BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Identifikasi variabel yang terdapat dalam sebuah penelitian berfungsi untuk menentukan alat pengumpulan data dan teknik analisis yang akan digunakan.Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi yang kemudian bisa ditarik suatu kesimpulan (Sugiyono, 2013). Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau menimbulkan akibat tertentu terhadap suatu variabel tergantung. Sementara itu, variabel tergantung merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka yang menjadi variabel bebas dan variabel tergantung dalam penelitian ini adalah : a. Variabel bebas
: pola asuh otoriter (authoritarian parenting style)
b. Variabel tergantung
: perilaku agresif
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi operasional variabel merupakan definisi yang berdasarkan sifat hal yang didefiniskan yang dapat diamati (diobservasi) dan memiliki batasan atau spesifikasi dari variabel-variabel penelitian yang secara konkret berhubungan dengan realitas yang akan
diukur dan merupakan manifestasi dari hal-hal yang akan diamati dalam penelitian (Suryabrata, 2003). Definisi operasional dibuat berdasarkan definisi konseptual dari variabel penelitian, sehingga dalam penelitian ini definisi operasional dari variabel bebas dan variabel tergantung adalah sebagai berikut : a. Pola Asuh Otoriter (authoritarian parenting style) Pola Asuh Otoriter (authoritarian parenting style) merupakan gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua yang bersifat membatasi, menghukum, dan menuntut anak untuk tunduk sesuai dengan standar tingkah laku yang ditetapkan oleh orang tua tanpa adanya kehangatan dalam mengasuh, serta anak tidak diperkenankan untuk mengeluarkan pendapat dalam keluarga atau berdialog secara verbal. Konsep pola asuh otoriter (authoritarian parenting style) diungkap dengan menggunakan skala pola asuh otoriter (authoritarian parenting style) yang disusun oleh peneliti yang berbentuk skala Likert berdasarkan pada enam aspek menurut Cross (2009), yaitu maturity demands, structure, anger, activity, displeasure, dan anxiety. b. Perilaku Agresif Perilaku agresif merupakan kecenderungan yang dilakukan oleh individu yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai orang lain atau kelompok dengan niat atau kesengajaan baik secara verbal maupun fisik yang dapat merugikan seseorang. Perilaku agresif diungkap dengan skala agresivitas yang disusun oleh peneliti dengan mengacu pada aspek-aspek perilaku agresif menurut Buss dan Perry (1992) yaitu physical aggression, verbal aggression, anger, dan hostility.
C. Subjek Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah semua individu yang masuk dalam kategori remaja yang berada pada rentang usia 13 tahun sampai 18 tahun baik laki-laki dan perempuan yang tinggal bersama orang tua. Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel haruslah representatif sehingga hasil penelitian dapat diberlakukan untuk seluruh anggota populasi (Sugiyono, 2013). Sampel dalam penelitian ini ditentukan oleh peneliti berdasarkan beberapa kriteria tertentu, sehingga anggota populasi yang akan dijadikan sampel memiliki kriteria sebagai berikut: a. Remaja yang berada pada rentang usia 13 tahun sampai 18 tahun (Hurlock, 1980). b. Remaja baik laki-laki dan perempuan c. Masih tinggal bersama orang tua atau salah satu orang tua.
D. Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel (sampling) adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman akan sifat serta karakteristiknya dapat membuat hasil suatu penelitian digeneralisasikan pada populasi (Noor, 2011). Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling yaitu memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2013). Multistage random Sampling dipilih sebagai teknik sampling dikarenakan subjek peneliti memiliki cakupan yang luas (Sugiyono, 2008). Pada penelitian ini, daerah populasinya adalah Provinsi Bali. Pada pemilihan tahap pertama menghasilkan Kabupaten Gianyar sebagai cluster pertama. Pada tahap kedua, menghasilkan kecamatan Gianyar sebagai unit elementer dari Kabupaten Gianyar yang
akan dijadikan cluster penelitian. Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan melalui perhitungan dengan menggunakan rumus dari Hague dan Haris (1995). Perhitungan jumlah subjek menggunakan rumus dari Hague dan Haris (1995) adalah sebagai berikut:
n= Z2s2 d2
Keterangan : d = interval keyakinan yang diperlukan (taraf kepercayaan dikalikan dengan mean) Z= distribusi normal konstan untuk memberi tingkat keyakinan persen tertentu s= deviasi standar (deviasi standar diperoleh dari hasil data uji coba yang dilakukan) n= ukuran sampel n= Z2s2 d2 = (1,96)2 x (12,319)2 (2 % x 80,28)2 = 3,8416 x 151,758 2,578 = 582,993 2,578 = 226, 141 dibulatkan menjadi 226 Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel minimum dalam penelitian ini adalah sebanyak 226 orang.
E. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan suatu cara atau proses sistematis dalam pengumpulan, pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan tertentu (Sumarsono, 2004). Isntrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar menjadi sistematis dan mudah. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan skala sebagai alat untuk mengumpulkan data dan informasi dari subjek secara langsung. Terdapat dua skala yang digunakan oleh peneliti, yakni skala yang mengukur pola asuh otoriter (authoritarian parenting style) dan skala yang mengukur perilaku agresif. Pada setiap skala di bagian identitas responden, subjek diminta untuk mencantumkan nama, usia, pendidikan, dan jenis kelamin. Skala yang disebarkan pada responden merupakan skala dengan bentuk pertanyaan tertutup. Skala yang digunakan merupakan skala yang disusun oleh peneliti dengan menggunakan skala Likert yang telah dimodifikasi dengan empat pilihan jawaban untuk mengetahui sejauh mana responden setuju atau tidak setuju dengan suatu pernyataan. Oleh karena itu, peneliti menyediakan empat pilihan jawaban yakni: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) setuju, dan (4) sangat setuju. Pilihan jawaban ragu tidak disertakan dengan alasan untuk menghindari jawaban yang mengandung kecenderungan tidak memiliki sikap. Dalam skala Likert ini terdapat pernyataan favorabel (favorable) dan tidak favorabel (unfavorable) yang nantinya akan diberi skor sebagai berikut: Tabel 1. Bobot nilai skala Favourabel Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat tidak setuju
Bobot 4 3 2 1
Unfavourabel Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat tidak setuju
Bobot 1 2 3 4
S kala
dalam penelitian ini menggunakan dua skala pengukuran aspek psikologis, yakni skala pola asuh otoriter (authoritarian parenting style) dan skala perilaku agresif. Berikut skala pola asuh otoriter (authoritarian parenting style) dan skala perilaku agresif : 1. Skala Pola Asuh Otoriter (Authoritarian parenting style) Pada penelitian ini, pola asuh otoriter (authoritarian parenting style) menggunakan skala yang mengacu pada aspek yang dikemukan oleh Cross (2009) dalam menentukan
pola asuh yang diterapkan oleh orang tua. Aspek yang digunakan dalam penyusunan skala pola asuh otoriter (authoritarian parenting style) adalah maturity demands merupakan sekumpulan standar untuk perilaku yang sesuai dengan kemampuan anak dan tingkat perkembangan anak, structure merupakan ada rangkaian atau struktur yang disediakan oleh orang tua, activity merupakan tingkat aktivitas fisik pada waktu memanipulasi objek selama berinteraksi dengan anak, displeasure merupakan suatu ketidaksenangan berperan sebagai orang tua, annger merupakan tingkat marah dan permusuhan yang ditunjukkan oleh orang tua kepada anak, dan anxiety merupakan tingkat kecemasan yang ditunjukkan oleh orang tua.
Tabel 2. Sebaran Aitem Skala Variabel Bebas Sebelum Pengujian Kesahihan Aitem NO 1.
