BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antar variabel (Nursalam, 2003), dengan metode pendekatan cross sectional yaitu penelitian dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada satu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2005).
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien anak usia sekolah yang dirawat di ruang parikesit RSUD Kota Semarang. Jumlah seluruh pasien anak usia sekolah di ruang parikesit periode bulan Agustus 2008 adalah 40 pasien. 2. Sampel Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah sampling jenuh yaitu mengambil seluruh populasi sebagai sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh pasien anak usia sekolah yang dirawat di bulan Agustus 2008 yaitu sebanyak 40 pasien. Dengan kriteria inklusi : usia 612 tahun, dirawat hari ke 1-3, tidak menderita penyakit yang berat atau kronis, baru dirawat satu kali, bersedia menjadi responden.
C. Definisi operasional Definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Definisi Operasional No. Variabel 1.
Variabel bebas : Orientasi Ruangan
2.
Variabel Terikat : Tingkat Kecemasan
Skala
Definisi Operasional Pengenalan ruang rawat oleh perawat meliputi pengenalan pada perawat, fasilitas ruang perawatan dan peraturanperaturan yang ada di ruangan
Alat Hasil Ukur Ukur Kuesioner Jumlah nilai kuesioner orientasi ruangan Kategori : Baik ≥ mean Buruk < mean
Kondisi kecemasan anak yang dikategorikan berdasarkan respon yang muncul pada anak.
Kuesioner Jumlah nilai Interval kuesioner kecemasan anak Kategori : Tidak cemas : < 14 Cemas ringan : 14-20 Cemas sedang : 21-27 Cemas berat : 28-41 Panik : 42-56
Interval
D. Metode Pengumpulan Data 1. Pengumpulan Data Jenis data dari penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yaitu : a. Data primer meliputi : data orientasi ruangan dan data kecemasan anak usia sekolah dikumpulkan pada saat penelitian berlangsung dengan menggunakan 2 kuesioner yang terdiri dari 9 pertanyaan untuk orientasi yang dilakukan oleh perawat dan
14
pertanyaan untuk tingkat
kecemasan anak. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner.
b. Data sekunder (data tersedia) dikumpulkan melalui catatan resmi dari RSUD Kota Semarang dan studi kepustakaan 2. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur orientasi ruangan yang dilakukan oleh perawat dan tingkat kecemasan anak adalah kuesioner. a.
Validitas Pengujian validitas kuesioner akan dilakukan di RSU Sunan Kalijaga Demak dengan jumlah responden sebanyak 20 responden pasien
anak
usia
sekolah.
Uji
validitas
dilakukan
dengan
menggunakan rumus korelasi product moment (Hastono, 2001) sebagai berikut :
rxy = N (Σxy) –
(Σx Σy) √[ NΣx² - (Σx)² ] [ NΣy² - (Σy)² ]
Keterangan : N
: Banyaknya peserta
Σx
: Jumlah skor item
Σy
: Jumlah skor total
rxy
: Korelasi antar variabel
Berdasarkan perhitungan dengan rumus tersebut diatas, nilai r hitung untuk seluruh pertanyaan dibandingkan dengan r tabel pada taraf signifikan 0,05. Jika nilai hitung r hitung > r tabel pertanyaan tersebut dikatakan valid.
Hasil indeks korelasi antara 2 variabel yang dikorelasikan perlu dibandingkan dengan r tabel. Harga kritis r product moment (r tabel) dengan jumlah sampel 20 dan taraf signifikansi 0,05 adalah 0,423. Harga rxy pada item 1-6 dan 9-11 orientasi ruangan adalah antara 0,746-0,962 lebih besar dari r tabel (0,423) sehingga item tersebut dikatakan valid. Sedangkan pada item pertanyaan 6 dan 7 harga rxy adalah 0,281 dan 0,130. Harga tersebut lebih kecil dari r tabel maka item tersebut dikatakan tidak valid sehingga item tersebut dihilangkan dari kuesioner. Harga rxy pada 14 item kecemasan adalah antara 0,524-0,754 lebih besar dari r tabel (0,423) sehingga 14 item tersebut dikatakan valid. b.
Reliabilitas Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan one shot atau diukur sekali saja. Disini pengukurannya hanya sekali saja, kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain. Pengujian reliabilitas dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu, sehingga jika sebuah pertanyaan tidak valid maka pertanyaan tersebut dibuang. Pertanyaan-pertanyaan yang sudah valid kemudian baru diukur reliabilitasnya. Pengujian reliabilitas dengan menggunakan teknik alpha cronbrach (Sugiyono, 2007). Kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7 (Riwidikdo, 2007)
Nilai alpha pada uji reliabilitas orientasi adalah 0,9757 dan nilai alpha untuk kecemasan adalah 0,882. Kedua alpha tersebut lebih besar dari 0,7 sehingga instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian. E. Metode Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data Data yang diperoleh kemudian diedit, dicoding dan ditabulasi. a. Data orientasi ruangan yang dilakukan oleh perawat diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 9 pertanyaan yang ditujukan kepada responden. Skor yang diberikan pada item pertanyaan adalah 2 untuk jawaban ya dan 1 untuk jawaban tidak. Skor kumulatif mempunyai rentang nilai 1-18. Tabel 3.2 Kategori pelaksanaan orientasi ruangan oleh perawat Kategori pelaksanaan orientasi ruangan Baik Buruk
Jumlah jawaban ya ≥ mean < mean
b. Data tingkat kecemasan anak diperoleh langsung dari responden yang dilakukan
dengan
cara
wawancara
sesuai
dengan
kuesioner
kecemasan. Kuesioner kecemasan mengguanakan HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety) yang terdiri atas 14 kelompok gejala, masing-masing kelompok gejala diberi penilaian antara 0-4 dengan penilaian sebagai berikut : nilai 0 = tidak ada gejala atau keluhan, nilai 1 = ringan (satu gejala dari pilihan yang ada), nilai 2 = sedang (separuh
dari gejala yang ada), nilai 3 = berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada), nilai 4 = sangat berat (semua gejala ada). Tabel 3.3 Kategori Tingkat Kecemasan Anak Tingkat Kecemasan Panik Cemas berat Cemas sedang Cemas ringan Tidak ada kecemasan
Nilai 42-56 28-41 21-27 14-20 < 14
2. Analisis Data a.
Analisis Univariat Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel, baik variabel bebas (orientasi ruangan yang dilakukan oleh perawat) maupun variebel terikat (kecemasan anak). Deskriptif orientasi ruangan didapatkan nilai mean orientasi adalah 13,08, dengan standar deviasi 0,83 dan nilai terendah adalah 12 serta nilai tertinggi adalah 15. deskriptif kecemasan anak didapatkan rata-rata nilai kecemasan anak adalah 25,78 dengan standar deviasi 4,37. Nilai terendah adalah 20 dan nilai tertinggi adalah 33.
b.
Analisis Bivariat Analisis ini digunakan untuk mendapatkan hubungan antara variabel bebas (orientasi ruangan) dan variabel terikat (tingkat kecemasan anak). Untuk menguji kepastian sebaran data yang diperoleh, peneliti akan menggunakan uji kenormalan data dengan uji
kolmogorov smirnov atau dengan menggunakan saphiro-Wilk (untuk jumlah sampel kurang dari 50). Uji kenormalan dengan saphiro-Wilk didapatkan nilai p value orientasi dan kecemasan anak adalah sebesar 0,003 dan 0,000. Nilai p value kedua variabel ini lebih kecil dari α (0,05) hal ini berarti data berdistribusi tidak normal maka dalam uji statistik digunakan uji rank spearman, dengan ρ value < 0,05.
F. Etika Penelitian 1. Peneliti meminta surat ijin penelitian dari pihak Fakultas, kemudian memasukkan surat ijin penelitian ke RSUD Kota Semarang. Peneliti kemudian meminta ijin ke Kepala ruang parikesit setelah memperoleh surat ijin penelitian dari RSUD Kota Semarang, setelah mendapat ijin dari kepala ruang kemudian peneliti mulai melakukan pengambilan data. 2. Informed consent Informed consent dilakukan dengan peneliti menjelaskan kepada orang tua responden di ruang perikesit mengenai tujuan penelitian. Orang tua responden yang mengizinkan anaknya untuk berpartisipasi dalam penelitian maka dipersilakan untuk menanda tangani lembar persetujuan. 3. Anonimity (Tanpa Nama) Peneliti menjelaskan kepada orang tua responden bahwa dalam pengambilan data penelitian tidak akan mencantumkan nama responden. Hal ini dilakukan untuk menjaga privasi responden yang berpartisipasi dalam penelitian.
4. Confidentiality (Kerahasiaan) Peneliti menjelaskan kepada orang tua responden bahwa hasil dari penelitian nantinya tidak akan dipublikasikan. Peneliti akan menjamin kerahasiaan hasil penelitian.
G. Jadwal penelitian Jadwal penelitian terlampir
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang Parikesit RSUD Kota Semarang. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara orientasi ruangan yang dilakukan oleh perawat dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah (612 tahun) yang dirawat di ruang Parikesit RSUD Kota Semarang dan dilaksanakan pada bulan Agustus 2008 dengan jumlah responden 40 orang. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah : 1. Umur Distribusi anak usia sekolah yang dirawat di ruang parikesit berdasarkan umur didapatkan bahwa rata-rata umur anak adalah 8,07 tahun dengan standar deviasi 4,85 tahun. Umur temuda 6 tahun dan umur tertua 12 tahun. 2. Jenis kelamin Tabel 4.1 Distribusi anak usia sekolah berdasarkan jenis kelamin di ruang Parikesit RSUD Kota Semarang pada bulan Agustus 2008 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Responden (n) 18 22 40
Prosentase (%) 45,0 55,0 100
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 22 orang dengan prosentase 55,0%.
B. Hasil Penelitian 1. Orientasi Ruangan Aspek orientasi ruangan terdiri dari : a. Pengenalan kepada perawat dan petugas kesehatan lain Tabel 4. 2 Pengenalan kepada perawat dan petugas kesehatan lain pada anak usia sekolah di ruang Parikesit RSUD Kota Semarang pada bulan Agustus 2008 Jawaban Aspek Penelitian Pengenalan kepada perawat Pengenalan kepada dokter dan petugas kesehatan lain Mengenalkan dengan teman sekamar
Ya n 27 7
% (67,5) (17,5)
Tidak n % 13 (32,5) 33 (82,5)
22
(55,0)
18
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui
(45,0)
Jumlah
100% 100% 100%
bahwa pengenalan
terhadap perawat dan petugas kesehatan lain yang terbesar pada pengenalan kepada perawat yaitu sebesar 67,5%. b. Pengenalan terhadap fasilitas ruang perawatan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pengenalan terhadap fasilitas ruang perawatan terbesar pada aspek menunjukkan kamar tempat perawatan yaitu sebesar 92,5 % dan terkecil pada aspek menunjukkan letak kamar mandi yaitu sebesar 12,5%.
Tabel 4. 3 Pengenalan terhadap fasilitas ruang perawatan pada anak usia sekolah di ruang Parikesit RSUD Kota Semarang pada bulan Agustus 2008 Jawaban Aspek Penelitian Menunjukkan kamar tempat perawatan saat pasien masuk ke ruang perawatan Menjelaskan penggunaan peralatan yang ada di ruang perawatan Menjelaskan cara untuk memanggil perawat Menunjukkan letak kamar mandi
Ya
Jumlah
n 37
% (92,5)
Tidak n % 3 (7,5)
7
(17,5)
33
(82,5)
100%
27
(67,5)
13
(32,5)
100%
5
(12,5)
35
(87,5)
100%
100%
c. Penjelasan tentang peraturan-peraturan yang ada di ruangan Tabel 4. 4 Penjelasan tentang peraturan-peraturan yang ada di ruangan Pada anak usia sekolah di ruang Parikesit RSUD Kota Semarang pada bulan Agustus 2008 Jawaban Aspek penelitian Penjelasan tentang waktu makan Penjelasan tentang waktu pemeriksaan rutin
Ya n 6
% (15,0)
Tidak n % 34 (85,0)
25
(62,5)
15
(37,5)
Jumlah
100% 100%
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa penjelasan terhadap peraturan-peraturan yang ada di ruangan terbesar pada penjelasan tehadap pemerikasaan rutin yaitu yaitu sebesar 62,5%.
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi orientasi ruangan yang dilakukan oleh perawat pada anak usia sekolah di ruang Parikesit RSUD Kota Semarang pada bulan Agustus 2008 Orientasi ruangan Baik Buruk Jumlah
Responden (n) 11 29 40
Prosentase(%) 27,5 72,5 100
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memperoleh orientasi ruangan yang buruk yaitu sebanyak 29 orang dengan prosentase 72,5%. Orientasi ruangan dikategorikan menjadi dua yaitu baik bila nilai ≥ mean dan buruk bilai nilai < mean. Berdasarkan hasil penghitungan statistik dapat diketahui bahwa nilai mean orientasi adalah 13,08, dengan standar deviasi 0,83 dan nilai terendah adalah 12 serta nilai tertinggi adalah 15. 2. Tingkat kecemasan anak usia sekolah Data tingkat kecemasan diperoleh dengan kuesioner kecemasan mengguanakan HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety) yang terdiri atas 14 kelompok gejala, masing-masing kelompok gejala diberi penilaian antara 0-4 dengan penilaian sebagai berikut : nilai 0 = tidak ada gejala atau keluhan, nilai 1 = ringan, nilai 2 = sedang, nilai 3 = berat, nilai 4 = sangat berat.
Tabel 4. 6 Distribusi aspek kecemasan anak usia sekolah di ruang Parikesit RSUD Kota Semarang pada bulan Agustus 2008 Aspek Penelitian Perasaan cemas Ketegangan Ketakutan Gangguan tidur
0 4 (10%) 1 (2,5%) 2 (5,0%) _
Gangguan kecerdasan Perasaan depresi (murung) Gejala somatik/ fisik Gejala sensorik
3 (7,5%) _
Gejala kardoivaskuler Gejala pernafasan Gejala gastrointestinal Gejala perkemihan Gejala otonom
3 (7,5%) _
Sikap pada saat wawancara
_ _
_ 6 (15,0%) _ _
1 3 (87,5%) 9 (22,5%) 18 (45,0%) 5 (12,5%) 3 (7,5%) 6 (15,0%) 4 (10,0%) 22 (55,0%) 31 (77,5%) 34 (85,0%) 16 (40,0%) 4 (10,0%) 3 (7,5%) 3 (7,5%)
Jawaban 2 1 (2,5%) 20 (50,0%) 19 (47,5%) 21 (52,5%) 32 (80,0%) 2 (5,0%) 34 (85,0%) _ _ _ 21 (52,5%) 22 (55,0%) 22 (55,0%) 25 (62,5%)
Jumlah 3 _
4 _
100%
10 (25,0%) 1 (2,5%) 14 (35,5%) 2 (5,0%) 25 (62,5%)
_
100%
2 (5,0%) 18 (45,0%) 6 (15,0%) 6 (15,0%) 3 (7,5%) 2 (5,0%) 15 (37,5%) 12 (30,0%)
_
100%
_
100%
_
100%
7 100% (17,5%) _
100%
_
100%
_
100%
_
100%
_
100%
6 100% (15,0%) _ 100% _
100%
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pada aspek perasaan cemas sebagian besar anak memiliki gejala ringan yaitu sebesar 87,5 %. Aspek ketegangan sebagian besar anak mengalami gejala sedang (50,0%). Aspek ketakutan sebagian besar anak mengalami gejala sedang (47,5%). Aspek
gangguan tidur sebagian besar anak
mengalami
gejala
sedang
(52,5%).
Aspek
tentang
gangguan
kecerdasan sebagian besar anak mengalami gejala sedang (80,0%). Aspek tentang
perasaan depresi (murung) sebagian besar anak
mengalami gejala berat (62,5%). Aspek tentang gejala somatik / fisik sebagian besar anak mengalami gejala sedang (85,0%). Aspek tentang gejala sensorik sebagian besar anak mengalami gejala ringan (55,0%). Aspek tentang gejala kardiovaskuler sebagian besar anak mengalami gejala ringan yaitu sebesar (77,5%). Aspek tentang gejala pernafasan sebagian besar anak mengalami gejala ringan (85,0%). Aspek tentang gejala gastrointestinal sebagian besar anak mengalami gejala sedang (52,5%). Aspek tentang gejala perkemihan sebagian besar anak mengalami gejala sedang (55,0%). Pada aspek tentang gejala otonom sebagian besar anak mengalami gejala sedang (55,0%). Aspek tentang sikap dalam wawancara sebagian besar anak mengalami gejala sedang (62,5%). Berdasarkan nilai kecemasan yang didapat maka kecemasan anak dapat dikategorikan sebagai berikut : Tabel 4. 7 Distribusi tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang Parikesit RSUD Kota Semarang pada bulan Agustus 2008 Tingkat kecemasan Cemas ringan (14-20) Cemas sedang (21-27) Cemas berat (28-41) Panik (42-56) Jumlah
Responden (n) 6 18 16 40
Prosentase (%) 15,0 45,0 40,0 100
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar anak usia sekolah yang dirawat di ruang parikesit mempunyai tingkat kecemasan sedang sebanyak 18 orang dengan prosentase 45,0%. Hasil penghitungan statistik menunjukkan bahwa rata-rata nilai kecemasan anak adalah 25,78 dengan standar deviasi 4,37. Nilai terendah adalah 20 dan nilai tertinggi adalah 33. 3. Hubungan umur dengan tingkat kecemasan anak Gambar 4.1 Diagram tebar hubungan antara umur dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang Parikesit RSUD Kota Semarang pada bulan Agustus 2008 34 32
30 28
26
kecemasan anak
24 22
20 18 5
6
7
8
9
10
11
12
13
umur
r : -0,562
P : 0,000
Hubungan antara umur dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah dapat dilihat pada Gambar 4.1. Berdasarkan Gambar 4.1 diatas dapat disimpulkan bahwa ada kecenderungan semakin tua usia anak maka
kecemasan yang dialami akan semakin menurun. Hasil uji statistik menggunakan pearson product moment menunjukkan nilai r = -0,562 dan p = 0,000. Karena r hitung (-0,562) > r tabel = 0,403 dan p value (0,000) < α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah. 4. Hubungan jenis kelamin dengan tingkat kecemasan anak Tabel 4.8 Analisis hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang Parikesit RSUD Kota Semarang pada bulan Agustus 2008 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Ringan 3 16,7% 3 13,6% 6 (15,0%)
Kecemasan anak Sedang Berat 6 9 33,3% 50,0% 12 7 54,5% 31,8% 18 (45,0%) 16 (40,0%)
jumlah 18 100% 22 100% 40 (100%)
Berdasarkan Tabel 4.8 anak usia sekolah yang berjenis kelamin laki-laki paling dominan mengalami kecemasan berat yaitu sebanyak 9 orang (50,0%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebagian besar mengalami kecemasan sedang yaitu sebanyak 12 orang (54,5%). Berdasarkan analisis data yang diperoleh dengan menggunakan Chisquare didapatkan hasil nilai p value = 0,005 < α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin anak dengan tingkat kecemasan anak.
5. Hubungan orientasi ruangan yang dilakukan oleh perawat dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah (6-12 tahun) di ruang Parikesit RSUD Kota Semarang. Gambar 4. 2 Diagram tebar hubungan orientasi ruangan yang dilakukan oleh perawat dengan tingkat kecemasan pada anak usia sekolah (6-12 tahun) di ruang parikesit RSUD Kota Semarang bulan agustus 2008 34 32
30 28
kecemasananak
26
24 22
20 18 11,5
12,0
12,5
13,0
13,5
14,0
14,5
15,0
15,5
orientasi
r = -0,370
P = 0,019
Hubungan antara nilai orientasi ruangan dengan kecemasan anak usia sekolah dapat dilihat pada Gambar 4.2. Berdasarkan Gambar 4.2 diatas dapat disimpulkan bahwa ada kecenderungan peningkatan nilai orientasi diikuti oleh penurunan nilai kecemasan. Hasil uji statistik menggunakan Spearman rank menunjukkan nilai r = -0,370 dan p = 0,019. Karena r hitung (-0,370) > r tabel = 0,364 dan nilai p value (0,019) < α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara orientasi ruangan yang dilakukan oleh perawat dengan tingkat