BAB III REALITAS PEREMPUAN DAN POLITIK DI KELURAHAN TEWAH PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2009 KABUPATEN GUNUNG MAS
Pada Bab III ini, secara khusus akan dilihat bagaimana perkembangan Perempuan dan Politik di Kelurahan Tewah dan bagaimana perempuan berpartsiipasi dalam politik, khususnya sebagai calon legislatif perempuan. Sebagai sebuah Kelurahan yang memilki cukup banyak penduduk, maka adalah menjadi sebuah pertanyaan, mengapa dari 11 orang Caleg Perempuan dari Tewah tidak ada yang lolos. Menarik untuk dilihat realitas yang menyebabkan tidak lolosnya 11 orang Calon Legislatif Perempuan di Tewah, pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas. Apakah signifikansi dari Tewah yang membuat kondisi perwakilan politik kaum perempuan dari tempat ini berbeda dari tempat yang lain. Bagian ini merupakan hasil penelitian yang sangat terbatas. Uraian ini masih memerlukan penelitian lanjutan untuk pengembangan pembelajaran politik bagi perempuan di Tewah secara khususnya, dan perempuan pada umumnya di mana saja berada, guna pembelajaran politik di masa depan. Namun diharapkan semua ini berguna sebagai materi awal dalam menelaah partisipasi politik secara menyeluruh dan implikasinya bagi perkembangan perempuan dan politik.
A.
PROFIL KELURAHAN TEWAH
1.
Kondisi Geografi & Kondisi Demografi Kelurahan Tewah merupakan bagian wilayah dari Kecamatan Tewah-
Kabupaten Gunung Mas. Kabupaten Gunung Mas merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Kapuas pada tahun 2002 yaitu sesuai dengan Undang-Undang nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, kabupaten Seruyan, Kabupaten sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya dan kabupaten Barito Timur di Provinsi Kalimantan Tengah. Kabupaten Gunung Mas merupakan salah satu dari 14 Kabupatn/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah dengan luas 10.804 Km² terbagi dalam 11 Kecamatan 12 Kelurahan dan 113 Desa yaitu: 1.
Kecamatan Kahayan Hulu Utara meliputi 1 Kelurahan dengan 11 Desa
2.
Kecamatan Tewah meliputi 1 Kelurahan dan 15 Desa
3.
Kecamatan Kurun meliputi 2 Kelurahan dan 13 Desa
4.
Kecamatan Sepang meliputi 1 Kelurahan dengan 6 Desa
5.
Kecamatan Rungan meliputi 1 Kelurahan dan 20 Desa
6.
Kcamatan Manuhing meliputi 1 Kelurahan dan 11 Desa
7.
Kecamatan Damang Batu meliputi 1 Kelurahan dan 8 Desa
8.
Kecamatan Miri Manasa meliputi1 Kelurahan dan 11 Desa
9.
Kecamatan Manuhing Raya meliputi 1 Kelurahan dan 6 Desa
10.
Kecamatan Rungan Hulu meliputi 1 Kelurahan dan 11 Desa
11.
Kecamatan Mihing raya meliputi 1 Kelurahan dan 6 Desa
Dari 12 Kelurahan tersebut ada 5 Kelurahan yang dibentuk berdasarkan Peraturan daerah nomor 04 Tahun 2005 baru operasional, yaitu kampuri, Tumbang Marikoi, Tumbang Napoi, Tumbang Rahuyan dan Tehang. Secara Geografis, Kabupaten Gunung Mas terletak pada Koordinat 0º-2º.46 Kelurahan Tewah adalah merupakan ibukota dari kecamatan Tewah. Jarak tempuh dari Kelurahan Tewah menuju ke ibukota Kabupaten Gunung Mas (Kuala Kurun) dengan jarak tempuh 28 Km. Sedangkan menuju ibukota Provinsi dengan jarak 168 Km. Kelurahan Tewah menempati area seluas 1000 Ha, Memiliki 22 RT dan 5 Rw . Pada umumnya keadaan topografi dari datar berombak, bergelombang sampai berbukit. Tipe tanah pada umumnya sebagian besar alluvial aerosol dan podsolik, sedikit tanah bergambut. Kesuburan tanah secara umum sedang dengan tingkat keasaman/pH antara lain 4-6,5. Curah hujan rata-rata per bulan 30,0 mm, sedangkan rata-rata per tahun 2.116,0 mm. Bulan basah/lembab antara November-Februari, bulan kering antara Juli-September. Kelembaban rata-rata per tahun 85% dari tingkat suhu tanah rata-rata 26ºC. Kelurahan Tewah memiliki batas wilayah: Sebelah utara berbatasan dengan Desa Teluk Lawah; Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tumbang Pajangei; Sebelah Timur berbatasan Desa Sumur Mas; Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Taja Urap.47 Secara mayoritas penduduk di Kelurahan Tewah bersuku Dayak (Ngaju, Ot Danom, Maanyan), sedangkan suku lain yang berdomisili di Tewah adalah Suku Jawa, Banjar, Madura, Bugis, Tionghoa.Kelurahan Tewah adalah kelurahan terbesar 46
Data Base: Kependudukan Tahun 2011 Kabupaten Gunung Mas (Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Gunung Mas 2010), 1. 47 Data Base: Profil Kelurahan Tewah, (Kelurahan Tewah:2010), 4.
kedua di Kabupaten Gunung Mas, setelah Kelurahan kuala Kurun. Dikatakan terbesar karena memiliki jumlah Jiwa yang banyak. Penduduk yang banyak ini tentunya disebabkan karena kelurahan Tewah merupakan ibukota dari kecamatan Tewah itu sendiri. Penulis menyajikan data pada tahun 2010 adalah data yang diperoleh sewaktu penelitian. Dengan alasan instansi terkait, data pada Tahun 2011 belum rampung. Berikut Komposisi Penduduk Pada Tahun 2010: laki-laki sebanyak 4.182 jiwa, Perempuan 3.767 jiwa ,dengan jumlah KK sebanyak 1333.48 2.
Pendidikan dan Pekerjaan Minat terhadap pendidikan di Kelurahan Tewah dapat dikatakan baik.
Kesadaran masyarakat di tempat ini dari tahun ke tahun mengalami perkembangan. Indikator yang menunjukkan perkembangan ke arah yang baik, dapat ditunjukkan dari perkembangan jumlah institusi, guru, murid dan tingkat partisipasi sekolah dari tahun ke tahun dan juga jumlah sarana pendidikan. Sarana pendidikan, di Kelurahan Tewah yang cukup memadai yaitu sarana pendidikan dari TK sampai SLTA, dengan Unit yang dapat menampung pendidikan anak-anak usia sekolah, sangat membantu orang tua, sehingga ketika melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi anak-anak baru keluar daerah dan pergi ke Kota Palangkaraya, Banjarmasin bahkan banyak juga yang mengenyam pendidikan di tingkat Perguruan Tinggi di pulau Jawa. Orang tua yang memiliki ekonomi yang baik, biasanya suka anaknya mengenyam pendidikan di pulau Jawa. Berdasarkan jenis pendidikan, maka tercatat sebagai berikut : Belum Sekolah 1801 orang, TK/SD 1028 orang, SLTP 1894 orang, SLTA 2857 orang,
48
Data Base: Profil Kelurahan Tewah, (Kelurahan Tewah:2010), 5.
D1/D2/D3 172 orang, Si 195 orang, S2 2 orang.49 Sarana pendidikan meliputi : 4 Taman Kanak-Kanak, 8 Sekolah Dasar, 3 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 1 Sekolah Menengah Atas. 1 Unit Kantor UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas). Berdasarkan jenis pekerjaan, sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian petani/pekebun sebanyak 2462 orang, PNS sebanyak 230 orang, pedagang sebanyak 144 orang, kemudian pensiun sebanyak 88 orang, Peternak sebanyak 42 orang, TNI/POLRI sebanyak 17 orang, Tukang Jahit sebanyak 15 orang, Pendeta sebanyak 11 orang, Tukang Rias sebanyak 7 orang, Imam di Masjid sebanyak 2 orang, Anggota DPR sebanyak 2 orang, Wartawan 1 orang. Sedangkan Pelajar/Mahasiswa adalah untuk mereka yang sedang dalam pendidikan sebanyak 3064 orang. Banyaknya jumlah yang belum bekerja adalah meliputi anak-anak yang belum masuk sekolah dan juga pemuda-pemudi dan orang tua yang belum mendapatkan pekerjaan, sebanyak 2034 orang.50 Rutinitas penduduk di Kelurahan Tewah cukup menarik perhatian.Karena penduduk dngan variasi jenis pekerjaan, memulai aktivitasnya dari subuh sampai malam hari (Sangat sulit untuk menulis waktu rutinitas di tempat itu berakhir). Hanya waktu memulai kegiatan biasanya pada pukul 05.00 Wib, ini rutin berlaku bagi mereka yang bekerja sebagai petani karet. Jenis pekerjaan yang cukup kompleks ini mewarnai satu hari penuh aktivitas di Kelurahan Tewah. Pada hari tertentu saja, dapat dilihat aktivitas di Kelurahan Tewah berkurang, yaitu pada hari libur dan hari minggu. Hanya kegiatan pasar tetap berlangsung seperti 49 50
Ibid.,14. Ibid., 18.
