BAB III KAJIAN UMUM WILAYAH STUDI
Pembahasan materi pada bab ini adalah mengenai analisis kebutuhan parkir pemadu moda di Stasiun Cicalengka, dimana sub bab pembahasan dalam melakukan kajian terbagi menjadi dua sub bab pembahasan yaitu kajaian wilayah studi dan substansi, kajian wilayah studi berisi materi mengenai kebijakan rencana stuktur ruang, kebijakan rencana pola ruang, kebijakan sistem prasarana transportasi, dan gambaran umum wilayah. Sedangkan kajian substansi sendiri berisi tentang karakteristik stasiun kereta api dan parkir di Stasiun cicalengka. 3.1
Kebijakan Transportasi Metropolitan Bandung Pengembangan Infrastruktur Transportasi Jenis infrastruktur wilayah yang dikembangkan di Metropolitan Bandung
dilakukan berdasarkan kriteria pengembangan infrastruktur wilayah yang mengacu pada fungsi dan peranan infrastruktur wilayah dalam pembangunan suatu wilayah yaitu: a.
Pengarah Pembentukan Struktur Ruang Wilayah Penentuan jenis infrastruktur yang dikembangkan di Metropolitan Bandung, infrastruktur wilayah harus berfungsi sebagai pengarah pembentukan struktur ruang wilayah yaitu: Infrastruktur yang dikembangkan harus sesuai dengan fungsi dan peranan kota Infrastruktur yang dikembangkan adalah infrastruktur yang dapat mengarahkan
pembangunan
pada wilayah-wilayah
yang didorong
perkembangannya. Berdasarkan kriteria pengembangan infrastruktur wilayah tersebut maka dapat diidentifikasi bahwa infrastruktur wilayah yang dikembangkan di Metropolitan Bandung aantara lain adalah : Infrastruktur yang sesuai dengan fungsi Kota Bandung dan Kota Cimahi sebagai zona inti Metropolitan Bandung yang mempunyai skala pelayanan nasional.
71
72
Infrastruktur wilayah yang membentuk struktur ruang wilayah Jawa Barat yang
terintegrasi
(infrastruktur
wilayah
yang
menghubungkan
Metropolitan Bandung dengan kota-kota lain terutama di Jawa Barat). Infrastruktur wilayah yang membentuk struktur ruang wilayah internal Metropolitan Bandung yang terintegrasi (infrastruktur wilayah yang menghubungkan zona inti dengan zona-zona lainnya). b.
Pemenuhan Kebutuhan Wilayah Penentuan jenis infrastruktur yang dikembangkan di Metropolitan Bandung adalah infrastruktur wilayah yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan wilayah : Infrastruktur yang dikembangkan adalah infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan sektor produksi (perekonomian) unggulan. Infrastruktur yang dikembangkan adalah untuk memenuhi kebutuhan penduduk (domestik). Berdasarkan kriteria pengembangan infrastruktur wilayah tersebut maka dapat diidentifikasi bahwa infrastruktur wilayah yang dikembangkan di Metropolitan Bandung antara lain adalah : Infrastruktur wilayah yang mendukung pengembangan sektor produksi (perekonomian) unggulan di Metropolitan Bandung yaitu sektor jasa, pariwisata,
industri
dan
perdagangan,
agribisnis,
perikanan
dan
pendidikan. Infrastruktur wilayah yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk (domestik). c.
Pemacu Pertumbuhan Wilayah Penentuan jenis infrastruktur yang dikembangkan di Metropolitan Bandung adalah infrastruktur wilayah yang berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan wilayah : Infrastruktur yang dikembangkan adalah infrastruktur yang mendukung terwujud pusat pertumbuhan sebagai pusat koleksi dan distribusi bagi wilayah hinterlandnya.
73
Infrastruktur yang dikembangkan adalah infrastruktur yang dapat mengarahkan pembangunan pada wilayah-wilayah hinterlandnya yang didorong pengembangannya. d.
Alat Interaksi antar dan Intra wilayah Penentuan jenis infrastruktur yang dikembangkan di Metropolitan Bandung adalah infrastruktur wilayah yang berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan wilayah, yaitu : Infrastruktur yang dikembangkan harus menjadi alat untuk menjaga keutuhan wilayah Metropolitan Bandung dan Jawa barat Infrastruktur yang dikembangkan harus menjadi alat yang dapat mengatasi konflik antar zona dan dapat dikelola secara terpadu
Konsep pengembangan sistem transportasi akan dilakukan melalui peningkatan jaringan jalan, moda transportasi dan manajemen lalu lintas. a.
Peningkatan Jaringan Jalan Peningkatan jaringan jalan dilakukan dalam rangka meningkatkan kapasitas ruas jalan maupun meningkatkan daya dukung struktur dari jalan (ESAL). Hal tersebut dilakukan baik pada jaringan jalan yang berpola radial maupun ring road. Pengembangan jaringan jalan diarahkan untuk menghubungkan zona inti dengan zona sub pusat wilayah 1 (radial) dan menghubungkan antar zona sub pusat wilayah 1 (ring). Untuk jalan radial dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu utaraselatan dan barat-timur yang berfungsi sebagai jalan arteri (tol dan non tol) sedangkan jaringan jalan lingkar (ring road) akan berfungsi sebagai jalan kolektor. Adapun ruas-ruas yang dimaksud seperti terlihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.1 Peningkatan Jaringan Jalan No I 1 2 3 4 II 1
Ruas Jalan Barat – Timur Toll Padalarang-Cileunyi Padalarang-Cibeureum-Soekarno-HattaCibiru Padalarang-Cibeureum-SudirmanCicaheum Pasteur-Pasupati-Cicaheum-Cileunyi Utara - Selatan Lembang-Setiabudhi
Fungsi Eksisting Menjadi arteri arteri
arteri arteri
arteri
arteri
arteri
arteri
kolektor
arteri
Layanan Moda
Bis besar
Bis/mikro bis
74
No 2 3 4
Ruas Jalan Rencana Toll Bandung-Lembang Padalarang-Cikalong Wetan Cikalong Wetan-Cipeundeuy
Fungsi Eksisting Menjadi arteri arteri arteri lokal kolektor
5 6 7 8 9 10 11 12 III 1
Rencana toll Soreang-Kopo Ciwidey-Soreang-Kopo-Pasirkaliki Pangalengan-Banjaran-M. Toha Banjaran-Baleendah-Buahbatu Majalaya-Sapan-Gedebage Rancaekek-Cileunyi Tanjungsari-Cileunyi Rencana toll Cisumdawu Jalan Lingkar (Ring Road) Padalarang-Sp Cisarua-Cisarua-Lembang
kolektor kolektor Kolektor/kota lokal aretri arteri -
arteri kolektor kolektor kolektor kolektor arteri arteri arteri
lokal
kolektor
2
Lembang-Maribaya-Patrol-CilengkrangJatinangor Jatinangor-Sayang-Rancaekek Rancaekek-Majalaya
lokal
kolektor
lokal lokal
kolektor kolektor
3 4 5 6
Majalaya-Arjasari-Banjaran lokal Banjaran-Soreang-Cipatik-Batujajarkolektor Padalarang Sumber: Rencana Struktur Tata Ruang Metropolitan Bandung 2025
kolektor keloktor
Layanan Moda Bis/mikro bis Mikro bis/paratransit Bis/mikro bis Bis/mikro bis Bis/mikro bis Mikro bis Mikro bis Mikro bis Mikro bis/ paratransit Mikro bis/ praratransit Paratransit Mikro bis/ paratransit Paratransit Mikro bis/ paratransit
Gambar 3.1 Konsep Pengembangan Sistem Transportasi (Ring road) di Metropolitan Bandung
Sumber: Rencana Struktur Tata Ruang Metropolitan Bandung 2025
75
b. Refungsionalisasi dan Peningkatan Jalur Kereta Api Untuk mendukung kelancaran jaringan transportasi darat diperlukan adanya suatu tempat yang tepat untuk melaksanakan pertukaran moda yaitu dengan adanya suatu terminal tipe A yang dapat diakses dengan mudah dari berbagai tempat. Dengan pertimbangan tersebut diusulkan untuk dikembangkan terminal terpadu di Gedebage yang akan menggantikan fungsi dari terminal Leuwipanjang dan Cicaheum. Selain prasarana transportasi darat yang harus ditingkatkan juga prasarana transportasi udara seperti Bandara Husein Sastranegara akan dioptimalkan fungsinya sebagai City Airport. Tabel 3.2 Refungsionalisasi dan Peningkatan Jalur Kereta Api No.
