38
BAB III PEMIKIRAN ABAH ANOM DAN MODEL KURIKULUM BAGI REHABILITASI KORBAN NARKOTIKA A. Biografi Abah Anom 1. Riwayat Hidup dan Latar Belakang Keluarga Abah Anom yang berarti “Kiyai Muda” adalah Kiyai Haji Ahmad Sohibul Wafa Tajul Arifin. Ia dilahirkan pada tanggal 1 Januari 1915 di Suryalaya, desa Tanjungkerta, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia. Ia putra kelima Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad, pendiri Pondok Pesantren Suryalaya. Ibunya bernama Hajjah Juhriyah. Saudarasaudaranya ialah Ny. H. Sofiyah (seayah lain Ibu), Ny. H. Sukanah, H. Dahlan, Ny. Hj. Saadah, Ny. Uwas, Ny. Didah, Ny. H. Y. Juhriyah, dan K.H. Noor Anom Mubarok, B.A (Saudara seayah lain Ibu).1 Putra-putri Abah Anom ada empat belas Orang dan seorang anak tiri dari istrinya yang pertama Ibu Euis Siti Ru‟yanah (Ibu Euis Siti Ru‟yanah menderita sakit sepulangnya dari Mekah hingga wafat, 1974-1978). Mereka adalah Hj. Tutu Ruhiat Mintapradja, B.A. (lh. 1940, anak tiri), H. Dudun Nur Saidudin (lh. 1942), Aos Husnifalah (lh. 1943), N. Nonong (lh. 1945), Didin Hidir Arifin dan Ny. Oneng Hesyati (kembar lahir 1947), Endang Jafar Sidiq (lh. 1949), Ny Otin Khodijah (1951), H. Kakan Zulkarnen (lh. 1952), Memet Ruhimat (1954-1979), Ny. H. Ati Unsuryati (lh. 1956), Ny. Ane Utia Rohayane (lh. 1958), Baban
1
Harun Nasution, dkk, Thariqah Qodariyyah Naqsabandiyyah: sejarah, Asal-Usul, dan Perkembangannya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991). hlm. 113.
39
Ahmad Jihad (lh. 1960), dan Ny. H. Nia Iryanti (lh. 1962).2 Selain ketiga belas Putra-putri tersebut, Abah Anom dikaruniai lagi seorang putra dari istrinya yang kedua Ny. H. Yoyoh Sofiyah dan di beri nama Ujang Muhammad Mubarok Qadiri (lh. 1986).3 2. Riwayat pendidikan dan karir Abah Anom Pada usia delapan tahun, “Kiyai Muda” telah Masuk sekolah dasar (Vorvolig Scool) di Ciamis antara tahun 1923-1928. Selepas sekolah dasar, ia masuk sekolah menengah Madrasah Tsanawiyah, di Ciamis Tasik Malaya. Pada tahun 1930-1931 ia memulai perjalanan menuntut ilmu agama Islam secara lebih khusus. Ia mulai belajar Fiqih (Hukum Islam) dari seorang Kiyai terkenal Peantren Cicaring Cianjur, Jawa Barat. Di Pesantren ini pula Abah Anom secara Khusus memperoleh Ijazah tulis menulis huruf Arab, Al-Qur‟an Maupun Hadist. Ketika itu, tulis menulis huruf Arab dikenal dengan istilah harupat tujuh. Tidak puas mengeruk ilmu dari pesantren Cicariang, Abah Anom pun mengaji Fiqih, Nahwu, Sorof, dan Balagah kepada kiyai ternama Pesantren Jumbudwipa, Cianjur, Jawa Barat. Di Pesantren ini, dikaji Fiqh madhab Syafi‟i, seperti umumnya pesantren lain. Setelah mengaji sekitar dua tahun di Jambudwipa, ia melanjutkan kepesantren Gentur, Cianjur. Ketika itu, Pesantren tersebut diasuh oleh Ajengan Syatibi. Ia dikenal sebagai seorang Ulama serba bisa, baik ilmu Fiqih, Kalam, Tafsir, Hadist maupun “alat” (Nahwu shorof dan
2
Riwayat Hidup K. H. A. Sohibulwafa Tajul Arifin, dikelarkan pada tanggal 1 Oktober 1985 dan di tandatangani Oleh K.H.A Sohibulwafa Tajul Arifin. Lihat: Soebakin Soebardi, The Pesantren Tarikat Of Pesantren Suryalaya in West Java”. SPECTRUM, Essay presented to SUTAN TAKDIR ALISJAHBANA on his seventieth brithday, (Ed.) S. Udin Jakarta, Dian Rakyat, hlm. 215-236. 3 Pernikahan Abah Anom dengan Yoyoh Sofiah dilaksanakan pada tahun 1978.
40
Balaghoh). Di Pesantren ini Abah Anom giat belajar siang dan malam. Ia amat dekat dengan Ajengan sehingga ia mondok di dapur rumah Ajengan tersebut. Dua tahun kemudian, 1935-1937, Abah Anom melanjutkan kegiatan belajarnya di Pesantren Cireungas, Cimelati, Sukabumi, Jawa Barat. Pesantren ini terkenal sekali, terutama kepemimpinan Ajengan Atjeng Mumu yang ahli hikam dan silat. Selain memperoleh ilmu Agama, di Pesantren ini Abah Anom memperoleh Banyak pengalaman dalam banyak hal; ia memperoleh pengalaman berburu ke Hutan hingga pengalaman bagaimana mengelola dan memimpin sebuah pesantren. Ia ikut membangun pisik Pesantren tersebut. Sejak pemugaran tanahnya hingga berdirinya Pondok Pesantren dengan Masjidnya. Ia pun belajar silat, disamping kesukaanya berburu bersama Aki Danu dari Ciawul, Cikawung, dan beberapa orang lainya. Biografi Abah Anom diatas menunjukan bahwa dalam usia relatif muda, delapan belas tahun, ia telah banyak menguasai ilmu-ilmu Agama Islam. Di samping itu, kiranya ia pun tertarik sekali oleh dunia pesantren dengan seluk beluknya pada saat itu. Oleh karena itu, pantas jika ia telah dicoba dalam usia muda itu untuk menjadi wakil Talqin Abah sepuh. Percobaan ini nampaknya juga memberi ancangan bagi persiapan memperoleh pengetahuan dan pengalaman keagamaanya. Kegemaranya bermain silat dan kedalaman rasa bahasanya dipertajam lagi di Pesantren Citengah yang dipimpin oleh H. Djunaidi di Panjalu yang terkenal ahli “alat” jago silat, dan ahli hikmat. Maka tak mengherankan jika
41
sejak dini Abah Anom telah menguasai ilmu hikmah untuk olah batin dan ilmu silat untuk olah lahir.4 Setelah menginjak usia 23 tahun, Abah Anom menikahi Euis Siti Ruyanah. Tidak lama setelah menikah, tanpa berbulan madu terlebih dahulu dengan istri yang baru dinikahinya layaknya pasangan suami istri yang baru ijab kabul, ia justru diberangkatkan ayahnya ketanah suci Makkah pada 1938 menumpang kapal laut “Semprong Bulao” milik perusahaan Belanda. Ia pergi ziarah ke Tanah Suci bersama Simri Hasanudin (Mantan kepala desa Tanjungkerta, keponakan Abah Anom). Perjalnan menuju jazirah Arab itu memakan waktu lima belas hari. Setelah berlabuh di Jeddah, perjalanan dilanjutkan menuju Makkah dengan menunggang unta selama dua hari dua malam ditengah cuaca yang panas menyengat. Kemudian, mereka menempuh perjalanan dari Makkah ke Madinah dengan menunggang unta pula setelah 22 malam perjalanan ia tiba ia tiba di Madinah untuk berziarah mengunjungi makam Nabi Saw. Yang selalu dikirimi shalawat dalam tawasul tarekat Qadariyah Naqsyabandiyah. Setelah berziarah ke Madinah, Abah Anom kembali ke Makkah dan selama bulan Ramadhan ajengan muda ini banyak menghabiskan waktu untuk mengikuti berbagai pengajian bandungan di halaqah yang ada di Masjidil Haram, baik halaqah yang mengajarkan ilmu tafsir maupun hadist. Halaqah-halaqah
4
Harun Nasution dkk, Thariqah Qodariyyah Naqsabandiyyah: sejarah, Asal-Usul, dan Perkembangannya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991), hlm. 113-115.
42
pengajian itu dapat diikuti dengan baik karena ia menguasai bahasa Arab dan telah terbiasa memahami literatur kitab kuning.5 Ketika berada di Makkah, Abah Anom banyak berhubungan dengan ajengan dari Garut bernama Syaikh Romli yang kebetulan telah diangkat sebagai wakil talqin ayahandanya, Abah Sepuh. Syaikh Romli memiliki majelis diskusi ilmu tasawuf (ribath naqsyabandi) di sekitar jabal qubais yang banyak dikunjungi orang-orang dari berbagai negara. Syaikh Romli dikenal sebagai alim dengan dengan penguasaan ilmu tasawuf, tetapi juga mengamalkan ilmu itu dalam prilaku keseharian. Selama di Makkah Abah Anom sering menghabiskan waktu untuk berzikir di Masjidil Haram. Selepas zikir, ketika matahari terbit pada pagi hari, hal pertama yang rutin dilakukanya adalah mengunjungi Ribath Naqsyabandi yang digelar Syaikh Romli untuk muzakarah kitab Sirr Al-Asrar dan Ghunyah Al-Thalibin, dua kitab tasawuf karya Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani. Kesemptan itu digunakan sebaik-baiknya
untuk
memaknai
dan
merenungkan
terkandung dalam karya Sulthanul Auliya ini.
makna-makna
yang
Di sampin itu, ia juga giat
menelaah karya-karya tasawuf lainya.6 Setelah bermukim di Makkah selama tujuh bulan Abah Anom pulang ke tanah air pada 1939. Perjalanan panjang itu memberinya pengalaman berharga dan menambah khazanah pengetahuanya dalam berbagai bidang, meliputi ilmu tafsir, hadist, fikih, kalam (Teologi), dan tasawuf yang merupakan inti ilmu agama. 5
Asep Slahudin, Abah Anom Wali Fenomenal Abad 21 & Ajaranya, (Jkarta: PT Mizan Publika, 2013), hlm. 31-32. 6 Juhaya S. Pradja, “TQN Suryalaya dan Perkembanganya Pada Masa Abah Anom” Dalam Thariqah Qodariyyah Naqsabandiyyah: sejarah, Asal-Usul, dan Perkembangannya, (Bandung: IAILM, 1990), hlm. 117.