hari-hari biasanya. Menarik untuk dilihat adalah mereka yang bekerja sebagai PNS, juga memiliki pekerjaan yang lain, menggunakan waktu pulang kantor atau hari-hari libur, yaitu bekerja sebagai petani kebun karet. Penjelasan dari hal ini adalah, mereka mencari tambahan ekonomi. Bahkan sebagian besar PNS di tempat ini memiliki kebun karet sendiri.51 Kegiatan perekonomian di Kelurahan Tewah dapat dikatakan baik, penduduk tampaknya berlomba untuk meningkatkan taraf hidup. Hal ini dapat dilihat dari keadaan kondisi bangunan rumah. Tidak didapatkan lagi rumah yang beratapkan atap rumbia, secara umum beratapkan multiroop bahkan sirap.52 Indikator yang lain yang dapat dilihat adalah secara mayoritas KK di Kelurahan Tewah memiliki alat transportasi sendiri berupa sepeda motor, bahkan mobil sebagai alat transfortasi di sekitar Kelurahan Tewah, Kabupaten Gunung Mas, bahkan alat transfortasi ke ibukota Provinsi di Palangka Raya. Berdasarkan wawancara bersama Lurah Tewah, rata-rata penghasilan setiap bulan per KK minimal Rp 3000.000,-, masyarakat di Kelurahan Tewah rata-rata memiliki semangat kerja yang tinggi. Hal ini di dukung kondisi alam yang sangat memadai untuk dikelola.53 Di samping Perkebunan karet yang dimiliki masyarakat tumbuh subur, lahan pertanian pun cukup baik untuk menunjang ekonomi, Kelurahan Tewah untuk Pertaniannya diperhatikan dan merupakan desa binaan yang termasuk dalam Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) Kecamatan Tewah. Bidang usaha tani yang dilakukan adalah perikanan kebun Karet, ternak, sapi, babi, ayam buras, tanaman 51
Wawancara, Yani (Tewah, 28 September 2011). Sirap adalah potongan kayu ulin yang dibua sedemkian rupa untuk atap, atap Sirap ini dapat dipakai untuk jangka waktu yang lama, sekitar 60 tahun. Wawancara, Ayan Bangas, (15 September 2011). 53 Wawancara , Elisa Lamey (Tewah: 21 September 2011). 52
padi, ubi kayu dan jagung.54 Kebijakan Program Pembangunan Pertanian yang dilaksanakan di WKPP Kelurahan Tewah, mengacu pada program Nasional dan Daerah dengan kegiatan-kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah.55 3.
Sarana dan Prasarana Kelurahan Tewah memiliki sarana umum yang digunakan oleh masyarakat
Kelurahan Tewah dan desa-desa yang ada di Kecamatan Tewah. Sarana dan Prasarana ini dinikmati masyarakat menurut kebutuhan mereka. Jalan di tempat ini sudah tertata dengan baik, hampir seluruh jalan sudah diaspal. Gedung sekolah, Kantor Kecamatan, Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD), PUSKESMAS, Kantor Balai Penyuluh Pertanian (BPP), Kantor Damang Kepala Adat Wilayah kedamangan Tewah Kabupaten Gunung Mas, Kepolisia Negara Repubik Indonesia Resot Gunung Mas Sektor Tewah, Komando Distrik Militer 1011 Kuala Kapuas Komando Rayon Militer 20, Kantor Pos, Kantor Urusan Agama, Bank, PDAM, PLN, dan lain-lain sudah tersedia dan menunjang kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Tewah. Untuk keperluan ibadah meliputi: 4 buah gedung Gereja Kalimantan Evangelis, 1 buah gedung Gereja Pantekosta Tabernakel, 1 buah gedung Gereja Pantekosta Di Indonesia, 1 buah gedung Gereja Yesus Sejati, 1 buah gedung Gereja Betel Indonesia, 2 buah Masjid dan 3 buah langgar, 1 buah Balai Hindu Kaharingan. Sarana Air Bersih. Hampir seluruh KK di Kelurahan Tewah sudah menggunakan PDAM, hanya sebagian warga saja yang tidak menggunakan jasa
54 55
Monografi WKPP Kelurahan Tewah Tahun 2011, 3. Wawancara, Triyensi, S.PI (Tewah, 25 September 2011)
PDAM, yaitu mereka yang bermukim di pinggiran sungai Kahayan. Tetapi banyak KK yang membangun rumah di pinggiran sungai Kahayan juga sudah sadar kebersihan, sehingga mereka menggunakan jasa PDAM untuk keperluan air bersih. Tentu saja kesadaran ini muncul dari kesadaran akan kesehatan. Air sungai Kahayan yang tidak sehat akibat penambangan emas oleh masyarakat dengan menggunakan merkuri sangat tidak baik untuk dikonsumsi, juga keperluan MCK (mandi, cuci, kakus) masyarakat yang bermukim di hulu sungai Kahayan memberi dampak yang tidak baik bagi kesehatan. Sarana Ekonomi. Kelurahan Tewah memiliki satu pasar yang beroperasi setiap hari, mulai dari Pukul 05.00 Wib-20.00 Wib. Pasar ini dijalankan oleh para pedagang dengan Variasi suku. Mulai dari warga yang bersuku Dayak, suku Banjar, suku Jawa. Kegiatan pasar setiap hari selalu padat. Hal ini dikarenakan banyak juga masyarakat dari desa-desa sekitar yang menggunakan pasar di Kelurahan Tewah sebagai tempat transaksi barang dan jasa. Semua kebutuhan rumah tangga tersedia di pasar. Dari kebutuhan sembako, sandang, alat-alat bangunan, elektronik dan lain sebagainya tersedia di pasar Tewah. Hasil pertanian dan perkebunan masyarakat juga di pasarkan di sini. Sarana Komunikasi. Sarana telekomunikasi di Kelurahan Tewah sudah tersedia, seperti telephone cellular dan hand phone, sudah lama masuk di tempat ini. Karena itu tidak ada kendala untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang berada di luar kelurahan Tewah. Televisi sebagai media informasi yang dianggap cukup mutahir, sudah sangat lama ada di tempat ini. Parabola digital hampir dimiliki oleh seluruh KK di sini, TV kabel juga sudah ada dan tentunya dipakai menurut selera
masyarakat di tempat itu. Banyak juga KK yang telah memiliki parabola digital.ikut pula menggunakan TV kabel. Selain itu Kelurahan Tewah memiliki kantor pos yang siap melayani masyarakat di tempat itu dan juga desa-desa sekitar. Kebanyakan warga masyarakat tidak hanya menggunakan jasa kantor pos untuk berkirim surat saja, tetapi menggunakan kantor pos dalam jasa wesel instan. Sarana Bank. Di Kelurahan Tewah terdapat 2 buah Bank yang siap melayani nasabah maupun masyarakat yang ingin menggunakan jasa mereka untuk menabung dan transfer inter dan antar Bank. Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan juga Bank Rakyat Indonesia (BRI). Kedua Bank ini membantu masyarakat untuk sadar menabung. Masyarakat di Kelurahan Tewah sudah banyak yang menjadi nasabah dari kedua Bank ini. Selain menjadi nasabah dari 2 Bank ini, banyak juga dari mayarakat di Kelurahan Tewah yang menjadi anggota Credit Union (CU), sayangnya Tempat Pelayanan anggota tidak diadakan di tempat ini dan anggota di layani di Kuala Kurun, dengan alasan dari pihak pengurus CU jarak Tewah-Kuala Kurun tidaklah jauh hanya 28 Km. Biasanya penyetoran dan transaksi yang lain bisa dilakukan via kolektor atau mereka datang langsung ke Kuala Kurun. Sarana Penerangan. Pasokan Listrik (PLTN) sudah lama ada di tempat ini. Hanya saja yang masih menjadi kendala listrik di tempat ini terbatas, yaitu dapat dinikmati dari pikul 15.00 wib-05.00 wib. Mulai pada tahun 2012 masyarakat setempat dapat menikmati listrik sehari-semalam. Sarana transfortasi. Di tempat ini transfortasi umum yang digunakan adalah sepeda motor, mobil, dan juga kelotok. Akses jalan darat dan air sangalah kondusif. Karena akses jalan darat sudah baik yang dapat menghubungkan Kelurahan Tewah dan desa-desa sekitar, juga ke ibu kota
Kabupaten di Kuala Kurun dan ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah di Palangka Raya. 4.
