44
BAB III SAJIAN DAN ANALISIS DATA
Pada bab analisis data ini akan menjelaskan bagaimana wacana tentang penyebab global warming yang terdapat dalam Film Senandung Bumi. Film Senandung Bumi menarik untuk diteliti lebih jauh karena memberikan suatu kesadaran pentingnya menjaga bumi ini. Film ini merupakan film yang digunakan pemerintah untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang bahaya dari global warming. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menganalisis wacana penyebab global
warming
dan
makna
dari
wacana
global
warming
yang
direpresentasikan dalam Film Senandung Bumi. Maka dari itu penulis akan menggunakan dialog (audio) dan gambar (visual) dalam film menjadi bahan utama analisis teks. Penelitian ini menggunakan model analisis M.A.K Halliday. Menurut M.A.K Halliday, teks dan konteks merupakan dua aspek penting untuk memahami suatu wacana yang didasarkan pada tiga jenis analisis, yaitu pelibat wacana (tenor of discourse), medan wacana (field of discourse) dan mode wacana (mode of discourse). Pelibat wacana merujuk pada pelaku yang terlibat dalam penciptaan teks atau pembicaraan, serta peran dan hubungan diantara mereka. Medan wacana merujuk pada sesuatu hal yang sedang terjadi atau dibicarakan, di mana peristiwa para pelaku terlibat terjadi, serta praktik-praktik yang terlihat di dalam teks. Sedangkan mode wacana menunjuk pada makna tekstual berupa saluran bahasa
45
(lisan/tertulis), peran bahasa, tipe interaksi maupun pengaruh dari bahasa itu. Unsur-unsur makna itu (medan, pelibat, mode) semuanya terjalin dalam struktur wacana. Tidak dapat mengambil satu kata atau frasa dan mengatakannya
hanya
mempunyai
makna
pengalaman
atau
hanya
mempunyai makna antar pelibat. Ketiganya bersifat dialektis, dimana teks menciptakan konteks atau sebaliknya, konteks menciptakan teks (Halliday, M.A.K dan Ruqiya Hasan, 1992 : 53). Setelah penulis melihat dengan tuntas Film Senandung Bumi dengan memperhatikan dialog, gambar, serta tokoh yang terdapat pada film, penulis menyimpulkan terdapat dua hal penting yaitu wacana penyebab global warming dan makna dari wacana global warming. Penyebab global warming dan maupun global warming dalam Film Senandung Bumi didasarkan pada UN Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) Tahun 1992 atau lebih dikenal dengan Deklarasi Rio yang kemudian dilanjutkan dengan diadakannya Conference of Parties to UNFCCC yang kemudian pada 11 Desember 1997 menghasilkan Kyoto Protocol. Menurut para ahli penyebab utama gobal warming disebabkan oleh : 1. Efek rumah kaca yaitu merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya. 2. Pemborosan energi listrik, energi listrik sebagian besar kita gunakan adalah hasil pembakaran dari pembakaran minyak bumi dan batu bara, dimana hasil pembakaran tersebut menghasilkan karbondioksida.
46
3. Pengrusakan / penggundulan hutan, hutan berfungsi dalam menyerap karbon dioksida dan mengeluarkan oksigen, jika hutan rusak akibat dari penebangan dan pembakaran, maka yang terjadi adalah jumlah karbon dioksida yang diserap oleh hutan sedikit, dan semakin banyak karbon yang berkumpul di atmosfer yang menyebabkan terjadinya pemanasan global. 4. Polusi kendaraan berbahan bakar fosil, polusi yang dihasilkan kendaraan berbahan bakar bensin seperti motor, mobil dan kendaraan lainnya dimana dari hasil pembuangannya menghasilkan gas karbon dioksida yang berlebihan. Gas karbon dioksida merupakan penyebab utama terjadinya pemanasan global karena karbon dioksida adalah gas yang memerangkap panas sehingga tidak dapat keluar ke angkasa. 5. Polusi udara dari industri dan pabrik, semakin banyak industri dan pabrik yang berkembang, semakin cepat terjadinya pemanasan global. Disisi positifnya memang industri dan pabrik bisa memberikan peluang untuk mensejahterakan rakyat, namun disisi lain kerugian asap yang dihasilkan dari industri dan pabrik sangat merugikan eksitensi bumi. 6. Efek umpan balik, efek dari penguatan iklim dipersulit oleh berbagai macam proses umpan balik, dimana saat CO2
disuntikkan ke dalam
atmosfer menyebabkan pemanasan atmosfer dan permukaan bumi, sehingga mengakibatkan lebih banyak uap air yang diuapkan ke atmosfer. 7. Variasi sinar matahari, variasi dalam
output
sinar matahari, yang
diperkuat oleh umpan balik awan, dapat memberikan kontribusi pada pemanasan seperti yang sekarang terjadi.
47
Dari beberapa penyebab pemanasan global tersebut, penulis tidak akan menjelaskan semuanya sebab hanya ada beberapa penyebab saja yang ditampilkan dalam Film Senandung Bumi. Dalam penelitian analisis wacana penyebab global warming dalam Film Senandung Bumi, penulis akan menerangkan topik utama untuk setiap elemennya yang didukung oleh subtopik satu dan subtopik lainnya yang saling mendukung terbentuknya topik utama. Subtopik ini berdasarkan dari serangkaian fakta yang ditampilkan melalui pelibat dan medan wacana, yang nantinya akan membentuk teks yang koheren dalam satu mode wacana.
I. Wacana Penyebab Global Warming 1. Efek Rumah Kaca a. Keterangan Efek rumah kaca merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya. Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya.1 Energi yang masuk ke bumi:
1
http://www.plimbi.com/article/127791/efek-rumah-kaca. diakses pada tanggal 19 Maret 2015.
48
25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer
25% diserap awan
45% diserap permukaan bumi
10% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi
inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda. Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 °C sekitar tahun 2030.2 b. Penyajian Dalam Film - Deskripsi visual scene : Naya, Sarah dan Tasya sedang berada di kantin sekolah untuk membahas science project mereka.
2
Ibid.
49
Visual
Scene 15 Shot 5
Scene 15 Shot 7
Scene 15 Shot 9
Scene 15 Shot 12
Verbal Naya : Ada sesuatu yang lu berdua harus lihat. Sarah : Apaan nih? Naya : Ini ide brilian untuk science project kita! Sarah : Haah, seriusan? Naya : Tunggu lu denger gua dulu! Daripada kita bikin pipa kaya ide lu yang kemarin itu, kenapa kita ga bikin ini aja? Meningkatnya rata-rata suhu dipermukaan bumi yang akhirnya menyebabkan kekeringan dimana-mana. Sarah : (mengangguk). Tasya : (mengangguk). Naya : Gua rasa sih banyak dari kita yang kayanya kurang paham deh soal hal itu. Yaa nggak? Terus lu berdua tahu kan efek rumah kaca? Sarah : Yaaa, tau! Tasya : (mengangguk). Naya : Kenapa kita nggak jelasin itu aja buat science project kita?
50
i.
Pelibat wacana : a. Naya adalah seorang pelajar SMA yang sedang memberikan penjelasan untuk tugas science project untuk ekstrakulikuler di sekolahnya. b. Sarah dan Tasya adalah teman sekelas Naya yang satu kelompok dalam tugas science project.
ii.
