BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan dan
laporan tahunan yang diterbitkan perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), dan sumber informasi publik lainnya seperti ICMD (Indonesian Capital Market Directory). Proses penentuan sampel didahului dengan menentukan sample frame.
Sample frame merupakan representasi fisik dari elemen populasi yang digunakan sebagai sumber sampel (Sekaran dan Bougie, 2013). Sample frame penelitian ini adalah annual report yang disampaikan perusahaan sampel ke BEI mewakili populasi penelitian ini yaitu seluruh perusahaan manufaktur di Indonesia. Adapun sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEl) selama tahun 2009-2012 yang berjumlah 120 perusahaan. Sampel dipilih sesuai dengan kriteria tertentu (purposive sampling) agar sampel yang diperoleh representatif terhadap populasinya. Kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut: a.
Perusahaan manufaktur yang dipilih adalah perusahaan yang terdaftar di BEI dan ICMD tahun 2009-2012. Penggunaan satu jenis industri tersebut didasarkan pada penelitian Botosan (1997) yang menyatakan bahwa setiap industri memiliki pola pengungkapan yang berbeda, sehingga penelitian mengenai pengungkapan perlu dilakukan dahulu pada masing-masing industri.
b.
Menerbitkan laporan tahunan secara lengkap selama tahun 2009-2012 dan menyajikan datatentang latar belakang anggota Dewan Komisaris, Komite Audit dan Direksi yang memuat penjelasan mengenai independensi, dan riwayat pengalaman kerja sebelumnya. Informasi ini diperlukan untuk mengukur variabel independen penelitian ini. Periode penelitian ini terbatas sampai dengan tahun 2012 karena pada tahun
2011 pemerintah menerbitkan aturan baru bahwa Bapepam-LK sebagai pengawas pasar modal di Indonesia digantikan perannya oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. OJK efektif beroperasi sejak 1 Januari 2013. Dengan beroperasinya OJK sejumlah peraturan mengenai independensi board dan transparansi turut mengalami perubahan. Terkait dengan independensi board, menjelang beroperasinya OJK pada tanggal 7 Desember 2012, BapepamLK menerbitkan aturan baru mengenai pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja Komite Audit melalui SK Ketua Bapepam-Lk Nomor: Kep-643/BL/2012 Peraturan Nomor IX.I.5. Peraturan tersebut kemudian diubah kembali berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Atau Perusahaan Publik. Peraturan tersebut memiliki sejumlah perbedaan aturan mengenai independensi board. Oleh karenanya penggunaan sampel penelitian pada tahun 2013 dan 2014 akan berakibat pada bias pengukuran tingkat independensi board. Terkait dengan kecukupan jumlah sampel penelitian, menurut Hair, Black, Babin, Anderson, dan Tatham (2010) jumlah minimum sampel dalam penelitian
5:1 artinya 5 observasi untuk masing-masing variabel independen. Penelitian ini menggunakan 6 variabel independen berarti membutuhkan 30 observasi (data). Dengan demikian jumlah observasi penelitian ini harus memenuhi kecukupan sampel dan mewakili populasi serta melebihi minimum kriteria tersebut. Desain penelitian ini adalah penelitian kausalitas (sebab-akibat). Penelitian dilakukan dengan path analysis.
3.2
Definisi Operasional dan Pengukurannya Penelitian ini merumuskan definisi operasional variabel dan pengukurannya
sebagai berikut: 3.2.1 Variabel dependen: Biaya Modal Ekuitas Pada penelitian ini biaya modal ekuitas dalam penelitian ini menjelaskan dua sisi. Pada sisi perusahaan biaya modal ekuitas merupakan biaya yang harus ditanggung perusahaan untuk memperoleh pendanaan eksternal. Sebaliknya dari sisi investor, biaya modal ekuitas merupakan tingkat required return atau imbal hasil yang diharapkan dari sebuah investasi. Definisi tersebut di atas sesuai dengan pernyataan Botosan (2006) dan Lambert et al. (2006). Dalam penelitian ini biaya modal ekuitas dihitung berdasarkan model Capital Asset Pricing Model (CAPM). CAPM dirumuskan oleh Sharpe (1964) dan Lintner (1965) sebagai berikut. CAPM = RF + βi RP CAPM = RF + βi (Rm-RF)
(7)
Keterangan: CAPM = Capital Aset Pricing Model menunjukkan biaya modal ekuitas yang ditanggung perusahaan yang juga merupakan tingkat return yang diharapkan investor, RF = risk free rate, βi = risiko sistematis ekuitas, RP = Risiko Premium, selisih dari tingkat risiko pasar dengan risk free. Rm = Tingkat return pasar saham secara keseluruhan, dan
3.2.2 Variabel Independen Penelitian ini menggunakan dua prinsip corporate governance sebagai variabel independen. Kedua variabel tersebut dijelaskan definisi operasional dan pengukurannya sebagai berikut: a. Independensi Board Independensi board dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kualitas sikap individu (Komisaris dan anggota Komite Audit) yang mencerminkan perilaku profesional untuk membatasi diri dari pengaruh kepentingan pihak lain yang berpotensi
mengkontaminasi
keputusan-keputusannya.
Definisi
tersebut
didasarkan pada pernyataa The Association of Chartered Certified Accountant atau ACCA (2011) bahwa, “Independence is a quality that can be possessed by individuals and is an essential component of professionalism and professional behaviour. It refers to the avoidance of being unduly influenced by a vested interest and to being free from any constraints that would prevent a correct course of action being taken. It is an ability to ‘stand apart’ from inappropriate influences and to be free of managerial capture, to be able to make the correct and uncontaminated decision on a given issue.” Independensi board ini diukur dengan menggabungkan independensi anggota Dewan Komisaris dan independensi anggota Komite Audit dalam satu ukuran. Penelitian ini menggunakan skor dalam menentukan tingkat independensi
board karena penggunaan skor dapat mengelompokkan nilai jumlah anggota independen yang relatif sama. Pengukuran Independensi board dalam penelitian ini diperoleh dari total skor independensi Dewan Komisaris dan independensi Komite Audit. Total skor tersebut kemudian dibagi dengan total skor maksimal, sehingga menjadi rasio skor independensi perusahaan. Independensi Dewan Komisaris diukur dengan proporsi Komisaris berasal dari pihak independen dibandingkan dengan total anggota Dewan Komisaris. Proporsi tersebut kemudian diskor merujuk pada skor yang dikembangkan Klapper dan Love (2004) dan Shah et al. (2009). Modifikasi dilakukan dalam mengukur independensi Komite Audit. Modifikasi ini diperlukan mengingat peraturan Bapepam No.: Kep-24/PM/2004 lampiran No. IX.I dinyatakan bahwa jumlah minimal anggota Komite Audit adalah berjumlah 3 orang dan sekurangnya terdapat satu anggota Komite Audit yang berasal dari pihak independen. Oleh sebab itu penelitian ini membedakan skor independensi Komite Audit menjadi tiga kelompok yaitu (1) skor satu untuk yang dibawah standar Bapepam, (2) skor dua untuk yang memenuhi peraturan, dan (3) skor tiga bagi yang melebihi tingkat independensi Komite Audit yang disyaratkan Bapepam. Matriks pengukuran skor independensi board yang terdiri dari dua komponen yaitu independensi Dewan Komisaris dan independensi Komite Audit dilampirkan pada Lampiran IX. b. Pengungkapan Sukarela (DISC) Pengungkapan sukarela didefinisikan sebagai informasi tambahan yang diungkap perusahaan melebihi kewajiban pengungkapan yang dimandatkan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), dan peraturan Bapepam/OJK tentang kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan publik. Defini tersebut sesuai dengan pernyataan Bruslerie dan Gabteni (2011). Variabel pengungkapan sukarela diukur dengan menggunakan
pedoman dari
penelitian Lang dan Lundholm (2000), Meek et al. (1995) dan Botosan (1997). Untuk membedakan item pengungkapan mandatory dan voluntary peneliti menggunakan peraturan Bapepam No. X.K.6 sebagai pedoman. Di samping itu karena peneliti membatasi penelitian ini pada item pengungkapan sukarela yang bersifat financial, maka setiap item pengungkapan diidentifikasi, dan digolongkan menjadi dua kelompok, financial dan non financial, untuk menghasilkan item pengungkapan sukarela di bidang keuangan. Berpedoman pada penelitian Lang dan Lundholm (2000), Meek et al. (1995) dan penelitian Botosan (1997) pada akhirnya, tersusun 35 item pengungkapan sukarela di bidang keuangan dalam sebuah indeks tanpa pembobotan, sehingga setiap item yang diungkapkan diberi nilai 1 (satu) dan yang tidak diungkapkan diberi nilai 0 (nol). Dengan demikian skor maksimal yang dapat diperoleh perusahaan dari pengungkapan sukarelanya adalah 40 (item pengungkapan penelitian terlampir).
DISC =
Σ Item 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑛𝑡𝑎𝑟𝑦 𝐷𝑖𝑠𝑐𝑙𝑜𝑠𝑢𝑟𝑒 yang diungkap Σ Total keseluruhan item
(8)
3.2.3. Variabel Pemediasi: Kualitas Laba Kualitas laba dalam penelitian ini didefinisikan sebagai tingkat kedekatan realisisasi nilai laba menjadi kas. Penjelasan mengenai definisi tersebut sesuai
dengan konteks penelitian ini, karena kedekatan nilai laba menjadi kas juga ditentukan oleh perilaku manajer mengatur nilai dan waktu dari akrual (Scott, 2016). Definisi kualitas laba tersebut didasarkan pada pendapat Schipper dan Vincent (2003) bahwa kualitas laba dapat dijelaskan melalui empat pendekatan, yaitu (2) persistensi laba, (2) karakteristik kualitatif dari rerangka konsep, (3) hubungan laba, kas, dan akrual, dan (4) implementasi keputusan. Berdasarkan keempat penjelasan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan kedua, yaitu hubungan laba, kas, dan akrual. Pilihan untuk menggunakan pendekatan hubungan laba-kas-akrual dalam menjelaskan kualitas laba sesuai dengan pendapat Dechow dan Schrand (2004) bahwa laba yang berkualitas memenuhi tiga hal yaitu, (1) merefleksikan kinerja sekarang, (2) menjadi indikator yang baik bagi kinerja operasi masa datang, dan (3) mencerminkan secara akurat nilai perusahaan. Dengan demikian laba yang baik dapat digunakan oleh para pengguna untuk membuat keputusan yang terbaik dan dapat digunakan untuk menjelaskan atau memprediksi harga dan return saham (Bernard dan Stober, 1989; Siallagan dan Machfoedz, 2006). Penelitian ini menggunakan tingkat akrual diskresioner yang diukur dengan modified Jones model (Dechow, Sloan, dan Sweeney, 1995) karenakan model ini telah teruji secara luas dalam penelitian terdahulu. Adapun model yang digunakan dalam modified Jones model adalah sebagai berikut: TAit = β1(1/Ait-1) + β2(∆REVit − ∆RECit) + β3 PPEit + εit
(9)
Keterangan: TAit Ait-1 ∆REVit ∆RECit PPEit εit
: adalah total akrual untuk perusahaan i tahun t, : adalah total aset untuk tahun t-1, : adalah pendapatan perusahaan i tahun t dikurang pendapatan perusahaan i tahun t-1, dibagi total aset tahun t-1, : adalah piutang perusahaan i tahun t dikurang piutang perusahaan i tahun t-1, dibagi total aset tahun t-1, : Property plant and equipment untuk perusahaan i tahun t, dibagi total aset tahun t-1, dan : error term.
Nilai akrual diskresioner yang diperoleh dari error term model tersebut dapat menunjukkan nilai positif ataupun negatif. Penggunaan ukuran ini bertujuan semata-mata untuk mengukur kualitas laba, dan tidak bertujuan untuk menilai arah positif atau negatif. Oleh sebab itu maka nilai akrual diskresioner yang diperoleh dari hasil regresi tersebut diabsolutkan. Ukuran akrual diskresioner yang semakin kecil menunjukan kualitas laba yang makin baik. Ini berarti semakin kecil akrual diskresioner semakin akurat laba yang dipublikasikan perusahaan mencerminkan laba sesungguhnya.
3.2.4. Variabel Kontrol a. Ukuran Perusahaan Penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Ukuran perusahaan sebagai salah satu karakteristik perusahaan pada penelitian ini diukur dengan logaritma total aset (log total aset). Penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan karena merupakan determinan yang banyak digunakan untuk menilai perusahaan (Li, 2009) dan karenanya diperlukan untuk mengontrol pengaruh langsung maupun tidak langsung dari Corporate Governance terhadap
biaya modal ekuitas. Penelitian ini juga melakukan split sampel berdasarkan mean total aset. b. Dummy Tahun Penelitian ini menggunakan dummy tahun sebagai variabel kontrol. Nilai (1) satu diberikan pada tahun j dan (0) nol pada tahun yang lain. Penggunaan dummy tahun ini merujuk pada penelitian Qi, Wu, dan Zang (2000). Dummy tahun digunakan untuk mengontrol perubahan lingkungan makro ekonomi selama periode penelitian (Qi et al., 2000).
3.3 Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif untuk menjelaskan karakteristik data dan uji hipotesis dengan path analysis menggunakan software SPSS release 20. a. Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai distribusi dan perilaku sampel. Analisis ini terdiri dari penghitungan minimum,maksimum, mean, median dan standar deviasi dari data sampel. b. Pengujian Normalitas dan Asumsi Klasik Pengujian validitas data dilakukan sebagai syarat analisa regresi berganda agar penaksiran parameter dan koefisien regresi valid, tidak bias dan konsisten, maka harus memenuhi asumsi klasik yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Uji Normalitas Menurut
Ghozali
(2012)
pengujian
Kolmogorov-Smirnov
(Kolmogorov-Smirnov Test) dan pendekatan grafik normal probability plot dimaksudkan untuk menguji normalitas data. Maksud dari uji normalitas ini adalah melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. 2. Uji Otokorelasi Metode uji ini menurut Ghozali (2012) digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t, dengan kesalahan pada periode t1. Jika terjadi korelasi, berarti dijumpai problem otokorelasi. Pengujian Durbin-Watson (DW) dilakukan untuk mengetahui terjadinya otokorelasi yang akan mengakibatkan pengaruh partial antar variabel menjadi kurang akurat. 3. Uji Multikoliniearitas Ghozali (2012) menyatakan pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat dua atau lebih variabel bebas yang berkorelasi secara linear. Apabila terjadi, maka kita akan menghadapi kesulitan untuk membedakan pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya. Untuk mendeteksi adanya gejala multikolinearitas dalam model penelitian dapat dilihat dari nilai toleransi (tolerance value) atau nilai variance inflasion factor (VIF). Batas toleransi > 0,10 dan batas VIF < 10,00, suatu model regresi yang bebas
multikolinearitas harus memiliki koefisien korelasi antar variabel independen yang lemah (di bawah 0,05). Jika korelasi kuat, maka terjadi problem multikolinearitas. 4. Uji Heteroskedastisitas Menurut Ghozali (2012) cara yang digunakan untuk mendeteksi heteroskedatisitas adalah dengan menggunakan uji Glejser (Glejser Test) yaitu dengan menguji hubungan antara absolut residual model (selisih Y*observasi dengan Y*prediksi) dengan setiap variabel independennya. Heteroskedasitas sendiri diartikan sebagai varian yang tidak konstan, misalkan varian Xi meningkat jika X naik. Bila dilihat dari plot residual dengan nilai prediksi juga tidak menggambarkan suatu pola tertentu. c. Analisis Regresi Berganda Menurut Gujarati (2009) analisis regresi berganda (multiple regression) adalah model analisis regresi yang digunakan apabila terdapat lebih dari satu variabel independen yang diuji pengaruhnya terhadap satu variabel dependen. d. Pengujian Path Analysis Menurut Ghozali (2012) path analysis adalah penggunaan metode regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model kausal) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Selanjutnya Ghozali (2012) menyatakan bahwa, analisis jalur dapat menentukan pola hubungan antara tiga variabel atau lebih namun tidak dapat digunakan untuk mengkonfirmasi atau menolak hipotesis kausalitas imajiner.
Variabel penelitian terbukti berhubungan langsung apabila satu variabel mempengaruhi variabel lain tanpa ada variabel ketiga yang memediasi hubungan kedua variabel tersebut, sebaliknya hubungan tidak langsung terbukti apabila terdapat variabel ketiga yang memediasi kedua variabel (Ghozali, 2012). Menurut Hair et al. (2010) terdapat empat langkah yang harus ditempuh untuk menggunakan path analysis ini, yaitu: 1) mengembangan model
berdasarkan
teori;
2)
mengembangan
diagram
jalur
untuk
menunjukkan hubungan kausalitas; 3) mengkonversi diagram jalur ke dalam serangkaian model struktural dan spesifikasi model pengukuran; dan 4) memilih matriks input dan teknik estimasi atas model yang dibangun. Baron dan Kenny (1986) menyatakan untuk menguji mekanisme mediasi. Perlu dirumuskan tiga model, yaitu 1) model pertama menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen; 2) model kedua menguji pengaruh variabel independen sebagai variabel mediator; 3) model ketiga menguji pengaruh model independen yang dikontrol oleh variabel mediator terhadap variabel dependen.Namun demikian dalam penelitian ini, dilakukan pengujian melalui empat tahapan, yaitu pengujian variabel mediasi terhadap variabel dependen. Proses penarikan kesimpulan mediasi menurut Baron dan Kenny (1986) adalah apabila memenuhi sejumlah kondisi sebagai berikut: 1.
Variasi tingkat variabel independen signifikan terhadap variasi variabel mediator.
2.
Variasi tingkat variabel mediator signifikan terhadap variasi variabel dependen.
3.
Ketika variabel tingkat variabel independen dan mediator dikontrol maka berakibat pada signifikansi variabel independen terhadap dependen. Pengaruh variabel independen terhadap dependen yang semula signifikan berubah menjadi tidak signifikan. Jika kondisi ini terjadi maka diketahui adanya mediasi sempurna. Sedangkan apabila yang terjadi adalah penurunan pengaruh langsung variabel independen terhadap variabel dependen menunjukkan adanya fungsi mediasi parsial. Selanjutnya,
dilakukan
perhitungan
koefisien
pengaruh
total.
Perhitungan tersebut didasarkan pada Baron dan Kenny (1986) dan Ghozali (2012) dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menghitung koefisien pengaruh langsung. 2) Menghitung pengaruh tidak langsung dengan menggunakan rumus: Pengaruh tidak langsung
= p2 x p3.
3) Menghitung pengaruh total mediasi dengan rumus:
Pengaruh total
= p1 + (p2 x p3).
e. Model Statistik dan Pengujian Hipotesis Model penelitian berikut ini menunjukkan analisis yang akan dilakukan antara keenam variabel independen dengan variabel pemediasi yaitu pengungkapan sukarela:
COEC= β0b+ β1a INDP+ β2a DISC + β3a TA+ β4-6aDummy tahun+ ε.................. (10) LABA= β0b+ β1b INDP+ β2b DISC+ β3b TA+ β4-6bDummy tahun+ ε...................(11) COEC= β0b+ β1c LABA + β2c TA+ β3-5cDummy tahun+ ε....................................(12) COEC= β0b+ β1d INDP+ β2d DISC+ β3d LABA+ β4d TA+ β5-7d Dummy tahun+ε(13) Keterangan: COEC : INDP
:
DISC
:
LABA
:
TA
:
Dummy Tahun:
Biaya modal ekuitas, diukur dengan Capital Asset Pricing Model (CAPM), Independensi board, diukur dengan skor gabungan independensi Dewan Komisaris dan Komite Audit, Pengungkapan sukarela, diukur dengan persentase skor pengungkapan sukarela, dengan cara memberi skor 1 pada item pengungkapan sukarela yang dipublikasikan oleh perusahaan dan 0 pada item yang tidak diungkap, Kualitas laba, diukur dengan nilai absolut akrual diskresioer, Ukuran Perusahaan, diukur dengan log total aset, dan Tahun, diukur dengan dummy.
Dalam penelitian ini tingkat signifikansi (β) yang digunakan sebesar 5%. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis didasarkan pada signifikansi p-value (probability value). Jika ρ-value (signifikan) > β, maka hipotesis alternatif ditolak. Sebaliknya jika ρ-value (signifikan) < β, maka hipotesis alternatif diterima, sedangkan kriteria penerimaan hipotesis untuk mekanisme mediasi, didasarkan hasil analisis jalur. Variabel penelitian terbukti berhubungan langsung apabila satu variabel mempengaruhi variabel lain tanpa ada variabel ketiga yang memediasi hubungan kedua variabel tersebut, sebaliknya hubungan tidak langsung terbukti apabila terdapat variabel ketiga yang memediasi kedua variabel (Ghozali, 2012).