Ruas Jalan
Prasarana Eksisting Menjadi
Layanan Moda
I 1
Barat – Timur Peningkatan jalur Padalarang- Single track Double track Cicalengka 2 Refungsionalisasi Jalur Bandung- Single track Single track Tanjungsari II Utara - Selatan 1 Refungsionalisasi jalur Bandung- Single track Single track Soreang Sumber: Rencana Struktur Tata Ruang Metropolitan Bandung 2025
Gambar 3.2 Konsep Pengembangan Sistem Transportasi (Radial Road) di Metropolitan Bandung
Sumber: Rencana Struktur Tata Ruang Metropolitan Bandung 2025
KRL
KRL
76
3.2
Kebijakan Rencana Struktur Ruang
3.2.1 Sistem Kota-Kota Struktur tata ruang Kabupaten Bandung dibentuk oleh: a. Sistem kota-kota, yang terdiri dari kota-kota/simpul-simpul dengan fungsinya masing-masing dalam lingkup pengembangan wilayah. b. Jaringan prasarana utama wilayah yang mengaitkan secara fungsional dan spasial antar kota-kota yang akan dikembangkan. Beberapa prinsip dasar pertimbangan dalam pengembangan sistem kotakota/pusat permukiman di wilayah Kabupaten Bandung adalah: a. Membatasi limpahan perkembangan perkotaan dari Kota Bandung untuk tidak meluas secara ekspansif dan tidak beraturan ke arah Kabupaten Bandung b. Mengembangkan
sistem transportasi
yang mendukung struktur
yang
direncanakan dan meningkatkan aksesibilitas antar sub pusat wilayah untuk mengurangi ketergantungan kepada Kota Bandung c. Menjaga keberadaan kawasan lindung d. Mengintegrasikan fungsi dan sistem kota-kota / pusat permukiman e. Mengantisipasi perkembangan kegiatan di masa mendatang Secara konseptual struktur tata ruang Kabupaten Bandung merupakan pola polisentrik (polisentrik Urban Region), dengan dua pusat utama. Sistem kota yang akan dikembangkan di Kabupaten Bandung dilakukan berdasarkan pertimbangan: a. Hirarki sistem kota yang dianalisis berdasarkan Indeks Sentralitas dan tingkat aksesilbilitas dari setiap kecamatan di Kabupaten Bandung. b. Memiliki perkembangan kegiatan fungsional perkotaan dan kawasan terbangun yang pesat serta dapat menarik minat investasi. c. Berfungsi sebagai pusat pelayanan jasa dan produksi yang didukung oleh tingkat ketersediaan prasarana dan sarana lingkungan permukiman yang memadai serta memberikan manfaat : meningkatkan ketersediaan untuk pengembangan wilayahnya, meningkatkan perkembangan lintas sektor, terutama sektor ekonomi, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. d. Daya dukung lahan terkait dengan sebaran kawasan lindung dan kawasan rawan bencana di sekitar pusat-pusat pemukiman yang ada.
77
e. Sebaran penduduk perkotaan dan desa-desa yang mempunyai sifat perkotaan (desa urban). f. Memiliiki akses yang berorientasi pada skala pelayanan regional dan lokal. g. Arahan kebijakan yang telah ada. Berdasarkan pertimbangan tersebut, kemudian ditentukan hirarki dari masingmasing kota di wilayah Kabupaten Bandung seperti dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan Gambar 3.3. Tabel 3.3 Sistem Kota di Kabupaten Bandung Hirarki I Kota Bandung
Hirarki IIa Soreang – Kutawaringin Katapang
Hirarki IIb
Hirarki IV Rancabali.
Majalaya
Ciparay
Cimaung, Arjasari, Pameungpeuk. Kutawaringin Kertasari, Pacet, Ibun, Solokanjeruk. Paseh.
Baleendah
Dayeuhkolot Bojongsoang
Jatinangor Cimanggung Nagreg, Cikancung
Banjaran
CileunyiRancaekek Cicalengka
Hirarki III CiwideyPasirjambu Pangalengan, Cangkuang,
Cimenyan, Cilengkrang, Margahayu, Margaasih. Sumber : RTRW Kab. Bandung 2007-2027
Sistem kota-kota tersebut, didukung oleh jaringan jalan yang membentuk pola ring-radial. Pola ring akan menghubungkan pusat-pusat kota hirarki II a dan II b, yaitu : dari timur melalui Cileunyi, Rancaekek, Majalaya, Banjaran dan Soreang. Peningkatan akses wilayah selatan bagian barat; Soreang-Ciwidey dan BanjaranPangalengan dan untuk melayani pergerakan dan peningkatan akses wilayah selatan, selatan-timur, serta Cileunyi-Cicalengka di bagian timur memanfaatkan jaringan jalan yang telah berkembang saat ini.
78
Gambar 3.3 Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kab. Bandung
79
Kecamatan-kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Bandung diarahkan sebagai wilayah yang berfungsi hirarkhi III 0, yang berorientasi pada fungsi Kota Bandung sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah Kecamatan Margahayu, Margaasih, Cilengkrang dan Kecamatan Cimenyan. Wilayah-wilayah tersebut dalam perkembangannya sangat terpengaruh oleh perkembangan Kota Bandung, sehingga dapat dijadikan sebagai buffer zone/wilayah penyangga bagi wilayah pengembangan lainnya di Kabupaten Bandung. 3.2.2 Pembagian Wilayah Pengembangan Pengembangan wilayah Kabupaten Bandung tidak hanya diarahkan pada kawasan perkotaan melainkan mencakup pula kawasan bukan perkotaan. Sistem kota-kota merupakan arahan untuk menetapkan sistem perwilayahan dengan hirarki pusat-pusat pelayanan jasa dan produksi sesuai dengan fungsi, kecenderungan perkembangan dan orientasi perkembangannya. Sistem kota-kota dilakukan melalui pengembangan pusat-pusat permukiman sebagai pusat pelayanan jasa ekonomi, jasa pemerintahan dan jasa sosial lainnya, bagi kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan, maupun dalam hubungan interaksi antar pusat-pusat permukiman dengan wilayah-wilayah yang dilayaninya secara hirarkis. Dengan demikian, pusat-pusat permukiman sebagaimana dimaksud diatas meliputi pusat-pusat permukiman perkotaan dan perdesaan. Berdasarkan penentuan sistem kota di atas, homogenitas kawasan, serta interaksi antar wilayah, maka sistem kota disusun dalam satuan wilayah pengembangan. Wilayah Pengembangan (WP) di Kabupaten Bandung meliputi: 1. WP Soreang-Kutawaringin-Katapang dengan pusat Kota Soreang, meliputi Kecamatan
Soreang, Katapang,
Kutawaringin,
Ciwidey,
Pasirjambu,
Rancabali. 2. WP Banjaran dengan pusat Kota Banjaran, meliputi Kecamatan Banjaran, Pameungpeuk, Cangkuang, Arjasari, Cimaung, Pangalengan. 3. WP Baleendah dengan pusat Kota Baleendah, meliputi Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, Bojongsoang. 4. WP Majalaya dengan pusat Kota Majalaya, meliputi Kecamatan Majalaya, Ciparay, Solokanjeruk, Pacet, Kertasari, Paseh, dan Ibun.
80
5. WP Cileunyi-Rancaekek dengan pusat kota Cileunyi meliputi Kecamatan Cileunyi, dan Rancaekek 6. WP Cicalengka dengan pusat kota Cicalengka meliputi Kecamatan Cicalengka, Nagreg, dan Cikancung. 7. WP yang ketersediaan fasilitas pelayanan wilayahnya merupakan bagian dari PKN
Kota
Bandung
meliputi
Kecamatan
Margahayu,
Margaasih,
Cilengkrang dan Cimenyan, Untuk mewujudkan struktur ruang dan arah pengembangan di tiap kota maupun tiap wilayah pengembangan maka perlu adanya fungsi pengembangan yang harus ditetapkan agar ada ketegasan dalam kebijaksanaan pengembangan di masa mendatang. Penetapan fungsi didasarkan pada pertimbangan: a. Hiraki kota/kawasan perkotaan b. Jangkauan pelayanan perkotaan tersebut terhadap wilayah belakangnya c. Basis ekonomi kota/kawasan perkotaan dalam wilayah yang lebih luas d. Kedudukan perkotaan tersebut dalam skala regional. Berdasarkan pertimbangan di atas, fungsi kota di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada Tabel 3.4. Untuk wilayah industri sarana pelayanan kesehatan dilengkapi dengan pelayanan kesehatan kerja. Health Village Centre dikembangkan di kawasan pedesaan Untuk wilayah pariwisata sarana pelayanan kesehatan dilengkapi dengan UGD dan Kesehatan Matra dengan pelayanan 24 jam.
81
Tabel 3.4 Arahan Fungsi Kawasan Pusat – Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Bandung No 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Wilayah Pengembangan
Pusat Pertumbuhan
WP Soreang – Kutawaringin Katapang
Soreang
WP Banjaran
WP Baleendah
WP Majalaya
WP CileunyiRancaekek
WP Cicalengka
Banjaran
Baleendah
Majalaya
Cileunyi
Cicalengka
Fungsi Utama Kawasan
Pemerintahan Jasa Perdagangan Permukiman Pertanian Pariwisata Industri non polutif (Kec. Katapang)
Industri Jasa dan Perdagangan Permukiman Pertanian Pariwisata Konservasi
Jasa dan Perdagangan Pertanian Industri non polutif Permukiman Pendidikan
Industri Permukiman Pertanian Jasa dan Perdagangan
Permukiman Jasa dan Perdagangan Industri Pertanian Konservasi
Industri Jasa Perdagangan Pertanian Permukiman
Fasilitas Pelayanan Minimal
Sarana Pemerintahan Pendidikan : SD, SLTP, SMU, PT/Akademi Kesehatan : RSD, pengembangan program pelayanan kesehatan prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Terminal Type B Peribadatan Perekonomian : pasar, perdagangan, grosir Fasilitas rekreasi dan olahraga Akomodasi : Hotel Pendidikan : SD, SLTP, SMU, PT/Akademi Kesehatan : Peningkatan sarana dan fasilitas DTP Banjaran dan Pangalengan pengembangan program pelayanan kesehatan prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Terminal Type B Peribadatan Perekonomian : pasar, perdagangan, grosir Fasilitas rekreasi dan olahraga Akomodasi : Hotel Pendidikan : SD, SLTP, SMU, PT/Akademi Kesehatan : Puskesmas Perkotaan dan kesehatan matra pengembangan program pelayanan kesehatan prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Terminal Type C Peribadatan Perekonomian : pasar, perdagangan, grosir Fasilitas rekreasi dan olahraga Akomodasi : Hotel Pendidikan : SD, SLTP, SMU, PT/Akademi Kesehatan : RSUD, Puskesmas Majalaya, dengan kesehatan Matra dan pengembangan program pelayanan kesehatan prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Terminal Type B Peribadatan Perekonomian : pasar, perdagangan, grosir Fasilitas rekreasi dan olahraga Akomodasi : Hotel/penginapan lainnya Pendidikan : SD, SLTP, SMU, PT/Akademi Kesehatan : Peningkatan fasilitas, dan sarana pada DTP, dan pengembangan Puskesmas perkotaan pengembangan program pelayanan kesehatan prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Terminal Type C Peribadatan Perekonomian : pasar, perdagangan, grosir Fasilitas rekreasi dan olahraga Akomodasi : Hotel/penginapan lainnya Pendidikan : SD, SLTP, SMU, PT/Akademi Kesehatan : RSD, dan Puskesmas UGD dan pengembangan program pelayanan kesehatan prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
82
Wilayah Pengembangan
No
7.
WP yang merupakan bagian dari PKN Kota Bandung
Fungsi Utama Kawasan
Pusat Pertumbuhan
Margahayu Margaasih
Cilengkrang Cimenyan
Fasilitas Pelayanan Minimal
Terminal Type C Peribadatan Perekonomian : pasar, perdagangan, grosir Fasilitas rekreasi dan olahraga Akomodasi : Hotel/penginapan lainnya Industri Pendidikan : SD, SLTP, SMU, Permukiman Kesehatan : Puskesmas DTP di Margaasih, Jasa Perdagangan RSIA di Bihbul dan pembangunan Puskesmas Bihbul pengganti dan pengembangan program pelayanan kesehatan prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Peribadatan Konservasi Pendidikan : SD, SLTP, SMU, Permukiman Kesehatan : Puskesmas Lahan Pertanian Peribadatan Pariwisata Akomodasi dan pendukungnya Perdagangan dan Jasa
Sumber : RTRW Kab. Bandung 2007-2027
3.3
Kebijakan Rencana Pola Ruang Pola pemanfaatan ruang yang akan dikembangkan di Kabupaten Bandung
dirumuskan berdasarkan pertimbangan: Arahan pola pemanfaatan ruang berdasarkan rencana tata ruang wilayah Provinsi Jawa Barat dan Metropolitan Bandung. Analisis daya dukung pengembangan wilayah, terutama daya dukung lahan untuk berbagai kegiatan budidaya dan sumberdaya air. Penetapan status hutan berdasarkan SK Menteri Kehutanan. Penggunaan lahan eksisting (berdasarkan Citra SPOT 2004). Konsep struktur tata ruang yang akan diterapkan. Pengalokasian peruntukan lahan sesuai kebutuhan luas dan kesesuaiannya. Didasarkan pada pertimbangan di atas, rencana pola pemanfaatan ruang Kabupaten Bandung meliputi alokasi pemanfaatan ruang: 1. Kawasan Lindung, yang terdiri dari kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya (hutan lindung, kawasan resapan air), kawasan perlindungan setempat (sempadan sungai, kawasan sekitar danau dan mata air), kawasan suaka alam, dan kawasan rawan bencana. 2. Kawasan Budidaya, yang terdiri dari kawasan permukiman/perkotaan, kawasan pertanian (lahan basah, lahan kering dengan tanaman tahunan, dan lahan kering dengan tanaman semusim), serta kawasan hutan produksi (tanaman tahunan).