Medan wacana : Seting terjadi di dalam kantin sekolah pada saat waktu istirahat yang
dimanfaatkan Naya untuk menjelaskan kepada teman-temannya tentang idenya untuk tugas science project mereka (scene 15 shot5). Adapun wacana penyebab global warming yaitu efek rumah kaca disampaikan oleh tokoh Naya pada scene 15 shot 7 dan scene 15 shot 9 adalah : - Naya memberikan penjelasan kepada temannya untuk membuat science project tentang efek rumah kaca. Wacana penyebab global warming yaitu efek rumah kaca terlihat pada perkataan tokoh Naya, yaitu : “Daripada kita bikin pipa kaya ide lu yang kemarin itu, kenapa kita ga bikin ini aja? Meningkatnya rata-rata suhu dipermukaan bumi yang akhirnya menyebabkan kekeringan dimana-mana.” Kemudian hal itu dipertegas dengan visualisasi pada scene 15 shot 9, disitu Naya menunjuk Sarah dengan pulpen dan berkata : ”Terus, lu berdua tahu kan tentang efek rumah kaca?” Melalui dialog tersebut sudah jelas jika tokoh Naya menjelaskan apa yang dimaksud dengan meningkatnya rata-rata suhu di permukaan bumi
51
adalah efek rumah kaca. Dalam hal ini kekeringan yang dimaksud terjadi karena adanya pemanasan global akibat dari adanya efek rumah kaca. iii.
Mode wacana : Mode wacana tentang efek rumah kaca tampak pada perkataan yang
diucapkan oleh tokoh Naya kepada teman-temannya. Apa yang dia ucapkan memberikan suatu gambaran tentang terjadinya efek rumah kaca. Naya menjelaskan kepada teman-temannya bahwa suhu rata-rata di permukaan bumi naik dan menyebabkan kekeringan di mana-mana. Menurut Joseph Fourier efek rumah kaca adalah permukaan benda langit yang mengalami proses pemanasan (dalam hal ini adalah planet dan juga satelit bukan satelit buatan) yang disebabkan karena komposisi atmosfernya dan keadaan atmosfernya. Efek rumah kaca dibagi menjadi dua hal yaitu efek rumah kaca secara alami dan efek rumah kaca secara buatan yakni akibat kegiatan manusia yang menyebabkan efek rumah kaca.3 Sebenarnya efek rumah kaca bukanlah sesuatu yang buruk, justru dengan efek ini memberikan kesempatan adanya kehidupan di bumi. Jika tidak ada efek rumah kaca maka suhu rata-rata permukaan bumi bukanlah 15° C seperti sekarang tetapi –18° C. Yang menjadi masalah adalah jumlah gas rumah kaca ini bertambah secara berlebihan sehingga bisa mengakibatkan kerusakan lingkungan secara global. Gas rumah kaca yang bertambah secara berlebihan ini akan menahan lebih banyak radiasi dari pada yang dibutuhkan oleh kehidupan di bumi sehingga bumi semakin panas. Seperti yang 3
http://www.pengertianilmu.com/2015/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none8.html. diakses pada tanggal 19 April 2015.
52
diucapkan oleh tokoh Naya, meningkatnya suhu rata-rata di permukaan bumi menyebabkan kekeringan. Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi adalah bumi mengalami proses pemanasan yang disebabkan karena komposisi atmosfernya dan keadaan atmosfernya. Kemudian hal tersebut dipertegas bahwa atmosfer terdiri dari berbagai macam gas. Gas rumah kaca yang menumpuk di atmosfer berlaku seperti tirai yang memerangkap pancaran radiasi panas bumi. Seperti kaca, ia mudah ditembus oleh sinar tampak, tapi mengurung gelombang panjang. Dalam konteks rumah kaca secara harfiah, radiasi gelombang panjang yang terpancar itu tak bisa keluar karena tak mampu menembus atap dan dinding kaca. Ia berputar-putar di dalam dan sebagian terserap molekul oleh gas-gas rumah kaca (CO2, N2O) dan membuat suhu udara lebih panas.4 Suhu panas tersebut yang di jelaskan oleh Naya sebagai penyebab kekeringan yang tentu saja berbeda dengan panas dari musim kemarau. Dari dialog tersebut yang diucapkan oleh Naya merepresentasikan bentuk wacana penyebab global warming yaitu efek rumah kaca. Dengan mengetahui hal tersebut proses tersebut, wacana efek rumah kaca mempunyai makna bahwa dengan memahami tentang proses terjadinya efek rumah kaca dapat merubah kita menjadi lebih peduli terhadap bumi ini. - Deskripsi visual scene : Naya, Sarah dan Tasya memberikan presentasi untuk science project mereka kepada teman-temannya dan gurunya di dalam ruang science. 4
Budi Susila Duarsa, Artha. 2008. Dampak Pemanasan Global Terhadap Resiko Terjadinya Malaria. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas Vol. 2 No. 2 Maret 2008. Hal 181
53
Visual
Verbal
Sarah :
Scene 16 Shot 1
Scene 16 Shot 3
Scene 16 shot 6
Scene 16 Shot 10
Nah, jadi pemanasan global itu terjadi karena adanya efek rumah kaca. Untuk lebih jelasnya, bakalan kita jelasin dengan pembuatan mesin popcorn ini. Emisi gas CO2, metana dan beberapa macam gas lainnya yang disebabkan oleh penggunaan BBM, listrik yang dibangkitkan oleh fosil dan juga sampah menyebabkan terjadinya penumpukan pada atmosfer kita. Sehingga akan seperti kaca yang ada di meja ini. Naya : Yaa, sebenarnya efek rumah kaca itu terjadi secara alami. Tapi semakin lama gas di atmosfer semakin tebal. Nah, itu juga menyebabkan bagian dari sinar matahari yang seharusnya dipantulkan ke angkasa justru tertahan dan terpantul balik ke bumi. Nah, ini dia yang disebut dengan efek rumah kaca. Dengan meningkatnya aktivitas manusia, apalagi sejak ada revolusi indus-
54
Scene 16 Shot 15
Scene 16 Shot 19
Scene 16 Shot 21
Scene 16 Shot 23
tri, jumlah gas rumah kaca menjadi semakin banyak. Itu kenapa sekarang bumi menjadi semakin panas. Sarah: Demikian presentasi darikami, semoga bermanfaat. Terima kasih. Guru Sci.Club : Benar sekali apa yang disampaikan Naya dan teman-teman. Nah, kalau kalian merasa semakin hari suhu semakin panas, itu sebenarnya kalian mirip dengan popcorn-popcorn ini. Kalian bisa merasakan pemanasan global di sekitar kalian. Tanda-tandanya antara lain kenaikan suhu permukaan bumi, kenaikan tinggi muka air laut sehingga pulau-pulau kecil bisa tenggelam dan contoh lain adalah mencairnya es di kutub utara dan kutub selatan. Naya dan teman-teman menarik sekali presentasi dari kalian.
55
i.
Pelibat wacana : a. Naya, Sarah dan Tasya adalah tokoh yang memberikan presentasi kepada teman-temannya mengenai pemanasan global yang disebabkan oleh efek rumah kaca. b. Guru Science Club adalah tokoh yang memberikan penjelasan tambahan mengenai efek rumah kaca dan memberikan penjelasan tambahan. c. Murid lainnya yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler science club yang mendengarkan penjelasan mengenai efek rumah kaca.
ii. Medan wacana : Setting terjadi di dalam ruang ekstrakulikuler science club ketika Naya, Sarah dan Tasya memberikan presentasi wacana penyebab global warming yaitu efek rumah kaca (scene 16 shot 1). Presentasi tersebut ditujukan kepada teman-teman kegiatan ekstrakulikuler (scene 16 shot 1) dan guru science club-nya (scene 16 shot 19). Adapun wacana bentuk efek rumah kaca melalui tokoh Sarah pada scene 16 shot 1 adalah terdapat dialog dari Sarah yang menegaskan bahwa pemanasan global terjadi karena efek rumah kaca yaitu : “Nah, jadi pemanasan global itu terjadi karena adanya efek rumah kaca.” Kemudian wacana efek rumah kaca juga divisualisasikan pada scene 16 shot 10 yaitu dengan memakai alat peraga berupa mesin pembuat popcorn. Mesin pembuat popcorn tersebut ditutup oleh kotak kaca yang meperagakan sebagai bumi dan atmosfernya yang disinari oleh matahari, dalam hal ini
56
matahari diganti oleh lampu sebagai peraganya. Saat popcorn dipanaskan maka timbul asap yang
memenuhi kotak kaca, asap disini digambarkan
sebagai gas-gas yang ada di atmosfer. Saat disinari, cahaya yang seharusnya dipantulkan oleh bumi (mesin popcorn) keluar atmosfer (kotak kaca) menjadi terhambat karena asap. Hal tersebut dipertegas pada dialog Naya yang terdapat pada scene 16 shot 15 yaitu : “Yaa, sebenarnya efek rumah kaca itu terjadi secara alami. Tapi semakin lama gas di atmosfer semakin tebal. Nah, itu juga menyebabkan bagian dari sinar matahari yang seharusnya dipantulkan ke angkasa justru tertahan dan terpantul balik ke bumi. Nah, ini dia yang disebut dengan efek rumah kaca.” Pernyataan dari tokoh Sarah dan Naya tersebut juga dibenarkan oleh Guru science club-nya, hal itu ditunjukkan pada scene 16 shot 19 dan 23. Kemudian juga divisualisasikan pada scene 16 shot 21, pada scene tersebut terdapat popcorn yang sudah matang dan popcorn diibaratkan sebagai manusia. Hal itu dipertegas pada dialog tokoh Guru science club pada scene 16 shot 19 yaitu : “Nah, kalau kalian merasa semakin hari suhu semakin panas, itu sebenarnya kalian mirip dengan popcorn-popcorn ini.” Melalui dialog tersebut sangat jelas bagaimana efek rumah kaca diperagakan oleh mesin pembuat popcorn tersebut seperti yang terjadi pada keadaan efek rumah kaca yang sebenarnya. iii.
Mode wacana : Di bawah ini adalah mode wacana efek rumah kaca yang akan
mengikat bentuk-bentuk wacana diatas. Seperti bentuk wacana efek rumah kaca yang ditunjukkan oleh tokoh Naya, Sarah dan Tasya yang menjelaskan
57
terjadinya efek rumah kaca dengan menggunakan alat peraga berupa mesin pembuat popcorn, lampu dan kotak kaca. Alat-alat tersebut menggambarkan dengan jelas bagaimana ketika saat mesin popcorn dipanaskan kemudian menimbulkan asap yang memenuhi kotak kaca dan pada saat yang sama sinar lampu menyinari kotak tersebut. Dengan adanya asap tersebut sinar lampu yang seharusnya memantul kembali keatas menjadi terhambat. Kemudian melalui tokoh Guru science club yang mendukung dan membenarkan tokoh Naya juga memberi penjelasan bahwa popcorn-popcorn tersebut seperti orang-orang yang merasakan suhu panas karena naiknya suhu permukaan bumi. Jadi efek tersebut dapat langsung dirasakan langsung pada saat ini. Lama sebelum manusia mempengaruhi lapisan ozon, ahli fisika Inggris John Tyndall menemukan sesuatu yang tidak biasa mengenai karbondioksida; gas tersebut tembus cahaya namun menghalangi panas. Sifat inilah yang menjadi penyebab efek rumah kaca, suatu fenomena yang menciptakan perubahan-perubahan lingkungan terbesar yang pernah dipicu oleh manusia.5 Efek rumah kaca menurut H. J. Mukono biasa juga disebut sebagai the greenhouse effect yang berpengaruh terhadap kehidupan di bumi yang memerlukan energi dan radiasi panas matahari. Radiasi panas bergelombang pendek (0,3 sampai dengan 3 um) yang ditangkap dan diserap oleh atmosfer bumi, menjadi penyebab suhu di atmosfer bumi meningkat. Sebagian radiasi panas ini akan diteruskan ke ruang angkasa dan sebagian akan diserap oleh permukan bumi. Radiasi dengan panjang gelombang 3
5
Burnie, David, Bengkel Ilmu : Ekologi, Jakarta, Erlangga, 2005, Hal. 146
58
sampai dengan 100 um selain akan menyebabkan pemanasan atmosfer bumi, akan diserap juga oleh permukaan bumi6. Dalam hal ini asap yang menghalangi sinar lampu yang menyebabkan tertahannya panas di dalam kotak kaca adalah karbondioksida sehingga terjadi efek rumah kaca. Melalui tokoh Naya juga diketahui bahwa sebenarnya efek rumah kaca terjadi secara alami maupun karena aktivitas manusia. Emisi gas karbondioksida, metana dan beberapa gas lainnya yang menyebabkan efek rumah kaca disebut sebagai gas rumah kaca. Hal ini didukung oleh Perpres No 61 Tahun 2011 Pasal 1 ayat 3 yang berbunyi : “Gas rumah kaca yang selanjutnya disebut GRK adalah gas yang terkandung di atmosfer baik alami maupun antropogenik, yang menyerap dan memancarkan kembali radiasi inframerah.” Selain itu hal tersebut juga dipertegas pada Laporan Penilaian Keempat IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change) menyatakan bahwa : “Sebagian besar peningkatan suhu rata-rata yang diamati pada global sejak pertengahan abad ke-20 sangat mungkin disebabkan oleh peningkatan pada konsentrasi gas rumah kaca antropogenik.”7 Yang dimaksud antropogenik adalah kerusakan karena aktivitas manusia. Aktivitas manusia yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca terjadi sejak adanya revolusi industri, sejarah mencatat awal revolusi industri yang pertama dalam pertengahan abad 18 di Inggris. Sejak akhir abad 19, rata-rata suhu di permukaan bumi telah meningkat sekitar satu derajat 6
http://www.pengertianpakar.com/2015/04/pengertian-dan-proses-terjadinya-efek.html. Diakses pada tanggal 2 Agustus 2015. 7 J. Ring, Michael. 2012. Causes of the Global Warming Observed since the 19th Century. Atmospheric and Climate Sciences Journal Vol. 2 No. 4 October 2012. Hal 401
59
Fahrenheit (0,6 derajat Celcius). Sedangkan kombinasi suhu laut dan daratan pada tahun 2000 adalah sebesar 0,29° C di atas rata-rata pada tahun 19611990.8 Dalam hal ini efek rumah kaca sudah terjadi dan setiap tahunnya semakin meningkat. Dengan mengetahui hal tersebut, wacana efek rumah kaca mempunyai makna bahwa efek rumah terjadi karena aktivitas manusia maka kita mulai sekarang harus mengubah semua tindakan yang dapat menyebabkan efek rumah kaca untuk menghambat terjadinya pemanasan global.
