BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (classroom reaseach). Masalah penelitian yang harus dipecahkan berasal dari persoalan praktik pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas secara lebih profesional. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu kajian yang bersifat reflektif dan sistematik oleh pelaku tindakan dan ditujukan untuk memaknai tindakan yang telah dilakukan selama proses pembelajaran, serta untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Untuk lebih memahami PTK marilah kita pelajari definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Salah satunya dikemukakan oleh Kemmis & Carr (1986). Kedua penulis ini menyatakan bahwa : Penelitian Tindakan merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat social dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan itu serta situasi dimana pekerjaan itu dilakukan. Dalam penjelasan lebih lanjut terhadap definisi tersebut, Kemmis & Carr memasukkan bidang pendidikan di dalamnya. Ini berarti, guru diharapkan ikut terlibat dalam pelaksanaan penelitian tindakan yang dilakukan dalam kelas. Selanjutnya Ebbut (1985) mengemukakan bahwa : “Penelitian Tindakan Kelas RAYMOND, 2012 Penerapan Metode ... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
76
merupakan studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut”. Ebbut melihat proses dan penelitian tindakan ini sebagai suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan. Di dalam dan di antara siklus-siklus itu ada informasi yang merupakan balikan. Penekanan tetap pada hal yang sama, yaitu penelitianpenelitian harus memberikan kesempatan pada pelakunya untuk melaksanakan tindakan melalui beberapa siklus agar berfungsi secara efektif. Selanjutnya Mc. Taggart yang dikutip oleh Ruswandi Hermawan (2000 :1) menyatakan bahwa : Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pengajaran dengan cara melanjutkan perubahan-perubahan dan mempelajari akibat-akibat dari perubahan-perubahan itu, jenis dan sifat perubahan tersebut dapat terjadi sebagai hasil mengajar reflektif. Selain pendapat di atas, Kardiawarman (2001 : 1) menyatakan pula pendapatnya, yaitu : Penelitian Tindakan Kelas adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi-diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang : (a) praktek-praktek kependidikan mereka, (b) pemahaman mereka tentang praktek-praktek tersebut, dan (c) situasi dimana praktek-praktek tersebut dilaksanakan. Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Penelitian Tindakan Kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Singkatnya Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian prkatis yang dilakukan di kelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada.
77
Tujuan utama penelitian tindakan kelas yaitu perbaikan praktik pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh guru. Oleh karena itu fokus penelitian tindakan kelas berupa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran di kelas. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian tindakan kelas yang berfokus pada kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, yang dilakukan oleh penelitian dalam hal ini sebagai guru kelas yang bertujuan meningkatkan kegiatan pembelajaran di kelas sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, konsep dasarnya yaitu memecahkan permasalahan yang dihadapi di kelas dengan langkah-langkah yang akan diambil dalam siklus penelitian, antara lain: a. Mengidentifikasi masalah b. Memutuskan alternatif pemecahan yang akan diambil c. Melakukan tindakan yang sudah direncanakan d. Observasi berikutnya serta menganalisis hasil tindakan sebelunya e. Refleksi f. Mengambil kesimpulan B. Sumber Data Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Babakan Ciparay Tengah Kota Bandung. Penelitian ini dilaksanakan pada bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV dengan siswa berjumlah 35 orang. Bertindak sebagai pengamat (observer) adalah kepala Sekolah serta guru yang akan memberikan masukanmasukan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran. Sementara data yang akan dikumpulkan melalui : (a) hasil belajar, (b) rencana pembelajaran, dan (c) hasil
78
observasi. Sumber data yang ditetapkan dalam penelitian ini siswa kelas IV SDN Babakan Ciparay Tengah Kota Bandung. C. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang ditempuh sesuai dengan metoda Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dilaksanakan dalam bentuk proses pengkaj ian berdaur (siklus) yang terdiri dari 4 tahap, yaitu: (a) Perencanaan (planning); (b) Tindakan (action), (c) pengamatan (observasi); dan (d) refleksi (reflection), mengacu pada metodologi penelitian. Untuk mengatasi setiap permasalahan yang muncul atau mungkin terjadi dalam proses pembelajaran terlebih dahulu membuat perencanaan pembelajaran, kemudian pelaksanaan tindakan sebagai implementasi perencanaan tersebut. Pelaksanaan tndakan selalu disertai dengan pengamatan baik oleh pelaku sendiri maupun oleh observer lain. Dalam hal ini observer yang dimaksud adalah siswa, rekan guru, kepala sekolah, dan peneliti sendiri.
