BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel terikat (Dependent Variable) yaitu kinerja karyawan dan variabel bebas (Independent Variable) yaitu gaya kepemimpinan atasan dan motivasi kerja. Adapun definisi konseptual, operasional serta kisi-kisi instrumen kinerja karyawan, gaya kepemimpinan atasan dan motivasi kerja seperti di uraikan di bawah ini
3.1.1. Kinerja Karyawan a. Definisi konseptual Kinerja karyawan menurut Mangkunegara (1995)
adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai atau karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Penilaian kinerja karyawan meliputi : a) Kualitas Kualitas merupakan tingkatan dimana hasil akhir
yang dicapai mendekati
sempurna dalam arti memenuhi tujuan yang diharapkan b) Kuantitas Kuantitas adalah jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah sejumlah unit kerja ataupun merupakan jumlah siklus aktivitas yang dihasilkan
30 http://digilib.mercubuana.ac.id/
c) Ketepatan Waktu Tingkat aktivitas diselesaikannya pekerjaan tersebut pada waktu awal yang diinginkan. d) Efektifitas Efektifitas merupakan tingkat pengetahuan sumber daya organisasi terhadap batasan-batasan kinerja dengan maksud menaikkan keuntungan e) Kemandirian Karyawan dapat melakukan fungsi kerjanya tanpa meminta bantuan dari orang lain f) Komitmen Komitmen berarti bahwa karyawan mempunyai tanggung jawab penuh terhadap pekerjaannya. Pendapat Mangkunegara tersebut diperkuat oleh Bernardin (2003) berpendapat bahwa untuk mengukur kinerja karyawan digunakan beberapa indikator meliputi : 1) Kualitas Ditandai dengan aktifitas yang dilakukan memenuhi tujuan atau kesempurnaan pekerjaan dalam arti menyelesaikan beberapa cara yang ideal dalam menyelesaikan suatu aktifitas 2) Kuantitas Ditandai dengan sejumlah siklus aktifitas yang diselesaikan 3) Ketepatan waktu
31 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Ditandai dengan indikator tingkat suatu aktifitas diselesaikan pada waktu awal yang diinginkan dengan memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktifitas lain 4) Efektifitas Ditandai dengan tingkat penggunaan sumber daya manusia dimaksimalkan 5) Kemandirian Tingkat dimana seorang karyawan dapat melakukan fungsi kerjanya tanpa minta bantuan orang lain 6) Komitmen Pada Pekerjaan Ditandai dengan adanya tanggung jawab pada pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Definisi Operasional Kinerja karyawan merupakan hasil yang dicapai seseorang, meliputi (1) kualitas ditandai dengan indikator pemenuhan tujuan/kesempurnaan pekerjaan, (2) kuantitas ditandai indikator jumlah siklus aktifitas yang dihasilkan, (3) ketepatan waktu ditandai dengan ketepatan awal dalam menyelesaikan pekerjaan, (4) efektifitas meliputi pemahaman sumber daya pada pekerjaan, (5) kemandirian ditandai indikator melakukan pekerjaan tanpa bantuan orang lain, (6) komitmen pada pekerjaan meliputi indikator adanya tanggung jawab pada pekerjaan
c. Kisi-kisi instrumen Kinerja Karyawan. Adapun kisi-kisi instumen kinerja karyawan adalah sebagai berikut :
32 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kinerja Karyawan Macam
Indikator
Jumlah Butir Positif Negatif 1, 3 2, 21
Butir drop -
Kualitas
Pemenuhan tujuan /kesempurnaan pekerjaan
Kuantitas
Jumlah siklus aktivitas yang dihasilkan
6, 20,
7, 16
20
Ketepatan waktu
Ketepatan awal dalam menyelesaikan pekerjaan
5,8,9
19, 22
-
Efektifitas
Pemahaman sumber daya pada pekerjaan
18, 13
4, 25
25
Kemandirian
Melakukan pekerjaan tanpa bantuan orang
12, 17
10, 23
-
Komitmen pada Tanggung jawab pada pekerjaan pekerjaan
14, 24
11,15
11
d. Instrumen Kinerja Karyawan (dapat dilihat dilampiran 2)
3.1.2. Gaya Kepemimpinan Atasan a. Definisi Konseptual Pada umumnya dikenal tiga tipe gaya kepemimpinan yang dikemukakan oleh Dunford (2005), yaitu : (1) Kepemimpinan Otokratis, yaitu kepemimpinan yang berpusat pada pekerjaan tanpa mementingkan karyawan sama sekali, tidak menyukai parsipasi karyawan, tidak berusaha mendelegasikan wewenang.
33 http://digilib.mercubuana.ac.id/
(2) Kepemimpinan Demokratis, yaitu pengambilan keputusan diambil bersama, prakarsa berasal dari pimpinan dan karyawan, hubungan atau komunikasi yang bersifat timbal balik (3) Kepemimpinan Laizess Faire, yaitu pemimpin yang tidak mempunyai wibawa dan tidak bisa mengontrol anak buahnya, membiarkan anggota mengambil keputusan sendiri, peran pemimpin bersifat pasif, tidak ada pengendalian/pengawasan Sejalan dengan pendapat di atas Munir (2003) membagi gaya kepemimpinan pada tiga tipe yaitu : a) Tipe Otoriter, yaitu kepemimpinan yang berpusat pada pekerjaan tanpa mementingkan anggota kelompok sama sekali. b) Tipe Laizess Faire, yaitu pemimpin yang tidak mempunyai wibawa dan tidak bisa mengontrol anak buahnya. c) Tipe Demokratis, yaitu kepemimpinan yang mementingkan pencapaian tujuan seoptimal mungkin, melibatkan partisipasi seluruh anggota dengan segala kemampuan yang dimilikinyasehingga kepentingan kelompok menjadi tanggung jawab bersama
b. Definisi Operasional Berbagai macam gaya kepemimpinan antara lain : gaya kepemimpinan otokratis, demokratis, laizess faire. Indikator pada ketiga gaya kepemimpinan tersebut meliputi peran kepemimpinan, pengendalian pada pekerjaan, otoritas pengambilan keputusan, hubungan komunikasi, pengontrolan pada karyawan
34 http://digilib.mercubuana.ac.id/
c. Kisi-Kisi Instrumen Gaya Kepemimpinan Atasan
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Gaya Kepemimpinan Atasan
Macam
Indikator
Jumlah Butir
Butir drop
Otokratis ,
Peran Kepemimpinan
1,4,5,8,14,17,21
1
Demokratis,
Pengendalian Pada Pekerjaan
2,7,12,13,23,18
-
Laissez Faire
Otoritas Pengambilan keputusan
10,12,15,25, 20
-
6.9.14.16.22
22
3,11,18,19
11
Hubungan Komunikasi Pengontrolan pada Karyawan
D. Instrumen Gaya Kepemimpinan Atasan (dapat dilihat dilampiran 2)
3.1.3. Motivasi Kerja a. Definisi Konseptual Motivasi kerja adalah dorongan atau semangat yang timbul dalam diri seorang karyawan untuk beraktifitas atau bekerja, dikarenakan adanya rangsangan dari luar maupun dalam diri individu. Menurut McClelland dalam Anoraga & Suyati (2002) ada tiga macam motif atau kebutuhan yang relevan dengan situasi kerja, yaitu : 1) The need of achievement (nAch) yaitu kebutuhan untuk berprestasi untuk mencapai sukses 2) The need of power (nPow), yaitu kebutuhan untuk dapat memerintah orang 3) The need of affiliation (nAff), yaitu kebutuhan akan kawan, hubungan akrab antar pribadi
35 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pendapat McCelland dalam As’ad (2004),
apabila individu tersebut
tingkah lakunya didorong oleh tiga kebutuhan tersebut, maka tingkah lakunya akan menampakkan indikator sebagai berikut : 1. Tingkahlaku individu yang di dorong oleh kebutuhan berprestasi yang tinggi akan nampak sebagai berikut : Berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara yang baru dan kreatif Mencari feed back (umpan balik) tentang perbuatannya Memilih resiko di dalam perbuatannya Mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatan-perbuatannya. 2. Tingkah laku individu yang didorong untuk berkuasa yang tinggi akan nampak sebagai berikut : Berusaha menolong orang lain walaupun pertolongan itu tidak diminta Sangat aktif dalam menentukan arah kegiatan dari organisasi di mana ia berada 3. Tingkah laku individu yang di dorong oleh kebutuhan untuk bersahabat akan nampak sebagai berikut : Lebih memperhatikan hubungan kerja Melakukan pekerjaannya lebih efektif apabila bekerjasama bersama orang lain dalam suasana yang lebih kooperatif
b. Definisi Operasional Motivasi adalah kondisi yang mendorong seseorang untuk beraktifitas karena adanya rangsangan eksternal maupun internal untuk memenuhi kebutuhan tersebut, meliputi : (1) The need of achievement (kebutuhan untuk berprestasi),
36 http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan indikator : melakukan sesuatu yang lebih baik, tanggung jawab, feed back atau umpan balik, mampu mengambil resiko. (2) The need of affiliation (kebutuhan untuk bersahabat), dengan indikator : mampu bekerjasama, memelihara hubungan kerja. (3) The need of power (kebutuhan akan kekuasaan). Indikatornya : berusaha menolong orang lain, aktif menentukan arah kegiatan dari organisasi
c.
Kisi-kisi Instrumen Motivasi Kerja
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Motivasi Kerja
Macam
The Need of Achievement (kebutuhan berprestasi)
The Need of Affiliation (kebutuhan bersahabat) The Need of Power (kebutuhan kekuasaan)
Indikator
Melakukan sesuatu yang lebih baik Tanggung Jawab Feed back (umpan Balik) Mampu mengambil resiko
Jumlah Butir Butir Positif Neg Drop atif 1, 16 6, 24 5 4, 15 20,18,1 4
2, 21 12, 8,11
3, 9 25
23 22
-
13, 17
19
13
7
10
Mampu bekerjasama Memelihara hubungan kerja Berusaha menolong orang lain Aktif menentukan arah kegiatan dari organisasi
8
d. Instrumen Motivasi Kerja (dapat dilihat dilampiran 2)
37 http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.1.4 Uji Validitas Dan Reliabilitas a.
Validitas Suatu instrument pengukuran dikatakan valid jika instrument dapat
mengukur sesuatu yang hendak diukur. Ada dua jenis validitas, yaitu validitas logis dan validitas empirik.
Validitas logis adalah validitas yang dinyatakan
berdasarkan hasil penalaran. Validitas empirik adalah validitas yang dinyatakan berdasarkan hasil pengalaman. Instrumen dinyatakan memiliki validitas apabila instrument tersebut telah dirancang dengan baik dan mengikuti teori dan ketentuan yang ada dan sudah dibuktikan melalui suatu uji coba.
Dalam
penelitian ini validitas digunakan untuk menguji motivasi kerja dan kinerja karyawan.
Peneliti menentukan validitas berdasarkan formula tertentu,
diantaranya koefesien korelasi Product moment yaitu =
∑ [ ∑
− ∑
) ][ ∑
− (∑
. ∑
− (∑
) ]
Kemudian dicari content validitas ratio dengan rumus sebagai berikut (
)
−
= +
Jika
(
)
≥
−
(
)( )
, maka instrumen valid.
Pengujian validitas untuk instrumen gaya kepemimpinan menggunakan rumus sebagai berikut = Jika
≥
∙
−
, maka instrumen valid.
38 http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Reliabilitas Suatu instrumen pengukuran dikatakan reliable, jika pengukurannya konsisten, cermat dan akurat. Tujuan dari uji reliabilitas adalah untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil pengukuran dapat dipercaya.
Hasil pengukuran dapat dipercaya, apabila dalam beberapa kali
pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang homogen diperoleh hasil yang relativ sama.
Formula yang dipergunakan untuk menguji reliabilitas
instrumen dalam penelitian adalah koefesien Alfa dari Cronbach, yaitu:
r=
1−
∑
Keterangan: = reliabilitas instrumen/ koefesien Alfa = banyaknya butir soal = varians total ∑
= jumlah seluruh varians masing-masing soal
Nilai koefesien alfa ( = SPSS, jika
( ,
).
) akan dibandingkan dengan koefesien korelasi tabet
Jika ℎ’
> ℎ >
, maka instrumen reliabel. Pada output , maka instrumen Reliabel.
3.2. Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bandar Lampung yang terdiri atas
148
orang.
39 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Karena besarnya populasi sehingga peneliti menetapkan 25% sebagai sampel penelitian. Pengambilan jumlah sampel berpijak pada pendapat Suharsimi Arikunto (2008), menyatakan untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25% atau lebih. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sampel acak sederhana (Simple random sampling technique) teknik ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa seluruh anggota populasi terjangkau memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih atau terpilih menjadi sampel.
3.3. Skala Pengumpul Data Skala pengumpul data yang digunakan adalah : (1) Skala Kinerja Mengukur kinerja digunakan Skala Likert dengan menyebarkan kuesioner. Untuk pertanyaan positif diberi skor 5,4,3,2,1 sedangkan bentuk pertanyaan negatif diberi skor 1,2,3,4,5. Dengan bentuk jawaban skala sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Data yang akan dihimpun adalah tentang kinerja karyawan (2) Skala Gaya Kepemimpinan Mengukur sikap gaya kepemimpinan atasan dengan menyebarkan kuesioner kepada karyawan Badan Penanggulangan Bencana Daerah kota Bandar Lampung. Data yang dihimpun meliputi gaya pemimpinan demokratis, otokratis dan laissezz faire.
40 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Soal terdiri dari pilihan ganda (multiple choice) alternatif pilihan terdiri dari tiga option yaitu a untuk option demokratis diberi nilai 1, dan b, untuk option otokratis diberi nilai 2 serta c option laissezz faire diberi nilai 3 (3) Skala Motivasi Kerja Mengukur motivasi kerja dipergunakan skala Likert dengan skor 5,4,3,2,1 untuk pertanyaan positif dan 1,2,3,4,5 untuk pertanyaan negatif dengan pilihan jawaban skala,
sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan
sangat tidak setuju. Data yang akan dihimpun meliputi motivasi kerja
3.4. Analisis Data Data yang terkumpul melalui hasil penyebaran kuisioner akan diolah sesuai dengan kebutuhan dan dihitung statistik menggunakan bantuan SPSS. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi dan regresi. Sebelum melakukan analisis korelasi dan regresi ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi yaitu asumsi kenormalan dan kehomogenan data.
Uji Normalitas Ada beberapa uji normalitas data antara lain uji Liliefors, uji Khi-Kuadrat, uji Kolmogorov smirnov dan lain sebagainya. Uji Liliefors merupakan salah satu uji yang sering digunakan untuk menguji kenormalan data. Rumus uji Liliefors sebagai berikut: =
| ( ) − ( )|,
=
( , )
Dengan hipotesis:
41 http://digilib.mercubuana.ac.id/
: data mengikuti sebaran normal : data tidak mengikuti sebaran normal ≤
Kesimpulan: Jika
, maka
diterima
Uji Homogenitas Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Homogenitas Variansi dan Uji Bartlett. Rumus uji Bartlett sebagai berikut:
−∑
= ln (10)
} ,
=
( ,
)
Hipotesis ∶ Data Homogen ∶ Data tidak Homogen Kesimpulan: Jika
≤
, maka
diterima.
Analisis Korelasi Analisis korelasi digunakan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Hubungan-hubungan tersebut dinyatakan dengan korelasi. Tujuan analisis korelasi, antara lain : 1) Mencari bukti terdapat tidaknya hubungan antar variabel 2) Memperoleh kepastian apakah hubungan tersebut berarti atau tidak berarti. 3) Melihat tingkat keeratan hubungan antar variabel
42 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Analisis Korelasi Gaya Kepemimpinan Dengan Kinerja Karyawan Untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja karyawan. Analisis korelasi yang digunakan adalah analisis korelasi chi square karena data gaya kepemimpinan berskala nominal sedangkan data kinerja karyawan merupakan skala likert. Adapun rumus korelasi yang digunakan :
(
=
=
( ,
−
)
)
Dengan: : frekuensi observasi/amatan : frekuensi harapan Db
: derajat bebas = (r – 1)x(k – 1)
Hipotesis: : Tidak ada hubungan yang berarti antara Gaya kepemimpinan dengan Kinerja Karyawan : Ada hubungan yang berarti antara Gaya kepemimpinan dengan Kinerja Karyawan Kriteria penarikan kesimpulan : Bila
>
, maka tolak
, artinya ada hubungan yang berarti antara
gaya kepemimpinan dengan kinerja karyawan.
43 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Analisis Korelasi Motivasi Kerja Dan Kinerja Karyawan Untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara Motivasi Kerja dan Kinerja Karyawan. Analisis korelasi yang digunakan adalah analisis korelasi product moment karena data motivasi kerja dan kinerja karyawan merupakan data berskala likert. Adapun rumus korelasi yang digunakan adalah: ,
=
∑ [ ∑
(∑
− (∑
)(∑
) ][ ∑
) − (∑
) ]
Dengan: : Korelasi antara variabel
dan
: jumlah sampel Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi product moment, selanjutnya dilakukan pengujian signifikansi melalui uji t dengan rumus : =
,
√ −2
1− =
( ,
,
)
Hipotesis: : Tidak ada hubungan yang berarti antara Motivasi Kerja dan Kinerja Karyawan : Ada hubungan yang berarti antara Motivasi Kerja dan Kinerja Karyawan Kriteria penarikan kesimpulan: Bila
>
maka tolak
, artinya ada hubungan yang berarti antara
motivasi kerja dan kinerja karyawan
44 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Analisis Korelasi Gaya Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja Untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara Gaya kepemimpinan dengan Motivasi Kerja. Analisis korelasi yang digunakan adalah analisis korelasi chi square karena data gaya kepemimpinan bersifat nominal. Adapun rumus korelasi yang digunakan :
(
=
=
( ,
−
)
)
Dengan: : frekuensi observasi/amatan : frekuensi harapan Db
: derajat bebas = (r – 1)x(k – 1)
Hipotesis : : Tidak ada hubungan yang berarti antara Gaya kepemimpinan dengan
motivasi : Ada hubungan yang berarti antara Gaya kepemimpinan dengan Motivasi
Kerja Kriteria penarikan kesimpulan: Bila
>
, maka tolak
, artinya ada hubungan yang berarti antara
gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja
45 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Analisis Korelasi Gaya Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Kinerja Karyawan Untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja dan kinerja aryawan digunakan analisis korelasi ganda. Adapun rumus korelasi yang digunakan:
(
=
=
( ,
−
)
)
Dengan: : frekuensi observasi/amatan : frekuensi harapan Db
: derajat bebas = (r – 1)x(k – 1)
Hipotesis : : Tidak ada hubungan yang berarti antara Gaya kepemimpinan dengan
Motivasi kerja dan kinerja karyawan : Ada hubungan yang berarti antara Gaya kepemimpinan dengan Motivasi
Kerja dan kinerja karyawan Kriteria penarikan kesimpulan: Bila
>
, maka tolak
, artinya ada hubungan yang berarti antara
gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja dan kinerja karyawan.
46 http://digilib.mercubuana.ac.id/