Sejarah arti dari “nama” Kelurahan Tewah Pada umunya hampir di setiap daerah di Indonesia suatu “nama” atau suatu
kejadian tentu tidak hadir begitu saja. Tetapi ada cerita atau peristiwa yang melatar belakanginya. Semua itu menjadi ingatan kolektif yang diabadikan dalam bahasa (Idiomatic expression).56 Demikian pula yang terjadi dengan “nama Tewah”.Pada awalnya “nama Tewah” berasal dari kata Tiwah. Tewah pada awalnya adalah hanya hutan belantara, lalu mulailah pada waktu itu berdatangan orang-orang yang ingin mencari tempat yang baik untuk tempat tinggal. Salah satu diantaranya adalah keluarga yang memiliki anak perempuan yang bernama Nyai Balau (Putri berambut panjang). Memang tidak dapat ditelusuri kapan waktunya kejadian ini terjadi. Tetapi berdasarkan cerita turun temurun, Nyai Balau, adalah pahlawan perang yang tangguh bagi Hamputannya (klan). Pada waktu zaman asang/kayau (Perang antar kampung dan ditandai potong kepala), Nyai Balau selalu menang dan tidak dapat dikalahkan. Strategi-strategi perangnya begitu hebat dan menipu lawan, Nyai Balau tak terkalahkan.Untuk itulah Nyai Balau diangkat menjadi pemimpin di kampong Tewah. Berkat kepemimpinan Nyai Balau, kampung Tewah menjadi kampung yang maju dan lestari. Orang-orang yang berada di sekitar menjadi tertarik dan banyak yang memilih pindah kampung. Mereka mendapatkan ketenangan dan rasa aman 56
Deri Susanto, Tesis Pemaknaan Pemugaran Kuburan Bagi Jemaat Kristen GKE di Desa Tanjung Riu Kabupaten Gunung Mas Kal-Teng, (salatiga: 2011), 51.
untuk melanjutkan hidup mereka bersama seorang pemimpin perempuan yang begitu tangguh dan selalu siap memberi perlindungan. Semakin lama, maka semakin bertambah banyaklah jumlah orang yang tinggal di Tewah. Pola hidup bepindahpindah mulai mengarah serius kepada kehidupan menetap. Pada awalnya mereka hanya berladang yang usai musim panen ladang dibiarkan mulai berubah. Secara perlahan namun pasti mereka menanam pohon karet lokal pada tanah ladang mereka. Mata pencaharian mereka pun mulai kompleks. Tewah semakin menjadi primadona tempat tinggal, ketika dibukalah pertambangan rakyat dibelakang kampong Tewah, yaitu Gunung Mas. Orang-orang dari berbagai daerah di Kalimantan berdatangan, tak terkecuali banyak juga yang datang dari luar Kalimantan. Orang-orang yang mengadu nasib di tempat ini, banyak pula yang tidak pulang kembali ke daerah asalnya, tetapi menetap di Tewah. Baik melaui proses pernikahan dengan orang setempat, atau pun karena merasa Tewah adalah tempat yang cocok untuk mereka hidup. Pendatang-pendatang ini membaur dengan penduduk asli baik dalam bidang pekerjaan maupun tata cara hidup dan mereka hidup mengikuti adat dan budaya setempat, seperti pepatah yang mengatakan : “Di mana bumi di pijak di situ langit dijunjung”. Perubahan demi perubahan dialami oleh masyarakat di Tewah dari waktu ke waktu. Pertambahan penduduk yang semakin bertambah membuat Tewah dianggap layak untuk dimekarkan menjadi sebuah kelurahan. Dari status desa, Tewah berubah statusnya menjadi kelurahan. Tewah resmi menjadi sebuah Kelurahan definitif yaitu pada Tahun 1971, dengan lurah pertama Edy Dugau. Ditelusuri bahwa lurah pertama ini adalah keturunan dari Nyai Balau. Pada waktu itu Kelurahan Tewah masuk ke
dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Kuala Kapuas dan setelah pada tahun 2002 yaitu sesuai dengan Undang-Undang nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan kabupaten
Katingan,
kabupaten
Seruyan,
Kabupaten
sukamara,
Kabupaten
Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur di Provinsi Kalimantan Tengah. Maka ketika dimekarkannya Kabupaten Gunung Mas dengan ibu kota Kabupaten di Kuala Kurun, maka Kelurahan Tewah sekarang masuk ke wilayah pemerintahan Kabupaten Gunung Mas.57 5.
Sistem Kemasyarakatan dan Kekerabatan Masalah jangka waktu dan persepsi tentang perubahan merupakan dua hal
yang tidak terpisahkan, di dalam pengalaman manusia. Artinya, baik waktu maupun perubahan bukanlah merupakan variabel-variabel yang tegantung atau tidak bebas. Kiranya sulit untuk memikirkan masalah perubahan, tanpa memperhitungkan variabel waktu. Di dalam bentuknya yang paling sederhana pengertian perubahan berkaitan dengan faktor-faktor sebelum dan sesudah.58 Dengan demikian, maka tanpa ada jangka waktu, tidak ada lagi perubahan. Tanpa perubahan, maka juga tak ada arti bagi jangka waktu. Oleh karena itu perlu adanya siklus-siklus sebagai dasar pembatasan jangka wakrtu dan Schlegel menyatakan bahwa perubahan dari suatu siklus ke siklus lain, merupakan sesuatu yang paling penting bagi penentuan apakah suatu gejala bersifat pengulangan atau kebiasaan belaka. Jangka waktu atau ruang waktu memberikan batas-batas tertentu 57
Wawancara, Ayan Bangas, (Tewah, 2 september 2011) Soerjono Soekanto, Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), 38. 58
pada kehidupan manusia serta perubahan-perubahan pada struktur sosial. Di dalam batas-batas tersebut terdapat kondisi-kondisi yang relevan, akan tetapi yang bersifat netral. Jangka waktu atau ruang waktu tersebut tidak menentukan berlangsungnya proses kehidupan atau bagaian pola-pola perilaku harus menyesuaikan diri atau mempergunakan batas-batas alamiah dari sistem-sistem sosial tersebut. Oleh karena itu, maka perubahan dari unsur-unsur
suatu sistem sosial dalam jangka waktu
tertentu, merupakan pusat dari dinamika sosial.59 Perubahan sosial di Kelurahan Tewah ketika ditelusuri dan dicermati juga mengalami perubahan-perubahan secara alami. Hal ini dapat dilihat dari perilaku sosial individu maupun kelompok yang tidak lagi memiliki tata hidup secara kaku. Sistem kekerabatan pada suku Dayak Ngaju khususnya yang ada di pedesaan masih berdasarkan prinsip keturunan ambilineal atau bilateral , yaitu menarik keturunan dari pihak ayah dan ibu, yang secara otomatis dalam pewarisan tidak membedakan anak laki-laki maupun anak perempuan. Dalam bentuk kehidupan keluarga biasanya terdiri atas dua jenis yaitu keluarga batih (nuclear family) dan keluarga luas (extended family). Dalam sistem kekerabatan pun mereka masih kuat memelihara sistem garis keturunan, Biasanya sampai yang disebut “hanjenan” (sepupu dua kali). Untuk mempererat kembali kekerabatan, biasanya keluarga besar angat menginginkan terjadi perkawinan antar “hanjenan”, supaya kekerabatan tetap kental, di samping itu untuk mempertahankan sistem pewarisan seperti tanah kosong, tanah ladang, kebun rotan, kebun karet, guci-guci antik dan benda-benda berharga lainnya. Masyarakat di
59
Ibid, 40.
desa tetap kuat mempertahankan kekerabatan kekeluargaan yang dikenal dengan: utus, tunda jalahan, babuhan. Karenanya sangat baik menikah sesama suku. Kalau terjadi pernikahan dengan orang yang berada di luar suku, maka akan disebut sebagai oloh lumpat. Seiring dengan kemajuan zaman dan masyarakat yang semakin kompleks, maka masyarakat di Kelurahan Tewah yang sudah tidak homogen lagi dan masyarakat di tempat ini sudah heterogen, maka sistem-sistem seperti yang ada di desa tidak teralu dipentingkan lagi. Masyarakat asli sudah dapat secara terbuka untuk menerima arus budaya modern. Walaupun mereka masih tau apa itu; utus, tunda jalahan atau babuhan, tetapi masalah oloh lumpat tidak dipentingkan lagi. Perkawinan pun tidak lagi diupayakan sesuku, tetapi perkawinan terjadi atas kehendak kedua pihak (laki-laki) maupun perempuan yang akan menikah untuk menentukan jodoh mereka. Dengan melaksanakan adat perkawinan Dayak Ngaju yang dikenal dengan “jalan hadat”.60 “Jalan Hadat” dilaksanakan adalah untuk mempertahankan tradisi turun-temurun yang dipahami sebagai tali pengikat kedua pengantin dan bersatunya kedua keluarga besar pengantin. Keseimbangan dalam masyarakat (social equilibrium) merupakan keadaan yang diidam-idamkan dalam setiap masyarakat. Dengan keseimbangan dalam masyarakat dimaksudkan sebagai suatu keadaan di mana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok dari masyarakat berfungsi dan saling mengisi.
60
Jalan hadat, adalah adat perkawinan Dayak Ngaju, yang berarti jalan yang beradap. Menikah bagi orang Dayak adalau peristiwa yang sacral dan untuk itu, memperkokoh sumpah janji maka dilangsungkan pemenuhan jalan hadat, yaitu pihak pengantin laki-laki memenuhi kewajiban pada jalan adat sesuai ketentuan adat yang berlaku dam kesepakatan kedua keluarga pengantin.
Sehubungan dengan masuknya unsur-unsur yang baru, maka di dalam tubuh suatu sitem sosial tersebut, yang tidak dapat dirubah selama hidup oleh pihak manapun juga.61 Pembauran masyarakat yang terjadi di Kelurahan Tewah mengakibatkan asimilasi budaya. Dalam kondisi masyarakat yang heterogen ini, tidak mengubah harmonisasi yang terjadi. Inter dan antar suku berinteraksi dalam konteks yang modern. Tetapi patutlah dibanggakan, sampai pada saat ini lembaga adat (Kedemangan) masih merupakan bagian dari pranata sosial yang dipentingkan dalam sistem sosial. Jika terjadi kesalah pahaman antar warga, maka akan dirembuk di Kedemangan untuk berdamai. Selanjunya jika itu signifikansinya kepada tindakan kriminal dan di Kedemangan tidak ditemukan jalan keluar, barulah masalah itu di bawa ke kantor polisi. Masyarakat di kota Tewah, memiliki kekerabatan yang terbuka. Tidak hanya menganggap dari garis keturunan darah saja sebagai kerabat, tetapi kekerabatan adalah ditunjukkan dengan baik dalam kehidupan bertetangga dan bermasyarakat. Ada satu ritual budaya yang sepertinya membuat harmonis masyarakat di tempat ini yaitu Ritual Dayak “ Pakanan Sahur Lewu Dayak” yang dilaksanakan 1 kali dalam satu tahun yang melibatkan seluruh elemen masyarakat tanpa memandang suku dan agama. “ Ritual Budaya Pakanan Sahur Lewu Dayak. Upacara "Pakanan Sahur Lewu" Suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah (Kalteng) merupakan satu dari lima macam upacara ritual besar khas Suku Dayak Ngaju. "Pakanan" berarti memberikan persembahan berupa sesajen kepada para leluhur atau orang-orang suci."Sahur" diartikan sebagai leluhur atau dewa yang dipercaya menjaga kehidupan manusia, memberikan kesehatan, keselamatan, perdamaian, berkah dan anugerah bagi yang percaya kepada-Nya. "Lewu" sendiri dalam bahasa Indonesia adalah berarti kampung atau desa tempat bermukimnya suatu penduduk pada sebuah wilayah. Dengan demikian, Pakanan Sahur Lewu Dayak berarti memberikan sesajen kepada para leluhur atau para dewa yang melindungi warga desa sebagai tanda terimakasih 61
Soerjono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jakarta: Universitas Indonesia, 1974), 239.
atas berkat dunia. Lewat ritual Pakanan Sahur Lewu Dayak ini diharapkan masyarakat dapat hidup tentram, rukun dan damai serta mendapatkan rejeki berlimpah. Pakanan Sahur Lewu juga sering mengikutsertakan tokoh dan kelompok agama lain. Selain sebagai sarana untuk menyampaikan ucapan syukur pada Sang Kuasa, Pakanan Sahur Lewu juga dimaksudkan sebagai wadah untuk menjalin semangat persaudaraan dan kegotong-royongan antar sesama warga PAKANAN SAHUR tak hanya bertujuan untuk melestarikan budaya leluhur saja. Namun, Ritual ini juga secara metafisika untuk memulihkan kesimbangan hubungan antara manusia dan alam sekitarnya agar terhindar dari marabahaya dan malapetaka.62
“Pakanan Sahur Lewu Dayak” biasanya dipimpin oleh “bakas Lewu” (tokoh kampong) yang beragama Kaharingan. Dalam pelaksanaan ritual adat ini, maka setiap KK tanpa dipaksa dan ditentukan memberi dukungan pada kegiatan tersebut, dengan memberikan uang, beras, gula, nyiur dan lain sebagainya secara suka rela untuk kelengkapan ritual tersebut. Pengumpulan sumbangan ini dikoordinir oleh seseorang pada setiap RT.63 Berdasarkan data tentang pemeluk agama di kelurahan Tewah tercatat sebagai berikut: umat Islam sebanyak 2.338 orang, Kristen Protestan 4.205 orang, Katolik 378 orang, Kaharingan 1.012 orang, Budha 3 orang, Khong Hu Chu 13 orang.64 Melihat komposisi penduduk berdasarkan agama, maka yang dapat kita lihat adalah: Penduduk di Kelurahan Tewah didominasi oleh Kristen Protestan. Tetapi yang juga dapa dilihat bahwa di Kelurahan Tewah memiliki cukup banyak penduduk yang beragama Islam, diikuti Kaharingan, Katolik, Konghuchu, dan Budha. Keberagamaan di tempat ini adalah keberagamaan yang harmonis, terbukti dari dulu sampai penulis mengadakan penelitian, tidak pernah terjadi konflik antar agama. Semua berjalan dengan aman dan harmonis. Penduduk di Kelurahan Tewah saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lainnya. Meskipun masyarakat 62
http://www.dayakpos.com/2010/04/pakanan-sahur-lewu-dayak.html, diunduh, Senin 25 Septemberi 2011, pkl 10.00 Wib. 63 Wawancara, Ayan Bangas., (Tewah, 15 September 2011). 64 Ibid., 7.
sudah kompleks, tetapi jalinan silaturahmi berjalan dengan baik. Hari raya keagamaan dipelihara bersama. Terbukti pada tanggal 31 Agustus 2011 pada hari raya umat Islam, yaitu Idul Fitri, umat Kristiani dan umat yang lainnya bersilaturahmi ke warga muslim yang merayakan hari raya tersebut. Demikian pula sebaliknya pada perayaan natal umat Kristiani, umat yang non kristiani melakukan silaturahmi dengan baik. Jalinan silaturahmi ini sudah lama terjalin dan tetap dipelihara dengan baik.65
B.
GAMBARAN UMUM PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2009 DI KELURAHAN TEWAH KABUPATEN GUNUNG MAS
1.
Gambaran Umum Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kelurahan Tewah
Kabupaten Gunung Mas Semenjak tahun 2002 terbentuknya Kabupaten Gunung Mas, yaitu sesuai dengan Undang-Undang nomor 5 Tahun 2002 tentang pembentukan kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah. Maka Kabupaten Gunung Mas mulai berbenah diri, mulai dari memperlengkapi struktur keperintahannya, secara struktural maupun fungsional. Demikian pula pada waktu itu kursi Legislatif di Kabupaten Gunung Mas diisi oleh Anggota Dewan Perwakilan dari Kabupaten Kuala Kapuas, dengan utusan hasil kebijakkan Partai Pemenang Pemilu Legislatif Tahun 1999 yang dikenal dengan istilah PAW (Pergantian Antar Waktu) sampai masa Pemilihan Umum Legislatif tahun 2004. Selama rentang waktu yang demikian, masyarakat di Kabupaten Gunung Mas mulai melihat dan mencermati kegiatan pemerintahan dan politik dari jarak yang relatif dekat, setelah berpisah dari Kabupaten Kuala Kapuas. Proses pembelajaran 65
Wawancara, Yustina (Tewah:31 Agustus 2011).
politik pun berlangsung. Semenjak dimekarkannya wilayah Kabupaten, maka kabupaten Gunung Mas pernah mengikuti Pemilihan umum Legislatif sebanyak 2 Kali, yaitu pada Tahun 2004 dan tahun 2009. Pemilu Legislatif Tahun 2009 adalah Pemilu yang dapat dikatakan fenomenal, dan tentunya ini dirasakan di seluruh daerah di Indonesia. Selain itu Pemilu tersebut yang diikuti sebanyak 44 Partai. Pemilu ini adalah pemilu yang pertama kali mengahadirkan banyak perempuan yang berpartisipasi dalam mencalonkan diri sebagai calon Anggota DPR, tentunya hal ini tidaklah lepas dari ketentuan UU yang mengatur kebijakan politik dan menjamin langkah politik perempuan ke arah yang progresif, dengan Diberlakukan UU No 2 tahun 2008 tentang partai politik yang mengakomodir 30% keterwakilan perempuan dalam pendirian dan pembentukan partai politik dan kepengurusan partai politik dan Pasal 53 dan pasal 55 UU No 10 Tahun 2008, ditentukan minimal 30% keanggotaan perempuan di parlemen.Dengan memiliki daerah yang dapat dikatkan luas, maka pada waktu Pemilu Legislatif Tahun 2009, Wilayah PiLeg (Pemilu Legislatif)
dibagi menjadi 3 wilayah
Daerah
Pemilihan atau yang dikenal dengan istilah DAPIL (Daerah Pemilihan) yaitu: DAPIL I, meliputi, Kecamatan Kuala Kurun, Mihing Raya, Sepang. DAPIL II, meliputi, Kecamatan Rungan, Rungan Hulu, Manuhing, Manuhing Raya.DAPIL III, meliputi, Kecamatan Tewah, Kahayan Hulu, Damang Batu, Miri Manasa. Kelurahan Tewah termasuk dalam DAPIL III, dari 44 partai yang mengikuti Pemilu Legislatif Tahun 2009, maka jumlah partai yang yang diisi oleh Calon Legislatif di DAPIL III adalah sebanyak 30 partai, dengan total calon sebanyak 184 orang, laki-laki berjumlah 134 dan perempuan berjumlah 50 orang. Menurut Ketua
PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) Tewah Pemilu Legislatif Tahun 2009, selama berlangsungnya Pemilu Legislatif, kondisi relatif kondusif. Tidak ada masalahmasalah yang dianggap krusial dan menentang UU Pemilu. Kegiatan berjalan sesuai dengan harapan. Di Kelurahan Tewah sendiri tempat Pemungutan Suara (TPS) berjumlah 18 buah. Berita Acara Rekapitulasi Hasil Perhitungan Perolehan Suara Partai Politik Peserta Pemilu dan Perolehan Suara Calon anggota DPRD Kabupaten/Kota Tingkat PPK Tahun 2009 ditandatangani secara sah oleh Panitia Pemilihan Kecamatan (Ketua dan Seluruh anggota PPK) dan juga oleh saksi dari Partai Politik Peserta Pemilu. Dalam rekapitulasi hasil penghitungan suara mencatat hal-hal sebagai berikut: a.
