BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian PTK Penerapan DDR Penelitian yang akan peneliti lakukan adalah penelitian PTK (action research) yang menerapkan Didactical Desaign Research (DDR) pada pelaksanaan penelitiannya. a. Penelitian Tindakan Kelas Menurut
Kemmis
dan
Carr
(dalam
Mulyasa,
2012:4)
mendefinisikan penelitian tindakan adalah sebuah bentuk penelitian refleksi diri yang melibatkan sejumlah partisipan (guru, peserta didik, kepala sekolah dan partisipan lain) di dalam suatu situasi sosial (pembelajaran) yang bertujuan untuk kerasionalan dan keadilan terhadap: a) praktek sosial dan pembelajaran yang mereka lakukan; b) pemahaman mereka terhadap praktek-praktek pembelajaran; c) situasi dan institusi yang terlibat di dalamnya”. Lebih lanjut Kemmis dan Mc. Taggart bahwa “Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadaan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut” (Arikunto, 2008:58 ). Dari pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki situasi pembelajaran di dalam kelas. Dimana yang dititik beratkan adalah konsep bahan ajar dan praktek-praktek pembelajaran dan bukan pada penelitian terhadap suatu uji coba metode dan mentukan kelayakan suatu metode pembelajaran. Penelitian tindakan kelas adalah sebuah penelitian dengan aksi dimana lebih menekankan kepada penelitian tentang semua hal yang 26
Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
27
terjadi di dalam kelas yang tidak melulu mematok kepada penilaian guru terhadap hasil pekerjaan siswa. Penelitian tindakan kelas lebih kepada memperdalam proses belajar dan bagaimana membuat suatu aksi atau tindakan yang dapat membantu siswa dalam mengalami kesulitan belajarnya. Namun patokan siswa menjadi bisa dan faham terhadap suatu konsep materi ajar pembelajaran bukan hanya sekedar penilaian berdasarkan nilai tetapi juga kepada keaktifan siswa karena pada hakikatnya yang seharusnya diutamakan dalam praktik pembelajaran di dalam kelas adalah siswa itu sendiri. Dalam praktek peneletian tindakan kelas terdapat beberapa langkah yang biasa disebut siklus seperti yang dikemukakan oleh para peneliti. Kemmis dan Mc Taggart (dalam Arikunto, 2010:138) menyatakan bahwa penelitian tindakan memiliki bebrapa tahapan yaitu tahap pra siklus, perencanaan, pelaksanaan dan refleksi. Berikut adalah tahap dalam penelitian tindakan: 1. Pra-siklus Tahap ini adalah tahap dimana peneliti menentukan tentang apa, mengapa, kapan, dimana dan bagaimana sebuah tindakan akan dilakukan. Peneliti menentukan masalah apa yang akan diteliti dan mengapa masalah tersebut layak untuk diteliti. 2. Siklus I Siklus terdiri dari : a. Perencanaan Tahap perencanaan adalah tahap dimana peneliti menentukan titik fokus pada penelitian atau dalam kata lain peristiwa apa yang menjadi fokus dan yeng perlu mendapatkan perhatian khusus lalu membuat sebuah instrument berupa rancangan pembelajaran yang Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
28
membantu peneliti dalam mengumpulkan data dan merekam data berupa fakta saat penelitian dan tindakan berlangsung. b. Pelaksanaan Pelaksanaan adalah tahap dimana tindakan dilaksanakan atau diimplementasikan. Pada tahap ini peneliti harus melaksanakan tindakan sesuai rangcangan yang telah di buat pada tahap perencanaan namun tetapi harus berlaku wajar dan dapat melakukan sebuah perubahan atau modifikasi jika diperlukan selama tidak merubah prinsip rancangan yang telah dibuat. c. Pengamatan Pada
tahap
ini
peneliti
mengamati
hasil
dari
pelaksanaan rancangan awal dengan kegiatan yang terjadi di dalam kelas. d. Refleksi Pada tahap ini kegiatan yang harus dilakukan adalah merefleksikan bagian mana dari tindakan yang dinyatakan sudah berjalan baik dan bagian mana yang belum dinyatakan baik kemudian melanjutkan kembali pada tahap siklus selanjutnya.
Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
29
Gambar 3.1 siklus penelitian tindakan Kemmis dan Mc. Taggart Dalam melaksanakan sebuah penelitian tindakan kelas diperlukan sebuah metode pembelajaran yang bertujuan untuk memperbesar peluang kemudahan bagi penelitian dan sesuai dengan hasil yang diharapkan oleh seorang peneliti. Metode yang akan digunakan oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dalam praktik penelitian tindakan yang menghasilkan sebuah desain didaktik atau dalam kata lain melaksanakan penelitian PTK yang berbasis kepada DDR. Sugiyono (2012:8) menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting)
b. Didactical Design Research (DDR) Pembelajaran gaya magnet yang akan penelitti teliti ini menggunakan desain penelitian DDR (didactical design research) seperti yang telah diungkapkan Suryadi dan Turmudi (dalam Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
30
Asulihati,2014:15) yaitu „„penelitian desain didaktik pada dasarnya terdiri atas tiga tahap yaitu: analisi situasi didaktis sebelum pembelajaran dan wujudnya berupa desain didaktis hipotesis termasuk ADP, analisis metapedadidaktik, dan analisis retrosfektif yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotesisi dengan hasil analisis metapedadidaktik.“ Dari ketiga tahapan ini akan diperoleh desain didaktik empirik yang tidak menutup kemungkinan untuk terus dikembangkan dan disempurnakan lebih lanjut melalui tiga tahapan DDR. Pola dan hubungan yang terjadi terdapat pada konsep materi ajar dan tahap perencanaan. Tahap perencanaan adalah tahap dimana peneliti melakukan repersonalisasi diri menjadi seorang siswa SD kembali dan mencoba menganalisa letak kesulitan belajar
atau
learning obstacle lalu menghubungkannya dengan learning trajectory yang peneliti rasakan. Pada tahap perencanaan peneliti juga menngklasifikasikan jenis learning obstacle yang ditemukan kedalam jenis learning obstacle menurut penelitian DDR yaitu epistemological obstacle, didactical obstacle dan ontogenical obstacle. Menurut Suryadi dan Turmudi (dalam Asulihati, 2013, hlm. 4), penelitian Desain Didaktis atau Didactical Desain Reasearch (DDR), pada dasarnya terdiri atas tiga tahap, yaitu: (1) Analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran (prospective analysis) yang wujudnya berupa Desain
Didaktis
Hipotesis
termasuk
ADP,
(2)
analisis
Metapedadidaktik, dan (3) analisis retrosfektif (retrospective analysis) yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotesis dengan hasil analisis Metapedidaktik.
Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
31
Gambar 3.2 Segitiga Didaktis yang Dimodifikasi Melalui tahapan diatas terbuka peluang untuk membuat modifikasi kembali desain pembelajaran magnet yang ada untuk disempurnakan dengan tujuan membantu siswa menciptakan dunia belajar yang menyenangkan. Didalam setiap proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas terdapat hubungan langsung antara guru dengan siswa, guru dengan materi, siswa dengan materi dan siswa dengan siswa lainnya. Hubungan
antara
Materi-Guru-Siswa
digambarkan
oleh
Kansanen (dalam Suryadi, 110:62) sebagai sebuah Segitiga Didaktik yang menggambarkan hubungan didaktis (HD) antara Siswa dan materi, serta hubungan pedagogis (HP) antara guru dan siswa. Hubungan didaktis terjadi antara materi dan siswa, sementara hubungan pedagogis terjadi antara siswa dan guru. Hubungan yang terjadi tersebut dijelaskan melalui gambar segitiga didaktik Kansanen yang telah dimodifikasi berikut.
Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
32
Gambar 3.3 Segitiga Didaktis yang Dimodifikasi
c. Modifikasi PTK dalam Penerapan DDR Untuk penelitian tindakan yang menerapkan DDR terdapat beberapa hubungan yang sebenarnya masih berkaitan dengan dasar pemikiran penelitian tindakan Kemmis dan Mc. Taggart. Pada alur penelitian Didactical Design Research terdapat beberapa bagian yang saling berhubungan dari awal hingga akhir. Bagian yang dimaksud adalah tahap yang dinamakan prospektiv analisis, analisis metapedadidaktik dan analisis retrospektif. Pengumpulan data yang akan dilaksanakan oleh peneliti adalah teknik gabungan antara analisis buku sumber bacaan yang digunakan siswa di dalam kelas, wawancara langsung, tes uji kesulitan belajar siswa dan bila dimungkinkan akan melakukan wawancara mendalam terhadap guru. Peneliti akan memperhatikan setiap kegiatan yang terjadi di dalam kelas pada saat peneliti melakukan observasi learning obstacle. Mulai dari reaksi siswa di dalam kelas secara mendalam. Seperti ekspresi siswa, respon siswa dalam bentuk lisan dan tulisan di dalam kelas dan perasaan siswa dalam mempelajari materi magnet, mengapa pola belajar siswa demikian dan kemungkinan-kemungkinan cara siswa memahami materi gaya magnet dari awal kegiatan proses belajar yang terjadia sampai kepada analisis akhir kegiatan siswa sudah memahami materi magnet. Peneliti melakukan hal demikian merujuk kepada definisi teknik pengumpulan data yang di ungkapkan oleh Levina (dalam Asulihati, 2014:19) pengumpulan data pada penelitian kualitatif Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
33
dilakukan melalui studi literatur yang dilaksanakan dengan cara mengkaji sumber tertulis seperti dokumen, laporan dan artikel, dan studi lapangan dimana peneliti akan bersentuhan langsun dengan situasi lapangan yang bersifat alamiah, yaitu dengan mengamati (observasi), wawancara mendalam (bila diperlukan), diskusi kelompok dan terlibat dalam penelitian. Hal tersebut diatas terkait dengan masalah pembelajaran. Disebut dengan hubungan didaktis atau dalam kata lain bagaimana anak memahami materi. Hubungan didaktis dalam pembelajaran adalah tentang masalah anak yaitu :
Analisis kesulitan belajar siswa (learning obstacle)
Analisis lintasan belajar siswa (learning trajectory)
Pada tahap perencanaan yang harus dilaksanakan adalah analisis jenis learning obstacle dan learning trajectory. Berikut adalah beberapa cara yang akan peneliti lakukan dalam mengidentifikasi learning obstacle. Observasi langsung terhadap kegiatan belajar dan mengajar di dalam kelas mengenai konsep gaya magnet dan repersonalisasi rancangan awal yaitu: -
Kesulitan siswa
-
Lintasan belajar
-
Konsep Hasil data yang dibuat adalah data yang berupa narasi
atau deskriptif berdasarkan analisis kepada siswa yang bisa dan tidak bisa yaitu: -
apa kesulitannya?
-
Mengapa itu terjadi?
-
Bagaimana membantunya?
Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34
MASALAH GURU
Bagaimana mengolah materi
Konsep Bahan ajar
Penjelasan Pertanyaan Tugas/kegiatan LKS/Media Arahan/bantuan Tujuan pembelajaran
Evaluasi
- Repersonalisasi materi - Analisis SK dan KD - Mind map materi (Chapter Design)
Prediksi dan antisipasi
- Lesson design
Gambar 3.4 Flowchart PTK penerapan DDR Hubungan guru dengan siswa atau yang disebut juga dengan hubungan pedagogis. Bagaimana guru dan siswa berinteraksi dan bagaimana siswa dengan siswa berinteraksi Luaran yang diharapkan adalah berupa analisis peta siswa yaitu: o Motivasi o Pola fikir o Keterampilan o Pemahan
B. Prosedur dan Rencana Penelitian Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35
1. Prosedur Penelitian Ada empat komponen yang menjadi konsep pokok PTK dan ada empat yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Seperti pada penelitian DDR terdapat tahap Prosfektif, Metapedadidaktik, Retrospektif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Penyetaraan Komponen PTK terhadap Komponen DDR Prasiklus
Perencanaan Prosfektif
Pelaksanaan
Refleksi
Metapedadidaktik
Retrosfektif
Repersonali
Pretest desain
Flexibility
sasi LO
Chapter desain
Unity
hubungan
Rekontekst
Lesson desain
Choherence
dengan
ualisasi
(observasi
implementasi
Prediksi
kelas)
Bagaimana
Resdesain
Respon siswa
a. Prasiklus (Prosfektif) Peneliti melakukan analisis buku teks rujukan belajar siswa. Pada tahapan ini peneliti melakukan tindakan yang disebut dengan repersonalisasi. Apa itu repersonalisasi? Repersonalisasi sendiri adalah peneliti melakukan tindakan analisis terhadap diri sendiri tentang kesulitan maupun kemudahan yang peneliti alami saat peneliti membayangkan
Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
desain
36
diri sebagai seorang anak SD yang membaca buku sumber belajar. Tahapan selanjutnya pada bagian pra implementasi adalah menganalisa dan mengumpulkan konsepsi siswa mengenai materi ajar yang telah ditentukan pada saat membuat mindmap yang bersumber dari kurikulum. Cara yang dilakukan untuk mengetahui konsepsi siswa terhadap konsep pembelajaran magnet dapat dilakukan dengan cara observasi kegiatan belajar mengajar tentang konsep magnet. Peneliti dapat menganalisa jawaban langsung yang siswa lontarkan mengenai konsep magnet saat observasi berlangsung. Mengamati cara guru mengajarkan suatu konsep pembelajaran IPA di dalam kelas. Yang dimaksud disini adalah peneliti melakukan pengamatan metapedadidaktik. Penjabaran mengenai langkah awal prospektif analisis pada tahap pra implementasi tersebut diatas bertujuan untuk mengetahui letak learning obstacle siswa terhadap suatu konsep pembelajaran IPA , jenis learning obstacle dan untuk menemukan
perkiraan
berapa
pertemuan
yang
akan
dilaksanakan untuk membuat anak paham mengenati konsep magnet dan mengapa harus melaksanakan pertemuan dalam jumlah yang ditentukan.
b. Perencanaan (Prosfektif) Pada tahap prospektif analisis terdapat dua pembagian tahap yaitu tahap pra-implementasi dan tahap pembuatan lesson design . Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
Yang pertama adalah tahap pra-implementasi langkah awal yang dapat dilakukan oleh peneliti adalah pemetaan kurikulum. Pemetaan kurikulum yang dimaksud adalah pembuatan peta konsep yang sering kita dengar dengan nama mindmap dimana pada mindmap tersebut terdapat gambaran jelas mengenai materi pokok yang akan diteliti dan chapter design. Pada
tahap pembuatan mindmap peneliti
harus
memikirkan keseuaian materi yang akan diajarkan dan diteliti dengan kurikulum yang ada. Sebaiknya tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi. Kemudian tahap selanjutnya adalah Yang kedua adalah tahap pembuatan lesson design
c. Tindakan (Metapedadidaktik) Pada tahap ini chapter design yang telah di buat pada pada tahap perencanakan dilaksanakan atau diimplementasikan di dalam kelas. Pelaksaan harus sesuai dengan desain yang telah direncanakan sebelumnya, bertindak wajar dengan jujur dan tidak dibuat-buat. Ketika kegiatan pelaksanaan tindakan peneliti sekaligus melakukan pengamatan terhadap respon siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
d. Refleksi (Retrosfektif) Tahap terakhir adalah tahap refleksi. Pada tahap ini peneliti melakukan analisis retrosfektif yaitu menganalisa kesesuaian lesson design, chapter design dengan tindakan yang Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
38
telah
dilaksanakan
serta
kesesuaian
dengan
metode
pembelajaran berbasis masalah.
Gambar 3.5 Modifikasi Alur PTK Kemis dan Mc.Taggart dalam Penerapan DDR Pada Konsep Magnet dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah PRASIKLUS Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) REFLEKSI BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD REPERSONALISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu - Merumuskan
-
Mengamati aktifitas siswa dalam proses pembelajaran Mengamati cara guru mengajar dalam kelas
permasalah yang ditemukan
39
C. Subyek dan Lokasi Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa yaitu keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
dalam kegiatan pembelajaran IPA pada konsep magnet dengan menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Masalah dikelas V SD Negeri Taman Kecamatan Taktakan, Serang-Banten dengan jumlah siswa sebanyak 45 orang, dengan jumlah siswa laki-laki 28 orang dan perempuan sebanyak 17 orang.
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi untuk mengumpulakan letak learning obstacle dan mengumpulkan data mengenai hasil belajar siswa dan bagaimana respon serta kerjasama siswa dalam menemukan masalah dan mengatasi masalah pada konsep magnet. Observasi ditujukan pada bagaimana kemampuan siswa dalam menemukan pemecahan masalah baik secara kelompok atau individu, kemampuan
menyatakan
pendapat
atau
berargumentasi
dan
kemampuan membuktikan kebenaran pendapat dan mempertahankan pendapatnya. Pada setiap tindakan observasi dalam proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran IPA pada konsep magnet peneliti menagacu pada ketentuan observasi yang dijelaskan oleh Nazir dalam Rifkoh (2012:41) yaitu:
Kriteria observasi yang dilakukan adalah a) pengamatan digunakan untuk penelitian dan direncanakan secara sistematik b) pengamatan
harus
berkaitan
dengan
tujuan
penelitian
yang
Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
dirancanakan c) pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja d) pengamatan dapat dicek dan dikontrol validitas dan reliabilitas. Menurut Alwasilah dalam (Rifkoh, 2012:41) „„observasi adalah pengamatan sistematis dan terencana yang diniati untuk perolehan data yang dikontrol validitas dan reliabilitasnya“. Berikut adalah pedoman observasi yang disusun oleh peneliti Tabel 3.2 Pedoman Observasi Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Indikator
Tingkah Laku Guru
keterangan
Fase
Ya Orientasi
1.
siswa
pada masalah
1. Menjelaskan
tujuan
pembelajaran
logistik
tidak
yang diperlukan, 2. memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. Mengorganisasi 2.
siswa
untuk
belajar
1. Membantu mendefinisikan
siswa dan
masalah 2. mengorganisasikan tugas belajar berhubungan
yang dengan
masalah tersebut Membimbing
1. Mendorong siswa untuk
3. Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
pengalaman
mengumpulkan
individual/
informassis yang sesuai
kelompok
2. melaksanakan eksperimen
untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Mengembangkan 4.
dan
menyajikan
hasil karya
1. Membantu siswa dalam merencanakan
dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, 2. membantu mereka untu berbagi
tugas
dengan
temannya. Menganalisis dan 5.
mengevaluasi proses pemecahan masalah
1. Membantu siswa untuk melakukan refleksi 2. Melakukan terhadap
evaluasi penyelidikan
mereka dan proses yang mereka gunakan.
2. Tes hasil belajar Tes hasil belajar dilakukan setelah siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrument tes hasil belajar adalah sebagai berikut: a. Membuat kisi-kisi b. Membuat tes hasil belajar sebanyak 20 soal dalam bentuk pilihan ganda berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat c. Melakukan uji coba instrument d. Menganalisis tes hasil belajar Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43
e. Melakukan analisis tes hasil uji instrument tes yang meliputi validitas dan uji tingkat kesukaran f. Merevisi tes hasil belajar samapai didapat tes hasil belajar yang valid dan reliabel g. Melaksanakan tes hasil belajar h. Mengolah dan menganalisis tes hasil belajar
Dibawah ini adalah tabel kisi-kisi soal tes hasil belajar siswa:
Tabel 3.3 Kisi-kisi soal 1. Standar Kompetensi
KD
Indikator
Mendeskri
n bagaimana
pengaruh
interaksi
gaya
gaya magnet
magnet dan
Tingkat
2. Membandin
hubungan
gkan
antar kutub
interaksi
Kemampuan yang Diuji Jumlah
Kesukaran
Kognitif
Kognitif
Kognitif
Soal
1
2
3
1. Menunjukka Mudah
psikan
: antara gaya dan gerak energi
Sedang
1,8,11
3
7,10,14,
4
17
kutub magnet 3. Menjelaska
Sukar
5,12,16
3
n hubungan Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
antara magnet yang terbesar dengan magnet buatan 4. Menunjukka Sedang n
3,19
2
benda-
benda yang dapat ditarik magnet dan tidak dapat ditarik magnet 5. Mendemons
Mudah
6,18
2
trasikan cara menentukan kutub magnet 6. Menjelaska n
Sukar
9,20
2
cara
membuat magnet 7. Menunjukka Sedang n
4,15
2
berbagai
bentuk magnet Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
45
8. Menjelaska n
Sedang
2,13
2
fungsi
magnet dalam kehidupan sehari-hari
Validitas setiap soal diperoleh dengan cara menghitung sensitivitas soal. Untuk menghitung sensitivitas tiap butir soal rumusnya adalah: Ra-Rb Sensitivity =
(Groundlund, 1982) T
Keterangan: Ra = jumlah siswa yang menjawab benar pada tes akhir Rb = jumlah siswa yang menjawab benar pada tes awal T = jumlah siswa yang mengikuti tes
Sementara untuk menghitung tingkat kesukaran digunakan persamaan berikut: B P=
(Suharsimi Arikunto 2001:207) JS
Keterangan : P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
46
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi Indeks kesukaran Nilai
Keterangan
1,00- 0,30
Soal sukar
0,31- 0,70
Soal sedang
0,71 – 1,00
Soal mudah Arikunto (2001:201)
E. Analisis Data 1. Observasi Σ nilai semua aspek Nilai aktivitas siswa =
X 100% Σ aspek
0% - 33%
= kurang
33% - 66%
= cukup
66 % - 100
= baik
2. Tes Sedangkan untuk menentukan rata-rata hasil tes hasil belajar pada siswa menggunakan rumus: Jumlah soal benar Skor =
× 100 Jumlah soal
Jumlah nilai siswa Rata-rata = Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
Jumlah siswa
Kriteria penilaian: 90 – 100
: baik sekali
75 – 89
: baik
65 – 74
: cukup
0 – 64
: kurang
Monica Lidwina Sipatuhar, 2015 DESAIN PEMBELAJARAN GAYA MAGNET MELALUI ANALISIS KESULITAN BELAJAR (LEARNING OBSTACLE) BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu