63
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi Kasus yang akan diuraikan secara deskriptif dari hasil jaringan pengumpulan data yang diperoleh dari beberapa metode yaitu : Metode Tes, Wawancara dan Observasi. Studi kasus atau Case Study adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya. Pelaksanaan kegiatan penelitian studi kasus
hampir sama dengan penelitian
kualitatif yang dapat dilakukan terhadap seorang individu, sekelompok individu (misalnya suatau keluarga), segolongan manusia (guru, orang tua, anak-anak, suku, ras tertentu atau organisasi tertentu), lingkungan hidup manusia (desa, kecemataran dll), atau lembaga sosial (institusi perkawinan, ormas dll). Studi kasus dapat mengenai perkembangan suatau (misalnya pengaruh didirikannya pabrik didaerah tertentu), dapat pula mengunkap sebab akibat (seperti hubungan antara perkembangan anak dengan kecerdasan sosial dan emosinya dan sebagainya), dapat pula penelitian yang ingin memberi gambaran tentang keadaan yang ada. (Moxfild, 1930 dalam Moh. Nazir, 1993:45). Selain di atas studi kasus dapat juga diartikan sebagai penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase specific atau khas dari keseluruhan personalitas (Moxfild, 1930 dalam Moh. Nazir, 1993;45). Pada
64
bagian lain penelitian studi kasus dapat diartikan bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai objek yang diteliti (Cohen and Manion, 1994;79). Sesuai dengan permasalahan yang akan diungkap, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran bagaimana pola asuh orang tua ikut berperan dalam perkembangan sosial anak usia pra sekolah. Dari tujuan tersebut diharapkan nantinya akan tergambarkan bagaimana pola asuh yang sesuai yang dapat mendukung kematangan sosial anak, gambaran tentang aspek-aspek kematangan sosial apa saja yang harus dimilik oleh anak pada masa usia pra sekolah dan bagaimana pola asuh orang tua berhubungan dengan kematangan sosial anak. Penggunaan pendekatan studi kasus yang dipilih oleh peneliti berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu : 1. Data yang akan dikumpulkan oleh peneliti merupakan data deskriptif, yaitu berupa kata-kata dan tindakan responden yang didapatkan dari pengamatan, tes kematangan sosial dan wawancara. 2. Penelitian ini memberikan gambaran secara mendalam tentang pola asuh orang tua, aspek-aspek kematangan sosial yang harus dimiliki oleh anak usia pra sekolah dan bagaimana hubungan pola asuh orang tua dengan kematangan sosial anak. 3. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengungkapkan peritiwa-peristiwa yang alami, yang tidak direkayasa atau dimanipulasi yang diperoleh selama melakukan penelitian.
65
4. Dengan mengunakan teknik studi kasus yang disajikan dalam uraian deskriftif peneliti dapat mengkaji aspek-aspek yang akan diteliti secara mendalam, menyeluruh, terinci dan bersifat pribadi. Asumsi yang dikemukakan di atas sejalan dengan karakteristik penelitian studi kasus yang dikemukakan oleh Bagdan dan Biklen (1982;231), yang mengemukakan bahwa penelitian studi kasus adalah : 1. Peneliti menggunakan setting alami, sementara peneliti berlaku sebagai instrumen utama dan mendatangi sumber data secara langsung. 2. Penelian dengan pendekatan studi kasus adalah penelitian yang bersifat deskriptif 3. Penelitian dilakukan dengan lebih menekankan pada proses, bukan sematamata pada outcomes atau hasil penelitian. 4. Analisis data dilakukan dengan cara induktif 5. Kedekatan peneliti (dengan responden) merupakan hal yang penting dalam proses penelitian. Alasan lain peneliti mengunakan pendekatan deskriftif dalam studi kassus ini karena metode deskriftif adalah metode yang digunakan untuk mencari informasi mengenai suatu kejadian pada saat penelitian berlangsung. Penelitian ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan secara jelas dan terarah tentang temuan di lapangan berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap fenomena alamiah yang terjadi, wawancara dengan personil dilapangan dan studi dokumentasi. Ary, Jacobs, dan Razavich (1982;185) mengemukakan bahwa tujuan penelitian dengan pendekatan deskriptif adalah untuk melukiskan variabel atau kondisi “apa yang
66
ada” dalam suatu situasi. Demikian halnya diungkap oleh Suharsimi Arikunto (2003;54) bahwa penelitian dengan pendekatan deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya mengambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel.
B. Lokali Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil kasus beberapa anak dan orang tua di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Anak Sholeh Mataram : 1. Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Anak Sholeh Mataram merupakan salah satu dari beberapa lembaga penyelengara PAUD di Mataram yang sudah melibatkan secara aktif peran serta orang tua dalam berbagai proses pembelajaran. 2. Selain dari pada hal di atas, Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Anak Sholeh Mataram telah membuat sebuah program yang bisa dikembangkan menjadi program pengembangan sosial bagi anak hal ini ditandai dengan adanya pola evaluasi yang berkesinambungan antara guru dengan orang tua dengan menggunakan buku perkembangan harian yang bukan hanya mengambarkan kemampuan intelektual anak atau pencapaian anak disekolah tetapi juga segala aktifitas termasuk aktifitas sosialnya. 3. Karena penelitian ini belum pernah dilakukan pada lembaga tersebut dan belum pernah dilakukan di Mataram.
67
C. Responden Studi Kasus Dalam studi kasus ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Arikunto (2003;64) menjelaskan bahwa purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan
responden/responden.