Jumlah Berita Acara dari seluruh TPS, jumlah pemilih yang menggunakan dan tidak menggunakan hak pilih;
b.
Jumlah perolehan suara sah dan tidak sah partai politik dan calon anggota DPRD Kabupaten/Kota;
c.
Jumlah Surat Suara yang digunakan dan surat Suara yang tidak digunakan (termasuk surat suara cadangan) dari seluruh TPS;
d.
Jumlah surat suara yang dikembalikan karena rusak atau keliru ditandai dari seluruh TPS.
Adapun jumlah surat suara yang sah di Kecamatan Tewah secara menyeluruh (termasuk Kelurahan Tewah dan desa-desa sekitar dalam lingkup Kecamatan Tewah) berjumlah 7613 surat suara. Dari hasil rekapitulasi suara maka yang lolos dari Kelurahan Tewah adalah sebanyak 2 orang caleg laki-laki, yaitu: Drs. H. Gumer dari
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan H. Rahmansyah dari Partai Barisan Nasional .66 2.
Partisipasi Masyarakat Di Kelurahan Tewah Pada Pemilu Legislatif 2009 Masyarakat di Kelurahan Tewah sangat partisipatif dalam mengikuti kegiatan
Pemilu Legislatif Tahun 2009 di kabupaten Gunung Mas. Fakta di lapangan menunjukkan keaktifan masyarakat sewaktu dilaksanakan pendataan bagi yang memiliki hak pilih. Pada waktu diadakan kampanye di lapangan maupun dialogis, pihak penyelenggara kampanye tidak mengalami kekecewaan, karena selalu dihadiri oleh masyarakat secara aktif. Hal ini dikarenakan sosialisai dari pihak pemerintah cukup baik. Selain itu partisipasi masyarakat di tempat ini adalah dilatarbelakangi pula ketertarikan mereka untuk melihat para caleg mengemukakan visi dan misinya. Faktor lain yang lain dari hal di atas pun pasti ada, menurut salah seorang masyarakat yang penulis wawancarai, mengapa keaktifan partisipai terjadi pada waktu Pemilu Legislatif berlangsung adalah disebabkan calon-calon yang ikut serta dalam bursa Pemilihan Umum Legislatif di Kabupaten Gunung Mas tahun 2009, secara khusus yang masuk dalam DAPIL III adalah Calon-Calon dari keluarga mereka sendiri.67 Penulis mencermati jika dibandingkan dengan Pemilu Legislatif Tahun 2004, maka partisipasi masyarakat pada Pemilu Legisatif Tahun 2009 dapat dikatakan signifikan. Pada Pemilu Legislatif Tahun 2004 belum terlihat antusiasme yang begitu tinggi. Masyarakat di Kelurahan Tewah pada Pemilu Legislatif Tahun 2004, melakukan partisipasi pesta demokrasi tidak seramai pada Pemilu Legislatif
66 67
Wawancara, Muderson Ketua PPK Tewah Tahun 2009, ( Tewah: 21 september 2011). Wawancara, Yusi,( Tewah: 24 Sptember2011).
2009. Keadaan ini terjadi karena pada waktu itu caleg tidak sebanyak pada Pemilu Legslatif 2009, dan hal lain yang perlu diingat, bahwa Pemilu Legislatif 2004 adalah pengalaman pertama masyarakat di tempat ini mengikuti Pemilihan Umum Pemilu Legislatif, semenjak terbentuknya Kabupaten Gunung Mas. Dari faktor-faktor ini tindakan partisipatif terjadi. Diakui pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 banyak pembelajaran politik yang dapat secara langsung dapat dilihat oleh masyarakat. Mulai dari pemasangan Baliho dan kampanye-kampanye beragam dalam strategi masingmasing yang dilakukan oleh partai pengusung ,maupun para calon itu sendiri. Masyarakat di Kelurahan Tewah telah mengambil bagian secara positif pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas. Pada hari H pemilihan dilaksanakan, yaitu: Selasa 14 April 2009, masyarakat yang memiliki hak pilih dan memegang karlih (kartu pemilihan) berbondong-bondong datang ke TPS (Tempat Pemungutan Suara) untuk memberikan hak suara mereka kepada calon yang mereka pilih. Pemilu Legislatif Tahun 2009 adalah yang kedua kalinya mereka ikuti semenjak Kabupaten Gunung Mas dimekarkan pada tahun 2002. Pemilu Legislatif pada tahun 2004 adalah pengalaman pertama masyarakat di tempat ini. Tetapi Pemilu Legislatif pada tahun 2009 adalah pesta demokrasi yang menarik bagi masyarakat di tempat ini, karena banyaknya jumlah partai yang diikuti yang merekrut caleg cukup banyak dari daerah mereka. Masyarakat di tempat ini melihat politik tidak hanya sekedar sebagai bahan untuk didiskusikan, tetapi masyarakat di tempat ini menyadari bahwa perubahan demi perubahan yang terjadi dalam sosial kemasyarakatan karena arus mobilisasi, transfortasi dan edukasi membawa mereka ke arah berpolitik yang serius. Perubahan
zaman telah banyak membuka cakrawala pemikiran masyarakat. Melihat bagian dimensi politik, dapatlah dikatakan bahwa masyarakat di kelurahan Tewah telah mengalami partisipasi politik aktif. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan bersama Ketua PPK Tahun 2009, maka dalam pantauan yang dilakukan, terlihat masyarakat telah ambil bagian secara proaktif. 3.
Partai Peserta Pemilu Legislatif 2009 Di Kelurahan Tewah Pada dasarnya, haruslah diakui masyarakat Indonesia secara umum dan
masyarakat di Kelurahan Tewah secara khusus, mengalami perubahan-perubahan yang signifikan dalam arus kehidupan politik. Sebelum Pemilu 2009, sistem dan struktur politik di Indonesia telah mengalami banyak transformasi yang sangat mendasar. Dunia politik yang selama ini terkesan sebagai aktivitas para elite politik telah menyentuh masyarakat sampai di tingkat lokal (daerah) bahkan sampai ke tingkat akar rumput (grass root). Partisipasi politik tidak hanya terefleksikan dalam bentuk partisipasi menyuarakan suara sewaktu Pemilu, tetapi dalam semua usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik. Reformasi 1997-1998 telah membuka sejarah baru dalam dinamika bagaimana kekuasaan diperebutkan secara demokratis. Runtuhnya rezim Orde Baru, dunia politik telah bergeser dari yang tadinya tertutup, represif, dan penuh rekayasa, sekarang telah menjadi politik yang penuh keterbukaan dan trasparansi.68 Ketika Orde Baru jatuh dan mulai dipikirkan apa yang akan dibuat untuk menyusun kembali tata politik pasca Orde Baru.69
68
Firmanzah, Persaingan, Legitimasi Kekuasaan, dan Marketing Politik, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2010), 1. 69 Bambang Setiawan & Bestian Nainggolan (ed)., Partai-Partai politik Indoneia, Ideologi dan Program 2004-2009, (Jakarta:Kompas Media Nusantara, 2004), 4.
