36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif menurut
Rakhmat (2009: 24) 55 adalah untuk memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Sementara itu, Whitney (dalam Moh. Nazir, 2005) 56 menjelaskan metode penelitian deskriptif sebagai pencarian fakta-fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta prosesproses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Selanjutnya Nazir menjelaskan bahwa tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Senada dengan penjelasan di atas, Kriyantono 57 (2009) mengemukakan bahwa jenis riset deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Dengan kata lain bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha 55
Jalaluddin Rakhmat. Metode Penelitian Komunikasi. Penerbit PT Remaja Rosdakarya Bandung. 2009 hal: 24 56 Moh. Nazir. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. 2005 hal: 54-55 57 Rachmat Krisyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Prenada Media Grup. Jakarta. 2009 hal: 67
36
37
mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, alasan peneliti untuk memilih tipe penelitian deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk melihat lebih dalam perspektif PRO perempuan mengenai profesi PR. Melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui dan menjelaskan tentang perspektif PRO perempuan mengenai peran, fungsi, dan tugasnya di lembaga (organisasi) dimana mereka bekerja. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan apakah ada pembentukan ‘stereotip gender’ di lebaga tersebut; dan untuk mengetahui ada tidaknya pertentangan antara profesi PR dengan peran gender dari para PRO perempuan, serta untuk mengetahui alasan PRO perempuan memilih bidang profesi PR.
3.2. Metode Penelitian Sesuai dengan desain dan sifat penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah kualitatif - studi kasus. Secara singkat, Em Griffin (2009: 20) 58 menjelaskan penelitian kualitatif sebagai“research in which the data is recorded in linguistic (non-numeric) form”. (Penelitian yang di dalamnya data-data direkam dalam bentuk bahasa bukan angka). Sementara itu, Vanderstoep dan
58
Em Griffin. A First Look at Communication Theory. Seventh Edition. McGraw-Hill Companies, Inc., New York. 2009 hal: 20
38
Johnston (2009: 165) 59 mengemukakan bahwa ”qualitative research focuses on the meanings of expereince by exploring how people define, describe, and metaphorically make sense of these experiences”. (Penelitian kualitatif berfokus pada makna pengalaman dengan menggali bagaimana orang mendefinisikan, menggambarkan, dan memahami secara metafora pengalaman-pengalaman ini). Selanjutnya, Mulyana (2008) 60 menjelaskan metode kualitatif sebagai metode penelitian yang bersifat interpretif (menggunakan penafsiran) yang melibatkan banyak metode (triangulasi) dalam menelaah masalah penelitiannya. Selanjutnya menurut Mulyana, penggunaan berbagai metode atau ‘triangulasi’ dimaksudkan agar peneliti memperoleh pemahaman yang holistik tentang fenomena yang sedang diteliti. 61 Sementara itu, West dan Turner (2007: 76) 62 mengemukakan”Qualitative methods are the methods that require data to be interpreted through sense-making analysis”. (Metode kualitatif adalah metode-metode yang memerlukan data untuk ditafsirkan melalui analisis pemaknaan). Penjelasan lain dikemukakan oleh Taylor dan Bogdan seperti dikutip Susanti Hendarso 63 (2007), bahwa penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif menggunakan kata-kata lisan maupun tertulis, tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti. 59
Scott W. Vanderstoep and Deirdre D. Johnston. Research Methods for Everyday Life: Blending Qualitative and Quantitative Approaches. Published by Jossey Bass San Fransisco. 2009 hal: 165 60 Deddy Mulyana dan Solatun Metode Penelitian Komunikasi. Penerbit PT Remaja Rosdakarya Bandung. 2008 hal: 5 61 Ibid. 62 Richard West and Lynn H. Turner. Introducing Communication Theory: Analysis and Application. McGraw Hill Companies, Inc., New York. 2007 hal: 76 63 Emy Susanti Hendarso. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan: Penelitian Kualitatif Sebuah Pengantar. Prenada Media Group, Jakarta. 2007 hal: 166
39
Senada dengan penjelasan di atas, Bogdan dan Taylor (1992) (dalam Sukidin, 2002: 1) 64 menguraikan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Melalui penelitian kualitatif, peneliti dapat mengenali subyek dan merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari hari. Sedangkan metode Studi kasus sebagaimana dirumuskan Yin (2005: 1) 65, merupakan sebuah metode yang mengacu pada penelitian yang mempunyai unsur ‘how’ dan ‘why’ pada pertanyaan utama penelitiannya dan meneliti masalahmasalah kontemporer (masa kini) serta sedikitnya peluang peneliti dalam mengontrol peritiswa (kasus) yang ditelitinya. Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif - studi kasus karena peneliti lebih bebas dalam menentukan kondisi
penelitian,
yaitu
informan
dan
lokasi
penelitian
tanpa
harus
mengeneralisasi hasil yang diperoleh. Selain itu, studi ini lebih memerlukan penjelasan kata-kata ketimbang hitungan, karena jika lebih banyak dengan numeric kurang tepat untuk penelitian yang bertujuan untuk melihat pandangan individu yang variatif. Selain itu, data yang dikumpulkan dari para informan muncul dalam bentuk pernyataan-pernyataan (kalimat-kalimat, pendapat, dan persepsi), seperti
64
Basrowi Sukidin. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Penerbit Insan Cendikia Surabaya. 2002 hal: 2 65 Robert K. Yin. Studi Kasus: Desain & Metode. PT RajaGrapindo Persada Jakarta. 2005 hal: 1
40
dijelaskan Bungin (2007: 103) 66 bahwa data kualitatif diungkapkan dalam bentuk kalimat serta uraian-uraian, bahkan data berupa cerita pendek. Dengan kata lain, data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka yang bisa dikuantifikasi secara statistic. Metode kualitatif juga digunakan untuk penelitian yang bermaksud memahami secara mendalam tentang sudut pandang subyek penelitian sebagaimana dijelaskan oleh Vanderstoep dan Johnston (2009: 167) 67 bahwa “…the goal is to understand, in depth, the view point of a research participant”. (…tujuannya adalah untuk memahami sudut pandang subyek penelitian secara mendalam).
3.3. Subyek Penelitian Karakteristik subyek penelitian (informan) pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis kelamin : perempuan Seorang informan (subyek penelitian) dalam penelitian ini harus seorang praktisi PR (spesialis PR/humas) perempuan karena sesuai dengan tema penelitian ini, yaitu”Perspektif PRO perempuan mengenai profesi public relations (PR)”. Dengan demikian, jika subyek penelitian ini PRO lakilaki, maka tidak sesuai dengan tema penelitian dan tidak akan bisa menjawab permasalahn penelitian.
66
Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Kencana Prenada Media Group Jakarta. 2007 hal: 103 67 Vanderstoep, Loc. Cit
41
2. Pekerjaan : Public Relations Officer (Humas) Karakteristik lain dari seorang informan dalam penelitian ini adalah harus PRO (humas) karena penelitian ini tentang profesi PR. Oleh karenanya subyek penelitian yang tidak berprofesi sebagai PR (humas), tidak bisa dijadikan sebagai nara sumber karena tidak sesuai dengan tema penelitian seperti yang telah disebutkan di atas. 3. Masa kerja : lebih dari 1,5 tahun Seorang informan haruslah PRO perempuan yang telah bekerja lebih dari satu tahun setengah dengan maksud bahwa dengan masa kerja tersebut seorang PRO telah memiliki pengalaman yang cukup dan sesuai dengan syarat-syarat yang sering diminta oleh perusahaan perekrut calon PRO. 4. Bidang
usaha:
lembaga
penyedia
layanan
pendidikan
tingi
(Universitas/Sekolah Tinggi Swasta) di Jakarta.
Penentuan sample (subyek penelitian) dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik ‘snowball sampling’. Menurut Burgess (1984) seperti dikutip Mulyana (2008: 142) 68, prosedur sampling bola salju (snowball sampling) bergantung terutama kepada perkenalan pribadi yang menghubungkan peneliti dengan informan-informan yang pada gilirannya menghubungkan kepada informan-informan berikutnya. Pada tahap awal untuk penentuan sample (subyek penelitian), peneliti berusaha membangun hubungan (rapport) baik dengan informan kunci (key 68
Deddy Mulyana dan Solatun. Metode Penelitian Komunikasi: Contoh-Contoh Penelitian Kualitatif Dengan Pendekatan Praktis. Penerbit PT Remaja Rosdakarya Bandung. 2008 hal: 142
42
informan) yaitu Ibu Irmulan Sati, S.H., M.Si, yang kemudian dengan teknik snowball sampling, informan kunci merekomendasikan beberapa orang parktisi PR perempuan yang dianggap kompeten dan bisa menjadi informan dalam penelitian ini. Akhirnya, dengan teknik penentuan sample tersebut, peneliti memperoleh empat orang praktisi PR perempuan yang bekerja di Perguruan Tinggi Swasta yang berbeda. Dengan demikian, jumlah keseluruhan informan yang terlibat dalam penelitian ini adalah lima orang praktisi PR perempuan (PRO) yang bekerja di lima PTS di Jakarta. Berkenaan dengan informan penelitian, Hamidi 69 (2008) dalam bukunya ‘Metode Penelitian Kualitatif’ menjelaskan bahwa peneliti yang menggunakan informan atau responden sebagai subyek penelitian karena merekalah yang menjadi pelaku pemberi informasi atau data dalam suatu penelitian yakni siapa (individu) atau apa yang menjadi tempat pengumpulan data atau informasi. Selanjutnya Hamidi menjelaskan bahwa yang membedakan informan dari responden adalah informan lebih diidentifikasi, dinilai sebagai individu yang mampu atau diminta oleh peneliti untuk memberi uraian, cerita detil, selain tentang dirinya dan terutama tentang individu lain, situasi dan kondisi atau peristiwa di lokasi penelitian yang pada umumnya adalah tokoh, pemimpin atau mereka yang banyak tahu dan hidup lama di lokasi penelitian.70 Para informan yang terlibat dalam penelitian ini adalah orang –orang yang berkompeten di bidangnya yaitu para PRO perempuan. Sehingga, data-data (informasi) yang diberikan oleh para informan diharapkan bisa menjawab 69
Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis, Penulisan Proposal, dan Laporan Penelitian. UMM Press. 2008 hal: 74 70 Ibid.
43
pertanyaan penelitian ini, yaitu: “Bagaimana perspektif PRO perempuan mengenai peran, fungsi, dan tugasnya di lembaga (organisasi) dimana PRO bekerja? Apakah terbentuk ‘stereotip gender’ pada lembaga (organisasi) yang bersangkutan? Adakah pertentangan antara profesi PR dengan ‘peran gender dari para PRO perempuan”? Dan apa alasan PRO perempuan memilih bidang profesi PR”?
3.4.
Definisi Konsep 3.4.1. Perspektif PRO perempuan Perspektif
PRO perempuan adalah cara
PRO perempuan
memandang (melihat/menganggap) peran, fungsi, dan tugasnya di lembaga (organisasi) berdasarkan sudut pandang dan realitas yang dialami oleh masing-masing PRO perempuan yang bersangkutan. 3.4.2. Profesi PR Suatu profesi yang memiliki peran dan fungsi strategis yang bisa menjembatani antara kepentingan lembaga (perusahaan) dengan berbagai publiknya. Untuk bisa menjalani profesi ini seseorang dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis yang memadai khususnya keterampilan komunikasi.
44
3.5.
Fokus Penelitian Yang menjadi fokus penelitian ini adalah ‘Cara PRO perempuan melihat
(mengangap) peran, fungsi, dan tugasnya di lembaga tempat mereka bekerja’; ‘ada tidaknya pembentukan stereotip gender pada perusahaan (lembaga) yang besangkutan’; ‘ada tidaknya pertentangan antara profesi PR dengan gender perempuan (peran gender) dari dari para PRO’; dan alasan PRO perempuan memilih bidang profesi PR’. Oleh karenanya, pertanyaan dalam wawancara difokuskan pada hal-hal yang terkait dengan: pandangan para PRO mengenai peran, fungsi, dan tugas PR di lembaga (perusahaan); proses rekrutmen PRO di lembaga masing-masing; pengalaman (perasaan) mereka dalam menjalani profesi PR; serta ‘alasan para PRO memilih bidang profesi PR’.
3.6.
Teknik Pengumpulan Data 3.6.1. Data Primer S. Nasution 71 menjelaskan bahwa data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan, termasuk dari laboratorium. Berkenaan dengan teknik pengumpulan data dalam studi kualitatif, ‘Creswell’ (dalam Kuswarno, 2009: 133) 72 menjelaskan empat teknik untuk mengumpulkan data, yaitu:”observation (ranging from non-participant to participant), interviews (ranging from semi-structured to open ended), documents (ranging from private to public), and audio visual materials (including materials such as photographs), compact disks and videotapes).
71 72
S. Nasution. Metode Research. Penerbit Bumi Aksara Jakarta. 2001 hal: 143 Engkus Kuswarno. Metodologi Penelitian Komunikasi Fenomenologi: Konsepsi, Pedoman, dan Contoh Penelitiannya. Penerbit Widya Padjadjaran. 2009 hal: 133
45
Untuk pengambilan data primer dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam (in-depth interview) dengan para PRO perempuan yang menjadi subyek penelitian dalam penelitian ini. Kriyantono (2009: 99) 73 menjelaskan bahwa dalam wanwancara mendalam, pewawancara biasanya mempunyai daftar pertanyaan tertulis, tetapi masih memungkinkan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara bebas yang terkait dengan permasalahan penelitian. Moleong (1991:135) 74 menjelaskan wanwancara (interview) sebagai percakapan dengan maksud-maksud tertentu. Dengan teknik ini peneliti dan responden berhadapan langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Sedangkan Babbie 75 (2008: 291) menjelaskan ‘interview’ sebagai “a data collection encounter in which one person (interviewer) asks questions of another (respondent). Interview may be conducted face-toface or by telephone”. (Sebuah teknik pengumpulan data yang di dalamnya mempertemukan seseorang (pewawancara) yang bertanya kepada seseorang (responden). Wawancara bisa dilakukan dengan cara tatap muka atau melalui telepon).
73
Rachmat Kriyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana Prenada Media Group Jakarta. 2009 hal: 99 74 Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Remaja Rosdakarya Bandung. 2009 hal: 248 75 Earl Babbie. The Basics of Social Research. Fourth Edition. Thomson Wadsworth Belmont USA. 2008 hal: 291
46
Untuk mengambil data dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara secara langsung (tatap muka) dengan para subyek penelitian untuk
memperoleh
data-data
yang bisa
menjawab
permasalahan
(pertanyaan) penelitian. Peneliti melakukan wawancara dengan lima orang PRO perempuan yang bekerja di lima Universitas/Sekolah Tinggi di Jakarta. Melalui wawancara langsung (face to face) peneliti dapat menggali perasaan dan pendapat yang lebih mendalam dari para PRO perempuan informan. Hal ini diperlukan karena pertanyaan seputar pandangan (pendapat), perasaan, dan pengalaman para subyek penelitian.
3.6.2. Data Sekunder Kriyantono 76 menjelaskan data sekunder sebagai data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder. Untuk melengkapi data dalam penelitian ini, data sekunder dikumpulkan melalui studi pustaka dan riset online terhadap berbagai sumber, seperti: website atau jurnal online yang relevan, termasuk tesis dan disertasi.
3.7.
Teknik Analisis Data Analisis data merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suatu studi atau
penelitian baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, analisis data sesungguhnya sudah dimulai saat peneliti mulai
76
Kriyantono, Loc.Cit.
47
mengumpulkan data, dengan cara memilah-milah mana data yang penting dan yang tidak penting. Ukuran penting dan tidak pentingnya data mengacu pada kontribusi data tersebut dalam menjawab permasalahan penelitian. Daymon dan Holloway (2002: 233) 77 menjelaskan tentang analisis data dalam studi kualitatif sebagai berikut: Analysis of the data does not start when data collection ends, but should be continuous throughout your entire study. Whenever you transcribe an interview, write up your fieldnotes, log and store any visual data or reflect upon your research experiences, you are likely to be undertaking some form of preliminary analysis because new ideas will probably emerge which will lead you to new exploration. As you undertake your fieldwork, you should be searching for common themes in your data, making a start on coding, and developing some early concepts.
(Analisis data tidak dimulai saat pengumpulan data berakhir, tetapi harus terus menerus dalam keseluruhan studi anda. Setiap kali Anda melakukan sebuah wawancara, buatlah catatan lapangan (fieldnotes) Anda, buatlah log dan simpan data visual atau renungkan pengalaman riset Anda, mungkin Anda akan melakukan beberapa bentuk analisis awal karena ideide baru mungkin akan muncul yang akan menuntun Anda untuk melakukan eksplorasi baru. Ketika Anda melakukan kerja lapangan (fieldwork), Anda harus mencari/menemukan tema-tema umum dalam data Anda, memulai dengan pengkodean (coding), dan mengembangkan beberapa konsep awal).
Berdasarkan penjelasan di atas, secara ringkas bisa diungkapan bahwa seorang peneliti kualitatif sudah bisa melakukan analisis data sejak awal proses pengumpulan data yaitu dengan cara memilah-milah dan mengklasifikasikan data, dan melakukan penkodean awal untuk menentukan mana data yang penting dan relevan dengan masalah penelitian dan mana data yang tidak penting.
77
Christine Daymon and Immy Holloway. Qualitative Research Methods in Public Relations and Marketing Communication. Routledge New Fetter Lane, Londen. 2002 hal: 233
48
Berkenaan dengan proses analisis data kualitatif, Bogdan & Biklen (1992) 78 menjelaskan sebagai berikut: Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to others. Analysis involves working with data, organizing them, breaking them into manageable units, synthesizing them, searching for patterns, discovering what is important and what is to be learned, and deciding what you will tell others. (Analisis data adalah proses pencarian dan pengaturan transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang Anda kumpulkan secara sistematis untuk meningkatkan pemahaman Anda sendiri tentang data-data tersebut dan untuk membuat Anda mampu mempresentasikan apa yang telah Anda temukan kepada orang lain. Analisis termasuk bekerja dengan data, mengorganisasikan, dan menjabarkannya menjadi unit-unit yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang akan diberitahukan atau diceritakan kepada orang lain).
Berdasarkan uraian di atas, pada hakekatnya analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah penelitian yang ingin dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang biasanya berserakan bisa disederhanakan untuk bisa dipahami dengan mudah. Dalam proses menganalisis data dalam penelitian ini, peneliti melakukan beberapa tahapan kegiatan, yaitu: “open coding”, “axial coding”, dan ‘interpretasi data’ (data interpretation). Tahapan pertama, peneliti membuat ‘transkrip’ dari seluruh data yang telah direkam pada saat wawancara dengan para subyek 78
Robert C. Bogdan and Sari Knopp Biklen. Qualitative research for education: an introduction to theory and methods. Allyn and Bacon a Division of Simon & Schuster, Inc. USA. 1992 hal: 153
49
penelitian di lapangan. Setelah semua data ‘ditranskripsikan’, selanjutnya peneliti melakukan “open coding” (pengkodean terbuka) terhadap seluruh ‘traskrip’ data yang ada. Pengertian ‘open coding’ menurut ‘Babbie’ (2008: 423) 79 adalah“The initial classification and labeling of concepts in qualitative data analysis. In open coding, the codes are suggested by the reseracher’s examination and questioning of the data”. (Klasifikasi awal dan pelabelan konsep-konsep dalam analisis data kualitatif. Dalam pengkodean terbuka, kode-kode ditunjukkan oleh pemeriksaan peneliti dan mempertanyakan data). Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam proses ‘open coding’ (pengkodean terbuka), peneliti membentuk kategori awal dari informasi tentang fenomena yang dikaji dengan pemisahan informasi menjadi beberapa kategori (segmen). Di dalam setiap segmen, peneliti berupaya menemukan sub-segmen dan mencari data untuk membuat dimensi atau memperlihatkan kemungkinan ekstrim pada kontinum sub-segmen tersebut. Setelah ‘open coding’, selanjutnya peneliti melakukan ‘axial coding’, yang menurut Babbie 80 (2009: 423), adalah “reanalysis of the results of open coding in Grounded Theory Method, aimed at identifying the important, general concepts”. (Menganalisis kembali hasil pengkodean terbuka dalam ‘Metode Grounded Theory’, bertujuan untuk mengidentifikasi konsep-konsep umum yang penting).
79 80
Earl Babbie, Loc. Cit. Ibid.
50
Pada tahapan “axial coding” (pengkodean poros), peneliti menyusun data dengan cara baru setelah ‘open coding’. Rangkaian data ini disajikan dengan menggunakan paradigma pengkodean atau diagram logika melalui beberapa langkah yakni mengidentifikasi fenomena sentral, menjajaki kondisi kausal (kategori yang memengaruhi fenomena), menspesifikasi strategi-strategi (tindakan atau interaksi yang dihasilkan fenomena sentral), mengidentifikasi konteks dan kondisi yang menengahinya (luas dan sempitnya kondisi yang memengaruhi strategi), dan menggambarkan konsekuensi (hasil strategi). Tahapan terakhir, peneliti melakukan ‘interpretasi’ terhadap seluruh data yang telah dipilah-pilah, diklasifikasikan, dan dibuat kategori-kategori sesuai dengan permasalah penelitian. Safar 81 menjelaskan ‘interpretasi data’ sebagai pemberian makna atau arti terhadap data hasil penelitian. Interpretasi biasanya dilakukan terhadap hasil dan analisis data. Dengan kata lain, ‘interpretasi data’ merupakan proses pemahaman makna dari serangkaian data yang telah disajikan, dalam wujud yang tidak sekedar melihat apa yang tersurat (explisit), tetapi lebih pada memahami atau menafsirkan mengenai apa yang tersirat (implisit) di dalam data yang telah disajikan dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Dari data yang telah disajikan, selanjutnya peneliti menafsirkan dan memberi makna dengan cara mendeskripsikan, menjabarkan, dan menjelaskan secara kualitatif bagaimana data tersebut menjawab tentang permasalahan (pertanyaan) penelitian yang telah dirumuskan, yaitu: ”Bagaimana Perspektif PRO 81
Misran Safar. Teknik Pengolahan dan Interpretasi Data. SELAMI IPS Edisi Nomor 21 Volume II Tahun XII Agustus 2007. ISSN 1410-2323
51
Perempuan mengenai peran, fungsi, dan tugasnya di lembaga (organisasi) dimana ia bekerja”?; Apakah ada pembentukan stereotip gender pada lembaga yang bersangkutan”?; Adakah pertentangan antara profesi PR dengan gender perempuan (peran gender) dari para PRO perempuan”? Dan apa alasan PRO memilih bidang profesi PR”?
3.8.
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Kualitas sebuah penelitian salah satunya ditentukan oleh ‘reliabilitas’ dan
‘validitas’ data yang digunakan dalam penelitian yang bersangkutan. Dalam penelitian kualitatif, konsep ‘validitas’ sangat penting ketimbang ‘reliabilitas’ (Daymon and Holloway, 2002: 90). 82 Untuk memeriksa keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kriteria alternatif untuk menilai kualitas penelitian kualitatif, kriteria tersebut antara lain adalah “credibility” dan “member checking”. Lincoln and Guba (1985) seperti dikutip Daymon and Holloway (2002: 93) mengatakan bahwa”…you should aim for credibility, rather than internal validity. Your study is credible if the people in it recognize the truth of findings in their own social context”. (... Anda harus berusaha untuk kredibilitas, daripada validitas internal. Studi Anda kredibel jika orang-orang di dalamnya mengakui kebenaran temuan dalam konteks sosial mereka sendiri). Dari penjelasan di atas, kriteria kredibilitas termasuk pembuktian bahwa hasil penelitian kualitatif adalah kredibel atau bisa dipercaya dari perspektif
82
Op. Cit, hal 90
52
“participant” dalam penelitian. Karena dari perspektif ini, tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menjelaskan atau memahami fenomena menarik dari sudut pandang “participant” (subyek penelitian), hanya para nara sumberlah orang yang bisa menilai (meligitimasi) kredibilitas hasil penelitian. Dengan demikian, untuk menjaga kredibilitas hasil penelitian ini, maka peneliti meminta para subyek penelitian (participant) untuk memberikan “feedback” terhadap data-data dan temuan-temuan dalam penelitian ini. Selain teknik validasi data tersebut di atas, ada sejumlah cara dimana kita bisa menunjukkan kualitas penelitian kita. Untuk itu peneliti juga menerapkan strategi “member checking” untuk menjamin kualitas penelitian ini. Lincoln and Guba (1985) seperti dikutip Daymon dan Holloway (2002: 95) mengemukakan: A member check or member validation is when you check your understanding of the data with people you study, by summarizing, repeating or paraphrasing their words and asking their veracity and interpretation. It provides feedback to participants, enables you to check their reaction to data and findings, and helps you to gauge their response to the interpretation of the data. (Validasi subyek penelitian adalah ketika Anda mengecek pemahaman Anda tentang data-data dengan orang yang Anda teliti, dengan cara meringkas, mengulangi atau memparafrase kata-kata mereka dan meminta kebenaran dan interpretasi mereka. Ini memberikan umpan balik kepada para peserta (subyek penelitian), memungkinkan Anda untuk mengecek reaksi mereka terhadap data dan temuan-temuan, dan membantu Anda untuk mengukur tanggapan mereka terhadap penafsiran data). Tujuan “member checking” adalah untuk mengetahui apakah data yang disajikan peneliti merupakan realitas dari subyek penelitian dan bisa
53
dipertanggungjawabkan kepada para subyek penelitian tersebut. Selain itu untuk memberikan kesempatan kepada para nara sumber utuk mengoreksi kesalahan yang mungkin terjadi pada saat “interview”. Dan juga untuk memeriksa pemahaman peneliti tentang interpretasi data (Daymon & Holloway, 2002: 96) 83. Untuk itu, peneliti meminta “feedback” dari para nara sumber dan mengkonfirmasi semua data-data yang telah dikumpulkan. Dengan menggunakan kedua staregi pemeriksaan validitas data tersebut di atas, diharapkan keabsahan dan kredibilitas hasil penelitian ini bisa terjaga. Sehingga penelitian ini mempunyai arti dan bermanfaat.
3.9. Keterbatasan Penelitian Seperti halnya penelitian-penelitian lain, penelitian ini juga memiliki keterbatasan. Penelitian ini hanya difokuskan kepada lima orang praktisi PR perempuan yang bekerja di lima perusahaan swasta yang berbeda. Sebagaimana telah dipaparkan di atas bahwa tujuan studi kualitatif adalah untuk memahami suatu fenomena berdasarkan sudut pandang subyek penelitian sendiri. Dengan demikian, temuan dalam penelitian ini tidak bisa digeneralisasi terhadap konteks lain sebagaimana lazimnya dalam penelitian kuantitatif. Dengan kata lain bahwa hasil penelitian ini sangat spesifik dan hanya berlaku pada konteks dan subyek penelitian yang diteliti.
83
Ibid, hal: 96
54
Terkait dengan temuan penelitian kualitatif, Daymon dan Holoway (2002: 91) 84 mengemukakan“On the other hand, the interpretive worldview, which informs most qualitative research, prefers to focus on specific instances or cases that are not necessarily representative of other cases or populations”. Dari penjelasan tersebut, jelas bahwa penelitian kualitatif tidak merepresentasikan kasus-kasus atau populasi lain, sehingga hasilnya tidak bisa digeneralisasi dan direplikasi pada konteks dan kasus yang lain.
84
Ibid, hal 91