BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di daerah irigasi Namu Sira- Sira di Kabupaten Langkat yaitu Kecamatan Sei Bingei, Lokasi Bendung Namu Sira- Sira berjarak ± 11 km sebelah barat Kotamadya Binjai. Letak geografis Kecamatan Sei Bingei berada pada kisaran 3’ 14’ LU dan 97’ 52’ BT. Daerah Kecamatan Sei Binge mempunyai iklim hujan tropis dan curah hujan rata – rata berkisar antara 2000 – 3500 mm per tahun. Temperatur udara rata – rata 26,8 C, rata – rata kelembaban nisbi sekitar 85%, lama penyinaran 58%, dan kecepatan angin rata – rata 1,9m per detik.
III.2. Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data informasi yang diperlukan, diperoleh melalui pengumpulan data – data teknis dan non teknis, jurnal, ataupun artikel yang terkait dengan proses Pembangunan Rehabilitasi Namu Sira – Sira, meninjau kondisi eksisting secara langsung turun ke lapangan, melakukan kerjasama dengan pihakpihak terkait, khususnya instansi Dinas Pengairan dan Irigasi Propinsi Sumatera Utara dalam pengumpulan data, serta mencari dan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan bendung dan jaringan irigasi yang telah terangkum dalam buku dan telah diteliti kebenarannya oleh para ahli (sebagai informasi pembanding).
Universitas Sumatera Utara
III.3. Menghitung Debit pada Saluran. Perhitungan debit pada saluran dihitung dengan menggunakan rumus : a. SCRW (Standard Contracted Rectangular Weir) Francis formula Q = 1.84( L − 0,2H) H 3 / 2 b. Standard Trapezoidal (Cipolletti) Weir : Q = 1,86 L H 3/ 2
III.4. Menghitung Tingkat Efisiensi dan Efektifitas Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. (a) Tingkat efisiensi akan diukur dari nilai Pasok Irigasi per Area (PIA), Pasok Irigasi Relatif
(PIR) dan Pasok Air Relatif (PAR) dengan
rumusan sebagai berikut:
(a.1) PIA
Pasok Air Irigasi Liter/Detik/Ha Luas Lahan Terairi
=
(a.2) PIR/RIS =
Pasok Irigasi Total Kebutuhan Air Tanaman
(a.3) PAR/RWS =
Liter/Detik/Ha
Total Pasok Air Liter/Detik/Ha Kebutuhan Air Tanaman
Universitas Sumatera Utara
Kaidah keputusannya adalah : Semakin kecil nilai PIA, PIR dan PAR, maka pengelolaan irigasi semakin efisien.
(b) Tingkat efektivitas akan diukur dari nilai Indek Luas Areal (IA), dengan rumusan berikut:
IA
=
Luas Areal Terairi Luas Rancangan
X 100 %
Dalam hal ini, semakin tinggi nilai IA menunjukkan semakin efektif pengelolaan jaringan irigasi.
III.5. Studi Kelayakan Dalam melakukan studi kelayakan terhadap proyek Rehabilitasi Namu Sira- Sira, menggunakan metode berikut ini.