Sedangkan
snowball
tertentu sampling
dalam
pengambilan
menurut
Sugiyanto
(2005;58) adalah teknik penentuan sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi banyak. Pergerakan jumlah responden sumber data ini karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu belum mampu memberikan data yang diinginkan oleh peneliti. Untuk mendapatkan data sesuai dengan fokus penelitian ini, maka peneliti menentukan responden penelitian ini sebagai berikut : 1. Untuk mendapatkan gambaran tentang rumusan atau fokus masalah yang ingin diungkap maka untuk mendapatkan data ini peneliti mengunakan sumber : a. Beberapa orang tua yang memiliki anak yang sedang belajar di lembaga Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Anak Sholeh Mataram, dengan batasan yang jelas mengenai orang tua di atas agar sesuai dengan apa yang diharapkan dalam penelitian ini. Maka syarat orang tua yang bisa dijadikan responden penelitian adalah:
68
1) bukan merupakan orang tua tunggal (suami atau istri) hal ini berkenaan dengan pola asuh yang ada, karena dalam penelitian ini yang ingin diungkap adalah pola asuh kedua orang tua. 2) orang tua kandung, bukan merupakan orang tua angkat atau orang tua tiri. Hal ini berdasarkan pada kedekatan emosional dan sikap orang tua terhadap anaknya. 3) orang tua tinggal dalam satu rumah, karena pola asuh yang dilihat adalah pola asuh kedua orang tua maka keberadaan orang tua yang berada jauh antara ayah dan ibunya akan berdampak pula pada pola asuh yang digunakan dirumah. b. Beberapa anak Taman Kanak-Kanak Islam Anak Sholeh Mataram, dengan beberapa ketentuan yaitu: 1) usia anak adalah antara 4-6 tahun dan anak tersebut tercatat sebagai siswa di Taman Kanak-Kanak Anak Sholeh Mataram. 2) anak dalam kondisi sehat secara fisik dan psikologis, hal ini penting diperhatikan karena aspek yang akan diungkap dalam studi kasus ini adalah kematangan sosial untuk anak-anak yang normal. 3) bukan anak angkat atau anak tiri atau anak yatim. Berdasarkan pada pola asuh yang akan diteliti dari orang tua keberadaan anak merupakan hal yang juga harus diperhatikan.
69
D. Metode Pengumpulan data Metode yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah : 1. Metode Tes. Tes yang digunakan adalah SKALA KEMATANGAN SOSIAL atau VSMS (Vineland Social Maturity Scale) yaitu sebuah tes yang digunakan untuk mengukur dan mengungkapkan darajat tingkat kematangan anak, Tes ini diberikan kepada anak usia 0 – 12 tahun dengan tujuan untuk mencari kemasakan/kematangan sosial anak. Dalam tes ini terdapat poin-poin yang dapat mengungkap tentang indikator kematangan sosial yang dimiliki oleh anak seperti keterampilan dalam membantu diri sendiri (self-help general), keterampilan mengarahkan diri sendiri (selfdirection), keterampilan dalam pekerjaan (occupation), keterampilan gerak (locomotion),
keterampilan
sosialisasi
(sosialization)
dan
keterampilan
komunikasi (comunication). a. Langkah-langkah tes VSMS Pada tes ini aka di peroleh nilai kematangan sosial dengan cara/langkah-langkah yang meliputi : 1) Tentukan responden yang akan diberikan tes VSMS ini. 2) Tes ini tidak dapat dilakukan langsung kepada responden akan tetapi harus melalui media Orang tua, Guru atapun Tester sendiri yang melakukan pengisian form VSMS ini. 3) Bila responden telah ditentukan, dan ada yang mengisi dari form VSMS ini maka langkah-langkah yang dilakukan adalah :
70
4) Tentukan usia testee dengan cara mengurangkan tanggal – bulan – tahun tes dengan tanggal – bulan – tahun lahir testee. Misalnya : a). Tgl Tes : 25 Juni 2003, tgl lahir : 25 Juni 2003, ditulis : Tes
: 25 Juni 2003.
Lahir
: 06 Mei 1999. : 19 01 04 = Usia 4 tahun, 01 bulan, 19 hari.
b). Tes
: 25 Juni 2003.
Lahir
: 27 Juli 2003.
Ditulis
:
Tes
: 25 06 2003
Lahir
: 27 07 2003. : 28 10 04 : Usia = 04 tahun, 10 bulan, 28 hari
5) Tes dimulai pada hari periode umur yang sesuai dengan usia testee dikurangi satu periode ke atas, misalnya : a). Usia 4 tahun, 01 bulan, 19 hari : tes SEHARUSNYA dimulai dari periode umur III – IV TETAPI tes dimula dari periode umur di atasnya yaitu periode II – III. b). Usia 4 tahun, 10 bulan, 28 hari )*: tes SEHARUSNYA dumulai dari periode IV – V, TETAPI tes dimulai dari periode di atasnya yaitu periode III – IV.
71
)* untuk usia lebih dari 5 bulan maka termasuk usia di atasnnya yaitu masuk pada pereiode V tahun. Hal ini diberlakukan untuk mengetahui apakah testee sudah mampu melakukan keterampilan-keterampilan yang ada pada periode umur di atasnya dengan sempurna. b. Sistem penilaian Untuk menentukan sitem penilain VSMS ini digunakan sispem penilaian seperti hal kaidah dibawa ini : 1) bila testee dapat melakukan seperti yang tertulis dalam form VSM maka mendapatkan nilai + (plus) = 1. 2) bila testee dalam melakukan apa yang seperti tertulis dalam form VSMS maka diberikan nilai +/- (plus minus) = ½ 3) bila testee tidak dapat dan atau belum dapat melakukan seperti yang tertulis dalam form VSMS, maka mendapatkan nilai – (minus) = 0. 4) pelaksanaan penilaian dilakukan terus-menerus dari periode awal penilaian
sampai
dengan satu periode
yang hasil penilaiannya
menunjukkan nilai – (negatif) = 0, secara keseluruhan. c. Skor Dasar ; Skor dasar diperoleh dari Nomer Soal terakhir dari periode umur yang mempunyai nilai plus (+) semua. d. Skor Tambahan : Penjumlahan nilai dari periode umur-umur selanjutnya setelah skor dasar sampai periode umur yang mempunyai nilai negatif (-) semua. e. Skor Total = Skor Dasar + Skor Tambahan
72
f. Social Age (SA) Lihat table (Jumlah Skor Total). g. Social Quotient (SQ)
SQ =
SA X100% CA
SQ : Social Quation (Nilai Kematangan Sosial) SA : Social Age (Nilai kematangan sosial/keterampilan hidup yang dimiliki dalam oleh anak ketika dilakukan tes) CA : Crononogical Age (Usia Kronologis adalah usia sesunguhnya saat dilakukan tes) Cara penghitungannya CA adalah sebagai berikut : Dari umur testee, misalnya : umur 4 tahun, 10 bulan, 29 hari, maka CA adalah : CA = 4 +
10 29 + 12(bulan 1 th) 356(hari 1 th)
CA = 4 + 0.83 + 0.082 CA = 4.912
Jadi usia CA yang harus diisikan dalam kolom rumus adalah 4.912 h. Tes VSMS ini dilakukan bertujukan untuk mengetahui gambaran awal tentang kematangan sosial anak sebelum dilakukan sebuah upaya apapun dalam penelitian ini, tes VSMS ini dilakukan pada awal pengambil data sebelum peneliti mengambil data yang lain dengan tujuan mengetahui secara alami tentang kematangan yang dimiliki oleh responden penelitian yaitu anak-anak. i.
Katagori nilai VSMS Untuk memberikan batasan tentang kematangan sosial anak, dapat diberikan batasan dan deskrepsi nilai VSMS sebagai berukut :
73
Tabel 1 KATAGORI NILAI VSMS SCORE TOTAL <61.0
SOCIAL AGE < 6,0 tahun
KATAGORI NILAI VSMS KURANG SESUAI USIA
KETERANGAN HASIL TES VSMS Kematangan sosial yang dimiliki oleh anak kurang sesuai dengan usia yang dimiliki saat ini. 61.5–64.5 6,1 – 6,5 SESUAI USIA Kematangan sosial yang tahun dimiliki oleh anak sesuai dengan usia yang dimiliki saat ini. 65.0–76.0 7,0 – 9,5 DI ATAS Kematangan sosial yang tahun RATA –RATA dimiliki oleh anak berada di atas rata-rata usia yang dimiliki saat ini > 77.0 > 9,5 tahun TINGGI Kematangan sosial yang dimiliki oleh anak melampaui usia rata-rata yang dimiliki oleh anak seusianya. )* Nilai disusuaikan dengan tabel Converting Total Score VSMS, data terlampir. Teknik tes ini digunakan untuk mengungkap bagaimana kematangan sosial anak, apakah kematangan yang dimiliki oleh anak tersebut sesuai dengan perkembangan usia anak atau tidak. Sehingga tes kematangan sosial ini diharapkan mampu memberikan gambaran awal bagaimana kematangan sosial yang dimiliki oleh anak. 2. Metode Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Lexy J. Moleng, 2000;75). Wawancara dilakukan dengan bahasa verbal melalui kontak langsung. Wawancara dilakukan dengan cara tidak berstruktur, dimana responden mendapat kekebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan buah pikiran, pandangan dan peresaannya tanpa diatur oleh peneliti. Setelah peneliti memperoleh keterangan,
74
peneliti mengadakan wawancara yang lebih berstruktur dan disusun berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh responden. Artinya wawancara yang pertama mengandung sifat non directive yaitu menurut pikiran dan perasaan responden, sedangkan yang selanjutnya bersifat directive, yaitu ditinjau dari pandangan peneliti. Teknik pengumpulan data wawancara digunakan untuk mengumpulkan data tentang pola asuh yang digunakan oleh orang tua dan bagaimana orang tua berperan dalam pola asuh tersebut. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara yang bersifat mendalam, yaitu kegiatan wawancara yang memungkinkan responden untuk mengungkapkan data sebanyak-banyaknya sesuai dengan apa yang diketahui, dirasakan, dialami atau sedang dipikirkannya. Dari kegiatan wawancara ini diharapkan akan terkumpul data bagaimana pola asuh orang tua dan bagaimana interaksi keseharian orang tua dengan anaknya yang membentuk pola asuh bagi kedua orang tua. Dalam wawancara peneliti akan menyiapkan pedoman wawancara sesuai dengan data yang dibutuhkan. Pertanyaan akan disusun secara terbuka dan tertutup. Pertanyaan terbuka mendorong responden untuk menjawab dengan menggunakan kata-katanya sendiri, sedangkan pertanyaan tertutup digunakan sebagai pelengkap data yang diperlukan dengan jawaban yang bersifat memilih. Untuk hal-hal tertentu wawancara diberengi dengan pencatatan terhadap hal-hal tertentu yang dianggap penting.
75
Wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini ditujukan untuk orang tua. Untuk memberikan batasan meteri wawancara maka di bawah ini ada kisi-kisi yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan wawancara yaitu : Tebel 2 KISI-KISI WAWANCARA TENTANG POLA ASUH N o
VARIABEL
A B 1 Pola Asuh Otoriter
SUB ASPEK YANG DIUNGKAP VARIABEL C D Sikap orang tua Kaku, apakah orang tua pada anaknya membatasi hubungan dengan anak Tegas, apakah bila anak melakukan kesalahan atau yang tidak dikehendaki orang tua orang tua langsung mengambil tindakan tegas. Suka menghukum, apakah bila anak bersalah orang tua langsung menghukum
Dukungan orang tua pada anaknya
2
Pola Asuh Demokratis
Komunikasi orang tua dengan anaknya Sikap orang tua terhadap anaknya
Kurang ada kasih sayang serta simpatik Apakah orang tua suka memaksakan kehendak kepada anaknya. Apakah orang tua jarang memberikan pujian bila anak berhasil melakukan kegiatan yang positif Apakah anak sering diberikan tanggung jawab seperti tanggung jawab orang dewasa Apakah orang tua suka membatasi anaknya untuk mengutarakan pendapat Apakah orang tua suka mendorong anaknya untuk berprestasi Apakah orang tua memandang sama hak-hak antara anak
76
N o
VARIABEL
A
B
SUB VARIABEL C
Dukungan orang tua terhadap anaknya
Komunikasi orang tua dengan anaknya 3
Pola Asuh Permisif
Sikap orang tua terhadap anaknya
ASPEK YANG DIUNGKAP D yang satu dengan yang lainnya. Apakah orang tua secara bertahap memberikan tanggung jawab pada anaknya. Bila ada masalah antar keluarga atau anak, apakah orang tua mengajak dialog anaknya. Dalam bertindak, mereka selalu memberikan alasannya kepada anak, mendorong anak saling membantu dan bertindak secara obyektif, tegas tetapi hangat dan penuh pengertian. Bahwa anak-anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internalnya Anak diakui keberadaannya oleh orang tua Anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan Orang tua yang demokratis selalu memperhatikan perkembangan anak Apakah orang tua suka mendengarkan keluhankeluhan anak berkaitan dengan persoalan-persoalannya Orang tua selalu memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali Anak dituntut atau sedikit sekali dituntut untuk suatu tangung jawab, tetapi mempunyai hak yang sama seperti orang dewasa Anak diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan
77
N o
VARIABEL
A
B
SUB VARIABEL C
ASPEK YANG DIUNGKAP
D orang tua tidak banyak mengatur anaknya Apakah orang tua membiarkan anaknya berbuat sekehendaknya dan lemah sekali dalam melaksanakan disiplin pada anak Orang tua kurang miliki kontrol Orang tua bersikap longgar atau bebas Dukungan orang Bagaimana pola bimbingan tua terhadap terhadap Bimbingan terhadap anaknya anak kurang Bila ada masalah apakah keputusan lebih banyak dibuat oleh anak daripada orang tuanya Komunikasi Apakah orang tua Kurang orang tua tegas dalam menerapkan dengan anaknya peraturan-peraturan yang ada
Tabel 3 KISI-KISI WAWANCARA HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK N o
VARIABEL
A B 1 Pola Komunikasi
SUB VARIABEL C Kebiasaan berkomunikasi
ASPEK YANG DIUNGKAP D Bagaimana komunikasi yang di jalin oleh orang tua. Siapakah yang dominan melakukan komunikasi, apakah anak atau orang tua Ayah atau ibu yang sering mengajak anaknya berkomunikasi.
78
N o
VARIABEL
A
B
2
3
SUB VARIABEL C
ASPEK YANG DIUNGKAP D
Pola Asuh Yang Siapa yang Bagaimana peran ayah dalam Dominan Antara dominan dalam pola asuh di keluarga kedua orang tua keluarga Bagaimana peran ibu dalam pola asuh di keluarga Untuk Ayah Bagaimana sikap ayah bila ibu memarahi atau mengarahkan anak. Apakah ayah mempercayakan saja pengasuhan anak pada istri. Apakah ayah sering mengajak ibu untuk berdiskusi tentang perkembangan anak. Bagaimana sikap ibu bila tau Untuk Ibu ayah memarahi atau mengarahkan anak.
Kebiasaan-Kebiasaan Orang tua Lainnya
Apakah ibu sering mengajak diskusi tentang perkembangan anak pada ayah. Interaksi orang Bagimana interaksi orang tua tua anak dengan anak Pada siapakah anak lebih patuh Apakah anak sering meniru kegiatan yang dilakukan orang tua
Kekebabasan berpendapat
Kepatuhan anak Penanganan kebiasaan anak
Apakah selama ini di dalam keluarga terdapat kebebasan untuk mengeluarkan Pendapat Pernahkan anak tidak patuh pada orang tua, seperti apa? Bagimana orang tua menerapkan kebiasaankebiasaan pada anak Apakah anak mudah menerima arahan dari orang tua atau
79
N o
VARIABEL
A
B
SUB VARIABEL C
ASPEK YANG DIUNGKAP
D tidak Bagimana orang tua menciptakan suasana nyaman dalam rumah Peraturan dalam Apakah dalam keluarga ada keluarga peraturan tentang tingkah laku yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan Bagimana orang tua menegakkan disiplin pada anak Siapakah yang membuat peraturan dalam keluarga Bagimana bila anak tidak disiplin, apa yang dilakukan orang tua Hubungan anggota yang lain
dg Bagimana hubungan antara kel seluruh anggota keluarga
3. Metode observasi; Pengambilan data melalui observasi ini dipergunakan untuk melihat gambaran tentang : c. Pola Asuh Orang tua Terhadap Anaknya, baik ketika ia berada dirumah ataupun berada pada tempat lainnya sepanjang masih dalam proses penelitian. Dengan melihat secara langsung bagaimana pola asuh orang tua terhadap anaknya, maka akan tergambarkan bagaimana tipe pola asuh yang digunakan oleh orang tua untuk mengembangkan kematangan sosial anaknya. Pada proses observasi yang dilakukan untuk melihat pola asuh orang tua ini ada beberapa hal yang akan dijadikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan ini,
80
sebagai pelengkan prosedur dan agar observasi lebih terarah maka dibuat modul untuk melihat pola asuh orang tua terhadap anaknya. Modul observasi ini disesuaikan dengan variabel dalam wawancara, hal ini dilakukan untuk memberikan batasan tentang aspek-aspek yang ingin diungkap selama peneliti melakukan observasi. Tabel 4 MODUL OBSERVASI POLA ASUH ORANG TUA
No A 1
VARIABEL B Pola Otoriter
C Asuh Sikap orang tua pada anaknya
Dukungan orang pada anaknya
2
tua
Komunikasi orang tua dengan anaknya Pola Asuh Sikap orang tua terhadap Demokratis anaknya
Dukungan orang terhadap anaknya
3
DESKRIPSI OBSERVASI
SUB VARIABEL
tua
Komunikasi orang tua dengan anaknya Pola Asuh Sikap orang tua terhadap Permisif anaknya
D
81
No A
VARIABEL
SUB VARIABEL
B
C
DESKRIPSI OBSERVASI D
Dukungan orang tua terhadap anaknya Komunikasi orang tua dengan anaknya
d. Hubungan orang tua atau pola interaksi orang tua, berbeda dengan observasi di atas yang ingin secara spesifik mengambarkan tentang bagaimana pola asuh orang tua terhadap anaknya. Dalam observasi hubungan orang tua ini memiliki spektrum yang lebih luas, yaitu yang menyangkut beberapa kebiasaan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak meliputi cara komunikaso, interaksi dan siapa orang tua yang dominan dalam hubungan antara anak dengan kedua orang tuanya apakah ibunya atau ayahnya. Tebel 5 MODUL OBSERVASI POLA INTERAKSI ORANG TUA (HUBUNGAN ORANG TUA)
No
A 1
2
VARIABEL
SUB VARIABEL
B
C
Pola Komunikasi
Kebiasaan berkomunikasi
Pola Asuh Yang Siapa yang dominan Dominan Antara dalam keluarga kedua orang tua Untuk Ayah
DESKRIPSI OBSERVASI
D
82
No
A
VARIABEL
SUB VARIABEL
B
C
DESKRIPSI OBSERVASI
D
Untuk Ibu 3
KebiasaanKebiasaan Orang Lainnya
Interaksi anak
orang
tua
tua Kekebabasan berpendapat Kepatuhan anak Penanganan kebiasaan anak Peraturan keluarga
dalam
Hubungan dg anggota kel yang lain
e. Sikap-sikap kematangan sosial yang dimiliki oleh anak; Untuk mengetahui kematangan sosial anak maka dibutuhkan pranata atau cara untuk mengetahuinya, cara yang cukup efektif untuk mengetahui kematangan sosial anak adalah dengan cara wawancara, seperti yang dikemukakan dalam landasan teori di atas bahwa kematangan sosial seseorang tampak dalam perilakunya. Perilaku tersebut menunjukkan kemampuan individu dalam mengurus dirinya sendiri dan partisipasinya dalam aktifitas-aktifitas yang mengarah pada kemandirian sebagaimana layaknya orang dewasa (Doll,
83
1995;5) Kematangan sosial pada anak berbeda dengan kematangan sosial pada remaja dan orang tua. Dalam kematangan anak ada aspek yang dapat dijadikan ukuran apakah anak sudah memiliki kematangan sosial atau belum. Oleh sebab itu sama dengan observasi untuk orang tua, untuk memebrikan batasan tentang aspek kematangan sosial yang ingin diungkap maka dibutuhkan kisi-kisi yang sesuai yang digunakan untuk landasan dalam pelaksanaan observasi, yaitu : Tabel 6 MODUL OBSERVASI ASPEK KEMATANGAN SOSIAL ANAK
No A 1
2
3
4
SUB VARIABEL B C Menolong diri Menolong diri sendiri (self-help), sendiri secara umum (self-help general), Kemampuan ketika makan (self-eating VARIABEL
DESKRIPSI OBSERVASI D mencuci muka mencuci tangan tanpa bantuan pergi tidur sendiri
mengambil makanan sendiri menggunakan garpu memotong makanan lunak Kemampuan menutup kancing baju berpakaian (self- berpakaian sendiri tanpa bantuan dressing) Mengarahkan pada Mengatur uang mengatur uang atau dapat diri sendiri (selfdipercaya dengan uang direction), Mengatur waktu dapat mengatur waktu Gerak Gerakan Anak mampu menuruni tangga (locomotion), sederhana dengan menginjak satu kali tiap anak tangga tanpa bantuan. Kemandirian Pergi ke tetangga dekat tanpa diawasi pergi sekolah tanpa diantar Pekerjaan Pekerjaan Membantu pekerjaan rumah (occupation), Rumah Tangga tangga yang ringan menggunakan pisau
84
No A
VARIABEL B
5
Sosialisasi (Sosialization)
6
Komunikasi (comunication),
SUB DESKRIPSI OBSERVASI VARIABEL C D Pekerjaan Menggunakan pensil sendiri. harian/sekolah Sosialisasi dg bersama teman-temannya, orang lain. mengikuti suatu permainan mengikuti lomba Komunikasi berbicara dengan orang yang ada sederhana disekitarnya Komunikasi Mampu menuliskan apa yang lanjutan diinginkan Mampu mengutarakan dengan kata-kata apa yang sedang dialaminya.
4. Studi Dokumentasi Penggalian data di lapangan tidak saja hanya sebatas data manusia/orang. Tetapi juga termasuk kedalamannya data non manusia berupa dokumen, yang digali dengan studi dokumen. Lexy J Moleng (2000;65) menyebutkan: Dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record yang tidak dipersiapkan kerena adanya permintaan seorang peneliti. Sedangkan yang dimaksud record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting.
E. Langkah-langkah Penelitian Penelitian merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara berproses melalui berbagai langkah. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah :
85
1. Tahap pra-lapangan Seperti yang dikemukakan oleh Moleong (2000;64), tahap dalam pralapangan terdiri dari : a. Menyusun rencana penelitian Rancangan penelitian merupakan rangkaian usulan penelitian yang dilakukan peneliti di awal kegiatan penelitian. Rancangan penelitian yang dibuat oleh peneliti terdiri dari tiga bagian besar yang menyangkut didalamnya adalah, 1) latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian dan definisi oprasional, 2) tinjauan pustaka yang mengungkap tentang pola asuh orang tua,aspek-aspek kematangan sosial anak dan program bimbingan, dan 3) metode penelitian. b. Memilih lapangan penelitian Pemilihan lapangan dilakukan setelah peneliti mendapatkan kejelasan tentang rumusan masalah dan batasan masalah serta tujuan penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan pada rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka peneliti memutuskan untuk mengambil lokasi penelitian di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Anak Sholeh Mataram NTB. c. Mengurus perizinan Penelitian ini melibatkan beberapa unsur yaitu Lembaga Penyelengara, Orang tua dan Guru. Sehingga untuk memperlancar penelitian ini maka dilakukan perizinan secara formal kepada Lembaga yang akan diteliti, kepada Orang tua dan Guru. Selain secara formal maka perizinan secara non formal
86
melakui pendekatan dilakukan terlebih dahulu kepada calon responden yaitu beberapa orang tua. d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan. Penjajakan lapangan dilakukan supaya peneliti lebih mengenal dan lebih erat hubungan dengan obyek penelitian. Moleng (2000;64) menyebutkan “maksud dan tujuan penjajakan lapangan adalah berusaha mengenal segala unsur lingkungan sosial, fisik dan keadaan alam lainnya”. Demikian halnya yang dilakukan peneliti, dimana sebelum meneliti secara langsung, peneliti berusaha untuk menjajaki lokasi penelitian. Proses penjajakan lebih mudah dilakukan karena peneliti sering berinteraksi dengan lokasi penelitian bahkan menjadi salah satu partisipan di lembaga yang bersangkutan. e. Memilih dan memanfaatkan informan Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, hal ini seperti yang diungkapkan oleh Moleong (2000;64). Informan dalam penelitian ini adalah orang tua, anak dan guru. f. Menyiapkan perlengkapan penelitian Persiapan penelitian yang dilakukan peneliti tidak hanya berbagai hal yang menyangkut persiapan fisik semata, tetapi juga berbagai hal non fisik seperti menyiapkan diri peneliti, menghubungi tempat yang akan dijadikan responden penelitian dan lain sebagainya. Penyiapan peralatan penelitian dimaksudkan agar pada saat penelitian berlangsung, peneliti mendapatkan
87
kemudahan untuk lebih terfikus pada berbagau permasalahan yang akan diteliti. g. Persoalan etika penelitian Persoalan penelian akan muncul manakala peneliti tidak memahami atau tidak mempunyai latar belakang yang sama dengan responden penelitian. Moleong (2000;64) menyebutkan bahwa “persoalan etika dalam penelitian apabila peneliti tidak menghormati, mematuhi, dan mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut”. Untuk menghindari berbagai hal yang tidak diinginkan berkaitan dengan etika penelitian, maka peneliti berusaha untuk menggali berbagai latar belakang psiko-sosio-kultur responden penelitian dengan berbagai interaksi dan komunikasi yang dilakukan oleh peneliti kepada responden penelitian. 2. Tahap pekerjaan lapangan Untuk memudahkan dalam proses tahap pekerjaan lapangan, maka peneliti membagi dalam berbagai tahapan : a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri Untuk memahami latar belakang penelitian, peneliti perlu memahami dua latar penelitian, yaitu latar penelitian terbuka dan latar penelitian tertutup. Latar belakang terbuka adalah setting penelitian yang akan diambil oleh peneliti dari semua aktifitas diluar rumah atau diluar sekolah pada responden penelitian.
88
Sedangkan latar belakang terbuka adalah setting penelitian akan diambil oleh peneliti dalam ruangan (rumah responden) atau lingkungan sekolah responden. b. Memasuki hubungan Moleong (2000;65) menyebutkan berbagai hal yang harus diperhatikan dalam memasuki lapangan yaitu: 1) keakraban hubungan ; keakraban hubungan dimaksudkan untuk intervensi peneliti
terhadap
berbagai
permasalahan
yang
diteliti,
namun
dimaksudkan untuk terjalinnya hubungan yang baik antara peneliti dan responden penelitian, sehingga tidak terdapat pemisah antara keduanya. 2) mempelajari bahasa; bahasa keseharian yang digunakan oleh responden penelitian beragam yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Sasak (bahasa daerah pulau Lombok). Hal ini tentu berpengaruh pada peneliti karena peneliti memiliki latar belakang budaya dan bahasa daerah yang berbeda dengan responden penelitian. 3) peranan peneliti; seberapa besar peran peneliti dalam keberhasilan penelitian akan bergantung pada tempat penelitian itu sendiri. Dari segi tempat penelitian, peneliti harus mengetahui tempat mana peneliti harus bersifat aktif dan tempat mana peneliti harus bersifat pasif. Sedangkan dari peneliti sendiri harus diperhatikan berbagai kesenangan, hobi, kebiasaan-kebisaan dan karakter individu peneliti, sehingga tidak membawa situasi penelitian pada kesenangan, hobi, kebiasaan-kebiasaan dan karakter peneliti sendiri.
89
c. Berperan sambil mengumpulkan data Menurut Moleong (2000;65) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengumpulan data, yaitu ; 1) pengarahan batasan studi ; pembatasan studi telah dilakukan pada saat usulan penelitian diajukan, sehingga dalam pelaksanaanya, penelitian berpedoman pada batas studi yang telah ada. Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 3 bulan, mulai dari usulan penelitian sampai pembuatan laporan. 2) mencatat data ; pencatatan data dilakukan pada saat penelitian berlangsung melalui catatan lapangan. Catatan lapangan tidak lain daripada catatan yang dibuat oleh penelitian sewaktu mengadakan pengamatan, wawancara atau menyaksikan suatu kejadian tertentu (Moleong, 2000;65) 3) petunjuk tentang cara mengingat data ; untuk mengingat data yang didapatkan di lapangan yang akurat, berkaitan dengan penelitian kualitatif dan studi kasus, maka ada beberapa hal yang disarankan oleh Bogdan (Moleong, 2000;65), yaitu : a) buatlah catatan secepatnya, jangan menunda-nunda pekerjaan. b) jangan berbicara dengan orang lain terlebih dahulu tentang hasil pengamatan sebelum peneliti mengungkapkannya ke dalam catatan lapangan
90
c) usahakan agar tidak terjadi gangguan sewaktu peneliti menulis, mengetik atau mendengarkan serta menyalin hasil rekaman dari perekam kaset. d) usahakan untuk menggambarkan dalam diagram keadaan fisik yang diamati atau struktur organisasi yang ditemui, tuliskan secara urut peristiwa langkah-langkah sesuai dengan apa yang terjadi sewaktu diamati. e) buatlah garis yang berisi judul-judul tentang sesuatu yang ditemui dalam suatu pengamatan atau wawancara yang dipergunakan untuk menulis catatan lapangan f) dalam jadwal yang disusun hendaknya disisikan banyak waktu sesudah pengamatan atau wawancara yang dipergunakan untuk menulis catatan lapangan g) mencatat apa yang dikatakan oleh responden secara verbatim hendaknya dilakukan secara teliti, namun, jika ada yang terlupa, hal ini hangan terlalu dipusingkan 4) kejenuhan, keletihan dan istirahat ; Untuk menghindari kejenuhan dan keletihan baik peneliti atau responden penelitian, maka peneliti melakukan teknik penelitian dengan rentangan waktu tertentu, yang dilakukan dengan melihat situasi dan kondisi lapangan serta berdasarkan pada kesepakatan dengan responden penelitian.
91
3. Tahap analisis data Pengelolaan data merupakan bagian terpenting dari suatu penelitian, dimana dalam fase inilah peneliti mengungkapkan berbagai temuan dan berbagai hasil yang didapatkan dari hasil penelitiannya. Dalam fase inilah, peneliti menjadikan
data
yang
didapatkannya
menjadi
asumsi
sehingga
dapat
menghasilkan suatu kesimpulan untuk menjawab berbagai pertanyaan yang ada dalam penelitian ini. Moh. Ali (1982;83) menyebutkan; pengelolaan data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian, terutama bila diinginkan generalisasi atau kesimpulan tentang masalah yang diteliti. Sedangkan Winarno Surakhmad (1982;59) mengemukakan bahwa mengelola data adalah usaha kongrit untuk membuat data itu “berbicara”, sebab betapapun besar dan tingginya jumlah data yang terkumpul (sebagai hasil fase pelaksanaan pengumpulan data), apabila tidak disusun dalam suatu organisasi dan diolah menutut sistematik yang baik, niscaya data itu tetap merupakan bahanbahan yang “membisu seribu bahasa”. Pada tahap analisa data, peneliti berusaha untuk menghimpun berbagai data yang didapatkan untuk dijadikan kesimpulan akhir. Tahapan analisis data tidak hanya dilakukan setelah proses di lapangan selesai, tetapi analisis data dialakukan mulai dari awal terjun ke lampangan sampai pada akhir penelitian. Analisis data dilakukan mulai dari menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan,
92
wawancara, dukumen pendukung, dokumen resmi dari sumber tertentu, gambar, foto dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dijalankan dengan jalan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman inti, proses dari pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusun dalam satuan-satuan, yang kemudian dikatagorikan pada langkah berikutnya, sambil dibuat koding. Tahap akhir dari analisis data ini ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Yang dilanjutkan pada tahap penafsiran data sementara menjadi teori subtantif. Reduksi data dilakukan tidak hanya dengan cara meringkas kembali catatan-catatan lapangan, tetapi juga dilakukan ketika peneliti mencatat data-data di lapangan baik melalui pengamatan, wawancara ataupun studi dokumentasi. Hal ini dilakukan dengan memilih hal-hal yang penting berkaitan dengan permasalahan yang menjadi fokus penelitian. Hasil tersebut dirankum dalam suatu skema sehingga dapat diketahui dengan lebih muda polanya. Pola tersebut dibuat displai data yang selanjutnya dapat ditarik kesimpulan. 4. Tahap penulisan laporan Tahapan penulisan laporan merupakan tahap akhir yang dilakukan peneliti, setelah peneliti membuat kesimpulan akhir mengenai masalah penelitian yang telah dilakukan. Penulisan laporan yang dilakukan oleh peneliti merupakan laporan yang bertujuan untuk kebutuhan studi akademis. Namun selain itu, peneliti bermaksud
93
juga sebagai bagian pengembangan kelembagaan PAUD yang berada di Mataram dan juga untuk kebutuhan publikasi ilmiah. Penulisan laporan hasil penelitian ini berpedoman pada pedoman karya tulis ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Tahap-tahap penelitian secara umum adalah : a. Tahap Orientasi; pada tahap ini dilakukan pra survey dan pendekatan kepada lembaga serta responden yang akan diteliti. Dalam tahap ini dilakukan pula penyempurnaan rancangan penelitian (research design) dengan arahan dosen pembimbing. b. Tahap ekplorasi; pada tahap ini mulai dilaksanakan pengambilan data melalui tes VSMS, wawancara secara intensif serta observasi secara mendalam pada responden penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan peneliti. c. Tahap member check; merupakan suatu tahapan dimana dilakukan kegiatan pengecekan kebenaran data dan informasu yang telah terkumpul, untuk lebih meyakinkan bahwa hasil penelitian ini benar dan akurat. Check and Recheck perlu dilakukan setiap selesai pengambilan data mulai dari wawancara, tes VSMS dan observasi.
63
63
F. Analisis Data Keberadaan data yang didapatkan oleh peneliti di lapangan mengharuskan adanya pengelolaan data secara sistematis, supaya data yang didapatkan memadai data yang akurat dan dapat mengungkapkan keadaan sebenarnya kondisi di lapangan. Namun demikian data yang ada tidak akan menjadi hal yang bermanfaat, manakala prosedur pengelolahan data tidak dilakukan dengan benar. Pengelolaan data dalam penelitian studi kasus jelas berbeda dengan pengelolaan data secara kuantitatifs. Dalam penelitian studi kasus, pengelolaan data dikenal dengan analisis data. Yaitu suatu upaya untuk mensistemasisasi dan memilih data yang telah didapatkan dari lapangan untuk selanjutnya data tersebut ditafsirkan. Bigdan dan Tylor (Moleng, 2000;76) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang rinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema yang telah dirumuskan. Pekerjaan analisis data dalam penelitian studi kasus ini berupa mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan koda, dan mengkatagorikannya yang bertujuan untuk menemukan tema dan rumusan kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif. Beberapa kegiatan analisis data yang dikumpulkan melalui beberapa tahapan, antara lain : 1. Penggurangan (Reduction) data : Reduksi data sangat membantu analisis data sejak awal penelitian dilakukan. Laporan yang direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok,
64
difokuskan pada hal-hal yang penting, diberi susunan yang lebih sistematis agar mudah dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah penelitian mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan. 2. Penggambaran (Display) data : Data display merupakan tahapan untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu data penelitian, dengan demikian peneliti tidak tenggelam dalam tumpukan detail. 3. Verifikasi (Veryfication) data : Verifikasi merupakan upaya memberi makna data yang dikumpulkan untuk itu, peneliti mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul dan lain sebagainya. Tahapan ini juga diperlukan untuk menguji kebenaran terhadap kesimpulan yang akan diambil. Verifikasi dilakukan selama pelaksanaan penelitian dan selama proses analisis data
G. Tindak Lanjut Penelitian Seperti yang diungkapkan dalam tujuan penelitian, diharapkan dari penelitian ini diperoleh cara untuk melalukan tindak lanjut atau penanganan yang sesuai yang ditujukan bagi orang tua. Dalam tindak lanjut atau upaya penanganan ini digunakan bimbingan dan konseling kelompok yang akan diramu dalam sebuah pelatian dengan modul yang disusun oleh peneliti untuk mengembangkan kemampuan orang tua dalam pola asuh terhadap anak pra sekolah.
65
Tindak Lanjut ini berupa kegiatan Bimbingan Menjadi Orang tua Efektif yaitu sebuah bimbingan dan konseling kelompok disusun berdasarkan modul pelatihan life skills yang harus dimiliki oleh orang tua untuk dapat mengasuh anaknya sesuai dengan perkembangan anak dan mengunakan pola asuh yang tepat.