2. Pemborosan Energi Listrik a. Keterangan Penggunaan energi listrik yang sebagian besar kita gunakan adalah hasil pembakaran dari pembakaran minyak bumi dan batu bara, dimana hasil pembakaran tersebut menghasilkan karbondioksida. Pada dasarnya yang menjadi masalah adalah dalam menghasilkan listrik bagi kebutuhan manusia di bumi. Beberapa negara besar yang memproduksi listrik dengan batubara dalam presentase besar adalah Amerika, Australia, dan Cina. Bayangkan saja untuk pembangkit listrik ini dapat membuang energi dua kali lipat dari energi yang dihasilkan. Misalnya energi yang dihasilkan adalah 1000 watt, namun hanya 350 watt yang dihasilkan. Sedangkan 650 sisanya terbuang sia-sia. Yang perlu diketahui setiap 1000 Mega Watt yang dihasilkan oleh pembangkit listrik bertenaga batubara menghasilkan emisi 5,6 juta ton 8
Eko Cahyono, Waluyo. Pengaruh Pemanasan Global Terhadap Muka Bumi. Jurnal Berita Dirgantara Vol. 8 No. 2 Juni Oktober 2007. Hal 28
60
karbondioksida per-tahun.9 Selain itu, karena batu bara hampir murni karbon, efek dari pembakaran batu bara yaitu menggabungkan oksigen menghasilkan karbondioksida yang pada akhirnya menimbulkan polusi udara dan berpengaruh besar terhadap pemanasan global.10 b. Penyajian Dalam Film - Deskripsi visual scene : Naya dan keluarganya yang sedang sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah. Kemudian dilanjutkan pada scene saat Naya dan Gilang di sekolah. Visual
Verbal
Scene 7 Shot 2
Scene 7 Shot 3
9
http://siklus.lmb.its.ac.id/?p=166. Diakses pada tanggal 12 Agustus 2014 http://4muda.com/hemat-listrik-kurangi-global-warming/. Diakses pada tanggal 14 Agustus 2014. 10
61
Scene 7 Shot 5
Scene 7 Shot 6 I have to know all the meanings of life (backsound film)
Scene 13 shot 3
Scene 13 Shot 4
62
Scene 21 Shot 4 It’s Time To Act. Matikan Lampu dan Lihat Perubahan Yang Bisa kamu Buat.
Scene 21 Shot 5
Scene 21 Shot 10
Scene 21 Shot 11
63
i.
Pelibat wacana : a. Naya adalah tokoh yang selalu menghidupkan lampu ketika sarapan pagi bersama ayah, ibu dan kakaknya. Selain itu dia juga selalu menghidupkan lampu kelas saat sudah sampai di sekolah. Tetapi akhirnya dia sadar dan mengubah kebiasaannya. b. Kakak Naya adalah tokoh yang selalu mematikan lampu di ruang makan sesaat setelah Naya menghidupkannya. c. Gilang adalah tokoh yang selalu mematikan lampu di ruang kelas.
ii. Medan wacana : Pada scene kali ini Sutradara ingin menunjukkan wacana pemborosan listrik dengan menggunakan adegan tanpa dialog. Adapun yang ditampilkan adalah berupa lirik backsound dan dialog-dialog yang tidak mendukung adegan namun ada suatu tulisan / pesan yang ada dalam scene mendukung adegan . Adegan yang ditunjukkan menampilkan wacana pemborosan listrik dengan detail, hal itu terlihat dari beberapa adegan yang di close up. Selain itu scene adegan yang ditampilkan terdapat perbedaan dalam hal waktu shot-nya. Setting terjadi di ruang makan keluarga ketika Naya dan keluarganya sedang sarapan pagi (scene 7 shot 2). Wacana pemborosan listrik terlihat ketika Naya berdiri untuk menghidupkan lampu di ruang makan tersebut yang sebelumnya mati (scene 7 shot 2 dan shot 3). Jika di lihat pada scene tersebut sebenarnya ruang makan tersebut sudah cukup terang dan tidak memerlukan
64
cahaya tambahan lagi. Lalu tiba-tiba datang Kakak Naya yang langsung mematikan lampu tersebut (scene 7 shot 5 dan shot 6). Kemudian setting kedua berada di sekolah yang tepatnya berada di ruang kelas. Wacana pemborosan listrik tampak pada visualisasi ketika lampu ruang kelas yang dibiarkan tetap menyala padahal ruang kelas tersebut masing kosong belum ada murid yang datang (scene 13 shot 3). Kemudian datang tokoh Gilang yang yang segera mematikan lampu tersebut (scene 13 shot 4). Selain itu wacana pemborosan listrik kembali terlihat di ruang kelas dengan lampu yang dibiarkan menyala padahal kelas masih dalam keadaan kosong (scene 21 shot 4). Hingga Naya datang dan melihat adanya suatu pesan yang berupa tulisan menempel di bawah sakelar lampu yaitu : “It’s Time To Act. Matikan lampu dan lihat perubahan yang bisa kamu buat.” Setelah membaca tulisan tersebut lalu Naya segera mematikan lampu di ruang kelasnya (scene 21 shot 5). Wacana pemborosan listrik juga tampak terlihat pada lampu yang dibiarkan menyala di lorong sekolah padahal suasana di sekitarnya sudah terlihat terang oleh sinar matahari ( scene 21 shot 10). Kemudian Naya yang saat itu melewatinya langsung mematikan lampu tersebut. iii. Mode wacana : Di bawah ini adalah mode wacana yang menunjukkan pemborosan listrik melalui tokoh Naya. Listrik bagi masyarakat dunia seperti juga bagi bangsa Indonesia telah menjadi kebutuhan vital masyarakat modern dan juga bahan bakar roda pembangunan. Listrik, bahkan, dijadikan tolok ukur
65
majunya suatu peradaban. Hanya saja, penyediaan dan pemanfaatan listrik di Indonesia masih banyak bergantung pada energi fosil terutama minyak bumi dan produk turunannya. Di sisi lingkungan, ketergantungan terhadap minyak bumi ataupun energi fosil lainnya telah memberikan dampak buruk, terutama dari emisi karbon yang dikeluarkan, baik dari proses penyediaan maupun pemanfaatannya. Dalam Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional mengamanatkan pengurangan minyak bumi dalam porto folio energi primer nasional pada tahun 2025 dan pemanfaatan sumber energi yang lebih bersih ditingkatkan. Sedangkan pemanfaatan sumber energi bersih adalah pemanfaatan energi yang bisa memenuhi kebutuhan saat ini dan generasi mendatang tanpa terancam kelestariannya. Energi bersih adalah teknologi yang menghasilkan gas rumah kaca dalam level yang sangat rendah atau mendekati nol jika dibandingkan dengan teknologi lain. Selain itu dalam Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006 Pasal 7 Ayat juga menerangkan bahwa : “Konservasi energi adalah penggunaan energi secara efisien dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang memang benarbenar diperlukan.” Sedangkan efisiensi energi bisa diartikan sebagai upaya untuk mengurangi konsumsi energi yang dibutuhkan dalam menghasilkan suatu jenis produk maupun jasa tanpa mengurangi kualitas dari produk dan jasa yang dihasilkan. Hampir 40 persen emisi karbon dihasilkan oleh sektor ketenagalistrikan. Semakin tinggi konsumsi listrik maka semakin tinggi pula emisi karbon yang
66
dihasilkan dari pembangkit listrik, karena 60 persen menggunakan bahan bakar fosil.11 Dalam undang-undang tersebut menganjurkan agar tidak melakukan pemborosan energi, dalam kasus Naya pemborosan yang dilakukan adalah pemborosan energi listrik yang juga menambah konsumsi bahan bakar dari pembangkit listrik. Undang-Undang Energi Nomor 30 Tahun 2007 telah mengamanatkan bahwa konservasi energi merupakan tanggung jawab semua elemen, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, pengusaha, maupun masyarakat. Sesungguhnya, program efisiensi dan konservasi energi sudah ada sejak lama, yaitu sejak Kebijakan Umum Bidang Energi 1981 sampai dengan Kebijakan Energi Nasional yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006.12 Bidang energi, termasuk tenaga listrik dan transportasi, merupakan salah satu penyumbang emisi karbondioksida yang cukup besar dengan kecenderungan peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun.13 Sekitar 78% konsumsi energi nasional diserap oleh Pulau Jawa dan Bali, 23% terkonsentrasi di DKI Jakarta dan Tangerang. Dari 23% tersebut 33% adalah sektor rumah tangga yang paling banyak menghabiskan energi listrik, kedua industri dengan 30%, disusul bisnis dan gedung komersiil 30%, gedung pemerintahan 3% dan 4% oleh fasilitas publik dan sosial. Di Jakarta,
11
http://bplh.bandungkab.go.id/artikel-detail/hemat-listrik-saat-menggunakan-komputer . Diakses pada tanggal 27 Juli 2015. 12 http://lipsus.kompas.com/jalanjalan/read/2010/03/27/03480934/.quot.Earth.Hour.quot...Satu..Jam .demi.Bumi. Diakses pada tanggal 28 Desember 2015. 13 Bappenas, Rencana Aksi Nasional Penurunan Gas Rumah Kaca, Jakarta : Bappenas, 2010., Hal 37.