1. Metode Net Present Value (NPV)
Metode ini berusaha membandingkan komponen biaya dan manfaat dari suatu proyek dengan acuan yang sama agar dapat diperbandingkan satu dengan yang lainnya (LPKM-ITB, 1997). Dalam hal ini acuan yang digunakan adalah besaran netto saat ini (Net Present Value), artinya semua besaran komponen manfaat dan biaya di ubah dalam besaran nilai sekarang. Selanjutnya NV di
Universitas Sumatera Utara
definisikan sebagai selisih antara Present Value antara komponen manfaat dan komponen biaya. Secara matematis di tuliskan sebagai berikut : NPV = Σ Bt/1+dt - Σ Ct/1+dt = Σ Bt-ct/1+dt
2. Metode Benefit Cost Ratio (BCR)
Prinsip dasar metode ini adalah mencari indeks yang menggambarkan tingkat efektifitas pemanfaatan biaya terhadap manfaat yang diperoleh. Indeks ini dikenal sebagai indeks Benefit Cost Ratio, yang secara matematis ditulis :
BCR
= ΣBt/1+dt ΣCt/1+dt
3. Metode Internal Rate of Return (IRR) IRR atau internal rate of return adalah besaran yang menunjukkan harga discount rate pada saat NPV = 0. Dalam hal ini IRR dapat di anggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek, dan secara matematis ditulis:
Atau disederhanakan:
Universitas Sumatera Utara
4. Metode Payback Period Metode payback
period
adalah
metode
yang
diperlukan
untuk
mengembalikan modal suatu investasi dihitung dari aliran kas bersih. Dalam hal ini menggunakan BEP dan B/C rasio. Gambar 3.1 contoh grafik Payback period
(sumber : ekonomi teknik, konsepsi teori dan aplikasi hal 201)
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN IV.1
Analisa Data Klimatologi dan Curah hujan serta Perhitungan Kebutuhan Air Dari data – data klimatologi dan curah hujan yang ada akan dianalisa
faktor –faktor yang menentukan dalam pengelolaan irigasi di Namu Sira – Sira tersebut. Di dalam analisa dan pembahasan ini data curah hujan yang dipakai berasal dari 3 stasiun curah hujan yang ada di Namu Sira - Sira, yaitu : Stasiun BPP kecamatan Sei Bingei, Stasiun BPP kecamatan Selesai, serta Stasiun BPP kecamatan Kuala. Data Klimatologi diambil dari stasiun klimatologi Sampali dikarenakan tidak adanya stasiun klimatologi yang memadai yang tersedia di daerah Namu Sira-Sira
IV.1.1 Data Penyinaran Matahari Rata-rata Bulanan Jam-jam penyinaran matahari setiap harinya dinyatakan sebagai suatu persentase dari periode waktu antara 06.30 sampai jam 18.30. Lamanya penyinaran matahari rata-rata adalah 51.58 %, sementara lamanya sinar matahari minimum adalah 41.00 % pada bulan November dan lamanya sinar matahari maksimum adalah 59.00 % pada bulan Juni selama musim kemarau.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Data penyinaran matahari rata-rata bulanan. Penyinaran Matahari (%)
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
47.00 54.00 58.00 56.00 57.00 59.00 58.00 55.00 47.00 43.00 41.00 44.00
IV.1.2 Data Kelembapan Udara Rata-rata Bulanan Data kelembapan udara diperoleh dari stasiun klimatologi Sampali. Kelembapan udara minimum sebesar 83.00 % terjadi pada bulan Juni dan Juli, sedangkan kelembapan maksimum sebesar 87.00 % terjadi pada bulan Oktober dan Nopember. Tabel 421 Data kelembaban udara rata-rata bulanan. Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Kelembaban Udara ( % ) 85.0 84.00 83.00 84.00 85.00 83.00 83.00 84.00 86.00 87.00 87.00 86.00
Universitas Sumatera Utara
IV.1.3 Data Temperatur Udara Rata-rata Bulanan Temperatur setiap bulannya sedikit bervariasi sepanjang tahun khususnya di pertengahan bulan. Temperatur udara rata-rata bulanan minimum adalah 25.50 0
C pada bulan Januari, sedangkan temperatur udara rata-rata bulanan maksimum
adalah 27.20 0C pada bulan Mei.
Tabel 4.3 Data Temperatur Udara Rata-rata Bulanan Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Temperatur rata-rata (C) 25.50 26.20 26.50 27.10 27.20 27.10 26.50 26.30 26.20 26.20 26.20 26.00
IV.1.4 Data Kecepatan Angin Rata-rata Bulanan Data kecepatan angin rata-rata bulanan ini diperoleh dari stasiun meteorologi Sampali. Kecepatan angin rata-rata bulanan minimum adalah sebesar 86.40 km/hari pada bulan Agustus sampai dengan Oktober, sedangkan kecepatan angin rata-rata bulanan maksimum di Namu Sira - Sira adalah 120.96 pada bulan Januari.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Data kecepatan angin rata-rata bulanan. Bulan
Kec.Angin rata2 (km/hari)
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
120.96 103.68 112.32 95.04 95.04 95.04 95.04 86.40 86.40 86.40 103.68 95.04
IV.1.5 Data Expose Surface Tabel 4.5 Data expose surface. Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Expose Surface ( % ) 47 54 58 56 57 59 58 55 47 43 41 44
Universitas Sumatera Utara
IV.1.6 Data Curah Hujan Bulanan Rata-rata dan Rata-rata lamanya Hujan Per Bulan Curah hujan adalah banyaknya hujan yang jatuh pada suatu tempat. Curah hujan juga mempengaruhi debit dan aliran permukaan pada suatu sungai. Intensitas turunnya hujan juga merupakan faktor penting, sehingga intensitas ratarata lamanya hujan juga harus diperhitungkan.
