BAB III METODE PENELITIAN
A.
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ± 2 bulan yang dimulai dari Oktober
2012 sampai dengan Desember 2012, yang berlokasi di Kecamatan Kwandang. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 berikut: Lokasi Penelitian
Gambar 5. Peta lokasi penelitian Kecamatan Kwandang (Sumber: BPS Kabupaten Gorontalo Utara, 2012 ).
B.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini, dapat dilihat pada Tabel 1 berikut
ini: Tabel 1. Alat yang Digunakan dalam Penelitian No
Nama Alat
Spesifikasi Vernier Caliper 150 x 0,05 mm
1
Jangka Sorong
2
Timbangan
Lion Star 3 kg
3
Analisis Multi Parameter
WTW pH/Oxi 340i/set 2D30-101210
5
Hand-held Refractometer Jarum Suntik
5
Kamera Digital
6
Alat Tulis Menulis
4
Atago Stera Nikon Coolpyx S3100 Bulpoin dan Buku Tulis
Kegunaan Untuk mengukur lebar karapaks kepiting bakau Untuk menimbang berat tubuh kepiting bakau Untuk mengukur suhu dan pH Untuk mengukur salinitas Untuk pengambilan sampel air Sebagai dokumentasi Untuk mencatat diperoleh
hasil
yang
Bahan yang digunakan dalam penelitian, dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Bahan yang Digunakan dalam Penelitian No 1 2 3
Nama Bahan Kepiting Bakau Air Mineral Tissue
C.
Desain Penelitian
1.
Survey dan Wawancara
Spesifikasi (Scylla serrata) Amgo Passeo
Kegunaan Sebagai sampel penelitian Untuk mencuci alat Untuk membersihkan alat
Metode survey dilakukan untuk mengetahui kondisi awal lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian. Sedangkan wawancara dilakukan dengan
berdiskusi
bersama nelayan penangkap kepiting bakau yang meliputi daerah
penangkapan kepiting bakau, jenis kepiting yang ditangkap dan lain-lain. 2.
Pengukuran Langsung Metode pengambilan sampel yang dilakukan menggunakan teknik
pengukuran langsung dengan cara mengukur lebar karapaks dan berat tubuh kepiting bakau (Scylla serrata) dengan menggunakan jangka sorong dan timbangan aluminium kemudian mencatat hasil yang diperoleh. 3.
Studi Pustaka Metode studi pustaka dilakukan dengan cara melakukan pengkajian yang
dilakukan dengan membandingkan hasil-hasil penelitian para ahli atau buku-buku yang relevan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
D.
Populasi dan Sampel Populasi merupakan suatu kumpulan dari anggota-anggota populasi
pengambilan contoh, sehingga populasi atau total area dasar perairan suatu teluk misalnya, dapat dipisah-pisahkan menjadi unit-unit pengambilan contoh yang berukuran sama. Sampel merupakan sebagian dari populasi yang terpilih untuk dianalisis. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel kepiting bakau adalah metode Simple random sampling (pengambilan sampel secara acak). Metode pengambilan sampel secara acak merupakan suatu metode rancangan pengambilan sampel yang paling sederhana (Setyobudiandi dkk., 2009). Pengambilan sampel secara acak dengan melakukan prosedur sebagai berikut:
1.
Seluruh sampel (contoh) diberi nomor, selanjutnya menentukan berapa jumlah sampel yang harus diambil.
2.
Menggunakan tabel bilangan acak atau menggunakan program computer seperti perangkat lunak (software) untuk memilih satu set bilangan acak (Setyobudiandi dkk., 2009). Dalam penelitian ini pengambilan sampel kepiting bakau (Scylla serrata) di
Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara dilakukan selama 2 bulan dan sampel diambil setiap hari selama penelitian berlangsung yang disesuaikan dengan kondisi lapangan dan sampel kepiting bakau yang diambil sebanyak ± 1011 kepiting bakau (Scylla serrata).
E.
Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data meliputi:
1.
Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan, yaitu
dengan cara mengukur lebar karapaks, menimbang berat tubuh kepiting bakau, mengukur kualitas air yang meliputi suhu, salinitas dan pH. Pengambilan sampel kepiting bakau dilakukan setiap hari yang berlokasi di Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. 2.
Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu
dari instansi pemerintah dan pihak-pihak yang terkait yang ada di Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara. Data yang diperoleh seperti keadaan umum lokasi penelitian, peta, dan lain sebagainya.
F.
Analisis Data Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, analisis data yang digunakan
untuk menghitung hubungan lebar karapaks kepiting bakau dan berat tubuh kepiting, kelompok umur, pertumbuhan mortalitas kepiting bakau, adalah sebagai berikut: 1.
