BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Paragdima Sebuah tontonan akan menjadi daya tarik tersendiri jika memiliki jalan
cerita yang penuh arti dan bermanfaat bagi audience yang melihatnya. Begitu juga dengan serial televisi yang merupakan sajian hiburan yang memiliki daya tarik lebih untuk mendapatkan penggemarnya dibandingkan program lain salah satunya seperti program news. Peneliti melakukan penelitian di serial televisi Umar Bin Khattab mencoba meneliti Kepemimpinan Umar Bin Khattab yang tervisualisasi dari setiap adegan dalam serial Umar pada bagian tiga. Tanda Kepemimpinan yang terlihat dari aktor yang memainkan peran sebagai Khalifah Islam di serial tersebut dituangkan berupa adegan dan dialog untuk dikaitan dengan konseptual Kepemimpinan dalam perspektif Islam. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivitis atau konstruktivisme. Konstruktivisme yang berkembang dari filsafat fenomenologi yang digagas Edmund Husserl dan pemahaman intepretatif yang disebut hermeneutiks yang dikemukakan and Wilhelm Dilthey (Mertens, dalam Mackenzie & Knipe, 2006). Bagi penganut konstruktivisme atau interpretivisme penelitian merupakan upaya untuk memahami realitas pengalaman manusia, dan realitas itu sendiri dibentuk oleh kehidupan sosial. Penelitian berlensa konstruktivisme atau interpretivisme cenderung tergantung pada pandangan partisipan tentang situasi 41
42
yang diteliti. Penelitian konstruktivisme pada umumnya tidak dimulai dengan seperangkat
teori
(sebagaimana
halnya
dengan
postpositivisme)
namun
mengembangkan sebuah teori atau sebuah pola makna secara induktif selama proses berlangsung. Metode penjaringan dan analisis yang digunakan penganut konstruktivisme biasanya berbentuk kuantitatif. Akan tetapi, data kuantitatif dapat digunakan untuk mendukung data kualitatif serta memperdalam analisis secara efektif49. Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari bahasa Latin pada tahun 1483 yaitu paradigma yang berarti suatu model atau pola; bahasa Yunani paradeigma (paradeiknunai) yang berarti untuk "membandingkan", "bersebelahan" (para) dan memperlihatkan (deik). Sedangkan paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif)50. Dalam penelitiannya, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif ini adalah penelitian yang mengamati sesuatu objek penelitian dan kemudian menjelaskan apa yang diamatinya. Tujuannya untuk mejelaskan suatu kondisi sosial tertentu51.
49
http:// wordpress.com/class-assignment/research/articles/paradigma- penelitian/
50
http://id.wikipedia.org/wiki/Paradigma
51
Morissan, Metode Penelitian Survei, Kencana, Jakarta, 2012
43
Berkaitan dengan tema yang diangkat peneliti, dalam penelitian ini mencoba mendeskriptifkan suatu serial televisi dengan unsur semiotika yang terlihat dalam per adegan dalam runtunan peristiwa dalam cerita pada bagian yang dipilih dalam penelitian. Data yang dikumpulkan berupa data-data, gambar dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi penjelasan makna tanda dari setiap adegan dari Kepemimpinan Umar Bin Khattab pada penelitian yang diangkat dari serial televisi Umar Bin Khattab. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif, karena proses mengumpulan data dan analisisnya lebih bersifat kualitatif yang merupakan suatu penelitian yang mendalam (in-depth), berorientasi pada kasus dari sejumlah kecil kasus, termasuk satu studi kasus52. Menurut Atheide mengatakan bahwa analisis secara kualitatif disebut pula sebagai Ethographic Content Analysis (ECA), yaitu perpaduan analisis isi objektif dengan observasi partisipan. Artinya istilah ECA adalah periset berinteraksi dengan material-material dokumentasi atau bahkan melakukan wawancara mendalam sehingga pernyataan-pernyataan yang spesifik dapat diletakkan pada konteks yang tepat untuk dianalisis53. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukkan pada kondisi yang alamiah (natural setting)54. Dengan filsafat postpositivisme yang
sering juga disebut sebagai paradigma
52
Morissan, Metode Penelitian Survei, 2012, hal 22
53
Rachmat Kriyantono, Riset Komunikasi, 2012, hal 251
54
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 2008, hal 7-8
44
interpretif dan konstruktif, yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik atau utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubung gejala bersifat interaktif. Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi dan instrumennya adalah orang atau human instrument. Tujuan menggunakan metode kualitatif adalah untuk membuat suatu fakta yang dapat dipahami, dan sering kali tidak terlalu menekankan pada penarikan kesimpulan secara generalisasi atau tidak menekankan pada perkiraan atau prediksi dari berbagai pola yang ditemukan55. Dengan melakukan penelitian secara kualitatif memungkinkan peneliti untuk melihat perilaku dalam situasi yang sebenarnya tanpa adanya rekayasa yang terjadi dalam penelitian eksperimental dengan pengumpulan data yang fleksibel dalam artian dapat mengumpulkan data dengan metode induktif yaitu mengumpulkan data dapat dilakukan sejak awal pada saat proses pengumpulan data dimulai dan terus berlanjut sepanjang penelitian..
3.2
Metode Penelitian Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode
semiotika menurut pandangan Charles S. Peirce. Semiotika atau semiotic, muncul pada akhir abad ke-19 oleh filsuf aliran pragmatic Amerika, Charles Sanders Peirce, merujuk kepada doktrin formal tentang tanda-tanda. Secara etimologis, istilah semiotika dari kata yunani Semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri 55
Morissan, Metode Penelitian Survei, 2012, hal 22- 27
45
didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lainnya56. Menurut Saussure (Budiman, 1999a:107), definisi semiologi merupakan “sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di tengah masyarakat”57 Sedangkan menurut Hippocrat penemu ilmu medis Barat, istilah semiotics atau semiotika merupakan gejala atau semeion dari bahasa Yunani yang berarti “penunjuk” (mark) atau tanda (sign) fisik58. Teori semiotika Charles Sanders Peirce yang menjadi biasa disebut sebagai “grand theory” dalam semiotika. Ini disebabkan karena gagasan Peirce bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua system penandaan. Charles Sanders Peirce memiliki tipologi tanda yang menjadi versinya. Upaya klasifikasi yang dilakukan oleh Charles Sanders Peirce terhadap tanda memiliki kekhasan meski tidak bisa dibilang sederhana. Peirce membedakan tipe-tipe tanda menjadi: Ikon (icon), Indeks (index), dan Simbol (symbol) yang didasarkan atas relasi di antara representamen (tanda) dan objeknya59. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan ‘rupa’ sehingga tanda itu mudah dikenali oleh pemakainya. Di dalam ikon hubungan antara representamen dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas. Contoh
56
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, 2011, 2013, hal 7
57
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi 2009, hal 12
58
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, 2004, hal 6
59
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, 2011, 2013, hal 17-18
46
sebagian besar rambu lalu lintas merupakan tanda yang ikonik karena menggambarkan bentuk yang memiliki kesamaan dengan objek sebenarnya. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Di dalam indeks, hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat kongkret, aktual dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal. Contoh jejak telapak kaki di atas permukaan tanah, misalya merupakan indeks dari seseorang atau binatang yang telah lewat di sana, ketukan pintu merupakan indeks dari kehadiran seorang tamu di rumah kita. Simbol, merupakan jenis tanda yang bersifat absiter dan konvensional sesuai kesepakatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat. Tanda-tanda kebahasaan pada umunya adalah simbol-simbol. Dalam “bahasa” komunikasi, simbol seringkali diistilahkan sebagai lambang. Simbol atau lambang adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya., berdasarkan kesepakatan kelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal, dan objek yang maknanya disekapati bersama, misalnya memasang bendera di halaman rumah untuk menyatakan penghormatan atau kecintaan kepada Negara. Kemampuan manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan objek (baik nyata maupun abstrak) tanpa kehadiran manusia dan objek tersebut60. Tak sedikit dari rambu lalu linta yang bersifat simbolik. Salah satu contohnya adalah rambu lalu lintas yang sangat sederhana.
60
Ibid, hal 157
47
3.3
Unit Analisis Peneliti akan mencoba menganalisis setiap adegan berupa audiovisual
serial televisi Umar Bin Khattab di bagian 3. Mengkaji Kepemimpinan Umar Bin Khattab yang tervisualisasi di bagian 3 dengan mengkaitkan bahasa lisan (dialog), bahasa tubuh, serta atribut-atribut yang dikenakan oleh aktor di dalam setiap adegannya. Dari atribut tersebut peneliti mencoba mengartikan makna tanda dari Kepemimpinan Umar Bin Khattab yang tervisualisasi dalam bentuk audiovisual yang peneliti coba jelaskan dengan mengkaitan dengan metode semiotika Charles Sanders Peirce. 3.4
Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan kepentingan data dalam mendukung keberhasilan penelitian,
data ada dalam dua jenis, yakni: 1.
Data primer adalah data yang diperlukan dalam melakukan penelitian atau istilah lain data yang utama dalam penelitian ini data primer dimana datakan diperoleh oleh penulis dengan mengamati setiap adegan yanag mewakili makna dari sebuah tanda Kepemimpinan Umar Bin Khttab yang terdapat dalam serial Umar Bin Khattab.
2.
Data sekunder adalah data pendukung yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian yang fungsinya pelengkap data primer. Dalam penilitian ini data sekunder didapatkan penulis dengan melakukan studi kepustakaan. Studi kepustakaan yang dimaksud disini adalah pengumpulan data dengan cara membaca
dan
broadcasting.
mempelajari
buku-buku
ilmu
komunikasi
jurusan
48
3.5
Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah pemprosesan
data untuk mempermudah dibaca dan di interpretasikan dalam bentuk tulisan yang mudah dimengerti. Setelah peneliti telah mengumpulkan data yang dibutuhkan, maka peneliti akan melakukan proses menganalisis data dengan mengunakan analisis
semiotik,
yaitu
menginterpretasikan
makna dari
sebuah tanda
Kepemimpinan Umar Bin Khattab yang terkandung dalam setiap adegan dalam serial Umar Bin Khattab dengan menggunakan kerangka semiotika Peirce. Semiotika Peirce berangkat dari tiga elemen utama, yang disebut Peirce teori segitiga makna atau triangle meaning61. Gambar 3.1 Semiotic Triangle Hubungan Tanda, Objek, dan Interpretan (Triangle of Meaning)
Sign (tanda)
Interpretant
Object
Teori semiotika Charles Sanders Peirce disebut juga sebagai “grand theory” dalam semiotika. Mengapa begitu? Ini disebabkan karena gagasan Peirce bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua system penandaan. Charles
61
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, hal 267
49
Sanders Peirce memiliki tipologi tanda yang menjadi versinya. Upaya klasifikasi yang dilakukan oleh Charles Sanders Peirce terhadap tanda memiliki kekhasan meski tidak bisa dibilang sederhana. Peirce membedakan tipe-tipe tanda menjadi: Ikon (icon), Indeks (index), dan Lambang (simbol) yang didasarkan atas relasi di antara representamen (tanda) dan objeknya. 1.
Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan ‘rupa’ sehingga tanda itu mudah dikenali oleh pemakainya. Di dalam ikon hubungan antara representamen dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas. Contoh sebagian besar rambu lalu lintas merupakan tanda yang ikonik karena menggambarkan bentuk yang memiliki kesamaan dengan objek sebenarnya.
2.
Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Di dalam indeks, hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat kongkret, aktual dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal. Contoh jejak telapak kaki di atas permukaan tanah, misalya merupakan indeks dari seseorang atau binatang yang telah lewat di sana, ketukan pintu merupakan indeks dari kehadiran seorang tamu di rumah kita.
3.
Simbol, merupakan jenis tanda yang bersifat absiter dan konvensional sesuai kesepakatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat. Tandatanda kebahasaan pada umunya adalah simbol-simbol. Tak sedikit dari
50
rambu lalu linta yang bersifat simbolik. Salah satu contohnya adalah rambu lalu lintas yang sangat sederhana62. Tabel 3.1 Jenis Tanda dan Cara Kerjanya Jenis Tanda
Ditandai dengan
Contoh
Proses Kerja
Ikon
- Persamaan (kesamaan)
- Gambar, foto, dan patung
- Dilihat
- Asap ----api - Gejala ----penyakit
Diperkiraka n
- Konvensi atau
- Kata-kata
- Dipelajari
- Kesepakatan sosial
- isyarat
- kemiripan Indeks
- Hubungan sebab akibat - keterkaitan
Simbol
62
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, 2011, 2013, hal 17-18