan pengawasan. (2) Dalam alam ha hal pekerjaan terintegrasi, kontrak trak kerja kerj konstruksi sebagaima ebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat pat dituangkan dituan dalam 1 (satu) satu) kont kontrak kerja konstruksi.
Menurut urut pasa pasal tersebut, dapat disimpulkan bahwa, pekerjaan yang terintegrasi ntegrasi yyang dimaksud pada pasal ini adalah Design-Build De (DB). Sistem Del Delivery DB menggabungkan paket pengadaan ngadaan jasa ja konstruksi
SISTEM DELIVERY
3-19
Laporan La Tugas Akhir Kajian Potensi Pen Penerapan Sistem Delivery Design-Build pada Proyek Pro Jalan Nasional di Indonesia
kegiatan iatan per perencanaan/desain dengan pelaksaan/b build dalam satu ikatan tan kontr kontrak. Dalam Sistem ini desain terinci (DED) (D menjadi tanggung ggung jaw jawab penyedia jasa (kontraktor) sekaligus pelaksanaan konstruksiny struksinya. Sebelum pelaksanaan konstruksi ksi penye penyedia jasa harus terlebih ebih dahu dahulu melaksanakan desain terinci ci berdasarkan berdas Desain Dasar (Pre Preliminary Design) dan base line data ta yang telah te disiapkan oleh h penggun pengguna jasa.
3. Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / JJasa Pemerintah. • Pasal 3, tertulis: ertulis: o Efisien,, berarti pengadaan barang/jasa haruss diusahakan diusah dengan menggunakan unakan d dana dan daya yang terbatas untuk ntuk men mencapai sasaran yang ditetapka ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya ingkatnya dan dapat dipertanggungja anggungjawabkan. o Efektif,, berarti p pengadaan barang/jasa harus sesuai suai dengan deng kebutuhan yang telah ditet ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesarbesarnya ya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan. o Terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang/jasa ang/jasa harus h terbuka bagi penyedia enyedia b barang/jasa yang memenuhi persyaratan syaratan dan d dilakukan melaluii persaing persaingan yang sehat dan memenuhi syarat/kriteria syarat/kri tertentu berdasarkan sarkan ket ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan. transp o Transparan an, berarti semua ketentuan dan informasi informa mengenai pengadaan daan bar barang/jasa, sifatnya terbuka bagi agi pese peserta penyedia barang/jasa g/jasa yan yang berminat serta bagi masyarakatt luas pada pad umumnya. o Adil/tidak k d diskriminatif, berarti memberikan perlakuan perlakua yang sama bagi semua emua cal calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah me untuk memberi eri keunt keuntungan kepada pihak tertentu, dengan ccara dan atau alasan apapun.
SISTEM DELIVERY
3-20
Laporan La Tugas Akhir Kajian Potensi Pen Penerapan Sistem Delivery Design-Build pada Proyek Pro Jalan Nasional di Indonesia
fis keuangan o Akuntabel,, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, maupun n
manf manfaat
bagi
kelancaran
pelaksanaan sanaan
ttugas
umum
pemerintahan intahan d dan pelayanan masyarakat sesuaii dengan p prinsip-prinsip serta ketentuan etentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jas barang/jasa. Menurut ut pasa pasal tersebut, dapat diambil kesimpulan pulan sebagai seb berikut: panitiaa
pengad pengadaan
dan/atau
pejabat
yangg
berwe berwenang
dalam
mengeluarkan luarkan k keputusan, ketentuan, prosedur,, dan tind tindakan lainnya, harus didasarka didasarkan pada nilai-nilai dasar tersebut.. Dengan demikian d akan dapat tercipta suasana yang kondusif bagi tercapainya tercapai efisiensi, partisipasi ipasi dan p persaingan yang sehat dan terbuka ka antara penyedia jasa yang setara da dan memenuhi syarat, menjamin in rasa keadilan dan kepastian tian huku hukum bagi semua pihak, sehinggaa dapat meningkatkan m kepercayaan cayaan m masyarakat terhadap proses pengadaan engadaan barang/jasa, karenaa hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada epada ma masyarakat, baik dari segi egi fisik, k keuangan dan manfaatnya bagi kelancaran pelaksanaan tugas institusi p pemerintah.
SISTEM DELIVERY
3-21