Fakta politik inilah yang mengurai catatan politik di Indonesia.Semakin disadari bahwa wajah demokrasi di Indonesia dipenuhi oleh semangat dan kegairahan persaingan. Dilatarbelakangi pula dengan adanya sistem politik multi partai, maka masing-masing kelompok masyarakat memiliki hak untuk mendirikan partai politik. Fakta politik di masyarakat Kelurahan Tewah adalah masyarakat di tempat ini juga dapat dikatakan aktif dalam upaya pendirian partai. Dari 44 partai yang mengikuti Pemilu Legislatif Tahun 2009, terdapat 30 partai yang memiliki Pengurus Anak Cabang (PAC) di Kelurahan Tewah. 30 partai ini yang bersaing secara aktif dalam upaya merekrut sebanyak-banyaknya konstituen yang memberikan hak pilih/hak suaranya ke partai pilihan. Partai yang dimaksud adalah: Partai Hati Nurani Rakyat, Partai Karya Peduli Bangsa, Partai pengusaha Dan Pekerja Indonesia, Partai Peduli Rakyat Nasional, Partai Gerakan Indonesia Raya, Partai Barisan Nasional, Partai Keadilan Dan Persatuan Indonesia, Partai Amanat Nasional, Partai perjuangan Indonesia Baru, Partai Persatuan Daerah, Partai Pemuda Indonesia, Partai nasional Indonesia Marhaenisme, Partai Demokrasi Pembaruan, Partai Karya Perjuangan, Partai Penegak Demokrasi Indonesia, Partai Demokrasi Kebangsaan, Partai Republika Nusantara, Partai Pelopor, Partai Golongan Karya, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Damai Sejahtera, Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia, Partai Bulan Bintang, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Patriot, Partai Demokrat, Partai Kasi Demokrasi indonesia, Partai Indonesia Sejahtera, Partai Merdeka, Partai serikat Indonesia. 70
70
Wawancara, Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan Tewah ( Tewah: 21 September 2011),
Data ini menunjukkan adanya perubahan dalam dimensi politik. Pemilu Legislatif Tahun 2009 dijadikan momentum politik yang dapat dikatakan sangat berguna bagi pembelajaran politik. Pada pelaksanaan Pemilu Legislatif Tahun 2009, harus pula diakui bahwa masyarakat di Kelurahan Tewah diajak berpartisipasi, mengalami proses pembelajaran politik. Hal ini dapatlah dipelajari mulai dari proses rekruitmen dari pihak partai kepada mereka yang diambil menjadi anggota partai peserta pemilu bahkan yang di calonkan menjadi calon anggota legislatif.
C.
PEMPUAN dAN POLITIK DI TEWAH PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2009 KABUPATEN GUNUNG MAS
1.
Peluang Politik Bagi Perempuan Di Kelurahan Tewah Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 Kehadiran UU No 2 tahun 2008 tentang partai politik yang mengakomodir
30% keterwakilan perempuan dalam pendirian dan pembentukan partai politik dan kepengurusan partai politik dan Pasal 53 dan pasal 55 UU No 10 Tahun 2008, ditentukan minimal 30% keanggotaan perempuan di parlemen.UU politik tersebut memberikan peluang yang cukup besar bagi perempuan di Tewah untuk masuk dalam bursa Pemilu Legislatif Tahun 2009. Dengan adanya ketersediaan kuota 30% adalah merupakan peluang yang baik bagi perempuan yang terjun di bursa pemilihan anggota Legislatif. Di Kabupaten Gunung Mas tersedia 20 kursi untuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah71. 71
Wawancara, Andar Ardi, Anggota DPRD Kabupaten Gunung Mas Periode 2009-2014 ( Kuala Kurun: 13 September 2011).
Dengan adanya 30 Pengurus Anak Cabang partai peserta pemilu 2009, adalah sarana politik bagi perempuan di Kelurahan Tewah untuk berjuang dalam mewujudkan cita-cita politiknya. Menurut wawancara bersama caleg perempuan yang mengikuti bursa Pemilu Legislatif Tahun 2009: Siti Hilmiah dari Partai Golongan Karya, no urut 1 (Tewah: 31 Agustus 2011). Pemilu Legislatif Tahun 2009, memberikan kesempatan politik yang baik, apalagi dengan mendapatkan no urut yang sangat strategis. Selanjutnya dikatakan, bahwa pihak keluarga (Suami dan keluarga besar) memberikan dukungan baginya untuk masuk dalam bursa pencalegkan, karena menimbang bahwa partai yang merekrutnya (aktif di Partai Golkar sejak tahun 2005) adalah partai besar yang sudah dikenal masyarakat luas. Pemilu Legislatif Tahun 2009 ini dipandang pula sebagai Pemilu yang membuka kesempatan bagi yang memiliki motivasi politik yang jelas. Permasalahannya mengapa ia tidak lolos, itu karena konstituen cukup memiliki kebingungan dalam memilih Caleg, karena banyaknya jumlah caleg pada waktu itu. Berbicara mengenai kesiapan politik, dapat dikatakan cukup, bahkan mengenai danapribadi yang dikeluarkan untuk kampanye pendekatan konstituen dipersiapkan sebanyak Rp 120.000.000,- (ikut membantu sarana ibadah: Masjid, Gereja, Balai Hindu Kaharingan). Perolehan suara memang tidak mencapai target. Karena target awalnya diperkirakan mendapat 800 suara, ternyata suara yang didapatkan hanya 288 suara. Tetapi walaupun demikian ia katakan tidak pernah ada rasa penyesalan dan itu hanyalah pembelajaran politik. Ketika penulis menanyakan apakah memiliki keinginan untuk dicalonkan kembali di Pemilu Legislatif 2014? Dijawab, memang sampai sekarang masih aktif di partai dan
dalam rutinitas sehari-hari adalah sebagai pedagang, namun ke depan adalah melhat situasi politik di Tahun 2014.72 Peluang politik di Pemilu Legislatif Tahun 2009 memberikan sarana politik bagi perjuangan agenda politik seorang caleg. Sebagaimana disampaikan oleh Elvi Esi caleg dari Partai Demokrasi Indonesia perjuangan no urut 5, dan pada waktu itu memperoleh 373 suara. Sejak tahun 2007 ia sudah menjadi bagian dari PDIP dan mengikuti kegiatan partai. Keinginannya mengikuti bursa caleg di Pemilu Legislatif Tahun 2009, selain dicalonkan oleh partai pengusung, dibarengi pula dengan dukungan suami (Perawat di Puskesmas Tewah) dan keluarga besarnya. Adapun agenda yang ingin diperjuangkan adalah berkenaan dengan masalah pemberdayaan perempuan khususnya di Kabupaten Gunung Mas, yang di pandang belum menyentuh perempuan di tempat ini, bahkan program-program dari Badan Pemberdayaan Perempuan di Kabupaten Gunung Mas belum menjawab kebutuhan perempuan. Dicontohkan pemberdayaan perempuan di bidang politik belum pernah direalisasikan. Masalah ini menimbulkan keprihatinan, dan menjadi agenda yang ingin diperjuangkan jika terpilih. Mengenai persiapan pencalegkan Elvi Esi menjelaskan, suami memberikan dukungan penuh. Pendekatan kepada konstituen pun dilakukan, dengan memberikan pengobatan gratis dan sunatan gratis. Sehingga dana yang dikeluarkan pada waktu itu ± Rp 80.000.000,-. Kuota 30% bagi perempuan pada Pemlu Legislatif Tahun 2009,menurutnya adalah memotivasi perempuan untuk terjun di dunia politik. Meskipun tidak lolos, ia katakan tidak memiliki penyesalan, bahkan
72
Wawancara, Siti Himiah (Tewah: 31 Agustus 2011).
sampai sekarang masih aktif sebagai anggota partai. Ketika di tanya rencana di Pemilu Legislatif Tahun 2014, dijawab sambil mencermati situasi politik.73 Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kelurahan Tewah dapat dikatakan menjadi titik berangkat bagi kaum perempuan di Kelurahan Tewah secara khusus. Proses politik yang terjadi membuka peluang politik bagi perempuan di tempat ini. Konstruksi politik yang di bangun oleh partai peserta pemilu dengan merekrut perempuan sesuai dengan UU yang berlaku, merupakan faktor vital yang akan melandasi perjalanan politik perempuan di tempat ini. Proses belajar tidak akan dapat dilakukan tanpa melalui mekanisme monitoring dan mencari solusi berlandaskan data dan informasi yang diperoleh. Memang diakui persaingan adalah sesuatu yang bersifat harfiah dan terjadi di mana-mana. Seperti yang disampaikan oleh Jagau I. Bangas (Sekretaris Komisi II DPRD Kabupaten Gunung Mas Periode 2009-2014, dari DAPIL III). Dalam dunia politik, kemampuan untuk mengakumulasi dan mendapatkan sumberdaya politik menjadi suatu faktor yang sangat penting.Karena orang-orang yang mampu membangun dan mengumpulkan sumber daya politik pastilah memiliki posisi tawar-menawar yang tinggi. Perempuan yang berpolitik pada dasarnya, sejak dini menyadari konsekuensi dari politik yang diikuti.Hanya saja perempuan di Kelurahan Tewah yang mengikuti bursa Caleg pada PILEG 2009 belum memiliki pengetahuan politik yang memadai.74 Ketersediaan sarana politik (partai politik) untuk mengusung perempuan di Kelurahan Tewah untuk mencalonkan diri sebagai Calon Anggota Legislatif pada
73 74
Wawancara ,Elvi Esi., (Tewah: 27 September 2011). Wawancara, Jagau I. Bangas (Kuala Kurun: 13 September 2011).
