BAB III METODE PENELITIAAN
3.1 Rancangan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, maka jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimen. Penelitian ini
merupakan kegiatan untuk
meneliti suatu peristiwa akibat suatu kondisi yang dipantau dengan cermat untuk mengetahui pengaruh yang muncul. Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian di dua kelas yaitu kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Kelas ekperimen I akan diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization dan kelas eksperimen II dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Rancangan penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah nonequivalen control grup design seperti yang terlihat pada tabel berikut. Tabel 3.1 nonequivalen control grup design
Kelas
Pretest
Perlakuan
Posttest
Eksperimen I
T1
X1
P1
Eksperimen II
T2
X2
P2
T1 : Hasil pre-test sebelum diajar dengan menggunakan model pembelajararan kooperatif tipe Team Assisted Individualization. T2 : Hasil pre-test sebelum diajar dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw.
40
41
P1 : Hasil post-test sesudah diajar dengan menggunakan model pembelajararan kooperatif tipe Team Assisted Individualization. T2 : Hasil post-test sesudah diajar dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw. X1 : Perlakuan dengan model pembelajararan kooperatif tipe Team Assisted Individualization. X2 : Perlakuan dengan model pembelajaran Jigsaw. Fungsi pre-test adalah untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi baru sebelum disajikan. Dalam penelitian ini soal-soal pre-test yang diberikan adalah soal-soal materi prasyarat dan soal-soal yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Dengan demikian materi prasyarat yang rata-rata telah dikuasai siswa tidak perlu diberikan lagi untuk efisiensi pemanfaatan alokasi waktu. Dalam hal ini manfaat dari pre-test yang diberikan penulis kepada kelas sampel adalah untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi yang dipelajari. sedangkan untuk populasi adalah untuk mengukur normalitas dan homogenitas populasi.
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 11 Kota Jambi semester ganjil tahun ajaran 2016/2017. Jumlah siswa dalam populasi ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
42
Tabel 3.2 Jumlah Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Kota Jambi Kelas
Jumlah Siswa
X MIA 1
36 Siswa
X MIA 2
36 Siswa
X MIA 3
36 Siswa
Sumber : Tata Usaha SMA Negeri 11 Kota Jambi
3.2.2 Sampel Pengambilan sampel harus refresentatif yaitu diambil sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dalam penelitian ini, dibutuhkan dua kelas sampel yaitu kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Kelas eksperimen I merupakan kelas yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization dan kelas eksperimen II merupakan kelas yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Agar mendapat sampel yang representatif yaitu sampel yang dapat mewakili populasi dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Memberikan pretest kepada seluruh populasi. 2. Menghitung nilai rata-rata dan standar deviasi hasil belajar fisika siswa untuk
masing-masing kelas sampel pada populasi. 3. Uji Normalitas
43
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data dari kedua sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan uji Liliefors. Langkah-langkah uji normalitas dengan menggunakan uji Liliefors adalah sebagai berikut: a. Menentukan rata-rata skor masing-masing kelas sampel. b. Menyusun skor hasil belajar fisika siswa dari skor terendah sampai skor tertinggi. c. Menentukan simpangan baku masing-masing kelas. d. Pengamatan x1, x2, …, xn dijadikan bilangan baku z1, z2,…, zn dengan
menggunakan rumus
zi
xi x s ( x dan s masing-masing merupakan rata-
rata dan simpangan baku sampel). e. Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku dihitung peluang F(zi) = P (z ≤ zi). f. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2,…, zn yang lebih kecil atau sama dengan zi, yang dinyatakan oleh S(zi) dengan menggunakan rumus:
S ( zi )
banyaknya zi , z 2 ,..., z n yang zi n
g. Hitung selisih F(zi) - S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
(3.1)
44
h. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut, sebutlah harga terbesar ini L0. i. Bandingkan nilai L0 dengan nilai kritis L yang terdapat pada tabel untuk taraf nyata α yang ditentukan. j. Menentukan kriteria pengujian dengan L0 lebih kecil dari Ltabel dikatakan skor hasil belajar berdistribusi normal dan sebaliknya skor hasil belajar tidak berdistribusi normal. 4. Uji homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk menguji apakah kelas sampel dalam populasi mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan uji Bartlett. Adapun langkah-langkah uji Bartlett sebagai berikut: Dimisalkan masing-masing sampel berukuran n1, n2, ..., nk dengan data uji Yij (i = 1, 2, 3, ..., k dan j = 1, 2, 3, ..., k) dan harga-harga yang dibutuhkan untuk uji Bartlett dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini: Adapun langkah-langkah uji bartlett sebagai berikut : Tabel 3.3. Harga yang diperlukan untuk Uji Bartlett Sampel ke 1
Dk
(k)
45
2
. K
∑
∑
Jumlah
∑ -
-
a. Menghitung variansi gabungan dari semua kelas dalam populasi dengan rumus : ∑
(3.2)
∑
b. Menghitung harga satuan Bartlett (satuan B) dengan rumus : B = (log s2) ∑
(3.3)
c. Menentukan chi kuadrat hitung dengan rumus : X2hitung = (ln 10) {
∑
} dengan ln 10 = 2,3026
(3.4)
Kriteria pengambilan keputusan berdasarkan pada : Dengan taraf nyata α, tolak hipotesis H0 jika X2hitung ≥ X2( X2( (
) ) dan dk =
)
, dimana
didapat dari daftar distribusi chi kuadrat dengan peluang .
46
Setelah diketahui bahwa populasi berdistrubusi normal dan homogen, maka digunakan teknik Cluster Random Sampling dalam menentukan sampel yang akan digunakan. Teknik Cluster Random Sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel dimana sampel yang dipilih dalam bentuk kelompok-kelompok (cluster). Teknik ini digunakan karena populasi atau sampel yang tersedia adalah berupa unitunit rumpun dalam populasi yaitu kelas, dan tidak dimungkinkan mengambil secara acak setiap individual siswa dari setiap kelas. Maka didapat kelas X MIA 2 sebagai kelas eksperimen I dan X MIA 3 sebagai kelas eksperimen II. Dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.4 Sampel Penelitian
3.3.
No
Kelas
Jumlah Siswa
1
X MIA 2
36 Siswa
2
X MIA 3
36 Siswa
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 11 Kota Jambi. Waktu penelitian
yaitu pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017.
3.4 Variabel Penelitian Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai atau pengelompokkan logis dari dua atribut atau lebih. Dalam hal ini ada dua variabel yaitu:
47
1. Variabel bebas merupakan variabel penyebab yang muncul terlebih dahulu dan dapat dimanipulasi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization dan model pembelajaran Jigsaw. 2. Variabel terikat merupakan variabel yang muncul sebagai akibat dari variabel bebas. Hasil belajar fisika siswa pada aspek kognitif kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II setelah diberi perlakuan yang diperoleh dari post test merupakan variabel terikat dalam penelitian ini. 3. Variabel kontrol merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan. . Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah Guru.
3.5 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian berupa tes hasil belajar siswa (post tes). Untuk tes hasil belajar siswa berupa seperangkat tes yang terdiri dari soal-soal objektif. Untuk mendapatkan tes yang baik, sebelum tes diberikan kepada objek penelitian maka soalsoal itu terlebih dahulu diuji cobakan pada kelas lain yang telah mempelajarinya, dari uji coba tersebut dianalisis daya beda, tingkat kesukaran, dan reabilitasnya. Kemudian soal yang memenuhi syarat tes yang baik diambil, sedangkan soal yang tidak memenuhi syarat dibuang.
3.5.1 Validitas Suatu tes hasil belajar dapat dikatakan valid apabila materi tes tersebut benarbenar merupakan bahan pelajaran yang diberikan. Sehubungan dengan penelitian ini maka validitas yang digunakan adalah validitas isi. Untuk mengukur validitas isi,
48
butir-butir soal disesuaikan dengan kurikulum SMA. Sebuah tes memiliki ketepatan isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh sebab itu penulis membuat kisi soal dan tes yang sesuai dengan materi yang telah diberikan berdasarkan kurikulum SMA.
3.5.2 Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk dapat membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Untuk perhitungan kelompok tes dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Daya beda soal dihitung dengan rumus : D= Keterangan : D : Indeks diskriminasi atau daya pembeda JA : Banyak peserta kelompok atas JB : Banyak peserta kelompok bawah BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab benar PA : proporsi kelompok atas yang menjawab benar PB : proporsi kelompok bawah yang menjawab benar Dengan kriterian nilai D adalah : 0,00 ≤ D ˂ 0,20 : jelek 0,20 ≤ D ˂ 0,40 : cukup 0,40 ≤ D ˂ 0,70 : baik 0,70 ≤ D ˂ 1,00 : sangat baik
(3.5)
49
D = negatif : jelek sekali (dibuang) Nilai-nilai D yang memenuhi kriteria yang jelek dibuang dan nilai D yang negatif dibuang . Soal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu soal dengan daya beda cukup dan baik. Dari hasil uji coba soal yang dilaksanakan, dilakukan analisis daya pembeda soal. Butir soal no 2,4,5,6,8,9,10,12,13,14,16,17,24,27,33,34,36,37,38,39 dan 40 memenuhi kriteria cukup. Butir soal no 7, 18, 19, 22, 26, 28, 30, 35 memenuhi kriteria baik. Butir soal no 1,3,15,21,23,25 memenuhi kriteria jelek.
3.5.3 Tingkat Kesukaran Besarnya indeks kesukaran soal ditentukan dengan rumus : P=
(3.6)
Keterangan : P = Indeks kesukaran B = Banyak siswa yang menjawab soal tersebut dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes Unutuk mengetahui besarnya indeks kesukaran, kriteria yang digunakan adalah : 0,00 ≤ p ˂ 0,30 : sukar 0,30 ≤ p ˂ 0,70 : sedang 0,70 ≤ p ˂ 1,00 : mudah Soal-soal yang dianggap baik yaitu soal-soal dengan kriteria sedang, tetapi perlu diketahui bahwa tidak berarti soal-soal yang terlalu mudah atau sukar sekali tidak boleh digunakan. Jadi, soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal dengan kriteria tingkat kesukaran sedang.
50
Dari hasil uji coba soal yang telah dilaksanakan, dilakukan analisis tingkat kesukaran butir soal. Butir soal no 1,4, 9,28 memenuhi kriteria mudah, butir soal no 2,3,5,6,7,8,10,12,13,14,16,19,20,21,22,23,25,26,27,29,30,31,32,33,34,35,37 dan 38 memenuhi kriteria sedang. Butir soal no 11,15,17,18,24,36,39,40 memenuhi kriteria sulit.
3.5.4 Reliabilitas Soal Sebuah tes disebut reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketepatan hasil tes. Untuk menentukan reliabilitas tes digunakan rumus: r11 = *
2
dengan :
S =
∑
∑
+* (∑
+
(3.7)
)
(3.8)
Keterangan : r11 = Koefisien reliabilitas soal pi = Proporsi populasi yang menjawab item dengan benar qi = Proporsi populasi yang menjawab item dengan salah ∑
= Jumlah hasil kali pi dan qi
S2 = Variansi dari tes n = Banyak item Xi = Skor total butir soal N = Jumlah peserta tes Sebagai kriteria penghitung reliabilitas soal didasarkan pada ketentuan di bawah ini : 0,00 ≤ r11 ˂ 0,20 : reliabilitas sangat rendah 0,20 ≤ r11 ˂ 0,40 : reliabilitas rendah 0,40 ≤ r11 ˂ 0,60 : reliabilitas cukup
51
0,60 ≤ r11 ˂ 0,80 : reliabilitas tinggi 0,80 ≤ r11 ≤ 1,00 : reliabilitas sangat tinggi Soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang mempunyai reliabilitas sangat tinggi. Setelah dilakukan perhitungan terhadap hasil uji coba soal diperoleh nilai koefisien reliabilitas 0,84 berarti reabilitas uji coba soal yang dijadikan instrumen penelitian mempunyai tingkat yang sangat tinggi. 3.5.5 Penilaian Teknik penskoran digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam sistem penilaian. Teknik penskoran yang dilakukan pada aspek kognitif. Instrumen yang digunakan untuk menentukan hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah soal post-test yang dibuat dalam bentuk objektif. Pada tes objektif hanya ada dua kemungkinan jawaban, yaitu benar dan salah. Untuk jawaban yang benar diberi skor 1 dan untuk jawaban yang salah diberi skor 0. Ada dua cara penskoran yang dapat digunakan untuk tes berbentuk objektif, yaitu dengan mempertimbangkan koreksi terhadap jawaban tebakan dan tanpa mempertimbangkan koreksi terhadap jawaban. Pada penelitian ini penskoran yang digunakan adalah tanpa koreksi terhadap jawaban tebakan,, yaitu dengan rumus : Skor = Keterangan : B = Banyaknya butir soal yang dijawab benar N = Banyaknya butir soal
(3.9)
52
3.6 Teknik Pengumpulan Data Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang diambil secara langsung dari nilai post-test fisika siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes setelah berakhirnya pembelajaran pada kelas eksperimen I dan eksperimen II. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan data penelitian adalah sebagai berikut : a.
Tahap Persiapan Pada tahap ini peneliti menyiapkan segala yang berhubungan dengan
pelaksanaan penelitian, antara lain : a. Menyiapkan surat izin penelitian b. Menentukan kelas sampel yang diteliti yaitu kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. c. Menyusun jadwal kegiatan penelitian setelah penulis mendapat informasi tentang alokasi waktu pengajaran. d. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. e. Mempersiapkan hal yang mendukung pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization. b.
Tahap Pelaksanaan Dalam pelaksanaan pembelajaran, materi yang diberikan kepada siswa
adalah sama. Hal yang membedakan adalah perlakuan, yaitu penulis Model Pembelajaran Team Assisted Individualization pada kelas eksperimen I dan model Pembelajaran Jigsaw pada kelas eksperimen II.
53
c.
Tahap Akhir a. Memberikan post-test pada kelas sampel di akhir materi pokok sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh penulis. b. Menganalisis terhadap skor rata-rata post-test, kemudian mengambil kesimpulan.
3.7 Analisis Data Teknik analisis data dimaksudkan untuk menguji hipotesis, tentang perbedaan dua rata-rata. Sebelum dilakukan uji hipotesis tentang perbedaan dua rata-rata terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas
3.7.1 Uji Normalitas Untuk menguji normalitas ini digunakan uji Liliefors dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menyusun skor hasil belajar fisika siswa dalam suatu tabel dari skor terendah sampai skor tertinggi. 2. Menghitung rata-rata skor masing-masing kelas sampel 3. Menghitung standar deviasi kelompok sampel
4. Mencari skor baku dari skor mentah dengan rumus
zi
xi x s
5. Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku kemudian dihitung peluang dengan rumus: F(zi) = P (z ≤ zi).
54
6. Menghitung harga S(zi) proporsi skor baku yang lebih kecil atau sama dengan
zi dengan rumus:
S ( zi )
banyaknya z i , z 2 ,..., z n yang z i n
7. Menghitung selisih |F(zi) - S(zi)| kemudian tentukan harga mutlaknya. 8. Mengambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak, sebutlah harga ini dengan L0. 9. Membandingkan harga L0 dengan harga L dalam tabel dengan α = 0,05 jika Jika L0 ˂ Ltabel berarti hasil belajar berdistribusi normal Jika L0 ˃ Ltabel berarti hasil belajar tersebut berdistribusi tidak normal 3.7.2 Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk melihat apakah data dari kedua kelas sampel mempuyai variansi yang homogen atau tidak. Untuk menguji homogenitas dilakukan langkah sebagai berikut : 1. Menghitung variansi masing-masing kelompok data, kemudian dihitung harga F dengan menggunakan rumus : F=
(3.10)
2. Jika telah didapat harga F, kemudian dibandingkan dengan harga F tabel. Kriteria pengujian adalah : Bila Fhitung ˂ Ftabel, maka variansi nilai yang dibandingkan homogen Bila Fhitung ≥ Ftabel, variansi nilai yang dibandingkan tidak homogen
55
3.7.3 Uji Hipotesis Uji hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata. Uji ini bertujuan untuk menentukan: H0 : Rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan menggunakan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization tidak lebih baik atau sama dengan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan menggunakan model Pembelajaran Jigsaw. H1 : Rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan menggunakan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan menggunakan model Pembelajaran Jigsaw. Secara matematis dapat ditulis : H0 = µ1 ≤ µ2 H1 = µ1 ˃ µ2 Keterangan : µ1 : Rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan menggunakan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization. µ2 : Rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan menggunakan model Pembelajaran Jigsaw. Jika kedua sampel terdistribusi normal dan homogen maka untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini digunakan uji pihak kanan dengan uji-t, dengan rumus:
56
x1 x 2
t htung
1 1 n1 n2
s
Dengan
(3.11)
s2 =
(3.12)
Keterangan : s2 = Variansi gabungan s = Standar deviasi gabungan ̅ = Skor rata-rata kelas eksperimen I ̅ = Skor rata-rata kelas eksperimen II s1 = Standar deviasi kelas eksperimen I s2 = Standar deviasi kelas eksperimen II n1 = jumlah siswa kelas eksperimen I n2 = jumlah siswa kelas eksperimen II Kriteria pengujian adalah tolak H0, jika thitung ˃ t untuk taraf nyata α = 0,05 dengan dk = penggunaan daftar distribusi t ialah
dengan peluang untuk
, untuk harga-harga t yang lain H0 ditolak.
Jika sampel yang diuji terdistribusi secara normal namun tidak homogen, maka untuk pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji statistik t’ dengan rumus sebagai berikut: t’ =
x1 x2
[ ][ ] s1 2 n1
s2 2 n2
(3.13)
57
Keterangan : s12 = Variansi kelas eksperimen I
s 22 = Variansi kelas eksperimen II x1 = Skor rata-rata kelas eksperimen I
x 2 = Skor rata-rata kelas eksperimen II
n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen I n2 = Jumlah siswa kelas eksperimen II Kriteria pengujian dengan menggunakan uji statistik ini adalah tolak hipotesis H0 jika t '
s12 w2 n2
,
w1t1 w2 t 2 dan terima H0 jika terjadi sebaliknya, dengan w1 w1 w2
=
s12 n1
,
t1 t 1 ,n1 1 dan t 2 t 1 ,n2 1 . Peluang untuk penggunaan daftar
distribusi t ialah (1-α) sedangkan dk-nya masing-masing adalah (n1-1) dan (n2-1). Jika sampel yang diuji tidak terdistribusi secara normal, maka digunakan metoda statistik nonparametrik atau sering disebut metoda statistika bebas distribusi. Salah satu uji nonparametrik yang dapat dipakai adalah uji tanda. Jika sampel yang diuji tidak terdistribusi normal dan tidak homogen, maka dapat dilakukan uji U sebagai berikut: U1 = n1 n2 + n1
U2 = n1 n2 + n2
n1 1 2
n2 1 2
R1
R2
Keterangan: U1 : statistik uji 1 U2 : statistik uji 2 n1 : jumlah sampel pada kelas eksperimen I n2 : jumlah sampel pada kelas eksperimen II
(3.14)
(3.15)
58
R1 : jumlah rangking pada kelas eksperimen I R2 : jumlah rangking pada kelas eksperimen II Dari tabel nilai U tersebut yang digunakan adalah nilai U yang lebih kecil.