BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian Teknik ini membandingkan dua sampel dimana sampel-sampel yang dimanipulasi tidak berada dalam kendali peneliti. Dalam kasus ini dua kelompok sampel penelitian, yakni pelajar SMA yang berlatih seni bela diri bersabuk putih dan bersabuk kuning memiliki karakteristik yang sudah ada dalam subyek dan tidak berada di bawah kontrol peneliti. Desain penelitian seperti ini disebut sebagai salah satu jenis penelitian non eksperimental, yaitu ex-post facto study (Christensen, 2007). Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2012).
3.1.1. Desain Penelitian Desain penelitian sifatnya berupa studi komparatif dua sampel independen secara non-eksperimental (Seniati, Yulianto & Setiadi, 2008).
3.1.2. Operasional Variabel 1) Independent Variable (Variabel bebas): Aktifitas berolahraga Ju-jitsu.
29
Aktifitas olahraga bela diri yang mengutamakan pertarungan yang sifatnya mematikan dengan tujuan untuk melumpuhkan lawan secepat mungkin dengan menggunakan baik tenaga, berat, maupun momentum lawan untuk melawan balik lawan secepat mungkin sehingga memungkinkan seseorang untuk sebisa mungkin menghemat tenaga dan menggunakan teknik tingkat tinggi untuk melumpuhkan lawan secara efektif dan efisien pada sabuk putih dan sabuk kuning. 2) Dependent Variable (Variabel tergantung): kecerdasan emosional Kecerdasan emosional merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain yang diukur dengan kuesioner IKE (inventori kecerdasan emosi).
3.1.3. Populasi dan Sampel 1) Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang bersekolah di SMAN 6 di wilayah Jakarta Selatan dan melatih seni bela diri Ju-jitsu melalui klub ekstrakurikuler. Populasi total adalah 49 siswa SMA yang mengikuti ekstrakurikuler seni bela diri Ju-jitsu tradisional baik yang berjenis kelamin pria maupun wanita. Yang berjenis kelamin wanita berjumlah 20 siswa dan yang berjenis kelamin pria berjumlah 29. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012).
30
2) Sampel diambil melalui cara non probability sampling (purposive sampling) karena tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2012). Sampel dalam penelitian ini adalah pelajar yang berasal dari SMAN 6 berjumlah 34 orang yang terdiri dan 15 orang sabuk putih dan 19 orang sabuk kuning. Karakteristik sampling: (1) Berlatih bela diri Ju-jitsu dan memegang kualifikasi sabuk putih. Pembatasan ini ditujukan untuk melihat kecerdasan emosional pada subyek pemula yang mengikuti olahraga bela diri. (2) Berlatih bela diri Ju-jitsu dan memegang kualifikasi sabuk kuning. Pembatasan ini ditujukan untuk melihat kecerdasan emosional pada subyek yang berlatih bela diri secara lebih intens. (3) Berusia remaja 14-19 tahun. Usia berpengaruh terhadap kecerdasan emosi. Untuk memastikan bahwa usia tidak menimbulkan bias pada hasil penelitian, partisipan kelompok pelajar SMA yang bersabuk putih akan diambil dari rentang usia yang sama dengan partisipan kelompok pelajar yang bersabuk kuning.
3.1.4. Alat Pengumpulan Data Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur kecerdasan emosional yaitu Kecerdasan emosional Inventory (EII) yang disusun oleh Sri Lanawati, M. Si dari UI.
31
Pada awalnya, alat ukur ini terdiri dari 153 item yang diperoleh dari Bar-On Emotional Quotient Inventory (Bar-On EQ-i) sebanyak 62 item, Trait Meta Mood Scale (TMMS) yang disusun oleh Salovey dkk. Sebanyak 27 item, Dr. Rudy Salan sebanyak 18 item, serta item-item yang ditulis sendiri oleh Sri Lanawati sebanyak 32 item. Setelah diujicobakan terhadap 895 responden, beberapa item digugurkan sehingga diperoleh 92 item yang mengukur kecerdasan emosional secara valid dan reliabel dengan reliabilitas Standardized Item Alpha sebesar 0,9308. EII mengukur lima dimensi dari kecerdasan emosional, yaitu kesadaran diri (Self awareness/SA), pengendalian diri (Self control/SC), motivasi diri (Self motivation/SM), empati (Empathy/EM), keterampilan sosial (Social skill/SS) serta mengukur dimensi validitas (validity scale/VS). Alat ini berbentuk self report yang berisi item positif dan item negatif mengenai kesesuaian antara pernyataan yang diberikan pada alat ukur dengan keadaan diri responden yang sebenarnya, bukan yang seharusnya (Wahyuni, 2008). SA mengukur kemampuan siswa yang berkaitan dengan kesadaran emosi sendiri, perhatian pada emosi (attention to feelings), dan kejelasan dalam memilah emosi-emosi (clarity of feeling). SC mengukur kemampuan siswa yang berkaitan dengan pengendalian emosi, toleransi terhadap stres (stress tolerance), pengontrolan dorongan (impulse control), dan pemulihan emosi (mood repair). SM mengukur kemampuan siswa yang berkaitan dengan problem solving, flexibility, happiness, optimism, assertiveness, self-regard, dan independence. EM mengukur kemampuan siswa yang berkaitan dengan empati dan mengenali emosi
32
orang lain (recognizing emotions in others). SC mengukur kemampuan siswa yang berkaitan dengan membina
hubungan interpersonal (interpersonal
relationship), tanggung jawab sosial (social responsibility) dan social skill (Lanawati, 1999). Tabel 3.1 Penyebaran butir-butir berdasarkan dimensi EI dari EII (Lanawati, 1999) Dimensi
Butir (N=92) Positif
Self awareness (Kesadaran diri)
6,13,17,53,61,68,74,75,
Negatif 9, 84 (2)
81, 87 (10)
Self Control
10, 28, 29, 31, 32, 36, 37, 40, 43, 46, 55, 58, 62, 63,
(Pengendalian diri)
65, 69, 70, 71, 77, 83, 85, 86, 88, 91, 92 (25) Empathy (Empati)
11, 14, 19, 20, 34, 50, 56, 33, 73, 82 (3) 59, 60, 64, 66, 67, 78, 80 (14)
Self Motivation (Motivasi diri)
2, 23, 26, 38, 39, 41, 44, 49 (1) 47, 52, 72, 76, 79, 89 (13)
33
Social skill
1, 4, 15, 18, 54 (5)
3, 7, 22, 24, 27, 57, 90 (7)
56, 61, 66 (3)
6,11, 15, 19, 24, 29, 35,
(Keterampilan sosial) Validity scale
40, 51 (9)
(Skala validitas) Jumlah
45
47
Metode kuesioner merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, angket dikirim kembali atau dikembalikan ke peneliti (Bungin, 2005). Skala pengukuran sikap Likert digunakan untuk mengukur sikap responden dalam memberikan tanggapan terhadap pertanyaan atau masalah yang diberikan kepada yang bersangkutan dalam suatu riset tertentu. Biasanya sikap dalam skala Likert diekspresikan mulai dari yang paling negatif, netral sampai ke yang paling positif. Untuk melakukan kuantifikasi maka skala tersebut kemudian diberi angkaangka sebagai simbol agar dapat dilakukan perhitungan (Sarwono, 2012). Kuesioner yang dibagikan kepada subyek penelitian dapat dibagi menjadi tiga bagian yang perlu diisi oleh subyek penelitian, yaitu: 1) Data subyek, meliputi nama, usia, sekolah dan kelas. 2) Pertanyaan singkat, meliputi seberapa lama subyek telah berlatih bela diri, seberapa sering, sabuk warna apa yang dikenakan.
34
3) Skala kecerdasan emosional yang mengukur variabel tergantung maupun bebas dari pertanyaan kali ini.
3.1.5. Teknik Analisa Data 1) Teknik skoring EII terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif yang memiliki perbedaan pada cara skoringnya:
Pernyataan positif: SS=4 S=3 TS=2 STS=1 Pernyataan negatif: SS=1 S=2 TS=3 STS=4
Data dari kedua kelompok sampel penelitian yang telah dikumpulkan kemudian diskoring untuk melakukan pengujian hipotesis.
2) Pengujian hipotesis Skor-skor yang telah diperoleh dari kedua kelompok sampel penelitian akan diolah dengan menggunakan teknik statistik independent sample t-test. Setelah seluruh data diolah dengan independent sample t-test, akan dilakukan uji hipotesis penelitian. Analisa akan dilakukan dengan cara manual di tahap collecting data lalu di lanjutkan menggunakan dengan SPSS untuk perhitungannya. Statistik yang digunakan adalah statistik NonParametris yakni uji T. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel digunakan teknik statistik:
35
(1) Uji Levene untuk Kesamaan Ragam: Digunakan untuk menguji apakah sampel memiliki varian yang sama atau berbeda (Uyanto, 2009). Levene Test juga digunakan untuk menganalisis apakah perbedaan nilai EI pelajar pria bersabuk putih dan bersabuk kuning. (2) Uji t Dua Sampel Independen: Uji t merupakan metode yang paling sering digunakan untuk menilai perbedaan rata-rata antara dua kelompok atau lebih. Uji t yang digunakan adalah uji t sampel bebas yakni prosedur untuk membandingkan rata-rata dua sampel yang berbeda atau independen pada dua variabel (Sarwono, 2012). Berbeda dengan Levene test yang menggunakan varians, pengujian dengan t test menggunakan mean. Ho = kedua rata-rata populasi adalah identik H1 = kedua rata-rata populasi adalah tidak identik
Probabilitas > 0,05 = Ho diterima
Probabilitas < 0,05 = Ho ditolak
(3) Taraf signifikansi Penelitian ini menggunakan taraf signifikansi 95% dalam pengujian seluruh hipotesis.
36