79
Adapun model penelitian kelas yang dilakukan dapat dilihat adalah bagan seperti di bawah ini : Realita Lapangan
Masalah
Refleksi I
Refleksi
Perencanaan Siklus II
Pengumpulan Data
Perencanaan Umum
Pelaksanaan II
Reduksi Data
Perencanaan Siklus I
Monitoring II
Pelaksanaan I
Diskusi II
Penyajian Data
Monitoring I
Refleksi II
Kesimpulan Data
Diskusi dan Evaluasi I
Implikasi Praktis
Gambar 3.1 : Alur Desain Penelitian
Trianggulasi Data
80
Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas, seperti juga dalam penelitian yang lain, peneliti harus mengikuti langkah-langkah (prosedur) tertentu agar proses yang ditempuh adalah tepat sehingga hasil yang diperoleh pun dapat dipertanggungjawabkan. Adapun langkah-langkah umum Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi Masalah Ada tiga hal yang harus dinyatakan atau dirumuskan dengan jelas sebelum suatu penelitian dapat dilakukan. Ketiga hal tersebut adalah : (a) masalah yang akan diteliti atau pertanyaan yang ingin dijawab, (b) metode penelitian atau cara yang akan ditempuh untuk menemukan jawaban dari permasalahan tersebut, dan (c) alasan mengapa penelitian itu dilakukan. Identifikasi dan perumusan masalah yang akan diteliti merupakan langkah pertama yang harus dilakukan oleh peneliti karena tanpa identifikasi dan perumusan masalah yang jelas, sebuah penelitian akan kehilangan makna dan landasan ontologis sebagai kerangka kajian yang akan dilakukan. 2. Melakukan Analisis Masalah Secara umum diketahui bahwa suatu masalah merupakan gejala yang timbul oleh satu atau sejumlah sebab. Dalam ilmu-ilmu social, termasuk ilmu pendidikan, suatu masalah umumnya disebabkan oleh lebih dari satu factor. Mengingat penelitian selalu dibatasi oleh waktu, dana, tenaga dan kemapuan, maka peneliti perlu membatasi masalah yang akan diteliti. Pembatasan masalah merupakan upaya untuk menetapkan batas-batas permasalahan dengan jelas yang memungkinkan peneliti mengidentifikasi factor mana saja
81
yang masuk dalam lingkup permasalahan, dan factor mana yang tidak. Dengan pembatasan-pembatasan tersebut, focus masalah menjadi bertambah jelas yang memungkinkan peneliti untuk merumuskan masalah dengan baik. 3. Merumuskan Masalah Apabila masalah telah diidentifikasi dan kemudian dipilih untuk dipecahkan melalui Penelitian Tindakan Kelas, maka tindakan selanjutnya adalah merumuskannya secara jelas agar dapat menyingkap beberapa factor penyebab utamanya. Pemahaman terhadap factor penyebab utama ini memungkinkan peneliti untuk mencari dan menemukan alternatif pemecahan masalah yang tepat dan mendasar. Ketidakberhasilan menemukan masalah yang pokok beserta factor penyebab utamanya akan mengakibatkan pemecahan masalah yang diperoleh hanya berada di permukaan dan bersifat sementara. Perumusan masalah merupakan tonggak terakhir dalam penyusunan komponen masalah penelitian. Perumusan masalah adalah upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicarikan jawabannya. Secara teoritis belum ada aturan baku yang berlaku umum mengenai cara merumuskan masalah, namun ada semacam pedoman yang dapat dipakai sebagai acuan. 4. Merumuskan Hipotesis Tindakan Secara umum, hipotesis penelitian adalah jawaban sementara atas masalah yang hendak dipecahkan. Dalam kegiatan ilmiah, dugaan atau jawaban sementara
terhadap
masalah
yang
hendak
dipecahkan
haruslah
mempergunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar argumentasi dalam
82
mengkaji persoalan agar diperoleh jawaban yang dapat diandalkan. Sehubungan dengan itu, sebelum mengajukan hipotesis, peneliti wajib mengkaji teori-teori, hasil-hasil penelitian, dan pendapat para ahli yang relevan dengan masalah yang diteliti. Dengan demikian tidak benar kalau ada orang yang menganggap bahwa seorang peneliti boleh mengajukan hipotesis secara asal-asalan. Hipotesis penelitian adalah rangkuman atau kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari pengkajian kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Namun demikian, hipotesis tetap merupakan kebenaran yang masih lemah (hipo = di bawah, tesis = kebenaran) atau jawaban sementara atas masalah yang hendak dipecahkan, karena belum diuji secara empirik. Dalam konteks Penelitian Tindakan Kelas, perumusan hipotesis dilakukan setelah rumusan masalah selesai dengan dua kemungkinan. Pertama, jika peneliti sudah merasa yakin (mantap) atas kebenaran rumusan masalah, dan yakin pula pada alternatif pemecahannya, maka mereka dapat secara langsung merumuskan hipotesis tindakan (action hypothesis). Perumusan hipotesis
tindakan bersifat
longgar sesuai dengan sifat
permasalahannya, kemampuan dan pengalaman peneliti, serta kelayakan tindakan yang dihipotesiskan. Kedua, jika peneliti masih kurang yakin akan kebenaran rumusan masalahnya, dan merasa perlu menggunakan pendekatan naturalistic yang senantiasa terbuka (luwes) terhadap tuntutan perubahan,
83
maka rumusan hipotesis tindakannya juga bersifat tentative. Rumusan hipotesis dalam Penelitian Tindakan Kelas dapat dimodifikasi atau bahkan diganti dengan yang lain apabila pada tahap-tahap yang lebih lanjut ternyata hipotesis itu tidak/kurang layak atau peluang keberhasilannya sangat kecil sehingga perlu untuk diperbaiki atau diganti dengan hipotesis yang baru agar sesuai dengan kenyataan di lapangan penelitian. 5. Melaksanakan Tindakan Apabila seseorang bermaksud melakukan penelitian tindakan, termasuk Penelitian Tindakan Kelas, terlebih dahulu ia harus membuat rancangan (desain) penelitian. Penyusunan rancangan penelitian dapat dilakukan dengan jalan memilih salah satu model rancangan yang telah dikembangkan oleh para pakar penelitian. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas dapat disusun secara berbeda-beda tergantung pada tujuan penelitian, sifat masalah yang digarap, dan karakteristik kelas yang diteliti. Meskipun demikian, ada ciri-ciri umum pada rancangan Penelitian Tindakan Kelas yang sekaligus membedakannya dengan jenis penelitian yang lain, yaitu : a. Perencanaan Tindakan Rencana
tindakan
dalam
Penelitian
Tindakan
Kelas
disusun
berdasarkan masalah yang hendak dipecahkan dan hipotesis tindakan yang diajukan. Secara operasional dapat dinyatakan bahwa rencana tindakan perlu disusun untuk menguji secara empirik dari ketepatan hipotesis tindakan yang diajukan. Ini berarti, suatu tindakan harus dilakukan agar terjadi perubahan ke arah yang diharapkan. Perubahan
84
atau dampak atas tindakan yang dilaksanakan, baik yang hendak dinyatakan secara kualitatif maupun kuantitatif, hendaknya dapat diobservasi dan/atau diukur. Hal ini sangat penting untuk diupayakan agar peneliti dapat mengetahui tingkat efektivitas tindakan yang telah dilakukan. b. Pelaksanaan Tindakan Jenis tindakan yang dilakukan dalam Penelitian Tindakan Kelas hendaknya selalu didasarkan atas pertimbangan teoritis dan empirik agar hasil yang diperoleh, berupa peningkatan kinerja dan hasil program, adalah optimal. Selain itu, tindakan dilaksanakan sejalan dengan laju perkembangan pelaksanaan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di kelas. Artinya, segala aktivitas Penelitian Tindakan Kelas tidak boleh mengganggu kegiatan pembelajaran, dalam arti menghambat atau mengalihkan focus kegiatan pencapaian tujuan pembelajaran yang sebenarnya. c. Observasi Kegiatan observasi atau pengamatan dalam Penelitian Tindakan Kelas dapat disejajarkan kedudukannya dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Istilah obserasi lebih sering digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas karena data atau informasi yang dikumpulkan adalah data tentang proses berupa perubahan kinerja pembelajaran, walaupun data tentang hasil kegiatan pembelajaran juga diperlukan.
85
Observasi dipandang sebagai teknik yang paling tepat untuk mengumpulkan data tentang proses kegiatan. Lagi pula Penelitian Tindakan Kelas lebih cenderung mengikuti paradigma penelitian kualitatif (disebut fenomenologi), sehingga jenis datanya pun cenderung didominasi data kualitatif. d. Refleksi Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis, interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Setiap informasi yang didapatkan hendaknya dikaji dan dipahami bersama (peneliti dan praktisi). Informasi yang terkumpul perlu diurai, dicari kaitan antara yang satu dengan yang lainnya, dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya, dikaitkan dengan teori tertentu dan/atau hasil penelitian yang relevan. Melalui proses refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang amat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan (intervensi) yang dilakukan. Refleksi juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan peneliti dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. Dengan kegiatan refleksi ini, para subjek (guru, dosen, kepala sekolah) yang terlibat dalam penelitian tindakan mempunyai banyak kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kritis mereka. Harapannya, di masa
86
yang akan datang mereka akan dapat menjadi peneliti atau pelaksana Penelitian Tindakan Kelas yang andal di samping sebagai praktisi yang efektif. Secara spesifik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan melalui 4 (empat) alur atau tahapan, yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang disajikan dalam tiga siklus sebagai berikut: 1. Perencanaan Pada siklus ini perencanaan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut : a. Merumuskan tujuan, sebagai hal yang penting dalam menyusun sekenario pembelajaran, sekaligus merupakan tolak ukur kemampuan yang seperti apa yang akan diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Tujuan pembelajaran yang harus dirumuskan guru sesuai dengan kata-kata operasional yang sudah berlaku. b. Menentukan metode pembelajaran apa yang dianggap tepat dan dapat mengefektifkan proses pembelajaran. c. Menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang sistematis dengan aneka teknik dan pendekatan mengajar yang dikuasai oleh guru. d. Menentukan alat peraga sebagai media pembelajaran yang dianggap mampu dan dapat membantu siswa untuk lebih cepat memahami materi yang tengah disampaikan oleh guru. e. Merumuskan
LKPS
sebagai
alat
penggiring
bagi
siswa
untuk
menghantarkan siswa pada kegiatan belajar yang aktif dan kraetif dengan pola menemukan sendiri harapan-harapan yang ada pada tujuan
87
pembelajaran khusus. f. Merumuskan alat evaluasi, yang akan dijadikan sebagai alat ukur pencapaian tujuan pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk butiran soal-soal sesuai dengan tujuan pembelejaran yang dirumuskan 2. Tindakan Pada tahapan ini, beberapa Iangkah yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: a. Melaksanakan pre test (tes awal), dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana persiapan siswa terhadap materi yang akan disampaikan. b. Mengadakan pembahasan soal pre tes yang diuji cobakan pada kegiatan pre test. c. Pembentukan kelompok belajar. d. Memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS). e. Siswa dalam kelompok mengadakan diskusi kelompoknya untuk menemukan rumus sebuah bangun ruang secara tepat, dengan pola-pola permainan serta media alat peraga dalam bentuk jaring-jaring berbagai bangun ruang yang sudah disiapkan. f. Setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya untuk dipersentasikan secara bergilir. g. Setelah selesai persentase siswa dan guru mengadakan tanya jawab tentang temuannya masing-masing. h. Menarik kesimpulan. i. Melaksanakan post test (tes akhir).
88
3. Observasi a. Mengamati perilaku siswa terhadap pelaksanaan model pembelajaran kontekstual; b. Memantau proses pembelajaran; c. Mengamati pemahaman masing-masing siswa. 4.
Refleksi a. Mencatat hasil observasi. b. Mengevaluasi hasil observasi c. Menganalisis hasil pembelajaran. d. Memperbaiki kelemahan untuk daur berikutnya.
