104
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1. Kerangka Konseptual Penelitian Pengembangan wilayah merupakan suatu tindakan wilayah
atau
membangun daerah atau
mengembangkan
kawasan dalam rangka usaha
memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat.
Sasarannya harus
diterjemahkan dalam kerangka pembangunan nasional dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yaitu dengan tujuan mencapai pertumbuhan pendapatan perkapita yang cepat, menyediakan kesempatan kerja yang cukup, pemerataan pendapatan, mengurangi perbedaan antara tingkat pendapatan, kemakmuran, pembangunan serta kemampuan antar daerah, membangun struktur perekonomian agar tidak berat sebelah (Hadjisaroso, 1994). Pengembangan wilayah merupakan suatu tindakan membangun wilayah, membangun daerah atau kawasan dalam rangka usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat termasuk petani. Petani sebagai makhluk sosial juga ingin mempunyai taraf hidup yang sesuai dalam hidupnya. Peningkatan taraf hidup tersebut diperoleh petani dengan cara meningkatkan pendapatannya. Untuk memperoleh pendapatan yang tinggi mereka melaksanakan berbagai aktivitas dan kegiatan sebagai petani. Dalam upaya meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah, tentu harus dapat meningkatkan nilai tambah bagi
104 Universitas Sumatera Utara
105
usahatani mereka sehingga pendapatan mereka bisa bertambah. Untuk itu perlu diatur dan dikembangkan dengan sistem agribisnis padi sawah. Pendapatan
usahatani adalah total penerimaan yang berasal dari nilai
hasil penjualan ditambah dari nilai hasil yang dipergunakan sendiri, dikurangi dengan nilai pengeluaran yang terdiri dari pengeluaran untuk input (benih, pupuk, pestisida, dan alat alat), pengeluaran untuk upah tenaga kerja dari luar keluarga, pengeluaran pajak dan lain-lain (Hernanto, 1993). Dalam upaya meningkatkan pendapatan petani padi sawah
pada
pengembangan wilayah dapat dilihat dari kerangka konseptual penelitian.
3.1.1. Menganalisis Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Studi yang dilakukan Salmiah (2004), karakteristik sosial ekonomi yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan adalah luas lahan yang dimiliki dan jumlah tanggungan keluarga, sedangkan tingkat pendidikan dan usia petani tidak berpengaruh. Untuk menganalisis pengaruh pengembangan wilayah dalam karakteristik sosial ekonomi petani sampel, penelitian ini terdiri dari variabel umur, pendidikan, lamanya berusahatani, lamanya berorganisasi P3A,
jumlah
tanggungan keluarga, dan total luas lahan usahatani yang dimiliki
terhadap
meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Dalam penelitian ini dilakukan analisis data dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Digunakan model estimasi regresi linier berganda dengan
Universitas Sumatera Utara
106
spesifikasi model ekonometrika.
Alat bantu dalam mengolah data primer yang
digunakan adalah Program SPSS 16 (Statistical Product and Service Solution) 16. X11 X12 X13
Karakteristik SSosial Ekonomi (X1)
Y
X14 X15 X16
Gambar 3.1.
3.1.2.
Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.
Menganalisis Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum dan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Dalam Pengembangan Wilayah
Kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam adalah salah satu jenis ritual atau upacara minta hujan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah perdesaan. Datangnya hujan berarti datangnya rahmat Illahi yang menjadi sumber hidup bagi seluruh makhluk bumi, termasuk manusia. Masyarakat di desa masih percaya, melalui kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam maka akan segera turun hujan yang sangat berguna agar sumur-sumur dan sumber mata air keluar lagi airnya, sawah dan ladang tidak lagi tandus, dan berbagai tanaman bersemi kembali bagi kelangsungan hidup mereka. Sebelum dilakukan analisis komparasi rata-rata pendapatan petani padi sawah, sebelum dan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun
Universitas Sumatera Utara
107
tanam
pada pengembangan wilayah, maka akan diberikan gambaran terlebih
dahulu mengenai perbandingan variabel biaya sebelum dan setelah kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam. Dimana sebelum kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam variabel biaya terdiri dari biaya pompanisasi, biaya pupuk dan biaya pestisida. Setelah kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam variabel biaya terdiri dari biaya iuran irigasi, biaya pupuk dan biaya pestisida. Untuk menganalisis komparasi rata-rata pendapatan petani padi sawah sebelum dan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, pada pengembangan wilayah.
Dalam penelitian ini dilakukan analisis
dengan metode Dependent Sample T-test (Paired Sample T-test).
data
digunakan
model uji beda rata-rata (Compare Means). Alat bantu dalam mengolah data primer yang digunakan adalah Program SPSS 16 (Statistical Product and Service Solution) 16.
Pendapatan Sebelum Menerapkan Kearifan lokal Doa Turun Tanam (X2 )
Komparasi RataRata Pendapatan
Pendapatan Setelah Menerapkan Kearifan lokal Doa Turun Tanam (X3)
Gambar 3.2. Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum Dan Setelah Menerapkan Kearifan lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Dalam Pengembangan Wilayah.
Universitas Sumatera Utara
108
3.1.3. Menganalisis Pengaruh Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam, Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Dilakukan
penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pengembangan
wilayah setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam secara langsung dan
melalui kegiatan
utama agribisnis terhadap meningkatkan
pendapatan petani padi sawah. Sebelum dilakukan analisis pengaruh setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, maka akan diberikan gambaran terlebih dahulu mengenai variabel biaya setelah kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, yang terdiri dari biaya iuran air irigasi, biaya pupuk, dan biaya pestisida. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model SEM (Structural Equation Modeling) untuk melihat pengaruh dan analisis faktor. Alat bantu yang digunakan adalah AMOS (Analyis of Moment Structure) 19. X41
X42
X43
KegiatanUtama Agribisnis (X4)
X31
X32
Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Doa Turun Tanam (X3)
Pendapatan Petani Padi Sawah (Y)
Y1 Y2
X33
Gambar 3.3. Menganalisis Pengaruh Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.
Universitas Sumatera Utara
109
3.1.4.
Menganalisis Pengaruh Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Teori export base, teori ini petama kali dikembangkan oleh Douglas C. North (1955). Menurut North, kekuatan utama ekonomi suatu wilayah tergantung kepada permintaan eksternal akan barang dan jasa yang diproduksi dari wilayah tersebut.
Permintaan ekternal akan mempengaruhi penggunaan modal dan
teknologi dan diekspor oleh wilayah itu, karena itu pertumbuhan wilayah jangka panjang sangat tergantung pada kegiatan industri ekspornya. Atas dasar itu, keberlanjutan perkembangan wilayah sangat banyak ditekan pada peningkatan aliran modal dan teknologi, dimana persyarat untuk itu berkaitan dengan jumlah modal yang ditanamkan oleh pemilik modal, baik dari dalam maupun luar, serta berkaitan pula dengan sumber daya manusia yang memiliki keahlian khusus. Untuk menganalisis pengaruh
pengembangan wilayah dalam kegiatan
utama agribisnis, variabel penelitian terdiri dari biaya produksi, luas panen dan harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah.
Dalam
penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 19 (Analyis of Moment Structure).
Universitas Sumatera Utara
110
X41
Kegiatan Utama Agribisnis (X4)
X42
Pendapatan Petani Padi sawah (Y)
Y1 Y2
X43 Gambar 3.4. Menganalisis Pengaruh Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah.
3.1.5. Menganalisis Pengaruh Kegiatan Penunjang Agribisnis Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.
Teori lokasi, perkembangan teori lokasi dimulai dari Von Thunnen, yang mengembangkan teorinya berdasarkan pengamatan hasil pertanian di Mcklenberg yang
selanjutnya
dikembangkan Weber, Palender
dan Hoover,
Weber
mengenalkan indeks material dan indeks berat. Faktor-faktor yang menentukan lokasi adalah faktor endowment, pasar dan harga, bahan baku dan energi, angkutan sebagai input. Untuk menganalisis pengaruh pengembangan wilayah dalam kegiatan penunjang agribisnis, variabel penelitian ini terdiri dari bantuan input produksi pertanian, penyaluran kredit dan kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau
Universitas Sumatera Utara
111
dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 19 (Analyis of Moment Structure). X41
X42
X43
Kegiatan Utama Agribisnis (X4)
X51
X52
Kegiatan Penunjang Agribisnis (X5)
Pendapatan Petani Padi sawah (Y)
X53 Gambar 3.5. Menganalisis Pengaruh Kegiatan Penunjang Agribisnis Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah
3.1.6. Menganalisis Pengaruh Sumber Daya Alam (SDA) Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Teori resource
endowment, teori ini bertolak dari suatu
pandangan
bahwa pengembangan ekonomi wilayah sangat tergantung pada sumber daya alam yang dimiliki oleh wilayah tersebut dan permintaan terhadap komoditas yang dihasilkan dari sumber daya itu. Makin banyak sumber daya alam yang dapat diolah untuk komoditi unggulan maka semakin cepat pertumbuhan wilayahnya. Teori resource endowment secara implisit mengasumsikan bahwa
Universitas Sumatera Utara
Y1 Y2
112
dalam perkembangannya, sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu wilayah akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa yang berbeda bila terjadi perubahan permintaan. Untuk menganalisis pengaruh pengembangan wilayah dalam sumber daya alam (sda) variabel penelitian ini terdiri dari jumlah volume air/ha, luas lahan usahatani yang beririgasi dan panjang jalan usahatani terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. menggunanakan
Dalam penelitian ini dianalisis dengan
model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan
persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 19 (Analyis of Moment Structure). X41
X42
X43
Kegiatan Utama Agribisnis (X4)
X 61
Sumber Daya Alam (X6)
X 62
Pendapatan Petani Padi sawah (Y)
Y1 Y2
X 63
Gambar 3.6.
Menganalisis Pengaruh Sumber Daya Alam (SDA) Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.
3.1.7. Menganalisis Sumber Daya Manusia (SDM) Secara Langsung Dan
Universitas Sumatera Utara
113
Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Teori pengembangan SDM, teori ini mengasumsikan bahwa sumber daya manusia (sdm) merupakan faktor penentu bagi kemajuan ekonomi suatu wilayah. Bukti empirik menunjukkan, ketersediaan sumber daya manusia memiliki hubungan yang signifikan dengan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, investasi pada sumber daya manusia menjadi lebih utama untuk meningkatkan skala pengembalian dalam jangka panjang. Untuk menganalisis pengaruh pengembangan wilayah.
dalam sumber
daya alam (sda) variabel penelitian ini terdiri dari curahan tenaga kerja, penyuluhan/pelatihan dan produktivitas tenaga kerja terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah
Dalam penelitian ini dianalisis dengan
menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 19 (Analyis of Moment Structure).
Universitas Sumatera Utara
114
X41
X 42
X 43
Kegiatan Utama Agribisnis (X4)
X71
Sumber Daya Manusia (X7)
X72
Pendapatan Petani Padi sawah (Y)
Y1 Y2
X 73 Gambar 3.7.
Menganalisis Pengaruh Sumber Daya Manusia (SDM) Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
3.1.8. Menganalisis Pengaruh Teknologi Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Teori pertumbuhan wilayah neo klasik, yang dipelopori oleh Borts Stein (1964) kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Roman (1965) dan Siebert (1969), pertumbuhan ekonomi wilayah sangat tergantung kepada faktor tenaga kerja, ketersediaan modal dan kemajuan teknologi. Teori ini tidak menekankan pentingnya faktor permintaan. Untuk menganalisis pengaruh pengembangan wilayah dalam teknologi, dimana variabel penelitian ini terdiri dari penerapan komponen teknologi dasar dan penerapan komponen teknologi pilihan terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah
Universitas Sumatera Utara
115
Penerapan komponen teknologi dasar yang terdiri dari varitas unggul, bibit bermutu dan sehat, pemupukan spesifik lokasi, PHT sesuai OPT. Penerapan komponen teknologi pilihan yang terdiri dari pengelolaan tanaman legowo, bibit muda, penggunaan bahan organik, irigasi berselang, pupuk mikro, penanganan panen dan pasca panen, pengendalian gulma dan pengolahan tanah. Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 19 (Analyis of Moment Structure). X41
X42
X43
Kegiatan Utama Agribisnis (X4)
X81
Teknologi (X8)
Pendapatan Petani Padi sawah (Y)
Y1 Y2
X82 Gambar 3.8. Menganalisis Pengaruh Teknologi Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.
Universitas Sumatera Utara
116
3.2. Analisis Full Model Structural Equation Modeling (SEM) Analisis selanjutnya adalah analisis Structural Equation Modeling (SEM) secara full model analisis hasil pengolahan data pada tahap ful model SEM dilakukan dengan melakukan uji kesesuaian dan uji statistik. Hasil pengolahan data untuk analisis ful model SEM ditampilkan pada Gambar 3.8
e1
X31
e2
X32
e3
X33
e4
X51
e5
X52
e6 e7
e8 e9 e10
X3
e17
e18
X41
X42
X43
X5
X53
X61
X62
X6
X4
e15
Y
X63
X71
e11
X72
e12
X73
e13
X81
Y1
Y2
e19
e20
X7
X8 e14
e16
Gambar 3.9. Analisis Full Model Structural Equation Modeling (SEM)..
X82
Universitas Sumatera Utara
117
Keterangan: e1…15 : error term X3 : Kearifan Lokal Dalam Doa Turun Tanam X4 : Kegiatan Utama Agribisnis X5 : Kegiatan Penunjang Agribisnis X6 : Sumber Daya Alam X7 : Sumber Daya Manusia X8 : Teknologi X31 : Biaya Iyuran Air Irigasi X32 : Biaya Pupuk X33 ::Biaya Pestisida X41 : Biaya Produksi X42 : Luas Panen X43 : Harga Gabah X51 : Bantuan Input Produksi Pertanian X52 : Penyaluran Kredit X53 : Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk X61 : Tinggi Volume Air/ha X62 : Luas Lahan Yang Beririgasi X63 : Panjang Jalan Usahatani X71 : Curahan Tenaga Kerja X72 : Penyuluhan/Pelatihan X73 : Produktivitas Tenaga Kerja X81 : Penerapan Komponen Teknologi Dasar X82 : Penerapan Komponen Teknologi Pilihan Y : Pendapatan Y1 : Produksi Y2 : Produktivitas Lahan : Adalah tanda yang menunjukkan faktor/ konstruk/ latent variable/ unobserved variable yaitu variabel yang tidak diukur secara langsung, tetapi dibentuk melalui dimensi-dimensi atau indikator-indikator yang diamati. : Adalah tanda yang menunjukkan variabel terukur/ observed variable yaitu variabel yang ditanya harus dicari melalui lapangan, misalnya melalui instrumen-instrumen. : Menunjukkan adanya hubungan yang dipotesakan antara dua variabel, variabel yang dituju oleh anak panah merupakan variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
118 e1
X31
e2
X32
e3
X33
e4
X51
e5
X52
e6
X3
e1 6
e1 7
e1 8
X41
X42
X43
X5 X11
X53 X12
e7 e8
e1 5
X 61 X62
X6
X4
X13
Karakteristik sosial Ekonomi (X1)
Y X14
e9
X63 X15
e10
X71 Y1
e11
X72
e1 2
X73
e1 3
X81
e1 4
Y2
X16
X7
e1 9
e2 0
Sebelum Menerapkan Ritual Doa Turun Tanam (X2)
X8
Komparasi Komparasi Rata-Rata Rata-Rata Pendapatan Pendapatan
Setelah Menerapkan Ritual Doa Turun Tanam (X3)
X82 X21
X22
X23
X31
X32
Universitas Sumatera Utara
X33
119 Gambar 3.10
Skema Kerangka Konseptual Agribisnis Padi Sawah Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Petani Pada Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara
Keterangan X5 : Kegiatan Penunjang Agribisnis X51 : Bantuan Input Produksi Pertanian X52 : Penyaluran Kredit X53 : Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk Ketrerangan X6 : Sumber Daya Alam X61 : Tinggi Volume Air/ha X62 : Luas Lahan Yang Beririgasi X63 : Panjang Jalan Usahatani Keterangan X7 : Sumber Daya Manusia X71 : Curahan Tenaga Kerja X72 : Penyuluhan/Pelatihan X73 : Produktivitas Tenaga Kerja Keterangan X8 : Teknologi X81 : Penerapan Komponen Teknologi Dasar X82 : Penerapan Komponen Teknologi Pilihan Y
: Pendapatan
Y1
: Produksi
Y2
: Produktivitas Lahan
Universitas Sumatera Utara
120
3.3. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah, dan kerangka konseptual maka dapat disusun beberapa hipotesis sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh nyata karakteristik sosial ekonomi
yaitu umur,
pendidikan, lamanya berusahatani, lamanya berorganisasi P3A, jumlah tanggungan keluarga dan total luas lahan usahatani dalam pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. 2. Terdapat komparasi rata-rata pendapatan petani padi sawah sebelum dan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, pada pengembangan wilayah. 3. Terdapat pengaruh positif signifikan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. 4. Terdapat pengaruh positif signifikan
kegiatan
utama agribisnis yang
terdiri dari biaya produksi, luas panen, dan harga gabah dalam pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. 5. Terdapat pengaruh positif signifikan kegiatan penunjang agribisnis yang terdiri dari bantuan input produksi pertanian,
penyaluran kredit, dan
kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk, secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam
pengembangan wilayah terhadap
meningkatkan pendapatan petani padi sawah.
Universitas Sumatera Utara
121
6. Terdapat pengaruh positif signifikan sumber daya alam yang terdiri dari tinggi volume air/ha, luas lahan usahatani yang beririgasi dan panjang jalan usahatani, secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam
pengembangan wilayah
terhadap meningkatkan
pendapatan
petani padi sawah. 7. Terdapat pengaruh positif signifikan sumber daya manusia yang terdiri dari curahan tenaga kerja, penyuluhan/pelatihan dan produktivitas tenaga kerja, secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. 8. Terdapat pengaruh positif signifikan teknologi yang terdiri dari penerapan komponen teknologi dasar dan penerapan komponen teknologi pilihan, secara langsung dan melalui kegiatan
utama agribisnis dalam
pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk kategori penelitian explanatori yaitu suatu penelitian untuk mencari dan menjelaskan hubungan kausal atau sebab akibat, antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel-variable bebas tersebut ada mempengaruhi terhadap pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah, melalui pengujian hipotesis. Dilihat dari segi keilmuan, penelitian ini berfokus pada disiplin ilmu pengembangan wilayah yang didekati dari perspektif ilmu pertanian yaitu agribisnis. Dalam hubungan ini disiplin pengembangan wilayah diposisikan sebagai dasar penetapan aspek-aspek pembahasan dalam penelitian, sedangkan ilmu agribisnis digunakan sebagai dasar untuk membangun kerangka analisis dalam melihat persoalan-persoalan pengembangan wilayah. Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian yang hendak dicapai dan sekaligus pengujian hipotesis. Untuk itu perlu rancangan penelitian dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan survei. Penelitian ditinjau dari segi explanasi (penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungannya antara satu variabel dengan variabel lainnya) dapat dikelompokkan menjadi deskriptif, komparatif dan assosiatif.
122 Universitas Sumatera Utara
123
4.2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.
Penentuan lokasi penelitian adalah lahan padi sawah yang
beririgasi dan pelatihan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT). Seperti Kecamatan Kotarih, Kecamatan Silinda, Kecamatan Bintang Bayu, Kecamatan
Dolok
Masihul,
Kecamatan
Serbajadi,
Kecamatan
Sipispis,
Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan Tebing Syahbandar, Kecamatan Bandar Khalipah, Kecamatan Tanjung Beringin, Kecamatan Sei Rampah, Kecamatan Sei Bamban, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kecamatan Pantai Cermin.
Universitas Sumatera Utara
124
Gambar 4.1. Peta Kabupaten Serdang Bedagai dan Kota Tebing Tinggi
Universitas Sumatera Utara
125
4.3. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini merupakan penelitian melihat variabel-variabel bebas yang mempengaruhi pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Menganalisis pengaruh variabel independen karakteristik sosial ekonomi yaitu umur,
pendidikan, lamanya berusahatani, lamanya berorganisasi P3A,
jumlah tanggungan keluarga dan total luas lahan usahatani, dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, terhadap variabel dependen meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Menganalisis komparasi rata-rata pendapatan petani padi sawah sebelum dan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Menganalisis pengaruh variabel independen setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam yaitu biaya air irigasi, biaya pupuk dan biaya pestisida, secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, terhadap variabel dependen meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Menganalisis pengaruh variabel independen kegiatan utama agribisnis yaitu biaya produksi, luas panen, dan harga gabah, dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, terhadap variabel dependen meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Menganalisis pengaruh variabel independen kegiatan penunjang agribisnis yaitu
bantuan input produksi pertanian, penyaluran kredit, dan kebijakan
pemerintah pada subsidi pupuk, secara langsung dan melalui kegiatan utama
Universitas Sumatera Utara
126
agribisnis dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, terhadap variabel dependen meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Menganalisis pengaruh variabel independen sumber daya alam (sda) yaitu tinggi volume air/ha, luas lahan yang beririgasi, panjang jalan usahatani secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, terhadap variabel dependen meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Menganalisis variabel independen sumber daya manusia (sdm) yaitu curahan tenaga kerja, penyuluhan/pelatihan, produktivitas tenaga kerja secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, terhadap variabel dependen meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Menganalisis pengaruh variabel independen teknologi yaitu pengaruh penerapan komponen teknologi dasar dan penerapan komponen teknologi pilihan secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, terhadap variabel dependen meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Data ini disusun sedemikian rupa, sehingga dapat diperoleh data yang representatif dan pengolahan data yang valid. Pendekatan penelitian ini bersifat penelitian jenis policy research / kebijakan penelitian. Kemudian data skunder diperlukan untuk memberikan gambaran dan jawaban tentang masalah penelitian (research question) maupun menggambarkan produksi dan pendapatan petani padi sawah.
Universitas Sumatera Utara
127
4.4. Populasi dan Sampel 4.4.1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, baik berbentuk benda, barang dan manusia secara langsung turut menentukan tingkat kredibilitas penelitian. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah berdasarkan kriteria petani padi sawah memiliki lahan padi sawah yang beririgasi dan penerima bantuan SL-PTT tahun 2011 sebanyak 10 000
KK di Kabupaten Serdang Bedagai
Provinsi Sumatera Utara. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Populasi Petani Padi Sawah Yang Beririgasi Penerima Bantuan SL- PTT. Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011. No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Keterangan
Kotarih Silinda Bintang Bayu Dolok Masihul Serba Jadi Sipispis Dolok Merawan Tebing Tinggi Tebing Syahbandar Bandar Khalipah Tanjung Beringin Sei Rampah Sei Bamban Teluk Mengkudu Perbaungan Pegajahan Pantai Cermin Jumlah
Luas Lahan Padi Sawah Beririgasi (Ha)
165 371 125 2.430 1.194 368 15 2.483 917 700 3.531 2.875 6.803 2.454 5.953 1.472 3.537 35.393
Populasi (N) Penerima Bantuan SL-PTT (KK)
Sampel (n) Yang Diteliti (KK)
50 125 25 775 475 50
1 8 5 1
929 375 1.675 1.000 1.200 2.275 425
9 4 17 10 12 23 4
625 10.000
6 100
Sumber : BP4K Serdang Bedagai, Juli 2009.
4.4.2. Sampel Sampel adalah bahagian dari populasi yang dapat menggantikan karakteristik bagian populasi sehingga mampu menggambarkan secara umum
Universitas Sumatera Utara
128
dari populasi tersebut. Penentuan sampel diambil berdasarkan kriteria petani padi sawah memiliki lahan padi sawah yang beririgasi dan penerima bantuan SL-PTT tahun 2011. Sampel penelitian dihitung dengan menggunakan persamaan simple random sampling dengan jumlah sampel yang sudah ditentukan yaitu 100 sampel. Sampel penelitian ini dihitung dengan persamaan Soepomo (1997) yaitu : n
s Js N
Dimana: n
= Sampel
s
= Jumlah petani per kecamatan
N
= Total populasi
Js
= Jumlah sampel (100 orang)
4.4.3. Besar Sampel Alokasi Proposional n1
s1 .Js N
n7
s7 .Js N
n1
125 .100 10000
n7
1675 .100 10000
n1 1
n7 17
n2
s2 .Js N
n8
s8 .Js N
n2
775 .100 10000
n8
1000 .100 10000
n2 8
n8 10
n3
s3 .Js N
n9
s9 .Js N
n3
475 .100 10000
n9
1200 .100 10000
n3 5
n9 8
Universitas Sumatera Utara
129
n4
s4 .Js N
n10
s10 .Js N
n4
50 .100 10000
n10
2275 .100 10000
n4 1
n10 23
n5
s5 .Js N
n11
s11 .Js N
n5
929 .100 10000
n11
425 .100 10000
n5 9
n11 4
n6
s6 .Js N
n12
s12 .Js N
n6
375 .100 10000
n12
625 .100 10000
n6 4
n12 6
4.5. Jenis dan Sumber Data 4.5.1. Jenis Data Jenis data pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. 4.5.2. Sumber Data Sumber data primer adalah petani (responden) dikumpulkan melalui kuesioner dengan teknik wawancara langsung kepada responden. Pengumpulan data ini dilakukan dari jawaban yang diberikan responden atas daftar pertanyaan atau kuesioner yang diberikan langsung kepada para responden. Sumber data sekunder dapat dilacak kepada sumbernya dalam bentuk publikasi dan apabila tidak dipublikasikan dapat dilakukan dengan cara mendatangi secara langsung ke instansi yang bersangkutan, secara resmi melalui surat pengantar dari sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dan
Universitas Sumatera Utara
130
dikumpulkan melalui literatur-literatur yang ada, penelitian terdahulu, instansi pemerintah yang terkait dengan tanaman padi sawah seperti Dinas Pertanian Sumatera Utara, Badan Penyuluh Pertanian Sumatera Utara, Dinas PU Pengairan Provinsi Sumatera Urara, Bulog Provinsi Sumatera Utara, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Perpustakaan Provinsi Sumatera Utara, Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, Bupati Kabupaten Serdang Bedagai, dinas Pertanian Serdang Bedagai, Badan Penyuluh Pertanian Serdang Bedagai dinas Pengairan Serdang Bedagai, serta kepala kecamatan dan kepala desa. 4.6. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat diklasifikasi dua kelompok, pertama variabel terikat (dependent variabel), dan variabel bebas (independent variabel). Variabel dependen (terikat) yaitu variabel yang keberadaannya sangat ditentukan oleh variabel independen. Dalam penelitian ini yang termasuk variabel terikat (dependent variabel) adalah pendapatan (Y). Variabel bebas (independent variabel) (X) adalah variabel yang menjelaskan variabel terikat yang termasuk variabel bebas adalah : 4.6.1. Variabel Karakteristik Sosial Ekonomi a. Variabel umur (X11) b. Variabel pendidikan (X12) c. Variabel lamanya berusahatani (X13) d. Variabel lamanya berorganissi P3A (X14 ) e. Variabel jumlah tanggungan keluarga (X15) f. Variabel total luas lahan usahatani (X16)
Universitas Sumatera Utara
131
4.6.2. Variabel Sebelum Menerapkan Kearifan Lokal Doa Turun Tanam a. Variabel biaya pompanisasi (X21) b. Variabel biaya pupuk (X22) c. Variabel biaya pestisida (X23) 4.6.3. Variabel Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Doa Turun Tanam a. Variabel biaya iyuran air irigasi (X31) b. Variabel biaya pupuk (X32) c. Variabel biaya pestisida (X33) 4.6.4. Variabel Kegiatan Utama Agribisnis a. Variabel biaya produksi (X41) b. Variabel luas panen (X42) c. Variabel harga gabah (X43) 4.6.5. Variabel Kegiatan Penunjang Agribisnis a. Variabel bantuan input produksi pertanian (X51 ) b. Variabel penyaluran kredit (X52) c. Variabel kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk (X53) 4.6.6 Variabel Sumber Daya Alam (SDA) a. Variabel tinggi volume air/ha (X61) b. Variabel luas lahan yang beririgasi (X62) c. Variabel panjang jalan usahatani (X63) 4.6.7. Variabel Sumber Daya Manusia (SDM) a. Variabel curahan tenaga kerja (X71 ) b. Variabel penyuluhan/pelatihan (X72) c. Variabel produktivitas tenaga kerja (X73)
Universitas Sumatera Utara
132
4.6.8. Variabel Teknologi a. Variabel penerapan komponen teknologi dasar (X81) b. Variabel penerapan komponen teknologi pilihan (X82) 4.7. Definisi Operasional Berdasarkan pada perumusan masalah dan hipotesis, maka penelitian ini yang menjadi variabel terikat (dependent variabel) yaitu pendapatan. Sejumlah variabel yang diikut sertakan dalam penelitian ini mempunyai definisi operasional sebagai berikut : 4.7.1. Variabel Independent (Bebas) Karakteristik Sosial Ekonomi 4.7.1.1. Variabel Umur (X11)
adalah diukur berdasarkan usia petani sampel
dihitung sejak ia dilahirkan hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan tahun. 4.7.1.2. Variabel Pendidikan (X12) adalah lamanya petani sampel menjalankan pendidikan formal
dihitung mulai dari pendidikan SD sampai
pendidikan formal terakhir yang dijalankannya hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan tahun. 4.7.1.3. Variabel Lamanya Berusahatani (X13)
adalah petani sampel
melakukan usahatani padi sawah dihitung berdasarkan sejak petani mulai usahataninya hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan tahun. 4.7.1.4. Variabel Lamanya Berorganisasi P3A (X14) adalah petani sampel bergabung dalam organisasi P3A dihitung berdasarkan sejak petani mulai bergabung hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan tahun. 4.7.1.5. Variabel Jumlah Tanggungan Keluarga (X15)
adalah petani sampel
yang mempunyai jumlah jiwa yang tinggal bersama atau yang tidak
Universitas Sumatera Utara
133
tinggal bersama yang masih tanggungan keluarga hingga saat penelitian dilakasanakan dalam satuan jiwa. 4.7.1.6. Variabel Total Luas Lahan Usahatani (X16) adalah jumlah luas lahan seluruhnya yang dimiliki petani sampel baik sawah beririgasi maupun lahan kering seperti pekarangan, tegal, ladang, kebun dan tambak, hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan ha. 4.7.2. Variabel Sebelum Menerapkan Kearifan Lokal Doa Turun Tanam 4.7.2.1. Variabel Biaya Pompanisasi (X 21)
adalah besar jumlah uang yang
dikeluarkan petani untuk pengairan pada usahataninya dengan menggunakan mesin pompa dalam satuan rupiah. 4.7.2.2. Variabel Biaya Pupuk (X22) adalah besar jumlah uang dikeluarkan petani untuk pembelian pupuk pada usahataninya dalam satuan rupiah. 4.7.2.3.
Variabel Biaya Pestisida (X23) adalah besar
jumlah uang yang
dikeluarkan petani untuk pembelian obat-abatan pada usahataninya dalam satuan rupiah. 4.7.3. Variabel Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Doa Turun Tanam 4.7.3.1. Variabel Biaya Iyuran Air Irigasi (X31)
adalah besar jumlah uang
yang dikeluarkan petani untuk pengairan pada usahataninya dalam satuan rupiah. 4.7.3.2. Variabel Biaya Pupuk (X32) adalah besar jumlah uang dikeluarkan petani untuk pembelian pupuk pada usahataninya dalam satuan rupiah. 4.7.3.3.
Variabel Biaya Pestisida (X33) adalah besar
jumlah uang yang
dikeluarkan petani untuk pembelian obat-abatan pada usahataninya dalam satuan rupiah.
Universitas Sumatera Utara
134
4.7.4. Variabel Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Usahatani 4.7.4.1. Variabel Biaya Produksi (X41 ) adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi, atau nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung dihitung dalam jangka satu tahun biaya ini meliputi sewa lahan, bunga modal dari luar, iuran P3A, bibit, pupuk, pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, retribusi dan penyusutan alat-alat pertanian, dengan satuan rupiah. Dalam menghitung nilai biaya penyusutan digunakan metode garis lurus (The straight line method) Menurut Kay (1986) rumus metode tersebut sebagai berikut : X = ( A – B )/C Dimana : X = Nilai penyusutan A = Harga awal (rp) B = Taksiran harga setelah pemakaian produktif (rp) C = Lama pemakaian produktif (tahun). 4.7.4.2. Variabel Luas Panen (X42) adalah jumlah luas lahan yang ditanam dalam berusahatani padi sawah, dan menghasilkan produksi gabah sesuai dengan luas tersebut hal ini merupakan luas panen yang dihitung, hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan ha. 4.7.4.3. Variabel Harga Gabah (X 43)
adalah harga barang itu sendiri dimana
variabel harga gabah yaitu GKP, GKG hal ini berbeda pada harga gabah di BULOG, harga gabah di kilang padi dan harga gabah di pedagang pengumpul pada tingkat produsen, hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan rupiah.
Universitas Sumatera Utara
135
4.7.5. Variabel Kegiatan Penunjang Agribisnis 4.7.5.1. Variabel Bantuan Input Produksi Pertanian (X51)
adalah bantuan
pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten Serdang Bedagai untuk petani sampel melalui kelompok tani berupa bantuan bibit, pupuk, pestisida dan alsintan hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan rupiah. 4.7.5.2.
Variabel Penyaluran Kredit (X52) adalah besar jumlah uang yang diterima petani dari pengajuan kredit untuk usahataninya hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan rupiah.
4.7.5.3. Variabel Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk (X53) adalah besar
jumlah pupuk yang diterima petani dari penyaluran pupuk
bersubsidi berdasarkan luas lahan yang diusahakan hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan rupiah. 4.7.6. Variabel Sumber Daya Alam (SDA) 4.7.6.1. Variabel Tinggi Volume Air/Ha (X61) adalah banyaknya air irigasi yang diairi sehubung untuk kepentingan tanaman padi sawah dimana petani melangsungkan usahataninya dan diukur ketinggian air dari permukaan tanah hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan cm. 4.7.6.2. Variabel Luas Lahan Usahatani Yang Beririgasi (X62) adalah luas lahan sawah petani sampel yang mengusahakan usahatani padi sawah beririgasi hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan ha.
Universitas Sumatera Utara
136
4.7.6.3. Variabel Panjang Jalan Usahatani (X63) adalah prasarana transportasi pada kawasan pertanian untuk memperlancar mobilitas alat mesin pertanian, pengangkutan sarana produksi menuju lahan pertanian dan mengangkut hasil produksi pertanian dari lahan menuju ketempat pengumpulan sementara, hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan meter (m). 4.7.7. Variabel Sumber Daya Manusia 4.7.7.1. Variabel Curahan Tenaga Kerja (X 71) adalah tenaga kerja keluarga yang dicurahkan untuk usahatani hingga saat penelitian dilaksanakan dengan satuan yang dihitung dalam satuan kerja pria dewas (HKP/tahun dengan kelasifikasi sebagai berikut : Hari Kerja Pria (HKP) pria dewasa > 15 tahun
= 1
HKP
Hari Kerja Wanita (HKW) wanita dewasa > 15 tahun
= 0,8 HKP
Hari Kerja Anak (HKA) anak anak 10 - 14 tahun
= 0,5 HKP
Hari Kerja Ternak (HKT)
= 5
Hari Kerja Mesin Traktor (HKM)
= 25 HKP
HKP
4.7.7.2. Variabel Penyuluhan/Pelatihan (X72) adalah proses pembelajaran bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan, keterampila dan wawasan yang dibutuhkan untuk pengelolaan tanaman padi sawah dihitung berdasarkan frekuensi mengikuti penyuluhan/pelatihan. 4.7.7.3. Variabel Produktivitas Tenaga Kerja (X73) adalah perbandingan antara jumlah yang dihasilkan atau hasil yang dicapai dengan jumlah curahan tenaga kerja yang digunakan hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan ton/hkp.
Universitas Sumatera Utara
137
4.7.8. Variabel Teknologi 4.7.8.1. Variabel Penerapan Komponen Teknologi Dasar (X81) adalah komponen teknologi yang relatif dapat berlaku umum di wilayah yang luas a. Varietas unggul. b. Bibit bermutu dan sehat dengan perlakuan benih. c. Pemupukan efisien menggunakan alat bantu. d. PHT sesuai OPT sasaran. 4.7.8.2. Variabel Penerapan Komponen Teknologi Pilihan (X82) adalah komponen teknologi spesifik lokasi, antara lain : a. Pengelolaan tanaman yang meliputi populasi dan cara tanam (tegel, legowo, larikan, sebar langsung). b. Bibit muda ( umur 15 hari atau 21 hari HSS). c. Penggunaan bahan organik. d. Irigasi berselang. e. pupuk mikro. f. Penanganan panen dan pascapanen. g. Pengendalian gulma. h. Pengolahan tanah. 4.7.9. Variabel Dependent (Terikat) Pendapatan (Y) petani padi sawah adalah total penerimaan yang berasal dari nilai penjualan hasil, dikurangi dengan nilai total biaya produksi, hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan rupiah. 4.7.9.1. Variabel Produksi (Y1) adalah total penerimaan gabah kering panen dalam satu tahun hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan ton
Universitas Sumatera Utara
138
4.7.9.2. Variabel Produktivitas (Y2) adalah kemampuan lahan dalam menghasilkan rata–rata produksi dalam kwintal per hektar hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan Kw/Ha. 4.8. Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data 4.8.1. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dan data skunder dilakukan mahasiswa strata S1 dan S2 Universitas Sumatera Utara. Mahasiswa yang menjadi enumerator telah dahulu mendapatkan bekal ke lapangan yang diarahkan selama dua hari. Setelah data primer dan data skunder dikumpulkan, maka akan diolah sesuai dengan tujuan penelitian.
Pengolahan data dilakukan secara bertahap sesuai dengan
proses pengumpulan data yang dilakukan dan analisis data dilakukan sesuai dengan masalah penelitian (Research question). Data yang sudah dikumpulkan ditabulasi, diolah dalam bentuk tabel, grafik disajikan dan dianalisis dengan metode kuantitatif dan kualitatif sesuai dengan rancangan hipotesis atau permasalahan penelitian. Laporan penelitian disusun secara sistematis, dibuat sesuai dengan format laporan disertasi Program Studi Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Untuk memperoleh data skunder yang diperoleh secara langsung dikumpulkan melalui literatur-literatur yang ada, penelitian terdahulu, instansi pemerintah yang terkait dengan tanaman padi sawah. Seperti Dinas Pertanian Sumatera Utara, Badan Penyuluh Pertanian Sumatera Utara, Dinas PU Pengairan Provinsi Sumatera Urara, Bulog Provinsi Sumatera Utara, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Perpustakaan Provinsi Sumatera Utara, Perpustakaan Universitas Sumatera
Universitas Sumatera Utara
139
Utara, Bupati Kabupaten Serdang Bedagai, Dinas Pertanian Serdang Bedagai, Badan Penyuluh Pertanian Serdang Bedagai Dinas Pengairan Serdang Bedagai, serta kepala Kecamatan dan kepala Desa dan jurnal hasil hasil penelitian serta instansi lainnya yang terkait. kemudian diolah sesuai kebutuhan model. Data yang dikumpulkan mencakup semua variabel yang relevan untuk keperluan penelitian. Menurut Stone (1978), teknik pengambilan data secara langsung dilapangan (field survey) dirasakan lebih baik hasilnya bila dibandingkan dengan melalui pos atau yang disebut juga sebagai mail surve. Karena dapat mengurangi dan memperkecil perbedaan interpretasi antara pihak peneliti dan pihak responden serta memungkinkan tingkat perbedaan tanggapan pihak responden yang tinggi. 4.8.2. Instrumen Pengumpulan Data Menurut Arikunto (2005) instrumen penelitian adalah alat pembantu yang dapat diwujudkan dalam bentuk angket, daftar cocok (cheklist), paduan pengamatan (observation sheet/observation schedule), tes dan inventory skala. Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari petani sampel, maka untuk menghimpun dan mendapatkan informasi dari responden digunakan jenis instrumen pedoman wawancara atau kuesioner. Data skunder yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mendatangi sumbersumber informasi dan mencatat dari sumber informasi yang telah diorganisir oleh suatu lembaga. 4.9. Indikator Unit Pengukuran Dan Teknik Pengumpulan Data 4.9.1. Indikator Unit Pengukuran Data yang diperlukan dalam penelitian ini baik berupa data primer maupun sekunder, agar memenuhi tingkat validitas dan reliabilitas yang baik diperlukan
Universitas Sumatera Utara
140
indikator unit pengukuran dan teknik pengumpulan data. (2008)
skala
pengukuran
adalah
skala
yang
Menurut Riduwan
dipergunakan
untuk
mengklasifikasikan variabel yang diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya. Jenis skala pengukuran ada empat, yaitu: skala nominal, skala ordinal, skala interval dan skala rasio. Skala nominal adalah skala yang dipergunakan bilamana variabel (peubah) yang diukur semata-mata untuk mengklasifikasikan beberapa objek pada variabel tersebut, misalnya: Pegawai Negeri, Pegawai Swasta, TNI/POLRI dan sebagainya. Hal ini hanyalah bersifat kode atau lambang yang dipergunakan untuk mempermudah proses pengklasifikasian. Skala ordinal adalah skala yang memungkinkan segala sesuatu disusun menurut peringkatnya, misalnya: (1) Sangat Setuju, (2) Setuju, (3) Biasa Saja, (4) Tidak Setuju, (5) Sangat Tidak Setuju. Skala interval adalah jika suatu skala memiliki segala sifat dari skala ordinal dan jika antar dua angka (skor) pada skala tersebut mempunyai unsur jarak. Pada skala interval titik nol dan unit pengukurannya dapat dipilih secara sembarang. Skala ratio adalah jika sesuatu skala memiliki semua ciri suatu skala interval dan disamping itu memiliki titik nol sejati. 4.9.2. Teknik Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data primer dan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
141
4.9.2.1. Data Primer Pengumpulan data primer yang digali dari petani sampel dengan cara wawancara yang berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan dan dengan mempertimbangkan keberadaan responden yang menyebar secara geografis. Maka pengumpulan data primer, diperlukan tenaga lapangan sebagai enumerator. Pengumpulan data primer tersebut dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : a. Mengurus izin b. Membuat kuesioner dan tes c. Pengujian dan perbaikkan kuesioner d. Menyeleksi calon enumerator e. Pembekalan enumerator f. Pengumpulan data di lapangan g. Monitoring kegiatan lapangan h. Mengkoreksi daftar isian kuesioner i. Pengolahan dan penyajian data. 4.9.2.2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh langsung dari publikasi resmi seperti Dinas Pertanian Sumatera Utara, Badan Penyuluh Pertanian Sumatera Utara, Dinas PU Pengairan Provinsi Sumatera Urara, Bulog Provinsi Sumatera Utara, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Perpustakaan Provinsi Sumatera Utara, Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, Bupati Kabupaten Serdang Bedagai, dinas Pertanian Serdang Bedagai, Badan Penyuluh Pertanian Serdang Bedagai Dinas Pengairan Serdang Bedagai, kepala kecamatan dan kepala desa. Lembaga publikasi dalam
Universitas Sumatera Utara
142
bentuk laporan tahunan, jurnal, tesis, disertasi dan tex book dengan cara daftar cacah mengkopi dan membeli. Indikator unit pengukuran dan teknik pengumpulan data yang validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Indikator Unit Pengukuran Dan Teknik Pengumpulan Data. No
1.
2.
3.
4.
5
Alamat
Variabel Karakteristik Sosial Ekonomi
Indikator
Pengukuran Varian Unit
-Umur -Pendidikan -Lamanya Berusahatani -Lamanya Berorganisasi P3A -Jumlah Tanggungan Keluarga -Total Luas Lahan Usahatani
Tahun Tahun Tahun
Variabel Sebelum Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam
Indikator Lapangan
Ratio Ratio Ratio
-Penjelasan -Penjelasan -Penjelasan
Ratio
-Penjelasan
Ha
Ratio Ratio
-Penjelasan -Penjelasan
-Biaya Pompanisasi
Rp
Ratio
-Tampak Fisik
-Biaya Pemupukan
Rp
Ratio
-Tampak Fisik
-Biaya Pestisida
Rp
Ratio
-Tampak Fisik
Variabel Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam
-Biaya Air Irigasi
Rp
Ratio
-Tampak Fisik
-Biaya Pupuk
Rp
Ratio
-Tampak Fisik
-Biaya Pestisida
Rp
Ratio
-Tampak Fisik
Komparasi Rata Rata Pendapatan Sebelum dan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam
-Pendapatan Sebelum Menerapkan Ritual Doa Turun Tanam
Rp
Ratio
-Tampak Fisik
-Pendapatan Setelah Menerapkan Ritual Doa Turun Tanam
Rp
Ratio
-Tampak Fisik
Variabel Kegiatan Utama Agribisnis
-Biaya Produksi
Rp
Ratio
-Tampak Fisik
-Luas Panen
Ha
Ratio
-Tampak Fisik
-Harga Gabah
Rp
Ratio
-Tampak Fisik
Tahun
-
Teknik
Jenis Instrumen
1
1.2
1
1.2
1
1.2
1
1.2
1
1.2
Jiwa
Universitas Sumatera Utara
143
Lanjutan Tabel 4.2. Indikator Unit Pengukuran Dan Teknik Pengumpulan Data. 6
Variabel Kegiatan Penunjang Agribisnis
7.
Variabel Sumber Daya Alam (SDA)
8. Variabel Sumber Daya Manusia (SDM)
9
Variabel Teknologi
-Bantuan Input Produksi Pertanian
Rp
Ratio
- Penjelasan
-Penyaluran Kredit
Rp
Ratio
- Penjelasan
-Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk
Kg
Ratio
- Penjelasan
-Tinggi Volume Air/Ha
Cm
Ordinal
-Tampak Fisik
-Luas Lahan Yang Beririgasi
Ha
Ordinal
-Tampak Fisik
-Panjang Jalan Usahatani
Km
Ordinal
-Tampak Fisik
-Curahan Tenagak Kerja
Hkp
Ordinal
- Penjelasan
-Penyuluhan/Pelatihan
Frekuensi
Ordinal
- Penjelasan
-Produktivitas Tenaga Kerja
Ton/Hkp
Ordinal
- Penjelasan
-Penerapan Teknologi Dasar
%
Ordinal
- Penjelasan
-Penerapan Teknologi Pilihan
%
Ordinal
- Penjelasan
1
1,2
1
1.2
1 1,2
1
1.2
Keterangan : 1. Wawancara 2. Mencatat dari sumber
4.10. Metode Analisis 4.10.1. Rumus: Pendapatan Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan dilakukan penyatuan dan koreksi tabulasi dalam bentuk tabel atau gambar sesuai dengan hipotesis. Untuk mencari pendapatan dianalisis secara sederhana dengan menghitung pendapatan dari kegiatan usahatani padi sawah dengan metode rumus 4.10.2. Pd = T R – T C Dimana : Pd = Pendapatan (Rp) TR = Total Revenue (Total Penerimaan) (Rp) TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp)
Universitas Sumatera Utara
144
4.10.3. TR = Py.Y TR = Total Reveneu (Total Penerimaan) (Rp) Py = Pay Yield (Harga Produksi) (Rp) Y = Yield (Jumlah Produksi) (Ton) 4.10.4. TC = FC + VC TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) (Rp) VC = Variable Cost (Biaya Tidak Tetap) (Rp) 4.11. Untuk Membuktikan Hipotesis 1, Terdapat Pengaruh Nyata Karakteristik Sosial Ekonomi Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Pengaruh karakteristik sosial ekonomi yaitu umur, pendidikan, lamanya berusahatani, lamanya berorganisasi P3A, jumlah tanggungan keluarga, dan total luas lahan usahatani yang dimiliki terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Dalam penelitian ini dilakukan analisis data dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Digunakan model estimasi regresi linier berganda dengan spesifikasi model ekonometrika.
Alat bantu dalam mengolah data primer yang
digunakan adalah Program SPSS 16 (Statistical Product and Service Solution) 16. X11 X11
Karakterist Sosial Ekonomi (X1)
X11 X11
Y
X11 X11
Gambar : 4.2. Terdapat Pengaruh Nyata Karakteristik Sosial Ekonomi Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.
Universitas Sumatera Utara
145
4.11.1. Regresi Linier Berganda Dalam penelitian ini digunakan model estimasi regresi linier berganda sebagai berikut : Y= f (X 11, X 12, X 13, X 14, X 15, X 16) ..................................................................(1) Persamaan tersebut dengan spesifikasi model ekonometrika : Y= 0+ 1X 11+ 2X 12+ 3X 13+ 4X 14+ 5X 15+ 6X 16+ 1.............................(2) Dimana: Y = Pendapatan (rp) X 11 = Umur (tahun) X 12 = Pendidikan (tahun) X 13 = Lamanya berusahatani (tahun) X 14 = Lamanya berorganisasi P3A (tahun) X 15
=
Jumlah tanggungan keluarga (jiwa)
X 16 = Total luas lahan usahatani yang dimiliki (ha)
0 = Konstanta/koefisen intersep 1………... 5 = Koefisen regresi
1 = kesalahan pengganggu. Gujarati (2003). Kriteria uji hipotesis adalah : H0 terima apabila signifikan ≥ 0,05 Ha terima apabila signifikan ≤ 0,05
4.11.2. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) 4.11.2.1. Koefisien Determinasi (R 2) Koefisien determinasi (R2) yang bertujuan untuk melihat apakah variabel bebas cukup memberikan arti dalam menjelaskan variabel terikat. Dengan kata
Universitas Sumatera Utara
146
lain variasi yang terjadi pada variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat sebesar (R2). 4.11.2.2. Uji Serempak ( Uji F -statistik) Uji F yang dilihat dari signifikan keseluruhan variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat, Pengujian arti keseluruhan regresi sampel (over all test) yaitu suatu pengujian yang bertujuan
untuk mengetahui apakah
koefisien regresi signifikan atau tidak secara serempak. 4.11.2.3. Uji Parsial ( Uji t -statistik) Dimana
uji ini adalah uji t untuk melihat signifikan dari masing-
masing variabel bebas, Uji t atau t-test (partial test); yaitu suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak secara parsial (Gujarati, 2003). 4.11.3. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 4.11.3.1. Uji Normalitas Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk permodelan ini. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat di uji dengan uji statistik. Uji normalitas ini perlu dilakukan baik untuk normalitas terhadap data tunggal maupun normalitas multivariant dimana beberapa variabel digunakan sekaligus dalam analisis akhir. Pengujian yang paling mudah adalah dengan mengamati Skewness value dan kurtosis. Nilai statistik yang digunakan untuk menguji normalitas adalah Z-value yang dihasilkan melalui rumus berikut :
Universitas Sumatera Utara
147
Nilai − z =
Skewness √6 N
Keterangan : N = Ukuran sample Bila nilai Z lebih besar, maka diduga distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat digunakan berdasarkan tingkat signifikansi yang dikehendaki, misalnya digunakan nilai kritisnya ± 2,58 (tingkat signifikansi 0,01 (1%) berarti kita dapat menolak asumsi normalitas pada probability level (Hair et al, 1998). 4.11.3.2. Uji Multikolinearitas Untuk melihat apakah data penelitian terdapat multikolinearitas Menurut Supranto (2005) istilah kolinieritas sendiri berarti hubungan linier tunggal, sedangkan kolinieritas ganda (multicollinearity) menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linier yang sempurna. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat ditinjau dari beberapa hal : a. Nilai toleransi lebih kecil dari 0,1 b. Nilai VIF lebih besar dari 10 c. R2 = 1 4.11.3.3. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas
dideteksi dengan metode grafik yang mengamati
scatterplot. Jika scatterplot membentuk pola tertentu, hal ini menunjukkan adanya masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk. Sedangkan scatterplot jika menyebar secara acak maka hal itu menunjukkan tidak terjadi masalah heteroskedastisitas (Santoso, 2010).
Universitas Sumatera Utara
148
4.12. Untuk Membuktikan Hipotesis 2, Terdapat Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum Dan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Dalam Pengembangan Wilayah
Untuk melihat perbedaan rata-rata pendapatan digunakan model uji beda rata-rata (Compare Means). Dengan Metode Dependent Sample T-test (Paired Sample T-test). Alat bantu dalam mengolah data primer yang digunakan adalah Program SPSS 16 (Statistical Product and Service Solution) 16.
Pendapatan Sebelum Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa
Pendapatan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa
Komparasi RataRata Pendapatan
Turun Tanam
Turun Tanam (X2)
(X3)
(X3 ) Gambar 4.3. Terdapat Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum Dan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Dalam Pengembangan Wilayah.
Dengan rumus:
𝑡=
𝑋̅1 − 𝑋̅2 2 2 (𝜂 √( 1−1)𝑆1 +(𝜂2 −1)𝑆2 )( 1 + 1 ) 𝜂1 + 𝜂2 −2 𝜂1 𝜂2
(Siregar, 2014)
Keterangan:
𝑋̅1 = Rata-rata pendapatan sebelum menerapkan doa turun tanam 𝑋̅2 = Rata-rata pendapatan setelah menerapkan doa turun tanam S12 = Varians pendapatan sebelum menerapkan doa turun tanam S22 = Varians pendapatan setelah menerapkan doa turun tanam 𝜂1 = Jumlah observasi (sampel) data pertama 𝜂2 = Jumlah observasi (sampel) data kedua.
Universitas Sumatera Utara
149
Dengan kriteria uji: Jika t-hitung < t-tabel maka Ho diterima dan H1 ditolak. Jika t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak dan H 1 diterima. Dengan α 0,05 Hipotesis yang diajukan adalah: Ho : tidak ada komparasi rata-rata pendapatan sebelum dan setelah menerapkan ritual doa turun tanam. H1 : ada komparasi rata-rata pendapatan sebelum dan setelah menerapkan ritual doa turun tanam. 4.13. Metode SEM (Structural Equation Modeling) SEM adalah merupakan teknik statistik yang digunakan untuk membangun dan menguji model statistik yang biasanya dalam bentuk model-model sebab akibat. Model SEM ada yang menyebutnya merupakan pendekatan yang terintegrasi antara analisis faktor, model struktural dan analisis path secara serempak, yaitu pemeriksaan validititas dan relialibitas instrumen (setara dengan analisis konfirmatori). Pengujian model hubungan antar variabel laten (setara dengan analisis konfirmatori), analisis path dan mendapatkan model yang bermanfaat untuk perkiraan (setara dengan model struktural dan analisis regresi). 4.13.1. Penggunaan SEM 1. Menguji pengaruh variable bebas terhadap variable terikat 2. Menguji pengaruh langsung dan tidak langsung variable eksogen terhadap endogen 3. Menguji validitas dan reliabilitas instrument
Universitas Sumatera Utara
150
4.13.2. Besar Sampel Untuk SEM 1. 100-200 sampel 2. 5-10 X parameter 3. 5-10 X jumlah indikator (Sarmanu, 2011). 4.13.3. Langkah-Langkah Menganalisis Struktural Equation Model (SEM) Menurut Hair et.al, (1998) beberapa langkah yang harus dilakukan dalam menganalisis struktural equation model (SEM), yaitu : 1.
Pengembangan model teoritis, dalam hal ini akan dilakukan pengujian kausalitas secara empiris yang didasarkan teori untuk mengkonfirmasi model teoritis melalui data empirik.
2.
Pengembangan diagram jalur, model teoritis yang telah dibangun pada tahap pertama akan digambarkan dalam sebuah diagram jalur hubungan eksogen dengan konstruk endogen yang dinyatakan dalam anak panah.
3.
Membangun persamaan struktural, yang dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antara berbagai konstruk. Hubungan antar konstruk pada penelitian ini adalah hubungan antara aspek pengaruh pengembangan wilayah kegiatan utama agribisnis dalam usahatani, pengaruh pengembangan wilayah kegiatan penunjang agribisnis, pengaruh pengembangan wilayah sumber daya alam (sda), pengaruh pengembangan wilayah sumber daya manusia (sdm) dan pengaruh pengembangan wilayah teknologi terhadap pendapatan petani padi sawah di Serdang Berdagai Sumatera Utara
4.14. Uji Validitas Validitas mempunyai arti dimana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Tes instrument pengukur dapat dikatakan
Universitas Sumatera Utara
151
mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut sesuai dengan alat ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Salah satu manfaat utama dari CFA adalah kemampuan menilai validitas konstruk dari measurement theory yang diusulkan. Validitas konstruk mengukur seberapa jauh ukuran indikator mampu merefleksikan konstruk laten teoritisnya. Jadi validitas konstruk memberikan kepercayaan bahwa ukuran indikator yang diambil dari sampel menggambarkan skor sesungguhnya di dalam populasi. Itemitem atau indikator suatu konstruk laten harus converge atau share (berbagi) proporsi varian yang tinggi dan ini disebut convergent validity. Untuk mengukur validitas konstruk dapat dinilai dari nilai faktor loadingnya. Pada kasus dimana terjadi validitas tinggi maka nilai loading tinggi pada suatu faktor menunjukan bahwa mereka converge pada satu titik. Syarat yang harus dipenuhi pertama loading faktor harus signifikan. Oleh karena loading faktor yang signifikan bisa jadi masih rendah nilainya. Maka standardized loading estimate harus sama dengan 0.50 atau lebih idealnya harus 0,70 dan jika hal tersebut sudah terpenuhi maka indikator dapat dikatakan valid. 4.15. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui konsisten data yang diperoleh. Setelah kesesuaian model diuji (model fit), evaluasi lain yang harus dilakukan adalah penilaian unidimensionalitas dan raliabilitas. Unidimensionalitas adalah sebuah asumsi yang digunakan dalam menghitung reliabiltas dari model menunjukkan bahwa dalam sebuah model satu dimensi, indikator yang digunakan memiliki derajat kesesuian yang baik. Penggunaan ukuran reliabilitas seperti
Universitas Sumatera Utara
152
a-Cronbach, tidak mengukur unidimensionalitas itu sudah ada pada waktu a-cronbach dihitung. Karena itu peneliti dianjurkan untuk melakukan uji unidimensionalitas terhadap semua konstruk multi indikator sebelum menilai reliabilitasnya. Instrumen-instrumen dalam ilmu sosial sudah baku (standar), karena telah teruji validitas dan realibilitasnya, tetapi banyak juga yang belum baku bahkan belum ada. Untuk itu maka peneliti harus mempunyai sendiri instrumen pada setiap penelitian dan penguji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen yang tidak teruji validitas dan reliabilitasnya bila digunakam untuk penelitian akan menghasilkan data yang sulit dipecaya kebenarannya. Reliabilitas merupakan salah satu indikator validitas convergent. Banyak juga yang menggunakan cronbach alpha sebagai ukuran reliabilitas. Walaupun kenyataannya cronbach alpha memberikan ukuran yang lebih rendah (under estimate) dibandingkan dengan Construct Reliability. Besarnya nilai Construct Reliability (CR) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : CR =
[∑𝑛 𝑖=1 µ𝑖]
𝑛 [∑𝑛 𝑖=1 𝜇𝑖 ][∑𝑖=1 𝜑𝑖]
Constuct Reliability 0,70 atau lebih menunjukan reliabilitas yang baik sedang reliabilitas 0,60 – 0,70 masih dapat diterima dengan syarat validitas indikator dalam model yang baik. Jumlah kesalahan pengukuran (measurement error). Kesalahan pengukuran = 1-ʎi2 (kuadrat standart loading).
Universitas Sumatera Utara
153
4.16. Untuk Membuktikan Hipotesis 3, Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisni Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Untuk menganalisis pengaruh positif signifikan setelah menerapkan ritual doa turun tanam secara langsung yaitu biaya iuran air irigasi, biaya pupuk dan biaya pestisida dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani yaitu biaya produksi, luas panen dan harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah. Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 19 (Analyis of Moment Structure). X41
X42
X43
KegiatanUtama Agribisnis (X4)
X31
X32
X33
Setelah Menerapkan Kearifan lokal Doa Turun Tanam (X3)
Pendapatan Petani Padi Sawah (Y)
Y1 Y2
Gambar 4.4. Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.
Universitas Sumatera Utara
154
4.17. Untuk Membuktikan Hipotesis 4, Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Untuk menganalisis pengaruh positif signifikan kegiatan utama agribisnis dalam usahatani yaitu biaya produksi, luas panen dan harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah. Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 16 (Analyis of Moment Structure).
X41
X42
Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Usahatani (X4)
Pendapatan Petani Padi sawah (Y)
X43 Gambar 4.5. Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah.
Universitas Sumatera Utara
Y1 Y2
155
4.18. Untuk Membuktikan Hipotesis 5, Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Kegiatan Penunjang Agribisnis Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Untuk menganalisis pengaruh positif signifikan kegiatan penunjang agribisnis secara langsung yaitu
bantuan input produksi pertanian, penyaluran kredit dan
kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk, dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani yaitu biaya produksi, luas panen dan harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah. Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 16 (Analyis of Moment Structure). X41
X42
X43
Kegiatan Utama Agribisnis (X4)
X51
X52
Kegiatan Penunjang Agribisnis (X5)
Y1
Pendapatan Petani Padi sawah (Y)
X53
Gambar 4.6.
Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Kegiatan Penunjang Agribisnis Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah.
Universitas Sumatera Utara
Y2
156
4.19. Untuk Membuktikan Hipotesis 6,
Terdapat Pengaruh Positif
Signifikan Sumber Daya Alam (SDA) Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Untuk menganalisis pengaruh positif signifikan sumber daya alam (sda) secara langsung yaitu tinggi volume air/ha, luas lahan yang beririgasi dan panjang jalan usahatani dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani yaitu biaya produksi, luas panen dan harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah. Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 16 (Analyis of Moment Structure). X41
X42
X43
Kegiatan Utama Agribisnis (X4 )
X 61
X 62
Sumber Daya Alam (X6)
Pendapatan Petani Padi sawah (Y)
Y1 Y2
X 63
Gambar 4.7. Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Sumber Daya Alam (SDA) Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.
Universitas Sumatera Utara
157
4.20. Untuk Membuktikan Hipotesis 7, Pengaruh Positif Signifikan Sumber Daya Manusia (SDM) Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Untuk menganalisis pengaruh positif signifikan sumber daya manusia (sdm) secara langsung yaitu curahan tenaga kerja, penyuluhan/pelatihan dan produktivitas tenaga kerja dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani yaitu biaya produksi, luas panen dan harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah. Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 16 (Analyis of Moment Structure). X41
X 42
X 43
Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Usahatani (X4)
X71
X72
Sumber Daya Manusia (X7)
Pendapatan Petani Padi sawah (Y)
Y1 Y2
X 73
Gambar 4.8. Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Sumber Daya Manusia (SDM) Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.
Universitas Sumatera Utara
158
4.21. Untuk Membuktikan Hipotesis 8, Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Teknologi Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Untuk menganalisis pengaruh positif signifikan teknologi secara langsung yaitu penerapan komponen teknologi dasar dan penerapan komponen teknologi pilihan
dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani yaitu biaya
produksi, luas panen dan harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah. Data tersebut sudah dalam bentuk ordinal. Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 16 (Analyis of Moment Structure). X41
X42
X43
Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Usahatani (X4)
X81
Teknologi (X8)
Pendapatan Petani Padi sawah (Y)
Y1
Y2
X82
Gambar 4.9. Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Teknologi Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.
Universitas Sumatera Utara
159
Sebelumnya diuji tingkat adopsi terhadap teknologi dan dianalisis dengan menggunakan skor, yaitu peneliti mengamati tingkat adopsi petani terhadap teknologi yang dianjurkan oleh penyuluh pertanian. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Penerapan Komponen Teknologi Dasar No. Parameter Pernyataan 1.
Varietas Unggul
2.
Bibit bermutu dan sehat
3.
Pemupukan spesifik lokasi
4.
PHT sesuai OPT
Skor
1. Selalu Dilakukan 2. Jarang Dilakukan 3. Tidak Pernah Dilakukan 1. Selalu Dilakukan 2. Jarang Dilakukan 3. Tidak Pernah Dilakukan 1. Selalu Dilakukan 2. Jarang Dilakukan 3. Tidak Pernah Dilakukan 1. Selalu Dilakukan 2. Jarang Dilakukan 3. Tidak Pernah Dilakukan
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
Menurut Irianto (2004) mengukur range dari dua variable digunakan rumus :
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 = 𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 =
Data terbesar−Data terkecil Jumlah kriteria
12 − 4 3
= 2,66 = 3 Jumlah skor penerapan komponen teknologi dasar adalah antara 4-12 dengan range 3, sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut : 4-7 8-11 12-12
= Pelaksanaan penerapan komponen teknologi dasar tidak berhasil = Pelaksanaan penerapan komponen teknologi dasar berhasil = Pelaksanaan penerapan komponen teknologi dasar sangat berhasil
Universitas Sumatera Utara
160
Tabel 4.4. Penerapan Komponen Teknologi Pilihan No.
Parameter
1.
Pengelolaan Tanaman (populasi dan cara tanam)
2.
Bibit muda (umur 15 HSS atau 21 HSS)
3.
Penggunaan bahan organic
4.
Irigasi berselang
5.
Pupuk mikro
6.
Penanganan panen dan pascapanen
7.
Pengendalian gulma
8.
Pengolahan tanah
Pernyataan 1. Selalu Dilakukan 2. Jarang Dilakukan 3. Tidak Pernah Dilakukan 1. Selalu Dilakukan 2. Jarang Dilakukan 3. Tidak Pernah Dilakukan 1. Selalu Dilakukan 2. Jarang Dilakukan 3. Tidak Pernah Dilakukan 1. Selalu Dilakukan 2. Jarang Dilakukan 3. Tidak Pernah Dilakukan 1. Selalu Dilakukan 2. Jarang Dilakukan 3. Tidak Pernah Dilakukan 1. Selalu Dilakukan 2. Jarang Dilakukan 3. Tidak Pernah Dilakukan 1. Selalu Dilakukan 2. Jarang Dilakukan 3. Tidak Pernah Dilakukan 1. Selalu Dilakukan 2. Jarang Dilakukan 3. Tidak Pernah Dilakukan
Skor 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
(*) Diberi tanda ceklis pada salah satu opsi sebagai jawaban dari petani.
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 =
Data terbesar − Data terkecil Jumlah kriteria
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 =
24 − 8 3
= 5,333 = 5 Jumlah skor penerapan komponen teknologi pilihan adalah antara 8-24 dengan range 5, sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut : 8- 13
= Pelaksanaan penerapan komponen teknologi pilihan tidak berhasil
14- 19
= Pelaksanaan penerapan komponen teknologi pilihan berhasil
20 -24
= Pelaksanaan penerapan komponen teknologi pilihan sangat berhasil
Universitas Sumatera Utara
161
4.22. Prosedur Dalam Analisis SEM Adalah Sebagai Berikut 4.22.1. Menyusun Diagram Jalur Diagram jalur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
e1
X31
e2
X32
e3
X33
e4
X51
e5
X52
e6 e7
e8 e9 e10
e11
X3
e16
e17
e18
X41
X42
X43
X5
X53
X61
X62
X6
X4
e15
Y
X63
X71
X72
e12
X73
e13
X81
Y1
Y2
e19
e20
X7
X8 e14
X82
Gambar 4.10.. Analisis Full Model Structur Equation Modeling (SEM).
Universitas Sumatera Utara
162
Keterangan: e1…15 : error term X3 : Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam X4 : Kegiatan Utama Agribisnis X5 : Kegiatan Penunjang Agribisnis X6 : Sumber Daya Alam X7 : Sumber Daya Manusia X8 : Teknologi X31 : Biaya Iyuran Air Irigasi X32 : Biaya Pupuk X33 ::Biaya Pestisida X41 : Biaya Produksi X42 : Luas Panen X43 : Harga Gabah X51 : Bantuan Input Produksi Pertanian X52 : Penyaluran Kredit X53 : Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk X61 : Tinggi Volume Air/H9a X62 : Luas Lahan Yang Beririgasi X63 : Panjang Jalan Usahatani X71 : Curahan Tenaga Kerja X72 : Penyuluhan/Pelatihan X73 : Produktivitas Tenaga Kerja X81 : Penerapan Komponen Teknologi Dasar X82 : Penerapan Komponen Teknologi Pilihan Y : Pendapatan Y1 : Produksi Y2 : Produktivitas Lahan
: Adalah tanda yang menunjukkan faktor/ konstruk/ latent variable/ unobserved variable yaitu variabel yang tidak diukur secara langsung, tetapi dibentuk melalui dimensi-dimensi atau indikator-indikator yang diamati. : Adalah tanda yang menunjukkan variabel terukur/ observed variable yaitu variabel yang ditanya harus dicari melalui lapangan, misalnya melalui instrumen-instrumen. : Menunjukkan adanya hubungan yang dipotesakan antara dua variabel, variabel yang dituju oleh anak panah merupakan variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
163
4.22.2. Persamaan Struktural Dan Spesifikasi Pengaruh pengembangan wilayah pada faktor kegiatan utama agribisnis usahatani, faktor kegiatan penunjang agribisnis, faktor sumber daya alam (sda), faktor sumber daya manusia (sdm) dan faktor teknologi terhadap pendapatan petani padi sawah di Serdang Berdagai Sumatera Utara dapat digambarkan melalui persamaan sebagai berikut : 4.22.2.1 Persaman struktural 𝜂 = 𝛾𝑥1 𝜉𝑥1 + 𝛾𝑥2 𝜉𝑥2 + 𝜁 𝛾𝑥3 𝜉𝑥3 + 𝛾𝑥4 𝜉𝑥4 + 𝛾𝑥5 𝜉𝑥5 + 𝛾𝑥6 𝜉𝑥6
+ 𝛾𝑥7 𝜉𝑥7
+ 𝛾𝑥8 𝜉𝑥8 + 𝜁 4.22.2.2. Persamaan pengukuran variabel eksogen : 𝑋31 = 𝜆=31 𝜂31 + 𝑒1 𝑋32 = 𝜆32 𝜂32 + 𝑒2 𝑋33 = 𝜆33 𝜂33 + 𝑒3 𝑋41 = 𝜆=41 𝜂41 + 𝑒16 𝑋42 = 𝜆42 𝜂42 + 𝑒17 𝑋43 = 𝜆43 𝜂43 + 𝑒18 𝑋51 = 𝜆=51 𝜂51 + 𝑒4 𝑋52 = 𝜆52 𝜂52 + 𝑒5 𝑋53 = 𝜆53 𝜂53 + 𝑒6 𝑋61 = 𝜆=61 𝜂61 + 𝑒7 𝑋62 = 𝜆62 𝜂62 + 𝑒8 𝑋63 = 𝜆63 𝜂63 + 𝑒9 𝑋71 = 𝜆=71 𝜂71 + 𝑒10 𝑋72 = 𝜆72 𝜂72 + 𝑒 11 𝑋73 = 𝜆73 𝜂73 + 𝑒12 𝑋81 = 𝜆=81 𝜂81 + 𝑒13 𝑋82 = 𝜆82 𝜂82 + 𝑒14 4.22.2.3. Persamaan pengukuran variabel endogen 𝑌1 = 𝜆1 𝜂1 + 𝑒15
Universitas Sumatera Utara
164
4.23. Spesifikasi Model Pengukuran Untuk Masing-Masing Konstruk/ Varibel Laten
Analisis faktor konfirmatory untuk model pengukuran akan dihasilkan koefisien yang disebut standar loading atau lambda value (𝜆). Nilai lambda tersebut digunakan untuk menilai kecocokan, kesesuaian, atau unidimensionalitas dari instrumen-instrumen dalam membentuk sebuah faktor. 4.24. Pengujian Evaluasi Asumsi Model Struktural 4.24.1. Evaluasi Normalitas Data Evaluasi normalitas dilakukan dengan menggunakan kriteria critical ratio skewness value sebesar ± 2,58 pada tingkat signifikansi 0,01.
Data dapat
disimpulkan mempunyai distribusi normal jika nilai critical ratio skewness value dibawah harga mutlak 2,58. Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk permodelan ini. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat di uji dengan uji statistik. Pengujian yang paling mudah adalah dengan mengamati Skewness value dan kurtosis. Nilai statistik yang digunakan untuk menguji normalitas adalah Zvalue yang dihasilkan melalui rumus berikut : Nilai − z =
Skewness √6 N
Keterangan : N = Ukuran sample
Universitas Sumatera Utara
165
Bila nilai Z lebih besar, maka diduga distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat digunakan berdasarkan tingkat signifikansi yang dikehendaki, misalnya nilai kritisnya ± 2,58 (tingkat signifikansi 0,01 (1%) berarti kita dapat menolak asumsi normalitas pada probability level (Hair et al, 1998). 4.24.2. Evaluasi Outliers Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai ekstrim baik secara univariant maupun multivariant, karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya dan terkait sangat jauh berbeda dari observasi lainnya. Pada outliers dapat dilakukan penanganan khusus asal diketahui bagaimana munculnya outliers itu. Outliers muncul dalam empat kategori, yaitu : a. Outliers muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam memasukan data atau karena kesalahan dalam mengkoding data. b. Outliers muncul karena keadaan yang benar-benar khusus yang memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain tetapi peneliti mempunyai alasan mengenai apa penyebab munculnya nilai ekstrim. c. Outliers muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi peneliti tidak dapat mengetahui bahwa apa penyebabnya atau tidak ada penjelasan mengenai sebab-sebab munculnya nilai ekstrim ini. d. Outliers muncul dalam rentang nilai yang ada, tetapi bila dikombinasikan dengan variabel yang lainnya, kombinasi menjadi tidak lazim atau sangat ekstrim. Inilah yang disebut dengan multivariant singularitas. Uji outliers dilakukan untuk menghilangkan nilai-nilai ekstrim pada hasil observasi. Menurut Hair et al, (1998), outliers terjadi karena kombinasi untuk unik yang terjadi dan nilai-nilai yang dihasilkan dari observasi tersebut sangat
Universitas Sumatera Utara
166
berbeda dari observasi-observasi lainnya. Apabila ditemukan outliers maka data yang bersangkutan harus dikeluarkan dari perhitungan lebih lanjut. Dalam analisis multivariate, outliers dapat di uji dengan membandingkan nilai mahalanobis distance squared dengan nilai 𝑋 2 -tabel pada jumlah tertentu dan tingkat p < 0,001 ( Hair at al, 1998). Pengujian mahalanobis distance squared dapat dilakukan dengan menggunakan program aplikasi statistik SPSS atau AMOS Version 4.01. sedangkan untuk univariate
akan dikategorikan sebagai outliers dengan cara
mengkonfersi nilai data penelitian ke dalam Z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standart deviasi satu. Kriteria yang digunakan adalah berdasarkan nilai Chi-Square pada derajat kebebasan ( degree of freedom ) 34 yaitu jumlah variabel indikator pada tingkat signifikan p < 0,001. Nilai Mahalanobis distance X2 ( 34,0001) = 66,25. Hal ini berarti semua kasus yang mempunyai mahalanobis distance yang lebih besar dari 66,25 adalah multivariate outliers. 4.24.3. Evaluasi Multikolinearitas Untuk melihat apakah data penelitian terdapat multikolinearitas atau singularitas dalam kombinasi variabel, maka yang perlu diamati adalah determinan dari matriks kovarians sampelnya.
Determinan yang kecil atau
mendekati 0 akan mengindikasikan adanya multikolinearitas atau singularitas, sehingga data itu tidak dapat digunakan untuk penelitian. Multikolinieritas dapat dilihat melalui determinan matriks kovarian. 4.24.4. Evaluasi Nilai Residual Esensi dari SEM adalah kesesuaian antara restricted covariance matrix [∑ (0)] dan sampel covariance matrix (S). perbedaan kedua nilai ini tercermin pada nilai residual covariance matrix.
Amos 19. Memberikan output nilai
Universitas Sumatera Utara
167
unstandardized dan standardized residual. Nilai standardized residual adalah nilai fitted residual dibagi dengan standard error, dengan demikian analog dengan nilai Z. besar nilainya standardized residual > 2,58 (Ghozali, 2008). 4.25. Uji Kesesuaian Dan Uji Statistik Model Dalam analisis ini tidak ada alat uji statistik tunggal untuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai model, dengan menggunakan SEM memerlukan beberapa fit index untuk mengukur kebenaran model yang diajukan.
Ada
beberapa indeks kesesuaian dan cut-off valuenya untuk menguji diterima atau ditolaknya sebuah model (uji kelayakan model) seperti yang disajikan dalam Tabel 4.5. Tabel 4.5. Indeks Kelayakan Model No. GOODNESS OF KETERANGAN FIT INDEX 1
2
3
CUTOF POINT Nilai chi-square yang tinggi relative Diharap X 2 - Chi Square terhadap degree of freedom menunjukkan kan bahwa matrik kovarian atau korelasi yang kecil diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini menghasilkan probabilitas (p) lebih kecil dari tingkat signifikansi (α) dan ini menunjukkan bahwa input matrik kovarian antara prediksi dengan observasi sesungguhnya tidak berbeda secara signifikan Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matrik < 0,05 kovarians data dengan matriks kovarians yang diestimasi RMSEA (the Root Merupakan ukuran yang mencoba 0,05 – Mean Square Error memperbaiki kecenderungan statistic chi- 0,08 of Approximation) square menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Hasil uji empiris RMSEA cocok untuk menguji model konfirmatori atau competing model strategy dengan jumlah sampel besar
Universitas Sumatera Utara
168
Lanjutan Tabel 4.5. Indeks Kelayakan Model 4 GFI (good of fit Yaitu ukuran non-statistik yang nilainya index) berkisar dari nilai 0 (poor fit) sampai 1,0 (perfect fit). Nilai GFI tinggi menunjukkan fit yang lebih baik dan berapa nilai GFI yang dapat diterima sebagai nilai yang layak belum ada standarnya, tetapi banyak peneliti menganjurkan nilai di atas 90% sebagai ukuran good fit 5 AGFI (Adjusted Merupakan pengembangan dari GFI yang Goodness of fit disesuaikan dengan ratio degree of indices) freedom untuk proposed model dengan degree of freedom untuk null model 6 CMIN/DF (the Adalah nilai chi-square dibagi dengan minimum sample degree of freedom. Beberapa pengarang discrepancy menganjurkan menggunakan ratio ukuran function) ini untuk mengukur fit. nilai ratio 5 atau kurang dari 5 merupakan ukuran yang reasonable. Peneliti lainnya mengusulkan nilai ratio ini < 2 merupakan ukuran fit. 7 TLI (tuckler lewis Pertama kali diusulkan sebagai alat untuk index) mengevaluasi analisis faktor, tetapi sekarang dikembangkan untuk SEM. Ukuran ini menggabungkan ukuran parsimony kedalam indek komparasi antara proposed model dan null model dan nilai TLI berkisar dari 0 sampai 1,0.nilai TLI yang direkomendasikan adalah sama atau > 0,90. 8 CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive (comperative fit terhadap besarnya sampel dan kerumitan index) model
0 – 1,0 atau > 0,90
≥ 0,90
≤5 Atau <2
0 – 1,0 atau > 0,90
≤ 0,94
Sumber : Ghozali (2008).
Setelah model diestimasi, residualnya haruslah kecil atau mendekati nol dan distribusi frekuensi dari kovarians residual harus bersifat simetrik. Dalam kontens ini, residual yang dimaksud bukanlah residual dari skor seperti pada permodelan multivariant lainnya, melainkan merupakan residual dari kovarians. Distribusi frekuensi dari residual yang tidak simetris merupakan signal atas sebuah model yang kurang baik a poorly fitting model dan menunjukkan bahwa dalam proses estimasi. Ketika model telah dinyatakan diterima, maka peneliti dapat mempertimbangkan dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki
Universitas Sumatera Utara
169
penjelasan teoritis atau goodness-of-fit.
Modifikasi dari model awal harus
dilakukan setelah dikaji banyak pertimbangan. Jika model dimodifikasi, maka model tersebut harus di cross-vilidated (diestimasi dengan data terpisah) sebelum model modifikasi diterima. Pengukuran model dapat dilakukan dengan modification indices. Nilai modification indices sama dengan terjadinya penurunan Chi-squares jika koefisien diestimasi. Nilai sama dengan atau >3.84 menunjukkan telah terjadi penurunan chi-squares secara signifikan. Indikasi adanya model mis – fit dapat dilihat dari nilai modification index (MI) yang dapat dikonseptual sebagai chi square ( X2) statistik dengan degree of freedom = 1. Secara spesifik untuk setiap parameter yang di fix (ditetapkan). Amos memberikan MI yaitu nilai X2 statistik yang akan turun jika parameter dikovariankan. Perlu diperhatikan bahwa dalam mengkovariankan error harus dapat dibenarkan secara teoritis atau logika, tanpa adanya dasar teoritis model menjadi tidak ada artinya.
Jika peneliti memutuskan
melakukan estimasi ulang terhadap model, maka analisis ini tidak lagi disebut analisis konfirmatori, tetapi analisis eksplorotari. Analisis konfirmatori hanya berhenti setelah hipotesis yang diajukan secara empiris ditolak atau tidak dapat ditolak (Ghozali, 2008). 4.26. Pengujian Hipotesis Dan Hubungan Kausal Pengaruh langsung diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR (Critical Rasio) yang sama dengan nilai thitung dengan t-tabel, apabila t-hitung lebih besar t-tabel berarti signifikan. Dari keluaran program Amos 4.01, akan diamati hubungan kausal antar variabel dengan melihat efek langsung maupun efek tak langsung dan efek total.
Universitas Sumatera Utara
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian Kabupaten Serdang Bedagai 5.1.1. Kondisi Geografis 5.1.1.1. Letak Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten yang berada di kawasan pantai timur Sumatera Utara, secara geografis posisi
terletak pada
030 01’57” Lintang Utara, 30 40 ‘48” Lintang Selatan, 980 45’ 00” Bujur
Timur, 99018’36” Bujur Barat. Dengan ketinggian wilayah 0-500 meter diatas permukaan laut. dengan luas wilayah 1.900,22 km2, dengan jumlah 17 kecamatan dan 243 desa/kelurahan. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Simalungun Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Batubara dan Kabupaten Simalungun Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. 5.1.1.2. Iklim Kabupaten Serdang Bedagai memiliki iklim tropis dimana kondisi iklimnya hampir sama dengan Kabupaten Deli Serdang sebagai kabupaten induk. Pengamatan Stasiun Sampali pada tahun 2010 menurut BPS (2011) ada menunjukkan rata-rata iklim setiap bulan di kabupaten Serdang Bedagai rata-rata
170
Universitas Sumatera Utara
171
suhu udara 28,40 C, suhu udara minimum 23,70 C dan suhu udara maksimum 32,20 C, rata-rata tekanan udara perbulan 1010,8 0 C tekanan udara minimum 1006,40 C tekanan udara maksimum 1015,2 0 C, rata-rata kelembapan udara 1701,8 m/dt, curah hujan berkisar antara 27 perbulan 84 %, rata-rata kecepatan angin sampai dengan 248 mm perbulan, hari hujan perbulan berkisar 8-26 hari/bulan. rata-rata jumlah hari hujan 14 hari perbulan, dan rata-rata curah hujan 134 mm perbulan, penyinaran matahari 52 %, dengan tingkat penguapan 3,8 mm/hari. Tipe iklim: A, D1 dan E2. 5.1.1.3. Sumber Daya Alam Sumber daya alam (SDA) adalah semua kekayaan berupa benda mati maupun benda hidup yang berada di bumi dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kualitas sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu negara dalam memanfaatkan sumber daya alam. Sumber daya manusia berkualitas dalam memanfaatkan sumber daya alam
yang
akan memungkinkan
terciptanya tenaga kerja yang berkualitas, bekembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kemajuan di bidang ekonomi. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki 24 sungai dimana sungai yang terpanjang adalah
Sungai Padang dan Bah Hilang yang masing-masing
panjangnya 25.000 m sementara Sungai Mendaris dan Sungai Rampah adalah Sungai terpendek masing-masing 5.000 m. Rawa/gambut terdapat 4 di Kabupaten Serdang Bedagai dan di setiap kecamatan terdapat beberapa irigasi yang sumber airnya berasal dari sungai.
Universitas Sumatera Utara
172
Tabel 5.1. Luas Lahan Sawah Irigasi Bedasarkan Jenis Irigasi Tahun 2010 No. Keterangan Luas (Ha) 1. Irigasi Teknis 2.998 2. Irigasi Setengah Teknis 19.371 3. Irigasi Sederhana 4.435 4. Irigasi Desa/ Non PU 8.884 Jumlah 35.688 Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.
Dari Tabel 5.1. dapat diketahui luas lahan sawah irigasi yang paling luas adalah jenis irigasi setengah teknis yaitu seluas 19.371 Ha, sedangkan yang paling kecil adalah luas lahan sawah irigasi teknis yaitu seluas 2.998 Ha, Tabel 5.2. Luas Lahan Sawah Tidak Beririgasi Bedasarkan Jenis Irigasi Tahun 2010. No. Keterangan Luas (Ha) 1. Tadah Hujan 5.993 2. Pasang Surut 3. Lebak 280 4. Polder dan lain-lain 20 Jumlah 6.293 Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.
Dari Tabel 5.2. dapat diketahui luas lahan sawah tidak beririgasi yang paling luas adalah tadah hujan yaitu seluas 5.993 Ha, sedangkan yang paling kecil adalah luas lahan sawah polder dan lain-lain yaitu seluas 20 Ha, Tabel 5.3. Luas Lahan Kering Bedasarkan Jenisnya Tahun 2010. No. Keterangan 1. Pekarangan 2. Tegal/kebun 3. Ladang/Huma Jumlah
Luas (Ha) 9.918 26.100 6.199 42.217
Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.
Dari Tabel 5.3. dapat diketahui luas lahan kering yang paling luas adalah luas lahan tegal/kebun yaitu seluas 26.100 Ha, sedangkan yang paling kecil adalah luas lahan ladang/huma yaitu seluas 6.199 Ha.
Universitas Sumatera Utara
173
Tabel 5.4. Perkembangan Luas Panen Padi Sawah Selama 5 Tahun Di Kabupaten Serdang Bedagai Pada Tahun 2008-2012. No Kecamatan Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Kotarih Silinda Bintang Bayu Dolok Masihul Serbajadi Sipispis Dolok Merawan Tebing Tinggi Tebing Syahbandar Bandar Khalipah Tanjung Beringin Sei Rampah Sei Bamban Teluk Mengkudu Perbaungan Pegajahan Pantai Cermin Total
2008 347 481 688 4.008 1.981 803 5.270 2.255
2009 166 432 221 4.331 2.121 852 2.979 2.280
2010 358 627 211 2.380 2.295 531 4.661 1.363
2011 328 591 67 2.975 2.103 531 3.556 1.526
2012 17 397 86 2.631 1.148 550 4.773 408
6.814 9.058 5.881 9.703 5.152 11.101 2.485 6.770 72.797
7.107 8.480 5.936 12.475 5.638 9.670 2.835 6.521 72.044
6.564 8.446 5.878 13.089 5.924 12.152 1.960 7.094 73.534
5.334 6.553 8.149 12.429 5.179 6.571 1.184 6.509 63.584
6.853 6.219 4.700 11.142 5.796 12.616 3.310 7.709 68.355
Sumber : Badan Pusat Statistik.
Dari Tabel 5.4. dapat dilihat bahwa luas panen yang paling luas pada tahun 2008 adalah Kecamatan Perbaungan seluas 11.101 Ha, sedangkan luas panen yang terkecil adalah Kecamatan Kotarih seluas 347 Ha. Luas panen yang paling luas pada tahun 2009 adalah Kecamatan Sei Bamban seluas 12.475 Ha, sedangkan luas panen yang terkecil adalah Kecamatan Kotarih seluas 166 Ha. Luas panen yang paling luas pada tahun 2010 adalah Kecamatan Sei Bamban seluas 13.089 Ha, sedangkan luas panen yang terkecil adalah Kecamatan Bintang Bayu seluas 211 Ha. Luas panen yang paling luas pada tahun 2011 adalah Kecamatan Sei Bamban seluas 12.429 Ha, sedangkan luas panen yang terkecil adalah Kecamatan Bintang Bayu seluas 67 Ha. Luas panen yang paling luas pada tahun 2012 adalah Kecamatan Perbaungan seluas 12.616 Ha, sedangkan luas panen yang terkecil adalah Kecamatan Kotarih seluas 17 Ha.
Universitas Sumatera Utara
174
Tabel 5.5. Perkembangan Produksi Padi Sawah Selama 5 Tahun Di Kabupaten Serdang Bedagai Pada Tahun 2008-2012. No Kecamatan Tahun 2008 2009 2010 2011 1 Kotarih 1.601 781 1.726 1.601 2 Silinda 2.218 2.037 3.047 2.899 3 Bintang Bayu 3.176 1.039 1.025 330 4 Dolok Masihul 18.997 20.982 11.742 15.479 5 Serbajadi 9.458 10.070 11.358 10.580 6 Sipispis 3.704 4.046 2.595 2.631 7 Dolok Merawan 8 Tebing Tinggi 24.978 14.300 23.066 18.151 9 Tebing Syahbandar 10.406 10.797 6.701 7.586 10 Bandar Khalipah 32.299 33.992 31.988 26.619 11 Tanjung Beringin 41.850 40.405 41.574 33.390 12 Sei Rampah 27.935 28.520 29.281 43.619 13 Sei Bamban 46.091 59.971 65.246 62.099 14 Teluk Mengkudu 24.448 27.089 29.337 26.944 15 Perbaungan 53.283 48.060 61.016 35.513 16 Pegajahan 11.868 13.928 9.752 6.394 17 Pantai Cermin 32.090 31.455 35.425 34.510 Total 344.401 347.473 364.876 328.344
2012 86 1.951 432 14.027 5.968 2.736 25.023 2.161 35.749 32.938 25.888 61.036 30.472 69.897 18.368 42.458 369.190
Sumber : Badan Pusat Statistik.
Dari Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa produksi yang paling tinggi pada tahun 2008 adalah Kecamatan Perbaungan sebanyak 53.283 ton, sedangkan produksi yang terendah adalah Kecamatan Kotarih sebanyak 1.601 ton. Produksi yang paling tinggi pada tahun 2009 adalah Kecamatan Sei Bamban sebanyak 59.971 ton, sedangkan produksi yang terendah adalah Kecamatan Kotarih sebanyak 781 ton. Produksi yang paling tinggi pada tahun 2010 adalah Kecamatan Sei Bamban sebanyak 65.246 ton, sedangkan produksi yang terendah adalah Kecamatan Bintang Bayu sebanyak 1.025 ton. Produksi yang paling tinggi pada tahun 2011 adalah Kecamatan Sei Bamban sebanyak 62.099 ton, sedangkan produksi yang terendah adalah Kecamatan Bintang Bayu sebanyak 330 ton. Produksi yang paling tinggi pada tahun 2012 adalah Kecamatan Perbaungan sebanyak 69.897 ton, sedangkan produksi yang terendah adalah Kecamatan Kotarih sebanyak 86 ton.
Universitas Sumatera Utara
175
Tabel 5.6. Perkembangan Produktivitas Padi Sawah Selama 5 Tahun Di Kabupaten Serdang Bedagai Pada Tahun 2008-2012. No Kecamatan Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 1 Kotarih 46,15 47,00 48,16 48,84 49,74 2 Silinda 46,15 47,11 48,62 49,05 49,15 3 Bintang Bayu 46,15 47,02 48,45 48,99 49,97 4 Dolok Masihul 47,40 48,45 49,34 52,04 53,32 5 Serbajadi 47,75 47,47 49,49 50,31 52,00 6 Sipispis 46,15 47,52 48,91 49,60 49,76 7 Dolok Merawan 8 Tebing Tinggi 47,40 48,00 49,48 51,04 52,43 9 Tebing Syahbandar 46,15 47,36 49,17 49,70 52,91 10 Bandar Khalipah 47,40 47,83 48,73 49,90 52,17 11 Tanjung Beringin 46,20 47,65 92,22 50,96 52,96 12 Sei Rampah 47,50 48,05 49,81 53,53 55,08 13 Sei Bamban 47,50 48,07 49,85 49,96 54,78 14 Teluk Mengkudu 47,45 48,05 49,52 52,02 52,57 15 Perbaungan 48,00 49,70 50,21 54,04 55,40 16 Pegajahan 47,75 49,13 49,76 54,00 55,49 17 Pantai Cermin 47,40 48,24 49,94 53,02 55,08 Total 47,31 48,23 49,62 51,64 54,01 Sumber : Badan Pusat Statistik.
Dari Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa produktivitas yang paling tinggi pada tahun 2008 adalah Kecamatan Perbaungan sebesar 48,00 Kw/Ha, sedangkan produktivitas yang terendah adalah Kecamatan Kotarih, Silinda, Bintang Bayu, Sipispis dan Tebing Syahbandar masing-masing sebesar 46,15 Kw/Ha. Produktivitas yang paling tinggi pada tahun 2009 adalah Kecamatan Perbaungan sebesar 49,70 Kw/Ha, sedangkan produktivitas yang terendah adalah Kecamatan Kotarih sebesar 47,00 Kw/Ha. Produktivitas yang paling tinggi pada tahun 2010 adalah Kecamatan Tanjung Beringin sebesar 92,22 Kw/Ha, sedangkan produktivitas yang terendah adalah Kecamatan Kotarih sebesar 48,16 Kw/Ha. Produktivitas yang paling tinggi pada tahun 2011 adalah Kecamatan Perbaungan sebesar 54,04 Kw/Ha, sedangkan produktivitas yang terendah adalah Kecamatan Kotarih sebesar 48,84 Kw/Ha. Produktivitas yang paling tinggi pada tahun 2012 adalah
Universitas Sumatera Utara
176
Kecamatan Pegajahan sebesar 55,49 Kw/Ha, sedangkan produktivitas yang terendah adalah Kecamatan Silinda sebesar 49,15 Kw/Ha. 5.1.2. Kondisi Demografis 5.1.2.1. Penduduk Penduduk merupakan faktor yang sangat dominan di dalam pelaksanaan pembangunan, karena penduduk tidak saja sebagai pelaksana tetapi juga menjadi sasaran dari pembangunan. Oleh sebab itu untuk menunjang keberhasilan pembangunan, perkembangan penduduk perlu diarahkan sehingga mempunyai ciri- ciri atau karakteristik yang menguntungkan pembangunan. Pasal 3 ayat (1) Undang Undang No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan
dan
Pembangunan
Keluarga
Sejahtera
menyebutkan bahwa perkem-bangan kependudukan diarahkan pada pengendalian kuantitas, perkembangan kualitas, serta pengarahan mobilitas penduduk, sebagai potensi sumber daya ma-nusia agar menjadi kekuatan, pembangunan. Lebih lanjut, Pasal 4 ayat (1) menye-butkan bahwa tujuan dari perkembangan kependudukan, yaitu untuk mewujudkan keserasian, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas, persebaran penduduk dengan lingkungan hidup. Struktur dan persebaran penduduk akan membahas terbatas pada komposisi penduduk dan persebaran penduduk sebagaimana kita ketahui penduduk dapat dibagi dalam berbagai ciri atau karakteristik tertentu baik sosial ekonomi maupun geografis. Persebaran penduduk yang belum merata tentu saja menimbulkan masalah sosial ekonomi yang serius bagi pemerintah (Nurdin, 1981).
Universitas Sumatera Utara
177
Tabel 5.7. Banyaknya Desa/ Kelurahan, Luas Wilayah Dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Kecamatan Tahun 2010. Kecamatan Banyak Luas Jumlah Kepadatan Persentase Desa/ Wilayah Penduduk( Penduduk Penduduk Kelurahan Area (km2) Jiwa) (Jiwa/ km2 ) (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) Kotarih 11 78,024 7.975 102 1,34 Silinda 9 56,740 8.332 147 1,40 Bintang Bayu 19 95,586 10.581 111 1,78 Dolok Masihul 28 237,417 48.241 203 8,12 Serbajadi 10 50,690 19.560 386 3,29 Sipispis 20 145,259 31.617 218 5,32 Dolok 17 120,600 17.029 141 2,86 Merawan Tebing Tinggi 14 182,291 40.253 221 6,77 Syahbandar 10 120,297 32.191 268 5,42 Bandar 5 116,000 24.774 214 4,11 Khalifah Tanjung 8 74,170 36.864 497 6,20 Beringin Sei Rampah 17 198,900 63.379 319 10,66 Sei Bamban 10 72,260 42.791 592 7,20 Teluk 12 66,950 41.118 614 6,92 Mangkudu Perbaungan 28 111,620 99.936 895 16,89 Pegajahan 13 93,120 26.859 288 4,50 Pantai Cermin 12 80,296 42.883 534 7,25 Total 243 1.900,20 594.383 313 100,00 Rata-rata 14 111,78 34.964 18 Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.
Dari Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa Kabupaten Serdang Bedagai merupakan Kabupaten baru yang merupakan hasil pemekaran dari wilayah Kabupaten Deli Serdang. Jumlah desa/kelurahan yang paling banyak ada dua kecamatan yaitu Kecamatan Dolok Masihul sebanyak 28 desa/kelurahan dan kecamatan
Perbaungan
sebanyak
28
desa/kelurahan.
Sedangkan jumlah
desa/kelurahan yang paling sedikit adalah Kecamatan Bandar Khalifah sebanyak 5 desa/kelurahan dari jumlah seluruhnya 243 desa/kelurahan. Dengan rata-rata banyaknya desa/kelurahan di Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 14 desa/kelurahan.
Universitas Sumatera Utara
178
Luas wilayah yang paling luas ada pada kecamatan Dolok Masihul seluas 237,417 km2 dan yang paling kecil luas wilayah ada pada Kecamatan Serbajadi seluas 50, 690 km2 dari luas seluruhnya seluas 1 900,220 km2. Dengan rata-rata luas wilayah kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai seluas 111,78 km2 Jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun berjumlah 594.383 jiwa.
2010
Jumlah penduduk yang paling banyak adalah di
kecamatan Perbaungan berjumlah 99.936 jiwa.
Jumlah penduduk yang paling
sedikit adalah di Kecamatan Kotarih berjumlah 7.975 jiwa. Dengan rata-rata banyaknya penduduk di Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 34.964 jiwa per kecamatan. Kepadatan penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2010 adalah sebesar 313 jiwa/km2 . Kepadatan penduduk terbesar adalah di Kecamatan Perbaungan yaitu sebesar 895 jiwa/km2 . Sedangkan Kecamatan dengan kepadatan penduduk yang terkecil adalah Kecamatan Kotarih 102 jiwa/km2. Dengan ratarata kepadatan penduduk di Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 18 jiwa / km2. Ditinjau dari segi persebaran penduduk, jumlah penduduk terbesar adalah di Kecamatan Perbaungan yaitu sebesar 99.936 jiwa atau sebesar 16,89 % dari seluruh penduduk Kabupaten Serdang Bedagai. Jumlah penduduk terendah ada di Kecamatan Kotarih yaitu sebesar 7.975 jiwa atau 1,34 %. Persentase penduduk yang paling tinggi adalah Kecamatan Perbaungan yaitu sebesar 16,89 %, persentase penduduk terendah ada di Kecamatan Kotarih yaitu sebesar 1,34 % dari seluruh penduduk di 17 kecamatan Kabupaten Serdang Bedagai.
Universitas Sumatera Utara
179
5.1.2.2. Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Umur dan jenis kelamin merupakan karakteristik penduduk yang pokok, struktur ini mempunyai pengaruh penting baik terhadap tingkah laku demografis maupun sosial ekonomi. Dalam demografis distribusi umur penduduk dapat digolongkan menurut lima tahunan, hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.8. Tabel 5.8. Banyaknya Penduduk Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010. Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah (Tahun) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) 0-4 33.647 31.431 65.078 5-9 33.319 31.639 64.958 10-14 31.988 30.018 62.006 15-19 27.895 26.032 53.927 20-24 23.792 22.956 46.748 25-29 25.031 25.038 50.069 30-34 22.330 22.273 44.603 35-39 20.552 21.018 41.570 40-44 19.786 19.699 39.485 45-49 17.159 18.225 35.384 50-54 15.086 14.910 29.996 55-59 10.488 10.458 20.946 ≥60 17.541 22.072 39.613 Jumlah 298.614 295.769 594.383 Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.
Dari Tabel 5.8 diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari jumlah penduduk perempuan, yaitu berjumlah 298.614 jiwa, dari total jumlah penduduk sebesar 594.383 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki terbanyak adalah yang berumur 0-4 tahun, yaitu berjumlah 33.647 jiwa, dan jumlah penduduk lakilaki yang terkecil adalah yang berumur 55-59, yaitu berjumlah 10.488 jiwa. Dari total jumlah penduduk seluruhnya laki-laki sebesar 594.383 jiwa. Sedangkan penduduk perempuan yang terbanyak adalah yang berumur 5-9 tahun, yaitu berjumlah 31.639 jiwa, dan penduduk perempuan yang terkecil adalah yang berumur 55-59 tahun, yaitu berjumlah 10.458 jiwa. Dari total jumlah penduduk
Universitas Sumatera Utara
180
perempuan seluruhnya sebesar 295.769 jiwa.
Jika dilihat jumlah penduduk
seluruhnya dari kelompok umur yang paling besar jumlahnya adalah pada umur 0-4 tahun sebesar 65.078 jiwa, sedangkan yang paling kecil dari kelompok umur yang paling kecil jumlahnya adalah pada umur 55-59 tahun sebesar 20.946 jiwa. Untuk melihat perbandingan persentase dari jumlah penduduk antara lakilaki dengan perempuan dimana penduduk laki-laki sebesar 50,24 % lebih besar dibandingkan dengan persentase penduduk perempuan sebesar 49,76 %, hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Laki-Laki
Perempuan
50.24 %
49.76 %
Gambar 5.1. Penduduk Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010. Dilihat dari kelompok umur, persentase penduduk usia 0-14 tahun sebesar 32,31 persen, 15,59 tahun sebesar 61,03 %, dan ≥ 60 tahun ke atas sebesar 6,66 % yang berarti jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan usia non produktif dengan rasio beban ketergantungan sebesar 63,86 artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung 64 orang penduduk usia non produktif.
Universitas Sumatera Utara
181
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin merupakan variabel penting dalam demografi. Hampir semua pembahasan mengenai masalah kependudukan melibatkan variabel umur dan jenis kelamin penduduk. Struktur umur penduduk antar daerah satu dengan daerah lain tidak sama. Struktur umur penduduk dipengaruhi oleh tiga variabel demografi, yakni kelahiran, kematian, dan migrasi. Faktor-faktor sosial ekonomi di satu daerah akan mempengaruhi struktur umur penduduk lewat ketiga variabel tersebut.
6,66%
32,31% 0-14
61,03%
15-59 ≥60
Gambar 5.2. Komposisi Penduduk Kabupaten serdang Bedagai Menurut Kelompok Umur Tahun 2009.
Struktur umur penduduk akan terlihat lebih sederhana untuk dianalisis jika dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu 0-14 tahun, 15-59 tahun, dan ≥ 60 tahun. Suatu wilayah dikatakan mempunyai struktur umur muda jika proporsi penduduk usia 0-14 tahun lebih dari 30 persen, sementara proporsi kelompok umur usia ≥ 60 tahun keatas kurang atau sama dengan 5 persen. Sebaliknya suatu struktur umur penduduk dikatakan tua jika proporsi penduduk usia 0-14 tahun
Universitas Sumatera Utara
182
kurang dari atau sama dengan 30 persen, sementara proporsi kelompok usia ≥ 60 tahun lebih atau sama dengan 5 persen. Dari hasil SUSENAS 2009 dapat disimpulkan bahwa struktur umur kabupaten serdang Bedagai dapat dikatakan muda, dimana persentase penduduk kelompok umur 0-14 tahun sebesar 32,31 persen sedangkan persentase penduduk kelompok umur ≥ 60 tahun ke atas mencapai 6,66 persen. 5.1.2.3. Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia suatu potensi yang ada dalam diri seseorang yang dapat berguna untuk menyokong suatu organisasi atau perusahaan sesuai dengan keterampilan atau kemampuan yang dimiliki. Adapun pengertian sumber daya manusia adalah : 1. Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan). 2. Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya. 3. Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai modal (non material/non finansial) didalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi (Nawawi, 1997). a. Pendidikan Salah satu amanat yang diemban pemerintah menurut UUD 1945 adalah upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejauh mana amanat ini dilaksanakan tercermin antara lain dari profil pendidikan penduduk yang akan dibahas secara singkat dalam uraian berikut yang menyajikan gambaran umum
Universitas Sumatera Utara
183
mengenai kemampuan baca tulis penduduk, tingkat pendidikan (formal) yang dicapai, status pendidikan, dan kemampuan berbahasa Indonesia. Tabel 5.9. Banyaknya Penduduk Yang Menamatkan Pendidikan Di Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Jenis Kelamin Dan Persentase Tahun 2010. No Pendidikan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan Yang (%) (%) (%) Ditamatkan 1. Tidak Punya 20,29 24,49 22,39 Ijazah 2. Sekolah Dasar 29,89 29,24 29,56 3. SMP 22,20 23,14 22,67 4. SMA 24,70 19,42 22,06 5. Diploma I.II 0,56 0,58 0,57 6. Diploma III / 0,36 0,56 0,46 Akademi 7. Diploma IV / 2,00 2,57 2,29 SI Jumlah 100 100 100 Sumber : Badan Pusat Statistik 2011
Dari Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa penduduk di kabupaten Serdang Bedagai paling banyak menamatkan tingkat pendidikan Sekolah Dasar dengan persentase sebesar 29,56 % sedangkan tingkat pendidikan yang paling sedikit ditamatkan oleh penduduk Kabupaten Serdang Bedagai adalah jenjang pendidikan Diploma III/ Akademi dengan persentase 0,46 %. Tabel 5.10. Banyaknya Jenis Sekolah Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010. No Jenis Sekolah Jumlah Sekolah (Unit) 1. Sekolah Dasar 458 2. SMP
84
3. SMA
40
4. Kejuruan
29
Jumlah
611
Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.
Dari Tabel 5.10 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010, Kabupaten Serdang Bedagai memiliki 458 sekolah dasar, 84 sekolah menengah pertama, 40 sekolah
Universitas Sumatera Utara
184
menengah atas dan 29 Sekolah Menegah Kejuruan. Penyediaan fasilitas pendidikan ini bukan hanya disediakan oleh pemerintah, tetapi telah melibatkan peran serta pihak swasta, yang menunjukkan kepedulian yang sudah terjalin melalui penyediaan fasilitas pendidikan. Tabel 5.11. Banyaknya Murid Sekolah Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010. No Jenis Sekolah
Jumlah Murid Sekolah (JIwa)
1. Sekolah Dasar
79.294
2. SMP
23.166
3. SMA
11.122
4. Kejuruan
7.354
Jumlah
120.936
Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.
Berdasarkan Tabel 5.11 bahwa murid terbanyak berdasarkan tingkat pendidikan adalah tingkat SD dengan jumlah 79.294 murid. Sedangkan
jumlah
murid paling sedikit adalah tingkat kejuruan dengan jumlah 7.354 murid. Tabel 5.12. Banyaknya Guru Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010. Guru Negeri Guru Swasta Jumlah Guru No Jenis Sekolah (Jiwa) (JIwa) (Jiwa) 1.
Sekolah Dasar
4658
261
4919
2.
SMP
1092
676
1768
3.
SMA
608
399
1007
4.
Kejuruan
94
420
514
6452
1756
8208
Jumlah
Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.
Berdasarkan Tabel 5.12 bahwa untuk pendidikan dasar keberadaan guru negeri mendominasi guru pegawai negri sipil. Dari 4.919 guru di Sekolah Dasar, sebanyak 4,658 orang merupakan guru Pegawai Negri Sipil pada sekolah dasar
Universitas Sumatera Utara
185
negeri dan sebanyak 261 orang merupakan guru swasta pada sekolah dasar yang dikelola oleh pihak swasta. Untuk pendidikan menengah pertama, dari 1.768 guru di Sekolah Menengah Pertama, sebanyak 1.092 orang merupakan guru Pegawai Negri Sipil pada sekolah menengah pertama negeri dan sebanyak 676 orang merupakan guru swasta pada sekolah menengah pertama yang dikelola oleh pihak swasta.. Untuk pendidikan menengah atas, dari 1007 guru di Sekolah Menengah Atas, sebanyak 608 orang merupakan guru Pegawai Negri Sipil pada sekolah menengah atas negeri dan sebanyak 399 orang merupakan guru pada sekolah menengah atas swasta. Untuk pendidikan menengah kejuruan, dari 514 guru di sekolah Menengah Kejuruan, sebanyak 94 orang merupakan guru Pegawai Negri Sipil pada sekolah menengah kejuruan negeri dan sebanyak 420 orang merupakan guru pada sekolah menengah kejuruan swasta. Jumlah guru pegawai negeri sipil yang mengajar pada Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan Negeri adalah sebanyak 6.452 orang, sedangkan jumlah guru yang mengajar pada Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan Swasta adalah sebanyak 1.756 orang. Dari jumlah guru yang mengajar di Kabupaten Serdang Bedagai seluruhnya adalah 8.208 orang. b. Tenaga Kerja Jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai yang merupakan angkatan kerja sebanyak 302.400 orang, terdiri dari 283.291 orang berstatus bekerja dan 19.109 orang yang menganggur. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.13.
Universitas Sumatera Utara
186
Tabel 5.13. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Status Pekerjaan Utama dan Pendidikan yang Ditamatkan Tahun 2010. Status Pekerjaan utama
Pendidikan yang Ditamatkan SD Kebawah
SLTP
SLTA Keatas
Jumlah
Angkatan Kerja a. Bekerja b. Penganggur
123.669 2.682
72.390 6.390
87.232 10.067
283.291 19.109
Jumlah
126.351
78.750
97.299
302.400
Sumber : Sakernas Agustus 2011.
Dari Tabel 5.13 terdapat penduduk berumur 15 tahun keatas angkatan kerja yang terbanyak berpendidikan tamatan SD sebesar 126.351 jiwa yang terkecil berpendidikan tamatan SLTP sebesar 78.750 jiwa, dari jumlah seluruh angkatan kerja sebanyak 302.400 jiwa. Penduduk yang bekerja yang terbanyak berpendidikan tamatan SD sebesar 123.669 jiwa yang terkecil berpendidikan tamatan SLTP sebesar 72.390 jiwa. dari jumlah seluruh
bekerja sebanyak 283.291 jiwa. Sedangkan penduduk yang
menganggur yang terbanyak berpendidikan tamatan SMA sebesar 10.067 jiwa dan yang terkecil berpendidikan tamatan SD sebesar 2.682 jiwa dari jumlah pengangguran sebanyak 19.109 jiwa. Penduduk angkatan kerja yang terbanyak berpendidikan tamatan SD sebesar 126.351 jiwa yang terkecil berpendidikan tamatan SLTP sebesar 78.750 jiwa. c. Pencurahan Tenaga Kerja Tenaga kerja (ketenagakerjaan) adalah sumber daya manusia yang memiliki potensi, kemampuan, yang tepat guna, berdaya guna, berpribadi dalam kategori tertentu untuk bekerja dan berperan serta dalam pembangunan, sehingga berhasil guna bagi dirinya dan masyarakat secara keseluruhan (Hamalik, 2000).
Universitas Sumatera Utara
187
Penggunaan tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam Hari Orang Kerja (HOK). Satuan ukuran yang dipergunakan untuk menghitung besarnya tenaga kerja adalah satuan HOK atau sama dengan satu Hari Kerja Pria (HKP), yaitu jumlah kerja yang dicurahkan untuk seluruh proses produksi yang diukur dengan ukuran kerja pria. Untuk menyetarakan, dilakukan konversi berdasarkan upah di daerah penelitian (Rahim dan Diah. 2008). Tohir (1983) menyatakan bahwa tenaga kerja dibagi menjadi dua, yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga banyak dipakai dalam usahatani skala kecil, pembagian kerja dalam keluarga didasarkan atas tradisi dan perbedaan-perbedaan fisik. Pemakaian tenaga kerja luar keluarga berkaitan erat dengan besarnya usaha. Setiap usaha pertama-tama mengerahkan tenaga kerja keluarga, setelah dirasa tidak mencukupi maka diambil tenaga kerja luar keluarga. Hernanto (1993) menyatakan bahwa tenaga kerja luar hanya sebagai bantuan, khususnya untuk kegiatan atau pekerjaan yang membutuhkan tenaga lebih dari potensi tenaga kerja yang dimiliki petani. Disamping penggunaan lahan dan rotasi tanaman, perlu direncanakan peng-gunaan
tenaga kerja, apakah tenaga kerja keluarga yang tersedia bisa
memenuhi kebutuhan. Jika tenaga kerja yang dibutuhkan lebih besar dari potensi tenaga kerja keluarga yang tersedia maka petani harus menganggarkan seberapa besar kebutuhan tenaga kerja luar keluarga yang diperlukan.
Hal ini
Universitas Sumatera Utara
188
mempengaruhi perhitungan biaya usahatani karena tenaga kerja luar keluarga harus di beri upah (Suratiyah, 2009). Tabel 5.14.
Banyaknya Penduduk Yang Bekerja Berumur Diatas 15 Tahun Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Dan Jenis Kelamin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010. Lapangan Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah Utama (jiwa) (jiwa) (jiwa) Pertanian 74.490 41.624 116.114 Industri Jasa Jumlah
47.091 43.610 165.191
16.189 63.421 121.234
63.280 107.031 286.425
Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.
Dari Tabel 5.14 menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan penyerap tenaga kerja yang terbanyak dengan jumlah 116.114 jiwa, dari jumlah keselurahan tenaga kerja. Dan penyerap tenaga kerja yang sedikit, adalah di sektor industri dengan jumlah 63.280 jiwa, dari jumlah keselurahan tenaga kerja. Dan jumlah pekerja terbanyak, berjumlah 74.490, jiwa adalah laki-laki disektor pertanian, dari jumlah keselurahan tenaga kerja laki-laki yaitu 165.191 jiwa sedangkan jumlah pekerja paling sedikit berjumlah 16.189 jiwa adalah perempuan disektor industri dari jumlah keselurahan tenaga kerja perempuan yaitu 121.234 jiwa. 5.1.3. Kondisi Sarana Dan Prasarana Pertanian Tabel 5.15.
Jumlah Traktor Menurut Jenisnya di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010.
No. Jenis Traktor
Tenaga (PK)
Jumlah (unit)
>50 PK
11
20-50 PK
10
1
Traktor Besar
2
Trakror Sedang
3
Traktor Mini
<20 PK
14
4
Traktor Tangan
<15 PK
1.753
Jumlah
1.788
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai 2011.
Universitas Sumatera Utara
189
Dari Tabel 5.15 jumlah traktor terbanyak di Kabupaten Serdang Bedagai adalah jenis Traktor Tangan (<15 PK) sebanyak 1.753 unit sedangkan jenis traktor sedang (20-50 PK) merupakan jumlah yang paling sedikit sebesar 10 unit dari jumlah seluruhnya 1.788 unit. Tabel 5.16. No.
Jumlah Pompa Air Menurut Jenisnya di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010.
Jenis Pompa Air Pompa Air 2” Pompa Air 3” Pompa Air 4” Pompa Air 6” Jumlah
1 2 3 4
Jumlah (unit) 186 236 207 26 655
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai 2011.
Dari Tabel 5.16 jumlah pompa air yang terbanyak di Kabupaten Serdang Bedagai adalah jenis Pompa Air 3” dengan jumlah 236 unit sedangkan yang paling sedikit adalah jenis Pompa Air 6” dengan jumlah 26 unit. Tabel 5.17. Jumlah Prasarana di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010. No. Jenis Pompa Air Jumlah (unit) Power Thresser 616 1 2
Penggilingan Padi
3
Rice Milling Unit (RMU)
54
4
Corn Seller
27
5
Kios Saprodi
179
6
Kontainer Jumlah
183
13 1072
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai. 2011
Dari Tabel 5.17 dapat dilihat prasarana pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai adalah Power Thresser sebanyak 616 unit, Penggilingan Padi sebanyak 183 unit, Kios Saprodi sebanyak 179 unit, Rice Milling Unit (RMU) sebanyak 54 unit, Corn Seller sebanyak 27 unit dan Kontainer sebanyak 13 unit dari jumlah seluruhnya 1072 unit.
Universitas Sumatera Utara
190
5.1.4. Penyuluh Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai Per Kecamatan Penyuluhan pertanian adalah suatu pendidikan luar sekolah yang ditujukan kepada para petani beserta keluarganya. Proses pendidikan terjadi karena adanya proses komunikasi berjalan dua arah yaitu antara penyuluh sebagai narasumber, keluarga tani sebagai sasaran dan begitu sebaliknya, apabila dalam proses komunikasi ini kita kenal saluran atau chanel sebagai salah satu unsurnya, maka dalam penyuluhan saluran ini merupakan metoda penyuluhan. Metoda penyuluhan adalah cara penyampaian materi penyuluhan pertanian melalui media komunikasi oleh penyuluh kepada petani beserta keluarganya agar bisa dan membiasakan diri menggunakan teknologi baru termasuk media komunikasi antara lain : radio, telepon, HP, internet, facebook, telegrap, surat kabar. Kegiatan penyuluh dalam pembangunan pertanian berperan sebagai jembatan yang menghubungkan sumber dengan petani. Sistem kerja pada kegiatan penyuluhan dikenal dengan Sistem Keja Latihan dan Kunjungan (LAKU). Sistem kerja ini adalah adanya kunjungan yang rutin dan regular seorang Penyuluh Pertanian Lapangan kepada kelompok tani dalam rangka ahli pengetahuan dan keterampilan kepada para petani dan beserta seluruh anggota keluarganya (Suhardiyono,1992).
Universitas Sumatera Utara
191
Tabel 5.18. Data Penyuluh Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai Per Kecamatan Tahun 2010. Status Jabatan ( Orang ) Kepegawaian ( Orang ) Tempat Tugas Kecamatan Ka. BP3K KJF PPL PNS THL-TB (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. BP3K Sei Rejo 1 2 30 2 28 9 9 Sei Rampah 10 1 9 Sei Bamban 11 1 10 Teluk Mengkudu 2. BP3K Pematang 1 5 39 8 31 sponam 18 3 16 Perbaungan 8 1 7 Pengajahan 12 4 8 Pantai Cermin 1 3 20 7 13 3. BP3K Berohol 7 4 3 Tebing Tinggi Tebing 4 4 Syahbandar 2 1 1 Dolok Merawan 7 2 5 Sipispis 4. BP3K Dolok 1 4 35 2 33 Masihul 17 2 15 Dolok Masihul 6 6 Serbajadi 4 4 Kotarih 4 4 Bintang Bayu 4 4 Silinda 5. BP3K Tanjung 1 3 14 6 4 Beringin 8 4 4 Tanjung Beringin 6 2 4 Bandar Khalipah 12 6. KJF Kabupaten 5 29 138 25 113 Jumlah/Total Sumber : Badan Pelaksanaan Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kab. Serdang Bedagai 2011.
Dari Tabel 5.18 dapat dilihat bahwa di BP3K Pematang Sponam yang meliputi Kecamatan Perbaungan, Pegajahan, dan Pantai Cermin memiliki PPL yang terbanyak dengan jumlah 39 orang PPL sedangkan yang terkecil terdapat di
Universitas Sumatera Utara
192
BP3K Tanjung Beringin yang meliputi Kecamatan Tanjung Beringin dan Kecamatan Bandar Khalipah sebanyak 14 orang PPL. Tabel 5.19. Data Jumlah Penyuluh Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai Per Kecamatan Tahun 2010. No Kecamatan PNS THL-TB Total Penyuluh (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) 1 Kotarih 2 5 7 2 Dolok Masihul 2 15 17 3 Sipispis 2 5 7 4 Dolok Merawan 1 1 2 5 Tebing Tinggi 3 3 6 6 Bandar Khalifah 2 4 6 7 Tanjung Beringin 3 6 9 8 Teluk Mengkudu 1 10 11 9 Sei Rampah 1 9 10 10 Perbaungan 2 17 19 11 Pantai Cermin 4 8 12 12 Silinda 1 4 5 13 Bintang Bayu 4 4 8 14 Serba Jadi 6 6 15 Tebing Syahbandar 2 1 3 16 Sei Bamban 1 8 9 17 Pegajahan 1 6 7 Jumlah 32 112 144 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011.
Dari Tabel 5.19. dapat dilihat bahwa jumlah penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS) terbanyak berada di Kecamatan Pantai Cermin dan Bintang Bayu, yaitu sebanyak 4 jiwa. Jumlah penyuluh Tenaga Harian Lepas (THL) terbanyak berada di Kecamatan Perbaungan, yaitu sebanyak 17 jiwa. Jumlah keseluruhan penyuluh terbanyak berada di Kecamatan Perbaungan yaitu sebanyak 19 jiwa dan jumlah penyuluh yang paling sedikit berada di Kecamatan Dolok Merawan yang berjumlah 2 jiwa.
Universitas Sumatera Utara
193
5.2. Perencanaan Tata Ruang 5.2.1. Jangka Waktu Perencanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang maka RTRW Kabupaten Serdang Bedagai memiliki jangka waktu 10 (sepuluh) tahun yaitu dari tahun 2006 – 2016 yang dibagi dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan pembangunan yakni program pembangunan untuk 5 (lima) tahun pertama dan program pembangunan 5 (lima) tahun kedua. Maksud dan Tujuan Penetapan Rencana Pembangunan Kabupaten Serdang Bedagai adalah untuk memberikan arah dan pedoman penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan, dan penyampaian pelayanan kepada masyarakat di Kabupaten Serdang Bedagai dengan tujuan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih demokratis, berkeadilan sosial, serta melindungi hak azasi manusia, menegakkan supremasi hukum dalam tatanan masyarakat yang beragama, beradab, berakhlak mulia, mandiri, bebas, maju dan sejahtera untuk kurun waktu lima tahun ke depan dalam prinsip-prinsip penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (good governance). 5.2.2. Rencana Tahapan Pembangunan
a. Pengawasan Kegiatan pengawasan terhadap pemanfaatan ruang diselenggarakan dalam bentuk pelaporan, pemanfaatan dan evaluasi. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya menjaga tercapainya kesesuaian pemanfaatan ruang dengan RTRW Kabupaten Serdang Bedagai 2006-2016. b. Penertiban
Universitas Sumatera Utara
194
Penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang diselenggarakan dalam bentuk pengenaan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bentuk sanksi yang dikenakan adalah sanksi administrasi, perdata, dan pidana. Pengenaan sanksi dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang sanksi baik pelanggaran maupun kejahatan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. RTRW Kabupaten Serdang Bedagai berbentuk rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang sehingga belum memuat secara langsung pemberian perijinan pembangunan. Oleh karena itu, tindakan penertiban dengan pengenaan sanksi harus mengacu pada rencana tata ruang yang lebih rinci dan atau pedoman penataan ruang dan bangunan sesuai dengan penggunaannya sebagai acuan operasional pelayanan perijinan pemanfaatan ruang, namun dengan tetap memperhatikan rencana struktur dan arahan yang ditetapkan di dalam RTRW Kabupaten Serdang Bedagai. c. Perijinan Pemanfaatan Ruang Perijinan dimaksudkan sebagai konfirmasi atas pemanfaatan ruang dalam proses pengendalian. Perijinan harus disesuaikan dengan tingkat rencana tata ruang yang diacu, seperti ijin prinsip, ijin perencanaan, IMB, ijin UUG/HO, AMDAL, ijin tetap, ijin usaha, dan ijin tempat usaha. Perijinan yang terkait langsung dengan pemanfaatan ruang adalah ijin lokasi, ijin perencanaan, dan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). Jenis ijin dan atau pertimbangan kelayakan lingkungan adalah Ijin Undang-Undang Gangguan (IUUG/HO), dan atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), sedang perijinan sektoral yang terkait dengan legalitas usaha atau investasi, yaitu
Universitas Sumatera Utara
195
ijin prinsip, tetap, dan usaha. Seringkali berbagai perijinan secara bersama-sama diterapkan dan diintegrasikan ke dalam proses perijinan pertanahan, mulai dari ijin lokasi hingga prosedur pengajuan/pemberian hak atas tanah (Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, dan atau Hak Milik). Sesuai dengan jenjang dan skala RTRW yang ada, pada dasarnya dapat ditegaskan bahwa RTRW yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk menerbitkan suatu jenis ijin dalam pemanfaatan ruang adalah RRTRW di tingkat Kecamatan dan atau RRTRW Kawasan Fungsional beserta jenjang berikutnya yang lebih rinci dengan skala yang lebih besar. Sesuai dengan hirarki rencana tata ruang, penerbitan ijin dalam pemanfaatan ruang harus mengacu pada RTRW Kabupaten/Kota dan rencana yang lebih rinci, yaitu :
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK) dengan skala 1:50.000–1:20.000, digunakan sebagai acuan penerbitan perijinan lokasi peruntukan ruang untuk suatu kegiatan
Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah (RRTRW) Kecamatan dengan skala 1:10.000–1:5.000, digunakan sebagai acuan penerbitan perijinan perencanaan pembangunan (planning permit) bangunan dan bukan bangunan
Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah (RRTRW) Sub Kawasan dengan skala 1:1.000–1:500, digunakan sebagai acuan penerbitan perijinan tata letak dan rancang bangunan/bukan bangunan, termasuk Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).
5.2.3. Pemanfaatan Lahan Pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai belum mengesahkan RTRW dan pada bulan Juni 2011 masih dibahas di Kementerian PU. Total luas sawah adalah 40.588 ha
Universitas Sumatera Utara
196
dan luas sawah irigasi teknis 35.000 ha yang potensial untuk LP2B. Produksi gabah tahun 2010 sebanyak 225.000 ton atau surplus sebanyak 81.000 ton (Kabupaten Serdang Bedagai 2011). Saat ini Kabupaten Serdang Bedagai tidak bisa lagi memperluas lahan sawah. Konversi lahan sawah relatif kecil karena sebagian besar wilayah Kabupaten Serdang Bedagai masih merupakan kawasan perdesaan dibanding Kabupaten Deli Serdang. Sawah yang kekurangan air irigasi sebagian dikonversi ke sawit dengan laju rata-rata sekitar 2,5% per tahun. Tahun 2009 ada konflik pemilikan lahan antara PTPN III dengan masyarakat, tetapi sekarang sudah selesai dan dimenangkan PTPN III. Tantangan konversi lahan adalah pembangunan jalan tol dari Kualanamu–Tebing Tinggi (80 km). Di samping itu juga, perlu diantisipasi dampak pembangunan Bandara Kualanamu yang akan mengubah sebagian wilayah kabupaten ini menjadi kawasan industri atau kawasan penyangga bagi Kabupaten Deli Serdang. Saran untuk mengatasi konversi lahan antara lain: lahan sawah mendapat irigasi yang mencukupi dan saluran irigasi dipelihara dengan baik. Di samping itu, harga input (pupuk dan pestisida) harus terjangkau oleh petani, ketersediaan pupuk terjamin, harga gabah terjamin, dan penegakan hukum untuk mempertahankan LP2B. Tabel 5.20. Luas Lahan Sawah Irigasi Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber : Badan Pusat Statistik
Luas (Ha) 35.673,00 35.673,00 35.378,00 34.148,00 30.208,53
Universitas Sumatera Utara
197
Luas (Ha) 36,000.00 35,673.00 35,000.00 34,000.00 33,000.00 32,000.00 31,000.00 30,000.00 29,000.00 2007 2008
35,673.00
35,378.00 34,148.00
30,208.53 2009
2010
2011
2012
2013
Luas (Ha)
Gambar 5.3. Luas Lahan Sawah Irigasi Di Kabupaten Serdang Bedagai Pada Gambar 2. Terlihat bahwa luas lahan sawah irigasi di kabupaten Serdang Bedagai mengalami penurunan secara berturut-turut selama 4 tahun yaitu mulai tahun 2009-2012, sedangkan di tahun 2008-2009 tidak mengalami penurunan maupun kenaikan melainkan tetap. 5.3. Perencanaan Pembangunan Pertanian Padi Sawah 5.3.1. Kebijakan Penerapan Mekanisme Pemberian Insentif Dan Disinsentif Untuk Mempertahankan Lahan Pertanian Berkelanjutan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional. Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah perubahan fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkeanjutan menjadi bukan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan baik secara tetap maupun sementara.
Universitas Sumatera Utara
198
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, diantaranya mengatur mengenai pemberian insentif dan disinsentif kepada petani pangan. Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012 tentang insentif perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan.
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang
lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional. Petani Pangan adalah setiap warga negara Indonesia beserta keluarganya yang mengusahakan lahan untuk komoditas pangan pokok di Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing memberikan Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan kepada Petani dengan jenis berupa: bantuan dana penerbitan sertifikat hak atas tanah pada lahan pertanian pangan berkelanjutan, bantuan keringanan PBB, jaminan penerbitan sertipikat hak atas tanah pada lahan pertanian pangan berkelanjutan, kemudahan dalam mengakses informasi dan teknologi, pembiayaan penelitian dan pengembangan benih dan varietas unggul. Pengembangan infrastruktur pertanian. Penghargaan bagi petani berprestasi.
Penyediaan sarana dan prasarana produksi pertanian. Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota memberikan Insentif kepada Petani berdasarkan pertimbangan. Tipologi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Kesuburan tanah. Luas tanam minimal 25 (dua puluh lima) hektar dalam satu hamparan. Irigasi. Tingkat fragmentasi lahan. Produktivitas usahatani. Lokasi. Kolektivitas usaha pertanian; dan/atau. Praktik usahatani ramah lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
199
Bagi Petani Penerima Insentif Diwajibkan Untuk: Memanfaatkan lahan sesuai peruntukannya, menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah. Mencegah kerusakan lahan. Memelihara kelestarian lingkungan. Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota Pencabutan Insentif. Kepada petani berdasarkan pertimbangan dimana petani tidak memenuhi kewajiban perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Petani tidak mentaati norma, standar, prosedur, dan kriteria pemberian Insentif dan/atau lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan telah dialihfungsikan. 5.3.1.1. Program Pemerintah untuk Sektor Pertanian Padi Untuk mendukung perkembangan di sektor pertanian, Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai telah melakukan beberapa upaya untuk membantu petani dalam meningkatkan kesejahteraan melalui beberapa program yaitu: Peningkatan pemasaran hasil pertanian. Meningkatkan produksi hasil pertanian. Penyebaran informasi pengendalian OPT mendukung swasembada beras. Pengadaan bahan kimia. kesejahteraan petani.
Pameran pasar pertanian promosi. Meningkatkan kemampuan
Peningkatan
penggunaan teknologi
pertanian. Peningkatan ketahanan pangan pertanian dan perkebunan. 5.3.1.2. Kondisi Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi tanaman pangan khususnya padi dan palawija di Sumatera Utara, Hasil pertanian tanaman pangan merupakan komoditi yang sangat strategis karena menyangkut kebutuhan pokok masyarakat. Mengingat sebagian besar penduduk mencari nafkah dari sektor pertanian dan sasaran pembangunan pertanian untuk meningkatkan pendapatan petani, maka pemerintah Kabupaten
Universitas Sumatera Utara
200
Serdang Bedagai merasa penting untuk meningkatkan Program Pembangunan Pertanian. Agar pembangunan pertanian benar-benar tepat sasaran dan efisien diperlukan data dan informasi yang lengkap dan akurat. Karena digunakan sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. 5.3.1.3. Daerah Irigasi Di kabupaten Serdang Bedagai ada tiga kewenangan pengelolaan daerah irigasi yaitu Pemerintahan Pusat, Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara, dan Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai. Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat memiliki luas sebesar 19.022 Ha, sedangkan Pemerintahan Provinsi Sumut sebesar 7.323 Ha, dan Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 11.746 Ha. Total jumlah keseluruhan luas daerah irigasi di Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebesar 38.091 Ha.. 5.3.1.4. Lahan Sawah Lahan merupakan salah satu faktor produksi. Lahan sawah pada Tahun 2010 di Kabupaten Serdang Bedagai mengalami penurunan sebesar 3,29 % dibandingkan dengan total lahan sawah tahun 2009. Hal ini terjadi karena adanya alih fungsi lahan sawah menjadi lahan kebun, ladang/huma dan lahan perkebunan. Bila dilihat dari kedua jenis lahan sawah Tahun 2010 yaitu lahan sawah irigasi dan lahan sawah non irigasi, maka lahan sawah irigasi memiliki kontribusi terbesar yaitu sebesar 99,88 %, sedangkan lahan sawah non irigasi hanya sebesar 0,12 %. Terjadinya penurunan pada lahan sawah non irigasi yaitu sebesar 99,85 %, sedangkan pada lahan sawah irigasi pada umumnya mengalami penurunan yaitu sebesar 0,97 % bila dibandingkan tahun 2009, kecuali pada lahan
Universitas Sumatera Utara
201
irigasi teknis sedikit mengalami peningkatan sebesar 10,67 % atau sebesar 320 Ha. 5.3.1.5. Lahan Sawah Irigasi Lahan sawah irigasi yang diusahakan tanaman padi di Kabupaten Serdang Bedagai selama dua tahun terakhir ini secara umum mengalami penurunan. Tahun 2010 lahan sawah irigasi yang efektif digunakan sebesar 35.378 Ha atau mengalami penurunan sebesar 14,52 % bila dibandingkan dengan lahan sawah irigasi yang diusahakan tanaman padi pada tahun 2009. Lahan Sawah Irigasi terdiri dari : 1) Lahan Sawah Berpengairan Teknis Lahan Sawah Berpengairan Teknis adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dari irigasi teknis, yaitu jaringan dimana saluran pemberi terpisah dari saluran pembuangan agar penyediaan dan pembagian irigasi dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Bila dibandingkan dengan tahun 2009, total lahan sawah irigasi teknis pada tahun 2010 mengalami peningkatan 320 Ha atau sebesar 10,67 %. Adapun luas baku lahan sawah irigasi teknis di Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2010 adalah sebesar 3.318 Ha, dan seluruhnya diusahakan tanaman padi, pola tanamnya pada frekuensi penanaman dua kali. 2) Lahan Sawah Berpengairan Setengah Teknis Lahan Sawah Berpengairan Setengah Teknis adalah Dinas Pengairan/ Pemerintah hanya menguasai bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan mengukur pemasukan air, sedangkan pada jaringan selanjutnya tidak diukur dan tidak dikuasai oleh Dinas Pengairan/Pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
202
Lahan irigasi setengah teknis yang diusahakan tanaman padi di Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 0,93 % atau sebesar 181 Ha bila dibandingkan dengan tahun 2009. Dari 19.190 Ha lahan sawah irigasi setengah teknis yang ada, sebesar 99,6 % diusahakan tanaman padi dengan pola tanam dua kali, sedangkan sisanya 0,40 % diusahakan tanaman padi dengan pola tanam satu kali. 3) Lahan Sawah Berpengairan Sederhana (PU) Lahan sawah berpengairan sederhana (PU) adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dan irigasi, sedangkan untuk pembagian airnya belum teratur meskipun pihak pemerintah (PU) sudah ikut membangun sebagian jaringan tersebut. Total lahan baku irigasi sederhana sebesar 4.345 Ha yang ditanami padi hanya sebesar 4.330 Ha atau sebesar 99,65%. Sedangkan sisa lahan irigasi sederhana sebesar 15 Ha atau 0,35 % tidak diusahakan tanaman padi. 4) Lahan Sawah Pengairan Non PU/Irigasi Desa Lahan Sawah Pengairan Non PU/Irigasi Desa adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dari system pengairan yang dikelola sendiri oleh masyarakat tanpa campur tangan pemerintah. pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 3,87 % bila dibandingkan dengan tahun 2009. Total lahan irigasi desa/non PU yang ada sebesar 8.540 Ha. Dari total lahan yang ada tersebut seluruhnya diusahakan tanaman padi dengan pola tanam dua kali sebesar 8.302 Ha atau 97,21 % dan sisanya 238 Ha atau 2,79 % dengan pola tanam satu kali. 5.3.2. Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah
Universitas Sumatera Utara
203
5.3.2. 1. Umur Tabel 5.21. Umur Petani Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Kelompok Umur Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012. No Kisaran Umur Jumlah Umur Jumlah Sampel Rata-Rata Persentase (tahun) (tahun) (jiwa) (tahun) (%) 1 24-39 989 28 35,32 28 2 40-55 2.318 51 45,45 51 3 ≥ 56 1.376 21 65,52 21 Total 4.683 100 146,29 100 Rata-Rata 46,83 Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.21. (Lampiran II/Lampiran 1) dapat diketahui bahwa berdasarkan kisaran umur yaitu kisaran umur 40-55 tahun jumlah sampel yang terbanyak sebesar 51 sampel (51 %) dengan rata-rata umur 45,45 tahun dan pada kisaran umur ≥ 56 tahun jumlah sampel yang terkecil sebesar 21 sampel (21 %) dengan rata-rata umur 65,52 tahun.
Rentang umur antara 30-70 tahun.
Dengan rata-rata umur per petani sebesar 47 tahun. 5.3.2.2 Pendidikan Tabel 5.22. Pendidikan Petani Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Kelompok Pendidikan Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012. No Tingkat Jumlah Pendidikan Jumlah Sampel Rata-Rata Persentase Pendidikan (tahun) (jiwa) (tahun) (%) 1 SD 195 33 5,91 33 2 SMP 132 15 8,80 15 3 SMA 551 46 11,98 46 4 PT 95 6 15,83 6 Total 973 100 42,52 100 Rata-Rata 9,73 Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.22. (Lampiran II/lampiran 1) dapat diketahui bahwa berdasarkan tingkat pendidikan
yaitu pada
tingkat pendidikan SMA jumlah
sampel yang terbanyak sebesar 46 sampel (46 %) dengan rata-rata pendidikan 11,98 tahun dan pada tingkat pendidikan PT jumlah sampel yang terkecil sebesar 6 sampel (6 %) dengan rata-rata pendidikan 15,83 tahun. Rentang pendidikan
Universitas Sumatera Utara
204
antara 4-16 tahun.
Dengan rata-rata pendidikan per petani 9,73 tahun yaitu
pendidikan SMP. 5.3.2.3. Lamanya Berusahatani Tabel 5.23. Lamanya Berusahatani Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Kelompok Lamanya Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012. No Kisaran Lama Jumlah Lama Jumlah Sampel Rata-Rata Persentase Berusahatani Berusahatani (jiwa) (tahun) (%) (tahun) (tahun) 1 ≤ 10 128 17 7,53 17 2
11-29
1.088
56
19,43
56
3
≥ 30
984
27
36,40
27
100
63,34
100
Total Rata-Rata
2.200 22
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.23. (Lampiran II/lampiran 1) dapat diketahui bahwa berdasarkan pada kisaran lamanya berusahatani yaitu kisaran lamanya berusahatani 11-29 tahun jumlah sampel yang terbanyak sebesar 56 sampel (56%) dengan rata-rata lamanya berusahatani 19,43 tahun dan pada kisaran lamanya berusahatani ≤ 10 tahun jumlah sampel yang terkecil sebesar 17 sampel (17 %) dengan rata-rata lamanya berusahatani 7,53 tahun. Rentang lamanya berusahatani antara 4-66 tahun. Dengan rata-rata lamanya berusahatani per petani selama 22 tahun. 5.3.2.4. Lamanya Berorganisasi P3A Tabel 5.24. Lamanya Berorganisasi P3A Padi Sawah Berdasarkan kelompok Lama Berorganisasi Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012. No Kisaran Lama Jumlah Lama Jumlah Sampel Rata-Rata Persentase Berorganisasi Berorganisasi (jiwa) (tahun) (%) (tahun) (tahun) 1 ≤ 10 245,5 51 4,80 51 2 11-29 869 46 18,89 46 3 ≥ 30 120 3 40 3 Total 1.234,5 100 63,69 100 Rata-Rata 12,345 Sumber: Data Primer.
Universitas Sumatera Utara
205
Dari Tabel 5.24.
(Lampiran II/lampiran 1) dapat diketahui bahwa
berdasarkan pada kisaran lamanya berorganisasi P3A yaitu kisaran ≤ 10 tahun jumlah sampel yang terbanyak sebesar 51 sampel (51%) dengan rata-rata lama berorganisasi 4,80 tahun dan pada kisaran lamanya berorganisasi P3A ≥ 30 tahun jumlah sampel yang terkecil
sebesar 3 sampel (3%) dengan rata-rata lama
berorganisasi 40 tahun. Rentang lamanya berorganisasi P3A antara 1-44 tahun. Dengan rata-rata lamanya berorganisasi P3A per petani 12,34 tahun. 5.3.2.5. Jumlah Tanggungan Tabel 5.25. Jumlah Tanggungan Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Kelompok Tanggungan Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012. No Kisaran Jumlah Jumlah Jumlah Sampel Rata-Rata Persentase Tanggungan Tanggungan (Jiwa) (jiwa) (%) (Jiwa) (Jiwa) 1 0-1 8 10 1 10 2 2 48 24 2 24 3 3 72 24 3 24 4 ≥4 199 42 5 42 Total 327 100 11 100 Rata-Rata
3,27
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.25 (Lampiran II/lampiran 1) dapat diketahui bahwa berdasarkan pada kisaran jumlah tanggungan yaitu kisaran ≥ 4 jiwa jumlah sampel yang terbanyak sebesar
42 sampel
(42%) dengan rata-rata jumlah
tanggungan 5 jiwa dan pada kisaran jumlah tanggungan 0-1 jiwa jumlah sampel yang terkecil sebesar 10 sampel (10%) dengan rata-rata jumlah tanggungan 1 jiwa. Rentang
jumlah tanggungan antara 1-8.
Dengan rata-rata jumlah
tanggungan per petani sebesar 3,27 jiwa.
Universitas Sumatera Utara
206
5.3.2.6. Total Luas Lahan Usahatani Tabel 5.26. Total Luas Lahan Petani Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Keterangan Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012. No Keterangan Luas Lahan Jumlah Sampel Rata-Rata Persentase Lahan (ha) Dimiliki (ha) (jiwa) (ha) (%) 1 Luas Lahan 110,18 100 1,1018 100 Sawah 2 Luas Lahan 30,54 56 0,3054 56 Non Sawah Total 140,72 156 1,4072 156 Rata-Rata 1,4072 Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.26 (Lampiran II/lampiran 1) dapat diketahui bahwa berdasarkan keterangan luas lahan yang dimiliki yang terbesar adalah luas lahan sawah sebesar 110,18 Ha jumlah sampel yang terbanyak sebesar 100 sampel (100 %) rentang luas lahan sawah 0,06-4,7 Ha dengan rata-rata sebesar 1,1018 Ha. Yang terkecil luas lahan
non sawah sebesar 30,54 Ha jumlah sampel yang
terkecil sebesar 56 sampel (56 %) rentang luas lahan non sawah 0,1-1,2 Ha dengan rata-rata sebesar 0,3054 Ha.
Total luas lahan yang dimiliki
adalah
sebesar 140,72 Ha (100%) rentang luas lahan sawah 0,06-4,7 Ha. Dengan ratarata luas lahan sawah per petani sebesar 1,4072 Ha. 5.3.3. Pengaruh Sebelum Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah
Ritual doa turun tanam adalah salah satu jenis ritual atau upacara minta hujan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah perdesaan yang mayoritas pekerjaan utamanya sebagai petani. Menurut kepercayaan masyarakat tersebut, permintaan datangnya hujan dilakukan dengan bantuan bidadari, Dewi Sri yang merupakan dewi padi, lambang kemakmuran dan kesejahteraan. Melalui doa-doa
Universitas Sumatera Utara
207
yang dilakukan penuh keyakinan, Dewi Sri akan datang melalui lengkung bianglala (pelangi) menuju ke bumi untuk menurunkan hujan. Datangnya hujan berarti datangnya rakhmat Illahi yang menjadi sumber hidup bagi seluruh makhluk bumi, termasuk manusia. Lahan-lahan yang digarap meliputi lahan basah atau sawah, lahan kering berupa tegalan, serta tanah tadah hujan sehingga saat musim kemarau datang lahan ini sangat kering dan petani tidak dapat menggarap sawah mereka. Masyarakat di desa masih percaya, melalui ritual doa turun tanam maka akan segera turun hujan yang sangat berguna agar sumur-sumur dan sumber mata air keluar lagi airnya, sawah dan ladang tidak lagi tandus, dan berbagai tanaman bersemi kembali bagi kelangsungan hidup mereka. Di Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) pada umumnya melakukan upacara tradisional ritual doa turun tanam untuk meminta hujan agar sawah mereka dapat digenangi air dan saluran air irigasi menjadi lancar dan tidak ada hambatan sehingga tanaman mereka lebih baik. Meminta kepada yang maha kuasa agar lahan mereka menjadi subur, meningkatkan hasil tanam dan dapat menekan populasi hama penyakit pada tanaman padi sawah, jika musim kemarau panjang dan kering kerontang, ritual doa turun tanam dilaksanakan warga desa, setiap setahun sekali dengan cara memanjatkan doa dan upacara serta tepung tawar. Tabel 5.27. Jumlah Biaya Petani Sebelum Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam, Dalam Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Keterangan Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012. No Keterangan Jumlah Biaya Rata-Rata Biaya Persentase Biaya (Rp) (Rp) (%) 1 Pompanisasi 330.540.000 3.305.400 70,84 2 Pupuk 127.629.250 1.276.292,5 27,35 3 Pestisida 8.467.000 84.670 1,81 Total Rata-Rata
466.636.250 4.666.362,5
4.666.362,5
100
Sumber: Data Primer.
Universitas Sumatera Utara
208
Dari Tabel 5.27 (Lampiran II/lampiran 2)
dapat dilihat jumlah biaya
petani sebelum menerapkan ritual doa turun tanam dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam yang terbesar adalah pada biaya pompanisasi sebesar Rp. 330.540.000 (70,84%) rata-rata biaya Rp 3.305.400. Sedangkan biaya yang terkecil adalah biaya pestisida sebesar Rp 8.467.000 (1,81%) rata-rata biaya Rp 84.670. Total biaya Rp 466.636.250, Dengan rata-rata total biaya per petani adalah sebesar Rp 4.666.362,5. 5.3.4. Pengaruh Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah Upacara tradisional ritual doa turun tanam ini sudah dilakukan dari turun temurun sejak nenek moyang mereka dan dipandu oleh guru spiritual. Setiap warga yang mengikuti ritual doa turun tanam boleh membawa perbekalan berupa nasi dengan lauk pauknya seperti ikan, ayam panggang, telur, sambel, mihun goreng, pisang dan kue-kue yang nantinya akan dimakan bersama-sama warga yang mengikuti upacara dengan kepala desa, penyuluh pertanian, guru spiritual, tokoh masyarakat dan undangan lainnya. Ritual doa turun tanam dilaksanakan pada waktu setelah shalat magrib dan warga yang mengikuti upacara ritual doa turun tanam membawa tikar dan duduk bersama-sama sambil berdoa dan tepung tawar, guru yang memandu menggunakan bahasa jawa, tempatnya diadakan dipersimpangan empat karena dipersimpangan empat tempat lewat angin barat, angin timur, angin utara dan angin selatan agar doa mereka dibawa oleh angin tersebut, sebab angin tersebut datang dari penjuru angin. mereka berdoa dan bermohon agar hasil panen semakin meningkat.
Universitas Sumatera Utara
209
Tabel 5.28. Jumlah Biaya Petani Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam, Dalam Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Keterangan Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012. No Keterangan Jumlah Biaya Rata-Rata Biaya Persentase Biaya (Rp) (Rp) (%) 1 Air Irigasi 66.108.000 661.080 41,17 2 Pupuk 87.122.600 871.226 54,25 3 Pestisida 7.362.000 73.620 4,58 Total 160.592.600 1.605.926 100 Rata-Rata 1.605.926 Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.28 (Lampiran II/lampiran 2)
dapat dilihat jumlah biaya
petani setelah menerapkan ritual doa turun tanam dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam yang terbesar adalah pada biaya pupuk sebesar Rp 87.122.600 (54,25 %) rata-rata biaya Rp 871.226. Sedangkan biaya yang terkecil adalah biaya pestisida sebesar Rp 7.362.000 (4,58%) rata-rata biaya Rp 73.620. Total biaya Rp 160.592.600. Dengan rata-rata total biaya per petani adalah sebesar Rp 1.605.926. 5.3.5.
Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum dan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Dalam Pengembangan Wilayah
Menguji hipotesis komparatif berarti menguji parameter populasi yang berbentuk
perbandingan
melalui
ukuran
sampel
yang
juga
berbentuk
perbandingan. Hal ini berarti menguji kemampuan generalisasi (signifikansi hasil penelitian) yang berupa perbandingan keadaan variabel dari dua sampel atau lebih. Bila Ho dalam pengujian diterima, berarti nilai perbandingan dua sampel atau lebih tersebut dapat digeneralisasikan untuk seluruh populasi dimana sampelsampel diambil dengan taraf kesalahan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
210
Tabel 5.29. Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum dan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Doa Turun Tanam Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012. No Keterangan Total Pendapatan Rata-rata Persentase Pendapatan (Rp) (Rp) (%) 1 Pendapatan 1.496.537.300 14.965.373 45,21 Sebelum Ritual Doa Turun Tanam 2 Pendapatan 2.095.387.900 20.953.879 54,79 Setelah Ritual Doa Turun Tanam Total 3.591.925.200 35.919.252 100 Rata-Rata 35.919.252 Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.29 (Lampiran II/lampiran 2) dapat dilihat pendapatan petani sebelum dan setelah menerapkan ritual doa turun tanam dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam yang terbesar adalah
setelah menerapkan
ritual doa turun tanam sebesar Rp 2.095.387.900 (54,79 %) dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 20.953.879. Sedangkan pendapatan yang terkecil adalah sebelum menerapkan ritual doa turun tanam sebesar Rp 1.496.537.300 (45,21%) dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 14.965.373. Total pendapatan sebesar Rp 3.591.925.200. Dengan rata-rata total pendapatan per petani adalah sebesar Rp 35.919.252. 5.3.6. Pengaruh Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah
Bila dilihat dari aspek ekonomi, pengembangan wilayah dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan masyarakat meningkat dalam jangka waktu yang panjang. Menurut Sukirno (2001) dari pengertian tersebut dapat terlihat pembangunan ekonomi mempunyai sifat antara lain : a. Sebagai proses, berarti merupakan perubahan yang terjadi terus menerus.
Universitas Sumatera Utara
211
b. Usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan masyarakat, dan c. Kenaikan pendapatan tersebut terus berlangsung dalam jangka panjang Sistem agribisnis adalah upaya mengintegrasikan dan mengkoordinasikan semua kegiatan agribisnis dalam satu komoditi atau gabungan komoditi. Kegiatan utama merupakan kegiatan yang dilakukan dalam proses agribisnis dari hulu ke hilir. Kegiatan utama agribisnis meliputi : 1. Subsistem Pengadaan Input Produksi 2. Subsistem Produksi Usahatani 3. Subsistem Pengolahan Hasil (Processing) 4. Subsistem Pemasaran (Simanjuntak, 2005). 5.3.6.1. Biaya Produksi Tabel. 5.30. Biaya Produksi Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Usahatani Padi Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012. No Keterangan Biaya Jumlah Biaya Rata-rata Persentase Produksi (Rp) (Rp) (%) 1 Biaya Sewa Lahan 688.625.000 6.886.250 37,42 2 Biaya PBB 38.563.000 385.630 2,09 3 Biaya Pengairan 66.108.000 661.080 3,59 4 Biaya Penyusutan 2.806.800 28.068 0,15 5 Biaya Sarana 268.712.500 2.687.125 14,60 5 Produksi 775.507.800 7.755.078 42,14 7 Biaya Tenaga Kerja 90.000 900 0,01 Biaya Angkutan Total 1.840.413.100 18.404.131 100 Rata-Rata 18.404.131 Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.30 (Lampiran II/Lampiran 14) dapat dilihat bahwa kegiatan utama agribisnis dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam, biaya produksi yang terbesar adalah pada biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 775.507.800 (42,14%) dengan rata-rata biaya tenaga kerja per petani sebesar Rp 7.755.078. Sedangkan biaya produksi terkecil adalah pada biaya angkutan yaitu
Universitas Sumatera Utara
212
sebesar Rp 90.000 (0,01%) dengan rata-rata biaya angkutan per petani adalah sebesar Rp 900 perpetani. Dengan rata-rata seluruh biaya produksi per petani adalah sebesar Rp 18.404.131. Tabel. 5.31. Kisaran Biaya Produksi Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Usahatani Padi Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012. No Kisaran Jumlah Biaya Jumlah Rata-Rata Persentase Biaya Produksi Sampel (Rp) (%) Produksi (Rp) (Rp) (jiwa) 1 ≤17.129.333 656.414.700 54 12.155.827,78 54 2 17.129.333-23.013.333 498.207.200 25 19.928288 25 3 ≥23.013.333 685.791.200 21 32.656.332,81 21 Total 1.840.413.100 100 64.740.448,59 100 Rata-Rata 18.404.131 Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.31 ((Lampiran II/Lampiran 3) dapat dilihat bahwa kegiatan utama agribisnis dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam, biaya produksi yang terbesar adalah pada usahatani dengan kisaran biaya produksi ≥ Rp 23.013.333 yaitu sebesar Rp 685.791.200, jumlah sampel sebesar 21 sampel (21%). Sedangkan biaya produksi yang terkecil adalah pada usahatani dengan kisaran biaya produksi Rp 17.129.333-23.013.333 yaitu sebesar 498.207.200 jumlah sampel sebesar 25 sampel (25 %). Dengan rata-rata biaya produksi per petani adalah sebesar Rp 18.404.13 5.3.6.2. Luas Panen Tabel. 5.32. Luas Panen Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012. No Kisaran Jumlah Luas Jumlah Sampel Rata-Rata Persentase Luas Lahan Panen (ha) (jiwa) (ha) (%) Sawah (ha) 1 ≤ 0,49 2,60 7 0,37 7 2 0,5 - 0,9 16,02 20 0,80 20 3 ≥1 201,74 73 2,76 73 Total Rata-Rata
220,36 2,2036
100
3,93
100
Sumber: Data Primer.
Universitas Sumatera Utara
213
Dari Tabel 5.32 (Lampiran II/Lampiran 3) dapat dilihat bahwa kegiatan utama agribisnis dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam, luas panen yang terbesar adalah pada usahatani dengan kisaran luas lahan ≥ 1 Ha yaitu sebesar 201,74 Ha, jumlah sampel yang terbanyak sebesar 73 sampel (73 %). Sedangkan luas panen yang terkecil adalah pada usahatani dengan kisaran luas lahan ≤ 0,49 Ha yaitu sebesar 2,60 Ha jumlah sampel yang terkecil sebesar 7 sampel (7 %). Dengan rata-rata luas panen per petani adalah sebesar 2,2036 Ha. 5.3.6.3. Harga Gabah Tabel. 5.33. Harga Gabah Kegiatan Utama Agribisnis Padi Sawah Berdasarkan Tingkatan Harga Gabah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012. No Kisaran Harga Jumlah Harga Jumlah Sampel Rata-Rata Persentase Gabah (Rp) Gabah (Rp) (Jiwa) (Rp)/Kg (%) 1 ≤ Rp 3450 79.150 17 4.655 17 2 Rp 3500 220.500 63 3.500 63 3 ≥ Rp 3550 55.750 20 2.787 20 Total 355.400 100 10.942 100 Rata-Rata 3.554 Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.33 (Lampiran II/Lampiran 3) dapat dilihat bahwa kegiatan utama agribisnis dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam berdasarkan tingkatan harga gabah yang terbesar sampelnya adalah kisaran harga gabah Rp 3500 yaitu sebesar 63 sampel (63%). Sedangkan terkecil sampelnya kisaran harga gabah ≤ Rp 3450 sebesar 17 sampel (17%). Dengan rata-rata harga gabah per petani adalah sebesar Rp 3.554. 5.3.7. Pengaruh Kegiatan Penunjang Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah
Kegiatan penunjang merupakan kegiatan yang sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan kegiatan utama agribisnis, meliputi :
Universitas Sumatera Utara
214
1. Subsistem Penelitian dan Pengembangan 2. Subsistem Pendidikan dan Pelatihan Penyuluhan 3. Subsistem Pengadaan Informasi 4. Subsistem Perkreditan dan Pengadaan Modal 5. Subsistem Pengangkutan dan Jasa Penunjang Perdagangan 6. Subsistem Pengadaan Prasarana (Pemerintah) 7. Subsistem Pengadaan Kebijakan Pemerintah (Simanjuntak, 2005). 5.3.7.1. Bantuan Input Produksi Tabel. 5.34. Bantuan Input Produksi Kegiatan Penunjang Agribisnis Dalam Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012. No Kisaran Jumlah Bantuan Jumlah Sampel Rata-Rata Persentase Bantuan Input Input (Rp) (jiwa) (Rp) (%) 1 ≤ 185.000 3.923.000 55 71.327,27 55 2 186.000-359.000 5.520.000 23 240.000 23 3 ≥ 360.000 23.697.000 22 1.077.136 22 Total 33.140.000 100 1.388.463.27 100 Rata-Rata 331.400 Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.34 (Lampiran II/Lampiran 3) dapat diketahui bahwa kegiatan penunjang agribisnis dalam bantuan input produksi pertanian terbesar pada kisaran bantuan input ≥ Rp 360 000 yaitu berjumlah Rp 23.697.000, jumlah sampel sebesar 22 sampel (22 %). Bantuan input produksi pertanian yang terkecil pada kisaran bantuan input ≤ Rp 185.000 yaitu berjumlah Rp 3.923.000 jumlah sampel sebesar 55 sampel (55%). Dengan rata-rata bantuan input produksi pertanian per petani adalah sebesar Rp 331.400.
Universitas Sumatera Utara
215
5.3.7.2. Penyaluran Kredit Tabel. 5.35.
Penyaluran Kredit Kegiatan Penunjang Agribisnis Dalam Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012. No Kisaran Jumlah Penyaluran Jumlah Sampel Rata-Rata Persentase Penyaluran Kredit (Rp) (jiwa) (Rp) (%) Kredit (Rp) 1 ≤ 299.000 806.000 57 14.140,35 57 2 300.000-990.000 10.099.100 20 504.955 20 3 ≥ 1000.000 86.569.000 23 3.755.173,91 23 Total 97.474.100 100 4.274.235,26 100 Rata-Rata 974.741 Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.35 (Lampiran II/lampiran 3) dapat diketahui bahwa penyaluran kredit usahatani terbanyak pada kisaran penyaluran kredit ≥ Rp 1.000.000 yaitu berjumlah Rp 86.369.000 jumlah sampel sebesar 23 sampel (23 %). Penyaluran kredit usahatani yang paling sedikit pada kisaran penyaluran kredit ≤ Rp 299.00 yaitu berjumlah Rp. 806.000 jumlah sampel sebesar 57 sampel (57 %). Dengan rata-rata penyaluran kredit usahatani per petani adalah sebesar Rp. 974.741. 5.3.7.3. Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk Tabel. 5.36.
No 1 2 3
Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk Kegiatan Penunjang Agribisnis Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.
Kisaran Jumlah Subsidi Subsidi Pupuk (Rp) Pupuk (Rp) ≤ 350.000 4.817.200 360.000 – 990.000 16.391.300 ≥ 1000.000 43.976.500 Total 65.185.000 Rata-Rata 651.850
Jumlah Sampel Rata-Rata (jiwa) (Rp) 52 114695,23 17 607085,18 31 1.418.596,77 100 2.140.377,18
Persentase (%) 52 17 31 100
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.36 (Lampiran II/Lampiran 3) dapat diketahui bahwa kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk yang paling tinggi pada kisaran subsidi
Universitas Sumatera Utara
216
pupuk ≥ Rp 1 000.000 yaitu berjumlah Rp 43.976.500 jumlah sampel sebesar 31 sampel (31%). kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk paling sedikit pada kisaran subsidi pupuk ≤ Rp 350.000
yaitu berjumlah Rp 4.817.200
jumlah sampel sebesar 52 sampel (52 %). Dengan rata-rata kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk per petani adalah Rp 651.850. 5.3.8. Pengaruh Sumber Daya Alam (SDA) Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah
Pada
umumnya,
sumber daya
alam
berdasarkan
sifatnya
dapat
digolongkan menjadi SDA yang dapat diperbaharui dan SDA tak dapat diperbaharui. SDA yang dapat diperbaharui adalah kekayaan alam yang dapat terus ada selama penggunaannya tidak dieksploitasi berlebihan. Tumbuhan, hewan, sinar matahari, angin, dan air adalah beberapa contoh SDA terbaharukan. Walaupun jumlahnya sangat berlimpah di alam, penggunannya harus tetap dibatasi dan dijaga. 5.3.8.1. Tinggi Volume Air Irigasi Tabel 5.37.
Tinggi Volume Air /ha (cm) Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012. No Kisaran Tinggi Jumlah Tinggi Jumlah Rata- Rata Persentase Volume Air (cm) Volume Air (cm) Sampel (jiwa) (cm) (%) 1 ≤ 11,99 215 21 10,23 21 2 12 – 13 398 32 12,43 32 3 ≥ 14 694 47 12,51 47 Total Rata-Rata
1.307
100
41,27
100
13,07
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.37 (Lampiran II/Lampiran 4) dapat diketahui bahwa kisaran tinggi volume air paling tinggi, yaitu kisaran ≥ 14 cm jumlah tinggi volume air 694 cm jumlah sampel sebesar 47 sampel (47%) dan kisaran tinggi volume air
Universitas Sumatera Utara
217
paling rendah, yaitu kisaran ≤ 11,99 cm jumlah tinggi volume air 215 cm jumlah sampel sebesar 21 sampel (21%). Dengan rata-rata tinggi volume air per petani, yaitu sebesar 13,07 cm. 5.3.8.2. Luas Lahan Yang Beririgasi Tabel 5.38. Luas Lahan yang Beririgasi Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012. No Kisaran Luas Jumlah Jumlah RataPersentase Lahan Sawah Lahan Sawah Sampel (jiwa) Rata (ha) (%) Beririgasi (ha) Beririgasi (ha) 1 ≤ 0,49 9,31 27 0,34 27 2 0,5 – 1 32,09 39 0,82 39 3 ≥ 1,2 68,78 34 2,02 34 Total Rata-Rata
110,18 1,1018
100
3,18
100
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.38 (Lampiran II/Lampiran 4) dapat diketahui bahwa luas lahan ≥ 1,2 Ha adalah yang paling banyak jumlah lahan irigasinya, yaitu sebesar 68,78 Ha jumlah sampel sebesar 34 sampel (34 %) dan luas lahan irigasi yang paling sedikit yaitu ≤ 0.49 Ha, sebesar 9.31 Ha jumlah sampel sebesar 27 sampel (27 %). Dengan rata-rata luas lahan beririgasi per petani, yaitu sebesar 1,1018 Ha. 5.3.8.3. Panjang Jalan Usahatani Tabel 5.39.
Panjang Jalan Usahatani Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012. No Kisaran Jumlah Panjang Jumlah RataPersentase Panjang Jalan Jalan Usahatani Sampel Rata (%) Usahatani (m) (m) (jiwa) (m) 1 ≤ 0,49 1,950 38 0,05 38 2 0,5 – 1 34,075 41 0,83 41 3 ≥ 1,2 81,500 21 3,88 21 Total Rata-Rata
117, 525 1,17525
100
4,76
100
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.39 (Lampiran II/Lampiran 4) dapat diketahui bahwa kisaran panjang jalan usahatani yang paling panjang ≥ 1,2 m, yaitu sepanjang 81,500 m
Universitas Sumatera Utara
218
jumlah sampel sebesar 21 sampel (21 %) dan kisaran panjang jalan ≤ 0.49 m, memiliki jumlah panjang jalan yang paling sedikit yaitu sepanjang 1,950 m jumlah sampel sebesar 38
sampel (38% ). Dengan rata-rata panjang jalan
usahatani per petani, yaitu sebesar 1,17525 m. 5.3.9. Pengaruh Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah
Sumber daya manusia adalah potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan.
Pemberdayaan petani
dapat ditumbuhkan diantaranya melalui kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan petani agar dapat memberikan keputusan dan memberikan respon yang tepat khususnya dalam menerapkan teknologi. Pemberdayaan petani sangat penting, karena petani merupakan pelaku utama dalam pembangunan pertanian. 5.3.9.1. Curahan Tenaga Kerja Tabel 5.40.
Total Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Jenis Pekerjaan Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012. No Jenis Pekerjaan Curahan Tenaga Kerja (HKP) Dalam RataLuar RataTotal Keluarga Rata Keluarga Rata 1 Persemaian 100,925 1,00925 105,25 1,0525 206,175 2 Pengolahan Tanah 780,37 7,8037 2895,145 28,95145 3675,515 3 Penanaman 86,4 0,8640 759,17 7,5917 845,57 4 Pemupukan 105,025 1,05025 83,55 0,8355 188,575 5 Penyiangan 233,5 2,335 17,5 0,175 251 6 Pengendalian 90,1 0,901 89 0,89 179,1 Hama Penyakit 7 Panen 223,4 2,234 1209,88 12,0988 1433,28 8 Pasca Panen 37,62 0,3762 37,62 Total 1.255,41 16,1972 5.207,115 22598,4735 6462,525 Rata-Rata 12,5541 52,07115 64,62525 Sumber: Data Primer.
Universitas Sumatera Utara
219
Dari Tabel 5.40 (Lampiran II/Lampiran 11a dan 11b) dapat dilihat bahwa curahan tenaga kerja terbesar adalah pada kegiatan pengolahan tanah, dimana curahan tenaga kerja dalam keluarga sebesar 780,37 HKP curahan tenaga kerja luar keluarga sebesar 2895,145 HKP, jadi total curahan tenaga kerja yaitu sebesar 6462,525 HKP sedangkan jumlah curahan tenaga kerja dalam keluarga terkecil adalah pada kegiatan penanaman, dimana curahan tenaga kerja dalam keluarga sebesar 86,4 HKP dan curahan tenaga kerja luar keluarga terkecil pada kegiatan penyiangan sebesar 17,5 HKP. Total curahan tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sebesar 6462,525.
Dengan rata-rata total curahan tenaga kerja yaitu sebesar
64,62525 HKP per petani. Tabel 5.41.
Total Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Kisaran Curahan Tenaga Kerja Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012. No Kisaran Jumlah Jumlah Sampel Rata- Rata Persentase Curahan Curahan Tenaga (jiwa) (hkp) (%) Tenaga Kerja (hkp) Kerja (hkp) 1 ≤ 49 1330,750 33 40,32 33 2 50-70 2062,470 35 58,92 35 3 ≥ 70 3069,345 32 95,91 32 Total Rata-Rata
6 462,565 64,62565
100
195,15
100
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.41 (Lampiran II/Lampiran 4) dapat diketahui bahwa kisaran curahan tenaga kerja yang paling besar ≥ 70 HKP yaitu 3069,345 HKP jumlah sampel sebesar 32 sampel (32 %) dan yang paling kecil ≤ 4,9 HKP yaitu sebesar 1330,750 HKP jumlah sampel sebesar 33 sampel (33 %). Dengan rata-rata curahan tenaga kerja per petani, adalah sebesar 64,62565 HKP.
Universitas Sumatera Utara
220
5.3.9.2. Penyuluhan/Pelatihan Tabel 5.42.
Penyuluhan/Pelatihan Pertanian Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012. No Kisaran Jumlah Jumlah Sampel Rata-rata Persentase Frekuensi Frekuensi (jiwa) (kali) (%) Penyuluhan Penyuluhan 1 ≤5 59 43 1,37 43 2 6-12 260 26 10 26 3 ≥ 13 783 35 22,37 35 Total Rata-Rata
1102 11,02
100
33,74
100
Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.42 (Lampiran II/Lampiran 4) dapat diketahui bahwa berdasarkan kisaran frekuensi penyuluhan/pelatihan yang terbesar adalah dengan frekuensi penyuluhan ≥ 13 kali yaitu sebesar 783 frekuensi dengan besar sampel sebesar 35 sampel (35 %) sedangkan frekuensi penyuluhan/pelatihan yang terkecil adalah dengan frekuensi penyuluhan/pelatihan ≤ 5 yaitu sebesar 59 frekuensi dengan besar sampel sebesar 43 sampel (43 %). Dengan rata-rata frekuensi penyuluhan/pelatihan per petani adalah sebesar 11,02 frekuensi. 5.3.9.3. Produktivitas Tenaga Kerja Tabel 5.43.
Produktivitas Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012. No Kisaran Jumlah Jumlah Rata-rata Persentase Produktivitas Produktivitas Sampel (KW) (%) (KW/HKP) (KW/HKP) (Jiwa) 1 ≤ 0,99 20,3 29 0,7 29 2 1-1,99 55,65 39 1,42 39 3 ≥2 90,4 32 2,82 32 Total 166,35 100 4,94 100 Rata-Rata 1,6635 Sumber: Data Primer.
Dari Tabel 5.43 (Lampiran II/Lampiran 4) dapat diketahui bahwa produktivitas tenaga kerja terbesar adalah pada kisaran produktivitas tenaga kerja
Universitas Sumatera Utara
221
≥ 2 Kw/HKP yaitu sebesar 90,4 Kw/HKP dengan besar sampel sebesar 32 sampel (32 %). Sedangkan produktivitas tenaga kerja terkecil adalah pada kisaran produktivitas tenaga kerja ≤ 0,99
Kw/HKP yaitu
sebesar 20,3 Kw/HKP
dengan besar sampel sebesar 29 sampel (29 %). Dengan rata-rata produktivitas curahan tenaga kerja per petani adalah sebesar 1,6635 Kw/HKP. 5.3.10. Pengaruh Teknologi Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Penggunaan teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan sumber daya alam menjadi alat-alat sederhana. Teknologi telah mempengaruhi masyarakat dan sekelilingnya dalam banyak cara. Di banyak kelompok masyarakat, teknologi telah membantu memperbaiki ekonomi (termasuk ekonomi global masa kini). Banyak proses teknologi menghasilkan produk sampingan yang tidak dikehendaki, yang disebut pencemar, dan menguras sumber daya alam, merugikan dan merusak bumi dan lingkungannya. Berbagai macam penerapan teknologi telah mempengaruhi nilai suatu masyarakat dan teknologi baru seringkali mencuatkan pertanyaanpertanyaan etika baru. Sebagai contoh, meluasnya gagasan tentang efisiensi dalam konteks produktivitas manusia, suatu istilah yang pada awalnya hanya menyangkut permesinan. Kata "teknologi" juga digunakan untuk merujuk sekumpulan teknikteknik. Dalam konteks ini, ia adalah keadaan pengetahuan manusia saat ini tentang bagaimana cara untuk memadukan sumber-sumber, guna menghasilkan produk-produk yang dikehendaki, menyelesaikan masalah, memenuhi kebutuhan,
Universitas Sumatera Utara
222
atau memuaskan keinginan, ia meliputi metode teknis, keterampilan, proses, teknik, perangkat, dan bahan mentah. Ketika dipadukan dengan istilah lain, seperti "teknologi medis" atau "teknologi luar angkasa", ia merujuk pada keadaan pengetahuan dan perangkat disiplin pengetahuan masing-masing. "Teknologi state-of-the-art" (teknologi termutakhir, sekaligus tercanggih) merujuk pada teknologi tinggi yang tersedia bagi kemanusiaan di ranah manapun. Teknologi dapat dipandang sebagai kegiatan yang membentuk atau mengubah kebudayaan. Sebuah contoh modern adalah bangkitnya teknologi komunikasi, yang memperkecil hambatan bagi interaksi sesama manusia, dan sebagai hasilnya, telah membantu melahirkan sub-sub kebudayaan baru; bangkitnya budaya dunia maya yang berbasis pada perkembangan Internet dan komputer. Tidak semua teknologi memperbaiki budaya dalam cara yang kreatif; teknologi dapat juga membantu mempermudah penindasan politik dan peperangan melalui alat seperti pistol atau bedil. 5.3.10.1. Penerapan Komponen Teknologi Dasar Tabel 5.44.
No
Penerapan Komponen Teknologi Dasar Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.
Penerapan Komponen Teknologi Dasar
Pernyataan Dalam Skor Selalu % Dilakukan
Jarang Dilakukan
(%)
Total
Tidak Pernah Dilakukan -
1
Varietas Unggul
279
93
14
7
2
Bibit Bermutu dan Sehat
282
94
10
5
1
3
Pemupukan Spesifik Lokasi
201
67
44
22
4
PHT sesuai OPT
252
84
28
338
Total Rata-Rata
1.014 253,5
84,5
(%)
293
100
1
293
100
11
11
256
100
14
2
2
282
100
96
48
14
14
24
12
3,5
-
%
3,5
Sumber: Data Primer.
Universitas Sumatera Utara
1.124 400 281
100
223
Dari Tabel 5.44 (Lampiran II/Lampiran 5) dapat diketahui bahwa penerapan komponen teknologi dasar pada bibit bermutu dan sehat berdasarkan pernyataan dalam skor selalu dilakukan adalah skor yang tertinggi sebesar 282 (94 %), jarang dilakukan sebesar 10 (5%), dan tidak pernah dilakukan sebesar 1 (1%). Sedangkan penerapan komponen teknologi dasar pada pemupukan spesifik lokasi berdasarkan pernyataan dalam skor selalu dilakukan adalah skor yang terendah sebesar 201 (67 %), jarang dilakukan sebesar 44 (22%), dan tidak pernah dilakukan sebesar 11 (11%). 5.3.10.2. Penerapan Komponen Teknologi Pilihan Tabel 5.45.
No 1
Penerapan Komponen Teknologi Pilihan Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.
Penerapan Komponen Teknologi Pilihan
Selalu Dilakukan
Pernyataan Dalam Skor (%) Jarang (%) Tidak Pernah Dilakukan Dilakukan
Total (%)
%
Pengelolaan Tanaman(populasi & cara tanam) Bibit Muda
261
87
18
9
4
4
255
85
24
12
3
3
282
100
3
Penggunaan Bahan Organik
195
65
54
27
8
8
257
100
4
Irigasi Berselang
117
39
62
31
30
30
209
100
5
Pupuk Mikro
126
42
72
36
22
22
220
100
6
Penanganan Panen dan Pasca Panen Pengendalian Gulma Pengolahan Tanah
225
75
22
11
14
14
261
100
282
94
4
2
4
4
290
100
288
96
2
1
3
3
293
100
88 11
88 11
2.096 262
800 100
2
7 8
Total Rata-Rata
1.749 218,6
583 72,9
258 32,3
129 16,1
283
Sumber: Data Primer.
Universitas Sumatera Utara
100
224
Dari Tabel 5.45 (Lampiran II/Lampiran 5) dapat diketahui penerapan komponen teknologi pilihan pada pengolahan tanah berdasarkan pernyataan dalam skor selalu dilakukan adalah skor yang tertinggi sebesar 288 (96 %), jarang dilakukan sebesar 2 (1%), dan tidak pernah dilakukan sebesar 3 (3%). Sedangkan penerapan komponen teknologi pilihan pada irigasi berselang berdasarkan pernyataan dalam skor selalu dilakukan adalah skor yang terendah sebesar 117 (39 %), jarang dilakukan sebesar 62 (31%), dan tidak pernah dilakukan sebesar 30 (30%). 5.4. Analisis Statistik Regresi Linier Berganda 5.4.1. Hasil Uji Hipotesis 1. Terdapat Pengaruh Nyata Karakteristik Sosial Ekonomi Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Dalam penelitian ini digunakan model estimasi regresi linier berganda : Y= f (X 11, X 12, X 13, X 14, X 15, X 16) ..................................................................(1) Persamaan tersebut dengan s pesifikasi model ekonometrika : Y= 0+ 1X 11+ 2X 12+ 3X 13+ 4X 14+ 5X 15+ 6X 16+ 1.............................(2) Dimana: Y = Pendapatan (rp) X 11 = Umur (tahun) X 12 = Pendidikan (tahun) X 13 = Lamanya berusahatani (tahun) X 14 = Lamanya berorganisasi P3A (tahun) X 15
=
Jumlah tanggungan keluarga (jiwa)
X 16 = Total luas lahan usahatani yang dimiliki (ha)
0 1………... 5
= Konstanta/koefisen intersep = Koefisen regresi
1 = kesalahan pengganggu. Gujarati (2003).
Universitas Sumatera Utara
225
Kriteria uji hipotesis adalah : H0 terima apabila signifikan > 0,05 Ha terima apabila signifikan < 0,05 Persamaan regresi untuk pengaruh
umur, pendidikan, lamanya
berusahatani, lamanya berorganisasi P3A, jumlah tanggungan keluarga, dan total luas lahan yang dimiliki terhadap pendapatan petani padi sawah (Y) maka hasilnya adalah sebagai berikut : Y = 1,009E7+145129,985X11+ 368270,203X12+43169,793X13+ 202069,906X14+162118,727 X 15+ 1.186E7 X 16+ 1..
Std Error =
t hitung
tsig
=
=
268076,418
598614,323
231355,131
187443,301
1.040E6
1.592E6
0,541
0,615
0,187
1,078
0,156
7,449
0,590
0,540
0,284 Fhitung FSig R2
0,876
0,852 0,000
= 10,925 = 0,000 = 0,413
Nyata pada α 0,05.
5.4.1.1. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) 5.4.1.1.1 Koefisien Determinasi (R2) Dari hasil estimasi dapat diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,413 yang berarti bahwa variasi yang terjadi pada umur (X11), pendidikan (X12), lama berusahatani (X13), lama berorganisasi (X14 ), jumlah tanggungan (X15), dan total luas lahan (X16 ), dapat menjelaskan pendapatan (Y) sebesar 41,3%.
Universitas Sumatera Utara
226
5.4.1.1.2. Uji Secara Serempak (Uji F- Statistik) Dari keseluruhan variabel bebas yaitu umur (X11 ), pendidikan (X12), lama berusahatani (X13), lama berorganisasi (X14), jumlah tanggungan (X15), dan total luas lahan (X16), secara serempak memberikan pengaruh yang sangat signifikan Fhitung sebesar 10,925 > nilai FSig sebesar 0,000. Hal ini menyatakan bahwa secara serempak memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap pendapatan. 5.4.1.1.3. Uji Secara Parsial (Uji t) Dengan melakukan pengujian secara parsial, maka pengaruh masingmasing variabel bebas yakni umur (X1.1), pendidikan (X1.2), lama berusahatani (X1.3), lama berorganisasi (X1.4), jumlah tanggungan (X1.5), dan total luas lahan (X1.6), terhadap variabel pendapatan (Y) dapat dilihat sebagai berikut. Variabel umur (X1.1) tanda positif dari koefisien regresi bernilai 145129,985. Hal ini menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara umur (X1.1), dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar 0,590 adalah lebih besar dari nilai α 0,05 Artinya tidak signifikan dengan kata lain umur (X1.1), yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh sangat nyata terhadap pendapatan (Y). Sedangkan tingkat elastisitas umur (X1.1) terhadap pendapatan (Y) lebih besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat elastis umur (X1.1) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi dengan naiknya pendapatan (Y) sebesar Rp 145.129,985 ceteris paribus. Berarti sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara umur (X1.1), dengan pendapatan (Y). Variabel pendidikan (X1.2) tanda positif dari koefisien regresi bernilai 368270,203.
Hal ini menunjukkan tidak ada berpengaruh
nyata antara
Universitas Sumatera Utara
227
pendidikan (X1.2) dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar 0,540 adalah lebih besar dari nilai α 0,05. Artinya tidak signifikan dengan kata lain pendidikan (X1.2) yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan (Y). Sedangkan tingkat elastisitas pendidikan (X1.2) terhadap pendapatan (Y), lebih besar dari 1 (elastis >1).
Dengan demikian apabila tingkat elastis
pendidikan (X1.2) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi dengan naiknya pendapatan (Y) sebesar Rp 368.270,203 ceteris paribus. Berarti sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara pendidikan (X1.2) dengan pendapatan (Y). Variabel lamanya berusahatani (X1.3) tanda positif dari koefisien regresi bernilai 43169,793. Hal ini menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara lamanya berusahatani (X1.3) dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar 0,852 adalah lebih besar dari nilai α 0,05. Artinya tidak signifikan dengan kata lain lamanya berusahatani (X1.3) yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan (Y). Sedangkan tingkat elastisitas lamanya berusahatani (X1.3) terhadap pendapatan (Y) lebih besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat elastis lamanya berusahatani (X1.3) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi dengan naiknya pendapatan (Y) sebesar Rp 43 169,793 ceteris paribus. Berarti sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara lamanya berusahatani (X1.3) dengan pendapatan (Y). Variabel lamanya berorganisasi (X1.4) tanda positif dari koefisien regresi bernilai 202069,906. Hal ini menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara
Universitas Sumatera Utara
228
lamanya berorganisasi (X1.4) dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar 0,284 adalah lebih besar dari nilai α 0,05. Artinya tidak signifikan dengan kata lain lamanya berorganisasi (X1.4) yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan (Y). Sedangkan tingkat elastisitas lamanya berorganisasi (X1.4) terhadap pendapatan (Y), lebih besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat elastis lamanya berorganisasi (X1.4) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi dengan naiknya pendapatan (Y) sebesar Rp 202 069,906 ceteris paribus. Berarti sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara lamanya berorganisasi (X1.4) dengan pendapatan (Y). Variabel jumlah tanggungan (X1.5) tanda positif dari koefisien regresi bernilai 162118,727. Hal ini menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara jumlah tanggungan (X1.5) dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar 0,876 adalah lebih besar dari nilai α 0,05. Artinya tidak
signifikan
dengan kata lain jumlah tanggungan (X1.5) yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan (Y). Sedangkan tingkat elastisitas jumlah tanggungan (X1.5)
terhadap
pendapatan (Y), lebih besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat elastis jumlah tanggungan (X1.5) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi dengan naiknya pendapatan (Y) sebesar Rp 162.118,727, ceteris paribus. Berarti sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara jumlah tanggungan (X1.5) dengan pendapatan (Y). Variabel total luas lahan (X1.6) tanda positif dari koefisien regresi bernilai 1.186E7. Hal ini menunjukkan ada pengaruh nyata antara total luas lahan (X1.6)
Universitas Sumatera Utara
229
dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar 0,000 adalah lebih kecil dari nilai α 0,05. Artinya ada signifikan dengan kata lain total luas lahan (X1.6) yang dimiliki mempunyai pengaruh sangat nyata terhadap pendapatan (Y). Sedangkan tingkat elastisitas total luas lahan (X1.6) terhadap pendapatan (Y), lebih besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat elastis total luas lahan (X1.6) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi dengan naiknya pendapatan (Y) sebesar Rp 1.186E7 ceteris paribus.
Berarti sesuai dengan
hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara total luas lahan (X1.6) dengan pendapatan (Y). Hal ini ada pengaruh nyata dimana semakin luas lahan yang dimiliki, dikelola akan semakin besar pendapatan yang diterima. 5.4.1.2. Uji Asumsi Klasik Pendugaan dengan Metode Kuadrat Terkecil (Ordinary Least Square) memiliki beberapa persyaratan untuk memperoleh the Best Linear Unbiased estimated (BLUE) yaitu terpenuhi beberapa uji asumsi klasik. Dalam penelitian ini asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai berikut : 5.4.1.2.1. Uji Normalitas Untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal, dilakukan uji normalitas. Pada penelitian ini normalitas dilakukan dengan pendekatan grafik. Dilihat pada Gambar 5.3 dan Gambar 5.4 berikut.
Universitas Sumatera Utara
230
Gambar 5.4. Grafik Histogram Uji Normalitas
Gambar 5.5. Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual
Universitas Sumatera Utara
231
Berdasarkan tampilan
Gambar 5.3. Histogram Uji Normalitas dapat
dilihat bahwa distribusi data berbentuk lonceng (bell shaped), sehingga data tersebut dikatakan berdistribusi normal. Kemudian tampilan pada Gambar 5.4. Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual. Terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar dan mengikuti garis diagonal. Dengan demikian data tersebut dikatakan berdistribusi normal, sehingga asumsi normalitas terpenuhi. 5.4.1.2.2. Uji Multikolinieritas Untuk uji multikolinearitas pada penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai VIF pada tiap independent variable yang dapat dilihat pada Tabel 5.54. Tabel 5.46.
Hasil Uji Multikolinearitas.
Independent Variable
Collinierity Statistics Tollerance 0,329
VIF 3,038
Pendidikan
0,757
1,321
Lama Berusaha Tani
0,347
2,884
Lama Berorganisasi
0,849
1,178
Jumlah Tanggungan
0,988
1,012
Total Luas Lahan
0,937
1,067
Umur
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 5.46 dapat dilihat bahwa nilai VIF masing-masing variabel berada dibawah 10 dan tolerance semua variabel di atas 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa model tidak mengandung multikolinearitas.
Universitas Sumatera Utara
232
5.4.1.2.3. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas dideteksi dengan metode grafik dengan mengamati scatterplot. dapat dilihat pada Gambar 5.5 berikut.
Gambar 5.6. Scatterplot Uji Heteroskedastitas Heteroskedastisitas dideteksi dengan metode grafik dengan mengamati scatterplot. Jika scatterplot membentuk pola tertentu, hal itu menunjukkan adanya masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk. Sedangkan scatterplot jika menyebar secara acak maka hal itu menunjukkan tidak terjadinya masalah heteroskedastisitas. Hasil uji asumsi heteroskedastisitas dengan melihat Gambar
5.5.
Scatterplot Uji Heteroskedastitas menunjukkan bahwa scatterplot menyebar secara acak dan titik-titik data menyebar di bawah dan di atas angka 0. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
Universitas Sumatera Utara
233
5.5. Hasil Uji Hipotesis 2. Terdapat Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum dan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Pada Pengembangan Wilayah
Untuk mengetahui pengaruh penerapan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah di daerah penelitian, digunakan Uji beda rata-rata. Karena berasal dari dua sampel yang sama, maka uji beda rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Dependent sample T-test (Paired sampel T-test.). Tabel 5.47
Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Sebelum Dan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam. Ritual Doa Turun Tanam Jumlah Mean Pendapatan Petani Padi Sawah Sampel (Rp) Sebelum Menerapkan 100 1.496.537.300 Setelah Menerapkan 100 2.095.387.900 t-hitung : 6.903 t-tabel : 1,645 Sig : 0,000 (2 tailed) Sumber : Analisis Data Primer Dari Tabel 5.47 dapat dilihat bahwa pengaruh penerapan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam terhadap pendapatan petani padi sawah terdapat perbedaan yaitu sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam adalah Rp 1.496.537.300 sedangkan pendapatan petani setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam adalah Rp 2.095.387.900. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa pendapatan petani mengalami kenaikan sebesar Rp 598.850.600 dengan persentase sebesar 40,02%. Hasil pengujian hipotesis yaitu pada α = 0,05, diperoleh t-hitung = lebih besar dari pada nilai t-tabel yaitu maka Ho ditolak dan H1 diterima, dengan signifikan 0,000. Karena tingkat signifikansi 0,000 < α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendapatan petani
Universitas Sumatera Utara
234
sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dengan ratarata pendapatan petani setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam berbeda (tidak sama). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa setelah penerapan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam berpengaruh terhadap pendapatan petani padi sawah di daerah penelitian, dengan kata lain lebih besar pendapatan petani setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dibanding dengan sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam. 5.6. Analisis Struktural Equation Model 5.6.1. Analisis Structural Equation Modeling (SEM) Model pengukuran untuk analisis SEM meliputi setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, kegiatan utama agribisnis dalam usahatani, kegiatan penunjang agribisnis, sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi dan pendapatan petani padi sawah adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
235
Gambar 5.7 Analisis Structural Equation Models
Universitas Sumatera Utara
236
Spesifikasi model pengukuran meliputi aktivitas mendefinisikan variabel latent, variabel teramati dan hubungan antara variabel latent dengan variabel teramati. Pada penelitian ini, Setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam (X3) digunakan sebagai variabel yang dapat mempengaruhi meningkatkan pendapatan petani padi sawah (Y) secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada pengembangan wilayah (X4). Selanjutnya adalah kegiatan utama agribisnis (X4) digunakan sebagai variabel yang dapat mempengaruhi meningkatkan pendapatan petani padi sawah (Y) secara langsung. Selanjutnya kegiatan penunjang agribisnis (X5 ) digunakan sebagai variabel yang dapat mempengaruhi meningkatkan pendapatan petani padi sawah (Y) secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada pengembangan wilayah (X4). Sumber daya alam (X6) digunakan sebagai variabel yang dapat mempengaruhi
meningkatkan pendapatan petani padi sawah (Y)
secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada pengembangan wilayah
(X4). Sumber daya manusia (X7) digunakan sebagai
variabel yang dapat mempengaruhi meningkatkan pendapatan petani padi sawah (Y) secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada pengembangan wilayah (X4). Teknologi (X8) digunakan sebagai variabel yang dapat mempengaruhi meningkatkan pendapatan petani padi sawah (Y) secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada pengembangan wilayah
(X4).
Spesifikasi model pengukuran untuk masing-
masing variabel adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
237
5.6.1.1. Persamaan Ukur Variabel Eksogen (Bebas), 1.
Setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam (X3) terdiri dari biaya iuran air irigasi (X31), biaya pupuk (X32), dan biaya pestisida (X33) dalam persamaan sebagai berikut X31 = λ1.1ζ 1 +δ1 X32 = λ2.1ζ 1+δ2 X33 = λ3.1ζ 1+δ3
2.
Kegiatan utama agribisnis dalam usahatani (X4), terdiri dari biaya produksi (X41), luas panen, (X42) dan harga gabah (X43). X41= λ4.2ζ 2 +δ4 X42= λ5.2ζ 2+δ5 X43=λ6.2ζ 2+δ6
3.
Kegiatan penunjang agribisnis (X5), terdiri dari bantuan input pertanian (X51), penyaluran kredit, (X52) dan kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk (X53). X51 = λ7.3ζ 3+δ7 X52 = λ8.3ζ 3+δ8 X53 = λ9.3ζ 3+δ9
4.
Sumber daya alam (X6), terdiri dari tinggi volume air (X61), luas lahan beririgasi (X62) dan panjang jalan usahatani (X63) X61 = λ10.4ζ 4+δ10 X62 = λ11.4ζ 4+δ11 X63 = λ12.4ζ 4+δ12
Universitas Sumatera Utara
238
5.
Sumber daya manusia (X7) terdiri dari curahan tenaga kerja (X71) penyuluhan/pelatihan (X72), dan produktivitas tenaga kerja (X73) X71 = λ13.5ζ 5+δ13 X72 = λ14.5ζ 5+δ14 X73 = λ15.5ζ 5+δ15
6.
Teknologi (X8) terdiri dari penerapan komponen teknologi dasar (X81) dan penerapan komponen teknologi pilihan (X82) X81 = λ16.6ζ 6+δ16 X82 = λ17.6ζ 6+δ17
5.6.1.2. Persamaan Ukur Variabel Endogen ( Terikat ) 1.
Kegiatan utama agribisnis usahatani (X4)
terdiri dari biaya
produksi (X41), luas panen (X42) dan harga gabah (X43) . X41= λ1.1 ή1 + ε1 X42= λ2.1 ή1 + ε2 X43= λ3.1 ή1 + ε3 2.
Pendapatan petani padi sawah (Y) terdiri dari produksi (Y1) dan produktivitas lahan (Y2) y1= λ4.2 ή2 + ε4 y2= λ5.2 ή2 + ε5
Model analisis jalur tersebut dapat ditulis dalam persamaan matematis/ struktural sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
239
Keterangan λ = Standart loading = koefisien yang memperlihatkan pengaruh δ = Measurement error variabel eksogen (variabel bebas ) ε = Measurement error variabel endogen ( variabel terikat ) dapat dinyatakan dalam persamaan struktural sebagai berikut : ή1 :γ1.1 ζ1 + γ1.2 ζ2+ γ1.3 ζ3+ γ1.5 ζ5+ ς1 ............................................ (2.1) ή1 :0,767+ 0,213+-0,025+0,002 +0,000 +ς1 ............................................ (2.1) ή2 :γ2.1 ζ1 + γ2.2 ζ2+ γ3.3 ζ3+ γ4.5 ζ5+ β2.1ή1+ ς2 .............................. (2.2) ή2 :0,280+ 0,686+ -0,274+ 0,023+ 0,103 +- 0,146 + ς2 .......................... (2.2) Keterangan : X31 -- X33
=
Variabel setelah menerapkan ritual doa turun tanam
X41 -- X43
=
Variabel kegiatan utama agribisnis
X51 – X53
=
Variabel kegiatan penunjang agribisnis
X61 -- X63
=
Variabel sumber daya alam
X71 – X73
=
Variabel sumber daya manusia
X81 – X83
=
Variabel teknologi
Y 1 – Y2
=
Variabel pendapatan petani padi sawah
λ (lambda) =
Besarnya pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen
ζ (Zeta)
=
Nilai residual regresion
ς (sigma)
=
Besarnya
vektor
kekeliruan
(error)
dalam
hubungan
struktural antara variabel.
Universitas Sumatera Utara
240
5.7. Uji Validitas Dalam Analisis faktor konfimatori persentase rata–rata nilai variance Extraced (AVE) antar item atau indikator suatu set konstruk laten merupakan ringkasan convergen indikator. Berikut adalah nilai akar kuadrat dari konstruk laten. Jadi dapat disimpulkan bahwa seluruh variabale laten berada AVE >50 dan dinyatakan valid 5.8. Uji Reliabilitas Reliabilitas juga merupakan salah satu indikator validitas convergent . Banyak juga yang menggunakan cronbach alpha sebagai ukuran reliabilitas. Namun kenyataannya cronbach alpha memberikan reliabilitas yang lebih rendah (under estimate) dibandingkan dengan construct reliability. Jika Construct Reliability berada pada nilai 0,70 atau lebih menunjukkan reliabilitas yang baik. Jadi dapat disimpulkan bahwasanya seluruh (CR) variabel laten berada pada nilai 0,60–0,70 masih dapat diterima dengan syarat validitas indikator dalam model baik sehingga seluruh variabel dapat dikatakan reliabel . 5.9. Spesifikasi Model Pengukuran Untuk Masing-Masing Konstruk/ Varibel Laten Analisis faktor konfirmatory untuk model pengukuran akan dihasilkan koefisien yang disebut standar loading atau lambda value (𝜆). Nilai lambda tersebut digunakan untuk menilai kecocokan, kesesuaian, atau unidimensionalitas dari instrumen-instrumen dalam membentuk sebuah faktor. Hasil Regression Weight Tampilan output Regression Weight pada bagian Estimate, menunjukkan kovarians antara variabel laten dengan indikatornya. Jika nilai probability (P)<0,1 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dari Tabel 5.77, pada kolom P, terlihat nilai P
Universitas Sumatera Utara
241
adalah ***. Hal ini menunjukkan angka P adalah jauh dibawah 0,1. karena itu H1 diterima dan H0 ditolak. Faktor loading (kolom estimate) menunjukkan angka diatas 0,5. Hal ini berarti semua indikator dapat menjelaskan konstruk yang ada. Dari Tabel 5.77, dapat diketahui bahwa ritual setelah doa turun tanam berpengaruh positif dan signifikan terhadap kegiatan utama agribisnis dalam usahatani, ini ditunjukkan dengan nilai estimate 3,374. Kegiatan penunjang agribisnis memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kegiatan utama agribsinis dalam usahatani, ini ditunjukkan dengan nilai estimate 0,186. Sumber daya alam berpengaruh postif terhadap kegiatan utama agribisnis dalam usahatani, ini ditunjukkan dengan nilai estimate 0,242. Sumber daya manusia berpengaruh negatif terhadap kegiatan utama agribisnis dalam usahatani, ini ditunjukkan dengan nilai estimate -0,360. Teknologi berpengaruh postif terhadap kegiatan utama agribisnis dalam usahatani, ini ditunjukkan dengan nilai estimate 0,539. Masing-masing indikator menunjukkan nilai estimate ada yang diatas 0,5 dan ada dibawah 0,5, selanjutnya nilai p >0,1 dan p<0,1. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing indikator yaitu X31 sampai dengan X33, berpengaruh positif dan signifikan terhadap menerapkan ritual setelah doa turun tanam. Masing-masing indikator menunjukkan nilai estimate ada yang diatas 0,5 dan ada dibawah 0,5, selanjutnya nilai p >0,1 dan p<0,1. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing indikator yaitu X41 sampai dengan X43, berpengaruh positif dan signifikan terhadap kegiatan utama agribisnis dalam usahatani. Masing-masing indikator menunjukkan nilai estimate ada yang diatas 0,5 dan ada dibawah 0,5, selanjutnya nilai p >0,1 dan p<0,1. Hal ini menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
242
bahwa masing-masing indikator yaitu X51 sampai dengan X53, berpengaruh positif dan signifikan terhadap kegiataan penunjang agribisnis. Masing-masing indikator menunjukkan nilai estimate ada yang diatas 0,5 dan ada dibawah 0,5, selanjutnya nilai p >0,1 dan p<0,1. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing indikator yaitu X61 sampai dengan X63, berpengaruh positif dan signifikan terhadap sumber daya alam. Masing-masing indikator menunjukkan nilai estimate ada yang diatas 0,5 dan ada dibawah 0,5, selanjutnya nilai p >0,1 dan p<0,1. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing indikator yaitu X71 sampai dengan X73, berpengaruh positif dan signifikan terhadap sumber daya manusia. Masing-masing indikator menunjukkan nilai estimate ada yang diatas 0,5 dan ada dibawah 0,5, selanjutnya nilai p >0,1 dan p<0,1. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing indikator yaitu X81 sampai dengan X82, berpengaruh positif dan signifikan terhadap teknologi. Pengaruh menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam (X3) adalah berpengaruh positif
signifikan terhadap pendapatan melalui kegiatan
utama agribisnis dalam usahatani dengan indikator X31 sampai dengan X33 adalah positif signifikan. Begitu juga dengan kegiatan penunjang agribisnis usahatani (X5) berpengaruh positif signifikan terhadap meningkatkan pendapatan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani dengan nilai estimate 1,000 dengan indikator adalah X51 sampai dengan X53 positif tidak signifikan. Selanjutnya sumber daya alam (X6) berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usaahatani memiliki nilai estimate adalah 0,313 dengan indikator X61 sampai dengan X63 berpengaruh positif tidak
Universitas Sumatera Utara
243
signifikan. selanjutnya sumber daya manusia (X7) berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usaahatani dengan nilai estimate adalah negatif tidak signifikan bernilai -0,276 dengan indikator X71 sampai dengan X73 berpengaruh positif dan tidak signifikan. Selanjutnya adalah teknologi (X8) berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usaahatani dengan nilai estimate 1,618 dan berpengaruh positif tidak signifikan dengan indikator yaitu X81 sampai dengan X82 dengan nilai estimate positif tidak signifikan. 5.10. Pengujian Evaluasi Asumsi Model Struktural 5.10.1. Hasil Evaluasi Normalitas Data Ada dua bagian utama dari output diatas yang terkait dengan uji normalitas data. Pertama melihat nilai c.r skewness dan kedua melihat nilai c.r kurtosis. Distribusi dikatakan normal jika data tidak melenceng kekanan atau kekiri (disebut simetris dengan nilai skewness adalah 0), serta mempunyai keruncingan yang ideal (angka kurtosis adalah 0). Namun angka ideal tersebut sulit didapat dalam praktek, maka sebuah data dikatakan normal jika angka c.r. skewness dan angka c.r. kurtosis ada diantara -2,58 sampai +2,58. Jika dilihat pada Tabel diatas, terlihat secara keseluruhan nilai c.r skewness dan c.r kurtosis dari X1 sampai X30 berada diantara -2,58 sampai +2,58. Angka multivariate juga berada diantara -2,58 sampai +2,58 yaitu rata rata bernilai 2,223. ini berarti data tersebut dikatakan normal. 5.10.2. Hasil Evaluasi Outliers. Angka-angka pada Tabel evaluasi outlier menunjukkan seberapa jauh jarak sebuah data dari titik pusat tertentu. Sebuah data dikatakan memiliki outlier
Universitas Sumatera Utara
244
jika mempunyai angka p1 dan p2 yang kurang dari 0,1. Nilai mahalanobis distance adalah (34,0.0001) = 66,25 Pada Tabel evaluasi outlier nilai p1 dan p2 berada diatas 0,1 hal ini berarti tidak terdapat outlier pada data. 5.10.3. Hasil Evaluasi Multikolinearitas Multikolinieritas dapat dilihat melalui determinan matrixs kovarians. Nilai determinan
yang
sangat
menunjukan
indikasi
terdapatnya
masalah
multikolinieritas atau singularitas, sehingga data tersebut tidak dapat digunakan untuk penelitian. Hasil output AMOS memberikan nilai determinant of sample covariance matrix= 171,685 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas dan singularitas pada data yang dianalisis 5.10.4. Hasil Evaluasi Nilai Residual Pengujian terhadap nilai residual mengindikasikan bahwa secara signifikan model tersebut dapat diterima dan nilai residual yang ditetapkan adalah -2,58 sampai +2,58. Adapun standard residual yang diolah dengan menggunakan program AMOS dapat dilihat dalam lampiran, jadi kesimpulannya bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini dapat diterima secara signifikan karena nilai residualnya -2,58 sampai +2,58 (Terlampir pada lampiran 3.9). Hasil output AMOS menunjukan bahwasanya output nilai unstandarized dan standarized residual. Namun demikian fitted residual tergantung dari unit pengukuran. Nilai standarized residual adalah nilai fitted residual dibagi dengan standart error. Dengan demikian analog dengan nilai Z Score >2,58. Dari hasil nilai standartized error dapat dikatakan bahwa nilai (dalam lampiran) residual berada dalam nilai yang baik yaitu >2,58.
Universitas Sumatera Utara
245
5.11. Hasil Uji Kesesuaian Dan Uji Statistik Model Tabel 5.48. Hasil Uji Goodnest of fit Goodness of Fit Index
Cut off Value
Hasil Analisis
Evaluasi model
X2-Chi Square
Diharapkan Kecil
323,701
Baik
Significance Probability
≥ 0,05
0,000
Baik
RMSEA
≤ 0,08
0,0137
Baik
GFI
≥ 0,90
0,000
Baik
AGFI
≥ 0,90
0,000
Baik
CMIN/DF
≤ 5,00
2,829
Baik
TLI
≥ 0,95
0,717
Kurang baik
CFI
≥ 0,90
0,813
Kurang Baik
Jika dilihat dari hasil Tabel 5.48 bahwasanya hasil uji kecocokan mutlak diperoleh rasio atau nilai X2-Chi square = 323,701 maka dikatakan bahwasanya model tersebut baik, dengan nilai significance = 0,000 sehingga model tersebut baik, nilai RMSEA = 0,0137, ini berarti model tersebut adalah baik, nilai GFI = 0,000 yang menunjukan bahwa model tersebut baik, nilai AGFI = 0,000 maka dikatakan bahwasanya model tersebut baik, nilai CMIN/DF = 2,829 maka dikatakan model tersebut baik, nilai TLI = 0,717, ini berarti model adalah Marginal fit, nilai CFI = 0,813, ini berarti model adalah Marginal fit. HOELTER memiliki nilai 43, kurang dari 200, ini menunjukkan model fit dengan data yang ada.
Universitas Sumatera Utara
246
5.12. Hasil Pengujian Hipotesis Dan Hubungan Kausal
5.12.1. Hasil Uji Hipotesis 3. Menganalisis Pengaruh Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Tabel 5.49. Hipotesis 3 Pengaruh /hubungan
Nilai
Pengaruh setelah menerapkan 4,781 kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam secara langsung terhadap meningkatkan pendapatan Pengaruh setelah menerapkan 4,781+1,214 kearifan lokal dalam bentuk doa = 5,995 turun tanam melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani terhadap meningkatkan pendapatan
Positif
Signifikan
Positif
***
Positif
***
Jika dilihat dari hasil Tabel 5.49 bahwasanya pengaruh setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam yang terdiri dari iuran irigasi, biaya pupuk dan biaya pestisida secara langsung pada pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah
bernilai positif
siginifikan sebesar 4,781 dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan sebesar Rp 10.000 maka akan meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 4 781,- dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai positif signifikan sebesar 5,995 dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan sebesar Rp 10.000 maka akan meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 5.995,-
Universitas Sumatera Utara
247
5.12. 2. Hasil Uji Hipotesis 4. Menganalisis Pengaruh Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Tabel 5.50. Hipotesis 4 Pengaruh /hubungan
Nilai
Pengaruh kegiatan Utama Agribisnis dalam usahatani terhadap meningkatkan pendapatan
1,214
Positif
Signifikan
Positif
***
Jika dilihat dari hasil Tabel 5.50 bahwasanya pengaruh kegiatan utama agribisnis dalam usahatani yang terdiri dari biaya produksi, luas panen dan harga gabah pada pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai positif signifikan sebesar 1,214. dengan asumsi jika dapat meningkatkan
pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 10.000 maka akan
meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 1.214, 5.12.3. Hasil Uji Hipotesis 5. Menganalisis Pengaruh Kegiatan Penunjang Agribisnis Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Tabel 5.51. Hipotesis 5 Pengaruh /hubungan
Nilai
Pengaruh kegiatan penunjang 0,480 agribisnis secara langsung terhadap meningkatkan pendapatan Pengaruh kegiatan penunjng 0,480+1,214 melalui kegiatan utama agribisnis =1, 694 dalam pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan
Positif
Signifikan
Positif
Tidak
Positif
***
Universitas Sumatera Utara
248
Jika dilihat dari hasil Tabel 5.51 bahwasanya pengaruh kegiatan penunjang agribisnis
secara langsung yang terdiri dari bantuan input pertanian,
penyaluran kredit, kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk
pada pengem-
bangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai positif tidak signifikan sebesar 0,480. dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 10 000 maka akan
meningkatkan
pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 480,- dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernillai positif signifikan sebesar 1, 694, dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 10 000 maka akan meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 1 694,5.12.4. Hasil Uji Hipotesis 6. Menganalisis Pengaruh Sumber Daya Alam (SDA) Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Tabel 5.52. Hipotesis 6 Pengaruh /hubungan
Nilai
Pengaruh sumber daya alam secara 0,330 langsung terhadap meningkatkan pendapatan Pengaruh sumber daya alam 0,330 + 1,214 melalui kegiatan utama agribisnis = 1,544 dalam pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan
Positif
Signifikan
Positif
Tidak
Positif
***
Jika dilihat dari hasil Tabel 5.52 bahwasanya pengaruh sumber daya alam secara langsung yang terdiri dari tinggi volume air/ha, luas lahan yang beririgasi, panjang jalan usahatani pada pengembangan wilayah terhadap meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
249
pendapatan petani padi sawah bernilai positif tidak signifikan sebesar 0,330 dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 10.000 maka akan
meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar
Rp 330,- dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernillai positif signifikan sebesar 1,544. dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 10.000 maka akan
meningkatkan
pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 1.544,5.12.5. Hasil Uji Hipotesis 7. Menganalisis Pengaruh Sumber Daya Manusia (SDM) Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Tabel 5.53. Hipotesis 7 Pengaruh /hubungan
Nilai
Pengaruh sumber daya Manusia -0,194 secara langsung terhadap meningkatkan pendapatan Pengaruh sumber daya manusia -0,194+ melalui kegiatan utama agribisnis 1,214 dalam pengembangan wilayah = 1,020. terhadap meningkatkan pendapatan
Jika dilihat
Positif
Signifikan
Negatif
Tidak
Positif
***
dari hasil Tabel 5.53 bahwasanya pengaruh sumber daya
manusia secara langsung yang terdiri
dari curahan tenaga kerja, penyuluhan /
pelatihan, produktivitas tenaga kerja pada pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai negatif tidak signifikan sebesar -0,194, dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 10.000 maka akan meningkatkan pendapatan petani padi sawah
Universitas Sumatera Utara
250
sebesar Rp 194,- dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernillai positif signifikan sebesar 1,020, dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 10.000 maka akan
meningkatkan
pendapatan petani padi sawah pada sebesar Rp 1.020,5.12.6. Hasil Uji Hipotesis 8. Menganalisis Pengaruh Teknologi Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Tabel 5.54. Hipotesis 8 Pengaruh /hubungan
Nilai
Positif
Signifikan
Pengaruh Teknologi secara langsung terhadap meningkatkan pendapatan Pengaruh teknologi melalui kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan
3,753
Positif
***
3,753+ 1,214 = 4,967
Positif
***
Jika dilihat dari hasil Tabel 5.54 bahwasanya pengaruh teknologi secara langsung yang terdiri dari penerapan komponen teknologi dasar dan penerapan komponen
teknologi
pilihan
dalam
pengembangan
wilayah
terhadap
meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai positif signifikan sebesar 3,753 dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 10.000 maka akan
meningkatkan pendapatan petani padi sawah
sebesar Rp, 3.753 - dan terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernillai positif signifikan sebesar 4,967. dengan asumsi jika dapat meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
251
pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 10.000 maka akan meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 4.967.,5.13. Hasil Pengujian Hipotesis Hipotesis ketiga yaitu setelah menerapkan ritual doa turun tanam (X3) terhadap meningkatkan pendapatan (Y)
secara langsung berpengaruh positif
dengan nilai 4,781, dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani (X4) adalah berpengaruh positif signifikan dengan nilai 5,995 dan hasil variances setelah menerapkan ritual doa turun tanam memiliki nilai diatas 0,5 maka dengan ini hipotesis ketiga diterima yaitu setelah menerapkan ritual doa turun tanam berpengaruh positif signifikan terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani (X4). Hipotesis keempat yaitu kegiatan utama agribisnis usahatani (X4) berpengaruh terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah (Y) adalah berpengaruh positif signifikan dengan nilai 1,214 dengan nilai hasil variances diatas 0,5 maka dengan ini hipotesis keempat diterima yaitu kegiatan utama agribisnis dalam usahatani berpengaruh positif signifikan terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah (Y). Hipotesis kelima yaitu
kegiatan penunjang agribisnis (X5) memiliki
pengaruh yang positif tidak signifikan terhadap meningkatkan pendapatan (Y) secara langsung dengan nilai 0,480 dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani memiliki pengaruh positif signifikan (X4) dengan nilai 1,694 dan hasil variances harga memiliki nilai diatas 0,5 maka dengan ini hipotesis kelima diterima yaitu kegiatan penunjang agribisnis berpengaruh positif signifikan
Universitas Sumatera Utara
252
terhadap meningkatkan pendapatan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani (X4 ). Hipotesis keenam yaitu sumber daya alam (X6) memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap meningkatkan pendapatan (Y) secara langsung dengan nilai 0,330 melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani (X4) berpengaruh positif signifikan dengan nilai 1,544 dan hasil variance di atas 0,5. Selanjutnya adalah sumber daya alam (X6) maka dengan ini hipotesis keenam diterima yaitu sumber daya alam berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani (X4). Hipotesis ketujuh yaitu sumber daya manusia (X7) memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap meningkatkan pendapatan (Y) secara langsung dengan nilai -0,194 melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani berpengaruh positif signifikan (X4) dengan nilai 1,020 dan hasil variance di atas 0,5 Selanjutnya adalah sumber daya manusia (X7) maka dengan ini hipotesis ketujuh diterima yaitu sumber daya alam (sda) berpengaruh positif dan signifikan terhadap meningkatkan pendapatan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani (X4 ). Hipotesis kedelapan yaitu, teknologi (X8) memiliki pengaruh positif signifikan terhadap meningkatkan pendapatan (Y) dengan nilai 3,753, melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani berpengaruh positif signifikan (X4) dengan nilai 4,967 dan hasil variance di atas 0,5 Selanjutnya adalah Teknologi (X8) maka dengan ini hipotesis kedelapan diterima yaitu teknologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap meningkatkan pendapatan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani (X4).
Universitas Sumatera Utara
253
5.14. Efek Langsung, Efek Tidak Langsung, dan Total Efek 5.14.1. Efek Langsung X3
X4 = 0,781
X5
X4 = 0,074
X6
X4 = 0,210
X7
X4 =-0,209
X8
X4
=1,031
Hasil output menunjukan bahwa terjadi hubungan langsung antara kegiatan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam terhadap kegiatan utama agribisnis dalam usahatani meningkatkan pendapatan sebesar 0,781. Hubungan langsung kegiatan penunjang agribisnis terhadap kegiatan utama agribisnis dalam usahatani meningkatkan pendapatan sebesar 0,074. Hubungan langsung sumber daya alam terhadap kegiatan utama agribisnis dalam usahatani meningkatkan pendapatan sebesar 0,210. Hubungan langsung sumber daya manusia terhadap kegiatan utama agribisnis dalam usahatani meningkatkan pendapatan sebesar - 0,209
dan hubungan langsung teknologi
terhadap kegiatan utama agribisnis dalam usahatani meningkatkan pendapatan sebesar 1,031. 5.14.2. Efek Tidak Langsung X3
X4
0,948
X5
X4
0,089
X6
X4
- 0,255
X7
X4
- 0,253
X8
X4
1,251
Hubungan tidak langsung dari kegiatan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani terhadap meningkatkan pendapatan sebesar 0,948. Hubungan tidak langsung
Universitas Sumatera Utara
254
kegiatan penunjang agribisnis melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani terhadap meningkatkan pendapatan sebesar 0,089.
Hubungan tidak langsung
sumber daya alam melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani terhadap meningkatkan pendapatan sebesar - 0,255. Hubungan tidak langsung sumber daya manusia melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar - 0,253. Dan hubungan tidak langsung teknologi melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar 1,251. 5.14.3. Total Efek = Efek langsung + Efek Tidak Langsung 0,781 + 0,948 = 1,729 0,074 + 0,089 = 0,163 0,210 + - 0,255= 0,465 -0,209 + - 0,253 = -0,044 1,031 + 1,251 = 2,282 Efek langsung hubungan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam ditambah efek tidak langsung hubungan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dengan total efek 1,729. Efek langsung hubungan kegiatan penunjang ditambah efek tidak langsung hubungan kegiatan penunjang dengan total efek 0,163. Efek langsung hubungan sumber daya alam ditambah efek tidak langsung hubungan sumber daya alam dengan total efek 0,465. Efek langsung hubungan sumber daya manusia ditambah efek tidak langsung hubungan sember daya manusia dengan total efek -0,044. Dan efek langsung hubungan teknologi ditambah efek tidak langsung hubungan teknologi dengan total efek 2,282.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan pada BAB V, maka
selanjutnya
akan
dilakukan pembahasan
terhadap
hasil analisis.
Pembahasan dibuat dengan melihat pengaruh yang terjadi sebagai pembuktian hipotesis yang diangkat dalam penelitian ini. Teori-teori ataupun hasil penelitian empirik yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya akan digunakan dalam melakukan pembahasan hasil penelitian, apakah teori atau hasil penelitian empirik tersebut mendukung atau bertentangan dengan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian serta akan dikemukakan pada keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti. 6.2. Pengaruh Nyata Karakteristik Sosial Ekonomi Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Hasil kajian menunjukkan bahwa variabel umur (X1.1) tanda positif, variabel pendidikan (X1.2) tanda positif, variabel lamanya berusahatani (X1.3 ) tanda positif,
variabel lamanya berorganisasi P3A (X1.4) tanda positif,
dan
variabel jumlah tanggungan (X1.5) tanda positif, hal ini menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata dengan variabel pendapatan (Y). Sedangkan variabel total luas lahan (X1.6) tanda positif, berpengaruh
sangat nyata dengan variabel
pendapatan (Y).
255 Universitas Sumatera Utara
256
Hasil kajian menunjukkan bahwa pengaruh variabel umur (X1.1) tanda positif dari koefisien regresi bernilai 145129,985. Hal ini menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara umur (X1.1), dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar 0,590 adalah lebih besar dari nilai α 0,05 Artinya tidak signifikan dengan kata lain umur (X1.1), yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pendapatan (Y). Hasil kajian menunjukkan bahwa pengaruh variabel pendidikan (X1.2) tanda positif dari koefisien regresi bernilai 368270,203. Hal ini menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara pendidikan (X1.2), dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar 0,540 adalah lebih besar dari nilai α 0,05. Artinya tidak signifikan dengan kata lain pendidikan (X1.2), yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan (Y). Hasil kajian menunjukkan bahwa pengaruh variabel lamanya berusahatani (X1.3) tanda positif dari koefisien regresi bernilai 43169,793.
Hal ini
menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara lamanya berusahatani (X1.3), dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar 0,852 adalah lebih besar
dari nilai α 0,05. Artinya tidak
signifikan dengan kata lain lamanya
berusahatani (X1.3) yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan (Y). Hasil kajian menunjukkan bahwa pengaruh variabel lamanya berorganisasi (X1.4) tanda positif dari koefisien regresi bernilai 202069,906.
Hal ini
menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara lamanya berorganisasi (X1.4) dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar 0,284 adalah lebih besar
dari nilai α 0,05. Artinya tidak
signifikan dengan kata lain lamanya
Universitas Sumatera Utara
257
berorganisasi (X1.4) yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan (Y). Hasil kajian menunjukkan bahwa pengaruh Variabel jumlah tanggungan (X1.5) tanda positif dari koefisien regresi bernilai 162118,727. menunjukkan tidak ada berpengaruh
Hal ini
nyata antara jumlah tanggungan (X1.5)
dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar 0,876 adalah lebih besar
dari nilai α 0,05. Artinya tidak
signifikan dengan kata lain jumlah
tanggungan (X1.5) yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan (Y). Hasil kajian menunjukkan bahwa pengaruh variabel total luas lahan (X1.6) tanda positif. Hal ini menunjukkan ada pengaruh positif signifikan antara total luas lahan (X1.6) dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar 0,000 adalah lebih kecil
dari nilai α 0,05. Artinya ada pengaruh
positif
signifikan dengan kata lain total luas lahan (X1.6) yang dimiliki mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap pendapatan (Y). Sedangkan tingkat elastisitas total luas lahan (X16) terhadap pendapatan (Y), lebih besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat elastis total luas lahan (X16) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi dengan naiknya pendapatan (Y) sebesar Rp 1.186E7 ceteris paribus.
Berarti sesuai dengan
hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara total luas lahan (X16) dengan pendapatan (Y). Hal ini ada pengaruh positif signifikan dimana makin luas lahan yang dimiliki dan dikelola akan semakin besar pendapatan yang diterima.
Universitas Sumatera Utara
258
Hasil penelitian ini sesuai dengan landasan teori dimana semakin luas areal pertanian yang dikelola maka semakin tinggi pendapatan yang diterima. Hal ini mendukung Hasyim (2008) luas lahan usahatani berpengaruh nyata terhadap pendapatan dengan sifat pengaruh positif, sehingga jika luas lahan usahatani bertambah maka pendapatan cenderung meningkat.
Temuan ini
sejalan dengan Salmiah (2004) hubungan antara luas lahan usahatani yang dikelola mempunyai hubungan yang sedang dengan pendapatan dengan kata lain semakin besar luas lahan yang dimiliki dan dikelola akan semakin besar pula pendapatan yang diterima.
Hal ini yang dilakukan petani yang ada didalam
kawasan hutan HPH maupun petani yang ada diluar kawasan hutan. Temuan Tim Universitas Udayana (2008) tingkat luasan usahatani menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani, semakin luas areal menggambarkan semakin tinggi produksi dan pendapatan yang diterima. Sedangkan menurut Sutrisno (2009) luas lahan garapan sangat kuat hubungannya dengan pendapatan petani dan juga berpengaruh signifikan dan positif terhadap pendapatan petani, maka perlu pengelolaan lahan yang baik dengan sentuhan teknologi budidaya pertanian yang memperhatikan ramah lingkungan (penggunaan pupuk organik) agar potensi kesuburan tanah tetap terjaga, sehingga efisiensi pengelolaan lahan garapan untuk tanaman padi dalam meningkatkan pendapatan petani dapat tercapai dan berkelanjutan.
Sejalan
dengan itu Wahyuningsih, dkk (2013) status penguasaan lahan, variabel dummy pendapatan petani pemilik penggarap lebih tinggi dibandingkan dengan penyewa sedangkan pendapatan penyewa dan penyakap tidak berbeda nyata.
Universitas Sumatera Utara
259
Selain itu Supriyati, dkk (2007) korelasi antara total pendapatan dengan lahan milik di Sumatera Barat berhubungan nyata dengan koefisien 0,29. Sejalan dengan itu Mudakir (2011) status penguasaan lahan mempunyai pengaruh terhadap distribusi pendapatan, petani yang mempunyai penguasaan lahan lebih luas cenderung mempunyai pendapatan yang lebih besar dibanding penguasaan lahan yang lebih sempit. Menurut Cahyono, dkk (2002) luas penguasaan lahan mempengaruhi pendapatan petani terutama petani berlahan sempit, sedangkan petani berlahan luas sudah mulai tidak tergantung pada lahan. Petani lahan sempit berusaha menghindari resiko dengan mendiversivikasi usahataninya dan ini berbeda dengan yang dilakukan oleh petani berlahan luas yang cenderung menggunakan lahannya pada tegal. 6.3. Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum dan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Pada Pengembangan Wilayah
Hasil kajian ini seperti terlihat pada Tabel 5.55 dapat diketahui bahwa pengaruh menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam terhadap pendapatan petani terdapat perbedaan yaitu sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam adalah Rp 1.496.537.300, sedangkan pendapatan petani setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam adalah Rp 2.095.387.900. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa pendapatan petani mengalami kenaikan sebesar Rp 598.850.600 dengan persentase sebesar 40,02%. Hasil pengujian hipotesis yaitu pada α = 0,05, diperoleh t-hitung 6,903 lebih besar dari pada nilai t-tabel 1,645, maka Ho ditolak dan H1 diterima, dengan signifikan
Universitas Sumatera Utara
260
0,000. Karena tingkat signifikansi 0,000 < α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendapatan petani sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dengan rata-rata pendapatan petani setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam berbeda (tidak sama). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penerapan setelah kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam berpengaruh terhadap pendapatan petani di daerah penelitian, dengan kata lain pendapatan petani setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam lebih besar dibanding dengan pendapatan petani sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam. Dari Tabel 5.35 dan Lampiran 2 dapat dilihat jumlah biaya petani sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam yang terbesar adalah pada biaya pompanisasi sebesar Rp. 330.540.000 (70,84%) dengan rata-rata biaya sebesar Rp 3.305.400. Hal ini jelas jika dilihat biaya yang dikeluarkan sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam sangat besar karena biaya pompanisasi adalah sebesar 15 kg gabah kering panen/rante, biaya pupuk sebesar Rp 127.629.250, (27,35%) dengan rata-rata biaya sebesar Rp 1.276.292,5, biaya pestisida sebesar Rp 8.467.000 (1,81%) dengan rata-rata biaya sebesar Rp 84.670. Total biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 466.636.250, Dengan rata-rata total biaya per petani adalah sebesar Rp 4.666.362,5. Temuan ini mendukung Saleh (1992) penggunaan pompanisasi dalam usahatani padi sawah di dua Kabupaten yaitu Karawang dan Bekasi tidak menguntungkan ditinjau dari biaya investasi dan biaya operasional. Makin besar kapasitas pompa air, tingkat kerugiannya makin tinggi.
Universitas Sumatera Utara
261
Sejalan dengan hasil penelitian Kalo (1987) dimana usaha penggunaan pompa air tidak memperoleh keuntungan, tidak saja dialami oleh petani pengguna pompa air di Kabupaten Bekasi dan Karawang, tetapi juga oleh petani-petani pengguna pompa air di desa kasus Kabupaten Indramayu dan Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Dari Tabel 5.36 dan Lampiran 2 dapat dilihat jumlah biaya petani setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam yang terbesar adalah pada biaya pupuk sebesar Rp. 87.122.600 (54,25 %) dengan rata-rata biaya Rp. 871.226, biaya iyuran air irigasi sebesar Rp
66.108.000 (41,17 %) dengan rata-rata biaya Rp
661.080. Hal ini jelas jika dilihat biaya yang dikeluarkan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, sangat kecil karena biaya iuran air irigasi adalah sebesar 3 kg gabah kering panen/rante. Biaya pestisida sebesar Rp 7.362.000 (4,58%) dengan rata-rata
biaya Rp 73.620. Total biaya yang
dikeluarkan adalah sebesar Rp 160.592.600. Dengan rata-rata total biaya per petani adalah sebesar Rp 1.605.926. Dari Tabel 5.37 dan Lampiran 2 dapat dilihat pendapatan petani sebelum dan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam yang terbesar adalah
setelah
menerapkan
sebesar
kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam
Rp. 2.095.387.900 (54,79 %) dengan rata-rata pendapatan Rp 20.953.879. Sedangkan pendapatan yang terkecil adalah sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam sebesar Rp 1.496.537.300 (45,21%) dengan ratarata pendapatan Rp 14.965.373.
Universitas Sumatera Utara
262
Jika dibandingkan dengan
Tabel 5.36 dan Lampiran 2
dapat dilihat
jumlah biaya petani setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam total biaya lebih kecil, dimana pada biaya iyuran air irigasi adalah sebesar Rp 66.108.000, (41,17%) dengan rata-rata biaya Rp 661.080. jika dilihat biaya yang dikeluarkan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, sangat kecil karena biaya iyuran air irigasi sebesar 3 kg gabah kering panen/rante,
Biaya
pupuk sebesar Rp. 87.122.600 (54,25 %) dengan rata-rata biaya Rp. 871.226. dan biaya pestisida sebesar Rp 7.362.000 (4,58%) rata-rata biaya Rp 73.620. Total biaya Rp 160.592.600. Dengan rata-rata total biaya per petani adalah sebesar Rp 1.605.926. Hal ini jelas berbeda jika dibanding dengan biaya yang dikeluarkan sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dengan biaya setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, hal yang membuat sangat berbeda karena biaya pompanisasi sebesar 15 kg gabah kering panen/rante, sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, sedangkan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, hujan turun air irigasi menjadi lancar maka dikenakan biaya iyuran irigasi sebesar 3 kg gabah kering panen/rante. Hal ini mendukung Padang (2010) terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan petani padi sawah pola irigasi dengan pendapatan petani non irigasi. Sejalan dengan itu Sutarno (2012) dengan peningkatan irigasi maka akan menjamin tersedianya air dipetak sawah dan mendorong petani menanam padi dalam satu tahun.
Universitas Sumatera Utara
263
6.4. Pengaruh Setelah Menerapkan Kearifan lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Hasil kajian menunjukkan bahwa pada Tabel 5.56 bahwasanya pengaruh setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam secara langsung yang terdiri dari biaya iyuran air irigasi, biaya pupuk dan biaya pestisida terhadap meningkatkan pendapatan petani bernilai positif siginifikan sebesar 4,781 dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 10.000 maka akan meningkatkan pendapatan petani pada pengembangan wilayah sebesar Rp 4 781,dan
melalui kegiatan utama agribisnis padi sawah terhadap meningkatkan
pendapatan petani bernilai positif signifikan sebesar 5,995 dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 10 000 maka akan meningkatkan pendapatan petani pada pengembangan wilayah sebesar Rp 5 995. Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Sutarno (2012) peningkatan irigasi berpengaruh sangat nyata dalam meningkatkan pendapatan usahatani sebesar 127,8 %. Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha peningkatan produksi pertanian melalui panca usaha adalah pengairan. Air adalah syarat mutlak bagi kehidupan dan pertumbuhan tanaman. Air dapat datang dari hujan atau harus melalui pengairan yang diatur manusia. Keduanya harus disesuaikan agar benarbenar tanaman mendapatkan air secukupnya, tidak kurang tetapi juga tidak terlalu banyak. Yang dimaksud pengairan sebenarnya. Meliputi “pengaturan kebutuhan air” bagi tanaman. Sehingga di dalamnya termasuk juga drainase. Di samping itu
Universitas Sumatera Utara
264
banyak dipakai kata irigasi air untuk membawa air dari sungai ke sawah-sawah. Irigasi dan pengairan dapat bersifat teknis, setengah teknis atau pengairan rakyat (Mubyarto dan Kartodirdjo. 1988). Jika air tersedia memenuhi kebutuhan air irigasi maka petani membayar iyuran air irigasi 3 kg gabah kering panen /rante, sangat membantu para petani karena biaya produksi sangat murah jika dibandingkan kalau tidak ada air maka diambil air dari tanah dengan menggunakan pompanisasi membayar 15 kg gabah kering panen/rante. Upacara kebo-keboan minta hujan dan tolak bala di Dusun Krajan, Desa Alasmalang,
Kabupaten
Banyuwangi,
jika
dicermati
secara
mendalam,
mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai itu antara lain adalah: kebersamaan, ketelitian, gotong royong, dan religius. Nilai kebersamaan tercermin dari berkumpulnya sebagian besar anggota masyarakat dalam suatu tempat, makan bersama dan doa bersama demi keselamatan bersama pula. Ini adalah wujud kebersamaan dalam hidup bersama di dalam lingkungannya (dalam arti luas). Oleh karena itu, upacara ini mengandung pula nilai kebersamaan. Dalam hal ini, kebersamaan sebagai komunitas yang mempunyai wilayah, adat-istiadat dan budaya yang sama. Nilai ketelitian tercermin dari proses upacara itu sendiri. Sebagai suatu proses, upacara memerlukan persiapan, baik sebelum upacara, pada saat prosesi, maupun sesudahnya. Persiapan-persiapan itu, tidak hanya menyangkut peralatan upacara, tetapi juga tempat, waktu, pemimpin, dan peserta. Semuanya itu harus dipersiapkan dengan baik dan seksama, sehingga upacara dapat berjalan dengan lancar. Untuk itu, dibutuhkan ketelitian.
Universitas Sumatera Utara
265
Nilai kegotong-royongan tercermin dari keterlibatan berbagai pihak dalam penyelenggaraan upacara. Mereka saling bantu demi terlaksananya upacara. Dalam hal ini ada yang membantu menyiapkan makanan dan minuman, menjadi pemimpin upacara, dan lain sebagainya. Nilai religius tercermin dalam doa bersama yang ditujukan kepada Tuhan agar mendapat perlindungan, keselamatan dan kesejahteraan dalam menjalani kehidupan (Ernawati, 2007). Penyembelihan hewan seperti kerbau dan kambing pada babah lhueng atau mulut parit pengairan menuju lahan, sehingga darah yang mengalir keparit mengalir bersama air ke lahan-lahan persawahan milik petani. Pada awal sebelum masa tanam tidak ada pupuk tertentu yang diberikan untuk pengolahan media tanah, saat itulah darah hewan tadi bekerja memperkaya unsur-unsur hara di dalam tanah.
Namun bila dipandang dari sisi lain darah kerbau atau darah
kambing juga memiliki fungsi lain pada tahap sebelum penanaman. Darah hewan sebenarnya dapat juga menyuburkan sawah, dapat diperhatikan saat kaum ibu yang suka menanam bunga di halaman rumah sering menyiram bunganya dengan air basuhan ikan yang mengandung darah, air tersebut dipercaya dapat menyuburkan tanaman sehingga tanaman mereka lebih hijau dan cepat berbunga. Demikian pula dengan darah kerbau yang mengalir kelahan persawahan mereka tentu dapat membantu menyuburkan tanah yang sebentar lagi akan ditanami padi (Hermaliza, 2011). Secara harfiah, mappalili berarti menjauhkan diri dari hal-hal negatif, mappalili mengajarkan pada kita tentang kehidupan yang positif, kebersamaan dan juga musyawarah. Keyakinan terhadap mappalili sebagai sebuah proses yang
Universitas Sumatera Utara
266
wajib dilalui sebelum menanam padi menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi masyarakat suku bugis.
Secara umum hal itu sangat dimungkinkan, karena
dengan adanya mappalili, petani membajak dan menanami sawah mereka secara bersamaan. Tanaman yang ditanam serentak dapat meminimalisir hama yang akan menyerang tanaman (Mujib, 2012). Langkah petani yang mulai melakukan penanaman secara serempak dapat menghindari dari ancaman serangan hama maupun penyakit lainnya. Apalagi hampir sebagian besar lahan garapan pertanian di lebak mengandalkan sistem tadah hujan. Dengan masih tingginya curah hujan yang turun di wilayah Lebak, sangat tepat apabila para petani mulai menebar benih padinya dilahan garapannya dan melakukan penanaman secara serempak (Dika, 2012). 6.5. Pengaruh Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Perkembangan teori lokasi dimulai dari Von Thunnen, yang mengembangkan teorinya berdasarkan pengamatan hasil pertanian di Mcklenberg yang selanjutnya dikembangkan Weber, Palender dan Hoover, Weber mengenalkan indeks material dan indeks berat. Faktor yang menentukan lokasi adalah faktor endowment, pasar dan harga, bahan baku dan energi, angkutan sebagai input Pengembangan wilayah adalah suatu perencanaan berjangka panjang, bertahap dan tersistimatik dengan suatu wilayah yang jelas. Tujuan yang jelas itu adalah menyangkut pada keseluruhan kepentingan stakeholders pertanian baik masyarakat dari berbagai lapisan, kelompok pengusaha maupun pemerintah. Perencanaan wilayah menyangkut pada bagaimana pemanfaatan potensi wilayah, potensi alam maupun potensi buatan harus dilaksanakan secara fully dan
Universitas Sumatera Utara
267
efficiently agar pemanfaatan potensi dimaksud benar-benar berdampak pada kesejahteraan
masyarakat
secara
maksimal.
Perencanaan
wilayah
yang
menggambarkan berbagai kegiatan dapat terealisasi dengan baik, apabila didukung oleh sumberdaya yang melimpah. Sedangkan menurut Glasson (1974)
perencanaan adalah suatu cara
berfikir mengenai persoalan sosial dan ekonomi terutama berorientasi kepada masa akan datang, sangat berkenaan dengan hubungan antara tujuan dan keputusan kolektif dan mengusahakan kebijaksanaan dan program yang menyeluruh. Bilamana cara berfikir ini diterapkan, maka dikatakan bahwa perencanaan sedang dilaksanakan. Bersamaan dengan itu Conyers & Hills (1994) menyatakan
bahwa
perencanaan sebagai suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Perencanaan menurut Widodo (2006), adalah upaya institusi publik untuk membuat arah kebijakan pembangunan yang harus dilakukan disebuah wilayah baik di negara maupun di daerah dengan didasarkan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh wilayah. Perencanaan wilayah, menurut Miraza (2004) adalah suatu perencanaan yang berjangka panjang, bertahap, dan tersistematik dengan suatu tujuan yang jelas. Tujuan yang jelas ini adalah yang menyangkut pada keselarasan kepentingan stakeholders, baik masyarakat dari berbagai lapisan, kelompok pengusaha, maupun pemerintah sendiri. Perencanaan wilayah menyangkut pada bagaimana pemanfaatan potensi wilayah, baik potensi sumberdaya buatan yang harus dilaksanakan secara fully dan Eficiently agar pemanfaatan potensi dimaksud
Universitas Sumatera Utara
268
benar-benar berdampak pada kesejahteraan masyarakat secara maksimal. Disamping itu juga kita perlu memikirkan bagaimana dunia usaha dapat berkiprah secara ekonomis serta pemerintah mendapatkan manfaat dari semua keadaan ini bagi melangsungkan pemerintahan yang baik. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya perencanaan wilayah merupakan suatu upaya merumuskan dan mengimplikasikan kerangka teori kedalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang didalamnya mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan. North dalam Jhingan (1993) mengemukakan bahwa pertumbuhan wilayah sangat tergantung pada keberhasilan dari suatu kegiatan yang dilakukan terhadap suatu wilayah. Teori eksport base menyebutkan bahwa masuknya pertambahan penduduk dan modal yang sangat besar dalam suatu wilayah dapat memberikan sumbangan besar dalam pengembangan wilayah. Suatu perencanaan wilayah dalam kegiatan utama agribisnis padi sawah, dimana variabel yang diteliti adalah biaya produksi, luas panen dan harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani
dengan meningkatnya pendapatan
petani saving juga meningkat dan dapat dilihat juga investasi juga meningkat, akhirnya pertumbuhan ekonomi disuatu wilayah ikut meningkat. Hasil kajian menunjukkan bahwa pada Tabel 5.79 besarnya pengaruh kegiatan utama agribisnis padi sawah yang terdiri dari biaya produksi, luas panen dan
harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani
bernillai positif
signifikan sebesar 1,214. dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan
Universitas Sumatera Utara
269
petani sebesar Rp 10 000 maka akan meningkatkan pendapatan petani pada pengembangan wilayah sebesar Rp 1 214. Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Liarman, dkk (2014) secara simultan, variabel harga jual (X1), luas lahan panen (X2), biaya usahatani (X3) berpengaruh secara signifikan (nyata) terhadap pendapatan petani padi sawah di Jorong Padang Sawah Kec Tigo Nagari Kabupaten Pasaman. Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan Saadah, dkk (2011) biayabiaya yang dikeluarkan oleh petani dalam mengelola usahataninya meliputi biaya pembelian pupuk, pestisida, upah tenaga kerja, biaya penyusutan alat-alat dan pajak.
Perbedaan hasil produksi dengan total biaya produksi menyebabkan
keuntungan yang diperoleh setiap petani berbeda. Untuk mengetahui rata-rata pendapatan yang diterima petani sebelum dan setelah menerapkan sistem tanam jajar legowo 2:1. Menunjukkan bahwa terjadi kenaikkan jumlah produksi antara sebelum dan setelah petani menerapkan sistem tanam jajar legowo 2:1 sebesar 3 ton/ha atau sebesar 50%. Pendapatan petani yang merupakan hasil pengurangan dari penerimaan dan total biaya usahatani, sebelum dan setelah menerapkan sistem tanam jajar legowo 2:1 meningkat sebesar Rp 8.093.865,50 atau 65%. Hal ini didukung Liarman, dkk (2014) variabel biaya usaha (X3) memiliki koefisien sebesar 0,309 dan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan petani padi sawah di Jorong Padang Sawah Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman. Sejalan dengan itu Arianti, dkk. (2010) besarnya rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk usahatani padi sawah pada daerah sentra, sebanding dengan besarnya rata-rata penerimaan usahatani padi sawah, sehingga rata-rata pendapatan juga lebih besar.
Universitas Sumatera Utara
270
Hasil ini didukung Liarman, dkk (2014) variabel Luas panen (X2) memiliki koefisien sebesar 0,332 dan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan petani padi sawah di Jorong Padang Sawah Kec. Tigo Nagari Kabupaten Pasaman. Selain itu Maulana ( 2004). menyatakan penurunan produksi cukup tajam disebabkan oleh stagnansi atau menurunnya luas panen dan produktivitas. Dari tiga pertumbuhan produksi padi sawah, yaitu pertumbuhan luas lahan, intensitas pertanaman, dan produktivitas, hanya intensitas pertanaman yang menjadi sumber pertumbuhan. Hasil ini didukung Liarman, dkk (2014) harga jual berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani padi sawah di jorong padang sawah kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman pada tingkat kepercayaan 95%. Variabel harga jual (X1) memiliki koefisisen sebesar 0,351 dan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan petani padi sawah di Jorong Padang Sawah Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman. Sejalan dengan itu Rusli (2010) hasil penelitian di wilayah Bosowasipilu menunjukkan bahwa adanya perlakuan kebijakan subsidi harga gabah pada tanaman padi baik pada musim tanaman gadu maupun rendengan mempunyai dampak positif yang lebih baik karena dapat meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani padi. Sedangkan menurut Mardianto, dkk (2005) adanya keterpisahan petani dari pasar, segala insentif pasar dan usaha-usaha mensejahterakan petani yang dilakukan melalui kebijakan harga tidak akan secara efektif dirasakan petani karena akan lebih banyak dinikmati oleh para pelaku tata niaga. Untuk
Universitas Sumatera Utara
271
menigkatkan kesejahteraan petani, sebaiknya dilakukan melalui
mekanisme
kebijakan yang dapat langsung dinikmati kepada petani dan keluarganya tanpa mengitervensi mekanisme pasar. Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan Sopian (2008) harga gabah petani yang menjual ke LUEP lebih tinggi lima persen dari pada harga gabah petani yang tidak menjual ke LUEP. Pendapatan petani yang menjual gabahnya ke LUEP lebih tinggi empat persen dari pada pendapatan petani yang tidak menjual gabahnya ke LUEP. Berdasarkan hasil temuan ini, dapat dinyatakan bahwa pengaruh kegiatan utama agribisnis padi sawah pada pengembangan wilayah, terhadap meningkatkan pendapatan petani,
perlu dilakukan sejalan upaya meningkatkan pendapatan
petani padi sawah pada pengembangan wilayah di kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. 6.6. Pengaruh Kegiatan Penunjang Agribisnis Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Kebijakan pengembangan willayah pada dasarnya merupakan intervensi pemerintah baik secara nasional maupun daerah untuk mendorong proses pembangunan daerah secara keseluruhan.
Analisis ini sangat penting artinya
untuk dapat menerapkan teori dan konsep yang telah dijelaskan terdahulu guna mempercepat pengembangan wilayah, meningkatkan penyediaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan pada wilayah-wilayah yang masih terbelakang. Kebijakan pengembangan wilayah pada dasarnya adalah merupakan keputusan atau tindakan yang ditetapkan oleh pejabat pemerintah berwenang atau
Universitas Sumatera Utara
272
pengambil keputusan publik guna mewujudkan suatu kondisi pembangunan atau masyarakat yang diinginkan, baik pada saat sekarang maupun periode tertentu dimasa mendatang. Secara prinsipil perencanaan wilayah merupakan aplikasi perencanaan di suatu lokasi yang di dalam hal ini wilayah atau daerah. Upaya pembangunan dan pemgembangan wilayah akan sangat berhasil apabila didukung oleh suatu perencanaan wilayah yang baik. Adapun tujuan dari rangkaian kegiatan tersebut adalah bagaimana mempercepat pencapaian kesejahteraan masyarakat dan sekaligus mengurangi kemiskinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pengaruh, dapat dilihat pada Tabel 5.80 bahwasanya pengaruh kegiatan penunjang agribisnis padi sawah secara langsung yang terdiri dari bantuan input pertanian, penyaluran kredit, kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk terhadap meningkatkan pendapatan petani bernilai positif tidak signifikan sebesar 0,480. Dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 10 000 maka akan meningkatkan pendapatan petani pada pengembangan wilayah sebesar Rp 480,- dan melalui kegiatan utama agribisnis padi sawah terhadap meningkatkan pendapatan petani bernillai positif signifikan sebesar 1, 694, dengan asumsi jika dapat meningkatkan
pendapatan petani sebesar Rp 10 000 maka akan
meningkatkan
pendapatan petani pada pengembangan wilayah sebesar Rp 1 694. Hasil ini didukung Sinulingga (2013) pendapatan petani di daerah penelitian sebelum mendapatkan bantuan lebih rendah daripada pendapatan petani setelah mendapatkan bantuan, hal ini disebabkan karena pada saat sebelum mendapatkan bantuan biaya produksi yang dikeluarkan petani lebih besar karena
Universitas Sumatera Utara
273
biaya untuk benih, pupuk, dan pestisida masih masuk dalam biaya produksi usahataninya. Sedangkan setelah mendapatkan bantuan, biaya yang dikeluarkan petani lebih kecil karena biaya untuk benih, pupuk, dan pestisida berkurang, Selain dari biaya produksi semakin kecil setelah adanya bantuan, produksi padi pun lebih meningkat sehingga pendapatan petani juga meningkat. Hasil
ini didukung Sutrisno (2009) untuk variabel kredit ketahanan
pangan berdasarkan hasil uji korelasi menunjukkan bahwa hubungan antara variabel kredit ketahanan pangan dengan pendapatan petani adalah sangat kuat, hal ini dapat dideteksi dengan melihat koefisen korelasi yang menunjukkan angka 0,992 dengan probalitas 0.000 artinya bahwa hubungan antara kredit ketahanan pangan dengan pendapatan petani adalah sangat kuat. Sejalan dengan itu Lidya (2009) kredit yang diperoleh oleh petani responden, berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usahatani padi sawah responden. Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan pendapatan rata-rata per ha responden dari sebelum menerima kredit sebesar Rp 6.196.656 menjadi sebesar Rp Rp 7.112.257 setelah menggunakan kredit atau meningkat sebesar Rp 7,62%. Hal ini juga terlihat dari adanya peningkatan keuntungan rata-rata per ha responden dari sebelum menerima kredit sebesar Rp 1.399.082 meningkat sebesar Rp 3.888.777 setelah menerima kredit atau meningkat sebesar 177%. Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan Mariyah (2009) Program Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM) berpengaruh positif dan nyata terhadap peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan petani padi sawah di Kabupaten PPU, serta memberikan pengaruh imbas kepada petani bukan penerima BPLM dalam hal penggunaan input riil yang belum optimal.
Universitas Sumatera Utara
274
Hal ini didukung oleh Kurniawan (2012) secara parsial variabel bebas pupuk bersubsidi berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani padi sawah. Hal ini disebabkan karena pupuk bersubsidi membantu petani dalam pengurangan harga pupuk, sehingga petani mampu memenuhi kebutuhan pupuk yang dibutuhkan tanaman padi sawah dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan.
Menurut Sukirno (2005) subsidi adalah pemberian
pemerintah kepada produsen untuk mengurangi biaya produksi yang ditanggung produsen Subsidi dapat menurunkan harga. Sejalan dengan itu Suparmoko (2003) mendefinisikan subsidi adalah salah satu bentuk pengeluaran pemerintah yang dapat juga diartikan sebagai pajak negatif yang akan menambah pendapatan pihak penerima subsidi. Dari uraian diatas, yang dimaksud dengan subsidi harga pupuk dalam penelitian ini adalah subsidi produksi yang diberikan oleh pemerintah untuk menanggung sebagian biaya produksi pupuk agar bisa dicapai harga jual yang diinginkan. Sedangkan menurut PSE-KP (2009) subsidi pupuk masih menjadi instrumen penting dalam kebijakan pertanian. Kebijakan pemerintah yang cenderung terus meningkatkan subsidi pupuk bertujuan untuk meningkatkan kinerja sektor pertanian, khususnya subsektor tanaman pangan. Kebijakan ini dilandasi pemikiran bahwa pupuk merupakan faktor kunci dalam meningkatkan produktivitas, dan subsidi dengan harga pupuk yang lebih murah akan mendorong peningkatan penggunaan input tersebut. Berdasarkan hasil temuan ini, dapat dinyatakan bahwa pengaruh kegiatan penunjang agribisnis padi sawah
terhadap meningkatkan pendapatan petani
secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis padi sawah
pada
Universitas Sumatera Utara
275
pengembangann wilayah, perlu dilakukan sejalan upaya meningkatkan pendapatan petani pada pengembangan wilayah di kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Pengembangan wilayah merupakan proses yang mana pemerintah daerah atau kelompok berbasis komunitas mengelola sumberdaya yang ada dan masuk kepada penataan kemitraan baru dengan sektor swasta, atau diantara mereka sendiri, untuk menciptakan pekerjaan baru dan merangsang kegiatan ekonomi wilayah. Ciri utama pengembangan wilayah adalah titik beratnya pada kebijakan ”endogenous development” menggunakan potensi sumber daya manusia, institutional dan fisik setempat. Orientasi ini mengarahkan kepada fokus dalam proses pembangunan untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi. Target pengembangan wilayah untuk jangka panjang adalah pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan target itu, dirancanglah skenario tertentu agar kekurangan-kekurangan yang dihadapi dapat diupayakan melalui pemanfaatan resources, masalah ketika berbicara dalam konteks pengembangan wilayah di Indonesia munculah, persoalan berupa kekurangan- kekurangan teknologi untuk pengolahan resources yang berlimpah. Sementara itu penduduk sebagai sumber daya manusia lebih mengarah social dimention. Dimensi sosial ini penting sekali. Setiap masyarakat mempunyai pola tertentu untuk menanggapi hasil teknologi (Sasmojo, 2001). Menurut Zen (1980) perkembangan Indonesia dalam dua tiga dasawarsa mendatang akan sangat bergantung pada kemampuannya mengarahkan tiga unsur pokok, yaitu (1) ketersediaan SDA, (2) kemampuan SDM, dan (3) pemanfaatan
Universitas Sumatera Utara
276
Teknologi. Yang kesemuanya harus ditujukan terutama untuk kesejahteraan masyarakat. Hubungan ketiga unsur tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.1. Teknologi
Pengembangan Wilayah
Sumber Daya Alam
Sumber Daya Manusia
Gambar 6.1. Tiga Pilar Penopang Ilmu Pengembangan Wilayah.
Pengembangan wilayah sangat tergantung pada kemampuan tiga unsur pokok seperti pada Gambar 6.1, yaitu 1. ketersediaan sumber daya alam, 2. Kemampuan sumber daya manusia dan 3. pemanfaatan teknologi. Tujuan
umum
pengembangan
wilayah
adalah
untuk
mencapai
keseimbangan dan keserasian perkembangan pembangunan antar wilayah, antar sektor, dan antar kelompok masyarakat. Dalam mencapai tujuan itu, diperlukan minimal tiga pilar utama sebagai penyangga, yaitu sumberdaya alam (SDA), sumberdaya manusia (SDM), dan teknologi. Titik fokus penelitian ini adalah pada pilar sumberdaya manusia, mengingat perannya yang sangat strategis dalam pembangunan nasional, terutama peran ganda SDM sebagai subyek sekaligus obyek atau sasaran pembangunan. Sebagai subyek pembangunan diperlukan SDM yang berkualitas, sehat jasmani
Universitas Sumatera Utara
277
dan rohani, mempunyai pendidikan dan keterampilan yang memadai dan didukung oleh suasana aman dalam kehidupan sehari-hari (Suhandojo, 2001). 6.7. Pengaruh Sumber Daya Alam (SDA) Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Teori resource endowment, teori ini bertolak dari suatu pandangan bahwa pengembangan ekonomi wilayah sangat tergantung pada sumber daya alam yang dimiliki oleh wilayah tersebut dan permintaan terhadap komoditas yang dihasilkan dari sumber daya itu. Makin banyak sumber daya alam yang dapat diolah untuk komoditi unggulan maka makin cepat pertumbuhan wilayahnya. Teori resource endowment secara implisit mengasumsikan bahwa dalam perkembangannya, sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu wilayah akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa yang berbeda bila terjadi perubahan permintaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pengaruh, dapat dilihat pada Tabel 5.81 bahwasanya pengaruh sumber daya alam secara langsung yang terdiri dari tinggi volume air/ha, luas lahan yang beririgasi, panjang jalan usahatani terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai positif tidak signifikan sebesar 0,330 dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 10 000 maka akan meningkatkan pendapatan petani pada pengembangan wilayah sebesar
Rp 330,- dan melalui kegiatan utama
agribisnis padi sawah terhadap meningkatkan pendapatan petani bernillai positif signifikan sebesar 1,544. dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 10 000 maka akan meningkatkan pendapatan petani pada pengembangan wilayah sebesar Rp 1 544,
Universitas Sumatera Utara
278
Hal ini didukung oleh Hayati ( 2013) penggenangan 0,25 dan -2,5 cm tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah anakan, hasil gabah serta komponen hasil. Rata-rata produktivitas padi varietas Ciherang pada setiap perlakuan penggenangan berkisar 6,6 ton/ha hingga 6,9 ton/ha. Ketersediaan air tanah untuk pertumbuhan tanaman terpenuhi yang ditunjukkan oleh kadar air tanah sebelum irigasi yang tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan penggenangan. Penggenangan -2.5 dapat diterapkan dalam budi daya padi sawah. Sejalan dengan Chapagain and Eiji Yamaji (2010) Dengan menggunakan metode irigasi AWDI (Alternate Wet and Dry Irrigation) meminimalisir penggunaan air irigasi sebesar 28% tanpa berpengaruh terhadap hasil produksi gabah. Hal ini didukung oleh Rajagukguk (2011) ada perbedaan nyata antara produkitivitas dan pendapatan petani padi sawah sebelum dan sesudah pembangunan jaringan irigasi. Produktivitas dan pendapatan sesudah pembangunan irigasi lebih tinggi dibandingkan sebelum pembangunan jaringan irigasi. Selanjutnya Damayanti (2013)
pendapatan usahatani dipengaruhi oleh
luas lahan, harga benih, harga pupuk urea, harga pupuk phonska, harga pestisida, pendidikan petani, upah tenaga kerja dan irigasi.
Dimana irigasi dapat
meningkatkan pendapatan usahatani sebesar 1,44 % . Menurut Datta, et al (2004) dampak irigasi terhadap peningkatan produksi tanaman dan pendapatan menyebabkan semakin berkurangnya kesenjangan ekonomi yang terjadi di daerah penelitian. Dan pembuatan irigasi bisa berdampak terhadap ekonomi, sosial dan kelestarian lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
279
Agribisnis padi sawah kaitannya dengan sumber daya alam (sda) yaitu jalan usahatani. Dimana petani sebagai pengelola usahataninya tentu memerlukan jalan usahatani yang baik dan tanah jalan usahatani tersebut padat dengan satuan m. Untuk memperlancar mobilitas alat mesin pertanian dan hasil produksi pertanian dari dan kelahan usahatani, memudahkan pergerakan dari rumah ke tempat usahataninya dan dari tempat usahataninya ke pasar, hasil produksinya mudah diangkut dan lancar, tentu jalan usahataninya harus baik Dalam hal ini jika tidak baik jalan usahatani seperti lebar jalan setapak, jalan banyak yang rusak dan tidak dipadatkan maka terganggunya kelancaran transportasi petani dalam bekerja maupun mengangkut sarana produksi dari rumah petani ke lahan usahatani dan mengangkat produksi dari lahan usahatani ke pasar. Jika
jalan usahatani tersebut rusak maka banyak produksi yang diangkut
berjatuhan dijalan akibat goncangan kenderaan dan terlambatnya produksi sampai ketujuan, sehingga ada pengaruhnya terhadap peningkatan produksi dan pendapatan petani padi sawah. Hal ini didukung oleh KMK, Rejang Lebong ( 2011) dengan adanya pembangunan jalan usahatani ongkos angkut hasil pertanian (padi sawah) semakin berkurang. Sebelum adanya jalan usahatani masyarakat mengangkut hasil panen padi melalui jalan setapak yang hanya dapat dilalui oleh tenaga manusia. Ongkos angkut sekarung padi bisa mencapai Rp 5.000/karung , hanya sampai ditepi jalan besar sehingga diperlukan ongkos angkut lanjutan yang menggunakan angkutan umum (ojek/angkutan perdesaan) sampai kerumah.
Setelah adanya jalan
usahatani ongkos angkut hasil panen bisa ditekan atau berkurang sampai dengan Rp. 4.000/karung. Artinya ongkos angkut menjadi Rp 1.000/karung.
Universitas Sumatera Utara
280
Pembangunan jalan usahatani tersebut melayani areal ± 300 Ha sawah dengan jumlah kepemilikan mencapai 275 kk. Oleh karena itu rata-rata penduduk memiliki ± 1,09 Ha. Rata-rata 1 ha sawah menghasilkan 60 karung gabah, maka ongkos angkut yang dapat dihemat oleh setiap keluarga petani adalah : Ongkos angkut sebelum pembangunan jalan usahatani Rp 5.000 X 60 karung = Rp 300.000. Ongkos angkut setelah pembangunan jalan usahatani Rp 1.000 X 60 karung = Rp 60.000. Jadi ongkos angkut bisa dihemat sebesar Rp 240 000/kk. Jika dalam satu tahun rata-rata dapat ditanam padi sawah 2 kali tanam maka keuntungan tambahan per kk bisa mencapai Rp 480.000. Dengan kata lain per rumah tangga petani padi sawah dapat menikmati keuntungan tambahan sebesar Rp 480.000/tahun. Sejalan dengan Ruauw, dkk (2010)
manfaat jalan usahatani terhadap
petani sekitar dapat dilihat dari pendapatan petani sebelum dan sesudah ada jalan usahatani yang mengalami peningkatan, Dimana sebelum ada jalan usahatani pendapatan petani/ha dari cabang usahatani kubis dan wortel sebesar Rp. 11.155.566 dan pendapatan petani/ha sesudah ada jalan usahatani dari kedua cabang usahatani tersebut sebesar Rp. 12.062.334 atau terjadi kenaikan sebesar 8,13%. Peningkatan pendapatan ini dikarenakan adanya pengurangan biaya angkutan sesudah ada jalan usahatani. Berdasarkan hasil temuan ini, dapat dinyatakan bahwa pengaruh sumber daya alam (sda) secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis padi sawah pada pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani, perlu dilakukan sejalan upaya meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah di kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
281
6.8. Pengaruh Sumber Daya Manusia (SDM) Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Teori pengembangan SDM, teori ini mengasumsikan bahwa sumber daya manusia (sdm) merupakan faktor penentu bagi kemajuan ekonomi suatu wilayah. Bukti empirik menunjukkan, ketersediaan sumber daya manusia memiliki hubungan yang signifikan dengan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, investasi pada sumber daya manusia menjadi lebih utama untuk meningkatkan skala pengembalian dalam jangka panjang. Teori pertumbuhan wilayah neo klasik, yang dipelopori oleh Borts Stein (1964) kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Roman (1965) dan Siebert (1969) pertumbuhan ekonomi wilayah sangat tergantung kepada faktor tenaga kerja, ketersediaan modal dan kemajuan teknologi. Teori ini tidak menekankan pentingnya faktor permintaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pengaruh dapat dilihat pada Tabel 5.81 bahwasannya pengaruh sumber daya manusia secara langsung yang terdiri
dari curahan tenaga kerja, penyuluhan / pelatihan, produktivitas
tenaga kerja terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah
bernilai
negatif tidak signifikan sebesar -0,194. Dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 10 000 maka akan mengurangkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah sebesar Rp 194. Hal ini didukung oleh Daniel, dkk (2014) curahan tenaga kerja petani pada usahatani padi sawah tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan keluarga. Sejalan dengan itu Harianto dan Dwi Astuti Bertha Susila (2008) penggunaan
Universitas Sumatera Utara
282
tenaga kerja sudah tidak efisien, hal ini terlihat dari angka elastisitas produksi yang bertanda negatif. Penambahan penggunaan tenaga kerja justru akan menurunkan produksi padi sawah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pengaruh dapat dilihat melalui kegiatan utama agribisnis padi sawah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernillai positif signifikan sebesar 1,020, dengan asumsi jika dapat meningkatkan
pendapatan petani sebesar Rp 10 000 maka akan
meningkatkan pendapatan petani pada pengembangan wilayah sebesar Rp 1 020. Hasil kajian juga mendukung temuan Sutrisno (2009) untuk variabel biaya tenaga kerja, hasil analisis korelasi pearson menunjukkan bahwa terjadi hubungan atau korelasi yang sangat kuat antara biaya tenaga kerja dengan pendapatan petani, hal ini dapat dilihat pada koefisien korelasi yang menunjukkan angka sebesar 0,994 dengan probalitas 0.000, artinya bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat antara variabel biaya tenaga kerja dengan pendapatan petani. Hal yang sama juga diungkapkan Arianti, dkk (2010)
faktor-faktor
produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani padi sawah pada daerah sentra yaitu jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga, sedangkan pada daerah non sentra adalah jumlah penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga dan rata-rata pendapatan usahatani padi pada daerah sentra di Kabupaten Lebong adalah sebesar Rp. 6.951.169.83/ut/mt dan rata-rata pendapatan usahatani padi sawah pada daerah non sentra di Kabupaten Lebong adalah sebesar Rp. 1.657.611,41/ut/mt.
Universitas Sumatera Utara
283
Hal ini didukung oleh Hasyim (2009) metode penyuluhan memberikan dampak yang signifikan terhadap pendapatan petani padi sawah anggota kelompok tani. Signifikan t-hitung sebesar 3,354 adalah lebih besar dari nilai t-tabel 1.701 (α = 0,05) artinya metode penyuluhan menunjukkan signifikan dengan kata lain metode penyuluhan mempunyai pengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Sejalan dengan itu Saadah, dkk (2011) menyatakan adanya penyuluhan pertanian tentang sistem tanam jajar legowo dapat meningkatkan pendapatan petani, pendapatan petani meningkat sebesar Rp 8.093.865,50 atau sebesar 65% setelah petani menerapkan sistem jajar legowo. Berdasarkan hasil analisis Chikuadrat (X2) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel bebas peranan penyuluhan pertanian dan variabel terikat pendapatan petani. Dengan hasil perhitungan koefisien kontingensi (C) = 0,75 berarti tingkat keeratan hubungan antara kedua variabel tersebut dalam kategori tinggi. Hal yang sama diungkap Stanton (2000) perusahaan agribisnis di tingkat lokal menawarkan kemungkinan menangkap nilai tambah sehingga meningkatkan pendapatan lokal. Karena banyak petani mengandalkan pembeli pemerintah untuk pilihan mereka, pencabutan pelayanan tersebut tidak mungkin segera diganti oleh perusahaan swasta. Sebagaimana telah disampaikan Fan (2000) Cina masih memiliki potensi besar untuk meningkatkan pertumbuhan produksi dengan mengurangi perbedaan regional dalam efisiensi alokatif. Stagnasi dalam efisiensi teknis setelah 1984 mungkin akibat dari kerusakan layanan penyuluhan setelah reformasi. Oleh karena itu, sistem penyuluhan juga perlu diperkuat untuk mendapatkan efisiensi lebih lanjut dalam produksi.
Universitas Sumatera Utara
284
Menurut penelitian Wibawa dan I Nyoman Mahendra Yasa (2013) program Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI) berdampak positif dan signifikan terhadap pendapatan rumah tangga petani di Desa Kelating Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan. Selanjutnya Prayoga (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa jumlah anggota keluarga usia produktif dan frekuensi mengikuti kegiatan penyuluhan berpengaruh menurunkan inefisiensi teknis. Dari Tabel 5.51(Lampiran 4) dapat diketahui bahwa produktivitas tenaga kerja terbesar adalah pada kisaran produktivitas tenaga kerja ≥ 2 kw/hkp yaitu sebesar 90,4 kw/hkp dengan besar sampel sebesar 32 sampel (32 %). Sedangkan produktivitas tenaga kerja terkecil adalah pada kisaran produktivitas tenaga kerja ≤ 0,99 kw/hkp yaitu sebesar 20,3 kw/hkp dengan besar sampel sebesar 29 sampel (29 %). Hal ini didukung oleh Rusastra dan M. Suryadi (2004) kontribusi tenaga kerja dinilai menentukan kinerja usahatani padi yang bersifat padat tenaga kerja. Kelangkaan tenaga kerja dan peningkatan upah secara tidak terkendali perlu dicegah. Sumber pendapatan dominan buruh tani adalah berburuh (pertanian) dan kegiatan non pertanian. Proporsi pendapatan berburuh tani adalah 78,60 % dari total pendapatan berburuh, sedangkan total pendapatan berburuh adalah 44,80% dari pendapatan keluarga. Sumbangan pendapatan dari kegiatan nonpertanian mencapai 23,30%. Keberhasilan dalam mempertahankan tingkat upah yang wajar dan membangun kesempatan dan eksesibilitas kegiatan di luar pertanian memegang peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan buruh tani. Sejalan dengan itu Daniel, dkk (2014) produktivitas tenaga kerja yaitu perbandingan antara penerimaan dengan total tenaga kerja yang dicurahkan per
Universitas Sumatera Utara
285
usahatani dengan satuan Rp/HOK. Efisiensi tenaga kerja atau sering disebut produktivitas tenga kerja dapat diukur dengan memperhatikan jumlah produksi, penerimaan perhari, dan luas lahan atau luas usaha. Produktivitas tenaga kerja petani pada usahatani padi dengan memperhatikan perbandingan penerimaan yaitu sebesar Rp. 3.563.148 dan tenaga kerja petani yang dicurahkan 50 HOK yang artinya bahwa pendapatan petani dari usahatani padi telah mencapai produktivitas yaitu sebesar Rp. 92.293/HOK. Dengan rata-rata produktivitas curahan tenaga kerja per petani adalah sebesar 1,6635 kw/hkp. Produktivitas tenaga kerja petani di Desa Tekalong, usahatani padi Rp. 92.293/HOK. Berdasarkan hasil temuan ini, dapat dinyatakan bahwa pengaruh sumber daya manusia (sdm) secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis padi sawah pada pengembangan wilayah, terhadap meningkatkan pendapatan petani perlu dilakukan sejalan upaya meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah di kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. 6.9. Pengaruh Teknologi Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah
Teori export base, teori ini petama kali dikembangkan oleh Douglas C. North (1955) Menurut North, kekuatan utama ekonomi suatu wilayah tergantung kepada permintaan eksternal akan barang dan jasa yang diproduksi dari wilayah tersebut. Permintaan ekternal akan mempengaruhi penggunaan modal, teknologi dan diekspor oleh wilayah itu, karena itu pertumbuhan wilayah jangka panjang sangat tergantung pada kegiatan industri ekspornya. Atas dasar itu, keberlanjutan perkembangan wilayah sangat banyak ditekan pada peningkatan aliran modal dan
Universitas Sumatera Utara
286
teknologi, dimana persyaratan untuk itu berkaitan dengan jumlah modal yang ditanamkan oleh pemilik modal, baik dari dalam maupun luar, serta berkaitan pula dengan sumber daya manusia yang memiliki keahlian khusus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pengaruh dapat dilihat pada Tabel 5.81. bahwasannya pengaruh teknologi secara langsung yang terdiri dari penerapan komponen teknologi dasar dan penerapan komponen teknologi pilihan terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai positif signifikan sebesar 3,753 dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 10.000 maka akan
meningkatkan pendapatan petani pada
pengembangan wilayah sebesar Rp, 3.753 - dan melalui kegiatan utama agribisnis padi sawah terhadap meningkatkan pendapatan petani bernillai positif signifikan sebesar 4,967. dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 10.000 maka akan
meningkatkan pendapatan petani pada pengembangan
wilayah sebesar Rp 4 967. Dari Tabel 5.52. (Lampiran 5) dapat diketahui bahwa penerapan komponen teknologi dasar pada bibit bermutu dan sehat berdasarkan pernyataan dalam skor selalu dilakukan adalah skor yang tertinggi sebesar 282 (94 %), jarang dilakukan sebesar10 (5%), dan tidak pernah dilakukan sebesar 1 (1%). Sedangkan penerapan komponen teknologi dasar
pada pemupukan
spesifik
lokasi
berdasarkan pernya-taan dalam skor selalu dilakukan adalah skor yang terendah sebesar 201 (67 %), jarang dilakukan sebesar 44 (22%), dan tidak pernah dilakukan sebesar 11 (11%). Dari Tabel 5.53 (Lampiran 5) dapat diketahui penerapan komponen teknologi pilihan pada pengolahan tanah berdasarkan pernyataan dalam skor
Universitas Sumatera Utara
287
selalu dilakukan adalah skor yang tertinggi sebesar 288 (96 %), jarang dilakukan sebesar 2 (1%), dan tidak pernah dilakukan sebesar 3 (3%). Sedangkan penerapan komponen teknologi pilihan pada irigasi berselang berdasarkan pernyataan dalam skor selalu dilakukan adalah skor yang terendah sebesar 117 (39 %), jarang dilakukan sebesar 62 (31%), dan tidak pernah dilakukan sebesar 30 (30%). Dalam mencapai peningkatan produksi teknologi memang diperlukan dan para petani perlu mengadopsi teknologi baru. Petani harus berubah dari pengguna teknologi lama ke penggunaan teknologi baru yang lebih maju. Petani tidak hanya perlu mengetahui saja, tetapi petani juga perlu mengerti dan menghayati apa saja yang dilakukannya (Slamet, 2003). Menurut Prayoga (2010) petani padi organik tahun ke-8 dan tahun ke-5 lebih efisien dibandingkan petani padi konvensional. Tingkat efisiensi teknis yang dicapai petani sampel bervariasi antara 0,47-0,96 dengan rata-rata 0,70, sehingga ada peluang bagi petani untuk meningkatkan produksinya sekitar 30 % dengan penerapan pengelolaan yang terbaik menggunakan teknologi yang ada. Menurut Pramono, dkk (2005) pendekatan model PTT disamping meningkatkan hasil gabah, juga mampu meningkatkan tingkat keuntungan usahatani berkisar antara 25-58 %. Menurut Azwir dan Ridwan (2009) Varietas padi batang Piaman dengan metode Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) memberikan hasil 6,86 ton GKP/ha, sementara teknologi petani hanya memberikan hasil 4,20 ton GKP/ha atau terjadi peningkatan hasil 63,33 % Menurut Wibawa
(2013) Program Sistem Pertanian Terintegrasi
(SIMANTRI) merupakan upaya terobosan dalam mempercepat adopsi teknologi
Universitas Sumatera Utara
288
pertanian, dimana berdampak positif dan signifikan terhadap pendapatan rumah tangga petani di Desa Kelating Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan. Menurut Azwir dan Ridwan (2009) varietas padi Batang Piaman dengan metode Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) memberikan hasil 6,86 GKP/ha sementara teknologi petani hanya memberikan hasil 4,20 ton/ha, artinya terjadi peningkatan hasil 63,33%. Sejalan dengan itu Ishak, dkk (2013)
melalui
komponen teknologi PTT, usahatani padi sawah ditingkat petani menghasilkan produksi dan pendapatan yang lebih tinggi dibanding dengan usahatani eksisting. Pendapatan petani meningkat 137,29% dari sebelum penerapan komponen teknologi PTT. Berdasarkan hasil temuan ini, dapat dinyatakan bahwa pengaruh teknologi terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada pengembangann wilayah, perlu dilakukan sejalan upaya meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah di kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. 6.10. Temuan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini telah menemukan suatu temuan yaitu pengaruh setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dengan variabel biaya air irigasi, biaya pupuk dan biaya pestisida, secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam
pengembangan wilayah terhadap meningkatkan
pendapatan petani. Setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam (X3) terhadap meningkatkan pendapatan (Y)
secara langsung berpengaruh positif
Universitas Sumatera Utara
289
dengan nilai
4,781, dan melalui kegiatan utama agribisnis (X4) adalah
berpengaruh positif signifikan dengan nilai 5,995 dan hasil variances memiliki nilai diatas 0,5 maka dengan ini hipotesis ketiga diterima Berdasarkan temuan ini maka dapat digambarkan model empiris penelitian yang menggambarkan pengaruh setelah menerapkan kearifan lokal Dalam pengamatan dilihat secara visual, kelompok tani mempunyai : 1. Total biaya variabel setelah menerapkan kearifan lokal yaitu biaya air irigasi, biaya pupuk dan biaya pestisida, lebih rendah dibanding dengan total biaya variabel sebelum menerapkan kearifan lokal yaitu biaya pompanisasi, biaya pupuk dan biaya pestisida 2. Mereka turun bersama-sama dengan bergotong royong memperbaiki saluran irigasi baik saluran primer, skunder dan tertier yang rusak diperbaiki dan yang tersumbat akibat dari menumpuknya sampah dibersihkan sehingga dengan datangnya hujan nanti jalan air bisa lancar kesawah mereka, padahal dengan mereka membersihkan dan perbaiki mana yang rusak air irigasinya sudah jalan tanpa doa turun tanam. Pemkab Serdang Bedagai bisa menghemat dalam mengeluarkan anggaran belanja. 3. Mereka bersama-sama turun kesawah untuk mengolah tanah dan jeramijerami yang ada disawah mereka, dibenamkan dan ditraktor agar lahan sawah mereka subur. Petani bisa menekan biaya pengeluaran pupuk. 4. Dengan rasa kebersamaan, petani turun kesawah bersama-sama secara serentak untuk menanam padi, sambil mengutip keong emas, membersihkan gulma yang ada di sawah serta memburu tikus sawah. Petani bisa menekan biaya pestisida.
Universitas Sumatera Utara
290
5. Rasa solidaritas tinggi, saling tolong menolong, jika ada petani kurang bibit (benih), pupuk atau pestisida petani yang lain bisa mengatasinya dengan meminjamkan terlebih dahulu dan akan diganti oleh yang meminjam, sehingga petani tidak merasa kecewa dan menunggu untuk membelinya. 6. Kompak dan bersatu, karena sudah merasa senasib dan sepenanggungan, waktu berdoa bersama-sama, saling membawa makanan dari rumah masing-masing dan saling tukar makanan serta makan bersama-sama, jadi ketahanan group mereka bersatu jadi kuat, bila ada tantangan datang baik dari dalam maupun dari luar, mereka tetap menghadapinya bersama-sama dengan kompak. 7. Mempunyai jaringan kerja (net work), petani sudah membuat jaringan kerja, dimana mereka yang mempunyai informasi untuk tanaman padi sawah yang didapat dari dinas pertanian, penyuluh, peneliti ataupun dari petani yang maju baik secara langsung maupun dari internet, mereka sebar luaskan informasi tersebut jika menguntungkan untuk usahatani mereka. 6.11. Kontribusi Keilmuan
Perkembangan lima tahun penggunaan tata ruang untuk total luas lahan padi sawah yang beririgasi dimulai tahun 2008 sampai dengan 2012. Penggunaan total luas lahan padi sawah yang beririgasi pada tahun 2008 dan 2009 masih tetap tidak berkurang, pada tahun 2010, 2011 dan 2012 terjadi konversi lahan dan pengurangan luas lahan padi sawah yang beririgasi sehingga total luas lahan padi sawah yang beririgasi makin lama makin berkurang, jika
Universitas Sumatera Utara
291
berkurangnya luas lahan padi sawah yang beririgasi maka produksi padi sawah juga berkurang sehingga pendapatan petani padi sawah juga berkurang, untuk mengatasi jangan berkurangnya pendapatan petani padi sawah. Dalam hal ini peneliti membuat penelitian dengan judul Agribisnis Padi Sawah Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Petani Pada Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Hasilnya dari keseluruhan variabel bebas yaitu umur, pendidikan, lama berusahatani, lama berorganisasi P3A, jumlah tanggungan dan total luas lahan secara serempak memberikan pengaruh yang sangat signifikan. Secara parsial menunjukkan bahwa variabel total luas lahan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan. Terdapat komparasi pendapatan yang signifikan, dimana pendapatan setelah
kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam lebih tinggi dari pada
sebelum kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam. Pengaruh setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam secara langsung terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai positif siginifikan sebesar 4,781. Dan melalui kegiatan utama agribisnis terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai positif signifikan sebesar 5,995. Pengaruh kegiatan utama agribisnis terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernillai positif signifikan sebesar 1,214. Pengaruh kegiatan penunjang agribisnis
secara langsung terhadap
meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai positif tidak signifikan
Universitas Sumatera Utara
292
sebesar 0,480. Dan melalui kegiatan utama agribisnis terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernillai positif signifikan sebesar 1,694. Pengaruh sumber daya alam secara langsung terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai positif tidak signifikan sebesar 0,330. Dan melalui kegiatan utama agribisnis terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernillai positif signifikan sebesar 1,544. Pengaruh sumber daya manusia secara langsung terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai negatif tidak signifikan sebesar -0,194. Dan melalui kegiatan utama agribisnis terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernillai positif signifikan sebesar 1,020. Pengaruh teknologi secara langsung terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai positif signifikan sebesar 3,753. Dan melalui kegiatan utama agribisnis terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernillai positif signifikan sebesar 4,967. Sesuai hasil penelitian, kelihatan produksi padi sawah meningkat dan pendapatannya juga meningkat hal ini merupakan kontribusi pada pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai, karena pendapatan mereka signifikan hal ini mempengaruhi menaikkan pendapatan asli daerah (PAD) sehingga pertumbuhan ekonomi naik pada pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai.
Universitas Sumatera Utara
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan tentang agribisnis padi sawah dalam upaya meningkatkan pendapatan petani pada pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, melihat pengaruhnya baik secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis terhadap meningkatkan pendapatan
petani padi sawah, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut : 1. Dari keseluruhan variabel bebas karakteristik sosial ekonomi yaitu umur, pendidikan,
lama
berusahatani,
lama
berorganisasi
P3A,
jumlah
tanggungan dan total luas lahan secara serempak memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap meningkatkan pendapatan petani. Secara parsial variabel luas lahan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan, sedangkan variabel umur, pendidikan, lama berusahatani, lama
berorganisasi
P3A,
dan
jumlah
tanggungan
menunjukkan
berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan. 2. Secara signifikan pendapatan petani yang melakukan kearifan lokal ritual doa turun tanam lebih tinggi dari pada
petani yang tidak melakukan
kearifan lokal ritual doa turun tanam. 3. Kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam yaitu iuran irigasi, biaya pupuk dan biaya pestisida secara langsung maupun melalui kegiatan utama
293 Universitas Sumatera Utara
294
agribisnis berpengaruh signifikan terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. 4. Kegiatan utama agribisnis yaitu biaya produksi, luas panen dan harga gabah berpengaruh signifikan terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. 5. Kegiatan penunjang agribisnis yaitu bantuan input pertanian, penyaluran kredit, kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk secara langsung tidak berpengaruh signifikan terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Dan melalui kegiatan utama agribisnis berpengaruh signifikan terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. 6. Sumber daya alam yaitu tinggi volume air/Ha, luas lahan yang beririgasi, panjang jalan usahatani secara langsung tidak berpengaruh signifikan terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Dan melalui kegiatan utama agribisnis berpengaruh signifikan terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. 7. Sumber daya manusia yaitu curahan tenaga kerja, penyuluhan/pelatihan, produktivitas tenaga kerja secara langsung tidak berpengaruh signifikan terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Dan melalui kegiatan utama agribisnis berpengaruh signifikan terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. 8. Teknologi yaitu penerapan komponen teknologi dasar dan penerapan komponen teknologi pilihan secara langsung maupun melalui kegiatan utama
agribisnis
berpengaruh
signifikan
terhadap
meningkatkan
pendapatan petani padi sawah.
Universitas Sumatera Utara
295
7.2. Saran-Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, selanjutnya
baik untuk
kepentingan praktis maupun kepentingan akademis, maka disampaikan saransaran sebagai berikut : 1. Kepada petani agar dapat meningkatkan luas lahan, dikarenakan semakin luas suatu lahan maka semakin tinggi produksi, dan semakin tinggi produksi semakin tinggi pendapatan. Kepada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai pada daerah persawahan yang belum ada saluran air irigasinya agar dibuat dan yang rusak agar cepat diperbaiki jangan ditunggu sampai semua rusak supaya petani padi sawah dapat meningkatkan produksi dan produktivitas yang tinggi dan pendapatan mereka juga tinggi. 2. Kepada petani jangan mengandalkan pada kegiatan doa turun tanam minta hujan, bagi umat Islam ada shalat minta hujan yaitu shalat istighosah jika didaerah tersebut tidak hujan dan kering kerontang maka panggil ustad dan shalat berjamaah di lapangan dan berdoa, Insya Allah hujan pasti turun, dan jika nanti panen harus dikeluarkan zakat pertanian. Zakat pertanian dikeluarkan untuk menghindari dari serangan hama penyakit dan meningkatkan kesuburan tanah, hal ini menunjukkan bahwa tanda kita bersyukur diberi Allah SWT rezeki yang berlimpah. Pelaksanaan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam memerlukan banyak biaya yang dikeluarkan dan biaya tersebut bisa dimanfaatkan untuk mengelola usahatani mereka.
Universitas Sumatera Utara
296
3. Kepada petani padi sawah maupun pengurus P3A harus merawat saluran air irigasi bersama-sama secara bergotong royong dan kepada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai selalu merawat saluran irigasi baik saluran primer, skunder dan tertier agar jangan cepat rusak terutama bendungan air irigasi, hal ini bisa terhambat jalannya air irigasi. 4. Disarankan agar kegiatan utama agribisnis dalam usahatani padi sawah dilakukan 2 kali musim tanam dengan memperkecil biaya produksi yang terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya sewa lahan dan biaya sarana produksi. Kepada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai hendaknya mengatur harga gabah agar produsen dan konsumen tidak dirugikan dengan menetapkan harga yang terjangkau sesuai dengan tingkat pendapatan masyarakat.
Untuk
meningkatkan
kesejahteraan
petani
sebaiknya
dilakukan melalui mekanisme kebijakan yang dapat langsung dinikmati petani dan keluarganya tanpa mengintervensi mekanisme pasar. 5. Kepada petani diharapkan memperhatikan kualitas bantuan yang diberikan Pemerintah dan mempergunakannya sesuai dengan di butuhkan. Kepada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai jika memberi bantuan input pertanian diperhatikan masa kedaluwarsanya sebab dilapangan terdapat petani padi sawah dapat bantuan bibit sudah kedaluwarsa, contohnya bibit bantuan tersebut ditanam sampai umur panen ternyata gabahnya kosong begitu juga pupuk yang diterimanya dari bantuan tidak sesuai pupuk dari anjuran penyuluh. Kemudian penyaluran kredit dan bantuan pupuk bersubsidi, diberikan sesuai dengan luas lahan yang dimilikinya.
Universitas Sumatera Utara
297
6. Kepada petani agar tidak terlalu boros dalam penggunaan air. Kepada Pemerintah Kabupaten dan pengurus organisasi P3A agar memahami pentingnya air, sehingga tinggi volume air/Ha di lahan sawah mereka dapat terjaga dan jangan coba-coba saluran air irigasi ditutup oleh petani sehingga petani yang lain tidak kebahagian air. Lahan yang beririgasi dipertahankan untuk sawah jangan terjadi konversi lahan, atau dijual sehingga lahan tersebut dibuat perumahan atau swalayan dan pertokoan, lahan yang beririgasi Pemerintah Kabupaten harus membuat perdanya agar terlindungi dari konversi lahan sebab biaya irigasi cukup mahal untuk dibuat jika air irigasinya tidak dimanfaatkan untuk mengairi persawahan. Jalan usahatani harus dibuat untuk melancarkan transportasi membawa hasil panen, bagi petani yang luas sawahnya jalan usahatani harus dibuat, diminta kesadaran petani yang bersangkutan merelakan lahannya untuk dibuat jalan usahatani, dan nilai jual lahan mereka pasti naik. 7. Kepada Petani perlu mencari informasi pertanian yang lebih maju agar dapat meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Dan kepada pemerintah memberikan setiap informasi pertanian yang dibutuhkan petani agar petani memperoleh pendapatan yang tinggi. 8. Kepada petani agar dapat meningkatkan pengetahuan akan teknologi dalam pengembangan wilayah baik secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Pemerintah dan para peneliti pertanian selalu mencari terobosan baru dalam teknologi untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan pendapatan.
Universitas Sumatera Utara