BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pelaksanaan pemberian Bantuan Hukum secara Cuma-Cuma bagi Terdakwa yang tidak mampu di Pengadilan Negeri Salatiga, kesimpulan-kesimpulan yang dapat penulis kemukakan adalah : 1. Pelaksanaan Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga merupakan salah satu program pokok guna menunjang arah kebijakan visi dan misi Pengadilan Negeri Salatiga. Selama Anggaran Tahun 2013 terdapat 163 perkara pidana masuk, dan sebanyak 57 orang Terdakwa berhak memperoleh Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma. 21 Terdakwa menggunakan haknya untuk memperoleh Bantuan Hukum dan 36 Terdakwa menolak menggunakan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma. Prosedur bagi para terdakwa untuk mendapatkan Pelayanan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga sangat jelas terlaksana secara sistematis, baik itu Prosedur mengenai tata cara dan akses bagi para terdakwa, prosedur mengenai penunjukan Advokat, serta prosedur penyelengaraan DIPA ( Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran ) berjalan dengan sangat baik.
2. Faktor Yang Mempengaruhi terselenggaranya Pelayanan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga. Faktor terselenggaranya pelaksanaan pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga di pengaruhi oleh beberapa Faktor, Yaitu : a. Faktor Prosedur. Secara normatif faktor prosedur guna menunjang terselenggaranya Pelayanan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga sudah terlaksana. Hal ini dapat dilihat dari beberapa keputusan yang telah di tuangkan melalui SAKIP(
system
Akuntabilitas kinerja Instansi
Pemerintah ) Pengadilan Negeri Salatiga Tahun 2013, yang menjelaskan DIPA Tahun 2013 ( Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran ) yang berkaitan dengan Pelayanan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga. b. Faktor Hakim. Para Hakim Di Pengadilan Negeri Salatiga mempunyai tugas utama yang dimana di jelaskan melalui Laporan akuntabilitas kinerja Instansi pemerintah (lakip) Pengadilan negeri salatiga Tahun 2013 yaitu : Tugas Hakim. Tugas utama adalah menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan semua perkara yang diajukan kepadanya. Hakim Di Pengadilan Negeri Salatiga senantiasa bertanya kepada para terdakwa dan menjelaskan mengenai keberadaan Pelayanan Bantuan Hukum dengan menyediakan jasa Advokat secara Cuma – Cuma. Dalam
hal ini para Hakim Di Pengadilan Negeri Salatiga melaksanakan etika seorang Hakim karena didalam melakukan tugasnya Hakim Di Pengadilan Negeri
memenuhi prinsip kepentingan keadilan, terpenuhinya Prinsip
Tidak Mampu dan Terpenuhinya Prinsip Hak Bantuan Hukum yang Efektif. c. Faktor Terdakwa . Keberadaan Terdakwa Di Pengadilan Negeri Salatiga sendiri selama Tahun 2013 terdapat 57 orang Terdakwa yang memenuhi syarat untuk menerima Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma. tetapi dari 57 Terdakwa tidak semuanya menggunakan Bantuan Hukum, 21 Terdakwa menerima atau menggunakan Bantuan Hukum, sedangkan 36 Terdakwa menolak untuk menggunakan Bantuan Hukum. Hal ini bisa ditarik kesimpulan bahwa Pengadilan Negeri Salatiga dalam hal Pelayanan Bantuan Hukum belum sepenuhnya maksimal, karena masih terdapat Terdakwa karena kekurang tahuan mereka mengenai Bantuan Hukum dan mereka tidak sepenuhnya percaya bahwa Pengadilan Negeri Salatiga telah menunjang haknya terkait dengan pembebasan dana Advokat yang membelanya. d. Faktor pengacara. Dalam hal melakukan pembelaan seorang Pengacara, pernah mendampingi tersangka/ Terdakwa atas Hakim secara cuma- cuma sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang – undangan Pasal 56 KUHAP ayat (2), Pasal 22 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 18 Tahun 2003 tentang
Advokat, dan Pasal 8 dan Pasal 9 UU No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum serta Pasal 2 PP No. 83 Tahun 2008. 3. Kendala Yang Dihadapi Oleh Pengadilan Negeri Salatiga Dalam Melaksanakan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma. Tidak maksimalnya pemberian Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga ini disebabkan kurangnya pemahaman para Terdakwa akan hak haknya padahal para penegak hukum yakni, penyidik, jaksa penuntut umum maupun hakim untuk mengusahakan sebaik mungkin tersedianya pengacara bagi tersangka maupun Terdakwa. Dari hasil penelitian ini dapat terlihat bahwa pada umumya mereka menganggap menggunakan pengacara dalam kasus mereka akan memerlukan dana yang besar. B. Saran
1. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, mengenai Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga, Aparat penegak hukum seharusnya lebih terbuka dan serius mengenai keberadaan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma. Karena di dalam pelaksanaannya masih banyak para Terdakwa yang tidak mengetahui fungsi, tujuan, dan untuk siapa Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma itu di berikan padahal pada prinsipnya Bantuan Hukum merupakan sebagian Hak konstitusi untuk mereka, maka dari itu tak hayal, mereka para Terdakwa menolak untuk menerima Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma.
2. Pelaksanaan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma bagi Terdakwa yang tidak mampu di Pengadilan Negeri Salatiga Penulis rasa masih kurang maksimal, karena masih banyak para Terdakwa yang menolak Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma, ini merupakan tugas Aparat penegak Hukum untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai keberadaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma . 3. Untuk ketersediaan dana DIPA khusus untuk pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma, sangat masih kurang apabila di perhitungkan, bagaimana tidak untuk biaya satu perkara yang dibutuhkan untuk beracara secara Cuma – Cuma Pengadilan Negeri harus menyediakan dana Rp 1000.000 untuk biaya pengacara, sedangkan dari hasil penelitian pada tahun Anggaran 2013 Terdakwa yang memenuhi syarat untuk mendapatkan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma mencapai 57 Orang. Melihat ketersediaan dana DIPA tahun Anggaran 2013 khusus untuk pemberian Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma hanya tersedian sebesar Rp 11.958.000, bagai manakah seandainya sebanyak 57 orang tersebut menerima Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma . Mengingat ketersediaan dana hanya 11.958.000 hanya cukup untuk 11 Orang Terdakwa yang mendapatkan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma.