BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Langkah- langkah yang digunakan dalam penelitian DSS MP-ASI berbasis pemodelan ontologi ditunjukkan oleh gambar 3.1 : Pengumpulan Data Integrasi Model Ontologi MP-ASI dan Nutrisi Anak Mereview Pemodelan Ontologi MP-ASI dan Nutrisi Anak Integrasi Class dan Subclass Integrasi Object Property Class Integrasi Data Property Class Integrasi Instance Validasi Model Ontologi DSS MP-ASI
Implementasi DSS Berbasis Pemodelan Ontologi Pembuatan Aplikasi Validasi Aplikasi DSS MP-ASI
Pengujian DSS Berbasis Pemodelan Ontologi Pengujian Oleh Pakar Pengujian Oleh User
Gambar 3.1. Alur Metodologi Penelitian 3.1 Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data mengenai resep makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) dan nutrisi yang diperlukan bayi berusia 6-24 bulan yang didapatkan dari beberapa sumber, antara lain :
Data ontologi MP-ASI (Athiyah, 2014)
Data ontologi nutrisi anak (Sari, 2014)
Pedoman Umum Pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) lokal tahun 2006, Depkes RI. 2006.a
https://ndb.nal.usda.gov/ndb/search/list
http://www.webmd.com/cold-and-flu/cough-home-remedies-babies-toddlers
http://www.babycenter.com/0_11-safe-home-remedies-to-soothe-your-childs-coldand-flu-sym_10014077.bc
http://nutritiondata.self.com/
Cookbook “Healthy Food for Baby and Toodler” Australia tahun 2014
Pedoman RDA-AI Vitamin Element 2013
E-book “Fruit and Vegetable Chart” Amerika tahun 2003 Data yang diperoleh tersebut disesuaikan dengan kearifan lokal yang ada di
Indonesia. MP-ASI yang direkomendasikan tidak mengandung bahan- bahan seperti daging babi, daging anjing, maupun bahan lain yang tidak biasa dikonsumsi oleh masyarakat. Hal lain yang dilakukan adalah dengan mempelajari literatur-literatur mengenai ontologi, xml &xmls, rdf & rdfs, owl, sparql, dan sebagainya. 3.2 Integrasi Model Ontologi MP-ASI dan Nutrisi Anak Integrasi model ontologi dilakukan dengan menggabungkan dua penelitian ontologi MP-ASI dan nutrisi anak. Integrasi dilakukan untuk membentuk suatu model ontologi DSS MP-ASI yang tidak hanya memiliki knowledge mengenai MP-ASI tetapi juga memiliki knowledge tentang kandungan nutrisi baik yang dibutuhkan oleh bayi maupun yang terdapat dalam resep MP-ASI yang direkomendasikan. Integrasi model ontologi diimplementasikan pada program Protégé 4.3 sebagai ontology editor. 3.2.1 Mereview Pemodelan Ontologi MP-ASI dan Nutrisi Anak Pada tahap ini dilakukan pengkajian terhadap model ontologi MP-ASI dan nutrisi anak yang sudah pernah dibangun. Model ontologi tersebut dipelajari kembali untuk mendapatkan knowledge yang ada di dalamnya. Dari tahap mereview pemodelan ontologi MP-ASI dan nutrisi anak akan didapatkan class, object property, data property,dan annotation property yang bisa diintegrasikan. 3.2.2 Integrasi Class dan Subclass Integrasi class dan subclass adalah tahap penentuan class beserta hierarki yang bisa digunakan. Integrasi class dan subclass akan membentuk konsep yang menyusun
model ontologi
DSS
MP-ASI.
Integrasi
dilakukan
dengan
menggabungkan seluruh bagian class dan subclass dari model ontologi MP-ASI dan nutrisi anak. Tidak seluruh class dan subclass yang ada pada kedua model ontologi akan digunakan pada model ontologi DSS MP-ASI yang baru. Apabila class memiliki informasi yang sama dengan istilah yang berbeda, maka kedua class tersebut akan dilebur menjadi satu. 3.2.3 Integrasi Object Property Class Integrasi object property class merupakan penggabungan dan penyesuaian properti yang akan digunakan untuk memberikan makna pada konsep yang sudah dibuat. Pada tahap ini, terdapat kata kerja atau kata sifat yang digunakan sebagai properti. Properti tersebut akan menghubungkan individual dari daerah asal (domain) dan individual dari daerah hasil (range). Integrasi dilakukan dengan menggabungkan object property pada model ontologi MP-ASI dan nutrisi anak. Pada tahap ini, dilakukan pula penambahan satu object property sebagai penghubung antara model ontologi MP-ASI dan nutrisi anak. 3.2.4 Integrasi Data Property Class Integrasi data property class tidak jauh berbeda dengan integrasi object property class. Integrasi dilakukan untuk memberikan properti pada konsep yang dibuat sehingga konsep tidak hanya memiliki makna tetapi juga memiliki suatu nilai tertentu. Properti yang digunakan adalah kata kerja atau kata sifat dengan penambahan keterangan data (value). Apabila data property dari model ontologi MP-ASI dan nutrisi anak menghasilkan data yang kurang sesuai dengan tujuan dari dibangunnya DSS MP-ASI berbasis pemodelan ontologi, maka data property akan disempurnakan agar bisa menghasilkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian. 3.2.5 Integrasi Instance Integrasi instance adalah proses penggabungan individu- individu yang ada pada
ontologi
MP-ASI
dan
nutrisi
anak.
Tujuannya
adalah
untuk
merepresentasikan konsep- konsep yang menyusun model ontologi DSS MP-ASI. Integrasi dilakukan dengan memilah individu yang bisa digunakan kembali pada model ontologi DSS MP-ASI, sedangkan beberapa individu lain mengalami penyesuaian apabila istilah yang digunakan kurang sesuai. Ada pula individu yang dihilangkan karena tidak sesuai jika dimasukkan pada salah satu class di model ontologi DSS MP-ASI.
3.2.6 Validasi Integrasi Ontologi MP-ASI dan Nutrisi Anak Setelah mengintegrasikan model ontologi MP-ASI dan nutrisi anak akan terbentuk model ontologi DSS MP-ASI yang baru. Model ontologi tersebut perlu divalidasi oleh pakar agar knowledge yang terdapat didalamnya sesuai dengan ketentuan pemberian MP-ASI dengan memperhatikan kebutuhan nutrisi bayi. Validasi dilakukan oleh dr. Kusmadewi Eka Damayanti M.Gizi selaku dokter ahli gizi dan dr. Anang Giri Moelya, SpA, M.Kes selaku dokter spesialis anak. 3.3 Implementasi DSS Berbasis Pemodelan Ontologi 3.3.1 Pembuatan Aplikasi DSS berbasis pemodelan ontologi dengan domain MP-ASI akan diimplementasikan menggunakan bahasa pemrograman java. Sedangkah untuk mengolah file ontologi (owl) yang dibuat digunakan JENA APACHE versi 2.7.8. Tahapan- tahapan implementasi yaitu : a. Penentuan Kriteria Penentuan kriteria dilakukan untuk mendefinisikan input yang akan diberikan user kepada sistem untuk bisa diolah guna mendapatkan alternatif resep MPASI. Kriteria ditentukan berdasarkan penetilitian MP-ASI oleh Athiyah (2014) dan Nutrisi Anak oleh Sari (2014). Selain itu, juga didapatkan dari hasil berkonsultasi dengan dokter ahli gizi dan dokter spesialis anak. b. Penerapan teknik SWRL Penerapan teknik SWRL dalam DSS akan menjadi metode pengolah data untuk mendapatkan rujukan resep MP-ASI. Teknik SWRL akan memfilter data pada pemodelan ontologi yang dibuat sesuai kriteria yang sudah ditentukan. Tahapan pembuatan keputusan menggunakan teknik SWRL adalah: [1] Reasoning data dengan memberikan instance rule menggunakan ontology reasoner Reasoning data dilakukan untuk mengecek konsistensi model ontologi yang dibuat. Wang dan Tansel (2013) mengatakan bahwa reasoning dapat menyediakan cara yang praktis untuk memecahkan suatu masalah dengan memanggil knowledge atas kasus yang perlu diselesaikan. Oleh karena itu, reasoning bisa digunakan untuk me-refine proses pengambilan keputusan
(Wang & Tansel, 2013).
Melalui tahap reasoning data inilah akan
terbentuk instance rule. [2] Instance rule akan diproses dengan syntax sparql untuk mendapatkan rekomendasi MP-ASI. Kelebihan yang dimiliki instance rule dalam pemodelan ontologi adalah rule tersebut akan didefinisikan sebagai bagian dari pemodelan ontologi itu sendiri. Hal ini dikarenakan pembentukan rule yang mengacu pada class, property, dan instance. Sehingga instance rules yang sudah dibuat bisa diproses menggunakan syntax sparql dalam ontologi (O'Connor, 2006). 3.3.2 Validasi Aplikasi DSS MP-ASI Pemodelan ontologi DSS MP-ASI yang sudah diimplementasikan akan divalidasi oleh dokter ahli gizi dan dokter spesialis anak. Validasi dilakukan untuk memastikan bahwa aplikasi dapat memberikan rekomendasi MP-ASI sesuai dengan kebutuhan user. Setelah mendapatkan validasi dari dokter ahli gizi dan dokter spesialis anak, aplikasi DSS MP-ASI berbasis pemodelan ontologi bisa diujicobakan kepada masyarakat umum. 3.4 Pengujian DSS Berbasis Pemodelan Ontologi Aplikasi DSS MP-ASI yang sudah dibuat menggunakan pemodelan ontologi perlu diuji untuk mengetahui tingkat kelayakan aplikasi bagi masyarakat. Pengujian dilakukan dengan mengevaluasi tingkat usability dari aplikasi DSS MP-ASI. Pengujian dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap pengujian oleh pakar dan oleh user. 3.4.1 Pengujian Oleh Pakar Pengujian aplikasi DSS MP-ASI oleh pakar dilakukan terhadap dokter ahli gizi dan dokter spesialis anak. Pakar akan mencoba menjalankan aplikasi dan mengevaluasi hasil keluaran aplikasi. Hasil keluaran aplikasi harus sesuai dengan input yang diberikan dan ketentuan mengenai pemberian MP-ASI serta nutrisi. Pakar juga turut mengevaluasi fungsi- fungsi yang ada pada aplikasi. Pakar akan memberikan resume terkait dengan input yang diberikan, hasil keluaran aplikasi, keberjalanan setiap menu yang tersedia, waktu yang diperlukan untuk menjalankan fungsi aplikasi, dan tampilan aplikasi.
3.4.2 Pengujian Oleh User Pengujian DSS MP-ASI berbasis pemodelan ontologi oleh user dilakukan dengan membuat dan membagikan kuisoner pada responden. Responden yang dimaksud adalah para orang tua yang masih memiliki bayi dengan kebutuhan MPASI dan telah mencoba menjalankan aplikasi. Responden juga sudah memiliki standar pengetahuan tentang pemberian MP-ASI dan sudah terbiasa menggunakan suatu aplikasi/ software. Pengujian dilakukan dengan menekankan pada usability dari aplikasi DSS meliputi aspek learnability, efficiency, memorability, error, dan satisfaction. Tabel 3.1 menunjukkan daftar pertanyaan pada pengujian usability.
No. Aspek 1.
Tabel 3.1. Kuisoner pengujian usability Pertanyaan
Learnability
Kode (K)
Apakah cara menjalankan aplikasi mudah L1 dipelajari? Apakah menu- menu
yang ada
mudah L2
dipahami? 2.
Efficiency
Apakah
saat
menu
Anda
klik
dapat E1
menampilkan fungsinya dengan cepat? Apakah tampilan dan menu yang tersedia sudah E2 nyaman bagi Anda? Apakah petunjuk yang diberikan oleh aplikasi E3 membantu
Anda
ketika
mendapatkan
kesulitan? 3.
Errors
Berapa banyak jumlah tombol atau item yang Er1 error yang Anda temukan pada aplikasi? Apakah terdapat pesan yang jelas terhadap Er2 error tersebut?
4.
Memorability
Apakah nama aplikasi dan nama- nama menu M1 dalam aplikasi mudah Anda ingat? Apakah langkah- langkah menjalankan aplikasi M2 mudah Anda ingat?
5.
Satisfaction
Apakah informasi yang diberikan oleh aplikasi S1 memuaskan bagi Anda?
Apakah kedepannya Anda tertarik ingin S2 memiliki aplikasi DSS pemilihan resep MPASI ini? Responden akan memberikan penilaian pada setiap pernyataan di atas sehingga dapat diketahui tingkat usability aplikasi. Tabel 3.2 menunjukkan tingkat usability aplikasi berdasarkan penilaian yang diberikan responden. Evaluasi hasil kuisoner dilakukan dengan memperhitungkan total nilai di setiap aspek usability testing yang sudah diberikan menggunakan formulasi perhitungan [1].
No
Tabel 3.2. Tingkat Usability Aplikasi Range Nilai Tingkat Usability
1.
5
Sangat Baik
2.
4
Baik
3.
3
Cukup Baik
4.
2
Buruk
5.
1
Sangat Buruk