Tabel 4.6 Data curah hujan rata-rata bulanan. Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Curah Hujan rata-rata
Rata-rata lamanya Hujan
( mm )
( Hari )
52.847 64.162 47.246 58.915 55.201 51.088 54.329 55.880 83.760 67.689 58.424 69.702
11 10 10 13 14 11 13 15 20 21 20 17
Universitas Sumatera Utara
IV.2 Analisa Curah Hujan Dengan Menggunakan Metode Thiessen Metode ini digunakan apabila dalam suatu wilayah stasiun pengamatan curah hujannya tidak tersebar merata. Curah hujan rata-rata dihitung dengan mempertimbangkan pengaruh tiap-tiap stasiun pengamatan, yaitu dengan cara menggambar garis tegak lurus dan membagi dua sama panjang garis penghubung dari dua stasiun pengamatan. Kemudian dibuat poligon yang memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis penghubung dua stasiun hujan. Dengan demikian tiap stasiun penakar Rn akan terletak pada suatu poligon tertentu An. Dengan menghitung perbandingan luas untuk setiap stasiun yang besarnya = An/A, dimana A adalah luas daerah penampungan atau jumlah luas seluruh areal yang dicari tinggi curah hujannya. Curah hujan rata-rata diperoleh dengan cara menjumlahkan pada masing-masing penakar
yang
mempunyai
daerah
pengaruh
yang
dibentuk
dengan
menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara dua pos penakar. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut: d=
A1.d 1 + A2.d 2 + A3.d 3 + ..... An.dn ∑ Ai.di = A A
.......
(4-1)
Keterangan: A
= Luas areal (km2)
d
= Tinggi curah hujan rata-rata areal
d1, d2, d3,...dn = Tinggi curah hujan di pos 1, 2, 3,...n A1, A2, A3,...An= Luas daerah pengaruh pos 1, 2, 3,...n
Universitas Sumatera Utara
6
5 A5 A4
4
7 A7 A3
1 A1
3 A2
2
Gambar IV-1. DAS dengan perhitungan curah hujan polygon Thiessen.
Hasil perhitungan dengan rumus
polygon thiessen lebih teliti
dibandingkan perhitungan dengan rumus lainnya yang sejenis. Penghitungan curah hujan di DAS Namu Sira - Sira dengan metode Thiessen pada tugas akhir ini menggunakan data curah hujan dari 3 stasiun curah hujan yang ada, yaitu : Stasiun Sei Bingei, Stasiun Kuala, Stasiun Selesai. Tabel 4.7 Data perhitungan curah hujan thiessen. No 1 2 3
Stasiun Curah Hujan Sei Bingei Kuala Selesai Total Catchment Area
Luas Catchment Area (km2)
Faktor Thiessen
373.891 144.699 167.382
0.493878504 0.284200849 0.221920647
685.972
Universitas Sumatera Utara
Debit andalan dari hasil perhitungan F. J . Mock dapat diasumsikan sebagai debit yang memiliki probabilitas 80%. Debit dengan probabilitas 80% adalah debit yang memiliki kemungkinan terjadi di bendung sebesar 80% dari 100% kejadian. Jumlah kejadian yang dimaksud
adalah jumlah data yang
digunakan untuk menganalisis probabilitas tersebut. Jumlah data minimum yang diperlukan untuk analisis adalah lima tahun dan pada umumnya untuk memperoleh nilai yang baik data yang digunakan hendaknya berjumlah 10 tahun data. Dalam tugas akhir ini menggunakan data debit bulanan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2009 di Daerah Irigasi Namu Sira - Sira.. Debit andalan yang dipakai adalah debit minimum berdasarkan pola tanam di Daerah Irigasi Namu Sira – Sira yaitu 38,60 m3/detik
IV.3
Perhitungan Efisiensi Saluran Pada saluran irigasi dalam kondisi normal, tingkat efisiensi yang ada
adalah sekitar 65%, secara terperinci ditunjukkan pada tabel dibawah ini : Tabel 4.8 efisiensi saluran irigasi Jaringan
efisiensi
Kehilangan air
Saluran tersier
80 %
15 - 22.5 %
Saluran sekunder
90 %
7.5 – 12.5 %
Saluran primer
90 %
7.5 – 12.5 %
Jumlah
65 %
Universitas Sumatera Utara
Namun pada kenyataannya kondisi saluran di daerah irigasi Namu sira – sira sudah tidak memadai karena faktor usia pakai yang memang sudah cukup lama. Maka dari itu perlu ditinjau ulang efisiensi saluran pada daerah irigasi tersebut. Dari pengumpulan data dari masyarakat, didapat bahwa ada beberapa saluran yang mengalami kerusakan parah seperti tergambar dalam tabel berikut : Tabel 4.9 Daftar saluran sekunder dengan tingkat kerusakan berat. No
Saluran
1
BNU2-BNU3
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
BNU3ka BMC2 BNU9 BNT1 BNT2 BSG1 BSG2 BSG3 BSG4 BNT6 BBR5 BBR5-BBR6 BBR6-BBR7 BBR7-BBR8 BBR8-BBR9 BTN1
18
BMC5BMC6
19 20 21 22 23 24
BMC4 BSB4 BBK1-BBK2 BBR3 BST 2 BST3
Permasalahan Sisi talud amblas 10m , saluran perlu dilining sepanjang 30m Talud saluran sekunder longsor Banyak sampah sehingga air tak mengalir dengan baik Terimbun tanah sehingga tidak berfungsi lagi Lining talud hancur Dasar saluran bangunan terjun hancur Dinding talud jatuh Dinding saluran hancur Dinding saluran hancur Lining dinding saluran hancur sepanjang 2m Saluran ditutup, warga mendirikan bangunan diatasnya Sedimentasi tinggi Sadap liar, lining talud hancur sepanjang 6m Perlu dilining sepanjang 150m Sedimentasi tinggi, perlu dilining sepanjang 200m Gorong - gorong sering tersumbat Perlu dilining sepanjang 100m di sebelah kiri saluran Sadap liar, saluran ditumbuhi semak, saluran perlu dilining sepanjang 300m hingga bangunan sadap, sedimentasi tinggi Lining jebol sepanjang 4m Sadap liar, sedimentasi tinggi, lining saluran rusak Perlu dilining Perlu dililing Saluran dijadikan tempat ternak ikan dan mandi kerbau Lining jebol
Universitas Sumatera Utara
Untuk itu, maka perhitungan efisiensi saluran sekunder dibagi menjadi dua kelompok sampel yaitu saluran dengan kondisi sedang dan saluran dengan kondisi kurang.
Universitas Sumatera Utara
IV.3.1 Pengumpulan data efisiensi saluran 3. Metode Pengumpulan data Metode yang saya gunakan untuk mengumpulkan data efisiensi di daerah irigasi Namu Sira Sira menggunakan 2 metode yaitu melakukan survey teknis dan mewawancara masyarakat sekitar. a. Survey Teknis Survey ini dilakukan dengan melakukan penelitian langsung pada saluran irigasi menggunakan pelampung untuk dengan menggunakan rumus debit pada saluran terbuka yaitu : Q = V. A Karena perhitungan efisiensi merupakan perbandingan antara debit yang masuk dengan debit yang keluar, dan diasumsikan luas penampang basah (A) sama pada tiap – tiap saluran maka rumus diatas bisa disederhanakan menggunakan persamaan : Efisiensi = V1/V2
V = T.S
= T2/T1 Dimana S = 6m Kecepatan rata-rata biasanya diambil 85% dari kecepatan permukaan ( Hidraulika II, hal 108. Bambang Triatmojo). Namun karena perhitungan dipakai untuk mendapatkan Debit pada saluran dengan menggunakan perbandingan kecepatan rata-rata yang variabelnya sama dari kecepatan permukaan yaitu sebesar 85% maka perhitungan kecepatan rata-rata boleh tidak dihitung.
Universitas Sumatera Utara
Walaupun begitu penulis menyadari bahwa keakuratan data tersebut kurang karena perubahan dimensi pada saluran diakibatkan oleh rusaknya dinding saluran serta perubahan kedalaman yang terjadi karena penyebaran sedimen yang tidak merata. Pengukuran yang akurat tidak dapat dilakukan karena keterbatasan alat dan biaya sehingga kesalahan pengukuran diminimalisir dengan cara melakukan survey kecepatan V1 dan V2 diusahakan pada kondisi dimensi yang sama. Data percobaan diambil dengan mengukur waktu pada ujung dan pangkal saluran sekunder yaitu sebesar jarak 6 meter. Metode ini digunakan untuk mengukur efisiensi pada saluran primer dan sekunder.
Universitas Sumatera Utara
b. Wawancara. Survey dengan wawancara ini dilakukan untuk mencari efisiensi saluran tersier karena panjang total saluran tersier tidak diketahui dan keterbatasan saya dalam pengambilan data baik secara materi maupun waktu. Wawancara dilakukan ke masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai petani dengan menanyakan langsung berapa perkiraan air yang hilang mulai dari petak tersier sampai ke sawah. Dari data wawancara didapat efisiensi sebesar 60-70% karena banyaknya kerusakan.
4. Hasil perhitungan Jadi pada dearah irigasi NAMU SIRA SIRA mempunyai efisiensi sebagai berikut Tabel 4.10 Efisiensi saluran irigasi Di Namu Sira-Sira Jaringan
efisiensi
Kehilangan air
Saluran tersier
65%
7.5 – 35 %
Saluran sekunder
65 %
7.5 – 35 %
Saluran primer
91 %
7.5 – 12.5 %
Jumlah
38.448%
61.542%
Saluran tersier tidak bisa disurvey karena tidak ada data yang pasti mengenai panjang saluran total sehingga data yang dipergunakan adalah data yang diambil dari wawancara terhadap masyarakat disekitar lokasi yang berprofesi sebagai petani atau tokoh masyarakat dan pengurus P3A yang ada di daerah
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Adapun dari keterangan mereka didapat bahwa efisiensi saluran sekunder mencapai 60-70% karena banyaknya kerusakan.
Dari data perhitungan didapat bahwa efisiensi keseluruhan saluran adalah 38.448%. Kebutuhan air untuk tanaman padi diambil 1,66L/det Ha.
(a.1) PIA
=
Pasok Air Irigasi Luas Lahan Terairi
PIA
=
38.600 L/det x 38,448% 5217 Ha
= 2,845 Liter/Detik/Ha
(a.2) PIR/RIS =
Pasok Irigasi Total Kebutuhan Air Tanaman
PIR/RIS =
38.448% x 38.600 L/det 5217 Ha x 1,66 L/det Ha
= 1,713 Liter/Detik/Ha
Universitas Sumatera Utara
(a.3) PAR/RWS =
PAR/RWS =
Total Pasok Air Kebutuhan Air Tanaman
38.600 L/det 5217 Ha x 1,66 L/det Ha
= 4,457 Liter/Detik/Ha
Tabel 4.11 Luas areal pertanian di Daerah Irigasi Namu Sira-sira Kiri N o
Nama P3A
Daerah Kelurahan
Kecam atan
Luas Areal (Ha)
Perkemban gan
Jumlah Petak Tersier
1
Sido Makmur
Pekan Kuala
Kuala
361
Aktif
4
2
Harapan Jaya
Padang Cermin
Selesai
250
Tidak Aktif
3
3
Terus Maju
Nambiki
Selesai
337
Tidak Aktif
5
4
K.A Roja
Balai Kasih
Kuala
344
Aktif
5
5
Raja Tengah
Raja Tengah
Kuala
315
Aktif
4
6
Mbuah Page
Dalan Naman
Kuala
99
Tidak Aktif
3
7
Makmur Sido Mukti
Bekulap
Selesai
204
Tidak Aktif
2
8
Sedar Tani
Lau Mulgap
Selesai
81
Tidak Aktif
1
Total
1991
27
Sumber: Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Proponsi Sumut, Unit Pelaksana Namu Sira-sira Kiri, 2009 Tabel 4.12 Luas areal pertanian di Daerah Irigasi Namu Sira-sira Kanan N o
Nama P3A
Daerah Kelurahan
Kecam atan
Luas Areal (Ha)
Perkemban gan
Jumlah Petak Tersier
1
Durian Lingga
Durian Lingga
Sei Bingei
237
Belum Berkembang
3
2
Makmur
Psr 8 Namu Terasi
Sei Bingei
353
Belum Berkembang
8
3
Usahatani
Psr VI Namu Terasi
Sei Bingei
455
Belum Berkembang
10
4
Tunas Harapam
Psr II Purwobinangun
Sei Bingei
350
Belum Berkembang
6
Universitas Sumatera Utara
N o 5 6
Nama P3A Makmur Emplasemen Sepakat Namu Ukur Utara
Daerah Kelurahan
Kecam atan
Luas Areal (Ha)
Perkemban gan
Jumlah Petak Tersier
Emplasemen KW. Mencirim
Sei Bingei
160
Belum Berkembang
7
Namu Ukur Utara
Sei Bingei
816
Belum Berkembang
17
7
Embun
Psr 6 KW Mencirim
Sei Bingei
206
Belum Berkembang
8
8
Saroha
Tanah Merah
Binjai Selatan
369
Belum Berkembang
6
9
Sepakat
Bakti Karya
Binjai Selatan
112
Belum Berkembang
5
10
Bersama
Tanah Seribu
Binjai Selatan
90
Belum Berkembang
2
11
Nyata
Binjai Estate
Binjai Selatan
78
Belum Berkembang
2
Total
3226
74
Sumber: Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Proponsi Sumut, Unit Pelaksana Namu Sira-sira Kanan, 2009
Total Lahan keseluruhan = 3226 + 1991 = 5217 Ha
Universitas Sumatera Utara
SKETSA SURVEY TEKNIS PADA SALURAN SEKUNDER
Universitas Sumatera Utara
IV.4
Perhitungan Efektivitas Saluran
Tingkat efektivitas akan diukur dari nilai Indek Luas Areal (IA), dengan rumusan berikut:
IA
=
Luas Areal Terairi Luas Rancangan
IA
=
5217 Ha X 100 % 6300 Ha
IA
= 82,81%
X 100 %
Universitas Sumatera Utara
BAB V ANALISA EKONOMI
V.1.
Latar Belakang. Analisa ekonomi dilakukan pada proyek rehabilitasi yang dilakukan pada
Daerah irigasi Namu sira-sira yaitu Participatory Irrigation Rehabilitation and Improvement Management Project (PIRIMP) dimulai pada tahun 2009, di[aksanakan di beberapa provinsi, salah satunya adatah Sumatera Utara. PIRIMP merupakan proyek Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Parisipatif, di mana petani/ketompok P3A diharapkan mampu berpartisipasi dalam pengelolaan dan pemeliharaan irigasi yang mereka gunakan. Proyek PIRIMP terdiri dari 2 komponen, yaitu: 1. Rehabititasi jaringan (saat ini baru diaplikasikan pada saluran sekunder). 2. Perbaikan operasi dan pemeliharaan janngan irigasi dengan pemberdayaan P3A dan penguatan kelembagaan O&P pemerintah, pengelolaan air tingkat usaha tani dan pengelolaan aset jaringan irigasi. Dengan demikian diharapkan dengan adanya analisa ekonomi yang bertumpu pada studi kelayakan ini dapat dievaluasi secara garis besar kelayakan proyek tersebut. Adapun anggaran yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia untuk rehabilitasi saluran sekunder periode 2009-2011 yaitu sebesar : 2009 : Rp. 9.552.543.000,2010 : Rp. 23.025.457.000,2011 : Rp. 15.000.000.000,-
Universitas Sumatera Utara
Jumlah Total : Rp. 47.573.000.000,(Sumber : Badan wilayah sungai II Sumatera Utara)
Dengan adanya rehabilitasi ini diasumsikan terjadi kenaikan efisiensi saluran sekunder menjadi seperti pada bangunan baru yaitu 90%. Sehingga terjadi perubahan efisiensi total saluran seperti pada tabel berikut :
Sebelum Rehabilitasi Jaringan
efisiensi
Kehilangan air
Saluran tersier
65%
7.5 – 35 %
Saluran sekunder
65 %
7.5 – 35 %
Saluran primer
91 %
7.5 – 12.5 %
Jumlah
38.448%
61.542%
Jaringan
efisiensi
Kehilangan air
Saluran tersier
65%
7.5 – 35 %
Saluran sekunder
90 %
7.5 – 10 %
Saluran primer
91 %
7.5 – 12.5 %
Jumlah
53.235%
46.765%
Sesudah Rehabilitasi
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
setelah
rehabilitasi
direncanakan terjadi kenaikan debit air yang sampai ke lahan pertanian sebesar 14,787% dari Total debit air yang masuk. Yaitu sebesar : 14,787% x 38,6m3/det
= 5,7078 m3/det = 5707,8 L/det
V.2.
Analisa Ekonomi Apabila kita pakai perbandingan efektivitas dan efisiensi yang terjadi pada
Daerah irigasi Namu Sira-Sira dimana pada supply air 14,841 m3/det atau 14.841L/det digunakan untuk mengairi lahan padi sebesar 5217 Ha, maka kenaikan debit air sebesar 5.707,8 L/det dapat digunakan untuk mengairi penambahan lahan padi sebesar 2006,441 Ha. Karena melebihi 6300 Ha sebagai rencana awal maka diambil 6300 Ha sebagai Luas lahan rencana setelah rehab. Dengan begitu berarti luas lahan padi bertambah sebesar 592.2 Ha. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di Daerah Irigasi Namu Sira-Sira bahwa satu Ha lahan padi dapat menghasilkan 6-7 Ton sekali panen (diambil 6,5). Serta pola tanam rata-rata padi adalah 2 kali setahun maka dalam setahun 592,2 Ha dapat menghasilkan padi sebesar 3849.3 Ton. Serta harga gabah di Namu SiraSira rata-rata adalah Rp.2700,- per kilogram (2010). Maka analisa ekonominya dapat kita kelompokkan sebagai berikut : Pengeluaran - Anggaran Rehabilitasi Saluran Sekunder (APBN)
: Rp.47.573.000.000,-
- Modal Tanam Padi Per Periode tanam per Hektar
: Rp.8000.000,-
Universitas Sumatera Utara
Pendapatan - Penjualan padi (per tahun)
: Rp.20.786.220.000,-
Dengan nilai I = 12% Umur Rencana : 20 tahun. maka,
1. Metode Net Present Value (NPV) Metode ini berusaha membandingkan komponen biaya dan manfaat dari suatu proyek dengan acuan yang sama agar dapat diperbandingkan satu dengan yang lainnya (LPKM-ITB, 1997). Dalam hal ini acuan yang digunakan adalah besaran netto saat ini (Net Present Value), artinya semua besaran komponen manfaat dan biaya di ubah dalam besaran nilai sekarang. Selanjutnya NPV di definisikan sebagai selisih antara Present Value antara komponen manfaat dan komponen biaya. Secara matematis di tuliskan sebagai berikut : NPV = Σ Bt/1+dt - Σ Ct/1+dt = Σ Bt-ct/1+dt NPV =
Rp.60.676.252.667,70-
2. Metode Internal Rate of Return (IRR) IRR atau internal rate of return adalah besaran yang menunjukkan harga discount rate pada saat NPV = 0. Dalam hal ini IRR dapat di anggap sebagai
Universitas Sumatera Utara
tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek, dan secara matematis ditulis:
Atau disederhanakan:
IRR
= 31 %
3. Metode Payback Period Metode payback period adalah metode yang diperlukan untuk mengembalikan modal suatu investasi dihitung dari aliran kas bersih. Dalam hal ini menggunakan BEP dan B/C rasio. BEP
= 9,2 Tahun
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
1. Efisiensi Saluran Irigasi Namu Sira-Sira berdasarkan perhitungan sebelum proyek rehabillitasi adalah sebesar 38,448% sedangkan efisiensi rencana sesudah rehabilitasi adalah sebesar 53,235% yang berarti terjadi kenaikan sebesar 14,787% Atau kenaikan debit air pada saluran sebesar 5,7078m3/detik. Dengan nilai PIA = 2,845; PIR = 1,713; PAR = 4,457 dan Efektivitas IA = 82,81% 2. Dari analisa ekonomi terhadap kelayakan proyek rehabilitasi didapat NPV = Rp.173.892.878.267,- ; IRR = 31 %, dan Waktu pengembalian modal adalah 9,3 Tahun. Dari sini dapat disimpulkan bahwa proyek tersebut layak dijalankan karena NPV lebih besar dari nilai modal yaitu Rp. 66.602.200.000,- dan IRR lebih besar dari suku bunga yg ada yaitu 12%.
Universitas Sumatera Utara