67
mematikan lampu satu jam bisa menghemat 170 Megawatt listrik atau setara 151 ton gas karbondioksida.14 Dengan mengetahui hal tersebut, wacana pemborosan energi listrik mempunyai makna bahwa kita mulai sekarang harus mengubah kebiasaan yang selama ini kita anggap sepele yaitu tidak mematikan lampu yang tidak dipakai. Dengan mematikan lampu, kita telah membantu mengurangi emisi karbondioksida di atmosfer.
3. Pengrusakan / Penggundulan Hutan a. Keterangan Faktor lain yang menyebabkan terjadinya pemanasan global adalah adanya kerusakan hutan atau deforestasi, akibat dibukanya lahan hutan baik untuk tempat pemukiman, untuk ladang pertanian maupun kegiatan ekonomi lainnya. Menurut laporan Bank Dunia, dewasa ini tiap tahun 10 sampai 20 juta hektar hutan tropis hancur. Sedangkan di Indonesia setiap tahun sekitar 600 ribu sampai 2,5 juta hektar hutan tropis musnah. Hal tersebut sangat mengkhawatirkan, mengingat hutan tropis dianggap sebagai paru-paru bumi yang mampu mensirkulasi dan mentrasformasi karbondioksida menjadi oksigen.15 Hutan sebagai paru-paru dunia ditebang semena-mena untuk tujuan ekonomi sesaat. Pada sisi lain, negara industri secara khusus mempersoalkan penggunaan teknologi yang masih konvensional, pembangunan yang
14
http://sains.kompas.com/read/2012/03/30/12593234/Besok.Malam..Matikan.Lampu.Satu.Jam. Diakses pada tanggal 18 September 2014. 15 Riyanto. 2007. Strategi Mengatasi Pemanasan Global (Global Warming). Jurnal Ilmiah Manajemen Unimus Vol. 3 No. 2 Agustus 2007. Hal 71.
68
menggebu-gebu dan banyaknya kendaraan bermotor dengan sistem pembakarannya kadaluarsa dan rusak menyebabkan emisi gas karbondioksida di negara-negara berkembang sangat besar.16 Hingga saat ini kesadaran untuk mencegah deforestasi masih sangat minim. Reboisasi untuk mengimbangi deforestasi juga masih sangat minim, di saat pohon yang baru ditanam masih berusia muda di saat yang sama juga pohon-pohon besar ditebang. Tentu saja pohon
muda
tidak
sebanding
daya
serap
karbondioksidanya
jika
dibandingkan pohon besar yang mempunyai banyak cabang dan daun. b. Penyajian Dalam Film - Deskripsi visual :
Naya dan Gilang yang sedang berada di ruang
laboratorium kimia sedang membahas tentang deforestasi. Visual
Scene 18 Shot 5
Scene 18 Shot 7 16
Ibid, Hal 69.
Verbal Gilang : Mereka lagi galang aksi penyelamatan satwa akibat deforestasi, penebangan hutan liar. Naya : Memangnya kenapa harus diselametin? Gilang : Yaa, haruslah. Tumbuhan dan khususnya hutan satusatunya makhluk hidup di dunia yang bisa mengubah karbondioksida menjadi oksigen. Kebayangkan kalau ga ada. Selain itu mereka bisa menjadi tempat tinggal flora dan fauna. Aksi ini
69
Scene 18 Shot 9
itu ga gampang. Mereka butuh banyak dana dan dukungan dari orang-orang sekitar. Naya : Yaa, lagian kalau menurut gue sih, banyak dari kita yang ga tahu soal ini, lebih tepatnya ga sadar.
Scene 18 Shot 12
Scene 18 shot 16
i.
Pelibat wacana : a. Naya adalah tokoh yang mendengarkan penjelasan tentang deforestasi dari Gilang. b. Gilang adalah tokoh yang menjelaskan kepada Naya tentang temannya yang seorang aktivis lingkungan yang sedang menggalang bantuan untuk masalah deforestasi.
70
ii.
Medan wacana : Setting terjadi di dalam ruang laboratorium kimia pada saat praktek
pelajaran kimia. Adapun wacana penyebab pemanasan global yaitu penggundulan / pengrusakan hutan melalui dialog dari tokoh Gilang pada scene 18 shot 5 yaitu : “Mereka lagi galang aksi penyelamatan satwa akibat deforestasi, penebangan hutan liar.” Selain itu wacana pengrusakan hutan juga tampak pada visualisasi scene 18 shot 12 ketika Gilang memberi penjelasan kepada Naya mengenai pentingnya untuk menyelamatkan hutan dari penebangan liar. Wacana tersebut diperkuat oleh perkataan dari Gilang yaitu : “Tumbuhan dan khususnya hutan satu-satunya makhluk hidup di dunia yang bisa mengubah karbondioksida menjadi oksigen. Kebayang kan kalau ga ada. Selain itu mereka bisa menjadi tempat tinggal flora dan fauna.” Melalui dialog tersebut, sangat jelas bahwa penting sekali manfaat hutan selain sebagai tempat tinggal flora dan fauna. Apabila hutan menjadi gundul tentu saja karbondioksida yang berasal dari hasil pembakaran bahan bakar fosil akan semakin menumpuk di atmosfer dan menghalangi sinar matahari terpantul kembali yang akhirnya menyebabkan pemanasan global. Namun sayangnya banyak yang belum sadar betapa pentingnya manfaat dari hutan (scene 18 shot 16). iii. Mode wacana : Di bawah ini adalah mode wacana pengrusakan hutan atau deforestasi melalui dialog dari tokoh Gilang. Deforestasi menurut Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.30/Menhut-II/2009 Tentang Tata
71
Cara Pengurangan Emisi Dari Deforestasi dan Degradasi Hutan pada Pasal 1 Ayat 10 yang berbunyi : “Deforestasi adalah perubahan secara permanen dari areal berhutan menjadi tidak berhutan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia.” Melalui definisi tersebut diketahui bahwa deforestasi diakibatkan oleh kegiatan manusia. Seperti yang dikatakan oleh Gilang, deforestasi akibat penebangan hutan liar. Deforestasi berkontribusi sebesar 5,8 miliar ton gas karbon dioksida (CO2) atau setara dengan 18 persen dari emisi gas rumah kaca dunia ke atmosfer setiap tahunnya, lebih besar daripada emisi sektor transportasi global. Di Indonesia, deforestasi masih tetap menjadi ancaman, menurut data laju deforestasi
periode 2003-2006 yang dikeluarkan oleh Departemen
Kehutanan, laju deforestasi di Indonesia mencapai 1,17 juta hektar pertahun. Bahkan kalau menilik data yang dikeluarkan oleh State of the World’s Forests 2007 yang dikeluarkan The UN Food & Agriculture Organization (FAO), angka deforestasi Indonesia pada periode 2000-2005 1,8 juta hektar/tahun. Laju deforestasi hutan di Indonesia ini membuat Guiness Book of The Record memberikan „gelar kehormatan‟ bagi Indonesia sebagai negara dengan daya rusak hutan tercepat di dunia17. Sesuai Kesepakatan dalam Konferensi Para Pihak Kerangka Konvensi PBB tentang Perubahan Iklim (COP-UNFCCC) ke-16 di Cancun, negara berkembang didorong untuk melaksanakan mitigasi perubahan iklim melalui satu atau lebih dari lima kegiatan REDD+ yaitu : 17
http://alamendah.org/2010/03/09/kerusakan-hutan-deforestasi-di-indonesia/. Diakses pada tanggal 25 Desember 2015.
72
-
pengurangan Emisi dari deforestasi
-
pengurangan emisi dari degradasi hutan
-
konservasi cadangan karbon
-
pengelolaan hutan lestari
-
dan peningkatan cadangan karbon hutan.18 Selain itu wacana pengrusakan hutan yang menyebabkan emisi gas
karbondioksida menjadi meningkat diperjelas oleh Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 tahun 2013 Tentang Badan Pengelola Penurunan Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut pada Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi : “Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut (Reduction Emissions from Deforestation and Forest Degradation) yang selanjutnya disebut REDD+ adalah upaya untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dari deforestasi...” Gas rumah kaca merupakan kumpulan dari berbagai macam gas yang memenuhi atmosfer yang menyerap dan memancarkan kembali radiasi inframerah, contohnya adalah karbondioksida. Gas karbondioksida yang memenuhi atmosfer inilah menyebabkan sinar matahari tidak dapat dipantulkan kembali ke angkasa. Melalui tokoh Gilang, memberikan contoh bahwa dengan adanya deforestasi maka emisi karbondioksida yang seharusnya diubah menjadi oksigen oleh pohon akhirnya menumpuk. Pembukaan lahan dan deforestasi memberikan kontribusi pada penumpukan CO2 dan mengurangi tingkat penyerapan CO2 dari atmosfer karena menghilangnya vegetasi pohon dan tumbuhan lainnya atau kontribusi 18
http://www.reddplus.go.id/berita/berita-redd/2468. Diakses pada tanggal 25 Desember 2015.
73
lewat dekomposisi dari tumbuhan mati. Pohon-pohon
pada
dasarnya
berfungsi sebagai penyerap CO2 dan mengubahnya menjadi oksigen melalui proses fotosintetis (P. Michael Todaro, 2000 : 519). Belum lagi jika terjadi kebakaran hutan, maka karbondioksida yang dihasilkan semakin banyak karena hasil dari asap kebakaran tersebut. Dengan mengetahui hal tersebut, wacana pengrusakan / penggundulan hutan mempunyai makna bahwa yang selama tidak peduli dan tidak menjaga kelestarian hutan bahkan cenderung merusak hanya untuk kepentingan materi harus mau mengubah pandangan tersebut. Hutan harus selalu kita jaga kelestariannya, sebab pohon satusatunya makhluk hidup yang dapat mengubah karbondioksida menjadi oksigen.
4. Polusi Kendaraan Berbahan Bakar Fosil a. Keterangan Polusi yang dihasilkan kendaraan berbahan bakar bensin seperti motor, mobil dan kendaraan lainnya dimana dari hasil pembuangannya menghasilkan gas karbondioksida yang berlebihan. Banyaknya penggunaan kendaraan
bermotor
dengan
mengesampingkan
perhatian
terhadap
dampaknya bagi lingkungan secara perlahan namun pasti pada akhirnya akan merugikan lingkungan tempat tinggal manusia dan kehidupannya. Para ahli lingkungan telah menemukan indikasi adanya dampak yang terbesar bagi lingkungan dan dunia secara global akibat polusi dari asap kendaraan
74
bermotor yang telah berkembang pesat ini. Dampak negatif ini adalah terjadinya pemanasan di dunia yang sering disebut sebagai pemanasan global. Seperti kita ketahui bersama, kota yang padat penduduk tentu saja mempunyai lalu lintas yang padat kendaraan. Pada saat terjadi macet, maka konsentrasi gas karbondioksida yang dihasilkan akan semakin banyak. b. Penyajian Dalam Film - Deskripsi visual :
Naya dan Gilang sedang membahas tentang jejak
karbon dari buah jeruk lokal dan jeruk impor ketika proses pengiriman. Verbal
Scene 23 Shot 4
Scene 23 Shot 7
Visual Gilang : Apa perbedaannya jeruk gue sama jeruk lu? Naya : Jeruk lu ijo, jeruk gue orange. Terus jeruk lu dari Pontianak, jeruk gua keren dari China. Gilang : Nay, walaupun ini adalah hal kecil, tapi kita harus mikirin hal yang kaya gini. Lu pernah bayangin ga, berapa banyak karbondioksida yang terlepas dari jeruk lu itu? Naya : Jeruk mana ada sih yang ngeluarin karbondioksida? Gilang : Nay, kalau jeruk gua untuk bisa sampai kesini dia naik kapal laut dari Pontianak, udah gitu naik truk sampai Jakarta, langsung dari kebunnya. Kalau jeruk
75
Scene 23 Shot 10 Naya :
lu, dari kebunnya naik truk, habis naik truk ke pesawat, dari pesawat naik truk lagi sampai Jakarta. Bahan bakarnya lebih banyak kan? Jadi, jejak karbonnya lebih banyak mana? Hmm... punya gue.
Scene 23 Shot 12
Scene 23 Shot 15
i.
Pelibat wacana : a. Naya adalah tokoh yang mendengarkan penjelasan dari Gilang mengenai perbedaan jejak karbondioksida dengan membandingkan jeruk lokal dengan jeruk import. b. Gilang adalah tokoh yang memberikan penjelasan kepada Naya dengan detail perbedaan jejak karbondioksida antara jeruk lokal dan jeruk import.
76
ii. Medan wacana : Setting terjadi di luar kelas ketika jam pelajaran sekolah telah selesai. Adapun wacana penyebab pemanasan global yaitu polusi udara kendaraan berbahan bakar fosil ditunjukkan oleh pernyataan Gilang saat menanyakan besarnya jumlah karbondioksida yang dihasilkan dengan membandingkan proses pengiriman jeruk lokal Pontianak dan jeruk import dari China sampai ke Jakarta (scene 23 shot 4). Hal tersebut diperjelas dengan dialog dari tokoh Gilang kepada Naya (scene 23 shot 7) yaitu : “Lu pernah bayangin ga, berapa banyak karbondioksida yang terlepas dari jeruk lu itu?” Kemudian wacana polusi udara kendaraan berbahan bakar fosil juga ditunjukkan oleh penjelasan dari pertanyaan tersebut oleh Gilang kepada Naya (scene 23 shot 10 dan 12) yaitu : “Nay, kalau jeruk gua untuk bisa sampai kesini dia naik kapal laut dari Pontianak, udah gitu naik truk sampai Jakarta, langsung dari kebunnya. Kalau jeruk lu, dari kebunnya naik truk, habis naik truk ke pesawat, dari pesawat naik truk lagi sampai Jakarta. Bahan bakarnya lebih banyak kan? Jadi, jejak karbon-nya lebih banyak mana?” Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa bahan bakar yang digunakan untuk mengirim jeruk import untuk sampai ke Jakarta lebih banyak dan tentu saja emisi karbondioksidanya lebih banyak. Di sini Sutradara ingin menunjukkan bahwa yang dianggap sepele ternyata juga berpengaruh besar pada pemanasan global.
77
iii. Mode wacana : Di bawah ini adalah mode wacana polusi udara kendaraan berbahan bakar fosil melalui dialog dari tokoh Gilang. Semakin banyak kendaraan bermotor dan alat-alat industri yang mengeluarkan gas yang mencemarkan lingkungan akan semakin parah pula pencemaran udara yang terjadi. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi : “Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkrnnya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya” Kemudian pada ayat 9, 11 dan 12 menerangkan bahwa emisi karbondioksida yang dimasukkan ke dalam udara ambien berasal dari sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak, dalam hal ini kendaraan bermotor adalah merupakan sumber bergerak. Sampai saat ini kendaraan bermotor sebagian besar masih menggunakan bahan bakar fosil. Campuran bahan dan udara yang ideal adalah 15 kg udara dengan 1 kg bensin atau 900 liter udara dengan 1 liter bensin. Tetapi dalam prakteknya, pembakaran pada kendaraan bermotor tidak akan pernah sempurna, maka pada gas buang sisa hasil pembakaran selalu terdapat sisa oksigen dan bahan bakar dan hasil gas buang yang lainnya adalah gas karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2). Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran
78
udara di Jakarta disebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan bakar solar terutama berasal dari metromini.19 Menurut Bappenas emisi gas rumah kaca yang dihasilkan bidang transportasi tahun 2009 mencapai sekitar 67 juta ton CO2 dan setiap tahunnya tumbuh dengan laju sekitar 8-12%. Emisi gas rumah kaca ini umumnya dihasilkan dari moda transportasi jalan, khususnya di daerah perkotaan seperti Jabodetabek, Surabaya, Medan, Bandung dan Semarang yang memiliki tingkat pertumbuhan kendaraan bermotor yang tinggi20. Dari pernyataan Gilang menunjukkan bahwa karbondioksida dari kendaraan bermotor menyumbang emisi karbondioksida yang banyak. Dengan hanya membandingkan hal yang dianggap kecil, yaitu proses pengiriman buah jeruk lokal dan import yang tentu saja buah import lebih banyak menghasilkan karbondioksidanya pada saat pengiriman karena melalui jarak yang lebih jauh. Lalu bagaimana dengan proses transportasi yang lainnya, dan itu terjadi di seluruh dunia. Kota-kota besar merupakan penyumbang emisi terbesar dan sampai sekarang belum ada peraturan yang membatasi jumlah kendaraan
bermotor.
Sebenarnya
kendaraan
bermotor
memberikan
keuntungan yang sangat besar bila dilihat dari sisi ekonomi sebab dapat memperlancar dan mempercepat akses transportasi, namun jika dilihat dari sisi lingkungan efek asap pembakarannya menyebabkan kerugian sangat besar. Apalagi sampai sekarang masih jarang kendaraan yang menggunakan 19
http://pollutiononmyearth.weebly.com/pencemaran-udara.html. Diakses pada tanggal 31 Desember 2015. 20 Bappenas. Opcit hal 39.
79
energi alternatif pengganti bahan bakar fosil yang diproduksi massal. Sampai saat ini sebagian besar produsen-produsen otomotif masih membuat mesin dengan berbahan bakar bensin, solar dan lain-lain.
II. Makna Wacana Global Warming Global Warming atau pemanasan global sudah terjadi di dunia ini. Kita sebagai manusia diberi dua pilihan yaitu mempercepat atau menghambat. Jika ingin memperparah, hal tersebut amat sangat mudah karena pada dasarnya semua yang kita lakukan tanpa kita sadari telah memperparah pemanasan global. Pemanasan global membawa dampak ke seluruh permukaan bumi dan tidak memandang apakah itu negara maju, negara berkembang atau negara miskin, semuanya terkena dampaknya. Hingga akhirnya badan dunia yang kita kenal sebagai PBB akhirnya turun tangan untuk „mengatasi‟ masalah ini dengan membentuk United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCC) pada tahun 1992. Mengatasi masalah ini dalam arti hanya memperlambat karena pemanasan global memang sudah terjadi. Lalu apakah UNFCC tersebut berguna sebagaimana mestinya? Tentu saja tidak akan berguna jika kita sebagai manusia tidak ikut membantu atau sadar tentang bahayanya pemanasan global. Banyak diantara kita manusia yang skeptis atau tidak peduli tentang bahayanya pemanasan global. Mereka menganggap bahwa naiknya suhu permukaan bumi yang hanya beberapa derajat tidak terlalu berpengaruh pada
80
kehidupan. Namun mereka tidak menyadari bahwa naiknya suhu permukaan bumi akan terus bertambah. Mungkin seratus atau seribu tahun lagi, suhu permukaan bumi tidak seperti ini, yang pasti akan bertambah panas. Tentu saja kita tidak akan merasakannya tetapi yang merasakannya adalah anak cucu kita. Lalu apakah kita mau jika anak cucu kita menderita? Tentu saja tidak. Disinilah peran pemerintah benar-benar dibutuhkan, tanpa dukungan pemerintah pemanasan global akan bertambah parah. Pemerintah bisa membuat undang-undang untuk mengatur tentang hal-hal yang dapat menyebabkan pemanasan global. Selain itu juga bisa melakukan kampanye untuk menyadarkan masyarakat. Pemerintah Indonesia sendiri telah mempunyai badan untuk „mengatasi‟ pemanasan global yaitu Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI). Sebagai contoh yang telah dilakukan oleh DNPI adalah membuat film tentang pemanasan global yang berjudul Senandung Bumi yang disutradarai oleh Kamila Andini. Dalam film tersebut digambarkan wacanawacana yang menjadi penyebab pemanasan global. Disini peran Sutradara Kamila Andini sangat penting untuk menyampaikan pesan mengenai pemanasan global. Dari contoh wacana-wacana penyebab pemanasan global yang ditampilkan di film tersebut, dapat diketahui bagaimana pemanasan global terjadi seperti yang telah disajikan di atas. DNPI dan Kamila Andini dalam hal ini ingin berkomunikasi melalui film untuk mendorong masyarakat untuk menyadari tentang pemanasan