PILEG Tahun 2009 adalah peluang yang cukup besar. Seperti yang dituturkan Pancar SH yang terpilih ( Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Gunung Mas Periode 20092013 dari DAPIL II). Adanya partai dengan ketentuan UU No 2 tahun 2008 tentang partai politik yang mengakomodir 30% keterwakilan perempuan dalam pendirian dan pembentukan partai politik dan kepengurusan partai politik, membuka peluang bagi kaum perempuan untuk mencalonkan diri merealisasikan agenda politik yang berpihak kepada keadilan bagi perempuan.75 2.
Partisipasi Politik Calon Legislatif Perempuan Di Kelurahan Tewah Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 Di Kabupaten Gunung Mas Perempuan di Kelurahan Tewah adalah komunitas yang memiliki keragaman
dalam menyikapi Pemilu Legislatif Tahun 2009. Banyak perempuan tidak tertarik dan tidak berminat untuk terlibat di dunia politik praktis. Seperti wawancara bersama dengan seorang ibu: “Politik itu kan bukan dunia perempuan, politik itu dunianya laki-laki. Politik itu keras dan perempuan tidak cocok berada dalam dunia polituk yang keras, kalau ikut berpartisipasi sebagai pemilih itu sudah hak, tetapi tidak untuk ikut mencalonkan diri jadi caleg”.76 Perbedaan cara pandang perempuan di tempat ini juga membawa perbedaan kepada sikap partisipasi politik mereka. Hal ini dapat dipelajari dari para perempuan yang ikut terlibat dalam bursa caleg Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas. Menurut Eralina, caleg dari Partai Indonesia sejahtera no urut 3: Ikut terlibat dalam bursa caleg tahun 2009 adalah pengalaman yang sangat berharga. Meski yang
75 76
Wawancara, Pancar (Kuala Kurun: 13 September 2011). Wawancara, Mery (Tewah: 15 September 2011).
ia sesalkan, rekruitmen mendadak (direkrut partai karena ketentuan UU, pada tahun 2009). Rekruitmen yang mendadak ini mengakibatkan dirinya “gagap politik”, padahal seperti yang ia katakan, “tertarik ikut bursa caleg karena berharap bisa lolos dan membawa aspirasi masyarakat untuk diperjuangkan di parlemen”. Namun apa di kata, keinginan itu ia simpan sehubungan suara yang ia dapatkan sangat sedikit (memperoleh 9 suara). Suara yang diperoleh itupun ia yakini dari pihak keluarga dekat, karena ia tidak sempat mengadakan sosialisasi dirinya keluar disebabkan rekruitmen mendadak dan tidak memiliki rencana politik yang jelas. Selanjutnya ia katakan, ia tidak jera mengikuti politik. Bahkan memiliki rencana untuk ikut dalam bursa caleg di Pemilihan Umum Legislatif Kabupaten Gunung Mas Pada Tahun 2014.77 Berbeda halnya dengan apa yang dikatakan Rusmumpung, caleg dari Partai Hati Nurani Rakyat no urut 4: “Masuk dalam bursa caleg tidak direncanakan dan saya tidak siap, pada waktu diajak oleh partai hanya disampaikan untuk melengkapi syarat. Sehingga tetek bengek administrasi di urus partai dan tidak ada mengeluaran dana pribadi. Sampai pada perhitungan suara, 4 suara yang didapatkan. Kegiatan di partai pun berakhir pada Pemilu Legislatif Tahun 2009, sekarang ia sendiri tidak mengikuti politik dan tidak memiliki rencana politik ke depan.78 Hal senada juga disampaikan oleh Rusmini, caleg dari Partai Demokrasi Kebangsaan no urut 5: “Sama sekali tidak berminat, saya diajak oleh paman saya yang ikut mencalonkan diri dan beliau di no urut 1. Saya hanya mendukung paman saya, dan saya tidak mendapatkan satu suara
77 78
Wawancara, Eralina Amd, (Tewah: 1 September 2011). Wawancara,Rusmumpung, (Tewah: 2 September 2011).
pun pada waktu itu, karena saya pun memberikan hak suara kepada no urut 1.Saya hanya menganggap itu pengalaman caleg yang pertama dan yang terakhir.79 Berbicara mengenai rekruitmen mendadak, dialami pula oleh caleg perempuan yang lain. Eng Mimi Lincia, caleg dari Partai Nasional Indonesia Marhaenisme no urut 5 menuturkan: Saya masuk Partai Nasional Indonesia Marhaenisme, diajak teman Caleg dari PNIM. Katanya untuk melengkapi syarat, saya sendiri juga tidak dijelaskan syarat seperti apa. Administrasi saya diurus pihak partai. Saya hanya mendapatkan 1 suara pada waktu itu dan saya tau itu suara saya sendiri. Sejak itu saya tidak mengikuti kegiaan PNIM dan tidak memiliki niat untuk ikut mencalonkan diri lagi. Hanya saya berharap semoga perempuan yang lain yang ikut di Pemilu Legislatif 2014 memperhatikan kesiapan politiknya.80 Mira I. Awan, caleg dari Partai Pelopor no urut 3 menceritakan pengalamanya seputar Pemilu Legislatif Tahun 2009: “Sebenarnya kalau mau jujur, saya tidak pernah mengikuti organisasi apapun. Boro-boro ikut organisasi. Keseharian saya dihabiskan oleh rutinitas pekerjaan sebagai penjual sayur. Saya tidak memiliki motivasi apapun mengenai pencalegkan yang lalu itu. Hanya saja saya di ajak masuk Partai Pelopor di tahun 2009, yang katanya melengkapi ketentuan UU. Memang suami dan keluarga besar memberikan support pada saya. Walaupun partai saya tidak melakukan kampanye secara terbuka dan saya pribadi pun tidak melakukan trik apapun, saya cukup puas ternyata suara untuk saya ada. Pada waktu itu suara yang saya dapatkan 38 suara. Perolehan itu saya dapatkan dari hak pilih kerluarga terdekat. Kedepannya saya tidak
79 80
Wawancara,Rusmini, (Tewah:3 September 2011). Wawancara, Eng Mimi Lincia ( Tewah: 5 september 2011).
memiliki minat lagi, biarlah orang lain saja yang ikut menjadi caleg di 2014. Saya sudah tidak mengikuti kegiatan partai dan juga tidak berpolitik.81 Partisipasi politik dengan mengikuti bursa caleg, adalah juga dilatar belakangi dengan keinginan untuk mensukseskan calon yang lain. Seperti dituturkan oleh Elmiwati, caleg dari Partai Barisan Nasional no urut 2: “Kalau saya ditanya politik, ya saya akan jawab mendukung yang punya dana kuat dan memiliki hubungan keluarga dengan saya. Ikut bursa Caleg bukan karena berambisi untuk lolos, tetapi bagi saya ini tahap coba-coba. Kalau lolos ya..syukur, tidak juga …saya tidak kecewa. Waktu itu saya di ajak oleh partai masuk BarNas pada awa tahun 2009.Sejak itu saya berupaya untuk memperkenalkan figur no urut 1 kepada masyarakat tanpa meminta mereka memilih saya, syukur nourut 1 1olos.Sebenarnya saya ingin mencoba lagi di Pemilu Legislatif Tahun 2014.82 Memutuskan untuk menjadi caleg di Pemilu Legislatif Tahun 2009, adalah sarana untuk mencari pengalaman dan peluang politik. Hal ini dialami oleh Santi ,caleg dari Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia no urut 4: Bagi saya, mengikuti politik kali ini adalah untuk dapat duduk di Kursi DPR. Dengan adanya Pasal 53 dan pasal 55 UU No 10 Tahun 2008, ditentukan minimal 30% keanggotaan perempuan di parlemen. Menurut saya memberikan kekuatan untuk perempuan yang ikut sebagai caleg dan memotivasi konstituen perempuan untuk mendukung suara perempuan. Tetapi saya menyadari, kesiapan politik saya sangat minim.Dengan kesiapan dana sebesar Rp 2.000.000,- tentu jauh dari cukup dan memperoleh sebanyak 36 suara.
81 82
Wawancara, Mira I. Awan (Tewah: 7 September 2011). Wawancara, Elmiwati (Tewah: 9 September 2011).
Pengalaman dalam partai juga tidak cukup, masuk partai bertepatan dengan suasana Pemilu Legislatif, yaitu pada Tahun 2009. Sosialisasi dapat dikatakan mendadak dan kampanye partai pun tidak dilaksanakan. Pengalaman kali ini memotivasi saya, jika di Pemilu Legislatif selanjutnya ada kesempatan, saya ingin memilih partai besar sebagai partai pengusung.83 Motivasi politik yang jelas turut mempengaruhi sikap dan tujuan politik dari caleg.Memiliki motivasi adalah memiliki keseriusan dalam mengambil sikap politik. Seperti wawancara bersama Natalita, caleg dari Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia : “Politik bagi saya adalah untuk memperoleh kekuasaan. Dalam berpolitik idealnya seseorang memiliki motivasi yang jelas, sehingga tidak sekedar ikutikutan.Partisipasi saya dalam Pemilu Legislatif Tahun 2009, saya sadari belum memiliki motivasi yang jelas. Ketika partai menawarkan saya untuk ikut mencalonkan diri dengan alasan saya memiliki keluarga yang luas (extended family), dengan itu saya berpeluang mendapatkan suara yang banyak adah motivasi awal saya ikut menjadi caleg. Namun saya sadari kemudian itu bukanlah motivasi politik yang cukup untuk terjun dalam bursa caleg. Kesiapan dana dan pendekatan kepada konstituen (sosialisasi) jauh-jauh hari saya rasa sangat berpengaruh. Pada waktu itu memang dilakukan pendekatan kepada konstituen secara kekeluargaan dan sosialisasi dilakukan dengan memakan dana sebesar Rp 28.000.000,-. Dan memperoleh 128 suara. Dari hal itu saya belajar untuk kedepannya, bahwa jika saya tidak siap dalam motivasi dan dana, saya memilih untuk tidak mencoba lagi mencalonkan diri.84
83 84
Wawancara, Santi (Tewah: 10 September 2011). Wawancara,Natalita (Tewah: 20 September 2011).
Berharap lolos menjadi anggota Legislatif, tentunya dimiliki Caleg sebagai sebuah harapan politik. Hal ini dituturkan oleh Rabainah, caleg dari Partai Karya Perjuangan no urut 2 : “Ketika saya sajak masuk ke Partai Karya Perjuangan (masuk menjadi anggota partai tahun 2009), yang saya pikirkan adalah coba-coba ikut berpolitik, supaya tau apa itu politik. Dipercayakan oleh partai menjadi caleg dari PKP pada awalnya saya ragu, karena saya tidak pernah mengikuti organisasi apapun sebelumnya dan berkaian pula dengan modal politik (dana). Masalah itu sempat saya utarakan, tetapi pihak partai menyanggupi dana untuk keperluan administasi dan atribut-atribut kampanye. Dukungan dari partai inilah yang memotivasi saya untuk memiliki harapan mendapatkan banyak suara dan lolos ke kursi Legislatif . Tetapi harapan itu gagal, karena saya menyadari dana dari partai tentu tidak dapat memenuhi keperluan politik saya. Suara yang saya peroleh sebanyak 36 suara. Bagi saya PILEG Tahun 2009 adalah pengalaman pertama saya berpolitik dan dari itu saya tidak memiliki keinginan untuk ikut menjadi caleg diPemilu Legislatif yang akan datang. Karena saya menyadari menjadi anggota Legislatif harus memiliki pengalaman politik yang baik dan juga memiliki modal politik yang banyak.85 Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas, diikuti dengan partisipasi caleg perempuan di Kelurahan Tewah.Partisipasi politik ke 11 orang caleg perempuan memiliki ragam motivasi, seperti yang mereka sudah mereka sampaikan. Hanya saja partisipasi dan harapan politik yang mereka miliki tidak dapat mencapai kursi Legislatif. Karena tidak ada satu pun dari mereka yang lolos.
85
Wawancara, Rabainah (Tewah: 27 September 2011).
4.
Persepsi Konstituen Di Kelurahan Tewah Tentang Perempuan dan Politik Di Tewah Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 Pemilu Legislatif Tahun 2009, diakui sebagai Pemilihan Umum Legislatif
yang banyak menghadirkan sosok perempuan. Pemilu Legislatif Tahun 2009 memberikan kesempatan dan peluang bagi perempuan untuk mewujudkan cita-cita politiknya menjadi seorang Anggota Legislatif. Ke-11 orang caleg perempuan dari kelurahan Tewah mengalami kegagalan menjadi Anggota Legislatif tentunya sehubungan dengan minimnya perolehan suara yang mereka dapatkan, seperti yang mereka tuturkan di atas. Perolehan suara tentunya berkaitan erat dengan pilihan yang dijatuhkan konstituen terhadap caleg. Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis kepada beberapa orang konstituen di Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kelurahan Tewah. Penulis mendapatkan data mengenai pilihan yang dijatuhkan dan persepsi mereka terhadap Perempuan dan Politik, khususnya caleg perempuan di Kelurahan Tewah yang telah mengikuti bursa caleg di Kabupaten Gunung Mas Tahun 2009. Figur Politik selain wajahnya familiar, tentunya diperhitungkan pula pengalaman politiknya. Seperti yang dituturkan, Tutut (Pegawai Kelurahan Tewah): “walaupun saya tidak tau banyak tentang apa itu politik, tapi saya juga memahami kalau orang yang ikut berpolitik haruslah orang yang mempunyai kemampuan untuk berpolitik. Terbiasa berbicara didepan orang banyak dan bukan mendadak jadi caleg. Di Pemilu Legislatif yang lalu itu saya tidak memilih perempuan, karena saya tau mereka baru ikut politik.86 Senada dengan itu disampaikan pula oleh Mery (seorang pedagang sembako):” Saya selalu bilang politik itu keras, kalau cuma sekedar untuk 86
Wawancara, Tutut ( Tewah: 28 September 2011).
melengkapi syarat, lebih baik tidak usah ikut, jadinya memang tidak mendapatkan suara yang banyak. Meskipun katanya perempuan harus mendukung perempuan, tapi yang didukung itu perempuan yang sudah berpengalaman dalam berpolitik apa belum”.87 Perbedaan persepsi tentang Figur Caleg Perempuan ternyata juga beragam. Seperti yang disampaikan oleh Yellie (Pegawai Kelurahan Tewah ): “Saya pada Pemilu Legislatif yang lalu memilih caleg perempuan, hanya yang saya pilih tidak lolos. Alasan saya memilih caleg perempuan, karena saya mendukung upaya mereka untuk masuk menjadi caleg. Karena tidak semua perempuan di Kelurahan Tewah , yang memiliki keberanian seperti ke-11 caleg perempuan itu. Persoalan pengalamannya dalam politik, itu akan didapatkan kemudian, yang penting berani jadi caleg itu sudah hal yang positif dan perlu diberikan apresiasi”.88 Kehadiran perempuan dalam terbentuknya Partai dan posisi di Parlemen, memberikan dampak positif bagi kaum perempuan. Ke-11 caleg perempuan di Kelurahan Tewah telah berpartisipasi secara proaktif. Kendala dalam politik tidak hanya dialami oleh caleg perempuan, tetapi juga dialami oleh caleg Laki-laki. Persoalan lolos dan tidak ke kursi Legislatif itu disebabkan banyak faktor. Tidak hanya karena caleg kebetulan seorang perempuan, tetapi karena faktor-faktor yang lain. Pemilu Legislatif Tahun 2009 adalah moment politik yang perlu untuk dijadikan pengalaman bagi caleg perempuan dan caleg laki-laki, guna lebih mempersiapkan diri ke depannya. Kesiapan diri dalam berpolitik juga adalah modal politik. Artinya
87 88
Wawancara, Mery (Tewah : 15 September 2011). Wawancara, Yellie (Tewah : 28 September 2011).
“modal politik” tidak hanya dibatasi pemahamannya pada kondisi persiapan dana saja. Mengambil keputusan untuk mencalonkan diri adalah keputusan politik yang sebaiknya disertai dengan “kesiapan politik”. Perubahan politik melahirkan perubahan dalam relasi politik perempuan dan laki-laki. Partisipasi perempuan dalam politik adalah “sesuatu” yang penting, bahkan sangat urgent saat ini. Karena tidak ada demokrasi yang sejati, jika tidak ada partisipasi masyarakat yang sesungguhnya dalam pemerintahan dan pembangunan serta partisipasi yang setara antara antara lakilaki dan perempuan dalam seluruh ruang kehidupan dan tingkat pengambilan kebijakan. 89 Perempuan dan Politik di Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas cukup menarik perhatian. Hadirnya perempuan dalam pembentukan partai dan sebagai caleg adalah kondisi politik yang membaik. Karena telah membuka kesempatan bagi perempuan secara terbuka, khususnya di Kelurahan Tewah. Persoalan yang muncul adalah tidak semua perempuan yang ikut mencalonkan diri, adalah perempuan yang menggunakan kesempatan itu untuk kerpentingan politiknya. Terkesan ketika partai merekrut perempuan adalah hanya untuk dijadikan “lompatan politik” oknum caleg dari partai itu sendiri. Disadari bahwa kesempatan politik yang terbuka bagi perempuan dapat juga dilihat sebagai momentum introspeksi bagi perempuan itu sendiri. Sehubungan dengan tantangan bagi perempuan untuk
89
Wawancara, Drs. Elisa Lamey ,LurahTewah ( Tewah : 29 September 2011).
menunjukkan jati diri dan kemampuannya dalam proses politik dan pembangunan bangsa ini.90
90
Wawancara, Hermina (Tewah:30 September 2011).