ASPEK Maturity Demands
INDIKATOR
a.
b.
2.
Structure
a.
b.
3.
Activity
a.
b.
4.
Displeasure a.
b. 5.
Anger
a.
b.
1. Anxiety
TOTAL
a.
AITEM Favorabel Unfavorabel Orang tua memberikan tanggung 1, 2 5, 6 jawab pekerjaan rumah tangga kepada anak dengan standar yang sudah ditetapkan. Orang tua menganggap anak 4, 7 3, 8 sudah mampu mengatasi permasalah yang dihadapi Orang tua membatasi dan 9, 10 12, 13 menentukan apa yang harus anak lakukan dengan aturan yang orang tua buat Orang tua menentukan sendiri 15, 16 11, 14 aturan dalam keluarga dan mengambil kendali atas keputusan yang akan anak putuskan Orang tua tidak menyediakan 17, 18 19, 20 waktu luang untuk kegiatan bersama Orang tua berkuasa penuh dan 21, 22 23, 24 ingin mendominasi terhadap kehidupan anak. Orang tua tidak berkenan 25, 28 27, 30 membimbing anak dalam kehidupan sehari-hari Orang tua tidak merasa senang 26 29 berinteraksi dengan anak Orang tua akan memberikan 31, 33 34, 36 hukuman terutama hukuman fisik ketika anak gagal dalam melaksanakan tugas dan tidak pernah memuji keberhasilan anak Orang tua memberikan saran dan 35, 37 32, 38 nasehat dalam bentuk kata-kata yang keras dan kasar, memunculkan rasa tidak suka dan permusuhan ketika anak tidak mematuhi standar yang orang tua tetapkan Orang tua merasa tidak percaya 39, 41 40, 42 ketika anak berada diluar rumah tanpa pengawasan dari orang tua 21 21
Total 4
4
4
4
4
4
4
2 4
4
4
42
2. Skala Perilaku Agresif Skala perilaku agresif yang digunakan adalah skala agresivitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek agresivitas menurut Buss dan Perry (1992) yang terdiri dari physical aggression, verbal aggression, anger dan hostility. Pemilihan aspek-aspek ini didasari dari tiga dimensi dasar yaitu motorik yang diwakilkan dengan physical aggression dan verbal aggression, sedangkan afektif diwakili dengan aspek anger, dan aspek kognitif diwakili aspek hostility. Tabel 3. Sebaran Aitem Skala Variabel Tergantung Sebelum Pengujian Kesahihan Aitem No.
Aspek Perilaku Agresif
Indikator
Nomor Aitem Favourable
Unfavourable
Total
1.
Physical agression
Adanya tindakan menyakiti, mengganggu, atau membahayakan dalam bentuk fisik
1, 3, 5, 7, 9, 11, 13
2, 4, 6, 8, 10, 12, 14
14
2.
Verbal agression
Adanya tindakan menyakiti, mengganggu, atau membahayakan dalam bentuk verbal (perkataan)
15, 17, 19, 21, 23
16, 18, 20, 22, 24
10
3.
Anger
adanya perasaan marah, kesal, sebal, cepat marah dan sulit mengendalikan amarah
25, 27, 29, 31, 33, 35, 37
26, 28, 30, 32, 34, 36, 38
14
4.
Hostility
agresi yang tidak tampak (covert) ditandai adanya rasa cemburu, iri dan kecurigaan seperti ketidakpercayaan dan kekhawatiran.
39, 41, 44, 45, 47, 49, 51
40, 42, 43, 46, 48, 50, 52
14
26
26
52
Total
F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas Alat Ukur Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran (Azwar, 2012). Validitas yang diuji dari skala penelitian ini adalah validitas isi dan validitas konstrak. Pengujian validitas isi dilakukan dengan metode professional judgement. Sementara untuk menegakkan validitas konstrak dari skala penelitian, peneliti akan melakukan uji coba dengan menyebarkan skala pada individu dengan karakteristik mirip subjek penelitian. Menurut Azwar (2010), aitem dalam skala diharapkan memiliki kualitas yaitu konsistensi antara aitem dengan tes secara keseluruhan. Pengujian konsistensi aitem total akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total. Respon subjek yang diperoleh dari uji coba akan diolah secara statistik dengan bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 22.0 hingga menghasilkan koefisien korelasi aitem total. Koefisien korelasi antar aitem akan digunakan untuk menilai validitas skala penelitian. Butir pernyataan dikatakan valid apabila memiliki nilai korelasi aitem total ≥0,30 (Azwar, 2010). Sementara itu menurut Nurgoyantoro, Gunawan, dan Marzuki (2009) mengungkapkan bahwa instrumen dinyatakan valid dapat dilihat dengan hasil koefisien korelasi aitem total sebesar 0,20 dan jika aitem dari hasil pengujian bertanda negatif dan berada dibawah 0,20 maka aitem tersebut dinyatakan tidak layak untuk dipakai sebagai alat ukur. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini, apabila dari hasil pengujian banyak aitem yang
gugur dengan patakon standar nilai korelasi aitem total ≥0,30, maka kriteria validitas aitem yang digunakan adalah ≥0,20 untuk menyatakan aitem dalam instrumen tersebut valid. 2. Reliabilitas Alat Ukur Reliabilitas mengarah kepada keakuratan dan ketepatan dari suatu alat ukur dalam suatu prosedur pengukuran (Azwar, 2012). Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability yang bila digabungkan memiliki pengertian tentang kemampuan alat ukur untuk dapat dipercaya dan menjadi sandaran dalam pengambilan keputusan. Pengukuran reliabilitas skala penelitian ini menggunakan metode single trial administration atau prosedur yang hanya memerlukan satu kali pemberian tes pada subjek penelitian. Penghitungan reliabilitas skala menggunakan pendekatan konsistensi internal dengan formula Alpha Cronbach yang membagi aitem tes ke dalam dua belahan. Perhitungan menggunakan formula Alpha Cronbach dalam penelitian ini dibantu dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 22.0 for windows. Wells & Wollack (dalam Azwar, 2012) menetapkan suatu alat ukur dinyatakan cermat melakukan pengukuran bila memiliki koefisien reliabilitas setidaknya 0,80. Oleh karena itu dalam penelitian ini, standar koefisien yang ditetapkan adalah sebesar 0,80.
G. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat penyimpangan frekuensi observasi distribusi gejala yang diteliti dari frekuensi teoritik kurva normal, atau untuk mengetahui normalitas sebaran skor antara variabel pola asuh otoriter (authoritarian parenting) dan perilaku agresif. Uji normalitas sebaran data penelitian dilakukan dengan bantuan teknik
Kolmogorov–Smirnov Goodness of Fit Test dalam program SPSS dengan taraf signifikansi 5%. Jika hasil analisis uji normalitas menunjukkan nilai p≥0,05, maka menandakan data yang diperoleh berdistribusi normal (Santoso, 2003). b. Uji Linearitas Dalam penelitian ini, uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan linear antara kedua variabel penelitian. Adanya hubungan yang linear akan menggambarkan bahwa perubahan pada variabel prediktor cenderung diikuti oleh perubahan variabel kriterium dengan membentuk garis linear. Uji linearitas data menggunakan bantuan teknik Test for Linearity Compare Means dalam program SPSS pada taraf signifikansi 5%. Variabel dikatakan memiliki hubungan yang linear apabila nilai signifikansi linearitas (nilai F) menunjukkan nilai p≤0,05 (Nurgiyantoro, Gunawan, & Marzuki, 2009).
2. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis penting dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara mengenai permasalahan penelitian yang dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Menurut Sugiyono (2013) metode analisis data merupakan berbagai cara yang digunakan untuk mengolah data yang diperoleh. Teknik analisis yang digunakan untuk dapat menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana. Metode analisis regresi sederhana digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antar 2 variabel dan menunjukan arah hubungan antara variabel tergantung dan variabel bebas. Regresi sederhana juga digunakan apabila kita ingin mengetahui bagaimana variabel tergantung dapat diprediksikan melalui variabel bebas (Sugiyono, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mencari arah hubungan antara variabel. Analisis regresi
sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel bebas dan satu variabel tergantung. Maka dari itu, metode analisis ini digunakan karena penelitian ini mengukur hubungan satu variabel bebas yaitu pola asuh otoriter dengan satu variabel tergantung yaitu perilaku agresif. Peneliti juga akan melakukan interpretasi skor dari data penelitian. Data penelitian akan dikategorikan berdasarkan skor total skala masing-masing subjek. Kategori skor akan dibagi menjadi lima jenjang yang berbeda. Penentuan kategorisasi skor skala dilakukan dengan menggunakan nilai mean teoritis dan standar deviasi teoretis (Azwar, 2012). Untuk skor pada skala pola asuh otoriter dan skala perilaku agresif dilakukan kategorisasi jenjang ordinal dengan batasan skor pada masing-masing kategori dapat ditentukan dengan rumus penghitungan sebagai berikut : Tabel 4. Rumus Kategorisasi Jenjang Ordinal Lima Daerah Rumus µ ≤ -1,8σ -1,8σ < µ ≤ -0,6σ -0,6σ < µ ≤ +0,6σ +0,6σ < µ ≤ +1,8σ +1,8σ < µ
Kategori Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
Penentuan kategorisasi jenjang ordinal dengan rumus pada tabel 4 menggunakan patokan nilai mean dan standar deviasi teoretik. Mean teoretik adalah rata-rata skor skala penelitian yang diasumsikan dengan menambahkan nilai maksimum yang dapat dihasilkan oleh skala dengan nilai minimum, kemudian dibagi dua. Sementara nilai standar deviasi teoretik diperoleh dengan mengurangi nilai maksimum yang dapat dihasilkan skala dengan nilai minimum, kemudian dibagi enam (jumlah daerah pada satu kurva normal). Penelitian ini juga melakukan analisis tambahan pada data pendukung yang didapat untuk memperkaya hasil penelitian, yaitu usia dan jenis kelamin. Analisis tambahan dilakukan dengan menggunakan analisis Independent Sample T Test yaitu uji beda yang digunakan untuk menentukan apakah ada perbedaan nilai rata-rata antara dua sampel yang
independent. Sebelum dilakukannya uji tambahan berupa analisis Independent Sample T Test, peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi sebagai syarat dari dilakukannya uji Independent Sample T Test. Uji asumsi yang peneliti lakukan adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Tujuan dari dilakukannya analisis Independent Sample T Test adalah peneliti ingin melihat apakah terdapat perbedaan perilaku agresif jika ditinjau dari usia subjek penelitian dan jenis kelamin subjek penelitian. Sebelum dilakukan analisis pada data pendukung dengan menggunakan Independent Sample T Test, adapun syarat uji asumsi yang harus terpenuhi adalah sebagai berikut: a. Uji Normaliatas Uji normalitas data pendukung dalam penelitian dilakukan dengan bantuan teknik Kolmogorov–Smirnov Goodness of Fit Test dalam program SPSS dengan taraf signifikansi 5%. Jika hasil analisis uji normalitas menunjukkan nilai p≥0,05, maka menandakan data yang diperoleh berdistribusi normal (Santoso, 2003). b. Uji Homogenitas Uji homogenitas data pendukung dalam penelitian dilakukan dengan bantuan teknik homogeneity of variance test dalam program SPSS dengan taraf signifikansi 5%. Jika hasil analisis uji homogenitas menunjukkan nilai p≥0,05, maka menandakan data yang diperoleh memiliki varians yang sama.