81
global. Tentu saja setiap orang yang menonton akan menangkap makna atau pesan yang berbeda-beda dalam memahami dan menyadari pemanasan global. Seperti yang diperankan oleh masing-masing tokoh dalam film tersebut yang memaknai pemanasan global dengan cara yang berbeda-beda. Tokoh Naya dalam film tersebut, dia menciptakan lagu dalam memahami pemanasan global. Lagu yang di ciptakan tersebut menggunakan lirik yang berhubungan dengan pemanasan global yang mungkin akan membawa sebuah perubahan bagi yang mendengarkan lagunya. Kemudian tokoh Gilang, dia membuat gambar atau tulisan yang menyajikan tentang gambaran pemanasan global. Gambar atau tulisan tersebut dapat membawa suatu perubahan bagi yang melihatnya dalam memahami dan menyadari pemanasan global. Seperti Naya yang menjadi berubah dalam memahami pemanasan global setelah sering melihat gambar maupun tulisan dari Gilang. Makna dari wacana pemanasan global yang terkandung dari Film Senandung Bumi ini adalah perubahan. Seperti perubahan yang dilakukan oleh Naya dalam film tersebut adalah Naya selalu mematikan lampu yang sedang tidak digunakan untuk mengurangi emisi karbondioksida dan Naya yang sebelumnya meminta untuk dibelikan mobil akhirnya meminta untuk dibelikan sepeda dengan maksud untuk mengurangi polusi. Lalu bagaimana dengan kita? Tentu saja kita harus berubah dalam memahami dan menyadari tentang pemanasan global, merubah semua tindakan yang selama ini tanpa kita sadari dapat menyebabkan pemanasan global, merubah kita untuk lebih peduli terhadap kelestarian hutan. Serta merubah kita dari ketergantungan
82
memakai bahan bakar fosil dengan menemukan, membuat dan menggunakan bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dan memberi perubahan ke arah yang lebih baik untuk bumi ini.
Benang Merah Penelitian Pemanasan global merupakan kejadian yang tidak bisa dianggap sepele sebab setiap harinya semakin bertambah parah. Banyak dari kita yang belum sadar akan bahayanya dan tidak menganggap penting. Namun kenyataannya pemanasan global telah merubah bumi ini. Seluruh permukaan bumi merasakan dampak dari pemanasan global, mulai dari belahan bumi utara sampai belahan bumi selatan. Es di kutub yang dikenal sebagai es abadi pada kenyataannya sedikit demi sedikit mulai mencair. Jika hal tersebut terjadi secara terus menerus maka permukaan air laut akan meningkat dan tentu saja pulau-pulau kecil akan tenggelam. Kita tentu tahu bahwa Indonesia mempunyai dua musim dalam satu tahun yaitu musim hujan dan kemarau. Musim hujan yang biasanya dimulai pada bulan Oktober – Maret tetapi sekarang hal tersebut tidak bisa menjadi tolok ukur lagi karena kenyataannya musim hujan selalu datang terlambat, hal tersebut terjadi karena pemanasan global. Lalu bagaimana cara untuk mengatasi pemanasan global? Badan dunia atau yang kita kenal sebagai PBB telah turun tangan dengan membentuk United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCC) pada tahun 1992. Apakah dengan PBB turun tangan hal tersebut dapat diatasi?
83
Tentu saja semuanya tergantung dari peran tiap-tiap negara dan penduduknya untuk
mengatasi
pemanasan
global,
mengatasi
dalam
arti
hanya
memperlambat. Pemerintah Indonesia sendiri mempunyai badan yang menangani pemanasan global yaitu Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI). Selain membuat undang-undang tentang pemanasan global, disinilah peran pemerintah benar-benar dibutuhkan untuk menyadarkan masyarakat terhadap bahayanya pemanasan global. Dengan demikian maka masyarakat akan tahu apa saja yang menjadi penyebab dari pemanasan global. Maka DNPI dalam hal ini berperan penting untuk menyampaikannya kepada masyarakat. Kemudian muncul pertanyaan bagaimana DNPI menyampaikan penyebab dari pemanasan global sehingga mudah diterima dan dimengerti oleh masyarakat. Wacana tersebut meliputi apa saja penyebab dari pemanasan global dan makna dari pemanasan global tersebut. Wacana ini terdapat dalam film Senandung Bumi yang dibuat oleh DNPI dan disutradarai oleh Kamila Andini. Film ini bercerita tentang tokoh Naya yang seorang siswi SMA yang berkeinginan untuk membuat lagu tentang alam dan bumi. Namun Naya tidak tahu lagu tentang alam dan bumi itu seperti apa, sehingga dia bertanya kepada temannya yaitu Sarah dan Tasya tetapi teman-temannya juga tidak tahu. Hingga akhirnya dia bertemu dengan Gilang yaitu teman baru dikelasnya. Dari pertemuan dengan Gilang inilah Naya akhirnya tahu tentang penyebab pemanasan global dan mendapat inspirasi untuk lagu tersebut.
84
Lalu apa sajakah penyebab pemanasan global itu? Menurut para ahli, pemanasan global disebabkan oleh tujuh hal. Namun dalam film ini hanya menampilkan empat hal saja, jika mengingat bahwa ini hanya merupakan film pendek sehingga tidak semua penyebab bisa ditampilkan. Penyebab pemanasan global yang ada di film ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh para ahli. Hal ini menunjukkan bahwa tokoh-tokoh di film tersebut menyampaikan pesan kepada masyarakat tentang penyebab pemanasan global. Untuk mendukung hal tersebut, terdapat bukti-bukti berupa potonganpotongan scene adegan film seperti yang telah ditampilkan di atas. Penyebab pemanasan global yang ada di film ini ditampilkan secara sederhana dan mudah dimengerti. Dalam film ini komunikasi terjadi antara DNPI dan sutradara Kamila Andini sebagai penyampai pesan dan penonton sebagai penerima pesan. Segmen penonton adalah remaja jika melihat film tersebut berseting di sebuah SMA. DNPI sadar bahwa remaja merupakan generasi penerus bangsa yang akan membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik atau sebaliknya. Maka melalui proses komunikasi dari film Senandung Bumi, DNPI telah menginformasikan pesan kepada remaja penyebab pemanasan global dan mempengaruhi untuk menjaga bumi ini dari pemanasan global sekaligus menghibur remaja dengan menonton film tersebut. Pesan tentang penyebab pemanasan global yang disampaikan oleh DNPI ini kemudian diteliti menggunakan analisis wacana. Analisis ini secara jelas menampilkan bahwa pesan yang disampaikan DNPI untuk menjelaskan
85
bahayanya pemanasan global. Pesan tersebut berisi tentang perubahan, bagaimana sejak dini harus mau mengubah kebiasaan yang selama ini kita anggap sepele tanpa tahu akibatnya sangat besar untuk bumi ini.