BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif,dikarenakan penelitian ini lebih menekankan pada wawancara mendalam informan dan lebih signifikan dengan indikator-indikator dalam penelitian ini lebih mudah jika digunakan penelitian dengan pendekatan kualitatif tersebut.
Selanjutnya data dan informasi yang didapatkan dilapangan kemudian dilakukan interpretasi data yang dalam penelitian ini objeknya adalah karyawan perempuan di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan. 3.2. Lokasi Penelitian Adapun yang menjadi lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan yang merupakan perkebunan kelapa sawit dan memiliki pabrik kelapa sawit sendiri untuk mengelola sawit hasil panen sampai menjadi bahan minyak mentah, yang secara administratif terletak di nagori Tinjowan kecamatan
Ujung
Padang,
kabupaten
Simalungun.
Dengan
jumlah
penduduk
keseluruhan 1642 jiwa (tenaga kerja dan tanggungan), dan yang berstatus sebagai karyawan Unit Usaha Tinjowan sebanyak 614 orang, yang tersebar diseluruh bagian perkebunan emplasmen dan afdeling di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan. Alasan peneliti untuk melakukan penelitian ini adalah,dikarenakan peneliti pernah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat perkebunan sewaktu dulu orang 43 Universitas Sumatera Utara
tuanya bekerja menjadi karyawan dan lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal peneliti saat ini. Namun hal itu hanya sebagai mempermudah jalan peneliti untuk melakukan penelitian secara professional dan maksimal di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan. 3.3. Unit Analisis dan Informan Unit Analisis yang dimaksudkan dalam suatu penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek Penelitian (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini yang menjadi Unit Analisis dalam penelitian adalah selluruh karyawan laki-laki dan perempuan di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan. Informan adalah orang yang memahami informasi dan sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami penelitian (Bungin, 2007). Informan diambil dengan menggunakan
teknik
penentuan
informan
secara
Purpossive
Sampling,
yang
dimaksudkan bahwa peneliti telah mengetahui semua informan dan hanya menggunakan beberapa informan untuk mendapatkan data dan informasi yang mewakili keseluruhan. Adapun yang menjadi karakteristik informan dalam penelitian ini adalah, enam orang karyawan perempuan dan enam karyawan laki-laki di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan, dengan kriteria : 1. Karyawan Perempuan dan laki-laki yang sudah bekerja kurang lebih 5 sampai 15 tahun menjadi karyawan dan mengalami mobilitas sosial (minimal naik golongan karyawan) 2. Status sebagai Karyawan Pelaksana dan atau Karyawan pimpinan Unit Usaha Tinjowan 44 Universitas Sumatera Utara
3. Mewakili bagian pekerjaan seperti, administrasi (SDM dan Umum), tata usaha lapangan, pabrik, pendidikan,pengamanan dan rumah sakit. 4. Informan tambahan bagian SDM dan Umum, yang mewakili pengelola atau assisten Sumberdaya Manusia dan Umum yang mengetahui kondisi para karyawan di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan.
3.4. Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan data Primer Teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian (field research) untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. a. Observasi Partisipasi (pengamatan dilakukan langsung kepada informan untuk mengetahui kegiatan, aktifitas dan rutinitas keseharian enam karyawan perempuan yang bekerja di Perkebunan PTPN IN kebun Tinjowan. b. Wawancara Mendalam/indept interview (dilakukan wawancara mendalam langsung kepada informan karyawan perempuan untuk menceritakan perjalanan karir karyawan perempuan yang bekerja di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan).
45 Universitas Sumatera Utara
Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dapat diambil dari sumber lain atau instansi lain secara tidak langsung yang berkaitan dengan penelitian. Dalam penelitian ini data sekunder terdiri atas, data tentang struktur organisasi kerja, dokumentasi dan foto-foto wilayah perkebunan, dan dokumen lainnya baik dokumen pribadi maupun dokumen resmi yang berhubungan dengan keperluan penelitian di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan.
3.5. Interpretasi data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian diedit,dikategorisasi dan kemudian di paparkan secara sistematis sesuai dengan fokus penelitian yaitu, Eksistensi dan Mobilitas Sosial Karyawan Perempuan. Seiring dengan deskripsi dan temuan data dilapakan dilakukan interpretasi data dengan merujuk pada persepektif sosiologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Sosiologi Masyarakat Perkebunan dan Sosiologi Gender.
46 Universitas Sumatera Utara
3.6. Jadwal Kegiatan Penelitian No.
Kegiatan
Bulan Ke 1
1
Pra Observasi
2
Penyusunan Proposal
2
3
*
*
4
5
6
7
8
9
*
Penelitian 3
Seminar Proposal
*
Penelitian 4
Revisis Proposal
*
Penelitian 5
Penelitian Ke Lapangan
*
*
*
*
6
Pengumpulan data dan
*
*
*
*
*
*
*
analisis 7
Bimbingan
8
Penulisan Laporan Akhir
9
Sidang Meja Hijau
* * *
3.7 Keterbatasan Penelitian 1. Informan merupakan pekerja karyawan Unit Usaha Tinjowan, jadi mengharuskan peneliti untuk mewawancarai karyawan baik laki-laki dan perempuan saat mereka bekerja dan diteui ditempat kerja mereka. Ada yang dikantor ataupun dilapangan.
47 Universitas Sumatera Utara
1. Peneliti dianggap mahasiswa yang sedang magang atau PKL, jadi harus mematuhi semua peraturan yang berlaku, menjaga kerahasiaan data, melapor ke bagian pengamanan setiap kali mau ambil data dan masuk ke suatu bagaian pekerjaan karyawan, dan mengurus surat menyurat secara formalitas di PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) Unit Usaha Tinjowan. 2. Pada saat mau mewawancarai Manajer Unit Usaha Tinjowan, tidak bisa dilakukan berhubung kesibukan dan waktu itu Manajer sedang memasuki masa pensiun jadi tidak bisa dikonfirmasi untuk dilakukan wawancara, yang kemudian peneliti dilimpahkan ke Assiten bagian SDM dan Umum untuk melakukan riset dan pengambilan data.
48 Universitas Sumatera Utara
BAB. IV TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN
4.1
Deskripsi Wilayah PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha
Tinjowan 4.1.1
Sejarah Unit Usaha Tinjowan adalah salah satu unit usaha dari PT. Perkebunan
Nusantara IV (Persero) yang terletak di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Bergerak dibidang usaha Perkebunan Kelapa Sawit dan Pebgolahan yang menghasilkan Minyak sawit (CPO) dan inti sawit (PK). Pada mulanya unit usaha Tinjowan adalah milik pemerintahan Belanda Hadis Vereniging Amsterdam (HVA), yang membuka kebun kopi seluas 106 ha pada tahun 1917-1942. Komoditi kopi diganti dengan kelapa sawit [ada tahun 1920-1928. Jepang mengambil alih pada tahun 1942-1945. Pemerintah Negara Republik Indonesia (NRI) mengambil alih pada tahun 1945-1947. Hva mengambil alih kembali pada tahun 1947-1958. Pemerintah Indonesia menasionalisasikan menjadi Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) pada tahun 1958-1960. Perusahaan berubah menjadi gabungan PPN Sumut III pada tahun1960-1961. Pada tahun 1961-1963 perusahaan berubah menjadi PPN Sumut IV. Perusahaan berubah lagi menjadi PPN Usaha Tanaman V pada tahun 1963-1968. Pada tahun 1968-1971 perusahaan berubah menjadi bagian dari PNP VI. Perusahaan berubagh menjadi PT. Perkebunan Nusantara VI pada tahun 1971-1996. Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 9 tahun 1996, sejak tanggal 1 maret 1996 PT. Perkebunan Nusantara VI, VII dan VIII bergabung menjadi PT.
49 Universitas Sumatera Utara
Perkebunan Nusantara IV (Persero). (Selayang Pandang PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan Tahun 2014)
4.1.2
Letak Georgrafis Secara Geografis, terletak di Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten
Simalungun, dan berjarak +/- 26 km dari Kota Kisaran (kabupaten Asahan) serta terletak 25 m diatas permukaan laut, dan juga +/- 25 km dari pinggir laut. Di sekeliling Unit Usaha Tinjowan terdapat berapa Perkebunan Negara dan Swasta lainnya, yaitu PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Dusun Ulu, PTPN IV Kebun Padang Matinggi, PTPN IV Kebun Aek Nauli, PT. London Sumatera kebun Sei Bejangkar dan PT. Bakrie Sumatera Plantation. Topografi tanah datar dan bergelombang, dan jenis tanah adalah Podsolik Kuning. Luas areal 4.047 Ha.
4.1.3
Kondisi Sosial Ekonomi Karyawan Status pekerja sebagai karyawan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit
Usaha Tinjowan secara umum terbagi kedua bagian, yaitu karyawan Pimpinan dan Karyawan Pelaksana. Jumlah karyawan sebanyak 614 orang (karyawan perempuan 135 dan karyawan laki-laki 479 orang) untuk karyawan pelaksana, dan karyawan pimpinan sebanyak 16 orang (15 orang laki-laki dan 1 orang perempuan) termasuk Manajer Unit. Untuk seorang perempuan karyawan pimpinan tersebut adalah menduduki posisi kepala sekolah SMP Yapendak Tinjowan. Secara keseluruhan, karyawan pelaksana bersama dengan istri tidak bekerja dan tanggungan 3 anak berjumlah 1.642 orang. Para karyawan mendapatkan fasilitas untama berupa rumah pemondokan karyawan yang terdapat di
50 Universitas Sumatera Utara
emplasmen, afdeling I s/d V untuk karyawan pelaksana dan kompleks perumahan staf untuk karyawan pimpinan. Adapun beberapa fasilitas umum yang didapat para karyawan pimpinan dan pelaksana baik karyawan perempuan dan laki-laki anatara lain : 1. Rumah Pemondokan Karyawan (rumah pondok) bersama listrik dan airnya 2. Sarana ibadah (masing-masing) unit di afdeling I s/d V dan emplasmen ada 1 unit dan gereja ada 3 unit. 3. APD (alat pelindung diri) 4. Sarana olahraga (berupa lapangan tenis, voli, bulu tangkasi, sepak bola) dan stadion gelora Tinjowan. 5. Perobatan/perawatan di rumah sakit. 6. Pengajian MTSI dan IKBI (ikatan keluarga besar isti) 7. Program Persatuan Umat Kristaen (PUK). Fasilitas tersebut diatas, didapat oleh seluruh karyawan Unit Usaha Tinjowan. Selain itu, ada juga fasilitas Koperasi Karyawan. KOPKAR Mandiri Tinjowan memberikan pelayana kepada anggota yang berjumlah 635 orang (januari 2014) berupa : simpan pinjam jangka pendek, jangka panjang, konsumsi hanya dipusatkan di emplasmen dan di afdeling tidak ada Kedai Rangsum. Setiap tahunnya SHU, koperasi dibagikan kepada setiap anggota. Beberapa dari istri karyawan tersebut bekerja sebagai PNS, ada juga yang berdagang (wiraswasta) dengan membuka kedai didepan rumahnya, selain itu juga berternak sapi untuk menambah penghasilan keluarga karyawan tersebut. Dalam hal lain, status karyawan ada yang hanya suami yang menjadi karyawan laki-laki dan istrinya tidak bekerja (ITB) dan tanggungan sebanyak 3 anak termasuk istri, kemudian untuk status istri yang bekerja menjadi karyawan perempuan dianggap lajang hanya 51 Universitas Sumatera Utara
menanggung dirinya sendiri. Untuk suami istri yang bekerja sebagai karyawan baik suami yang menanggung anak dan istri menangung dirinya sendiri. Para karyawan sudah memiliki kendaraan sendiri seperti sepeda motor dan ada beberapa yang sudah memiliki mobil pribadi. Untuk fasilitas pendidikan untuk anak, di Unit Usaha Tinjowan terdapat : 1. TK. Ria Sari Tinjowan 2. SMP Swasta Yapendak Tinjowan 3. Untuk anak karyawan. 4. Untuk tingkat SD terdapat 3 sekolah dasar negeri (1,2 dan 4) di emplasmen 5. Untuk tingkat SMP Negeri ada di Kecamatan Ujung Padang, dan MTS Nurul Hikmah Tinjowan 6. Untuk tingkat SMA Negeri Ujung Padang yang ada di kecamatan, MTS Nurul Hikmah dan MAN Ujung Padang. Infrastruktur jalan berupa jalan perkebunan yang sebagian ada yang di pitron dan sebagian sudah di aspal kasar. Terdapat 1 tower telekomunikasi di dekat Pabrik Kelapa Sawit di Emplasmen dan tanki air. Di kawasan emplasmen terdapat pasar (pajak) yang diadakan setiap gajian karyawan, yaitu dua kali sebulan. Untuk pemakaman muslim dan kristen terdapat di kompleks Rumah Sakit. Dan untuk kawasan emplasmen, perumahan staf dan kompleks rumah sakit secara administratif masuk ke nagori Tinjowan dan dipimpin oleh kepala desa Tinjowan. Masyarakat perkebunan Unit Usaha Tinjowan untuk emplasmen dapat terbagi dua, yaitu kawasan secara daerah administratif yaitu Nagori Tinjowan, Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten Simalungun dan daerah perkebunan PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) Unit Usaha Tinjowan dibawah
52 Universitas Sumatera Utara
naungan Manajer Unit dan bagian SDM dan Umum untuk bagian yang mengerti dan memahami kondisi sosial karyawan dan masyarakat perkebunan Unit Usaha Tinjowan. Pembagian wilayah daerah perkebunan unit usaha Tinjowan: a. Emplasmen (bagian pekerja Pabrik kelapa sawit, kantor Unit Usaha Tinjowan, gudang, pengamanan, SMP Yapendak, Rumah Sakit,pembuangan limbah) b. Afdeling I s/d V untuk bagian pekerja lapangan (tanaman kelapa sawit da pembibitan yang waktu dalam penelitian ini pembibitan sedang tidak ada) c. Namun pembagian wilayah daerah tersebut tidak terbatas untuk para pekerja karyawan yang dikantor ataupun yang dilapangan. Karena di bagian afdeling juga ada kantor dan di emplasmen juga terdapat tanaman kelapa sawit. Para karyawan pergi kerja dengan menggunakan kendaraan mereka masingmasing dengan sepeda motor, baik karyawan yang kerja di bagian kantor ataupun yang kerja di lapangan. Fasilitas tambahan seperti kendaraan dinas diberikan untuk karyawan yang akan bertugas dinas luar ke kantor pusat atau ke unit usaha perkebunan lainnya. Untuk kondisi ekonomi para karyawan dapat digolongkan kelas menengah, seperti yang diungkapkan bapak Mirvan Ariza, SH (26 tahun) selaku assisten SDM dan Umum Unit Usaha Tinjowan : “karyawan disini dapat dikategorikan mereka ke kelas ekonomi menengah, karena gaji mereka juga dapat dibilang tercukupi untuk kebutuhan mereka sehari-haridan apalagi kalau mereka yang bekerja dua orang atau suami istri sebagai karyawan disini” (wawancara, dikantor SDM)
Selain fasilitas untuk memenuhi kebutuhan bulanan yang dapat dilakukan di waktu “pajakan”, para karyawan juga terkadang sering berbelanja ke Ujung Padang, 53 Universitas Sumatera Utara
seperti untuk belanja pagi hari untuk keperluan sehari-hari, seperti belanja sayur dan ikan walau ada juga kedai-kedai sampah disekitaran rumahnya. Istilahnya di Ujung padang ini, kawasan kota kecamatan, yang terdapat pertokoan untuk memenuhi kebutuhan dan perlengkapan rumah tangga para karyawan, dan jika barang yang diinginkan tidak didapat maka mereka terkadang juga pergi ke Kota Kisaran untuk berbelanja keperluan rumah tangga sendiri dan keperluan pekerjaan dikantor juga. Secara umum, para karyawan gajian dua kali sebulan yaitu gajian kecil (pertenghan bulan) dan gajian besar (awal bulan) yang biasanya dibayarkan kepada para karyawan. Kegiatan sosial yang biasa dilakukan karyawan dan terutama karyawan perempuan dan istri karyawan adalah perwiritan dan pengajian untuk ibu-ibu yang muslim baik di bagian emplasmen atau afdeling untuk perwiritan laki-laki/bapak-bapak dimalam hari yaitu malam jum’at ataupun perwiritan perempuan/ibu-ibu di siang hari ada yang hari minggu, jum’at atau hari kamis. Untuk hari-hari kebesaran setiap umat beragama,sepeti peringatan Maulid, isra’ mi’raj, muharram untuk karyawan yang muslim, dan peringatan natal, tahun baru, paskah untuk karyawan yang kristen. Namun para karyawan tetap menjaga toleransi antar umat beragama, yang secara keseluruhan hampir 70 persen beragama islam dan 30 persen beragama kristen. Untuk suku, terdapat Jawa, Batak, Aceh, Minang, dan lain-lain. Hal lainnya karena para karyawan menempati rumah dinas (rumah pondok), maka mereka juga harus menjaga fasilitas tersebut, seperti menjaga kebersihan baik rumah dan perkarangannya, dan juga menjaga kondisi fisik rumah pondok tersebut. Dan untuk karyawan yang memiliki hewan ternak untuk menjaganya agar tidak merusak wilayah tanaman kelapa sawit, jadi harus digembala ditempat yang aman agar tidak merusak tanaman kelapa sawit,merusak perkarangan rumah karyawan dan merusak fasilitas umum
54 Universitas Sumatera Utara
lainnya milik PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan. Secara umum, karyawan terbagi atas bagian kerja : a. Pekerja atau karyawan dilapangan b. Bagian kantor (SMP Yapendak. Rumah Sakit dan tata usaha, dan kantor di setiap afdeling) c. Pabrik Kelapa Sawit d. Pengaman.
Tabel 4. Komposisi karyawan berdasarkan jenis kelamin dan bagian kerja di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan. No.
Bagian Pekerjaan
Karyawan Pelaksana Laki – laki
Jumlah
%
Total
Perempuan
Frekuwnsi
%
Frekuensi
%
1
Dinas Tanaman
4
0,65
1
0,16
5
0,81
2
Kantor Tata
13
2,12
7
1,14
20
3,26
Usaha 3
Gudang
4
0,65
0
0
4
0,65
4
SDM dan
13
2,12
14*
2,28
27
4,40
Umum 5
Pengamanan
18
2,93
0
0
18
2,93
6
Transport
13
2,12
0
0
13
2,12
7
Teknik sipil
14
2,28
20*
3,26
36
5,54
8
Bengkel
7
1,14
0
0
7
1,14
55 Universitas Sumatera Utara
9
Bengkel umum
16
2.61
0
0
16
2,61
10
Bengkel listirk
6
0,98
0
0
6
0,98
11
PKS
65
10,59
0
0
65
10,59
12
Pengolahan
18
2,93
5
0,81
23
3.74
13
Afdeling I
59
9,61
17
2,77
76
12,38
62
10,10
17
2,77
79
12,87
14
Afdeling II
15
Afdeling III
57
9,28
16
2,61
73
11,89
16
Afdeling IV
56
9,12
15
2,44
71
11,56
17
Afdeling V
50
8,14
20
3,25
70
11,40
18
Bibitan
4
0,65
3
0,48
7
1,14
479
78,01
135
21,99
614
100
Jumlah Total
Data diambil dari bagian SDM dan UMUM Unit Usaha Tinjowan. Dari tabel data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah yang ditandai bintang merupakan keterangan untuk jumlah komposisi karyawan perempuan dibagian kerja tersebut paling banyak jumlahnya, yaitu bagian SDM dan Umum, Teknik Sipil (dikantor),dan yang ditandai dengan garis bawah merupakan jumlah karyawan laki-laki yang paling banyak, yaitu dibagian kerja Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Unit Usaha Tinjowan. Adapun terlihat bahwa komposisi karyawan berdasarkan jenis kelamin dan bagian kerja,secara posisi yang menjadi mayoritas adalah karyawan dengan jenis kelamin laki-laki,karena diposisi tersebut merupakan bagian kerja dilapangan dan dibagian pabrik (lebih maskulin pekerjaannya),sedangkan karyawan perempuan terutama berada diposisi kerja bagian kantor dan lebih feminim pekerjaannya.
56 Universitas Sumatera Utara
Jabatan atau posisi kerja untuk karyawan Pimpinan (baik perempuan dan lakilaki, sebagai berikut : Karyawan pimpinan laki-laki,dengan posisi atau jabatan : 1. Manajer Unit 2. Kepala Dinas Tanaman 3. Kepala Dinas Teknik dan Pengolahan 4. Kepala Dinas Tata Usaha 5. Assisten tanaman 6. Assisten tanaman 7. Assisten tanaman 8. Assisten tanaman 9. Asssiten tanaman 10. Assisten teknik pabrik 11. Assisten pengolahan 12. Assisten pengolahan 13. Assisten pengolahan 14. Assisten SDM dan Umum 15. Perwira pengaman (laki-laki)
Sedangkan karyawan pimpinan perempuan berada pada posisi atau jabatan : 1. Kepala Sekolah SMP Swasta Yapendak
57 Universitas Sumatera Utara
Terdapat 16 posisi jabatan untuk karyawan pimpinan, dan 15 diantaranya dijabati atau diduduki oleh laki-laki, dan hanya satu posisi atau jabatan Kepala Sekolah Yapendak yang diduduki oleh karyawan pimpinan perempuan di Unit Usaha Tinjowan. Keterangan untuk assisten tanaman berjumlah 5 untuk setiap afdeling I s/d V. Secara kebetulan, untuk posisi atau jabatan karyawan pimpinan perempuan yang biasa dijabati yaitu jabatan Kepala Sekolah Yapendak, untuk posisi jabatan karyawan pimpinan lainnya masih didominasi secara kebetulan oleh karyawan dengan jenis kelamin laki-laki. Untuk posisi atau jabatan karyawan pimpinan baik perempuan ataupun laki-laki, harus sudah memiliki pendidikan tinggi dan gelar kesarjanaan baik S1 ataupun S2 di PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Usaha Tinjowan. Keterangan untuk masa kerja atau pensiun secara umur, untuk karyawan pelaksana laki-laki dan perempuan pensiun umur 55 tahun dan karyawan pimpinan umur 56 tahun, dan penghargaan masa kerja diberikan kepada karyawan untuk masa kerja 25 tahun dan 30 tahun (jubelium). Untuk jenjang pendidikan atau pendidikan yang ditamatkan dan dimiliki karyawan perempuan dan laki-laki,memiliki persentasi sebagai berikut : Tabel. 5. Persentasi pendidikan yang ditamatkan karyawan. Pendidikan yang ditamatkan
Persentasi
SD
15%
SMP
5%
SMA
65%
Sarjana
10%
Sumber data primer
58 Universitas Sumatera Utara
Adapun golongan karyawan ini terkait dan menggambarkan jenjang karir dan stratifikasi pekerjaan karyawan laki-laki dan perempuan,baik statusnya sebagai karyawan pimpinan ataupun pelaksana di PT. Perkebuana Nusantara IV. (Persero). Tabel. 6. Jenjang kepangkatan karyawan terdiri dari 6 (enam) strata. Sebagai berikut : Strata I
II
III
IV
V
VI
Pangkat
Golongan
Pelaksana Pratama
IA
Pelaksana Muda
IB
Juru Pratama
IC
Juru Muda
ID
Penyelia Pratama
IIA
Penyelia Muda
IIB
Penyelia Madya
IIC
Penyelia Utama
IID
Pengatur Pratama
IIIA
Pengatur Muda
IIIB
Pengatur Madya
IIIC
Pengatur Utama
IIID
Penata Madya
IVA
Penata Utama
IVB
Pembina Madya
IVC
Pembina Utama
IVD
Sumber data : buku perjanjian kerja bersama (2010-2011)
59 Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya,golongan karyawan merupakan aspek yang dinilai dalam penentuan gaji pokok karyawan. Karena strata golongan karyawan tersebut juga memiliki tingkatan untuk semua karyawan bisa naik golongan dari satu tingkat ke tingkat berikutnya.
Tabel.7. Gaji Pokok Karyawan berdasarkan Golongan IA-II D,untuk karyawan pelaksana : PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero). Ruang Golongan I.A
I.B
I.C
I.D
II.A
II.B
II.C
II.D
723.750
766.831
847.248
959.257
1.097.113
1.255.073
1.427.395
1.588.228
726.622
772.574
858.883
970.774
1.111.472
1.272.307
1.447.499
1.611.205
729.494
778.319
864.479
982.231
1.125.833
1.289.539
1.467.604
1634.182
732.365
784.062
879.094
993.720
1.140.193
1.308.770
1.487.708
1.657.157
735.239
789.808
881.711
1.005.208
1.154.553
1.324.002
1.507.811
1.680.134
738.108
795.551
890.328
1.016.697
1.168.913
1.341.235
1.527.916
1.703.111
740.983
801.294
898.944
1,028.184
1.183.273
1.358.467
1.548.020
1.726.085
743.854
807.039
907.560
1.039.673
1.197.833
1.375.699
1.568.125
-
746.728
812.782
916.174
1.051.160
1.211.993
1.392,930
-
-
749.597
818.525
924.789
1.082.848
1.226.353
1.410.184
-
-
752.470
824.471
933.405
1.074.137
1.240.715
-
-
-
755.342
830.014
942.023
1.085.624
-
-
-
-
758.214
836.759
950.839
-
-
-
-
-
761.085
841.502
-
-
-
-
-
-
763.959
-
-
-
-
-
-
-
Sumber,buku Perjanjian Kerja Bersama 2010-2011
60 Universitas Sumatera Utara
Terdapat istilah –per atau skala yang dituliskan setelah angka golongan,istilah tersebut digunakan untuk melihat skala dan gaji pokok seorang karyawan,,dan skala pr tersebut yang membedakannya setiap golongan bukan berbeda diperlakukan untuk diberikan kepada karyawan. Dalam hal ini kesempatan naik golongan karyawan semua sama dan terbuka untuk karyawan laki-laki dan perempuan,baik karyawan pelaksana dan karyawan pimpinan. Dengan skala tersebut,naik dengan penilaian minimal satu tahun,jadi naik per satu dan seterusnya terhitung bekerja selama setahun,dan terus dilakukan pengauditan atau penilaian data kenaikan golongan karyawan oleh bagian SDM dan UMUM Unit Usaha Tinjowan. Selanjutnya tentang kehidupan sosial ekonomi karyawan dan masyarakat perkebunan juga dapat dikatakan masyarakat yang konsumtif, hal ini terlihat dengan kemampuan gaji mereka dan mereka juga bisa membeli keperluan sehari-hari dan pelengkap rumah tangga, seperti sepeda motor,perlengkapan elektronik dan mobil walau mereka membelinya dengan sistem kredit. Hal ini diutarakan juga menurut bapak Mirvan Ariza, SH. Selaku Assisten SDM dan Umum : “mereka juga tergolong masyarakat yang konsumtif bukan tidak bisa mereka sebenarnya untuk membeli helikopter namun karena perilaku konsumtif mereka sendiri...” Kehidupan sosial ekonomi karyawan di Unit Usaha Tinjowan menggambarkan bahwa karyawan memiliki gaji tetap yang didapat setiap bulanannya secara bersama dengan dibayar atau gajian dua kali,hal ini disebut dengan istilah gajian besar dan gajian kecil dan gajian kecil ini sebutan untuk pinjaman,yang jumlahnya lebih kecil dari gajian besar,bisa setengahnya jumlah gaji yang diterima digajian besar.
61 Universitas Sumatera Utara
4.1.4 Visi dan Misi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)
Visi “Menjadi perusahaaan agribisnis perkebunan yang tangguh dan mampu bersaing,baik disektor hulu dan hilir ditingkat nasional dan regional.”
Misi a. Menjalankan usaha agribisnis perkebunan dibidang perkebunan kelapa sawit (komoditi utama),teh serta menghasilkan produk minyak sawit,inti sawit,teh jadi,serta produk turunannya yang berkualitas,untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. b. Meningkatkan daya saing produk secara terus menerus yang didukung sistem,cara kerja dan lingkungan kerja mendorong munculnya kreativitas dan inovasi untuk peningkatan produktifitas dan efisiensi. c. Menghasilkan
laba
yang
berkesinambungan
untuk
menjamin
pertumbuhan,perkembangan dan kesehatan perusahaan serta memberikan manfaat dan nilai tambah yang optimal bagi pemegang saham,karyawan dan serta keholder lainnya. d. Mengolah usaha secara propessional untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan berpegang teguh pada nilai-nilai etika bisnis dan senantiasa berpedoman pada tata kola perusahaan secara sehat. e. Memberikan perhatian dan peran yang sungguh-sungguh dalam membangn kemitraan dan pengembangan masyarakat serta kelestarian lingkungan hidup.
62 Universitas Sumatera Utara
Tema Kerja Tahun 2014 “Tahun tata kelola terbaik unggul dalam produktifitas dan biaya.”
4.1.5 Struktur Organisasi Unit Usaha Tinjowan Adapun struktur organisasi kerja menggambarkan posisi kerja dan jabatan karyawan,bagian kerja dan stratifikasi pekerjaan karyawan pelaksana dan karyawan pimpinan.
63 Universitas Sumatera Utara
4.2 Profil Informan Penelitian 4.2.1 Karyawan Perempuan 1. Nama
: Jemina br. Semibiring
Umur
: 54 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Kristen (protestan)
Pendidikan terakhir
: Sekolah Pendidikan Guru,Tebing Tinggi
Jabatan/golongan pekerjan
: Krani Arsip bagian SDM dan Umum – II D
Lama masa bekerja
: 33 tahun
Jumlah anak
: 3 (satu perempuan dan dua laki-laki)
Status pekerjaan
: Karyawan pelaksana (tetap)
Bidang pekerjaan
: Bagian arsip (administrasi)
Mulai bekerja dari tahun 1981. Ibu Jemina, pertama kali masuk menjatuhkan lamaran ke pusat PNP 6 di Pabatu, testing dan ada 5 orang dan hanya 2 orang yang diterima, satu dirinya ke kebun Tinjowan dan satu lagi ke kebun Ajamu, dan pertama kali menjadi Guru TK di kebun Tinjowan. Berpenghasilan +/- 2.500.000/bulan (gaji pokok), dan catu beras. Menjadi karyawan perempuan dan sekaligus ibu rumah tangga yang single parent, tidak memutuskan semangat dirinya untuk terus berkarir. Pernah mengalami pemindahan posisi kerja dari Guru TK ke Posisi kerja bagian SDM dan Umum bagian arsip, 24 tahun menjadi guru TK tahun 1981 dan kemudian tahun 2004 64 Universitas Sumatera Utara
mengalami pemindahan posisi kerja ke kantor bagian SDM dan Umum (arsip), dan sudah kurang lebh 10 tahun sampai saat ini. Pernah mendapatkan pertasi berupa penghargaan guru teladan tahun 1987 di TK Ria Sari Tinjowan, Ratu kebaya pada hari kartini di kebun Tinjowan juara 1 dan tingkat kabupaten juara 2 tahun 1993. Posisi kerja dirinya sekarang dan dulu sesuai dengan pendidikan, yang dulunya pendidikan terakhir guru TK dan sekarang menjadi bagian kerja peng-arsipan di kantor bagian SDM dan Umum. Dia juga menginginkan untuk bisa naik ke posisi kerja yang lebih tinggi dengan cara terus bekerja dengan sungguh-sungguh dan baik. Keluarganya mendukung untuk bekerja sebagai karyawan perempuan. Alasan utama dirinya untuk dapat menjadi karyawan perempuan di perkebunan PTPN IV Kebun Tinjowan dikarenakan diperusahaan khususnya BUMN, mendapatkan fasilitas yang terjamin seperti sudah pasti mendapatkan rumah pemondokan karyawan, rumah sakit, walau kalau dirinya tidak dapat menanggung batih, melainkan hanya menanggung dirinya sendiri. Suaminya juga bekerja sebagai karyawan. Menurutnya juga, bahwa pekerjaan sebagai karywan perempuan tidak menyulitkan baginya walau dia harus menjadi peran sebagai ibu rumah tangga, bagi suami dan anaknya dirumah. Apalagi sekarang dia menjadi tulang punggung keluarga setelah suaminya meninggal. Harapan darinya, untuk perusahaan PTPN IV agar terus maju, sukses dan sehat agar semua karyawannya baik perempuan dan laki-laki dapat hidup sejahtera. Dahulu beliau mendapatkan informasi masuk dan melamar kekebun dari rekannya yang dahulu memang mengetahui bahwa ada lowongan masuk menjadi karyawan,karena dahulu memang sangat dibutuhkan tenaga karyawan zaman dulu. 2. Nama Umur
: Sri Rezeki boru Sinaga : 49 tahun 65 Universitas Sumatera Utara
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan terakhir
: SMA Taman Siswa Pematang Siantar
Jabatan/Golongan
: Mandor Pemel (pemeliharaan) - IC/1
Lama masa kerja
: 26 tahun
Jumlah anak
: 4 anak (laki-laki 2 dan perempuan 2)
Status pekerjaan
: Karyawan pelaksana
Bagian pekerjaan
: Lapangan
:
Pertama kali menjadi karyawan dan masuk kerja di Tinjowan Kakao (coklat) diterima dan kemudian mutasi konversi kebun ke coklat, weeping lalang tahun 1989 sampai 1990 kurang lebih tiga bulan,dan kemudian jadi mandor pemel dari tahun 1991 sampai sekarang. Sudah bekerja kurang lebih 25 tahun, dan untuk pertama kalimendapatkan jubelium masa kerja 25 tahun. Untuk dilapangan sendiri, jam kerja dimulai 06.00 pagi sampai dengan 14.20 siang,hari kerja senin sampai sabtu dan hari jum’atdan sabtu sampai pukul 12.00 siang. Kalau kerja memupuk tidak tentu terkadang sampai sore, karena memupuk juga bagian dari pemeliharaan tanaman. Menurutnya, kerja dilapangan memang membutuhkan tenaga fisik tapi tidak seperti kerja dikantor yang kelihatannya “enak” tapi capeknya dipikiran. Menjadi seorang ibu rumah tangga tidak menjadi penghalang baginya, karena semua tergantung niat dan kemampuan individunya dalam mengelola rumah tangga. Karena demi kesejahteraan keluarga, kalau bisa suami-istri bekerja sebagai karyawan di perkebunan PTPN IV. Sebagai seorang 66 Universitas Sumatera Utara
mandor pemel di lapangan, tentu dia juga mendapatkan kesempatan untuk pelatihan tentang pemeliharaan tanaman dan biasanya dilaksanakan setiap setahun sekali, di wisma. Dia mengungkapkan bahwa sebenarnya juga menginginkan untuk dapat naik ke posisi yang lebih baik lagi, namun dia juga sudah menikmati pekerjaan dilapangan ini yang juga memungkinkan untuk dia bisa jadi naik menjadi mandor 1 ataupun pindah kebagian kantor. Namun, hal itu merupakan kesempatan dan tergantung kebutuhan perusahaan bagian pekerjaan tertentu. Misalnya, posisi kerja bagian dikantor kurang tenaga maka pimpinan akan melakukan penilaian siapa yang akan mampu menempati posisi tersebut. Selain itu, dia juga mengatakan bahwasannya keinginan tetap ada namun kesempatan seperti bentuk kemampuan, pendidikan dan umur untuk dapat berusaha naik ke posisi yang lebih baik atau posisi yang diatas lagi. Seperti, kalau dia ada kesempatan namun pendidikan untuk kemampuannya tidak ada maka penilaian tidak memihak untuk dipilih naik keposisi tersebut. Menurutnya, kesempatan sama antara karyawan laki-laki dan perempuan tinggak rezeki saja yang berpihak atau keberuntungan. Karyawan laki-laki dan perempuan disini diatur oleh golongan, walau dibagi ada yang kerja dilapangan ada yang kerja dikantor, jadi dengan hal itu kesempatannya sama baginya dan terkadang ada juga yang ada kesempatan dan didapat untuk naik tapi seseorang tersebut tidak mau dan tidak menginginkannya maka mencari perngganti yang bersedia, ungkapnya. Kemudian dia sangat mencintai pekerjaannya, karena sekarang juga telah menjabat sebagai Mandor pemeliharaan tanaman dilapangan bagian afdeling IV Unit Usaha Tinjowan. Dirinya masuk menjadi karyawan berdasarkan informasi dari suaminya yang juga karyawan istilahnya dibawa suami kerja,karena dahulu memang dibutuhkan untuk tenaga bekerja dilapangan.
67 Universitas Sumatera Utara
3. Nama
: Emna Ariani
Umur
: 53 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan terakhir
: SLTP – SMP Yapeksi
Jabatan/golongan pekerjaan : Bagian Keuangan-IIC/3 Lama masa kerja
: 35 tahun
Jumlah anak
: 4 orang (1laki-laki dan 3 perempuan)
Status pekerjaan
: Karyawan pelaksana
Bagian pekerjaan
: Keuangan (Tata Usaha)
Ibu Emna, memilih untuk bekerja menjadi karyawan untuk membantu ekonomi keluarga dan sekarang ini menjadi tulang punggung keluarga setelah ditinggal suaminya meninggal dunia. Waktu dulu pertama kali bekerja jadi karyawan di afdeling I tahun 1980 bekerja dilapangan bagian pemeliharaan, dan kemudian ekstensi ke bagian tanaman pada oktober 1980, tahun 1982 mutasi ke kantor Tata Usaha sampai saat ini. Dirinya pernah mengikuti penataran P4 (1981 di Afdeling. Sudah bekerja kurang lebih 34 tahun, sudah mendapatkan jublium kerja 25 tahun dan 30 tahun masa kerja. Menurutnya, memang perempuan tidak diperbolehkan kerja malam, namun jika ada tim audit bisa juga kerja terhitung lembur malam. Untuk saat ini tidak ada lagi cuti H1 untuk perempuan yang kerja dikantor, hanya untuk karyawan yang kerja dilapangan. Hanya sama seprti 68 Universitas Sumatera Utara
karyawan laki-laki dan perempuan mendapatkan cuti tahunan dan cuti panjang. Sekarang memang masih lebih didominasi karyawan laki-laki yang lebih banyak jumlahnya atau lebih dominan, seperti kerja dibagian lapangan dan pabrik. Pernah mendapatkan penghargaan berupa sertifikat KB tahun 1998). Dia juga tetap menginginkan naik golongan tapi pekerjaannnya tetap, dan waktu itu juga menginginkan untuk pindah atau mutasi kerja. Kalau pun harus naik keposisi yang lebih tinggi seperti karyawan pimpinan tidak bisa lagi karena umur sudah tidak mencukupi,hanya tinggal kenaikan golongan saja. Posisi kerja sebagai bagian keuangan di Tata Usaha, yang diatasnya ada krani 1 tata usaha. Suami juga bekerja sebagai karyawan, namun sudah meninggal dunia. Untuk menjalankan status sebagai ibu rumah tangga, sebelum berangkat kerja dia harus menyelesaikan dan menyiapkan semua pekerjaan rumah tangga sebelum berangkat kerja. Beliau dulu mendapatkan informasi bekerja dari temannya yang sudah bekerja jadi karyawan,jadi memasukkan lamaran karena waktu itu butuh banyak tenaga kerja diperkebunan menjadi karyawan. Dia memiliki harapan, agar perusahaan memberikan kesempatan lowongan pekerjaan untuk generasi muda agar menambah tenaga kerja di PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) Unit Usaha Tinjowan.
4. Nama
: Juliana Ambarita
Umur
: 46 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Kristen (protestan)
69 Universitas Sumatera Utara
Pendidikan terakhir
: D II – IKIP Medan
Jabatan/golongan
: Tenaga pengajar SMP Yapendak – I D/0
Lama masa kerja
: 13 tahun
Jumlah anak
: 4 anak ( 3 laki-laki, 1 perempuan)
Status pekerjaan
: Karyawan pelaksana
Bagian Pekerjaan
: SMP Yapendak (SDM dan UMUM)
Ibu AB (singkatan dan panggilan Guru), memilih bekerja sebagai guru di SMP Yapendak dan juga karyawan karena untuk menambah penghasilan keluarga dan untuk menyalurkan ilmu kepada siswa,karena juga disiplin ilmunya sebagai guru IPA. Karir atau pertama kali masuk kerja dilapangan sebagai pemanen coklat tahun 1997 di afdeling II TIK,yang kurang lebih selama 5 tahun dilapangan. Kemudian tahun 2002 dibutuhkan tenaga guru dan kemudian direkrut dan dipindahkan ke SMP Yapendak. Menurutnya pendidikannya dulu dengan pekerjaannya sekarang sesuai, karena guru di SMP Yapendak pembagian kerjanya berdasarkan bidang ilmu masing-masing yang dimiliki gurunya dan sesuai dengan proporsinya misalnya dia yang bidang ilmunya IPA dan menjadi guru IPA. Sudah bekerja kurang lebih 17 tahun. Keluarganya mendukung dan suaminya juga bekerja menjadi karyawan. Dirinya berpendapat harus bekerja secara professional, antara pekerjaan sebagai profesi guru dengan statusnya sebagai ibu rumah tanggal. Selain itu, keluarganya juga memiliki usaha lain yaitu menjadi pertani dan memiliki sawah. Untuk menambah penghasilan keluarga dan menghidupi anggota keluarganya, bukan suatu masalah besar jika isrti dan statusnya sebagai guru untuk bekerja. Karena di perusahaan
70 Universitas Sumatera Utara
ini yang mengatur adalah golongan dan hal tersebut terkai golongan yang dimiliki setiap karyawan laki-laki dan perempuan, dan untuk guru SMP yapendak sendiri juga memiliki guru laki-laki dan perempuan yang statusnya juga sebagai karyawan pelaksana, kalau untuk kepala sekolah merupakan karyawan pimpinan. Dirinya mendapatkan informasi masuk jadi karyawan dari suaminya yang mengetahui bahwa ada lowongan kerja menjadi karyawan dikebun. Harapannya, agar bisa hidup sejahtera terkait hak dan kewajiban sebagai seorang guru dan sebagai karyawan perempuan juga, dan agar perusahaan PTPN IV bisa berjaya terus. 5. Nama
: Chandra Utami matondang
Umur
: 52 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan terakhir
: Pendidikan Konseling – S1 – UMN (1998)
Jabatan/golongan
: Tenaga pengajar SMP Yapendak – IIC/5
Lama masa kerja
:18 tahun
Jumlah anak
: 5 anak (1 perempuan dan 4 laki-laki)
Status pekerjaan
: Karyawan pelaksana
Bagian pekerjaan
: SMP Yapendak
71 Universitas Sumatera Utara
Ibu chandra merupakan seorang Guru bahasa Indonesia di SMP Yapendak Tinjowan, menurutnya bekerja sebagai guru dan karyawan perempuan karena bakat, dan kalau menjadi guru itu lebih banyak memberikan ilmu dan menambah wawasn diri sendiri. Dulunya melamar ke SMP Yapendak tahun 1993 dan diterima tahun 1997 dan pekerjaannya sesuai dengan pendidikan yang dimilikinya, yaitu sarjana keguruan. Berpenghasilan rp. 2. 087.000/bulan (gaji pokok), ditambah tunjangan sertifikasi guru dari dikjar yang dibayar per triwulan. Beliau juga pernah mengikuti pelatihan gutu dari dikjar setempat, dan bukan pelatihan dari perusahaan perkebunan. Untuk seorang guru sediri, cuti H1 tidak ada karena situasi diambil liburnya waktu libur sekolah yang tertulis. Namun, kalau mau izin permisi atau cuti diajukan ke kantor bagian SDM. Karena SMP Swasta Yapendak dibawah naungan bagian SDM dan Umum unti usaha Tinjowan. Sudah menjadi guru kurang lebih 17 tahun, yag dulunya guru honor kemudian diangkat oleh direksi menjadi guru tetap di SMP swasta Yapendak. Belum pernah mengalami pemindahan atau mutasi kerja, namun lagi dalam proses di rekomendasi untuk menjadi Kepala Sekolah di SMP Yapendak Ajamu. Namun, terkait mobilitas sosialnya dengan kenaikan golongan yang dialaminya, pertama mulai dari II!sampai sekarang II C/5 tahun 2014, sistemnya berkala bisa 3 s/d 5 tahun. Posisi yang pernah ditempatpi, pertama guru biasa, kemudian naik menjadi PKS (pembantu kepala sekolah bidang kesiswaan) dan sekarang balik jadi guru biasa. Tidak ada pengaruh baginya walau statusnya sebagai IRT dan juga seorang guru, harus tetap professional. Harapan kedepannya, agar dia bisa menjadi guru yang lebih baik dan professional lagi, untuk perusahaan lebih memperhatikan terhadap karyawan perempuan terutama guru baik yang masih honor maupun karyawan perempuan, hal ini terkait dengan sistem karyawan perempuan yang
72 Universitas Sumatera Utara
dianggap lajang, dan bagaimana untuk bisa menanggung sama seperti karyawan laki-laki. Namun,hal itu masih tetap disyukuri karena penghasilan suaminya juga masih lebih besar dari penghaslian dirinya. Dan dirinya mendapatkan informasi kerja menjadi karyawan memang waktu dulu dibuka lowongan,dan dari temannya menyuruh untuk masuk jadi karyawan. 6. Nama
: Mestika Hani
Umur
: 53 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pend. Terakhir
: SPKU (sekolah penjenangan kes. umum)-RS. Tinj.
Jabatan/golongsn
: Perawat kesehatan/ II C/2
Lama masa kerja
: 32 tahun
Jumlah anak
: 1 laki-laki
Status pekerjaan
: Karyawan pelaksana
Bagian pekerjaan
: RS. Tinjowan
Alasan ibu Mestika Hani menjadi seorang karyawan perempuan karena profesinya sesuai dengan pendidikan dan pekerjaannya sebagai perawat kesehatan di RS. Tinjowan. Pada waktu itu tahun 1978 sangat dibutuhkan tenaga medis/kesehatan/perawat, jadi melamar dan langsung di terima di RS. Tinjowan. Di RS. Tinjowan pekerjaan dibagi
73 Universitas Sumatera Utara
jam kerja atas 3 shift, pertama pagi dari jam 06.30 – 14.30, kedua siang/sore dari jam 14.30 – 21.30, dan ketiga malam dari jam 21.30 – 06. 30 pagi,dan peraturannya harus datang setengah jam sebelum pergantian jam kerja. Keluraganya mendukung untuk bekerja terutama orang tua, dan suami serta anaknya. Selain itu dia juga merasa senang bekerja karena mendapat fasilitas rumah, walaupun dia tidak dapat menanggung keluarga. Berpenghasilan +/- 2.900.000,- perbulan diluar lembur premi. Pernah mengikuti beberapa pelatihan kerja khusus kesehatan yaitu pelatihan bagian gigi dan dinas luar seluruh PNP 6 Rumah Sakit kebun Tinjowan-Ajamu.
Pernah mendapatkan prestasi
berupa menang dalam lomba kebersihan ruangan pasien diberikan penghargaan dari pimpinan setenpat, penghargaan setahun sekali setiap 17 agustusan. RS. Tinjowan dibawah naungan RS. Pabatu, dan ada juga karyawan yang di assesmen dari bagian SDM dan Umum. Sudah bekerja +/- 36 tahun masa kerja dari tahun 1986 sampai 2014 saat ini, dan terhitung pensiun kerja sesuai umur 55 tahun kurang lebih 2 tahun lagi. Pernah mengalami mobilitas sosial berupa kenaikan golongan dari gol. I tahun 1978, dan delapan tahun kemudian naik ke golongan II dan tahun 1986 naik ke golongan III. Nmun, diperbarui sistem penggolongan tahun 2000 sampai sekarang menjadi II C/@ yang biasanya kenaikan golongan +/- 6 tahun sekali, kesempatan naik golongan sama antara karyawan laki-laki dan perempuan,ujarnya. Menurutnya,statusnya yang juga sebagai Ibu Rumah Tangga, tidak menjadi penghalang dalam bekerja sebagai karyawan. Karena juga sebaagai penambah penghasilan keluarga. Untuk menjalankan tugas baik sebagai ibu rumah tangga, istri dan karyawan perempuan perawat kesehata di RS.Tinjowan dia membagi kejanya kerjanya, bila masuk pagi dia harus bangun lebih awal dan mempersiapkan segala sesuatunya sampai pukul 06.00 pagi, karena di bagi atas 3 shift
74 Universitas Sumatera Utara
jadi juga meringankan kerja dan sebisanya membagi kerja antara pekerjaan rumah tangga yang domestik dan bekerja sebagai perawat kesehatan. Dirinya masih menginginkan untuk mengalami pemindahan kerja untuk mencari pengalaman kerja yang lebih luas lagi di beberapa RS. Perkebunan lainnya. Beliau mendapatkan informasi kerja jadi karyawan dari saudaranya yang sebelumnya memang bekerja jadi
karyawan,dan memang
dibutuhkan lowongan menjadi karyawan dirumah sakit. Harapan darinya, selama bekerja di RS. Tinjowan 1978-sampai kemungkinan 2016, agar bisa bekerja denga hati yang ikhlas lagi dan bertanggung jawab untuk selalu melayani pasien dengan sebaik-sebaiknya di RS. Tinjowan, melayani fasilitas kesehatan para karyawan, melayani dengan sebaikbaiknya.
4.2.2 Karyawan Laki-laki 1. Nama
: Supian
Umur
: 43 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pendidikan terakhir
: SMEA Sei Bejangkar
Jabatan/Golongan
: Krani Produksi-ID
Lama masa kerja
: 17 tahun
Jumlah anak
: 3 (2 laki-laki. 1 perempuan)
Status pekerjaan
: Karyawan pelaksana
Bagian pekerjaan
: bagian tanaman (administrasi kantor)
75 Universitas Sumatera Utara
Pak Supian memiliki alasan bekerja menjadi karyawan karena menginginkan pekerjaan tetap dan menafkahi keluarganya dan keluarganya juga mendukung. Dirinya pernah mengikuti pelatihan kerja GPS di bah jambi tahun 2008. Sebelum bekerja dikantor,beliau bekerja menjadi karyawan lapangan di afdeling 1 kurang lebih 1 sampai 2 tahun. Mulai dikantor tahun 2005 bagian tanaman sampai saat ini. Menurutnya agar bisa naik atau menginginkan posisi kerja yang lebih baik lagi, harus mencintai pekerjaannya dan memahami bertanggung jawab akan setiap pekerjaannya masing-masing. Selain itu harus memiliki keahlian lain seperti mendalami ilmu konputer untuk mengakses data-data yang dibutuhkan perusahaan. Bapak Supian memiliki istri sebagai ibu rumah tangga yang ditanggungnya bersama ketiga anaknya. Memiliki usaha lain yaitu berternak sapi, dan seperti usaha karyawan lainnya untuk menambah penghasilan keluarganya. Harapan darinya, agar dapat hidu bahagia dan untuk perusahaan sukses maju dan semakin berkualitas.
2. Nama
: Suyono
Umur
: 52 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pendidikan terakhir
: STM Kisaran
Jabatan/golongan
: Krani 1 Pengolahan-IIA/0
Lama masa kerja
: 30 tahun
Jumlah anak
: 3 anak (2 perempuan 1 laki-laki
Status pekerjaan
: Karyawan pelaksana
76 Universitas Sumatera Utara
Bagian pekerjaan
: administrasi dibagian pengolahan
Bapak Suyono sudah bekerja kurang lebih 30 tahun dan mendapatkan jubelium masa kerja 25 tahun dan 30 tahun. Beliau mengalami pemindahan posisi kerja dari lapangan kemudian ke pabrik dan sekarang dikantor bagian pengolahan. Berpenghasilan atau gaji Rp. 1.520.000/bulan (gaji pokok). Menurutnya,bekerja disiplin sangatlah penting sebagai penilaian dalam bekerja untuk hal yang positif misalnya menginginkan untuk naik jabatan atau posisi kerja. Keluarga teruatama istri sangat mendukung pekerjaannya, karena sekarang anaknya sudah tidak bersekolah lagi jadi sudah tidak menanggung hanya tinggal menanggung istrinya dan anaknya sudah bekerja. Tanggungan anak berhenti setelah anak tidak bersekolah lagi dan berumur 25 tahun. Selain bertanggung jawab tepat waktu juga hal yang penting dalam bekerja. Apalagi beliau tidak tinggal diperumahan karyawan, melainkan rumah sendiri sedikit jauh jaraknya sehingga harus pergi pagi ke tempat kerja, yaitu masuk kerja 06.30, dan beliau pergi kerja jam 06.00 pagi dari rumahnya bahkan kurang dari jam 06.00 pagi untuk pergi ketempat kerjanya dikawasan Pabrik Kelapa Sawit. Harapan darinya, bahwa semoga tidak ada masalah pekerjaan sampai pensiun atau akhir masa kerja, dan perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) Unit Usaha Tinjowan terus maju.
3. Nama
: Erwinson Simangunson
Umur
: 52 tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Agama
: Kristen
Pendidikan terakhir
: SP di Universitas Asahan
77 Universitas Sumatera Utara
Jabatan/golongan
: Mandor 1 di afd. III-IIA/3
Lama masa kerja
: 32 tahun
Jumlah anak
: 1 laki-laki
Status pekerjaan
: Karyawan pelaksana
Bagian pekerjaan
: Lapangan afdeling III
Bapak Erwin Simangunson dahulu pertama kali melamar di Padang Mantinggi atau dulu disebut Proyek pada tahun 1982. Bekerja sebagai mandor dilapangan menambah ekstra pekerjaan dan jam kerja, mulai kerja jam 06.00 pagi sampai pengangkatan buah TBS dilapangan habis, bisa sampai petang ataupun malam hari. Namun biasanya sampai jam 17.00 sore. Menurutnya kedisiplinan bekerja digambarkan dengan menanamkan rasa memiliki dan jam kerja yang tepat waktu. Pernah mengikuti beberapa pelatihan IHT di kebun Bah Jambi tahun 2003, 2010 dan 2014 ini. Dia menjelaskan bahwa untuk kerjaan dilapangan seperti memanen dan memuat buah itu merupakan pekerjaan karyawan laki-laki (baik BHL ataupun karyawan) dan perempuan lebih ke pekerjaan pemeiliharaan. Dirinya pernah mendapatkan penghargaan mandor 1 terbaik tahun 2007/2008. Sudah bekerja kurang lebih 32 tahun dan mendapatkan jubelium masa kerja. Dan dia sudah terbiasa untuk pekerjaan lapangan yang sesuai dengan pendidikan terakhirnya sarjana Pertanian. Istrinya bekerja sebagai guru dan PNS, jadi anaknya istri yang menanggung. Menurutnya bahwa pekerja atau karyawan perempuan lebih sedikit baik kerjanya dan lebih disiplin sedikit perempuan dari pada karyawan laki-laki. Harapan darinya agar perusahaan lebih maju lagi.
4. Nama
: Sujais Trimulyono
78 Universitas Sumatera Utara
Umur
: 45 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pendidikan terakhir
: SMA 2 Tebing Tinggi
Jabatan/pekerjaan
: Pembantu Krani SDM-IC/0
Lama masa kerja
: 18 tahun
Jumlah anak
: 1 laki-laki
Status pekerjaan
: Karyawan pelaksana
Jenis pekerjaan
: Administrasi SDM dan Umum-feminim
Pak Jais, dahulu pertama kali bekerja menjadi karyawan BHL tahun 1993 kurang lebih selama 3 tahun. Sudah bekerja selama 18 tahun. Sebelum dikantor beliau karyawan atau mandor dilapangan. Jadi, beliau pernah mendapatkan dan mengikuti pelatihan kerja Manajemen Pelatihan Mandor lapangan di kebun Bah Jambi. Gajinya Rp. 1.700.000 perbulan. Dirinya bekerja dilapangan menjadi mandor pemeliharaan dan pindah kekantor SDM tahun 2013 kurang lebih sudah setahun belakangan. Dan dirinya juga menginginkan untuk terus meningkat karirnya agar lebih baik lagi, dengan bekerja secara disiplin dan lain sebagainya bekerja sengan baik-baik. Menurut dirinya karyawan perempuan bekerja lebih teliti dari karyawan laki-laki,lebih ulet dan cekatan.
5. Nama
: Drs. Supriadi
Umur
: 45 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
79 Universitas Sumatera Utara
Pend. Terakhir
: S1-akuntansi, IKIP Medan
Jabatan/Gol. Pekerjaan
: Tenaga pengajar - IIB/3
Riwayat Pekerjaan
: 16 tahun
Jumlah anak
: Dua (laki-laki)
Status pekerjaan
: Karyawan pelaksana
Bagian pekerjaan
: SMP Yapendak
Bapak Supriadi dulu pertama kali melamar tahun 1998, dan mengikuti screaning test (wawancara penerimaan) di PTPN. IV kebun Tinjowan, di SMP Yapendak pada waktu itu. Menurutnya statusnya sebagai guru dan sekaligus karyawan tidak membuat dia kesulitas dalam bekerja,karena pekerjaan sebagai guru IPS sesuai dengan pendidikan terakhirnya. Keluarganya juga mendukung untuk ia bekerja sebagai guru di SMP Yapendak. Dengan penghasilan atau +/- 4.200.000/bulan menurutnya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya,apalagi sekarang ada program sertifikasi guru dari dinas pendidikan yang secara ototomatis menambah penghasilan,ungkapnya. Selain itu mendapatkan fasilitas berupa tanggungan atau untuk menanggung istri dan dua anak yang didiapat dari perkebunan,seperti rumah sakit dan catu. Beberapa hal tersebut sudah memberikan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan keluarganya,dan istrinya juga bekerja sebagai seorang guru. Namun, sebelum menjadi guru dan karyawan di Unit Usaha Tinjowan dahulu pertama kalinya tahun 1995 menjadi guru honor di SMP Yapendak dan baru tahun 1998 mengikuti test menjadi guru karyawan di Unit Usaha Tinjowan sampai saat ini. Karirnya selama ini lebih terfokus pada jabatan atau posisi kerja menjadi seorang guru di SMP Yapendak,yaitu karirnya menjadi guru dan PKS III (pembantu kepada sekolah bidang kesiswaan). Dirinya belum pernah mengalami
80 Universitas Sumatera Utara
pemindahan kerja terkait mobilitas sosial tetapi tetap secara otomatis mengalami kenaikan golongan karyawan yaitu mulai dari pertama golongan I (1998) dan sampai dengan sekarang IIB/3,ungkapnya. Pesan darinya,Semoga perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) lebih dan selalu memperhatikan pendidikan serta tenaga pengajar.
6. Nama
: Tarmidi
Umur
: 48 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pend. Terakhir
: SMA Daerah Sei Bejangkar
Jabatan/gol. pekerjaan
: Karyawan Pengamanan-IC
Lama masa kerja
: 25 tahun
Jumlah anak
: Dua laki-laki
Status pekerjaan
: Karyawan pelaksana
Bagian pekerjaan
: Pengamanan
Pak tarmidi dapat ditemu dipos jaga perbatasan kabupaten antara kabupaten Simalungun dan Batubara (pos jaga palang). Telah bekerja menjadi karyawan kurang lebih 24 tahun. Sebelum menjadi pengaman, pak Tarmidi sebelumnya menjadi karyawan lapangan di afdeling IV kurang lebih selama 2 tahun, dan kemudian menjadi atau kerja dibagian pengamanan. Untuk bagian pekerjaan pengaman, bekerja selama 12 jam kerja 81 Universitas Sumatera Utara
(siang dan malam), dan bergantian shift setelah 3 hari bekerja. Untuk tempat kerja (pos jaga sendiri) terkadang yang dipindak sesuai perintah atasan, terkadang pos jaga diperbatasan, pos kantor dan pos pabrik. Mendapatkan alat set pengamanan setiap karyawan yang bertugas sebagai pengamanan seperti sepatu boots, pentungan, pisau dan alat pengamanan lainnya. Beliau memiliki istri seorang PNS, jadi yang menanggung anaknya adalah istrinya yang bekerja sebagai seorang guru, jadi dirinya hanya menanggung dirinya sendiri. Sebagai pengamanan juga ditandai dengan seragam seorang pengaman saat berjaga. Pernah mengikuti pelatihan sekolah satuan pengamanan (satpam0 di Medan. Untuk semua pekerja lapangan karyawan juga mendapatkan ekstra fooding. Bapak Tarmidi, sangat mencintai pekerjaannya sebagai karyawan, dan juga berharap bisa naik keposisi kerja lain seperti dikantor, namun dia tetap menyukuri apa yang sudah didiapatkannya sekarang. Dan menurutnya, semoga Tinjowan tetap aman selama dia bertugas dan berjaga sebagai petugas karyawan pengamanan di Unit Usaha Tinjowan.
4.2.3 Informan Tambahan (yang mengerti kondisi karyawan Unit Usaha Tinjowan) 4.2.3.1 Assisten SDM dan UMUM Unit Usaha Tinjowan Nama
: Mirvan Ariza SH
Umur
; 28 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pendidikan terakhir
: Sarjana Hukum-USU dan Magister Hukum (S2)
Jabatan/golongan
: Asisten SDM dan Umum-IIIA/4 82 Universitas Sumatera Utara
Riwayat pekerjaan
: 2010-PTPN IV orientasi di RS. Laras,Sei Kopas,Tinjowan (2012)
Bagian pekerjaan
: bagian Sumber Daya Manusia dan Umum
Jumlah anak
: 1 (laki-laki)
Status Pekerjaan
: Karyawan pimpinan
Bapak Mirvan,diumurnya yang masih muda 28 tahun sudah menjabat sebagai assiten SDM dan Umum atau dikatakan sebagai Karyawan Pimpinan Laki-laki di Unit Usaha Tinjowan. Menurutnya, karyawan perempuan dan karyawan laki-laki sama dimatanya, dalam hal perlakuan termasuk hak dan kewajiban. Karena mereka telah diatur peraturannya dan terikat pada Perjanjian Kerja Bersama (PKB), hak-hak dan kewajibankewajiban telah diberikan dan disepakati. Jika adapun perbedaan hanya karena hal kodrati misalnya cuti-cuti terkait yang berurusan dengan masalah pribadi karyawan perempuan (seperti menstruasi dan bersalin), namun untuk kesamaan hak cuti lainnya sama diberikan kepada karyawan perempuan dan laki-laki. Mengenai hal gaji, tunjangan dan tanggungan, tersepakati bahwa karyawan laki-laki selaku kepala rumah tangga yang menanggung anak sebanyak 3 orang dan istri yang tidak bekerja, dengan itu maka karyawan perempuan dianggap lajang dan tidak menanggun batihnya. Namun, ada hal juga karyawan laki-laki dapat dianggap lajang, jika istri bekerja sebagai PNS dan mendapatkan kesempatan untuk menanggung anaknya. Memang syarat dan ketentuan berlaku, namun PKB dibuat berdasarkan atas turunan dari UU NO. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang tertuang dari kementerian tenaga kerja dan transmigrasi republik Indonesia. Perlakuan terkait hak kewajiban telah sama diberikan kepada karyawan perempuan dan laki-laki, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan perlakuan
83 Universitas Sumatera Utara
terkait Gender. Karena karyawan perempuan dan laki-laki disini, memiliki kesempatan yang sama dalam hal karir, gaji yang dilihat dari golongan, posisi kerja yang terdiri dari keryawan pimpinan dan karyawan pelaksana. Dalam hal lainnya, yang kebetulan saja jumlah untuk karyawan laki-laki lebih banyak untuk hal pekerjaan lapangan seperti pekerjaan mandor, memanen, memupukdan pekerjaan lapangan lainnya yang lebih mengutamakan kerja fisik laki-laki, walaupun perempuan juga ada dilapangan tapi tidak kerja dengan fisik untuk memanen buah sawit tersebut. Untuk diposisi kerja seperti bagian kantor, terdapat juga karyawan perempuan dan laki-laki, memang untuk dapat disimpulkan untuk dominasi masih laki-laki. Namun hal itu bukan masalah karena karyawan perempuan telah dipenuhi hakhaknya, fasilitas juga sama diberikan mulai dari rumah, rumah sakit, tunjangan bonus dan THR dan hak-hak lainnya yang juga didapat oleh karyawan laki-laki, ujarnya. Satu hal lagi, bahwa Karyawan perempuan tidak berhak untuk kerja malam, itu juga hal yang membedakan karyawan perempuan dan laki-laki,, namun lembur tetap dihitung sama karyawan perempuan dan laki-laki juga. Menurutnya, selama ini karyawan berkecukupan untuk hidup dengan kategori kalangan ekonomi menengah dengan rata-rata untuk karyawan pelaksana berpenghasilan Rp. 2000.000 perbulannya, mereka juga memiliki kendaraan pribadi masing-masing dan ada juga sudah memiliki mobil pribadi. Usaha lainnya, seperti berdagang untuk istri dirumah yang tidak bekerja, berternak sapi di sore hari, berladang dan kegiatan sampingan lainnya yang dapat menambah penghasilan keluarga. Demikian, para karyawan perempuan dan laki-laki melaksanakan pekerjaannya secara professional dengan proporsi dan job desk yang telah diberikan kepada para karyawan untuk dilaksanakan dan ditanggungjawabi. Untuk saat ini kondisi sosial
84 Universitas Sumatera Utara
karyawan perempuan dan laki-laki dapat kitakan masih loyal dan memiliki loyalitas yang tinggi dalam bekerja tanpa membedakan jenis kelamin dan dapat dikatakan bahwa yang terjadi merupakan keadilan dan kesetaraan gender untu melihat keadaan dan kondisi dari karyawan perempuan dan
laki-laki di PT. Perkebunan Nusantara IV
Unit Usaha
Tinjowan.
4.2.3.2 Ketua SPBUN (basis Tinjowan) Nama
: Pardomuan Sembiring
Umur
: 49 tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Agama
: Islam
Pendidikan terakhir
: SMA daerah Sei Bejangkar
Jabatan/golongan
: Mandor 1 Afd. IV-2A/1
Lama masa kerja
: 23 tahun
Jumlah anak
: 5 (3 laki-laki, 2 Perempuan)
Status Pekerjaan
: Karyawan Pelaksana
Bagian Pekerjaan
: Lapangan afdeling IV
Pak Pardomuan Sembiring merupakan seorang Mandor 1 lapangan di afdeling 4 Unit Usaha Tinjowan dan sekaligus ketua SPBUN Basis Tinjowan. Beliau cukup berpengalaman dibidang pekerjaan lapngan. Sudah bekerja selama 22 tahun dan sekarang sudah berumur 49 tahun. Dirinya sangat mencitai pekerjaan lapangan namun tidak dipungkiri jika ada kesempatan untuk mutasi ke posisi kerja dibagian kantor. Karena sangat berdedikasi dibidang pekerjaan lapngan beliau pernah mendapatkan penghargaan 85 Universitas Sumatera Utara
sebagai Mandor 1 terbaik tahun 2005,2006 dan 2007. Kemudian diangkat menjadi ketua SPBUN basis Tinjowan semenjak tahun 2010 dan semua anggotan SPBUN seluruh Karyawan Perempuan dan laki-laki, baik karyawan pelaksana maupun karyawan pimpinan. Dua hal penting yang menjadi patokan dalam upaya agar mendapatkan penilaian yang baik saat bekerja yaitu, kedisiplinan kerja dan tanggung jawab kerja. Selaku Mandor 1 bekerja jauh lebih ekstra kerja siap siaga selama 24 jam, dan saat dilapangan bekerja sampai semua buah diangkut ke Pabrik untuk diolah. Usaha lain yang dimiliki yaitu berdagang dan berladang. Selain fasilitas rumah yang didiapat sebagai ketua SPBUN juga mendapat fasilitas sepeda motor sebagai transportasi. Hal terpenting lain dalam pekerjaan lapangan seperti kalau karyawan laki-laki lebih ke pekerjaan fisik seperti memanen dan kalau karyawan perempuan lebih ke pekerjaan lapangan seperti pemeliharaan. Memulai karir pertama masuk sampai saat ini dilapangan. Bhl menjadi persyaratan utama dahulu untuk menjadi karyawan. Membuat surat lamaran dan kemudian kurang lebih selama 3 bulan ada panggilan tahun 1992 di afdeling 7 dulu namanya, dan kemudian ditempatkan di afdeling 11 proyek dulu namanya. Selain itu seorang mandor dan ketua SPBUN setidaknya juga mengetahui keseluruhan kondisi sosial dan ekonomi karyawan Unit Usaha Tinjowan.
4.2.3.3 Kepala Desa Tinjowan dan pensiunan karyawan Nama
: Suparman
Umur
: 59 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam 86 Universitas Sumatera Utara
Pendidikan terakhir
: SMA Widyasana Medan jurusan IPA 1976
Jabatan/golongan
: ex.Krani Produksi-IID(terakhir) sekarang Kelapa Desa Tinjowan
Riwayat pekerjaan
: 1977 s/d 2010 (masa kerja karyawan),2008-sekarang Kepdes. Tin
Jumlah anak
: 5 (4 laki-laki dan 1 perempuan)
Status pekerjaan
: Pangulu Nagori Tinjowan dan pensiunan Karyawan pelaksana
Bagian pekerjaan
: ex. Bagian produksi dan kepala desa saat ini.
Pak Suparman merupakan seorang Pensiunan Karyawan bagian produksi, dan sekarang menjabat sebagai seorang Kepala Desa Tinjowan (Pangulu Nagori) Tinjowan, Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten Simalungun. Sudah bekerja dengan masa kerja 33 tahun dan mendapatkan Jubelium 25 tahun dan 30 tahun masa kerja. Sama seperti karyawan biasa lainnya,juga pernah mengalami mobilitas sosial seperti perpindahan posisi kerja. Dirinya pernah pindah ke beberapa posisi kerja seperti di bagian PKS, bengkel listrik, koperasi, lab, dan terakhir dibagian krani pengiriman dan krani 1 produksi. Pindah kebun juga pernah dialaminya dari Kebun Adolina ke kebun Tinjowan. Menjabat seorang kepala desa atau Pangulu Nagori Tinjowan tahun 2008 saat masih menjadi karyawan dan menjabat sampai saat ini tahun 2014. Beliau dahulu pertama kalinya masuk menjadi karyawan melalui test penerimaan seleksi karyawan tahun 1997 di kebun Adolina, dan kemudian pindah ke Kebun Tinjowan dan waktu itu dibagian Pabrik Kelapa Sawit. Beberapa hal yang disampaikan pak Suparman terkait menjadi karyawan yang baik diantaranya, harus bekerja menjadi karyawan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi),disiplin masuk kerja,pakaian dalam bekerja yang sesuai dengan ketentuan dan berlaku dalam perusahan,hal lain terkait dengan keinginan untuk naik jabatan atau posisi kerja seperti menjalin hubungan baik (internal) dengan pimpinan
87 Universitas Sumatera Utara
dan bekerja secara maksimal. Menurutnya, bahwa pekerja atau karyawan perempuan sebaiknya bekerja sesuai dengan pendidikan yang dimiliki agar menciptakan pekerja dan karyawan yang berkualitas untuk perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan.
4.2.3.4 Karyawan Pimpinan Perempuan, Kepala Sekolah SMP Swasta Yapendak Tinjowan Nama
: Yatmi S. Pd
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 55 tahun
Agama
: Islam
Jabatan/Golongan
: Kepala Sekolah SMP Yapendak Tinjowan
Lama masa kerja
: 33 tahun
Bagian Pekerjaan
: SMP Yapendak
Jumlah anak
: 2 (1 laki-laki SMA dan 1 Perempuan S1)
Status Pekerjaan
: Karyawan Pimpinan Perempuan
Ibu Yatmi,menjabat sebagai Kepala Sekolah SMP Yapendak Tinjowan kurang lebih sudah 2 tahun, semenjak awal 2012. Rutinitas dirinya sebagai kepala sekolah dengan jam kerja mulai dari 06.30 pagi sampai 14.20 siang. Dengan menjalan tugas seperti supervisi kelas, melaksanakan laporan bulanan ke dinas pendidikan dan lpj kekantor bagian SDM Unit Usaha Tinjowan,mengadakan rapat bulanan dan kegiatakegiatan yang diwajibkan dinas ataupun dari perusahaan perkebunan PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan. Dan harus menjalankanya sesuai dengan tugas
88 Universitas Sumatera Utara
pokok dan fungsi sebagai karyawan dan guru. Sebagai karyawan pimpinan perempuan dan kepala sekolah dalam pengambilan keputusan juga dengan perasaan sebagai perempuan,namun tetap sesuai dengan koridornya. Sejauh ini masih baik-baik sajar namun,kondisi seperti guru honor bos yang masih jauh dari harapan merupakan beberapa hal yang menjadi perhatian untuk bagian pendidikan. Karena keluarga masih ada yang tinggal di Tebing Tinggi,jadi mengharuskan dirinya setiap libur akhir pekan dan masa libur untuk berkunjung dan pulang kerumah keluarganya. Dirinya sangat mencintai pekerjaannya dan dunia pendidikan. Walau ada jadwal libur sekolah sesuai dengan dinas pendidikan,sebagai karyawan juga hadir kesekolah sekedar memeriksa beberapa keadaan sekolah. Walau dia seorang kepala sekolah SMP Yapendak namun, dia tidak bisa menanggung siapapun,karena dirinya perempuan jadi harus menangung dirinya sendiri. Jadi, dia ada dua sistem yang ada di SMP Yapendak yaitu sistem dari dinas pendidikannya sendiri dan sistem dari PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) Unit Usaha Tinjowan,termasuk tenaga pengajar atau guru juga terbagi atas guru yang sekaligus karyawan perkebunan dan guru honor baik perusahaan dan honor BOS.
4.3
Eksistensi Karyawan Perempuan di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero Unit Usaha Tinjowan. Adapun status sebagai karyawan disini adalah pekerja tetap yang hubungan dan
syarat-syarat kerjanya diatur dalam PKB ini serta mempunyai Nomor Induk Karyawan (NIK) baik untuk karyawan laki-laki dan perempuan. Untuk melihat bagaimana eksistensi karyawan perempuan di Unit Usaha Tinjowan, maka peneliti memiliki beberapa indikator yang dilihat antara lain :
89 Universitas Sumatera Utara
1. Lamanya bekerja karyawan perempuan dari 10 sampai 15 tahun dan atau lebih bekerja menjadi sudah ada yang pernah mendapatkan jubelium masa kerja 25 dan 30 tahun. 2. Peraturan kerja Perempuan dalam Perjanjian Kerja Bersama 3. Penghargaan yang pernah didapat waktu bekerja 4. Kedisiplinan saat bekerja 5. Kesesuaian posisi (jabatan) dan jenis pekerjaan 6. Hak dan kewajiban Lima indikator diatas menjadi patokan dalam interpretasi data penlitian dari penuturan informan penelitian mengenai eksistensi karyawan perempuan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan.
4.3.1 Karyawan Perempuan Dalam Perjanjian Kerja Bersaama (PKB). Adapun Karyawan Perempuan dalam Perjanjian Kerja Bersama mengatur dan berisi peraturan diantaranya sebagai berikut : Karyawan adalah pekerja tetap yang hubungan dan syarat-syarat kerjanya diatur dalam PKB ini serta mempunyai Nomor Induk Karyawan (NIK). Karyawan perempuan dapat dipekerjakan malam hari sampai jam 22.00 dan setelah jam 22.00 sampai jam 05.00 pagi hanya dapat dipekerjakan setelah ada izin dispensasi dari DISNAKERTRANS dan pemberitahuan terlebih dahulu secara tertulis kepada Basis SPBUN dimana karyawan tersebut melakukan pekerjaan. Namun,selama ini di Unit Usaha Tinjowan karyawan perempuan tidak pernah bekerja dimalam hari. Apalagi untuk pekerjaan yang memiliki shift kerja siang dan
90 Universitas Sumatera Utara
malam,seperti bagian pabrik dan pengamanan dilapangan,tidak ada karyawan perempuan dibagian tersebut. Jika adapun terkecuali karyawan perempuan yang bekerja dibagian kantor untuk menyelesaikan lembur pekerjaannya jika ada audit pekerjaan dan laporan akhir bulanan,mereka menyelesaikan pekerjaannya sampai atau dimalam hari.
4.3.2
Pasal 43 Karyawan Perempuan sebagai Kepala Keluarga
Ayat 1 Seorang karyawan perempuan diperlakukan sebagai kepala keluarga apabila : a. Yang bersangkutan berstatus janda karena suaminya meninggal dunia dan mempunyai tanggungan anak. b. Suami tidak mampu mencari nafkah akibat keadaan jasmani dan atau rohani, hl ini harus dibuktikan dengan surat keterangan dokter perusahaan dan surat keterangan tidak berpenghasilan dari pejabat pemerintah setempat. c. Yang bersangkutan berstatus janda karena perceraian dan berdasarkan putusan pengadilan anaknya menjadi tanggungan.
Ayat 2 Karyawan perempuan yang bersattus sebagai kepala keluarga menerima gaji poko,tunjangan,santunan sosial dan penerimaan-penerimaan yang berlaku bagi karyawan dengan status kawin. Ayat 3 Ketentuan pada ayat 1 a dan c dan ayat 2 pasal ini akan gugur dengan sendirinya bila yang bersangkutan menikah lagi. Hal ini ditambahkan oleh bapak Pardomuan S. (49 tahun) Selaku ketua SPBUN Basis Tinjowan sebagai berikut :
91 Universitas Sumatera Utara
“...apabila suami tidak mampu bekerja dan cacat,ada beberapa pengalihan tanggungan jika suami meninggal dunia tanggungan dialihkan keistri,dengan status suami-istri bekerja sebagai karyawan.” Gaji pokok para karyawan perempuan dan laki-laki disesuaikan dengan golongan yang diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama. Karyawan perempuan menjadi pilihan pekerjaan sebagai perempuan dan seorang istri dari suami yang bekerja sebagai karyawan maupun tidak. Mereka bekerja dengan maksimal,karena perlindungan terhadap karyawan perempuan telah diberikan termasuk hak dan kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan dalam PKB tersebut. Dengan demikian para karyawan perempuan berusaha untuk bagaimana bertanggung jawab akan pekerjaan yang telah menjadi pilihannya. Di Unit Usaha Tinjowan sendiri,untuk masalah dalam kesalahan kerja masih minim terjadinya,karena para karyawan tahu bahwa sekarang ini mereka harus tetap mensyukuri pekerjaan menjadi karyawan apalagi sekarang ini untuk menjadi seorang karyawan sungguh tidaklah mudah. Seleksi demi seleksi,dan tahapan demi tahapan dari bawah harus dijalani. Misalnya karyawan laki-laki,semua dulu dari bawah dari dilapangan bekerja sebagai pemanen buah sawit hingga mereka mengalami mobilitas sosial horizontal ke tempat laing,yang mungkin tempat kerja karyawan yang sekarang lebih enak dari sebelumnya. Seperti dari lapangan kekantor semua karyawan menginginkannya. Naik keposisi yang lebi enak lagi posisi kerjanya. Hal ini kemudian menjadi alasan karyawan untuk bekerja dengan giat sesuai dengan tugas pokok dan fungsi mereka dalam bagian pekerjaan mereka masing-masing di Unit Usaha Tinjowan. SPBUN juga telah memberikan semua hak-hak terkait perlindungan yang mendasar untuk para karyawan yang telah diutarakan dalam Perjanjian Kerja Bersama tersebut. Dengan demikian para karyawan harus mematuhinya. 92 Universitas Sumatera Utara
4.3.3 Penghargaan Terhadap Karyawan Perempuan. Adapan dalam penelitian ini terlihat bahwa untuk batas usia pensiun karyawan untuk karyawan pelaksana (golongan IA sampai IID) umur 55 tahun dan untuk karyawan pimpinan (golongan IIIA sampai IVD) umur 56 tahun dengan lama masa kerja setiap karyawan perempuan dan laki-laki yang berbeda-beda. Penghargaan masa kerja (pengabdian) dalam hal ini Jubelium masa kerja 25 tahun, 30 tahun dan 35 tahun. Selain masa kerja juga ada penghargaan lain yang didapat oleh karyawan perempuan. Menurut Ibu Jemina boru Samosir (54), “penghargaannya gak cuma jubelium aja nak,ada penilaian lain yang didapat seperti ibu pernah mendapatkan penghargaan guru TK Teladan tahun 1987dan Ratu kebaya juara 1 tahun 1993 dan juara 2 untuk tingkat kabupaten. Jadi kita sambil kerja juga penilaian lainnya ditengok sama pimpinan kita,yang penting tidak mengganggu fokus kerja kita nak.” (wawancara dikantor SDM,Jum’at 16 mei 2014,10.00 WIB)
Dari penuturan Ibu Jemina diatas merupakan beberapa bentuk atau hal yang terkait penghargaan dari penilaian-penilaian yang didapat oleh karyawan perempuan saat bekerja. Penghargaan seperti guru teladan,mandor terbaik dan beberapa pengharagaan lain menjadi kepuasan tersendiri untuk para informan agar semangat dalam bekerja tanpa mengindahkan kedisiplinan,berarti sambil bekerja juga bisa berprestasi. Karyawan perempuan dan laki-laki dapat kesempatan yang sama untuk meraih prestasi atau pekerjaan baik dibidang pekerjaannya atau dalam hal penilaian sikap atau attitude saat bekerja. Misal penghargaan untuk guru teladan diterapkan untuk guru karyawan perempuan dan laki-laki yang dibidang pekerjaan pendidik baik,dan kebetulan untuk di sekolah TK gurunya perempuan. Untuk karyawan laki-laki dilapangan misalnya mendapat penghargaan sebagai mandor terbaik dilapangan. 93 Universitas Sumatera Utara
Menjalin hubungan baik juga menjadi penilian tersendiri pimpinan kepada karyawan laki-laki dan perempuan dalam hal karir karyawan tersebut. Misalnya penilaian untuk promosi jabatan yang diambil oleh pimpinan sesuai dengan rekomendasi penilaian pribadi sang pimpinan. Menurut bapak Suparman (59th), orang yang pernah menjadi karyawan atau pensiunan karyawan : “pendekatan dengan pimpinan secara internal juga bisa jadi upaya nak untuk karir jadi karyawan untuk naik pangkat,yah persaingan secara sehat kan tidak salah jika kita menjalin hubungan dan pendekatan yang baik sama pimpinan kita.” (kediaman beliau,rabu 14 mei 2014,20.00 WIB)
Karyawan perempuan dan laki-laki sama dalam kesempatan tersebut tidak ada perbedaan untuk mendapatkan penilaian dari pimpinan dalam kepentingan naik posisi jabatan dan karir karyawan maka baik karyawan perempuan dan karyawan laki-laki harus tetap menjaga attitude yang baik saat bekerja. Agar dinilai oleh pimpinan ada nilai tersendiri baginya. Hal-hal tersebut dilakukan bila adanya kesempatan untuk naik posisi jabatan ke yang lebih baik lagi. Selain memang ada kriteria khusus dalam penilaian seperti pendidikan, hal-hal kecil lainnya seperti sikap dan perilaku dalam bekerja juga bisa menjadi rekomendasi bagi pimpinan dalam hal melakukan penilian kepada karyawan. Seperti yang dituturkan ibu Sri Rezeki Boru Sinaga (49tahun) : “selain memang lagi ada kesempatannya dek,selain itu punya pendidikan. Umur kita,kemampuan dan skill kita juga biasanya dinilai menjadi rekomendasi para pimpinan untuk kita bisa naik. Misalnya dek,semua orang juga ngarep bisa naik tapi rupanya umurnya udah gak bisa udah gitu pendidikan juga gak ada jadi kesmepatannya sia-sia dek. Kalo dibilang pengen yah pengennlah naik.” (dilapangan Afd. IV,rabu 21 Mei 2014,11.00 WIB)
94 Universitas Sumatera Utara
4.3.4 Kedisiplinan Kerja Karyawan Perempuan Adapaun kedisiplinan saat bekerja karyawan yang terkait dan termasuk juga hak dan kewajiban para karyawan laki-laki dan perempuan,karyawan pelaksana dan pimpinan lebih banyak diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama per periode untuk disepakati dan dilaksanakan bersama antara karyawan baik perempuan dan laki-laki,karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana, perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IV Persero dan SPBUN (Serikat Pekerja perkeBUNan) untuk kepentingan kemajuan perusahaan dan tidak ada yang dirugikan dalam hal pelaksaan kerja,hak,kewajiban dan tanggung jawab masingmasing karyawan. Misalnya untuk jam kerja kantor para karyawan yaitu, masuk pagi jam 06.30 pagi, istirahat (wolon) jam 09.30 sampai 10.30 selama satu jam, dan pulang kerja normal jam 15.00 Wib sore diluar jam lembur kerja. Setiap hari kerja dari senin sampai sabtu kecuali hari libur. Untuk pakaian atau seragam karyawan perempuan dan lakilaki,karyawan pelaksana dan pimpinan sesuai dengan peraturan yang diberlakukan. Seperti yang diungkapkan bapak Mirvan Ariza (28th),selaku asisten SDM dan Umum Unit Usaha Tinjowan : “sesuai surat edaran pakaian untuk karyawan yaitu senin dan rabu baju atau kemeja putih dan celana berwarna gelap atau hitam,untuk selasa dan kamis pakaian dinas harian (pdh) yang berwarna coklat seragam yang juga dapat dibagi ke karyawan berupa bakal baju,dan untuk hari jum’at batik dan hari sabtu bebas dan rapi,itu untuk pakaian. Kalo jam kerja hari jum’at sampai jam 12.00 siang jam kantor dan hari sabtu sampai jam 13.00 WIB siang. Kalo senin sampai kamis jam kerja kantor sampai jam 15.00 WIB” Hal ini juga ditambahkan oleh ibu Emna,bahwasannya kedisiplinan kerja : “...semua karyawan harus patuh nak,gak yg perempuan dan lakilaki,tapi disini kayaknya semua baik-baik gak banyak yang macemmacem,karena kalopun mereka membuat kesalahan atau bertingkah kan resikonya juga ada,jadi mereka harus disiplin kuncinya,masalah sergam,jam kerja,dan yang lain mereka juga tahu untuk dikerjakan peraturannya.” 95 Universitas Sumatera Utara
Kedisiplinan kerja,hak dan kewajiban para karyawan secara umum terkait jam kerja dan kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan misalnya kedisiplinan waktu bekerja,hak karyawan terkait dengan sistem penggajian yang disesuaikan golongan karyawan dan fasilitas seperti rumah,dan pelayanan kesehatan dan pendidikan,tunjangan karyawan dan hak-hak karyawan lainnya yang sudah diatur dalam PKB. Hal lainnya mengenai pakaian atau seragam,jam kerja karyawan sudah diatur melalui surat edaran dan sudah menjadi peraturan yang harus disepakati untuk dilaksanakan bersama oleh karyawan perempuan dan laki-laki,karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana untuk baik pekerjaan bagian kantor dan dilapangan di Unit Usaha Tinjowan.
4.3.5 Kesesuaian Posisi (Jabatan) Dan Jenis Pekerjaan Karyawan. Peneliti membagi jenis pekerjaan menjadi dua yaitu, Feminim dan Maskulin. Namun,tidak bermaksud membaginya secara jenis kelamin. Karena di Unit Usaha Tinjowan bisa saja pekerjaan yang biasa dilakukan dan diperuntukan untuk perempuan seperti bagian administrasi bisa dikerjakan oleh orang laki-laki,dan misalnya pekerjaan dilapangan yang biasanya dikerjakan oleh orang laki-laki ada yang mandor dilapangan adalah orang perempuan. Kesusaian posisi (jabatan) kerja karyawan dan jenis pekerjaan disesuaikan dengan kemampuan pendidikan dan keahlian,umur dan kesempatan karir yang biasanya menjadi rekomendasi dalam penilaian setiap karyawan pelaksana perempuan dan laki-laki yang dilakukan karyawan pimpinan untuk kesempatan karir setiap karyawan. Menurut penuturan bapak assisten SDM dan Umum Unit Usaha Tinjowan untuk penerimaan karyawan juga sifatnya terbuka untuk karyawan perempuan dan laki-laki. Berikut penuturannya : 96 Universitas Sumatera Utara
“untuk sistem perekrutan kita terbuka untuk semua jenis kelamin. Misalnya tamatan SMA untuk laki-laki bisa jadi BHL dahulu,kemudian tamatan S1 untuk direkomendasikan ke kantor pusat untuk menjatuhkan lamaran menjadi karyawan pimpinan. Intinya terbuka untuk semua jenis kelamin dan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Seperti keahliannya dibidang komputer dan keteknikan (STM atau SMK).” (Mirvan Ariza,28 tahun)
Namun, semua penerimaan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan dan untuk laki-laki tamatan SMA minimal bisa menjadi BHL (buruh harian lepas dilapangan) untuk pekerjaan memanen dan umur minimal 18 tahun dan maksimal 35 tahun. Untuk perempuan yang memiliki ijazah S1 bisa direkomendasikan untuk melamar ke kantor Pusat PT. Perkebunana Nusantara IV (persero) di Medan. Ditambahkan oleh bapak Pardomuan Sembiring (49 tahun) selaku Ketua SPBun basis Tinjowan : “semenjak tahun 1996 penerimaan untuk karyawan perempuan terakhir tidak ada untuk karyawan pelaksana dikebon ini. Sebagian tenaga wanita didatangkan dari pemutasian kebun lain akibat konversi tanaman misalnya dari coklat ke tanaman kelapa sawit jadi sebagian besar ditempatkan disini karena kebutuhan tenaga dilapangan pada waktu itu.” Ditambahkan oleh ibu Juliana ambarita,bahwasannya: ‘...kalo saya memang sesuai,walaupun dulu masih dilapangan kan saya juga belajar mengenai Ilmu pengetahuan alam,jadi tidak susah untuk diaplikan kepekerjaan saya dek yang sekarang. Kalo sekarang sayanng tinggal meuangkannnya dalam pengajaran. Jadi sesuailah dasar pendidikan saya sama pekerjaan saya yang sekarang”. Adapun penyesuaikan jenis pekerjaan karyawan sesuai dengan feminin dan maskulin bukan sekedar melihatnya dari jenis kelamin laki-laki atau perempuan,sebagai berikut : untuk pekerjaan dibidang administrasi,tata usaha,keuangan dan guru yang
97 Universitas Sumatera Utara
bekerja diruang kantor bagian dikategorikan sebagai jenis pekerjaan Feminim,dan semua pekerjaan karyawan dilapangan dikategorikan pekerjaan Maskulin. Selama ini anggapan bahwa perempuan hanya bisa bekerja didalam rumah atau wilayah domestik,setelah mereka masuk kedunia pekerjaan diperkebunan mereka juga bisa bekerja di lapangan melakukan pekerjaan maskulin seperti yang biasa dilakukan laki-laki,selain ini perempuan juga perpanjangan tangan dari pekerjaan domestik seperti merawat dan bagian administrasi dikantor yang lebih feminim. Dalam hal ini karyawan perempuan bekerja baik secara feminim seperti karyawan dibagian administrasi,perawat kesehatan di rumah sakit dan tenaga pengajar di SMP Yapendak,selain itu pekerjaan maskulin karyawan perempuan lakukan untuk mereka yang bekerja di bagian lapangan di afdeling-afdeling Unit Usaha Tinjowan. Kemudian para karyawan laki-laki juga bekerja secara feminim untuk mereka yang bekerja menjadi karyawan dibagian administrasi (di kantor),karyawan laki-laki juga mengerjakan pekerjaan seperti dilakukan perempuan yang mengurusi bagian pengarsipan dan atau administrasi. Jadi tidak ada masalah pendominasian walaupun jumlah karyawan yang berjenis kelamin laki-laki pun lebih banyak jumlahnya dari pada karyawan perempuan. Dan hal tersebut,tidak menjadi permasalahan dan karyawan perempuan juga mensyukuri pekerjaan walaupun pekerjaan mereka dilapangan,pekerjaan yang biasa dilakukan laki-laki. Ibu Chandra Utami mengtakan bahwa: “kami menyukuri kami udah bisa jadi karyawan,karena sekarang mau menjadi karyawan susah dek. Apalagi saingan yang ketat. Kalau dulu memang kekurangan dan dibutuhkan banyak, jadi apa yang jadi sekarang kami syukuri dan nikmati jadi karyawan di Kebun Tinjowan ini.” (Wawancara di SMP yapendak) Kemudian ditambahkan oleh bapak Supian ;
98 Universitas Sumatera Utara
“disini karyawan semua pasti mensyukuri mereka udah jadi karyawan,yang saya dulu tetap dari bawah saya dilapangan beberapa tahun kerja memanen sawit,dan sampai sekarang saya bekerja dikantor. Memang dulu susah dan sekarrang dinikmatilah pekerjaan. Sama saja,kan kita kerja tidak selamanya enak bang,apalagi kerja dikebun jadi karyawan semua orang pasti menginginkannya.kalopun sekarang susah masuknya.”
4.3.6 Loyalitas Kerja Karyawan Perempuan Adapun Loyalitas kerja karyawan bisa dapat dikatakan baik dilihat dari minimnya kesalahan yang terjadi dan dilakukan karyawan saat bekerja. Tanggung jawab akan resiko masih dipegang teguh sama para karyawan perempuan dan laki-laki,pelaksana dan pimpinan setiap melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan proporsinya masing-masing. Kalau adapun kesalahan tapi dalam bentuk kecil dan resikonya pun kecil,dan tidak begitu menimbulkan kerugian yanng berari bagi perusahaan. Namun demikian para karyawan tetap bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab agar loyalitas bekerjanya pun meningkat. Hal lain terkait loyalitas kerja karena patokan upah atau gaji para karyawan berdasarkan golongan,jadi walau bagaimanapun itu otomatis terjadi pada para karyawan namun agar kenaikan tersebut dapat berjalan mulus dan sesuai dengan target pencapaian maka para karyawan harus bekerja dengan maksimal dan sebaik-baiknya. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Mirvan Ariza (28 tahun) selaku assisten SDM dan Umum Unit Usaha Tinjowan,sebagai berikut : “...kalo karyawan diunit usaha Tinjowan ini,bisa dikatakan baik loyalitas bekerjanya dari pada jika harus dibandingkan dengan unit usaha lainnya..”
99 Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian para karyawan di Unit Usaha Tinjowan bekerja sesuai dengan bidang pekerjaannya,baik perempuan dan laki-laki dan sudah diatur perbagian kerjanya tersebut. Misalnya,pada bagian SDM dan Umum ada beberapa bidang pekerjaan,bagian tenaga kerja dan tanggungan,koordinasi surat menyurat keluar dan amsuk setiap hari,membuat laporan iuran jamsostek dan dapenbum,penggajian,pengarsipan,dan pekerjaan SDM dan Umum lainnya. Hanya bagian kerja dilapangan yang sedikit terlihat kontras untuk pekerjaan lakilaki dan perempuan,misalnya untuk karyawan perempuan tidak untuk pekerjaan fisik seperti memanen hanya untuk pekerjaan pemeliharaan tanaman. Kalau dibagian kantor dan administrasi pekerjaan karyawan perempuan dan laki-laki sama yaitu berhubungan dengan pengarsipan,adiministrasi dan tata usaha. Untuk dipabrik tidak ada pekerja karyawan perempuan,dan karyawan perempuan tidak dipekerjakan untuk malam hari lain hal kerja tambahan seperti lembur. Seperti yang diuangkapkan oleh bapak Pardomuan S. (49 tahun) Selaku ketua SPBUN Basis Tinjowan dan Mandor 1 di afdeling IV,sebagai berikut : “...kebetulan dan biasanya kalo perempuan itu kerjanya dibagian kantor dan kalo pun dilapangan dia dibagian pemeliharaan tanaman biasanya...”
Untuk perbedaan lainnya dalam hal tanggungan,bahwa perempuan tidak dapat menanggung dia hanya menanggung dirinya sendiri untuk karyawan perempuan. Ada syarat dan ketentuan yangg diberlakukan perusahaan untuk karyawan perempuan yang dapat menanggung,dengan alasan pokok seperti suami cacat tidak bisa bekerja dan adanya surat keterangan dari pemerintahan setempat. Namun selama ini,hanya baru
100 Universitas Sumatera Utara
beberapa karyawan perempuan yang seperti itu,dan kebetulan karyawan disini suami-istri ada yang bekerja jadi karyawan istilahnya dua batu. Hal tersebut menentukan bahwa jika suami-istri bekerja menjadi karyawan,suami menanggung anak dan istrinya menanggung dirinya sendiri. Lain hal lagi jika suami karyawan dan istri bekerja sebagai PNS maka,suami akan menanggung dirinya sendiri,dan anak akan istri yang menanggung. Seperti penuturan ibu Chandra (53 tahun) guru SMP Yapendak Tinjowan sebagai berikut: “...suami saya bekerja sebagai wiraswasta,saya tidak dapat menanggungnya dan anak saya. Saya hanya dianggap lajang dan menanggung diri saya sendiri. Yah,harapannya kalo bisa menanggung pinomat anaklah,apalagi untuk istri-istri yang bekerja tapi suaminya diswasta setidaknyakan meringankan beban. Tapi semua tetap telah saya syukuri alhamdulillah...”
Ditambahkan oleh penuturan ibu Mestika Hani (53 tahun) perawat di RS. Tinjowan : “...kalau kami karyawan perempuan disini itu dianggap lajang. Tidak bisa nanggung siapa-siapa. Kalo suami yang karyawan dia bisa nanggung anak dan istrinya. Jadi anak saya tanggung jawab suami,orang sayang tidak dapat menanggunggnya..” Ibu Yatmi (55 tahun) selaku kepala sekolah Yapendak menambahkan bahwa : “...karyawan perempuan dan saya memang tidak bisa menanggung suami dan anak dan suamilah yang bertanggung jawab akan anak. Tapi kita tetap bekerja sama dan berkoordinasi dengan baik tidak mempersalahkan siapa yang menanggung ini dan itu. Kerja sama yang baiklah yang harus dilakukan...” Sebenarnya bukan dan tidak perlu mempermasalahkan tanggungan dan siapa yang akan menanggung untuk bertanggung jawab untuk anak dan keluarga. Pilihan kerja menjadi karyawan perempuan dengan ketentuan tersebut seharusnya sudah dibicarakan terhadap suami selaku kepala rumah tangga,dan bekerja sama merupaka solusi dan upaya agar anak menjadi tanggungan bersama. Walaupun demikian maka suami dari istri yang
101 Universitas Sumatera Utara
tidak bekerja sebagai karyawan harus bertanggung jawab dengan bekerja sama dengan istri yang menjadi karyawan perempuan agar terciptanya harmonisasi keluarga. Karyawan perempuan yang suaminya tidak bekerja sebagai karyawan biasanya bekerja sebagai PNS,wiraswasta atau berdagang dan bekerja lainnya. Dan demikian sebaliknya jika suami bekerja sebagai karyawan ada istri mereka yang bekerja sebagai PNS,maka dialah sebagai istri yang menanggung anaknya dan suami menanggung dirinya sendiri sebagai karyawan,ada yang berdagang dan wiraswasta dan sebagian besar sebagai ibu rumah tangga dan mengurus anak-anaknya. Seperti diungkapkan bapak Tarmidi (48th) karyawan bagian pengamanan,yang istrinya bekerja sebagai Guru dan PNS : “...tanggungan saya tidak ada. Istri saya yang menanggung dua anak saya karena dia guru PNS. Saya dianggap lajang,jadi karyawan.” Hal serupa juga pada bapak Erwin Simangunsong juga,tidak menanggung karena istrinya menjadi seorang guru dan PNS. Alasan tersebut karena karyawan laki-laki tidak menanggung istri dan anaknya jika sang istri mendapatkan tanggungan dari pekerjaannya seperti PNS,maka dari itu karyawan laki-laki tersebut dianggap lajang dan tidak dapat menanggung anak dan istri. Ringkasan penjelasannya sebagai berikut :
1. Suami sebagai karyawan dan istri tidak bekerja,menanggung anak sebanyak 3 orang dan seorang istri 2. Suami sebagai karyawan dan tidak menanggung anak dan istri,jika istri bekerja dan mendapatkan tanggungan. Jadi anak yang menanggung adalah istri
102 Universitas Sumatera Utara
3. Istri sebagai karyawan dan tidak dapat menanggung suami dan anak,diangap lajang sebagai karyawan perempuan. 4. Istri sebagai karyawan dan dapat menanggung diatur dalam PKB,dengan syarat dan ketentuan yang diberlakukna PT. Perkebunan Nusantara IBV (persero) Unit Usaha Tinjowan. 5. Suami-dan istri bekerja sebagai karyawan,maka suami sebagai karyawan laki-laki yang menanggung anak,dan istrinya sebagai karyawan perempuan menanggung dirinya sendiri atau dianggap lajang.
Penjelasan informan karyawan perempuan informan 1 sampai dengan informan 6 merupakan karyawan perempuan yang menanggung dirinya sendiri. Sebagai berikut ; Informan 1 Ibu Jemina S. 54 tahun : mengambil alih tanggungan suami. single parent (janda). Suami karyawan pensiun meninggal dunia. Informan 2 Ibu Mestika Hani, 52 tahun : menanggung dirinya sendiri. Suami wiraswasta. Informan 3 Ibu Juliana Ambarita, 46 tahun : menanggung dirinya sendiri. Suami karyawan. Informan 4 Ibu Emna, 53 tahun : menanggung dirinya sendiri. (janda) suami karyawan pensiun meninggal dunia Informan 5 Ibu Sri Rezeki,49 tahun : menanggung diri sendiri. Suami karyawan Informan 6 ibu Chandra Utami,53 tahun : menanggung dirinya sendiri. Suami wiraswasta. Informan karyawan laki-laki dan sistem tanggungan : Informan 7, Bapak dr. Supriadi : menanggung diri sendiri. Istri Guru (PNS)
103 Universitas Sumatera Utara
Informan 8, Bapak Supian : menanggung istri dan anaknya. ITB Informan 9, Bapak Suyono : menanggung istri dan anaknya. ITB Informan 10, Bapak Tarmidi : menanggung diri sendiri. Istri guru (PNS) Informan 11, Bapak Erwinson S : menanggung diri sendiri. Istri Guru (PNS) Informan 12, Bapak Sujais : menanggung anak dan istrinya. ITB. Intinya ada karyawan perempuan yang tidak dapat menanggung dan dianggap lajang,dan begitu juga ada karyawan laki-laki yang tidak menanggung karena istrinya bekerja sebagai PNS anak ditanggung istri.
4.3.7 Klasifikasi Informan Karyawan. Informan
Berdasarkan
Indikator
Eksistensi
Lama bekerja
Pretasi yg
Pelatihan yg
Kesalahan dan
Jenis
karyawan
pernah diraih
pernah diikuti
sanksi saat bekerja
pekerjaan
Belum pernah
Tidak
Feminim
Pelatihan
Tidak
Feminim
Karyawan Perempuan 1
34 tahun
Guru teladan (1987)
2
36 tahun
Belum
perawat gigi (1981) 3
17 tahun
Belum
Belum
Tidak
Fenimim
4
34 tahun
Sertifikat KB
Penataran P4
Tidak
Feminim
(1998)
(1981)
Belum
Pelatihan
Tidak
Maskulin
5
25 tahun
mandor setiap tahun
104 Universitas Sumatera Utara
6
17 tahun
Sertifikasi
Pelatihan guru
Tidak
Feminim
guru
didikjar
Tidak
Feminim
Tidak
Feminim
Tidak
Tidak
Feminim
Pelatihan
Tidak
Maskulin
Tidak
Maskulin
Tidak
Feminim
Karyawan laki-laki 7
8
16 tahun
17 tahun
Sertifikasi
Pelatihan KBK
guru (2002)
(2002)
Belum
Pelatihan GPS (2008)
9
30 tahun
Jubelium 25 tahun kerja (2009)
10
24 tahun
Belum
pengamanan (2005) 11
32 tahun
Mandor
Pelatihan IHT
terbaik (2007-
(2003,10,14)
2008) 12
18 tahun
Belum
Manajemen pelatihan mandor (2010)
Semua pekerjaan bisa dilakukan oleh karyawan perempuan dan laki-laki sesuai dengan proporsi kerja dan tugas mereka masing-masing per bagian kerja atau bidang kerja dan tidak mempermasalahkan jenis kelamin para karyawan laki-laki atau perempuan,yang penting bekerja professional untuk perusahaan Unit Usaha Tinjowan.
105 Universitas Sumatera Utara
4.4
Mobilitas Sosial Karyawan Perempuan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan. Adapun dalam hasil penelitian ini,mobilitas sosial karyawan perempuan di Unit
Usaha Tinjowan membentuk dua jenis mobilitas sosial, yaitu dalam bentuk mobilitas sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal yang terjadi dan dialami oleh karyawan laki-laki dan perempuan dan status pekerjaannya sebagai karyawan pelaksana di PT. Perkebunan nusantara IV (persero) Unit Usaha Tinjowan. Mobilitas sosial karyawan perempuan disebabkan karena adanya kesempatan karir bagi para karyawan dan kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan oleh perusahaan perbagian pekerjaan,baik dilapangan maupun dikantor. Kesempatannya tersebut bersifat terbuka,dengan indikator penilaian seperti kedisiplinan kerja karyawan,perilaku kerja karyawan,pendidikan atau keahlian dan keterampilan yang dimiliki karyawan dan juga faktor umur para karyawar. Umur menjadi patokan demi kebaikan kinerja karyawan,karena untuk batas sendiri telah diatur untuk masa pensiun kerja pada umur 55 tahun untuk kalangan karyawan pelaksana baik laki-laki dan perempuan.
4.4.1 Mobilitas Sosial Vertikal Naik Karyawan Mobilitas sosial vertikal naik karyawan terlihat dengan adanya atau terjadinya kenaikan golongan karyawan yang dimiliki oleh semua karyawan,kesempatan untuk kenaikan golongan sama antara karyawan perempuan dan karyawan laki-laki,karyawan pelaksana dan karyawan pimpinan. Kenaikan golongan karyawan dimulai dari IA sampai dengan IID untuk karyawan pelaksana dan IIIA sampai dengan IVD untuk golongan karyawan pimpinan. Kenaikan tersebut secara otomatis berdasarkan skala per golongan
106 Universitas Sumatera Utara
biasa disebutnya. Jadi,semua karyawan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan secara otomatis mengalami kenaikan golongan sebagai mobilitas sosial vertikal naik karyawan. Selain mobilitas sosial vertikal naik karyawan,mobilitas sosial vertikal naik lainnya dalam bentuk kenaikan pangkat dari karyawan pelaksana ke karyawan pimpinan misalnya yang dialami oleh Ibu Yatmi selaku kepala sekolah SMP Yapendak Tinjowan yang dahulunya merupakan seorang guru karyawan perempuan biasa,namun disini tidak ditemukan karena untuk kalangan karyawan pelaksana perempuan. Untuk mobilitas sosial vertikal turun kartyawan perempuan juga tidak diketemukan. Secara tidak langsung karyawan hanya mengalami mobilitas sosial vertikal naik terkait dengan kenaikan golongan karyawan. Seperti yang diutarakan bapak Mirvan Ariza (28th), selaku asisten SDM dan UMUM Unit Usaha Tinjowan : “kalo mengenai kenaikan golongan karyawan diatur dalam PKB. Disitu tergambar komposisi skala dan gaji poko karyawan pergolongannya dalam bentuk tabel dan skala golongan. Untuk mengenai kesempatan karir kayak pemindahan kerja dan posisi kerja karyawan itu sebenarnya disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan dan bagian kerja tertentu.” Mobilitas sosial vertikal naik pada karyawan terjadi sesuai dengan kebutuhan pada posisi atau bagian kerja di Unit Usaha Tinjowan. Kemudian para karyawan memenuhi persyaratan kenaikan tersebut sebagai tanggung jawab dan kewajiban mereka sebagai karyawan,dan secara otomatis hak mereka akan disesuaikan dengan kenaikan karir,kalau naik golongan karyawan maka secara otomatis dalam skala golongan karyawan gaji pokok pun akan meningkat sesuai dengan syarat dan ketentuan yang diberlakukan karyawan di Unit Usaha Tinjowan.
107 Universitas Sumatera Utara
Hal terbaru yang ditemukan dalam mobilitas sosial vertikal naik karyawan,yaitu kenaikan posisi kerja dan karir namun harus pindah tempat dan posisi kerja untuk kenaikkan tersebut. Misalnya hal yang terjadi pada Ibu Yatmi selaku guru SMP Yapendak yang dulunya hanya guru biasa ditempat atau posisi kebun lain atau di SMP Yapendak dari kebun lain dan sekarang menjadi Kepala Sekolah SMP Yapendak Tinjowan dan merupakan kesempatan karir untuk karyawan perempuan yang bekerja dibidang pendidikan sebagai tenaga pengajar atau guru di SMP Yapendak Tinjowan. Ungkapan Ibu Yatmi selaku Kepala Sekolah SMP Yapendak Tinjowan : “...ibu sebelum jadi kepala sekolah di Yapendak Tinjowan ibu juga guru biasa dan juga karyawan di kebun lain,dulu sebelum di Tinjowan ibu dari Bah Butong juga kepala sekolah,di kebun Pabatu ibu juga kepala sekolah. Waktu masih di Pabatu guru dan naik jadi kepala sekolah di SMP Yapendak Pabatu dulunya guru ngajar keterampilan,aksara arab melayu,dan kesenian,ipa juga.”
Penjelasan selengkapnya mobilitas sosial vertikal naik karyawan perempuan yang terjadi sama ibu Yatmi,yaitu pada tahun 1982 kebun Tinjowan sebagai guru keterampilan dan guru PSPB, tahun 1988 kebun pabatu sebagai guru keterampilan,aksara arab melayu dan biologi atau IPA. Kemudian mengalami kenaikan menjadi Kepala Sekolah SMP Yapendak Pabatu pada tahun 2008,dan pada tahun 2009 pindah kekebun Bah Butong,dan tahun 2012 lalu pindah ke Unit Usaha Tinjowan menjadi Kepala Sekolah SMP Yapendak Tinjowan sampai saat ini, kemudian bahwasannya ibu Yatmi mengalami Mobilitas Sosial Vertikal Naik dan sekaligus mobilitas sosial horizontal untuk pindah tempat kerja dari Kebun Bah Butong ke Unit Usaha Tinjowan,walau tetap sebagai kepala sekolah SMP Yapendak dan sekaligus karyawan perempuan pimpinan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan.
108 Universitas Sumatera Utara
Selain Ibu Yatmi,karyawan perempuan yang “akan” mengalami kenaikan posisi kerja dan jabatan dari guru menjadi kepala sekolah SMP Yapendak akan terjadi pada ibu Chandra Utami yang akrab disapa oleh anak didiknya ibu CH ini,beliau akan mengalami hal yang sama seperti ibu Yatmi dan pindah ke kebun Ajamu dan menjadi kepala sekolah disana namun masih dalam proses dan mudah-mudahan terjadi karena menjadi salah satu harapannya juga. Penuturan dari ibu Chandra Utami (53 tahun) guru SMP Yapendak Tinjowan yang akan pindah ke kebun Ajamu menjadi Kepala Sekolah SMP Yapendak disana,berikut penuturannya : “..menurut aturan denger-denger beberapa waktu lagi akan pindah ke SMP Yapendak Ajamu jadi kepala sekolah disana. Namanya naik pasti semua orang menginginkannya apalagi pekerja perempuan nak. Kita doakan saja dan insya semua lancar. Sudah doakan saja,memang masalah pindah-pindah sesuai dengan kebutuhan perusahan dan aturannya dari atasan dari pusat sana.”
Walaupun sekedar harapan dan keinginan semua karyawan laki-laki dan perempuan untuk naik posisi kerja dan jabatan misalnya dari karyawan pelaksana jadi karyawan pimpinan,namun semua karyawan harus tetap maksimal dalam bekerja. Karena promosi jabatan akan terjadi pada kapan saja waktunya sesuai dengan kebutuhan perusahaan di PT. Perkebunan Nusantara IV (persero). Dalam hal ini,keputusan dari pimpinan direksi dari kantor pusat yang akan mengambil keputusannya yang diturunkan kepada setiap pimpinan disetiap Unit Usaha dan Grup Unit Usaha,untuk melakukan penilaian dan rekomendasi setiap karyawan untuk kesempatan naik posisi atau promosi jabatan tersebut. Selain itu,lama masa bekerja merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dalam penilaian parakaryawan untuk terjadinya proses kenaikan jabatan,pertimbangan tersebut dilakukan oleh bagian SDM dan UMUM dan
109 Universitas Sumatera Utara
pertimbangan Assistem SDM dan UMUM dan keputusan dari Direksi dan Manajer Unit Usaha Tinjowan. Kemudian untuk penurunan karir atau mobilitas sosial vertikal turun karyawan di Unit Usaha Tinjowan sangat terjadi dan minim sekali. Karena semua karyawan yang dialami adalah kenaikan golongan. Penurunan golongan hanya terjadi jika terjadi kesalahan,misalnya karyawan tersebut melakukan kesalah yang merugikan perusahaan dan nama baiknya,maka yang bersangkutan akan langsung dirurunkan atau bahkan dipensiunkan atau diberhentikan (tidak menggunakan istilah di PHK) dan semua diatur dalam PKB terkait kesalahan kerja yang pernah dilakukan para karyawan perempuan atau laki-laki saat bekerja. Minim bahkan tidak adanya karyawan yang melakukan kesalahan saat bekerja karena karyawan di Unit usaha Tinjowan masih bisa dibilang bekerja dengan loyalitas kerja yang lumayan baik,walau tidak begitu sempurna dengan loyalitas tinggi namun baik secara kinerja semua karyawan baik karyawan yang kerja dikantor ataupun dilapangan. Karena selain diatur dalam PKB,semua hak dan kewajiban sebagai karyawan selama ini sudah dilakukan sesuai dengan proposi kerja masing-masing bagian kerja dengan tanggung jawab dan kedisiplinan kerja yang baik dilakukan para karyawan di Unit Usaha Tinjowan.
4.4.2 Mobilitas Sosial Horizontal Karyawan Perempuan Adapun Mobilitas Sosial Horizontal Karyawan perempuan terlihat dari pemindahan kerja yang terjadi pada para karyawan. Pemindahan kerja tersebut dapat berbentuk pemindahan posisi kerja dan tempat kerja,sampai dengan pindah kebun. Seperti yang pernah dialami informan karyawan perempuan Ibu Jemina,beliau dulu
110 Universitas Sumatera Utara
menjadi guru di TK Ria Sari Tinjowan dan akhirnya pindah posisi dan tempat kerja kebagian kantor SDM dan UMUM Unit Usaha Tinjowan. Berikut penuturannya ; “...sudah kurang lebih 10tahun dikantor SDM dulunya ngajar jadi guru TK. Dan sekarang dikantor SDM jadi kerja bagian administrasi dan pengarsipan semenjak tahun 2004 kekantor dari TK. Sangat menginginkannya agar biar hidup lebih baik lagi. Dan keluarga juga dukung kok semua. Itu semua harus dilakukan dengan bekerja bertanggung jawab dan maksimal dikerjakannya. Kan jadi penilaian nanti sama pimpinan untuk bisa pindah kerja ketempat yang enak dan baik lagi...”(Ibu Jemina,54 tahun) Selain mobilitas sosial horizontal dalam bentuk pemindahan posisi dan pindah kerja yang dialami dari kalangan karyawan pelaksana perempuan,dalam bentuk pindah kebun (mutasi kerja) juga dialami karyawan pimpinan perempuan. Seperti yang dialami ibu Yatmi selaku kepala sekolah SMP Yapendak. Dulunya dia di kebun bah butong dan pindahke Unit Usaha Tinjowan,dan sebelumnya lagi dari kebun Pabatu sebelum pindah dan naik dari guru menjadi Kepala Sekolah Yapendak. Karyawan pimpinan laki-laki seperti bapak Mirvan Ariza selaku assisten SDM dan Umum,sebelum menjadi di assisten di Unit Usaha Tinjowan sebelumnya di kebun Sei Kopas. Untuk pindah kebun dan mutasi kerja,kebetulan masih didominasi pada karyawan pimpinan. Namun untuk karyawan pelaksana sendiri jika ada kekurangan tenaga kerja karyawan terjadi baru diambil dari kebun lain.atau misalnya ada konversi tanaman maka terjadi pengurangan tenaga kerja dan kemudian dimutasi kekebun lain dan itu masih minim terjadinya,yang biasa mengalami mutasi kerja dan pindah kebun dialami oleh karyawan pimpinan dan telah diatur oleh pihak direksi perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero),kantor Pusat Medan. Hal ini ditambahkan oleh bapak Sujais :
111 Universitas Sumatera Utara
“bahwasannya kalopun dipindahkan tempat kerja,misal saya dari lapangan terus kekantor,hanya tempatnya saja bukan berarti naik,tempatnya saja yang pindah,itu yang ditengok utamanya memang diperlukan ditempat bagian tersebut. Baru kita dipanggil sama pak SDM dan ditanya-tanya,tentang kemampuan kita. Semua orang pasti ingin naik,tapi yang ada juga yang enjoy dengan pekerjaan dia ditempat lama. Kalo saya syukuri saja”.
Hal tersebut membuktikan bahwa semua karyawan menginginkan pindah apalagi ketempat yanng lebih baik lagi dan kesempatannya sama. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah kesempatan seperti lowongan ditempat tersebut,jika diperlukan tenaga atau kekurangan maka akan ada yang ditempatkan kebagian pekerjaan tersebut. Digaris bawahi perpindahan posisi tempat kerja karena kekurangan tenaga kerja dan masih dalam Unit Usaha Tinjowan.
4.4.3 Bentuk-Bentuk Mobilitas Sosial Karyawan Perempuan di Unit Usaha Tinjowan Adapun bentuk-bentuknya sebagai berikut : 1. Terjadi pada semua karyawan seperti kenaikan golongan,baik karyawan pelaksana dan pimpinan 2.
Turun
dan
pindah
(sanksi
turun
jabatan
ketika
karyawan
melakukan
kesalahan,diturunkan jabatan dan sekaligus dipindahkan) dalam penelitian ini minim terjadinya 3. Pindah kerja (mutasi) kesempatan naik dari karyawan pelaksana ke karyawan pimpinan dan atau pindah kebun.
112 Universitas Sumatera Utara
4. Pemindahan kerja tersebut diatur oleh perusahaan dan disesuaikan dengan kebutuhan pada suatu kebun syarat dan ketentuan yang diberlakukan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) 5. Mobilitas sosial yang otomatis dan langsung terjadi dan dialami pada setiap karyawan laki-laki dan perempuan (naik golongan,dan pindah kerja dari dulu pertama masuk sampai posisi dan tempat kerja sekarang selama masa kerja dan masih dalam Unit Usaha Tinjowan). Kemudian digambarkan dalam bentuk atau alur garis mobilitas sosial karyawan sebagai berikut : 1. Mobilitas sosial vetikal naik dan turun.
2. Mobilitas sosial vertikal naik dan pindah.
3. Mobilitas sosial Horizontal dan naik
4.4.4 Kesempatan Pelatihan Karyawan Perempuan Adapun kemudian para karyawan juga diberikan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pelatihan dan melaksanakan kediplinan kerja. Dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Periode 2010-2011,BAB XI Pembinaan keahlian dan keterampilan serta
113 Universitas Sumatera Utara
bantuan pendidikan. Pasal 60 Pendidikan dan Pelatihan. Setiap karyawan mempunyai kesempatan yang sama untuk maju dan berkembang serta mengikuti pendidikan dan pelatihan yang dibiayai oleh perusahaan. Baik karyawan laki-laki dan karyawan perempuan semua kesempatannyanya sama untuk mengikutinya. Dua
informan
karyawan laki-laki yang pernah mengikuti pelatihan kerja : bapak Sopian (43 tahun) yang pernah mengikuti pelatihan kerja.
Beliau pernah mengikuti pelatihan kerja GPS di
Kebun Bah Jambi tahun 2008. Bapak Tarmidi (48 tahun) yang bekerja pada bagian pengamanan. Beliau pernah mengikuti pelatihan kerja untuk sekolah Satpam (pengaman) di Medan tahun 2005. Karyawan perempuan yang pernah mengikuti pelatihan, seperti : Ibu Sri Rezeki Boru Sembiring (49 tahun),selaku mandor pemeliharaan dilapangan. Dirinya pernah mengikuti pelatihan di wisma tentang penyerbukan tanaman yang sosialisasinya dilakukan setiap tahun dan juga pelatihan mandor setiap semester. Ibu Emna Ariani (53 tahun),yang bekerja dibagian Tata Usaha. Dirinya pernah mengikuti pelatihan berupa penataran P4 tahun 1981 di Afdeling. Kalau untuk guru SMP Yapendak yang juga karyawan perempuan pernah mengikuti penataran guru yang dilaksanakan oleh dikjar bukan dari perusahaan namun seizin dari perusahaan juga untuk kepentingan kemajuan pendidikan seorang guru yang juga karyawan di SMP Yapendak,seperti Ibu Chandra Utami (53 tahun). Sebenarnya semua kesempatan sama disetiap bagian pekerjaan karyawan,ada yang dilakukan per semester ada yang dilakukan pertahun seperti untuk pelatihan para karyawan dan mandor yang bekerja dilapangan dan pelatihan dalam bentuk lainnya yang bisa diikuti oleh karyawan perempuan dan laki-laki sesuai dengan program kepelatihan
114 Universitas Sumatera Utara
yang diberikan pada setiap masing-masing bagian kerja baik di lapangan ataupun bagian kantor di Unit Usaha Tinjowan.
4.4.5 Klasifikasi Informan berdasarkan Mobilitas Sosial Vertikal dan Horizontal Karyawan Unit Usaha Tinjowan.
Informan
Mobilitas Sosial Vertikal
Mobilitas Sosial Horizontal
Karyawan Perempuan 1
Naik golongan. Sekarang IID
Guru TK ke kantor bagian SDM dan Umum
2
Naik golongan. Sekarang IIC/2
Dinas luar ke kebun lain
3
Naik golongan. Sekarang ID/0
Lapangan ke guru SMP
4
Naik golongan. Sekarang IIC/3
Lapangan ke kantor bagian TU
5
Naik golongan. Sekarang IC/1
-
6
Naik golongan. Sekarang IIC/5
Pindah dan naik jadi Kepala Sekolah SMP Yapendak Ajamu.
Karyawan Laki-laki 7
Naik Golongan. Sekarang IIB/3
-
8
Naik Golongan. Sekarang ID
Lapangan ke kantor bagian Tanaman
9
Naik Golongan. Sekangan
Lapangan,pabrik,laboratorium,timbangan
IIA/0
dan ke kantor bagian pengolahan
10
Naik Golongan. Sekarang IC
Pindah pos jaga
11
Naik golongan. Sekarang IIA/3
Padang mattinggi ke Tinjowan 115 Universitas Sumatera Utara
(lapangan) 12
Naik golongan. Sekarang IC/0
Lapangan ke kantor bagian SDM dan Umum
Pensiunan karyawan dan Pangulu Nagori Tinjowan,Ketua SPBUN,Kepala Sekolah Yapendak,Assisten SDM dan UMUM Unit Usaha Tinjowan 13
Naik golongan sekarang IIA/1
Afdeling 11,7,1,4,6,4 baru
14
Naik golongan terakhir IID
Kebun Adolina ke Tinjowan
(pensiun) 15
Naik golongan sekarang IIID/4
Tinjowan,Pabatu,Bah Butong,Tinjowan (kepala sekolah SMP Yapendak)
16
4.5
Sekarang IIIA/4
RS. Laras,Sei Kopas,Tinjowan
Pandangan Karyawan laki-laki terhadap pekerjaan karyawan perempuan di Unit Usaha Tinjowan Pandangan Bapak Mirvan Ariza SH. Selaku Assiten SDM dan UMUM Unit
Usaha Tinjowan. Menurutnya,”bahwa kelebihan karyawan perempuan lebih teliti dan cermat dalam bekerja.” Bapak Suparman selaku pensiunan karyawan dan Pangulu nagori Tinjowan. “kinerja karyawan perempuan itu seharusnya untuk saat ini bekerja sesuai dengan pendidikan yang dimiliki alangkah baiknya,dan sejauh ini masih baik-baik saja,tuturnya.” Bapak Pardomuan S. Selaku ketua SPBUN basis Tinjowan,”untuk beberapa bagian pekerjaan memang dibutuhkan tenaga perempuan yang bekerja lebih efektif
116 Universitas Sumatera Utara
seperti pekerjaan memupuk tanaman dan bagian pemeliharaan. Karena perempuan lebih suka dan terbiasa untuk urusan memelihara tanaman seperti dirumahnya sendiri walaupun pekerjaan dilapangan dengan baik,ungkapnya.” Informan 7,Bapak drs. Supriadi (45 tahun) : “...selama ini karyawan perempuan bekerja dengan baik. Karena status bekerja sebagai karyawan perempuan dapat membantu dan menunjang perekonomian keluarga” Informan 8,Bapak Supian (43 tahun) : “...menjadi karyawan perempuan itu bagus. Mengembangkan karir seorang perempuan dan membantu ekonomi rumah tangga.” Informan 9,Bapak Suyono T (52 tahun) : “...karyawan perempuan itu tergantung orangnya,sejauh ini bagus dan mudah diatur,banyak yang bagus-bagus”. Informan 10,Bapak Tarmidi (48 tahun) : “...karyawan permepuan itu baik,untuk bantu-bantu keluarga.” Informan 11,Bapak Erwinson s. (52 tahun) : “...karyawan perempuan itu baik dan lebih disiplin aj daripada karyawan laki-laki. Tapi selama ini semua karyawan baik-baik semua kok orannya.” Informan 12,Bapak Sujais (45 tahun) : “...karyawan perempuan bekerja lebih ulet,rajin dan cekatan. Kalau laki-laki tidak begitu teliti.’ Selama ini karyawan perempuan masih bisa dikatakan bekerja dengan baik,dengan kemampuannya bekerja lebih teliti dan rajin,namun tidak untuk perbandingan dengan pria. Karena keahlian dan kemampuan kerja seseorang itu relatif. Hanya pandangan bagaimana karyawan perempuan selama ini dimata karyawan laki-laki dalam bekerja dan melaksanakan tanggung jawab pekerjaan walaupun karyawan perempuan bekerja dilapangan ataupun bagian dikantor. Oleh karena itu,karena mereka
117 Universitas Sumatera Utara
merupakan seorang pribadi yang baik sebagai karyawan perempuan maka mereka bekerja dan dapat diterima menjadi karyawan di PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) Unit Usaha Tinjowan.
4.6
Faktor Penghambat Eksistensi Dan Mobilitas Sosial Informan Sebagai Karyawan Perempuan di Unit Usaha Tinjowan Dalam penelitian ini,dapat terlihat faktor yang mengindikasi untuk menghambat
proses eksistensi dan mobilitas sosial karyawan sebagai berikut :
4.6.1
Faktor Struktural Adapum faktor strukturalnya terkait dengan kebutuhan tenaga kerja karyawan di
bagian pekerjaan tertentu,misalkan di bagian SDM dan UMUM kekurangan di bagian arsip surat menyurat,dikarenakan karyawan sebelumnya telah pensiun maka dibutuhkan tenaga pengganti yang diambil dari bagian pekerjaan lain. Namun hal ini dilakukan penilian dan tidak sembarangan asal menempatkan seorang karyawan tersbeut pindah. Dan kesempatan ini terjadinya,karena karyawan sebelumnya yang bekerja pensiun. Hal ini melihatkan bahwa,kemungkinan seorang karyawan untuk pindah dari satu posisi kerja terntentu ke posisi bagian kerja lain tunggu ada karyawan yang pensiun. Jadi,geser menggeser posisi karena pensiun mungkin hal yang tepat dan menjadi salah satu faktor penghambat untuk karyawan tidak bisa pindah atau bergeser posisi kerja ke bagian pekerjaan lain. Bapak Tarmidi selaku bagian pengamanan : “...kami disini biasa pindah tempat saja,misalnya dari jaga diperbatasan bipindahkan ke pengamana pabrik,atau ke bagian 118 Universitas Sumatera Utara
kantor. Karena orang yang jaga disitu pensiun atau masuk kekantor,jadi harus pindah”. Ditambahkan ibu Juliana ambarita : ;kalo saya dulu dipindahkan karena ada lowongan kurang guru,maka saya dimasukkan jadi tenaga pengajar di SMP Yapendak. Jadi dari lapangan saya mengajar”.
Berkaian dengan dua faktor determinan mobilitas sosial yakni faktor struktural yang melihat jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Kemudian hal ini memperlihatkan bahwa faktor strukturan tersebut menjadi hambatan demi hambatan yang dialami karyawan untuk terjadinya perpindahan atau mobilitas sosial yang mengakibatkan mereka harus tetap bekerja ditempat bagian kerja mereka sampai ada kesempatan dibutuhkan lowongan di posisi bagian pekerjaan lain dan masih sama kesempatannya untuk karyawan perempuan dan laki-laki mengalami perpindahan atau mobilitas sosial karyawan tersebut yang masih di dalam Unit Usaha Tinjowan.\
4.6.2
Faktor Individu Adapun faktor individu menjadi tolak ukur dan pengaruh dalam terjadinya
mobilitas sosial karyawan perempuan. Dimana disatu sisi perempuan menginginkan meningkatkan karir tapi disatu sisi dia mempertimbangkan pekerjaan yang lebih enak dan mementingkan pekerjaan mana,terkait dengan karyawan perempuan bekerja sebagai gaya hidup atau karir,atau sekedar pencarian nafkah dan menambah penghasilan keluarganya saja. Kesempatan sudah sama diberikan,tergantung individu karyawan perempuan dan
119 Universitas Sumatera Utara
laki-laki dalam mengambil tindakan dan keputusan ketika ada kesempatan perpindahan atau mobilitas sosial tersebut. Kualitas
diri
orang
perorang
setiap
karyawan,baik
ditinjau
dari
pendidikannya,penampilannya,keterampilan pribadi,dan lain-lain. Dalam hal ini termasuk faktor keberuntungan kesempatan dalam meraih suatu posisi pekerjaan. Penilaian dilakukan oleh Asssiten bagian SDM dan UMUM,langsung dengan penilaian kinerja,dan mendapatkan informasi dari rekan-rekan kerja juga dipertimbangkan. Namun kembali pada individu karyawan ketika dipilih dan mempetimbangkan pilihan perpindahan tersebut. Hal ini seperti yang diungkapkan ibu Sri Rezeki : “... keliatannya enak kerja dikantor dek tapi capek tiap hari itu saja yangdikerjakan. Kalo kita dilapanga kerjanya lebih sulit terlihat tapi santai dengan suasana lapangan. Walau panas sudah terbiasakan dengan panaspanasan,tapi tak ada tekanan.semua orang ditanyak mau pindah tempat yang enak pasti mau tapi kan banyak yang sudah menikmatinya disini. Istilahnya lebih fleksibel kerjanya.”
Hal lainnya terkait lainnya adalah umur,kendala umur. Karena mungkin kualitas diri karyawan dilihat dari jam terbang atau jam kerja yang tinggi. Misalkan ada kesempatan
untuk
naik
jabatan
atau
posisi
kerja
naik
menjadi
karyawan
pimpinan,alangkah terbentur umur misalnya masa kerja yang tinggal 2 tahun lagi. Jadi,karyawan mempertimbangkan untuk tidak mengambil pilihan tersebut dan tetap pada posisi kerja yang lama. Dalam hal ini misalnya karyawan pelaksana di bagian tata usaha,yang ada kesempatan untuk promosi jabatan naik jadi staff istilah untuk menyebutkan naik menjadi karyawan pimpinan,namun kembali umur banyak menjadi perimbangan para karyawan perempuan dan laki-laki ketika ada kesempatan kenaikan karir di Unit Usaha Tinjowan.
120 Universitas Sumatera Utara
Bapak Suyono juga memaparkan : “...dek awak siapa gak mau naik jadi staff atau pimpinan. Memang rezeki gak kemana tapi umur,kita tahu diri juga. Belum tentu lebih mudah pekerjaan jadi atasan bos itu. Malah mungkin lebih sulit dan payah,sementara umur awak,berapa tahun lagi pensiun. Kalo ditanya mau yah lagi lagi mau.” Dengan
demikian,semua
karyawan
laki-laki
dan
perempuan
kesempatannya sama hanya saja kembali pada kualitas diri individu karyawan masing-masing terhadap pilihan yang diberikan terhadap kesempatan mobilitas sosial tersebut didalam Unit Usaha Tinjowan.
4.6.3
Faktor Jaringan Sosial karyawan Adapun ketika semua menginginkan untuk naik karir,pindah posisi kerja dan
jabatan serta perpindahan yang lebih baik dari sebelumnya,setelah faktor kesempatan dan lainnya indikatordari jaringan sosial juga diperhatikan. Dalam hal ini indikator jaringan sosial karyawan erat kaitannya dengan kesempatan dan faktor intern antara karyawan yang bersangkutan dengan pihak terkait disini pihak terkait dengan perpindahan tersebut adalah bagian SDM dan UMUM. Kualitas diri menjadi nomor satu penilian yang dilakukan terhadap karyawan. Kalaupun jaringan sosial,sekedarnya saja beberapa hal yang bersinggungan dengan indikator jaringan sosial disini adalah sebagai berikut : 1. Mengenal baik pimpinan atau atasan 2. Menjaga hubungan baik dan kepercayaan pimpinan yang dilakukan karyawan pelaksana 3. Mempererat tali silaturahmi dengan pimpinan agar tercipta citra yang baik karyawan pelaksana 4. Keakraban secara professional 121 Universitas Sumatera Utara
5. Relasi sosial karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana perempuan dan laki-laki,sebatas professional kerja dan kualitas diri karyawan agar menciptakan harmonisasi sosial dalam bekerja di Unit Usaha Tinjowan. Kemudian hal lainnya seperti kekerabatan dan keakrabatan sebatasnya dan saling menghargai secara professional kerja menjadi pertimbangan selanjutnya untuk kemungkinan menjadi relasi antar jaringan sosial karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana perempuan dan laki-laki di dalam Unit Usaha Tinjowan
Terakhir bahwasannya,setiap karyawan perempuan yang juga berstatus sebagai ibu rumah tangga dan istri dari karyawan atau suaminya,mereka tetap dapat mengayunkan buaian dengan tangan kirinya untuk urusan rumah tangganya,dapat pula mengggoyangkan dunia dengan tangan kanannya. Karena perempuan bekerja dan berkarya demi kemajuan perempuan dan sebagai ukuran kemajuan suatu negeri. Karyawan perempuan yang maju berkarir dan berkarya dengan profesional menjadikan ukuran dan harapan juga bagi kemajuan perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan.
122 Universitas Sumatera Utara
BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan. 1. Dapat disimpukan bahwa tidak terdapat adanya perbedaan perlakuan gender antara karyawan perempuan dan laki-laki, untuk gaji disesuaikan dengan golongan, untuk posisi kerja tergantung kebutuhan perusahaan dan kemampuan dari karyawan, untuk kesempatan karir naik pangkat atau jabatan diatur oleh pimpinan yang tergantung kebutuhan tenaga kerja per bagian pekerjaan,semua kesempatan sama, perekrutan sistem terbuka untuk semua jenis kelamin tergantung untuk menjadi karyawan pimpinan atau karyawan pelaksana, sistem dan kesempatan karir juga sama antara karyawan perempuan dan karyawan lakilaki.loyalitas kerja karyawan yang tergolong baik,dan minim melakukan kesalahan. Dengan gaya hidup karyawan yang lumayang konsumtif. 2. Karyawan perempuan diberikan kesempatan yang sama dan terbuka semua dalam hal mendapatkan penghargaan dan prestasi seperti masa kerja dengan diberikan jubelium,kesempatan dalam mengikuti pelatihan karyawan perempuan dan lakilaki. Kedisiplinan kerja karyawan yang baik dan patuh terhadap semua peraturan,menjalankan dan mendapatkan hak dan kewajiban sesuai dengan profesionalitas kerja karyawan dan hal itu semua telah diatur dan menjadi putusan oleh direksi,bagian SDM dan UMUM PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) 3. Mobilitas sosial karyawan perempuan didasari oleh kebutuhan karyawan pada suatu bagian kerja baik di lapangan maupun di kantor,mobilitas vertical naik
123 Universitas Sumatera Utara
mencakup kenaikan golongan,kenaikan posisi dan jabatan kerja, untuk mobilitas sosial
horizontal
digambarkan
dengan
pemindahan
atau
mutasi
kerja
karyawan,untuk pindah dari satu bagian kerja di lapangan ke bagian kantor. Dan semua kesempatan sama diberikan kepada karyawan perempuan dan laki-laki. 4. Faktor struktural dan individual menjadi penghambat karyawan dalam proses eksistensi dam mobilitas sosial karyawan. 5. Faktor jaringan sosial hanya sebatas menjalin hubungan baik dan demi menciptakan harmonisasi sosial dalam bekerja antara karyawan pelaksana dan pimpinan,karyawan laki-laki dan perempuan.
5.2 Saran Karyawan harus meningkatkan kualitas diri mereka agara banyak pertimbangan dalam penilaian ketika akan diadakannya promosi untuk kenaikan jabatan dan posisi kerja,kualitas diri yang mencakup pendidikan,keahlian serta ketrampilan dan hal yang mendukung professional kerja lainnya. Karyawan perempuan yang memiliki dua peran sekaligus menjadi ibu rumah tangga untuk tetap tidak mempermasalahkan hal itu sekalipun dia berstatus sebagai single parent dan bekerja dengan maksimal sesuai dengan proporsi dibagian kerjanya mau dilapangan ataupun dikantor demi karirnya sebagai seorang karyawan perempuan di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) unit Usaha Tinjowan. Menjaga nama baik perusahaan dan melaksanakan kedisiplinan kerja agar mendapatkan penilaian baik dari karyawam pimpinan agar bisa naik posisi kerja yang lebih baik dan sesuai dengan keinginan. 124 Universitas Sumatera Utara
Perusahaan
tetap
konsisten
melaksanakan
peraturan
agar tidak
terjadi
permasalahan yang berkaitan dengan ketidakadilan gender,terus mengawasi secara professional setiap kinerja perempuan untuk memberikan penghargaan lebih kepada karyawan perempuan yang bekerja secara professional,namun tetap adil antara kebijakan karyawan perempuan dan laki-laki di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan bisa melaporkannya ke ketua SPBUN basis Tinjowan,karena SPBUN sebagai wadah sapirasi semua karyawan perempuan dan laki-laki di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan.
125 Universitas Sumatera Utara