83
Gambar 3.4 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kab. Bandung
84
3.4
Kebijakan Sistem Prasarana Transportasi Kab. Bandung Rencana
sistem
prasarana
transportasi
dirumuskan
dalam
rangka
pengembangan sistem prasarana transportasi untuk meningkatkan pelayanan jaringan transportasi wilayah. Rencana sistem prasarana transportasi meliputi : Penentuan fungsi jalan, rencana pembangunan jalan, rencana pengembangan terminal, dan rencana pengembangan sistem angkutan umum. Jaringan jalan di Kabupaten Bandung memiliki pola berbentuk radial, yang memusat kearah Kota Bandung. Jaringan-jaringan jalan utama merupakan garis lurus yang ditarik dari arah pusat Kota Bandung. Bentuk tersebut menunjukkan bahwa orientasi perkembangan wilayah adalah ke Kota Bandung. Fungsi jaringan jalan tersebut selain sebagai jalan internal wilayah Kabupaten Bandung, juga mempunyai fungsi regional sebagai penghubung wilayah kabupaten dengan Kota Bandung. Keadaan ini mengakibatkan jaringan jalan utama berstatus Jalan Propinsi dan Jalan Kabupaten. Selain
jaringan
jalan
regional,
terdapat
juga
jaringan
jalan
yang
menghubungkan kota - kota kecamatan di Wilayah Kabupaten Bandung. Jaringan jalan tersebut sebagian berstatus jalan kabupaten. Jaringan jalan penghubung kotakota kecamatan tersebut berpola melingkar dan berorientasi pada jalur regional. Dengan demikian, dari pola jaringan jalan yang sudah ada tampak hubungan antara kota-kota
kecamatan
dengan
ibukota
Kabupaten
Bandung
sebagai
pusat
pertumbuhan wilayah kabupaten masih lemah. Hal ini juga diakibatkan oleh kondisi geografis wilayah yang dipisahkan oleh wilayah Kota Bandung, akibatnya interaksi antar wilayah timur – barat dan utara – selatan, harus melalui wilayah Kota Bandung. Hubungan pusat wilayah kecamatan sudah relatif baik, dengan dibangunnya jaringan jalan kabupaten yang memotong jaringan jalan radial diatas. Interaksi yang masih kurang adalah hubungan antar kota kecamatan yang berlokasi jauh di bagian selatan (misalnya Kecamatan Kertasari, Pangalengan dan Ciwidey) dan wilayah bagian timur laut (misalnya Kecamatan Cilengkrang). Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bandung dan SK Bupati Bandung, panjang jaringan jalan di Kabupaten Bandung menurut status jalannya adalah untuk jalan negara sepanjang
29,94 Km, jalan propinsi sepanjang 178,21 km, jalan kabupaten
sepanjang 813,88 km dan jalan desa sepanjang 4.566,69 km, sehingga panjang jalan keseluruhan di Kabupaten Bandung adalah 5.588,72 Km.
85
Rencana sistem prasarana transportasi untuk Kabupaten Bandung akan diarahkan untuk menunjang struktur ruang yang akan dibentuk. Dalam konteks transportasi sebagai alat pemenuh kebutuhan wilayah, maka demand pergerakan eksisting yang mengarah ke Bandung dan Cimahi sebagai kota inti perlu ditanggulangi dengan segera. Konsep transportasi yang sesuai untuk menanggulangi permasalahan tersebut adalah dengan menyediakan sarana transportasi massal antar wilayah. Moda yang paling sesuai untuk itu adalah kereta api, oleh karena itu arahan transportasi Kabupaten Bandung adalah transportasi kereta api atau ligth rail transportasi (monorel). Rencana pengembangan jaringan jalan meliputi peningkatan jalan dan pembangunan jalan baru berdasarkan starus dan fungsi jalan. 1. Peningkatan Jalan Arteri Primer (Jalan Negara) dengan kelengkapan fasilitas jalannya: Cileunyi-Tasik Cileunyi-Sumedang 2. Peningkatan Jalan Kolektor Primer 1 (Jalan Propinsi) dengan kelengkapan fasilitas jalannya: Moh. Toha-Dayeuhkolot Dayeuhkolot-Baleendah Baleendah-Pameungpeuk Baleendah-Banjaran Banjaran-Cimaung Cimaung-Pangalengan Buahbatu-Bojongsoang Bojongsoang-Baleendah Pasirjambu-Ciwidey Ciwidey-Rancabali