43
Sekembalinya tahun 1939, beliau membantu ayahnya dengan mengajar di Pesantren Suryalaya dan membantu juga peperangan untuk memperjuangkan kemerdekaan (1945-1949). Di tahun 1953, beliau di tetapkan untuk memimpin pesantren suryalaya dan bertindak sebagai wakil talqin Abah Sepuh. Sepanjang priode 1953-1926, Abah Anom aktif dalam membantu Dewan Angkatan Perang Indonesia menentang pemberontakan Kartosuwiryo. Selama 1962-1995, beliau membantu pemerintah untuk daerah Suryalaya di sektor pertanian, pendidikan, lingkungan, sosial, kesehatan, politik dan kooperasi. Beliau mendapat banyak pujian dari pemerintah yang pada akhirnya dianugrahi penghargaan seperti Satya Lencana Bhakti Sosial (Penghargaan untuk pengabdian sosial) dan Kalpataru (suatu penghargaan terkemuka yang diberikan kepada mereka yang memberikan kontribusi dalam pemeliharaan lingkungan, dan lainlain).7 3. Kontek Sosial Setelah proklamasi kemerdekaan tahun 1945. Situasi saat itu mengharuskan Abah Anom ikut serta mempertahankan kemerdekaan di samping tetap membina umat. Ia ikut serta secara aktif bersama-sama Brig. Jend. Akil untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. Setelah negara terlepas dari ancaman asing, gangguan muncul dari DI/TII. Pondok Pesatren Suryalaya menghadapi tantangan berat. Pihak DI/TII menganggap Pesantren Suryalaya sebagai musuh karena berpihak kepada TNI. Tentu saja Abah tidak tinggal diam, bersama para santri ia mengakat
7
Sri Mulyati, Peran Idukasi Tarekat Qodariyah Naqsyabandiyah dengan Referensi Utama Suryalaya, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 213-214.
44
senjata yang disuplai TNI.8 Perlawanan ini masih terus berlanjut sekalipun Abah Sepuh wafat (1956). Penyerenagan DI/TII beralasan pada prasangka, bahwa pihak pesantren bersekutu dengan negara, maka disebarlah isu bahwa Pesantren Suryala tidak mendukung tegaknya syari‟at Islam di Indonesia yang diusung DI/TII. Secara Syar‟i pihak pesantren bukan berarti tidak mendukung tegaknya syari‟at Islam di Indonesia. Hanya saja cara mereka mengusung idealisme itu yang salah. Ini jelas bertentangan dengan wasiat (tanbih) Almarhum Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad. Dalam salah satu tanbih yang ditandatangani Abah Anom, Mursyid Thariqah Qadariyah Naqsbandiyah ini berpesan agar berhati-hati dalam segala hal. “Saat mengambil sikap jangan sampai bertentangan dengan Agama dan Negara”. Demikian salah satu pesan Kyai Ajengan Godebag ini. Tidak kurang dari tiga puluh delapan kali Pesantren mendapat serangan dari DI/TII antara tahun 1950/1960. Pondok Pesantren Suryalaya dengan gigih membela warga dan masyarakat dari gangguan kekacauan DI/TII, yang dikenal masyarakat denga sebutan Grombolan. Upaya Pondok Pesantren dihargai benar oleh pemerintah sebagaimana tertuang dalam tanda penghargaan T & T III SILIWANGI Resimen Infantri 11 yang dikeluarkan pada tanggal 17 Agustus 1956. Bahwa penghargaan diberiakan kepada Adjengan Haji Shohibulwafa (Abah Anom), sebagai penghargaan atas sikap keistimewaan yang telah diperlihatkan dalam
menjalankan
kewajibanya
membantu
penyelesaian
keamanan/
pembangunan di Kampung. Abah Anom dinilai “actief” dalam memimpin serta memupuk Rakyat dan menyelamatkan dari ancaman-ancaman pihak grombolan. 8
Harun Nasution dkk, Thariqah Qodariyyah Naqsabandiyyah: sejarah, Asal-Usul, dan Perkembangannya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991), hlm. 118.
45
Surat penghargaan siliwangi diatas jelas menunjukan kedudukan Abah Anom sebagai pembina sosial umat/rakyat dan pembela negara. Saat gangguan DI/TII reda. Kondisi perekonomian masyarakat sangat mengkhawatirkan. Melalui pesantren yang dikelolanya Abah bersama-sama masyarakat bergerak untuk lebih memacu pertumbuhan ekonomi masyarakat. Bersama penduduk, Abah membangun irigasi untuk mengatur pengairan pertanian. Membuat kincir angin untuk pembangkit tenaga Listrik. Kegiatan ini mengundang perhatian menteri kesejahteraan Rakyat Suparyogi beserta jend. H.A Nasution berkunjung ke Suryalaya untuk meninjau kegiatan pembangunan yang dilakukan Abah Anom, pihak pesantren dan penduduk setempat (1958). Abah pun menjadi mobilisator dalam program Self Supporting Beras (SSB) atau swasembada beras diwilayahnya, yaitu dengan menulis semacam makalah dalam bahasa sunda dan disebarluaskan ke masyarakat Jawa Barat. Alur penyampaian makalah tersebut berbentuk kinanti. Begitupula saat peristiwa G30S/PKI meletus di tahun 1965, pesantren suryalaya tidak tinggal diam, pihak pesantren malah merangkul mantan anggota PKI yang ingin insyaf dibina, dididik kembali agar bersikap tidak bertentangan dengan Agama dan Negara. Hal tersebut adalah salah satu sikap bijak yang dimiliki Abah. Sebagai seorang sufi Abah memang populer dengan sifat pemaaf, welas asih, bijak, arif, lembut dan lain-lain. Kepada yang bersalah abah tak pernah “mengetuk palu” dan memberi vonis mutlak terhadap kesalahan yang telah diperbuat. Dalam menyikapi berbagai persoalan yang terjadi serta ketidak beresan berbagai prilaku manusia , abah selalu melihat dari kacamata lain yang penuh
46
dengan kebijaksanaan. Menurut mayjen Purn H. Sukriya Atmadja, pembantu khusus sesepuh PP. Suryalaya, hal itulah yang membuat dirinya serta para ikhwan lainya berupaya untuk mencontoh keteladanan-keteladanan sikap yang telah diperagakan begitu indah oleh Abah Anom. Almarhum yang telah malang melintang dalam dunia militer akhirnya menemukan bahtera sejuk dalam sikap Abah Anom yang penuh dengan keteladanan. Kebesaran jiwa Abah Anom yang senantiasa tawadhu, welas asih dan berakhlak tanbih seyogyanya di ikuti dengan sungguh-sungguh oleh orang-orang yang sedang belajar padanya atau yang mengaku muridnya. Karena keteladanan itulah yang hakikinya akan menjadi kebanggan Abah Anom, dalam istilah lain menjadi sosok yang dibanggakan oleh guru.9 Terlihat pula kebesaran jiwa Abah Anom melalui implikasi pemikirannya bagi rehabilitasi korban narkotika berdasarkan terapi zikir dapat menumbuhkan kepekaan sosial, menumbuhkan solidaritas sosial dan sikap saling menolong terhadap sesamanya. Selain itu korban narkotika mempunyai rasa sayang baik terhadap dirinya, keluarganya maupun sesama manusia.10 4. karya-karya Abah Anom dan corak Pemikiranya Karya-Karya Abah Anom diantaranya sebagai berikut: Kitab Mitah Al-Shudur (Kunci Pembuka Hati untuk membantu kita memahami konsep asli Abah Anom tentang pokok-pokok penting Tasawuf).
9
Lihat Nuqthoh: Bacaan Pembela Hati Edisi khusu amaliyah TQN, (Ciamis: Yayasan Pesatren Simarasa), hlm. 129-131. 10 M. Solihin, Terapi Sufistik Penyembuhan Penyakit Kejiwaan Perspektif Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2004). hlm. 119.
47
Kitab Uquudul Jumaan (Tuntunan bagi para ikhwan/akhwat didalam melaksanakan amaliyah tarekat Qadariyah Naqsyabandiyah pondok pesantren Suryalaya) Buku „Ibadah Sebagai Metode Pembinaan Korban Penyalahgunaan Narkotika Dan Kenakalan Remaja” (sebagai Silabus yang diterapkan untuk merehabilitasi Remaja pecandu Narkotika di 22 pondok Remaja Inabah). Buku Akhlak al-karimah berdasarkan Mudawamah Dzikrullah (Sebagai manual untuk berkhotbah “Da‟wah”). Sikap
dan
kepribadian
Abah
Anom
dalam
menjalankan
roda
kepemimpinanya tercermin dari “motto hidup” yang selalu disampaikan sendiri atau dibacakan oleh wakilnya pada setiap pertemuan tarekat. Motto ini ditulis dalam bahasa Sunda sebagai berikut: RANGGEUYAN MUTIARA Ulah Ngewa Ulama anu sejaman Ulah nyalahkeun kena pengajaran batur Ulah mariksa murid batur Ulah medal sila upama kapanah Kudu asih ka jalma anu mikangewa ka maneh.11 UNTAIAN MUTIARA Jangan benci pada ulama sejaman Jangan menyalahkan pengajaran orang lain
11
Dikutip dari Uqudul Juman, hlm. 11.
48
Jangan memeriksa murid orang lain Jangan berubah sikap meskipun disakiti orang Harus menyayangi orang yang membenci kamu. Dari untaian mutiara ini dan juga berdasarkan beberapa karyanya yang disebutkan diatas, dapat diduga bahwa Abah Anom selalu bersikap toleran dan tidak antagonistik terhadap faham-faham keagamaan yang berbeda. Meskipun acapkali datang sorotan dari ulama sejaman, yang menganggap Abah Anom tengah menyebarkan ajaran bid‟ah dan sesat. Dia selalu bersikap santun kepada murid-muridnya dan hormat kepada para tamu yang datang dari segala lapisan masyarakat. Seperti halnya bahasa yang dituangkan dalam tulisan ataupun diungkapkan dalam ceramah-ceramah, dalam komunikasi dengan sesama orang sederhanapun dia selalu berbahsa indonesia, fasih berbahasa Arab, dan pandai berbahsa jawa. Ceramah atau wejangan Abah Anom dirasa menyentuh lubuk hati para pendengarnya. Sebagai model keagamaan (tarekat) yang telah lama berkembang dalam sejarah Islam di negara ini, sebetulnya corak ajaran dan ritual yang dikembangkan Abah Anom di Suryalaya secara umum tidaklah berbeda dengan yang dikembangkan oleh para pendahulu mereka ataupun oleh guru-guru tarekat yang sama di tempat-tempat lain. Namun begitu, Abah Anom secara khusus telah berusaha memberikan keterangan atas ilmu tarekat yang diajarkan oleh pencetusnya, Syaikh Ahmad Khotib Sambas. Oleh karena itu dibawah ini digambarkan keterangan mengenai inti ajaran dan praktik ritual yang berlaku
49
dikalngan penganut TQN Pondok Pesantren Suryalaya, berdasarkan kitab-kitab karangan Abah Anom. Di dalam kitab Miftahus Shudur, Abah Anom menyebutkan secara tidak langsung bahwa “tarekat itu pada hakekatnya adalah zikir”, dikatakan zikir adalah pekerjaan
yang
sangat
utama
serta
merupakan
wasilah
yang
dapat
menghubungkan manusia dengan Tuhanya.12 Zikir dimaksud ialah mengucapkan kalimat la ilaha illa Allah, atau kalimat nafi dan isbat, sebagaimana umat islam pada umumnya juga menyebutkan sebagai kalimat tayyibah (baik) atau kalimat tauhid. Menurutnya pula kalimat ini dapat membuka hati manusia dan membersihkan jiwa dari segala kotoran. Bagi orang yang senantiasa mengucapkan kalimat tersebut, akan memperoleh bermacam-macam kebaikan (karunia) Tuhan.13 Telah menjadi ketentuan umum berlaku di dalam tradisi tarekat, bahwa tatkala seorang hendak mengamalkan ajaranya, maka ia harus belajar terlebih dahulu kepada sang guru. Langkah ini didalam TQN Pondok Pesantren Suryalaya disebut talqin14 atau “peringatan guru kepada calon murid”, yang maksudnya adalah baiat sebagaimana berlaku pada perguruan tarekat lain. Dalam rangka talqin atau baiat itu juga terungkap “kesanggupan yang dinyatakan calon murid dihadapan guru untuk mengamalkan dan mengerjakan segala kebajikan, khususnya pengamalan tarekat”. Orang yang berwenang memberikan talqin
12
Miftahus Shudur, hlm. 9. Pernyataan tersebut didasarkan al-Qur‟an Ibid, hlm. 15. 14 Kata talqin adalah masdar dalam bahasa Arab dari kata kerja laqqana, yulaqqinu, artinya, pelajaran. Baca Louis Ma‟luf, Al-Munjid fi al-lugah wa al-alam (Berikut: Dar Al-Musrif, 1986), hlm. 465. 13
50
adalah guru mursyid (Syaikh), tetapi bisa juga orang lain yang memperoleh kewenangan dari mursyid, yaitu mereka yang biasa disebut wakil talqin.15 Kedudukan mursyid sangat penting dalam proses talqin itu, Abah Anom dan para wakilnya beralasan antara lain atas firman Tuhan:
Artinya: “Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah diatas tangan mereka maka barang siapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar”. (QS. Al-Fath: 10). Berarti mursyid dipandang ahli zikrullah. Ditekankannya bahwa menjadi seorang ahli zikir itu sebagai guru adalah wajib. Kewajiban itu berimplikasi pada perbuatan ma‟siat (durhaka kepada Allah dan Rasulnya), manakala seseorang tidak mempunyai mursyid. Peran mursyid tidak hanya memberikan pelajaran tentang zikir itu secara lahir, melainkan juga membimbing para murid bagi ketersambungan (silsilah) pengamalan zikrullah itu. Oleh karena itu seorang mursyid yang tidak ada hubungan silsilahnya dengan Nabi, dianggap terputus kelimpahan cahaya dan ia tidak menjadi waris dari Rasulullah.16 Disinilah kalangan TQN Pondok Pesantren Suryalaya berpegang teguh pada kesahan mata rantai mursyid, Abah Anom sebagai mursyid terakhir merupakan urutan yang ke37 dalam silsilah tarekat. 15
Juhaya s. Praja, Model Tasawuf Menurut Syari‟ah: penerapanya dalam perawatan Korban Narkotika dan Berbagai Penyakit Jiwa, (Tasikmalaya: PT. Latifah Press, 1995), hlm. 15. 16 Miftahus Shudur, hlm. 47.
51
Dalam praktik zikrullah itu, mursyid mengajarkan hendaklah dilaksanakan denga jahar (suara keras) dan khafi (bisikan hati). Zikir jahar adalah mengucapkan kalimat la ilaha illa Allah. Mursyid mengajarkan cara melafalkan kalimat tersebut, seperti halnya teknik yang diajarkan Syaikh Ahmad Khatib Sambas. Lalu mursyid meminta para murid untuk melakukan zikir jahar sebanyak tiga kali. Sesudahnya mereka diberi penjelasan tentang zikir khafi, seraya mereka juga diminta untuk menundukan kepala kearah dada sebelah kiri sambil melafalkan kata Allah berulang-ulang dengan suara hati. Pelafalan zikir khafi seiring berbarengan dengan detak jantung. Di dalam kitab miftahus Shudur, Abah Anom memberikan penekanan lebih lanjut mengenai praktik zikir jahar itu. Bila guru-guru tarekat yang lain memberikan pemaknana jahar hanya cukup dilisankan saja, maka bagi TQN Pondok Pesantren Suryala harus dengan suara yang keras dan pukulan gema yang kuat. Arti penting cara berzikir seperti ini, menurut pandangan Abah Anom karena hati laksana batu,17 maka zikrullah tidak akan berbekas kepada kekusutan hati, kecuali dengan kekuatan yang luar biasa pula. Bersamaan dengan suara yang keras itu perhatian pengamal zikir harus bulat (tawajjuh) kepada Allah. Pada gilirannya zikir kalimat tayyibah dengan cara seperti itu dalam tempo satu jam, belum tentu sama hasilnya dengan ucapan kalimat lain dalam tempo satu bulan.18 Sementara itu ditetapkan frekuensi pengulangan zikir sebanyak 165 kali, didasarkan pada pengkalian 5 (jumlah waktu sholat) dengan hitungan 33 zikir biasa (tasbih, tahmid, dan takbir) sebagaimana ditentukan dalam hadist Nabi. 17 18
Baca QS. 2:74. Miftahus Shudur, hlm. 27.
52
Belum ada keterangan lain, sejauhmana hasil yang dapat dirasakan oleh para pengamal zikrullah, selain dari suasana batin yang dirasakan mereka sebagai ketenangan jiwa serta kemantapanya dalam mendekatkan diri kepada ilahi, dan mereka merasa terhindar dari bujukan hawa nafsu serta godaan syetan. Abah Anom memandang tarekat yang dikembangkanya sebagai “jalan kepada Tuhan yang harus ditempuh berdasarkan keseimbangan antara aspek Syari‟at (lahir) dan aspek hakekat (batin). Sebab pola keseimbangan demikian merupakan inti pelaksanaan ajaran islam yang sebenarnya”.19 Oleh karena itu mursyid tarekat Qadariyah Naqsyabandiyah ini memberikan dasar-dasar ajaran bagi penganutnya. Kesenangan dunia itu tidak harus jadi penghalang seseorang untuk zikrullah. Para murid diperkenankan untuk memenuhi segala kebutuhan duniawi atau keinginan syahwatnya, sepanjang tu dihalalkan agama dan ternyata dapat menguatkan mereka beribadat. Orang boleh berpakaian yang bagus dan makan atau minum yang sedap, agar dia dapat merasakan nikmat Tuhan bersifat lahiriyah. Begitu pula setiap insan bebas mengembangkan profesinya dalam urusan dunia itu, tetapi mereka hendaknya mengambil tarekat agar hati mereka tidak lupa kepada Tuhan dan bisa terhindar dari perbuatan dosa.20 B. Kitab Miftahus Shudur dan Kandunganya Miftah al-Shudur adalah risalah utama Abah Anom tentang teori dan amalan TQN. Tampaknya karya ini terselesaikan pada tahun 1968, seperti yang
19 20
Ibid, hlm. 47-49. Ibid, hlm. 54.
53
dinyatakan dalam kacamata sejarah yang diteliti oleh Sri Mulyati dalam buku Peran Edukasi Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah Referensi utama Suryalaya.21 Di salah satu dari versi naskah terpelihara di Pesantren Suryalaya sendiri, penulis temukan bagian pertama (satu-satunya bagian yang terdiri) sebelumnya ditulis pada Rabi‟ al-Tsani tahun 1388 H (1968). Lebih awal, nasakah sayangnya tidak bertanggal, tampak seperti suatu draf bagian dari permulaan bagian pertama, disusun karena hanya sedikitnya halaman. Adakalanya penulis mengacu pada naskah selanjutnya mengenai muatan Miftah al-Shudur, mengutip naskah yang tidak utuh dan tercerai berai “Versi Pertama” dan salinan dibagian pertama tahun 1968 sebagai “versi kedua”. Meskipun demikian, atas dasar informasi ini, penulis setidaknya menyatakanya melalui kacamata sejarah dari teks pada bagian pertama yang kebanyakan diselesaikan pada tahun 1968. Kitab Miftah al-Shudur berbahasa Arab karya Syaikh K.H. A Shohibul Wafa Tadjul Arifin r.a ini pernah diterjemahkan oleh Bapak prof. Dr. H. Aboebakar Atjeh pada tahun 1969, sebagai kepentingan peningkatan dan pengembangan pengajaran tarekat. Orang lebih banyak mengakses versi asli berbahasa Arab melalui buku yang berjudul Thoriqot Qadariyah Naqsabandiyah; Sejarah Asal Usul, dan Perkembanganya, diedit oleh Harun Nasution dan diterbitkan oleh Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyahnya TQN (IAILM) pada 1991 (edisi revisi). Pada halaman 261-324, versi bahasa Arab, dicetak dan diterbitkan ulang dari naskah yang tampaknya telah disiapkan pada 1990 untuk cetakan pertama dari buku. Pada tahun 2005 K.H Noor Anom Mubarok, B.A menyerahkan kepada Drs. Anding Mujahidin M, Ag, untuk diterjemahkan kembali kedalam bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami secara luas. Dicetak dan diterbitkan oleh PT.
21
Sri Mulyati, Peran Idukasi Tarekat Qodariyah Naqsyabandiyah dengan Referensi Utama Suryalaya, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 293.
54
Laksana Utama 2005, Adapun penerbitan kali ini juga merupakan ungkapan rasa syukur dalam menyambut datangnya tahun baru Hijriah 1 Muharam 1426 H.22 Struktur Miftah al-Shudur seperti yang diperkenalkan adalah sebagi berikut:23 Bagian Juz I 1. Muqadimah (Pendahuluan), pentingnya zikir secara umum. 2. Fasal satu, berbicara tentang inti sari zikir al-nafy wa al-itsbat (peniadaan dan pernyataan) dalam zikir. 3. Fasal Dua, menguraikan kayfiyah (prosedur/ tata cara) tentang zikir aljahr (zikir dengan suara keras). 4.
Fasal Tiga, menjelaskan asal talqin (inisiasi) dan al-„ahd (kesetiaan).
5. Fasal Empat, menjelaskan kewajiban menyebutkan silsilah Tarekat yang kembali ke Nabi Muhammad SAW, hal yang pling penting dibutuhkan untuk dipahami bagi setiap murid. Kemudian, bagian akhir ditambahkan penggambaran mengenai tata cara sehari-hari untik diikuti setiap murid, seperti halnya khatm al-Qadiriyah yang tidak ditemukan dalam naskah tersebut. Bagian Juz II 6. Fasal Lima, menekankan pentingnya ingat kepada Allah (zikrullah) dan pengaruhnya terhadap pendidikan agama seseorang untuk memberikan dampak kecerdasan Rohani.
22
Anding Mujahidin, Kunci Pembuka Hati (Miftahus Shudur), Ed. Noor Anom Mubarok, (Jakarta: PT. Laksana Utama, 2005), hlm. kata Pengantar. 23 Sri Mulyati, Peran Idukasi Tarekat Qodariyah Naqsyabandiyah dengan Referensi Utama Suryalaya, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 292-293.
55
7. Fasal Enam, menggambarkan bagaimana cara memperlemah setan dalam diri seseorang dengan mengamalkan zikrullah (setan merana karena zikir kepada Allah). Dari struktur Miftahus Shudur di atas, penelitian ini akan membahas point satu fasal pada bagian fasal Lima (Dampak zikir terhadap pendidikan rohani seseorang), seperti dipaparkan Sri Mulyati, salah seorang peneliti dalam buku disertasinya Peran Edukasi Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah dengan referensi utama Suryalaya:24 Abah Anom telah menulis satu bab di Miftahus Shudur tentang isu ini, yang diberi judul fi Bayan zikir Allah wa atharihi fi al-tarbiyat al-rohaniyah. Praktik zikir mempunyai banyak manfaat. Abah Anom, dalam awal bab ini memberikan keterangan: Ketahuilah bahwa tarekat guru kita adalah tarekat zikir, dan bukan tarekat lainya. Tarekat zikir itu terdiri dari zikir dengan lidah dan zikir dengan hati. Dengan zikir akan tercapai kemenangan, tercapai permohonan dan tercapai segala apa yang dikehendaki. Zikir itu dari Allah dan kembali ke Allah dan bersama dengan segala sesuatu. Jika seseorang ada urusan ke sesuatu yang lain, tinggalkan dan cepat kembali berzikir, karena disitu terdapat asma yang menjulang sampai kelangit. Abah Anom lebih lanjut menjelaskan bahwa, ketika seseorang melaksanakan zikir, hati seseorang akan bersama Tuhan dan Tuhan akan bersamanya. Dia tidak pernah jauh. Orang akan mengenal-Nya dan Tuhan akan mengenal-Nya. Siapa pun yang mengenal Allah, akan mengetahui kebijaksanaan. Abah Anom kemudian mengutip surat al-Kahf (18:30): inna la nudi‟u ajra man ahsanu „amala (sesungguhnya kami tidak melalaikan mereka yang melaksanakan perbuatan yang terbaik). Menurut Abah Anom, Syaikh percaya bahwa zikrullah mencapai hasil terbaiknya manakala award dan ahzab terbuaka bagi para pemiliknya (ashabiha), melalui pengaruh (atsar) dari zikrullah adalah penting bahwa semua murid yang melkukan suluk kepada Tuhan agar melalui pintu zikir yang khusus ini, sebab akarnya kukuh (ashlun tsabit) di bumi dan cabangya menjulang kelangit. Dalam pandangan Abah Anom, tujuan zikrullah adalah mencegah umat muslim dari pada kelalaian, karena kelalaian ini dapat melahirkan maksiat. Jadi zikir dapat membantu orang untuk meninggalkan maksiat. Abah Anom mengingatkan kepada ikhwan untuk tidak melupakan zikir baik di lidah maupun di hati, bahwa orang yang mempunyai hati (ulul al-albab), adalah yang hatinya bisa mengingat-Nya baik sembari berdiri, duduk, dan berbaring. 24
Ibid, hlm. 388-392.
56
Para alim „ulama (al-arifin) mengatakan bahwa rezeki lahir diberikan kepada manusia jika mereka mau mengerjakan badanya, sedangkan rezeki internal diberikan jika mereka menggerakan hatinya. Qur‟an mengatakan bahwa tentu saja, zikir adalah cara terbaik untuk meyembuhkan hati agar hati tentram (alRa‟d 13:28). Dari penjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa Abah Anom mendorong orang untuk bekerja keras untuk kepentingan keduanya; hidup di dunia dan alam selanjutnya. Dua jenis rezeki itu dapat dicapai dengan melakukan usaha fisik dan usaha rohani. C. Tarekat Qadariyah Naqsbandiyah Di Pondok Pesantren Suryalaya 1. Historis TQN di Pondok Pesantren Suryalaya Di Indonesia bentuk tarekat yang telah memberikan corak keagamaan tertentu adalah Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah yang termasuk jajaran Tarekat mu‟tabarah dengan kualifikasi kejelasan silsilahnya, yakni bersambung langsung kepada Nabi dan Ajarannya sesuai dengan syari‟at yang berlandaskan al-Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.25 Ajaran tarekat yang telah melekat pada pribadi seorang muslim dapat dilihat dalam kehidupan sehari-harinya terutama setelah ia melakukan shalat fardhu dalam bentuk amalan dzikir. Pada Pondok Pesantren Suryalaya ritual tarekat sangat mudah dijumpai terutama di masjid Pesantren setelah melakukan shalat fardhu atau waktu-waktu tertentu. Tarekat Qadaritah Naqsybandiyah di Suryalaya dikenal sebagai salah satu Pusat TQN yang aktif dan dinamis. Syaikh Abdullah Mubarak, beliau ditunjuk sebagai khalifah Tarekat Qadaritah Naqsybandiyah (TQN) oleh Syaikh Tholhah
25
Sri Mulyati, Tarekat -Tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2004) hal.vii.
57
cirebon (1825-1935) yang telah terbaiat kepada Syaikh Abdul Karim Banten ketika belajar di Makkah.26 Syaikh Tholhah adalah seorang murid Syaikh Ahmad Khotib Sambas (Pendiri TQN w. 1875). Syaikh Tholhah memiliki murid utamanya adalah seorang Kyai muda dari Tasikmalaya, Abdullah Bin Nur Muhammad (Abah Sepuh). Semula Syaikh Tholhah menunjuk putranya Kyai Malawi untuk menjadi penggantinya, sebelum putranya itu meminta izin untuk pergi kemakah dan tinggal disana beberapa tahun untuk belajar. Ketika pulang ia meminta ayahnya untuk tidak menunjukanya sebagai khalifah TQN karena ia terlibat dalam pemberontakan kedondong didaerah cirebon pada tahun 1890. Karena masalah ini terus berkepanjangan melawan pemerintah Belanda, ia beralasan bahwa TQN dapat terganggu dibawah kepemimpinanya. Demi kelangsungan Tarekat, Syaikh Tholhah kemudian menunjuk muridnya, Abah Sepuh dari Tasikmalaya untuk menjadi Khalifahnya dalam sebuah upacara di rumahnya di Trusmi, pada Tahun 1908. Syaikh Tholhah wafat pada tahun 1935, dan dimakamkan dekat makam sunan Gunung Djati.27 ketika berusia 54 tahun mula-mula Abah Sepuh membentuk sebuah pengajian di Tundagan. Walaupun demikian kita belum tahu pasti apakah pengajian itu dimaksudkan untuk mengajar Islam secara umum atau sebagai sebuah pusat penyebaran TQN menurut keinginanya sendiri karena ia belum menerima penunjukan dari Syaikh Tholhah sampai dengan tahun 1908. Pengajian ini 26
Sri Mulyati, et al, mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah Di Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 265. 27
Ibid, hlm. 267.
58
kemudian pindah dari Tundagan ke Cisero dan akhirnya pada tahun 1901/02, kekampung Godebeg yang terletak disebelah atas sungai Citanduy. Lokasinya terletak dekat sebuah jalan yang sangat aktif sebuah jalan pintas antara Ciawi dan Cirebon melalui penimbangan, panjalu, Kwali, dan Kuningan, sangat strategis dari segi perjalanan. Pada tahun 1905 di Godebeg inilah beliau akhirnya beliau mendirikan Pondok Pesantren Suryalaya. Tidak lama sesudah itu beliau secara resmi ditunjuk oleh Syaikh Tolhah sebagai Khalifahnya pada tahun 1908, pada saat berusia 72 tahun. Tanggapan yang diberikan masyarakat untuk hal ini sangat luas dan positif. Namun begitu ada juga pendapat yang berbeda mengenai ajaran tarekat, khususnya mereka yang tidak memercayainya, antara lain pejabat kolonial Belanda dan juga sebagian masyarakat yang mempercayai bahwa kegiatan tarekat sebagai sebuah enovasi (Bid‟ah). Tuduhan ini menjadi semakin melemah dari waktu kewaktu karena kesabaran dan keikhlasan yang ditunjukan Abah Sepuh dan pengikutnya sebuah tradisi yang kemudian diteruskan Oleh Abah Anom hingga sekarang, walaupun diakui pada permulaan perkembangan tarekat oleh Abah Sepuh , TQN mengahadapi banyak rintangan. Pada tahun 1907 Syaikh Tholhah datang mengnjungi dan menyaksikan kegiatan-kegiatan Pondok Pesantren Suryalaya dan untuk menunjukan kebanggan terhadap muridnya, yakni Abah Sepuh. Pada salah satu pandangan batinya Syaikh Tolhah menyampaikan Bahwa Pondok Pesantren Suryalaya suatu saat kelak akan
59
menjadi pusat perkembangan TQN dan meyakini akan kemakmuranya dimasa yang akan datang.28 Perkembangan TQN dari Cirebon ke Suryalaya diperkuat oleh ikatan perkawinan yang dijalin antara putra Syaikh Tolhah, Raden H.K Munadi dan Putri Abah Sepuh, Hj. Sukanah. Hubungan yang pada mulanya antara seorang guru dan murid, kemudian menjdi hubungan kekeluargaan. Abah Sepuh, ketika beliau berusia 116 tahun, pada saat itu beliau telah menyiapkan putranya yang kelima, Abah Anom untuk menggantikanya sebagai pimpinan tarekat. Sejak waktu itu kedepan, murid-murid mereka menyebut keduanya Abah Sepuh dan Abah Anom. Abah Sepuh memiliki sejumlah gelar dan nama, misalnya Ajengan Godebag, dan Syaikh Mubarok. Karena alasan kesehatan dan keamanan, Abah Sepuh kemudian pindah ketasikmalaya, dimana ia menghabiskan hari-hari terakhirnya di rumah murid, H.O. Sobari. Beliau wafat pada tanggal 25 Januari, 1956 pada usia 120 tahun.29 2. Dasar-dasar TQN di Pondok Pesantren Suryalaya Adapun dasar-dasar TQN agar dapat mencapai tujuan sebagaimana tertulis diatas, dijelaskan oleh Tuan Syaikh sendiri yaitu sebagai berikut: 1. Tinggi Cita-cita, barang siapa yang Tinggi cita-citanya maka menjadi tinggilah martabatnya.
28
Achmad Sanusi, “Abah Sepuh dan Pembentukan TQN Pondok Pesantren Suryalaya” dalam Thariqh Qadariyah Naqsabandiyah, ed. Harun Nasution, (Tasikmalaya: Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah, 1990), hlm 99. 29 Achmad Sanusi, “Abah Sepuh dan Pembentukan TQN Pondok Pesantren Suryalaya”, 104. Menurut sebuah buku yang ditulis oleh salah seorang putra dari Abah Sepuh, Ny. Didah Rosidah, Abah Sepuh wafat pada 1 Januari, 1956. Lihat Didah Rosidah Mubarok, Riwayat Abah Sepuh (Syaikh H. Abdullah Mubarok bi Noor Muhammad) Pendiri Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya Jabar (Tasikmalaya, 1986), hlm. 33.
60
2. Memelihara kehormatan, barang siapa memelihara kehormatan Allah, Allah akan memelihara kehormatnaya. 3. Memperbaiki hidmat, barang siapa memperbaiki khidmat, ia wajib memperoleh rahmat. 4. Melaksanakan cita-cita, barang siapa berusaha mencapai citacitanya, ia akan selalu memperoleh hidayah-Nya. 5. Membesarkan nikmat, barang siapa, membesarkan nikmat Allah berartia ia bersyukur kepada Allah. Barangsiapa bersyukur kepadaNya maka ia akan mendapatkan tambahan nikmat sebagai yang dijanjikan Allah.30 3. Ajaran TQN di Pondok Pesantren Suryalaya Doktrin tarekat Qadariyah Naqsabandiyah yang diajarkan oleh pesantren Suryalaya pada dasarnya merupakan ajaran pendirinya, Syaikh Ahmad Khotib asSambasi. Pemimipin-pemimpin Suryalaya Ini menegaskan bahwa tarekat Sufinya didasarkan atas Al-Qur‟an dan hadist. Dalam kitab Miftah al-Shudur (Kunci Pembuka Dada), Abah Anom banyak mengutip banyak Ayat Al-Qur‟an dan Hadist sebagi dasar tarekat sufi. Mereka mengacu pada materi-materi semisal zikir, talqin (instruksi), bay‟ah (sumpah setia), dan silsilah. Untuk mendukung ajaranya, dia juga mengacu kepada pemikiran beberapa sufi kenamaan sepserti Syaikh Abdul Qadir Jailani, Syaikh Baha al-Din al-Naqsyabandi. Dan Al-Ghozali. Ajaran TQN di Pesnatren Suryalaya dikembangkan oleh dua Tokoh utama yaitu Abah sepuh, dan penerus beliau yakni putraya sendiri K.H Shohibulwafa 30
Lihat Nuqthoh: Bacaan Pembela Hati Edisi khusu amaliyah TQN, (Ciamis: Yayasan Pesatren Simarasa), hlm. 6.
61
Tdjul‟arifin (Abah Anom). Abah Sepuh mejelaskan ajaran TQN melalui ceramahceramah beliau di Masjid-masjid dan pertemuan-pertemuan nonformal dirumah murid-muridnya. Jadi jelaslah bahwa ajaran TQN belum tertulis dengan rinci pada masa tersebut.sementara itu, pada zaman Abah Anom ajaran TQN mulai ditulis dan dikembangkan dalam kitab Miftah al-shudur. Menurut Abah Anom tujuan dari kitab ini adalah untuk mencapai ketenangan dalam kehidupan di Dunia dan kebahagian nanti di Akhirat.31 Di mata para pengikut tarekat sufi di Indonesia, tarekat Qadariyah Naqsabandiyah yang berpusat di Pesantren Suryalaya, mengklaim tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran dasar islam, tidak juga merupakan unsur tambahan padanya. Tarekat ini memiliki akar-akar yang sangat mendalam pada doktrin islam. Disamping Al-Qur‟an dan Hadist, para pengikut tarekat sufi ini juga menganut dua sumber hukum islam lainya, yaitu Ijma‟ (Konsensus ulama) dan Qiyas (analogi). Ini digunakan terutama dalam upaya untuk menerangkan halhal yang tidak dijelaskan oleh Al-Qur‟an dan Hadist Nabi. Praktik-praktik Tarekat Qadariyah Naqsbandiyah diamalkan, setidaknya memiliki tiga tujuan, sebagaimana yang dikemukakan dalam risalah Abah Anom yang berjudul Asas Tujuan Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah. Tujuanya di ungkapkan dalam sebuah do‟a harian, yang dilakukan setidaknya tiga kali setiap harinya setelah sholat wajib. Do‟a yang dimaksud adalah “ “ilahi anta maqshudi wa ridloka mathlubi, a‟tini mahabataka wa ma‟rifataka” (Ya Allah, engkau
31
Edisi cetakan Kitab Miftah al-Shudur ada dalam Tahariqot Qadariyah Naqsbandiyah Sejarah Asal-Usul dan Perkembangan Harun Nasution ed. (Tasikmalaya: Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah, 1991), hlm. 275.
62
adalah Tujuanku dan ridhomu adalah hasrat-Ku, berikanlah daku cintamu dan ma‟rifat-Mu). Karena diamalkan sebagai ritual harian, do‟a ini merupakan syarat untuk menjadi pengikut Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah Pesantren Suryalaya. 32 Dinyatakan oleh Asep Salahudin dalam buku Abah Anom: Wali Fenomenal Abad 21 dan ajaranya‟ pada sub bab Empat ritual TQN:33 Karena tarekat merupakan sisi Islam esoteris, ritual sehari-harinya didominasi ritual keagamaan yang berdimensi sufistik, termasuk juga pesan-pesan yang disampaikan para pendakwahnya. Ritual yang dijalaninya tidak hanya dimaknai secara harfiah, tetapi juga dipahami kandungan maknanya. Ritual tarekat Qadariyah Naqsabandiyah, seperti disampaikan salah seorang ikhwan dan menantu Abah Anom, Rakhmat Effendi, meliputi empat hal, yaitu bulanan (manakiban), mingguan (khataman), dan harian (zikir), serta ritual insidentil (riyadhah). Diantara empat ritual itu ada yang dilakukan secara kolektif (manakiban), kolektif dan perorangan (khataman dan zikir), dan juga perorangan (riyadhah). Tabel ritual Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah pesantren Suryalaya: 34 N0 JENIS SIFAT KETERANGAN RITUAL 1. Zikir Harian Dilakukan Ikhwan dan “pertunjukan ritual” ini dapat bersifat Individual, juga Kolektif. Ada yang nyaring (dengan suara keras/Jahr) dan ada juga yang tidak disuarakan (Khafi) 2. Khataman Mingguan Dilakukan perorangan atau juga kolektif dengan mengacu pada “Kurikulum” dan buku pedoman yang telah dibuat mursyid. 3. Manakiban Bulanan Dilakukan Ikhwan dipusat Suryalaya sebulan sekali dan dihadiri semua Ikhwan dari berbagai daerah, dalam dan luar Negeri, dapat juga dilakukan oleh setiap Ikhwan (tidak harus disuryalaya). 4. Riyadhah Insidentil Suluk dalam tarekat Qadariyah Naqsabandiyah untuk meningatkan kualitas jiwa. Riyadhah ini 32
Zulkifli, Op. Cit, hlm. 162-163. Asep Slahudin, Abah Anom Wali Fenomenal Abad 21 & Ajaranya, (Jkarta: PT Mizan Publika, 2013), hlm. 125. 34 Ibid, hlm. 126-127. 33
63
diantaranya meliputi : 1). Mandi malam selama empat puluh hari; 2). Melek (tidak tidur) empat puluh hari; 3). Beubeutian selama empat puluh hari; 4). Niis (makan-makanan tidak beragam) selama empet puluh hari; 5). Kemanusaan dengan cara tidak makan daging selama empat puluh hari; 6). Kamalaikatan yaitu mandi empat puluh kali setiap malam hari dan badan harus kering dengan sendirinya (tidak memakai handuk), dan; 7). Hisbul yaman selama empat puluh hari. Para ikhwan TQN Suryalaya meyakini bahwa ritual-ritual itu akan mendatangkan berkah, kemudahan rezeki, dan solusi atas segala persoalan hidup. Keyakinan ini selaras dengan alam pikiran para ikhwan tarekat. Mereka meyakini, misalnya, bahwa ritual manakiban akan membawa perubahan baik Psikologis-emosional maupun fisikal dalam kehidupan komonitas secara kolektif maupun kehidupan personal setiap ikhwan. Ritual itu mereka maknai sebagai jembatan untuk mendatangkan ketenangan dan kedamaian. Para pemimpin (petugas) ritual juga menyampaikan bahwa ajaran tarekat seperti zikir yang dilakukan dengan tulus akan melahirkan ketenangan jiwa. Sebutan Abah Sepuh dan Abah Anom itu tampaknya tidak hanya sekedar pengetahuan umum, namun dari pengalaman ikhwan diketahui bahwa jika kedua nama tersebut disebut. Banyak dari mereka seakan-akan menangkap dan merasakan ada sesuatu pesan kebajikan dari kedua beliau tersebut. Kedua profil tersebut dikenal luas bukan karena jabatan tinggi dengan kekuasaan formal dalam pemerintahan atau organisasi sosial-politik kemasyarakatan tetapi karena apresiasi terhadap kepribadian dan keberhasilan keduanya dalam mengembangkan dan mengamalkan ajaran tarekat.35 4. Silsilah TQN Pondok Pesantren Suryalaya
35
M. Solihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 222-223.
64
Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah ini memiliki susunan silsilah yang sudah jelas dan tidak terputus dari awal sampai akhir, berikut ini adalah silsilah Tarekat tersebut:36 Allah Rabbul Alamin Sayyiduna Jibril alaihis salam Sayyiduna Muhammadul Muktharu S.A.W Sayyiduna „Ali karromallahu wajhah Sayyiduna Husain Rodhiyallahu „anhu Sayyiduna Zainal „Abidin Rodhiyallahu „anhu Sayyiduna Muhammad Baqir Rodhiyallahu „anhu Sayyiduna Ja‟far Shadiq Rodhiyallahu „anhu Sayyiduna Imam Musa al-Kazhim Rodhiyallahu „anhu Syaikh Abul Hasan „Ali bin Musa arridho Rodhiyallahu „anhu Syaikh Ma‟ruuf al-Kharkhi Rodhiyallahu „anhu Syaikh Sirri as-Saqothi arridho Rodhiyallahu „anhu Syaikh Abul Qasim Al-Junaedi al-Baghdaadi Rodhiyallahu „anhu Syaikh Abu Bakrin Difli as-Syibli Rodhiyallahu „anhu Syaikh Abul Fadli atau Abdul Wahid at-Tamiimi Rodhiyallahu „anhu Syaikh Abul Faroj at-Thurthuusi Rodhiyallahu „anhu Syaikh Abul Hasan „Ali bin Yusuf al-Qirsyi al-Hakaari Rodhiyallahu „anhu Syaikh Abul Sa‟id al-Mubarok bi Ali al-Makhzuumi Rodhiyallahu „anhu Syaikh Abdul Qadir al-Jaelani Rodhiyallahu „anhu
36
Abah Anom, Uqudul Jumaan “Dzikir Harian, Khotaman, Wiridan, Tawassul, Silsilah”, (Tasikmalaya: PT. Mudawwamah Warohmah, 2014), hlm. 62-70.
65
Syaikh „Abdul Aziz Rodhiyallahu „anhu Syaikh Muhammad al-Hattak Rodhiyallahu „anhu Syaikh Syamsuddin Rodhiyallahu „anhu Syaikh Syarofuddin Rodhiyallahu „anhu Syaikh Nuuruddin Rodhiyallahu „anhu Syaikh Waliyyuddin Rodhiyallahu „anhu Syaikh Hisyamuddin Rodhiyallahu „anhu Syaikh Yahya Rodhiyallahu „anhu Syaikh Abu Bakrin Rodhiyallahu „anhu Syaikh „Abdurrohim Rodhiyallahu „anhu Syaikh „Utsman Rodhiyallahu „anhu Syaikh „Abdul Fattah Rodhiyallahu „anhu Syaikh Muhammad Murod Rodhiyallahu „anhu Syaikh Syamsyudin Rodhiyallahu „anhu Syaikh Ahmad Khotib Syambas Ibnu „Abdul Ghoffar Rodhiyallahu „anhu Syaikh Tholhah Rodhiyallahu „anhu Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad Rodhiyallahu „anhu Syaikh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin Rodhiyallahu „anhu 5. Tujuan TQN di Pondok Pesantren Suryalaya Tujuan TQN sama dengan tujuan islam itu sendiri, yaitu menuntun manusia agar mendapat ridho Allah, sejahtera di Dunia dan bahagia di Akhirat. Tujuan TQN tergambar dalam muqadimah yang mesti dibaca oleh setiap ikhwan manakala ia akan melakukan zikrullah. Kalimah di maksud adalah “illahi anta maksudi waridhoka matlubi a'tini mahabbataka wama'rifataka” (Tuhanku,
66
enkaulah yang aku maksud dan keridhoan-Mu yang aku cari. Berilah aku kemampuan untuk bisa mencintai-Mu dan Ma‟rifah kepada-Mu). Do‟a tertulis diatas oleh para ikhwan Tarekat Qadariyah Naqsbandiyah setiap habis sholat wajib dibaca minimal tiga kali sebagai mukodimah untuk mengamalkan zikir. Dalam do‟a tersebut terkandung empat macam tujuan TQN itu sendiri, yaitu: 1. Taqorrub ilallah Subhanahu wa Ta‟ala Ialah mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan zikrullah yang mana dalam hal ini dapat dikatakan tak ada sesuatupun yang menjadi tirai penghalang antara Abid dengan Ma‟bud, antara Khaliq dengan Makhluk. 2. Menuju jalan Mardhotillah Ialah menuju jalan yang diridhoi Allah SWT. Baik dalam Ubudiyah maupun diluar Ubudiyyah. Alhasil dalam segala gerak gerik manusia diharuskan
mengikuti/
menaati
perintah-perintah
Tuhan
dan
mejauhi/meninggalkan larangan-larangnanya. Hasil dari itu, diantaranya: budi pekerti menjadi baik, akhlaknya pun baik dan segala hal ihwalnya menjadi baik pula, nbaik yang berhubungan dengan Tuhan, maupun yang berhubungan antara manusia dengan manusia dengan Makhluk Allah dan insyaAllah tidak akan lepas dari keridhoan Allah SWT. 3. Kema‟rifatan (al-Ma‟rifat); melihat Tuhan dengan mata hati. 4. Kemahabahan (kecintaan) terhadap Allah “Dzat Laisa ka-mislihi Syaiun” yang mana dalam mahabah itu mengandung keteguhan jiwa dan kejujuran hati. Kalau telah tumbuh mahabbah timbulah rupa-rupa hikmah,
67
diantaranya membiasakan diri dengan selurus-lurusnya dalam hak zahir dan batin, pula bisa keadilan yakni dapat menetapkan sesuatu pada tempatnya dengan sebenar-benarnya. Peranan dari mahabbah datang pula belas kasihan kepada sesama makhluk, diantaranya cinta pada nusa, kesegala bangsa beserta agamanya. Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah ini ialah salah satu jalan buat membukakan diri agar supaya tercapai arah tujuan yang tersebut diatas tadi. Dari uraian tentang asas dan tujuan TQN diatas, terlukis dengan jelas bahwa tujuan hidup dalam TQN adalah 1) taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah) dengan jalan ibadah. 2) mendapatkan keridhoan Allah (mardatillah). 3) almahabah (mencintai Allah) dan 4) al-ma‟rifah (mengenal Allah). Untuk mendapat ridho Allah, manusia harus komitmen terhadap ajaran Allah yang landasanya adalah tauhidulloh. Apapun aktifitas kehidupan manusia, semuanya harus berawal dari tauhidullah berjalan pada jalan yang diridhoi Allah dan berakhir menuju ridho Allah. Indikator manusia yang mendapat ridho Allah ialah ia diberi kemampuan oleh Allah untuk ma‟rifat kepada Allah, mulai dari ma‟rifat (mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah) ma‟rifat af‟al (mengenal Allah lewat perbuatan Allah) dan sampai kepada ma‟rifat Zat (mengenal Allah melalui Zat Allah dengan cara kasyf). Indikator kedua bagi orang yang mendapat ridho Allah ialah ia mencintai Allah (mahabbah ilallah). Ciri orang yang mahabbah kepada Allah ialah cinta
68
berzikir kepada Allah dan tanda orang yang benci kepada Allah ia tidak senang berzikir kepada Allah.37 D. Gambaran umum Pesantren Suryalaya dan Inabah sebagai terapi kejiwaan korban Narkotika. Kompleks Pondok Pesantren Suryalaya terletak disebuah lembah yang sangat indah, diapit oleh dua pegunungan, Gunung Cakrabuana dan Gunung Sawai. Di belakangnya mengalir sungai Citanduy, batas teritorial yang alami antara kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya. Letak pesantren merupakan wilayah yang subur dan sangat sejuk udaranya. Selama bertahun-tahun menjadai pusat wilayah yang dikuasai oleh pergerakan Darul Islam, yang dipimpin oleh Kartosuwiryo, yang menjadi tempat berlindung pada tahun 1950-an. Pesantren Suryalaya terletak 9,5 kilometer dari jalan utama Bandung-Tasikmalaya, sekitar 30 kilometer sebelah utara sebelum Tasikmalaya. Jalan kecil ini mengarah ke Pesantren dan Kota Suryalaya dan juga melewati desa/Kampung yang ramai, berpenghuni padat. Rute tidaklah terpencil karena masih bisa di lewati dengan kendaraan.38 Pada saat memasuki kompleks Pondok Pesantren Suryalaya, kita akan temukan deretan bangunan yang mengelilingi masjid besar 2 lantai, yang diberi nama Nurul Asrar. Pada sisi kiri, depan masjid, ada sebuah rumah dimana Abah Anom dan sekeluarga bertempat tinggal. Puncak menara masjid dihiasi dengan lafadz “Allah”. Sebuah tulisan arab yang bersinar diterangi oleh lampu di malam hari, menyala ditengah-tengah lembah yang gelap. Lafadz “Allah” di lihat sebagai 37
Lihat Nuqthoh: Bacaan Pembela Hati Edisi khusu amaliyah TQN, (Ciamis: Yayasan Pesatren Simarasa), 4-5. 38 Soebakin Soebardi, “The Pesantren Tarekat of Suryalaya in West Java” dalam Spectrum; Essaypresented to Sutan Takdir Alisyahbana on his serventieth Birthday, ed. S. Udin (Jakarta: Dian Rakyat, 1978), hlm. 2018.
69
lambang cahaya kesucian di hati manusia yang merupakan inti sari pengajaran di Pesantren tersebut. Selain terdapat gedung sekolah, ada juga dua asrama, satu untuk laki-laki, ditempatkan dekat dengan gedung sekolah dan kantor yayasan, dan yang lain untuk perempuan yang terletak dibelakang rumah kyai. Ditempat terpisah, ada kampus besar yang bernama Institut Islam Latifah Mubarokiyah, selain terdapat ruangan-ruangan untuk ceramah kuliah, kampus mempunyai hall/aula serbaguna yang besar yang dapat digunakan untuk konference, pertemuan-pertemuan, pameran, atau bahkan untuk aktivitas olahraga. Ada juga sebuah perpustakaan dan masjid dalam kompleks institut. Semua aktivitas pesantren diarahkan untuk mencapai sasaran yang diinginkan, yaitu memberikan pelatihan dan intruksi dalam praktik TQN berdasar pada prinsip dan tujuan utama yang telah dirumuskan oleh Abah Anom. Beberapa prinsip yang telah diberikan sebagai berikut: taqarrub, atau pendekatan kepada Allah; mencari keridaan Tuhan, mardatillah, yaitu jalan yang diberkati oleh Allah, pengakuan dan cinta Tuhan. Marifat dan mahabah; intuitif dan mengarahkan kepada Tuhan.39 Pondok Pesantren Suryalaya merupakan salah satu pesantren ditanah air yang namanya terkenal sampai kemanca negara. Pesantren ini dikenal sebagai tempat orang-orang yang ingin belajar mensucikan dirinya dengan metode Thariiqah Qadariyah Naqyabandiyah (TQN). Kepopuleran pesantren pimpinan pangersa Abah Anom ini antara lain dengan keberhasilanya menyembuhkan berbagai macam penyakit sosial khususnya yang diakibatkan penyalahgunaan narkoba 39
Sri Mulyati, Peran Idukasi Tarekat Qodariyah Naqsyabandiyah dengan Referensi Utama Suryalaya, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 208-210.
70
dengan program Inabah nya hingga puluhan ribu orang telah merasakan nikmatnya kembali hidup di jalan Allah. Pesantren yang berdiri 5 September 1905 ini, hampir tiap hari dikunjungi banyak orang dengan aneka macam keperluan, mulai dari yang ingin Tholabul „ilmi sampai mereka yang ingin belajar dzikir denagan metode Thariqah Qadariyah Naqsbandiyah (TQN).40 yang sudah memberikan buktinya nyata dapat memberikan urgensi penyembuhan bagi korban narkotika. Pondok Pesantren Suryalaya dirintis oleh Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad atau yang dikenal dengan panggilan Abah Sepuh, pada masa perintisannya banyak mengalami hambatan dan rintangan, baik dari pemerintah kolonial Belanda maupun dari masyarakat sekitar. Juga lingkungan alam (geografis) yang cukup menyulitkan. Namun Alhamdullilah, dengan izin Allah SWT dan juga atas restu dari guru beliau, Syaikh Tholhah bin Talabudin Kalisapu Cirebon semua itu dapat dilalui dengan selamat. Hingga pada tanggal 7 Rajab 1323 H atau 5 September 1905, Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad dapat mendirikan sebuah pesantren walaupun dengan modal awal sebuah mesjid yang terletak di kampung Godebag, desa Tanjung Kerta. Pondok Pesantren Suryalaya itu sendiri diambil dari istilah sunda yaitu Surya = Matahari, Laya = Tempat terbit, jadi Suryalaya secara harfiah mengandung arti tempat matahari terbit. Pada awalnya Syeikh Abdullah bin Nur Muhammad sempat bimbang, akan tetapi guru beliau Syaikh Tholhah bin Talabudin memberikan motivasi dan 40
Lihat Nuqthoh: Bacaan Pembela Hati Edisi khusu amaliyah TQN, (Ciamis: Yayasan Pesatren Simarasa), hlm. 139.
71
dorongan juga bimbingan khusus kepadanya, bahkan beliau pernah tinggal beberapa hari sebagai wujud restu dan dukungannya. Pada tahun 1908 atau tiga tahun
setelah
berdirinya
Pondok
Pesantren
Suryalaya,
Abah
Sepuh
mendapatkan khirqoh (legitimasi penguatan sebagai guru mursyid) dari Syaikh Tholhah bin Talabudin Seiring perjalanan waktu, Pondok Pesantren Suryalaya semakin berkembang dan mendapat pengakuan serta simpati dari masyarakat, sarana pendidikan pun semakin bertambah, begitu pula jumlah pengikut/murid yang biasa disebut ikhwan. Dukungan dan pengakuan dari ulama, tokoh masyarakat, dan pimpinan daerah semakin menguat. Hingga keberadaan Pondok Pesantren Suryalaya dengan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah-nya mulai diakui dan dibutuhkan. Untuk kelancaran tugas Abah Sepuh dalam penyebaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dibantu
oleh
sembilan
orang
wakil talqin,
dan
beliau
meninggalkan wasiat untuk dijadikan pegangan dan jalinan kesatuan dan persatuan para murid atau ikhwan, yaitu TANBIH. Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad berpulang ke Rahmattullah pada tahun 1956 di usia yang ke 120 tahun. Kepemimpinan dan kemursyidanya dilimpahkan kepada putranya yang kelima, yaitu KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin yang akbrab dipanggil dengan sebutan Abah Anom. Pada masa awal kepemimpinan Abah Anom juga banyak mengalami kendala yang cukup mengganggu, di antaranya pemberontakan DI/TII. Pada masa itu Pondok Pesantren Suryalaya sering mendapat gangguan dan serangan, terhitung lebih dari 48 kali serangan yang dilakukan DI/TII. Juga pada masa pemberontakan PKI tahun 1965, Abah
72
Anom banyak membantu pemerintah untuk menyadarkan kembali eks anggota PKI, untuk kembali ke jalan yang benar menurut agama Islam dan Negara. Perkembangan Pondok Pesantren Suryalaya semakin pesat dan maju, membaiknya situasi keamanan pasca pemberontakan DI/TII membuat masyarakat yang ingin belajar Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah semakin banyak dan mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia. Juga dengan penyebaran yang dilakukan oleh para wakil talqin dan para mubaligh, usaha ini berfungsi juga untuk melestarikan ajaran yang tertuang dalam asas tujuan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dan Tanbih. Dari tahun ke tahun Pondok Pesantren Suryalaya semakin berkembang, sesuai dengan tuntutan zaman, maka pada tanggal 11 maret 1961 atas prakarsa H. Sewaka (Alm) mantan Gubernur Jawa Barat (1947 – 1952) dan mantan Mentri Pertahanan RI Iwa Kusuma Sumantri (Alm) (1952 – 1953). Dibentuklah Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya. Yayasan ini dibentuk
dengan
tujuan
untuk
membantu
tugas
Abah
Anom
dalam
penyebaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dan dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Setelah itu Pondok Pesantren Suryalaya semakin dikenal ke seluruh pelosok Indonesia, bahkan sampai ke Negara Singapura, Malaysia, Brunai Darussalam, dan Thailand, menyusul Australia, negara-negara di Eropa dan Amerika. Dengan demikian
ajaran
Thariqah
Qadiriyah
Naqsabandiyah pun
semakin
luas
perkembangannya, untuk itu Abah Anom dibantu oleh para wakil talqin yang tersebar hampir di seluruh Indonesia, dan juga wakil talqin yang berada di luar negeri seperti yang disebutkan di atas.
73
Pada masa kepemimpinan Abah Anom, Pondok Pesantren Suryalaya berperan aktif dalam kegiatan Keagamaan, Sosial, Pendidikan, Pertanian, Kesehatan, Lingkungan Hidup, dan Kenegaraan. Hal ini terbukti dari penghargaan yang diperoleh baik dari presiden, pemerintah pusat dan pemerintah daerah, bahkan dari dunia internasional atas prestasi dan jasa-jasanya. Dengan demikian eksistensi atau keberadaan Pondok Pesantren Suryalaya semakin kuat dan semakin dibutuhkan oleh segenap umat manusia.41 Pada 1971
Pondok Pesantren Suryalaya membantu program pemerintah
(Inpres No.6 tahun 1971) dalam penanggulangan penyalahgunaan narkotika untuk mengembalikan korban NAPZA kejalan yang benar. Program ini mulai dilembagakan pada 1980 dan diberi nama Pondok Remaja “Inabah”. Kata Edagar Suratman, Asda bidang kemasyarakatan pemerintah kota Bogor, salah satu perhatian Abah Anom adalah merehabilitasi korban NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psiktropika, dan Zat Adektif) melalui pendekat rohani dan zikir. Oleh karena itu, Pesantren Suryalaya dikenal banyak pihak sebagai pusat rehabilitasi narkotika. Abah Anom mengembangkan gerakan rehabilitasi Narkotika berbasis ruhani melalui “Pondok Inabah” yang dikembangkan sejak 1980-an. Tak ayal bila badan narkotika nasional, Mabes Polri, dan beberapa lembaga anti narkoba menjadikan Pesantren Suryalaya sebagai mitra utama dalam upaya rehabilitasi korban maupun perang terhadap peredaran narkotika di tanah air. Inabah menjadi trademark yang melekat pada Pesantren Suryalaya. Inabah adalah pusat rehabilitasi dengan pendekatan ruhani. Penisbatan ini tidak terlalu
41
Diakses dari http://www.suryalaya.org/sejarah.html/ pada tanggal 19 Juli 2015 pikul 23:07.
74
salah karena memang Inabah merupakan hasil ijtihad murni Abah Anom sebagai bentuk pengabdianya kepada umat dan masyarakat. Inabah pada akhirnya menjadi nama, bukan hanya untuk proses penyembuhanya, melainkan juga nama Pondok hunian anak bina (sebutan bagi para Santri Inabah) yang tersebar dberbagai kabupaten, provinsi bahkan di negara tetangga. Sementara, di Kompleks Pesantren Suryalaya sendiri tidak didirikan Inabah. Abah Anom mengajak masyarakat sekitar untuk ikut serta memberikan tempat menginap berupa Pondok-pondok Inabah yang pengelolaanya dan koordinasinya ada dibawah Yayasan Serba Bakti Suryalaya dibidang Inabah. Inabah itu sendiri secara harfiah berarti “kembali”. Program Inabah merupakan
metode
penyembuhan
berbasis
spiritual
(Tasawuf)
dengan
memberikan penyadaran kepada para korban ihwal pentingnya upaya kembali menemukan jati diri, serta memahami eksistensi dan tujuan hidup. Mereka diajak kembali ke akar spiritualitas seraya menyadari jati diri dan muasal mereka. Inabah adalah istilah yang berasal dari Bahasa Arab anaba-yunibu (mengembalikan) sehingga inabah berarti pengembalian atau pemulihan, maksudnya proses kembalinya seseorang dari jalan yang menjauhi Allah ke jalan yang mendekat ke Allah. Istilah ini digunakan pula dalam Al-Qur‟an42 yakni dalam QS. Al-Ra‟ad [13]: 27, QS. Al-Zumar [39]: 17, QS. Al-Zumar [39]: 54, QS. Hud [11]: 88, QS. Hud [11]: 75, dan pada surat yang lainnya. Abah Anom menciptakan metode penyembuhan ini lengkap dengan kurikulum yang sepenuhnya didasarkan atas tradisi sufistiknya. Anak bina
42
Al Qur‟an Digital.
75
memulai kegiatan dengan mandi malam atau yang dikenal dengan mandi tobat, kemudian sholat tahajud, tasbih, Witir, sholat sunat qaliyah shubuh, sunat li daf‟il bala, sholat shubuh, sholat sunat isyraq, sunat isti‟adzah, dhuha, qabliyah zuhur, zuhur, qabliyah ashar, qabliyah maghrib, maghrib, bakdiyah maghrib, sunat awwabin, sunat tobat, sunat birrul walidayn, li hifzhil iman, li syukrin ni‟mat, qabliyah Isya, Isya, bakdiyah Isya, Syukur, sunat Mutlaq, istikharah, dan sholat hajat. Setelah selesai sholat mereka berzikir. Secara umum 90 persen kegiatan di Inabah berpusat pada sholat dan zikir yang langsung dibimbing pembina Inabah. Sholat dan zikir mendominasi kurikulum Inabah karena keduanya memiliki daya penyembuh yang luar biasa. 43 Kaitanya sholat dan zikir mendominasi sebagaimana mengacu pemikiran Abah Anom dalam Kitab Miftahus Shudur (Kunci Pembuka Hati) yang diterjemahlan oleh Anding Mujahidin:44 Karena yang dimaksud zikir adalah hati selalu hadir bersama Allah. Menunaikan sholat adalah zikir, menunaikan zakat adalah zikir, melaksanakan puasa adalah zikir, melaksanakan ibadah haji adalah zikir, bertafaqquh (mendalami) ilmu pada takaran dharuriy (wajib minimal) atau lebih adalah zikir, memberikan fatwa berkenaan hukum-hukum Allah adalah zikir, membaca Al-Qur‟an yang mulia adalah zikir, membaca sholawat kepada Nabi adalah zikir, menyuruh orang-orang berbuat baik dan mencegah mereka berbuat kemungkaran adalah zikir. Ibadah memang bermacam-macam, tetapi yang diingat satu yaitu Allah Subhanahu wata‟ala. Allah tidak mensyari‟atkan berbagai ibadah dan ketaatan kecuali untuk berzikir (mengingat)-Nya. Bila kami katakan bahwa Syuyukh „arifin billah (para Syaikh yang mencapai ma‟rifah kepada Allah) mendidik murid (anak bina) dengan jalan zikir, kami tidak bermaksud mengatakan bahwa mereka melarang bentuk-bentuk ketaatan yang lain. Yang kami maksud adalah bahwa beliau-beliau ini mensucikan ruh disisi Allah SWT lewat jalan sufi/tarekat berupa zikir kepada Allah SWT baik secara kolektif maupun individual. Dan itu dilaksanakan disamping 43
Asep Slahudin, Abah Anom Wali Fenomenal Abad 21 & Ajaranya, (Jkarta: PT Mizan Publika, 2013), hlm. 54-56. 44 Shohibul Wafa Tadjul Arifin, “Miftahus Sudur “Kunci Pembuka Hati” penerjemah Anding Mujahidin, (Jakarta: PT. Laksana Utama), hlm. 100-102.
76
menunaikan berbagai ibadah Syar‟iyah ini merupakan fondasi yang amat kokoh yang diatasnya dibangun berbagai kesempurnaan pendidikan ruhani. Sholat memiliki dampak terapeutik penting untuk meredakan ketegangan saraf akibat masalah sehari-hari dan menurunkan kegelisahan yang diderita oleh sebagian orang, termasuk para korban NAPZA. Karena manfaat sholat yang begitu penting bukan hanya untuk kesehatan sosial dan tubuh, melainkan kesehatan jiwa, tidak aneh jika inabah menjadikah shalat sebagai bagian penting kurikulum penyembuhan anak bina. Selain sholat, ajaran pokok TQN Suryalaya yang lain adalah zikir. Dalam TQN, zikir diyakini sebagai pintu masuk bagi proses penyadaran dan perubahan kondisi kejiwaan seseorang. Kesadaran jiwa itu dalam ajaran TQN Suryalaya menjadi pegangan setiap pembina Inabah dalam membina santri binaanya meliputi tujuh tahapan, nafsu amarah, nafsu mulhinah, nafsu muthmainah, nafsu radhiyah, nafsu mardhiyyah, nafsu lawwanah, dan naffu kamilah. Keberhasilan Abah Anom dalam mengembangkan pondok-pondok Inabah diberbagai wilayah Nusantara dan di negara jiran dibuktikan secara ilmiah, misalnya dalam disertasi kastama di universitas Indonesia dan disertasi Kharisuddin Aqib yang berjudul, “Inabah: Jalan Kembali dari Narkoba, Stres, dan kehampaan Jiwa”. Atas keberhasilan mengembangkan Inabah, Abah Anom menerima piagam Distinguished service Awards dari International Federation of Non-Goverment Organizations (IFNGO), perserikatan bangsa-bangsa. Piagam itu diserahkan di Australia oleh Chairman IFNGO, Dr. K. C. Lam kepada perwakilan Pesantren Suryalaya di Jakarta, Ir. Ucu Suparta. Abah Anom
77
dinilai telah menyelamatkan nyawa serta masa depan anak bangsa. Penghargaan itu dipajang di madrasah Abah Anom.45 E. Tarekat sebagai terapi korban Narkotika Model Kurikulum Abah Anom Di dalam kehidupan manusia kontemporer yang terus diharu-biru berbagai masalah dengan tantangan-tantangan kemanusiaan yang bersifat universal serta global, TQN dengan salah satu titik sentrumnya di Suryalaya, tetap eksis melintasi masa demi masa. Menembus dimensi ruang dan waktu. Hal ini tidak lepas dari basis kepemimpinan serta kekuatan manajerial dari Mursyid Agung, Abah Anom, dengan berbagai khidmah yang diembannya terhadap agama, terhadap bangsa, terhadap kemanusiaan hingga TQN bisa tetap berdiri eksis di tengah situasi chaos tatanan dunia global sekarang. Bersama empat pondok pesantren yang lain sebagai basis penyebaran TQN di tengah eksotisme tanah Jawa. Dalam telisik Dhofier, Suryalaya ini merupakan bagian dari lima pondok pesantren di Jawa, yang menjadi basis penyebaran TQN. Kelima pesantren itu adalah Pesantren Pagentongan di Bogor, Pesantren Suryalaya di Tasikmalaya (keduanya
di
Jawa
Barat),
Pesantren
Mranggen
di
Demak
(Jawa
Tengah), Pesantren Rejoso serta Tebuireng di Jombang (Jawa Timur).46 Dari tanah air, TQN ini menyebarkan auranya melalui pesantren-pesantren tersebut, untuk memberikan jawaban terhadap kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, baik menyangkut hubungan vertikalnya dengan Allah, maupun dalam konteks hubungan sesama manusia yang bersifat horizontal. Bahkan juga dengan
45 46
Ibid, hlm. 58 Zamaksyari Dhofier, Loc. Cit.
78
lingkungan
alam
berdasarkan
pada world-view (pandangan
dunia)
yang
berbasis pandangan teosofis-sufistis. Gerakan membangun kesadaran manusia kontemporer dengan elemen dasar pandangan tasawuf, terasa akan selalu relevan dengan kebutuhan-kebutuhan kekinian serta pertimbangan-pertimbangan kehidupan etis manusia di masa depan. Dalam hal ini, Suryalaya adalah top modelnya yang sangat menonjol di tanah air, bahkan di Asia Tenggara. Gerakan tasawuf ataupun tarekat ini akan membawa pada kesadaran azali, untuk mengembalikan manusia pada asal-usulnya yang hakiki dengan penyucian serta pemurnian jiwa dari perangkap-perangkap penjara material-bendawi, dengan penerbangan jiwa menuju kesatuan bersama Sang hakikat. “Memang bakti saya itu belum maksimal, tetapi saya cukup senang, karena saya bisa membantu pemerintah dalam menanggulangi para korban Narkotika”. Demikian kata Abah Anom pemimpin pesantren Suryalaya sejak pertengahan tahun 1950. Terapi terhadap penyalahgunaan Narkotika yang dilakukan di Pesantren Suryalaya telah membuktikan bahwa terapi sufistik/tarekat tidak bisa dipandang sebelah mata. Terapi yang dibutuhkanya ternyata lebih pada pendekatan zikir yang dilakukan di Pondok Inabah Suryalaya. Sebagaimana mengacu dalam Kitab Miftahus Shudur (Kunci Pembuka Hati) yang diterjemahlan oleh Anding Mujahidin:47
47
Lihat Muqaddimah, “Miftahus Sudur “Kunci Pembuka Hati” penerjemah Anding Mujahidin, (Jakarta: PT. Laksana Utama), hlm. 2-4.
79
Ketahuilah, wahai segenap ikhwan semoga Allah menjadikan kami dan anda semua termasuk orang-orang yang banyak berzikir kepadanya, dan termasuk orang-orang yang tidak dibuat lalai oleh harta dan anak-anak dari berzikir kepada-Nya bahwa zikir kepada Allah termasuk yang paling utama diantara hal-hal yang utama, pendekatan diri kepada Allah yang paling utama, dan media yang paling dapat menghantarkan (kepada dekat dengan Allah). Allah SWT berfirman: Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang”. (Qs. Al-Ahzab [33]: 41-42). Pada sub bab sebelumnya penulis sudah menyinggung Inabah beserta ritual tradisi sufustik, selanjutnya penulis akan menuliskan rincian proses terapi zikir di Pondok Inabah didasarkan pada kurikulum/silabus yang disusun oleh Abah Anom dan dijadikan pegangan bagi penyembuhan korban narkotika di Pondok Inabah. Proses pembinaan setiap harinya dilaksanakan dari mulai pukul 02.00 dini hari dan berakhir pada pukul 21.30 WIB. Adapun rincianya sebagai berikut:48 JAM 02.00
KEGIATAN Mandi Taubat
ROKAAT
SURAT DAN KETERANGAN
-
1. Niat: Nawaitul Ghusla Littaubati Lillah Ta‟ala 2. do‟anya: Robbi Anzilni Munzalan Mubaarokan
Wa‟anta
Sunah Syukur Wudlu
2
Munzilin.
Sunah Tahiyatul Masjid
2
Inna Anzalna dan Ida ja
Sunah Taubat
2
Falaq dan Nas
Sunah Tahajud
1-12
Sunah Tasbih
4
Qulya dan Qulhu
Sunah Witir
3-11
Qulya dan Qulhu
Khoirum
Ayat Qursi dan Qulhu
Qulya dan Qulhu, Qulhu, Falaq, Nas 48
Arsip Penyusun Moh. Busyairi, Penataran/Pendalaman Ajaran dan Pengamalan Thariqah Qadariyah Naqsabandiyah Ponpes Suryalaya Se-Eks Karesidenan Pekalongan, (Tegal: Ponpes Miftahul Janah, 2014), hal. Lampiran Draft Amalan.
80
04.00
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00
Sunah Qabliyah
2
Qulya dan Qulhu
Sunah Lidafil Bala
2
Ayat Kursi, Qulhu, Falaq, Nas
Sholat Shubuh
2
Zikir dan Khataman
-
Dalam kitab Uqudul Jum‟an
Sunah Isyroq
2
Qulya dan Qulhu
Sunah Isti‟adah
2
Falak dan Nas
Sunah Istikhoroh
2
Qulya dan Qulhu
Sunah Dluha
2-8
Sunah Kifarotil Bauli
2
Sunah qabliyah
2
Sholat dhuhor dan zikir
4
Sunah Ba‟diyah
2
Sunah qabliyah
2
Sholat Asar dan zikir
4
Sunah qabliyah
2
Sholat maghrib
3
Wasyamsi dan waduha Ayat kursi dan Al-Kautsar 7x
Zikir dan khotaman Sunah ba‟diyah dan Qur‟an
2
Sunah Awwabin
6
Qulya dan qulhu
Sunah taubat
2
Ayat kursi, qulhu, falaq, nasinna
Sunah Birrul Walidain
2
Anzalna dan ida ja
Sunah Lihifdil Iman
2
Qulhu dan qulya
Sunah Lisyukuri Nikmat
2
Yaa Hayyu Yaa Qoyyum Birohmatika Yaa Arhamar Rohimin dan Watini
19.00
21.00
Sunah qabliyah
2
Sholat Isya
4
Sunah Ba‟diyah dan zikir
2
Sunah lidafafil Bala
2
Khotaman
-
Ziarah
-
Ayat kursi. Qulhu. Falak. Nas
Maqom Abah sepuh dan Abah Anom
81
21.30
22.00
Sunah Syukrul Wudlu
2
SDA
Sunah Mutlak
2
Qulya dan qulhu
Sunah Istikhoroh
2
Qukya dan qulhu
Sunah hajat
2
Qulhu Iix
Istirahat
-
Kepala
Miring
kekanan,
tangan
diletakan dibawah pipinya lalu berdo‟a, lalu baca: Ya Latif (sampai Tidur)
Terapi zikir yang dilakukan di pondok Inabah merupakan suatu paket yang dilaksanakan secara ketat dalam suatu priode tertentu. Setiap waktu digunakan untuk berzikir dalam berbagai cara, diantaranya sholat, mandi puasa. Namun, puasa merupakan terapi penunjang, karena tidak semua diharuskan melakukan kegiatan ini, yaitu mereka yang sudah baik dan sudah sadar akan disuruh puasa khususnya puasa sunnah misalnya, puasa senin kamis, puasa tiga hari setiap bulan (puasa kifarat) dan puasa dalam bulan ramadhan. Penyembuhan Klien di pondok Inabah yaitu dalam bentuk latihan-latihan spiritual (Riyadhoh) dilakukan dalam bentuk amalan harian, mingguan, dan bulanan. Amalan harian yaitu kegiatan yang dilakukan setap hari yaitu berzikir setiap waktu, yang dilakukan mingguan sering disebut khataman, yaitu berzikir ditambah Do‟a-do‟a (wirid) yang dilaksanakan seminggu sekali. Khusus di Inabah amalan ini dilakukan setiap hari, ba‟da sholat Maghrib, hal tersebut bisa dijadikan amalan harian. Amalan bulanan disebut Manaqiban, acara manaqiban biasanya dibacakan dan diuraikan manaqib Syaikh Abdul Qadir Jaelani. Amalan-amalan zikir tersebut di atas bagaikan obat atau kapsul yang mereka makan secara teratur
82
setiap harinya seperti yang dinasihatkan oleh dokter. Dari kesemua amalan pandunya dalam kitab Uquudul Jumaan. Kenyataan menunjukan bahwa korban narkotika tidak dapat dinasehati adalah salah apabila dimarahi dan salah besar jika dipukuli ataupun sampai di penjarakan, bahkan kena sanksi Mati, kecuali dengan sentuhan perasaanya dengan ajaran keagamaan (zikir) melalui ajaran tarekat Qadariyah Naqsabandiyah. Sesungguhnya pengobatan aspek iman melalui terapi zikir/tarekat adalah pengobatan terbaik yang bisa dilakukan Pondok Inabah untuk mengatasi problem kotornya jiwa dalam artian ketagihan narkotika. Aspek iman ini sangat efektif untuk membantu korban penyalahgunaan narkotika untuk bisa kembali ke tengahtengah masyarakat dalam keadaan sehat iman.49
49
M. Solihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 242-243.