D. Instrumen Penelitian Upaya untuk memperoleh kebenaran yang obyektif dalam pengumpulan data, diperlukan adanya instrumen yang tepat sehingga masalah yang diteliti akan terefleksi
dengan
baik.
Instrumen
penelitian
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data dan akan diuraikan sebagai berikut: 1. Jurnal Siswa. Jurnal berupa angket balikan langsung dari siswa berkaitan dengan prestasi, minat dan hambatan yang didapatkan selama penerapan metode inkuiri discoveri dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri Babakan Ciparay Tengah Kota Bandung. 2. Desain Pembelajaran. Desain pembelajaran ini berisi materi pelajaran bangun ruang yang dikemas dalam bentuk persoalan yang kontekstual. Bentuk dari desain pembelajaran ini adalah Lembar Kerja Siswa (LKS).
89
3. Catatan Lapangan. Catatan lapangan adalah tulisan tentang kejadian-kejadian selama proses pembelajaran berlangsung, berguna untuk pengumpulan data dalam penelitian kualitatif. 4. Tes Uraian. Tes uraian adalah soal yang diberikan kepada siswa, dalam bentuk persoalan konstektual. 5. Teknik observasi dilakukan untuk mengamati proses penerapan metode inkuiri discoveri dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri Babakan Ciparay Tengah Kota Bandung. Pengamatan dilakukan secara terbuka oleh observer dan diketahui oleh siswa serta dilakukan pada waktu proses pembelajaran secara langsung dengan tujuan untuk melihat peristiwa yang terjadi. Teknik observasi ini dilakukan secara terus menerus dalam setiap siklus. 6. Teknik kamera digunakan sebagai alat untuk memotret situasi proses pembelajaran dalam bentuk gambar. Hal ini terutama untuk melihat secara langsung gambar kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung.. E. Teknik Analisis Data Tehnik yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah tehnik analisis data kulitatif. Setelah data terkumpul, kegiatan adalah melakukan analisis dan interpretasi data melalui pengorganisasian data, mengatur data kedalam satu pola, katagori, dan satuan uraian dasar (Meleong, 2000 : 190). Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, pemaknaan data, dan penyimpulan hasil penelitian. Data yang disajikan secara utuh setelah data tersebut diseleksi,
90
difokuskan dan disederhanakan serta diformulasikan. Hal tersebut dilaksanakan untuk menyajikan data yang lengkap. Analisis data dilakukan selama dan setelah tindakan. Menurut Moleong (2002) teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah (1) wawancara, (2) pengamatan, (3) catatan lapangan, dan (4) dokumen. Dalam pelaksanaannya keempat teknik tersebut digunakan secara proporsional sesuai dengan jenis data yang diperlukan. Instrumen utama, yang digunakan penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan catatan lapangan. Wawancara dan observasi merupakan teknik yang paling banyak digunakan dalam penelitian ini. Wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang kesan, kesulitan, dan pengalaman siswa ketika penerapan metode inkuiri discoveri dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri Babakan Ciparay Tengah Kota Bandung. a. Analisis Data Proses analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan menelaah dan mempelajari seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber, kemudian data tersebut direduksi dengan jalan membuat abstraksi yaitu merangkumnya menjadi intisari yang terjaga kebenarannya. Selanjutnya data tersebut disusun dan dikategorisasikan, kemudian disajikan, dimaknai, disimpulkan, dan terakhir diperiksa keabsahannya. Kegiatan ini dapat dicontohkan berikut ketika guru mulai masuk pada kegiatan inti, data yang terkumpul diseleksi sehingga menjadi lebih sederhana dan terfokus.
91
b. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan
menggunakan
beberapa
teknik
yaitu
pengamatan,
perpanjangan
keikutsertaan, triangulasi, pengecekan teman sejawat (Moleong, 2000 : 175). Dalam penelitian ini pengecekan keabsahan data menggunakan dua teknik yaitu trianggulasi, dan pembahasan dengan teman sejawat. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Menurut Moleong (2000:173) terdapat empat kriteria yang digunakan untuk pemeriksaan keabsahan data yaitu: derajat kepercayaan
(credibility),
keteralihan
(transferability),
(dependability), dan kepastian (confirmability).
kebergantungan