Baleendah-Ciparay Ciparay-Majalaya Majalaya-Cijapati Nagreg-Lebakjero Soreang-Cihampelas Kopo-Katapang Katapang-Soreang Soreang-Pasirjambu Rancabali-Cidaun Bojongsoang-Dayeuhkolot
3. Peningkatan Jalan Kolektor Primer 2 (Jalan Kabupaten) dengan kelengkapan fasilitas jalannya: Soreang-Cangkuang Cangkuang-Banjaran Pangalengan-Pintu-Talun-Santosa Andir-Rancamanyar Rancamanyar-Katapang Rancamanyar-Sayuran Sayuran-Cibaduyut Asem-Sukasari Sukasari-Rancamanyar
Cangkuang-Palasari Majalaya-Ibun Gambung-Palayangan Palayangan-Pintu Rancabali-Cisabuk (Bts. Cianjur) Banjaran-Arjasari Arjasari-Pinggirsari Pinggirsari-Garduh Cicalengka-Sawahbera
86
Sayati-Cangkuang Tugu-Kulalet-Munjul Ciparay-Sapan Sapan-Tegalluar Tanjunglaya-Bojongemas Bojongemas-Tegalluar Sp.Solokanjeruk-Rancaekek Lingkar Majalaya Ciparay-Pacet
Ciwidey-Datarpuspa Tegalluar-Solokanjeruk Peundeuy-Bj.Salam Bj.Salam-Tj.Laya Majalaya-Bojong Bojong-Rancaekek Pacet-Kertasari Kertasari-Santosa Santosa-Cibatarua (Bts.Garut)
4. Peningkatan Jalan Lokal Primer 1 (Jalan Kabupaten ) dengan kelengkapan fasilitas jalannya: Mengger-Sukapura Sukapura-Cipagalo Cangkring-Arjasari Biru-Neglasari Andir-Mandalasari-Mekarjaya Ibun-Dukuh Cibodas-Rancabolang Cikalong-Pataruman Banjaran-Sindangpanon Kamasan-Tarajusari Kopo-Jatisari Kawah Putih-Rancabolang Panyadap-Bojong Ciluluk-Cicalengka Cijagra-Los Logawa-CipeujeuhCipaku Sukamanah-Cipaku Cipaku-Loa-Patrol-Walahir Cicalengka-Sindangwangi Citere-Kertamanah-Sukamenak Kaler
Tonjong-Rancakole-Ciketut Maruyung-Cibulakan-Babakan Neglasari-Garduh Maruyung-Padasuka Wangisagara-Ibun Panundaan-Cibodas Cangkuang-Cikalong Cimaung-Gunung Puntang Sindangpanon-Pasirhuni-Pasirmulya Tarajusari-Bojongsereh Jatisari-Cantilan Citaman-Payadap Cikurutug-Narawita Cigentur-Curugdedes-Drawati-Loa Bojong-Sukamanah Panggilingan-Sudi-Ibun-Laksana Pintu-Wates Ciririp-Bangsaya-Buninagara
5. Pembangunan Jalan Baru Arteri Primer (Jalan Negara) dengan kelengkapan fasilitas jalannya: Cicalengka – Nagreg 6. Pembangunan Jalan Baru Kolektor Primer 1 (Jalan Propinsi) dengan kelengkapan fasilitas jalannya: Cirengit-Rancaketan Rancamanyar-Sayuran Cigondewah-TKI Ciwastra-Buahbatu-Rancamanuk
Rancaketan-Rancamanyar Sayuran-Cibaduyut TKI-Soreang
87
7. Pembangunan Jalan Baru Kolektor Primer 2 (Jalan Kabupaten) dengan kelengkapan fasilitas jalannya: Gor-Soreang Lingkar Tengah Soreang Terusan Lingkar Majalaya Lingkar Majalaya-Biru Biru-Ciparay Cipagalo –Tegalluar Ciherang-Bojong Bojong-Narawita Narawita-Cikasungka Jaksanarata-Bojongmalaka Bojongmalaka-Katapang Katapang-Stadion Akses Barat Stadion Bojong-Bojongwaru Cebek-Gor Soreang Cebek-Lkr.Tengah Sangkali-Ds.Cingcin
Gandasari-Citaliktik Soreang-Sekarwangi Murugul - Parungserab Balahuni - Sekarwangi Lembur Tegal-Sukarame Lingkar Selatan Soreang Lingkar Tengah Soreang Panyirapan CPI-Cincinkolot-Citaliktik Gd.Tutuka-Gandasari Bojongemas-Cibulukadu Lingkar Utara Soreang Lingkar tengah Utara Soreang Lingkar Banjaran Lingkar Ciparay By Pass Cisisrung – Batas Kota Bojong-Cembul Citeureup-Ciodeng
-
8. Pembangunan Jalan Baru Lokal Primer 1 (Jalan Kabupaten) dengan kelengkapan fasilitas jalannya: Stasiun.Rc.Ekek-Bojongmalati Bojongmalati-Cibiruhilir Rancaekek-Cileunyi Cileunyi-Cibiruhilir Cibiru-Babakan Ciburial-Galumpit
Taraju-Langonsari Langonsari-Bojongsereh Sekeawi-Bojongwaru Cipeer- CPI Rencana Jalan TKI Sadu-Lingkar Tengah Soreang
9. Pembangunan Jalan Baru Lokal Primer 2 (Jalan Kabupaten) dengan kelengkapan fasilitas jalannya: Sindangsari-Cibiruhilir Sekebulu-Maribaya
Padamulya-Balekambang Cileunyi Terpadu
10. Pembangunan Jalan Tol dengan kelengkapan fasilitas jalannya: Rencana Jalan Tol Soroja atau jalan akses tol pasirkoja Rencana Jalan Tol Ujungberung - Gdbage - Majalaya (Tol Tegalluar) Rencana Jalan Cileunyi -Sumedang - Dawuan
88
Gambar 3.5 Peta Rencana Peningkatan, Pembangunan Terminal dan Pengembangan Prasarana Angkutan Massal Tahun 2027
89
3.5
Gambaran Umum Wilayah
3.5.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Bandung adalah sebuah kabupaten Provinsi Jawa Barat dengan ibukota nya yaitu Kecamatan Soreang, secara geografis Kabupaten Bandung terletak pada 6º41’ - 7º19’ Lintang Selatan selatan dan 107º22’ - 108º5’ Bujur Timur dengan luas daerah sekitar 174.911,71 Ha dan ketinggian antara 110 m 2.249 m diatas permukaan laut kemudian wilayah Kabupaten Bandung beriklim tropis yang dipengaruhi oleh angin muson dengan curah hujan rata – rata berkisar antara 1500 sampai dengan 4000 mm/tahun dan suhu rata – rata berkisar antara 19°C sampai dengan 24°C. Sebagian besar wilayah Bandung adalah pegunungan. Di antara puncak-puncaknya adalah: Sebelah utara terdapat Gunung Bukittunggul (2.200 m), Gunung Tangkubanperahu (2.076 m) di perbatasan dengan Kabupaten Purwakarta. Sedangkan di selatan terdapat Gunung Patuha (2.334 m), Gunung Malabar (2.321 m), serta Gunung Papandayan (2.262 m) dan Gunung Guntur (2.249 m), keduanya di perbatasan dengan Kabupaten Garut. Tabel 3.5 Luas Wilayah Kabupaten Bandung Berdasarkan Jumlah Kecamatan Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Kecamatan Soreang Katapang Kutawaringin Ciwidey Pasirjambu Rancabali Banjaran Pameungpeuk Cangkuang Arjasari Cimaung Pangalengan Baleendah Dayeuhkolot Bojongsoang Majalaya Solokanjeruk Ciparay Pacet Kertasari Paseh Ibun Cileunyi Rancaekek
Jumlah Desa/ Kel 10 10 11 7 10 5 10 6 7 11 9 13 7 6 6 11 7 12 13 7 12 12 6 13
Luas Wilayah (Ha) 1.844,49 1.155,74 3.369,93 5.491,35 22.641,87 13.185,77 2.891,09 921,75 4.697,81 5.728,60 3.921,99 22.809,53 4.405,21 1.450,15 2.732,24 1.918,19 2.584,44 6.467,49 9.644,66 14.608,42 7.085,23 5.252,92 2.846,78 3.591,39
90
Jumlah Desa/ Kel 25 Cicalengka 12 26 Nagreg 6 27 Cikancung 9 28 Margahayu 5 29 Margaasih 6 30 Cilengkrang 6 31 Cimenyan 9 Jumlah 274 Sumber : Kab. Bandung Dalam Angka, 2008 No
Kecamatan
Luas Wilayah (Ha) 5.072,56 3.622,09 3.849,37 707,05 1.921,04 4.260,41 4.232,15 174.911,71
3.5.2 Penggunaan Lahan Secara umum pemanfaatan lahan digolongkan menjadi dua penggunaan, yaitu sebagai lahan Terbangun dan Non Terbangun. Tanah Non Terbangun Kabupatn Bandung dan Bandung Barat didominasi oleh pemanfaatan hutan sebesar 25,90% yang berarti bahwa jumlah areal hutan tersebut sudah memenuhi ketentuan sebagai fungsi daerah resapan air 23,24%. Sedangkan kegiatan yang lain menggunakan lahan relatif lebih kecil. Kondisi tersebut menunjukan bahwa kebanyakan penduduk melakukan kegiatannya di bidang pertanian. