BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Desain Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini mengambil lokasi di Kota Bandung dengan subyek penelitian keluarga wanita karier yang berprofesi sebagai PNS yaitu keluarga yang memiliki anak masih sekolah dengan istri/ibu sebagai anggota keluarga memiliki peran ganda menjadi Pegawai Negeri Sipil dengan tujuan untuk mengaktualisasikan diri dan menghasilkan imbalan sebagai nafkah, di samping berperan sebagai pendidik bagi anaknya di keluarga. Lebih khusus lagi dalam penelitian ini termasuk ayah (suami) juga memiliki pekerjaan diluar rumah secara profesional. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian di wilayah Kota Bandung adalah sebagai berikut: (1) Kota Bandung termasuk salah satu Kota Pendidikan di Indonesia, (2) Kota Bandung termasuk Kota Besar di Indonesia dan Ibu Kota Propinsi Jawa Barat, (3) Dalam kehidupan di Kota Bandung banyak terjadi penyimpangan nilai moral dikalangan generasi muda, (5) Kota Bandung sebagai kota gaul tempat nongkrong anak muda yang cenderung identik dengan kebebasan hidup, (7) Kota Bandung sebagai tempat hiburan malam yang dekat dengan Jakarta. 2. Sujek Penelitian Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah keluarga wanita karier yang berprofesi sebagai PNS dengan kriteria sebagai berikut:
151
152
a.Keluarga tersebut adalah keluarga inti (Nuclear Family) yang relatif masih muda, yaitu muda dalam perkawinan dan muda dalam usia serta memiliki anak usia sekolah. b.Keluarga inti tersebut menempati tempat tinggal (rumah) sendiri (milik sendiri atau sewa), tidak bersamaan dengan keluarga inti lainnya atau tidak di dalam keluarga besar (extented Famili) c.Keluarga wanita karier, dimana ayah dan ibunya bekerja secara rutin diluar rumah sebagai aktualisasi diri dan memperoleh pendapatan tetapi
hanya mampu
menyempatkan diri hadir dirumah sekitar pukul 16.00 sore sampai pukul 7.00 pagi. Dengan waktu yang relatif singkat tersebut keluarga masih menyempatkan diri untuk melakukan pendidikan nilai moral kepada anaknya. d.Keluarga wanita karier yang berprofesi sebagai PNS berpendidikan formal minimal Strata 1 dan minimal golongan IIIb. e.Mendapat rekomendasi dan dukungan penilaian dari masyarakat/ pengurus RT/RW sebagai keluarga yang baik. Dalam penelitian kualitatif, jumlah sampel bukan kriteria utama, tetapi lebih ditekankan kepada sumber data yang dapat memberikan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sumber data yang dipilih penulis ambil dari keluarga wanita karier sebagai PNS yang sudah berkeluarga di Kota Bandung sesuai tujuan penelitian. Setiap wilayah penelitian masing-masing diambil satu keluarga, yaitu; dari wilayah Bojonagara, wilayah Cibenying, wilayah Karees, wilayah Tegelega, wilayah Ujung Berung dan wilayah Gedebage, sehingga jumlahnya mencapai enam keluarga.
153
B. Definisi Konsep 1.Pola Asuh Orang Tua Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia (Nirmala, 2003:52) kata asuh diartikan sebagai : Menjaga, merawat, memelihara, mendidik anak kecil; membimbing (membantu, melatih dan sebagainya) supaya dapat berdiri sendiri (tentang orang atau negeri), memimpin (mengepalai atau menyelenggarakan) suatu badan kelembagaan. Asuhan; hasil mengasuh;bimbingan; didikan (anak dan sebagainya) yang diasuh. Pengasuh; orang yang mengasuh; wali (orang tua dsb). Pengasuhan; proses, perbuatan, cara mengasuh. Thoha,H (1996 ;109), mengemukakan bahwa: Pola asuh orang tua merupakan sikap orang tua dalam berhubungan dengan anaknya, sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara orang tua memberikan peraturan kepada anak, cara memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua menunjukan otoritas dan cara orang tua memberikan perhatian atau tanggapan terhadap keinginan anak.
Dengan demikian pola asuh orang tua adalah bagaimana cara orang tua mendidik anak, baik secara langsung maupun tidak langsung sebagai bagian penting dan mendasar menyiapkan anak untuk menjadi masyarakat yang baik juga sebagai perwujudan rasa tanggung jawab kepada Allah SWT. Pola asuh orang tua dalam mengkomunikasikan nilai moral kepada anak dilingkungan keluarga ini merupakan upaya orang tua yang diaktualisasikan dalam a)Visi dan misi.
b) Jenis landasan nilai. c) Sumber acuan dan media pola asuh.
d)Metode pola asuh. e) Evaluasi pola asuh. 2.Mengkomunikasikan Nilai Moral Sejak kehadiran dan pertemuan Adam dan Hawa di dunia, komunikasi manusia itu sesungguhnya telah hadir. Kehadirannya malah tidak bisa dielakkan, karena
154
perjumpaan itu sendiri memerlukan komunikasi agar bisa berlanjut menjadi alat pendidikan, persahabatan, pertemanan, persekutuan atau perkawinan. Oleh karena itu komunikasi disebut sebagai perekat hidup bersama. Menurut Arifin (2002;19) bahwa: Dalam istilah komunikasi terkandung makna bersama-sama (Common, commoness: Inggris)...yang berarti pemberitahuan, pemberian bagian (dalam sesuatu), pertukaran, dimana sipembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya; ikut mengambil bagian... Kata kerjanya communicare, artinya berdialog, berunding atau bermusyawarah.
Komunikasi menyentuh semua aspek kehidupan masyarakat termasuk didalamnya lingkungan keluarga. Karena itu dilukiskan komunikasi serba hadir dimanapun dan kapanpun sebagai sesuatu yang serba ada karena setiap orang akan berkomunikasi baik secara intern maupun ekstern. Dengan demikian esensi komunikasi adalah 1) peran sebagai penyampaian pesan, 2) fungsi komunikasi sebagai perekat hidup bersama, 3)pengaruh komunikasi dapat menimbulkan perubahan pada semua pihak yang berkomunikasi dan 4) syarat komunikasi yang efektif harus menciptakan kebersamaan arti. Terjadinya proses komunikasi dikemukakan oleh Efendi (2000, 30) bahwa : Pengertian komunikasi secara etimologis berasal dari perkataan latin "communicatio". Istilah ini bersumber dari perkataan "communis" yang berarti sama; sama di sini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan. Dengan demikian jika tidak terjadi kesamaan makna antara kedua aktor komunikasi (communication actors) yakni komunikator dan komunikan , atau komunikan tidak mengerti pesan yang diterimanya, maka komunikasi tidak terjadi karena situasi tidak komunikatif. Bentuk situasi komunikatif bisa berupa pidato,
155
ceramah, khotbah, dan lain-lain, baik
lisan maupun tulisan. Jika pengalaman
komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain; dengan lain perkataan situasi menjadi tidak komunikatif; atau dengan rumusan lain terjadi miscommunication (miskomunikasi). Dan banyak lagi faktor-faktor lain yang menyebabkan terjadinya miskomunikasi atau komunikasi yang salah . Fraenkel (1977:6-7) merumuskan nilai (value) sebagai : A value is an idea, a concept about what someone thinks as important in life. When a person values something, he or she seems it worth while – worth having, worth doing, or worth trying to obtain. The study values usually is divided into the areas of aesthetics and ethics. Aesthetics refers to the study and justification of what human being consider beautiful – what they enjoy. Ethics refers to the study and justification of conduct – how people behave. At the base study of ethics is the question of morals – the reflective consideration of what is right and wrong.
Sementara definisi yang bersumber pada filsafat, dirumuskan oleh Spranger (1982:34): ”Values are defined as the constellation of likes, dislikes, viewpoints, should, inner inclinations, rational and irrational judgement, prejudices, and association patterns that determine a person’s view of the world”. Dengan demikian nilai didefinisikan sebagai rangkaian rasa suka, tidak suka, pertimbangan keharusan, keinginan batin, keputusan baik rasional maupun tidak rasional, prasangka, dan sekumpulan pola yang menentukan pandangan seseorang tentang kehidupannya. Nilai merupakan seperangkat keyakinan, ide atau konsep, standar atau prinsip dan harga yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang yang bersifat abstrak yang dijadikan pedoman dalam bertindak dan bertingkah laku, dan
156
karena sifatnya yang abstrak, nilai hanya dapat dilihat
melalui indikator-
indikatornya. Menurut Poespoprodjo ,W (1999;118) Moralitas adalah: “kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas mencakup pengertian tentang baik buruknya perbuatan manusia” Sejalan dengan pendapat tersebut menurut Suseno, Magnis (1987;45-47) kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia, sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang. Sikap moral yang sebenarnya disebut moralitas. Ia mengartikan moralitas sebagai sikap hati orang yang terungkap dalam tindakan lahiriah. Moralitas terjadi apabila orang mengambil sikap yang baik karena ia sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan karena ia mencari keuntungan. Jadi moralitas adalah sikap dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih. Hanya moralitaslah yang benilai secara moral . Berdasarkan kajian di atas, yang dimaksud dengan mengkomunikasikan nilai moral adalah suatu proses penyampaian pesan nilai moral atas dasar kesamaan makna tentang seperangkat keyakinan, ide , konsep atau prinsip dan harga yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang yang bersifat abstrak yang dijadikan komitmen dalam bertindak dan menilai tingkah laku yang terjadi antara individu yang satu dengan indvidu yang lain atau komunikator (termasuk orang tua) dengan komunikan (termasuk anak).
157
3. Keluarga A.G. Pringgodigdo dalam Ensiklopedi Umum (1991 : 544), mengartikan keluarga sebagai : Kelompok yang ada hubungan darah atau perkawinan. Orang-orang yang termasuk keluarga ialah ibu, bapak, dan anak-anaknya. Sekelompok manusia yang terdiri dari ibu, bapak, dan anak disebut keluarga nuklir. Keluarga luas mencakup semua orang berketurunan dari kakek-nenek yang sama, termasuk keturunan masing-masing isteri dan suami. Keluarga adalah unit terkecil yang memenuhi kebutuhan ekonomi dan unit terkecil dalam masyarakat tempat anggotanya mendapatkan ketentraman dan perkembangan jiwanya.
Soekanto (1991: 1) mengemukakan bahwa keluarga adalah: ”Kelompok sosial kecil yang terdiri dari suami, isteri beserta anak-anaknya. Dikatakan sebagai kelompok sosial, karena keluarga memiliki unsur-unsur sistem sosial yang mencakup kepercayaan, tujuan, kaidah-kaidah, peran-peran, dan yang lainnya”.
Menurut
Soelaeman (1994: 10) keluarga dalam pengertian psikologis adalah “sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama, dan masing-masing anggota merasakan ada pertautan batin sehingga diantaranya terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri”. Sedangkan secara pedagogis Soelaeman (1994: 12) mengatakan bahwa keluarga adalah “satu persekutuan hidup yang dijalin kasih sayang, antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri”. Dalam saling melengkapi dan saling menyempurnakan diri itu terkandung perealisasian peran dan fungsi sebagai orang tua dalam sebuah keluarga. Dengan demikian, keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam kehidupan seorang anak. Seorang anak akan sangat tergantung pada
158
keluarga,
apapun warna yang akan diberikan kepada anak tergantung pada
keluarganya. Awal anak mengenal sopan santun, mengenal nilai agama, nilai moral dan norma masyarakat, adalah dari keluarga. Setelah memasuki usia sekolah, anak akan mengenal lingkungan masyarakat secara luas, dan anak akan senantiasa dihadapkan kepada berbagai corak dan sikap yang muncul dari pribadi temantemannya
atau
orang-orang
sekitarnya
yang
pada
akhirnya
akan
saling
mempengaruhi dan saling menemukan nilai-moral dan norma yang baik dan yang buruk, pantas dan tidak pantas, halus dan kasar, mengenakkan dan menyebalkan, menyenangkan dan menyakitkan dan lain sebagainya. C. Instrumen Penelitian Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa panduan umum wawancara dan observasi yang masih bisa berkembang di lapangan. Tabel 3.1 Kisi-kisi instrument penelitian No
1
Tujuan Penelitian
Panduan umum Wawancara
Mendiskripsikan model pola 1.Bagaimana visi dan misi orang tua asuh orang tua dalam terhadap pola asuh dalam mengkomunikasikan nilai moral mengkomunikasikan nilai moral pada anaknya di lingkungan kepada anaknya? keluarga wanita karier yang 2.Siapa yang mengasuh anak selama berprofesi sebagai pns di kota ini? Bandung. 3.Apakah ada hubungan keluarga dengan pengasuh anak? 4.Bagaimana aktivitas keseharian anak? 5.Apakah ada aturan khusus tentang aktivitas keseharian anak di rumah maupun di luar rumah? 6.Nilai moral apa saja yang dikomunikasikan terhadap anak? 7.Pendekatan pola asuh apa yang digunakan dalam mengkomunkasikan nilai moral
Panduan umum Observasi 1.Kebiasaan hidup sehari-hari semua anggota keluarga. 2. Model Komunikasi antar anggota keluarga. 3.Jenis nilai moral yang dikomunikasikan dalam kehidupan keluarga. 4.Saat-saat mengkomunikasikan nilai moral 5.Tahapan dlm melaksanakan komunikasi nilai moral terhadap anak 6.Landasan nilai moral yang disampaikan 7.Perilaku orang tua dan anak dalam keluarga. 8.Ketaatan nilai moral keluarga dalam menjalankan aktivitas kesehariannya.
159
2
3.
kepada anak? 8.Bagaimana alur komunikasi yang terbangun antara orang tua dengan anak? 9.Bagaimana cara orang tua mengkomunikasikan nilai moral terhadap anak? 10.Kapan waktu yang tepat untuk mengkomunikasikan nilai moral terhadap anak?. 11.Bagaimana peran ayah dan ibu dalam mendidik anak? 12.Adakah perlakuan berbeda terhadap anak dalam keluarga? 13.Penataan lingkungan sosial keluarga seperti apa yang dibangun oleh orang tua? 14.Bagaimana cara orang tua memilih dan menata media? 15.Bagaimana sikap kerukunan, kebersamaan dan gotong royong anak dalam keluarga? 16.Bagaimana sikap orang tua bila ada anak yang menyalahi aturan dan tidak patuh pada orang tua? 17.Bagaimana cara mengevaluasi nilai moral pada anak? Menganalisis keunggulan dan 1Apa yang menjadi faktor kelemahan dari model pola asuh penghambat upaya orang tua dlm orang tersebut. mengkomunikasikan nilai moral kepada anak? 2.Apa yang menjadi faktor pendukung upaya orang tua dlm mengkomunikasikan nilai moral kepada anak? 3. Peran apa saja yang dilakukan setiap anggota keluarga ? 4.Tugas-tugas apa saja yang diberikan kepada anak di dalam rumah? 5.Sarana apa saja yang dimiliki orang tua dalam mengkomunikasikan nilai moral kepada anak?
Membuat pengembangan model 1.Bagaimana pandangan orang tua pola asuh orang tua dalam tentang anak yang baik? mengkomunikasikan nilai moral 2.Bagaimana perilaku anak yang kepada anak di lingkungan diinginkan orang tua? keluarga wanita karier. 3.Bagaimana Pandangan orang tua tentang sikap saling peduli di antara anggota keluarga? 4.Bagaimana sikap anak dengan
9. Kebiasaan-kebiasaan orang tua dan anak di dalam keluarga. 10.Metode pelaksanaan pola asuh orang tua dalam keluarga. 11.Sarana yang dijadikan media oleh orang tua dan anak 12.Cara melakukan penilaian terhadap ketaatan anak pada nilai moral.
1.Berbagai penyimpangan dalam mengkomunikasikan nilai moral 2.Berbagai keunggulan dalam mengkomunikasikan nilai moral 3.Sarana dan prasarana yang dimiliki keluarga yg menunjang penyampaian nilai moral. 4.Cara orang tua mengkomunikasikan nilai moral 5,Sikap dan prilaku anak dalam menerima pesan nilai moral orang tua. 6.Aktivitas ketaatan beribadah anggota keluarga dalam kesehariannya. 7.pendekatan model pola asuh yang diterapkan. 8.Model evaluasi yang dipilih orang tua 1.Berbagai sikap dan perilaku anak yang positif dalam mentaati nilai moral 2.Berbagai keunggulan pola asuh yang dilakukan orang tua dalam mengkomunikasikan nilai moral.
160
nilai moral? 5.Seperti apa anak yang memiliki nilai moral yang baik itu menurut orang tua? 6.Aturan-aturan apa yang diterapkan oleh orang tua dalam keluarga yang berhubungan sopan santun anaknya? . 7.Bagaimana model ideal pola asuh dalam mengkomunikasikan nilai moral? 8.Apa harapan orang tua terhadap pola asuh anak yang dilakukan oleh orang lain? 9.Bagaimana keinginan orang tua terhadap pergaulan anak di luar rumah? 10.Model penilaian ideal seperti apa menurut orang tua yang dapat mengungkap ketaatan anak terhadap nilai moral secara obyektif?
D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian Untuk menghimpun data atau keterangan, baik yang berkategori primer maupun sekunder peneliti lakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut: 1.Observasi Teknik observasi yang dilakukan peneliti dalam tiga tahap observasi sebagaimana disarankan Spradley (1980:73), yakni tahap pertama melakukan observasi untuk memahami situasi yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti (descriptive observation). Kedua mencari fokus penelitian terhadap aspek-aspek yang perlu dieliti lebih terarah (focus observation). Ketiga memilih aspek-aspek yang perlu diteliti lebih mendalam (selected observation). Observasi di lingkungan keluarga dilakukan apa adanya, tanpa pengaruh atau rekayasa. Artinya suasana penelitian berlangsung secara wajar dan alamiah di mana
161
peneliti hadir dalam suasana keakraban dan keharmonisan interaksi antara anggota keluarga, tetapi tidak aktif dalam berkomunikasi dan berinteraksi baik dengan orang tua maupun anak dan pembantu rumah tangga (passive participation). Observasi di lingkungan keluarga dilakukan untuk megumpulkan data dan informasi mengenai praktik pembinaan nilai moral yang dilakukan orang tua terhadap anaknya.serta mengamati apa yang terjadi dan merasakan suasana yang dibangun. Observasi juga dilakukan dengan hadirnya peneliti pada berbagai kegiatan keluarga seperti salat berjamaah, makan bersama , nonton TV bersama serta berbagai kegiatan lainnya. 2.Wawancara Wawancara dilakukan dengan subyek penelitian secara mendalam sesuai dengan permasalahan penelitian. Wawancara dilakukan dengan dipandu oleh pedoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya, kemudian dikembangkan dan diperdalam sesuai dengan fokus penelitian hingga dapat diungkap data secara focus dan sahih. Wawancara digunakan untuk mengungkap pandangan orang tua tentang pola asuh dalam mengkomunikasikan nilai moral kepada anak, pandangaan anak , tetangga sekitarnya serta pengurus RT. Wawancara dalam penelitian ini bukanlah sesuatau yang berdiri sendiri. Lincoln dan Guba (1984;57) mengungkapkan bahwa wawancara digunakan untuk: a)obtaining here-and-now construction of person, even, activities, organization, feelings, motivations, claims, concern, and other entities;b) reconstructions of such entities as they are expected to be experienced in the future; d) verification, emendation, and extention of information (construction, reconstruction, or projections) obtained from other sources, human and non human (triangulation), and e) verification emendation, and extension of construction developed by inquirer (memberchecking).
162
Untuk mengungkap berbagai informasi mengenai pola asuh orang tua dalam mengkomunikasikan nilai moral kepada anaknya, wawancara dilakukan kepada berbagai pihak, yaitu: a.Para orang tua yang berjumlah 6 keluarga wanita karier yang berdomisili di kota Bandung , untuk mengetahu secara mendalam tentang visi dan misi yang akan dicapai dalam mengkomunikasikan nilai moral, jenis landasan nilai moral yang dikomunikasikan kepada anak, sumber acuan dan media pola asuh yang dipergunakan orang tua, metode yang dipergunakan serta cara mengevaluasi nilai moral yang dipatuhi oleh anak. b.Anak yang berada dalam keluarga wanita karier, untuk mengetahui pandangan mereka tentang suasana keluarga dan cara orang tua mengkomunikasikan nilai moral. c.Tetangga sekitarnya dan pengurus Rt untuk mengetahui pandangan dan penilaian mereka tentang keadaan keluarga yang menjadi obyek penelitian. 3.Dokumentasi, yaitu suatu teknik pendukung yang digunakan untuk mengumpulkan data sekunder dari Rukun Tetangga (RT), tokoh masyarakat, tetangga, tokoh pendidikan, hasil penelitian sebelumnya, dan sumber lainnya yang mendukung tujuan penelitian, serta berupa gambar atau photo yang diperlukan. E. Pendekatan Dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif naturalistik dengan metode deskriptif. Bogdan dan Tylor (dalam Moleong; 2001: 3) mengungkapkan bahwa:
163
Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Pendekatan naturalistik mengkaji hal-hal yang sedang berlangsung yaitu bagaimana pola asuh orang tua dalam mengkomunikasikan nilai moral kepada anaknya di lingkungan keluarga wanita karier sebagai pns di wilayah kota Bandung. Nasution (1996:67) menyatakan bahwa "pendekatan ini untuk mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha untuk memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya". Oleh karena itu peneliti berlaku sebagai instrumen penelitian, artinya peneliti menjadikan diri sendiri sebagai alat atau sarana penelitian dalam mengumpulkan informasi tentang potret keluarga wanita karier dari segala segi. Untuk menghimpun data atau keterangan, baik yang berkatagori primer maupun sekunder, penulis lakukan dengan menggunakan teknik wawancara terbuka, dan
pengamatan. Sedangkan untuk mencek kesahihan data yang meliputi derajat
kepercayaan, kebergantungan, dan kepastian, penulis gunakan teknik triangulasi dan audit trail. Sebagaimana lazimnya, penelitian naturalistik diolah dan dianalisis sepanjang penelitian. Teknik analisis yang disarankan oleh Lincoln dan Guba (1984: 40) adalah analisis induktif, karena dengan cara tersebut, konteknya lebih mudah dideskripsikan. Penelitian dilakukan dengan setting apa adanya sesuai dengan ungkapan Moleong (2001: 4-8) mengenai karakteristik penelitian kualitatif yaitu: (1) Latar alamiah atau pada konteks suatu keutuhan. Hal ini dilakukan karena ontologi alamiah menghendaki
164
adanya kenyataan-kenyataan sebagai suatu keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya; (2) Manusia sebagai alat (instrument) maksudnya peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama; (3) Metode kualitatif, karena metode ini lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda dan metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden serta metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi; (4) Analisis data secara induktif; (5) Teori dari dasar maksudnya lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori substantif yang berasal dari data; (6) Deskriptif yaitu dikumpulkan berupa data-data atau gambar; (7) Lebih mementingkan proses daripada hasil; (8) Adanya “batas” yang ditentukan oleh “Fokus”; (9) Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data; (10) Desain yang bersifat sementara dan (11) Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama. Dari aktivitas pola asuh orang tua dalam mengkomunikasikan nilai moral kepada anak diharapkan akan diperoleh makna dari setiap fenomena dan peristiwa yang terjadi. Fenomena dan peristiwa berdasarkan perspektif partisipan itu akan diteliti dalam rangka memperoleh justifikasi bagi kelayakan temuan, yang berhubungan dengan visi dan misi, landasan nilai, sumber acuan dan media, metode, dan evaluasi dalam keluarga. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti harus berinteraksi secara langsung dengan keluarga wanita karier, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang akurat, apa adanya, melalui suatu proses observasi dan wawancara. McMillan dan Schumacher (2001: 396), Moleong (2001: 125-152), mengemukakan “Fenomena
165
dan peristiwa dapat dimaknai secara baik jika dilakukan interaksi melalui observasi dan wawancara mendalam dengan sumber informasi”. Pendekatan kualitatif ini dipergunakan mulai dari proses perencanaan penelitian, penentuan lokasi, pemilihan sumber informasi, melakukan pengamatan partisipatif, dan pelaksanaan wawancara mendalam terhadap proses pendidikan nilai oleh orang tua dalam keluarga. Pengamatan dilakukan terhadap semua fenomena dan peristiwa yang ada dilingkungan keluarga saat melaksanakan pola asuh orang tua pada anak. Pengamatan ini, dilakukan terhadap segala kegiatan dan tata cara hidup setiap anggota keluarga dalam kegiatan sehari-hari. Wawancara mendalam dilakukan pada orang tua, anak-anak, dan orang-orang terdekat dengan keluarga yang menjadi sumber informasi. Pengamatan dan wawancara mendalam dilakukan secara kontinue agar dapat merekam seluruh kegiatan pola asuh orang tua yang berlangsung dalam keluarga. Penelitian ini lebih di arahkan pada desain penelitian studi kasus, karena analisis datanya dipusatkan pada satu fenomena guna memahaminya secara mendalam dengan tidak menghubungkan pada angka-angka. (MicMillan dan Schumacher, 2001: 398). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif. Peneliti mendeskripsikan apa yang teramati, dan terasakan dalam proses orang tua mengkomunikasikan nilai moral kepada anaknya kemudian memaknai segala sesuatu yang diamati sesuai dengan konteks situasi dan kondisi yang sedang terjadi. Oleh karena itu peneliti berlaku sebagai instrumen penelitian, artinya peneliti menjadikan diri sendiri sebagai alat atau sarana penelitian dalam mengumpulkan informasi tentang potret keluarga dari segala segi.
166
F. Tahap-Tahap Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap penelitian sebagai berikut 1.Tahap Orientasi Pada tahap ini peneliti mengadakan persiapan teknis, yaitu surat pemberitahuan penelitian, serta izin penelitian dari pemerintah kota Bandung , alat tulis, alat perekam, catatan dan panduan wawancara untuk dijadikan panduan di lapangan. 2.Tahap Eksplorasi Pada tahap ini peneliti sudah mendapatkan gambaran yang lebih jelas, detil, dan akurat tentang model pola asuh orang tua dalam mengkomunikasikan nilai moral kepada anaknya melalui observasi dan wawancara langsung dengan subyek, anak, tetangga sekitarnya serta pengurus Rt. 3.Tahap Member Check Pada tahap ini peneliti mencoba menuangkan hasil wawancara dan observasi dalam bentuk tulisan, untuk dianalisis, dan dibuat dalam bentuk laporan, dan dibagikan kembali kepada responden yang bersangkutan untuk dibaca dan dinilai kesesuaiannya. 4.Tahap Pengembangan Model Pada tahap ini peneliti menyusun pengembangan model pola asuh orang tua dalam mengkumunikasikan nilai moral kepada anaknya berdasarkan model pola asuh yang sudah dilaksanakan di lingkungan keluarga yang menjadi obyek penelitian serta berdasarkan kajian ilmiah.
167
G.Teknik Pemeriksaan dan Analisa Data Data yang dihimpun diperiksa dan dipilih agar benar-benar sahih baik dari segi sumber, teknik pengambilan, dan kualitasnya. Pemeriksaan data dilakukan dengan triangulasi dan audit trail. 1.Triangulasi Teknik triangulasi digunakan dengan melakukan cek data dari sumber utama kepada sumber lain yang dipercaya atau dikonfirmasikan dengan dokumen yang dikumpulkan. Triangulasi dilakukan pula untuk meyakinkan data hasil observasi dengan wawancara atau sebaliknya sehingga data yang diperoleh betul-betul valid. 2.Teknik Audit Trail Teknik ini digunakan untuk mengecek relevansi data yang diperoleh dengan masalah yang diteliti. Teknik ini digunakan sepanjang penelitian berlangsung sehingga data yang terkumpul betul-betul relevan dengan masalah penelitian. Sedangkan teknik analisis data dilakukan melalui tahapan: 1) Pencatatan Data Sepanjang penelitian, data-data dikumpulkan dan dicatat dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Pengumpulan Data Data dikumpulkan sepanjang penelitian berlangsung dengan mencatat secara lengkap baik informasi berupa catatan hasil wawancara dan catatan hasil observasi. b. Pengorganisasian Data Data yang dihimpun, dipilih dan dikatagorisasikan dari segi relevansinya dengan masalah penelitian, dari segi sumber utama dan sekunder, dan dari segi subyek atau
168
nara sumber penelitian, dan dari jenis pengambilan datanya yaitu wawancara atau observasi. Di sini juga dilakukan sekaligus validasi data melalui triangulasi dan audit trail. c. Perangkuman Data Data-data yang telah diorganisasikan kemudian dirangkum dan disederhanakan sehingga data yang terkumpui telah menjadi data yang valid dan mudah untuk diinterpretasi. 2).Analisis dan Penafsiran Data Sebagaimana lazimnya, penelitian naturalistik diolah dan dianalisis sepanjang penelitian. Teknik analisis yang disarankan oleh Lincoln dan Guba (1934: 40) adalah analisis secara induktif karena dengan cara tersebut, konteknya lebih mudah dideskripsikan. Dalam menafsirkan data, peneliti melakukan langkah-langkah sebagaimana yang disarankan Nasution (1992:139), yakni: a.Membaca dan memahami data secara mendalam dituntun oleh teori yang dijadikan acuan penelitian hingga peneliti menemukan konsep, prinsip, dan hubungan di antara data yang berkaitan dengan pola asuh orang tua dalam mengkomunikasikan nilai moral kepada anaknya. b.Mencari hubungan antara konsep yang ditemukan dan membandingkannya dengan teori yang ditetapkan, baik teori pendidikan, pendidikan umum, pendidikan nilai moral, teori komunikasi, teori structural fungsional, serta teori pendidikan keluarga. Data ditafsirkan dengan menggunakan perspektif pendidikan umum berdasarkan teori yang telah ditetapkan sebelumnya. Teori-teori diperankan sebagai petunjuk untuk melihat indikator-indikator yang digunakan sebagai alat menafsirkan suatu fenomena,
169
menjustifikasi suatu penafsiran, dan pengarah untuk menemukan teori baru dalam penelitian. Penafsiran dilakukan terus menerus sepanjang penelitian, karena sifat data kualitatif yang terkurung oleh ruang dan waktu sehingga memungkinkan data untuk berubah dan kadaluarsa. Hasi1 penafsiran dikonfirmasikan dengan teori, kemudian disederhanakan (simplifikasi), diabstraksi, dan disimpulkan. Dalam penelitian ini, penafsiran data dilakukan lebih lanjut dengan menggunakan perspektif pendidikan umum, yakni prinsip-prinsip dan konsep-konsep pendidikan umum dijadikan sebagai sudut pandang dalam menafsirkan data atau fenomena yang ditemukan dalam penelitian sehingga penelitian ini dapat dimasukkan ke dalam katagori penelitian pendidikan umum/nilai.