Hubungan Lebar Karapaks dan Berat Kepiting Menurut Hile (1936) dalam Asmara (2004), dalam menganalisis
pertumbuhan dengan menggunakan parameter lebar dengan berat tubuh kepiting digunakan rumus: W = aLb Hubungan lebar karapaks dengan berat tubuh menggunakan pendekatan regresi linear, untuk menduga laju pertumbuhan kedua parameter yang diamati dapat dilihat dari nilai b yang dihitung dengan rumus dibawah ini: b=
∑
∑ ∑
∑
Log a = (Log W / N) – bx (Log L / N) Dimana: N = Jumlah kepiting jantan atau betina (ekor) W = Berat tubuh kepiting (gram) L = Lebar karapaks (mm) a = intersep (perpotongan kurva hubungan panjang-bobot dengan sumbu y b = Penduga pola pertumbuhan lebar dan bobot
Menurut Warner (1977) dalam Asmara (2004), korelasi hubungan karapaks dengan berat tubuh kepiting bakau dapat dilihat dari nilai b yaitu, dengan hipotesis: Bila b = 1, dikatakan hubungan isometrik (pola pertumbuhan lebar karapaks sama dengan pola pertumbuhan berat. Bila b ≠ 1, dikatakan memiliki hubungan allometrik, yaitu: a) Bila b > 1, allometrik negatif (pola pertumbuhan lebar karapaks lebih dominan dari pola pertumbuhan berat tubuh) b) Bila b < 1, allometrik positif (pola pertumbuhan berat tubuh lebih dominan dari pada pola pertumbuhan lebar karapaks.
2.
Struktur Umur Pendugaan kelompok umur menurut metode Bhattacharya (1967) dalam
Sparre dan Siebren (1999), adalah dengan membagi kepiting kedalam kelompok lebar karapaks, selanjutnya dilakukan perhitungan logaritma dari frekuensi masing-masing kelompok lebar karapaks. Dari hasil perhitungan logaritma dicari selisih logartima (Δ log F) diantara kelompok yang ada, kemudian dilakukan pemetaan nilai tengah masing-masing kelas lebar kerapas sebagai sumbu X terhadap selisih
logaritma, frekuensi kelas lebar karapaks sebagai sumbu Y,
dengan menarik suatu garis lurus dari titik terbesar ke titik yang terkecil, maka diperoleh kelompok umur yang berpotongan dari sumbu X.
3.
Pertumbuhan Model pertumbuhan yang digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan
kepiting bakau didasarkan pada metode Von Bertalanfly (1967) dalam Sparre dan Siebren (1999), dengan formula sebagai berikut:
Lt L (1 e K (t t0 ) ) Dimana: Lt
= Lebar karapaks pada umur t (mm)
L∞
= Lebar karapaks maksimum (mm)
K
= Koefisien laju pertumbuhan (per tahun)
t0
= umur teoritis kepiting pada saat lebar kerapas mula-mula (L = 0)
Untuk menentukan lebar karapaks maksimum (L∞) dan koefisien pertumbuhan (K), digunakan metode Gulland dan Holt (1959) dalam Sparre an Siebren (1999), yaitu dengan memplotkan pertumbuhan relatif (Δl/Δt) dengan lebar karapaks ratarata (Lm) sebegai berikut: Δl/Δt = K Lm – K Lm Dimana: Lm = Setelah mendapatkan persamaan regresi dari kedua hubungan tersebut, kemudan dimaksimalkan: Y
= Δl/Δt
a
= K Lm
-b
=K
X
= Lm
Sehingga persamaannya menjadi: Y
= a + bx
Dari persamaan diatas didapatkan: b = -K atau b = K dan L = a/K Selanjutnya untuk menentukan t0 digunakan rumus Pauly (1980), yaitu: Log (-t0) = -0,3922 – 0,2752 (Log L ∞) – 1,0380 (Log K)
4.
Mortalitas Pendugaan laju mortalitas total seketika (Z), dihitung dengan menggunakan
rumus yang dikemukakan oleh Beverton dan Holt (1956) dalam Syamsuddin (1993), sebagai berikut:
L L Z K , L L Dimana: Z
= Laju mortalitas total seketika (per tahun)
K
= Koefisien laju pertumbuhan (per tahun)
L∞ = Lebar karapaks maksimum kepiting (mm) L
= Lebar karapaks rata-rata kepiting yang tertangkap (mm)
L
= Batas terkendali ukuran kelas dari lebar karapaks kepiting yang tertangkap (mm)
Mortalitas alami (M) diduga dengan menggunakan rumus Pauly (1980), sebagai berikut: M = 0,8*exp
(-0,152 – 0,279 ln L∞ + 0,6543 ln K + 0,4634 ln T)
Dimana: M
= Laju mortalitas alami (per tahun)
L∞
= Lebar maksimum kepiting bakau (mm)
K
= Koefisien laju pertumbuhan (per tahun)
T
= Suhu rata-rata (oC)
Selanjutnya dari hasil pendugaan nilai Z dan M dapat ditentukan laju mortalitas penangkapan ( F ) diperoleh dari: Z=F+M
F Z M
Dimana: Z
= Mortalitas total seketika (per tahun)
F
= Mortalitas penangkapan (per tahun)
M
= Mortalitas alami (per tahun)