BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Latar dan Karakteristik Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri I Tapa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Keadaan sekolah SMA Negeri 1 Tapa cukup baik dari segi fasilitas serta sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pembelajaran. Sekolah ini memiliki visi yaitu menjadikan sekolah yang terbaik dalam era inovasi berlandaskan Imtaq dan budaya lokal dan misi yaitu, 1) meningkatkan mutu pembelajaran, mengembangkan minat bakat serta kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki, 2) menumbuhkembangkan semangat dan keterampilan
berwirausaha
melalui
pemberdayaan
unggulan
lokal,
3)
meningkatkan penguasaan teknologi informasi dalam era global. Jumlah siswa di SMA Negeri 1 Tapa berjumlah 435 siswa, yang masingmasing terdiri dari 195 siswa untuk kelas X, 44 siswa untuk kelas XI IPA, 72 siswa untuk kelas XI IPS, 45 siswa untuk kelas XII IPA, 60 siswa untuk kelas XII IPS. SMA Negeri 1 Tapa memiliki 17 ruang yang terdiri dari 7 ruangan untuk kelas X, 5 ruangan untuk kelas XI yang masing-masing terdiri dari 2 ruangan XI IPA, 2 ruangan untuk XI IPS dan 1 ruangan untuk XI Bahasa, dan untuk kelas XII terdiri dari 5 ruangan yaitu 2 ruangan untuk kelas XII IPA dan 3 ruangan untuk kelas XII IPS. Selain ruangan kelas, sekolah ini juga memiliki ruangan laboratorium komputer, laboratorium kimia, laboratorium fisika, perpustakaan, mushola, lapangan basket, kantin, ruangan guru.
Karakteristik subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X-5 yang berjumlah 26 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. 3.2.Variabel Penelitian Variabel-variabel yang menjadi titik sasaran dalam penelitian ini adalah: 1) Variabel input yang terdiri dari siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Tapa yang berjumlah 26 orang siswa, guru kimia SMA Negeri 1 Tapa, bahan ajar, sumber belajar, dan prosedur evaluasi, 2) Variabel proses terdiri dari penerapan model pembelajaran learning cycle (siklus belajar), pembuatan peta konsep, dan keterampilan bertanya guru dan siswa, 3) Variabel output dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa. 3.3. Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang mengacu pada model penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Model Kemmis & Mc. Taggart bila dicermati hakikatnya berupa perangkat atau untaian–untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Untaian tersebut dipandang sebagai suatu siklus. Oleh karena itu pengertian siklus di sini adalah putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Adapun tahapan persiapan/perencanaan dalam penelitian ini meliputi Silabus, pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran, buku-buku penunjang pembelajaran, menetapkan waktu pelaksanaan tindakan dan membuat alat evaluasi yang meliputi lembar observasi dan tes evaluasi hasil belajar materi tata
nama senyawa dan persamaan reaksi. Selanjutnya pada tahapan pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran learning cycle. Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru, antara lain melakukan apersepsi, menyampaiakan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan model pembelajaran yang digunakan. Kegiatan inti yang dilakukan adalah membagi kelompok, menyampaiakn materi secara singkat, guru mengajak dan meminta siswa membuat peta konsep tentang materi sebagai ukuran pengetahuan awal yang telah dimilikinya, melakukan kegiatan eksplorasi, melakukan diskusi kelas dengan mempresentasikan materi melalui peta konsep yang telah dibuat, menambah wawasan siswa selama kegiatan diskusi dan tanya jawab, serta memberikan penegasan tentang materi dan membahas hal-hal yang menjadi masalah dalam diskusi kelompok, dilanjuytkan dengan kegiatan penutup, dimana guru meminta siswa menyimpulkan materi melalui peta konsep yang dibuat dan meminta siswa memperbaiki pada pertemuan berikutnya. Tahap pemantauan dilakukan untuk mengamati pelaksanaan tindakan pada setiap pertemuan dengan menggunakan lembar observasi. Pemantauan ini dilakukan oleh observer yaitu guru kimia di sekolah tersebut. Kemudian evaluasi diberikan agar dapat mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran learning cycle pada setiap siklus yang dilaksanakan. Tahapan akhir adalah analisis dan refleksi. Tahap analisis dilaksanakan dengan memperhatikan data yang diperoleh di lapangan, baik dari segi aktivitas guru maupun siswa. Setelah itu, dilakukan tahap refleksi. Hal-hal yang direfleksikan adalah semua yang berkaitan dengan hasil penelitian selama
pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran, meliputi aktivitas guru dan aktivitas siswa serta hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil refleksi ini akan menjadi tolok ukur untuk menentukan perlu atau tidaknya siklus lanjutan dalam penelitian ini. Secara detail tahapan prosedur penelitian digambarkan sebagai berikut.
REFLEKSI
PERENCANAAN
TINDAKAN
OBSERVASI
Gambar 3. Model PTK yang dikembangkan Kemmis dan Tagart (Sumber: Sumini, 2010) 3.4.Teknik Pengumpulan Data Pegumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, observasi, dan tes. Teknik dokumentasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan masing-masing siswa sebagai dasar pembagian kelompok. Teknik observasi digunakan untuk merekam proses belajar mengajar berdasarkan instrumen observasi yang disajikan dalam Lampiran, dan digunakan kamera video. Sedangkan tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan model learning cycle.
3.5. Teknik Analisis Data Tehnik analisis data dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriftif serta kuantitatif. Penghitungan data kuantitatif adalah dengan menghitung rata-rata aktivitas guru dan siswa berdasarkan skor yang diperoleh dari lembar observasi. Berdasarkan rata-rata yang diperoleh dapat diketahui persentase aktivitas guru dan siswa. Adapun cara menghitung persentase (skor) yang diperoleh dengan rumus persen = jumlah nilai rata-rata dibagi dengan jumlah skor total dikalikan dengan 100%. Arikunto (2010) menjelaskan analisis data deskriptif kualitatif yaitu sebagai berikut: 1) analisis data yang menggunakan teknik deskriptif kualitatif memanfaatkan persentase merupakan langkah awal saja dari keseluruhan proses analisis, 2) persentase yang dinyatakan dalam bilangan sudah jelas merupakan ukuran yang bersifat kuantitatif, bukan kualitatif. Jadi, pernyataan persentase bukan hasil analisis kualitatif. Analisis kualitatif tentu harus dinyatakan dalam sebuah predikat yang menunjuk pada pernyataan keadaan, ukuran kualitas. Berdasarkan pendapat di atas agar diperoleh hasil analisis kualitatif maka dari perhitungan persentase kemudian dimasukkan ke dalam lima kategori predikat. Menurut Arikunto (2010) lima kategori predikat tersebut pada Tabel berikut:
Tabel 10. Kategori Predikat untuk Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa No.
Interval
Kategori
1
81-100%
Sangat Baik
2
61-80%
Baik
3
41-60%
Cukup
4
21-40%
Kurang
5
0-20%
Sangat Kurang
Sedangkan untuk hasil belajar siswa dianalisis secara klasikal dengan menggunakan tehnik persentase dengan rumus daya serap klasikal = skor capaian total seluruh siswa dibagi dengan skor maksimum semua soal dikalikan 100%. Keterangan: rentang nilai 85–100 termasuk kategori Sangat Tinggi, 70–84 termasuk kategori tinggi, 55–69 termasuk kategori Cukup, 40–54 termasuk kategori Rendah, dan ≤ 39 termasuk dalam kategori Sangat Rendah.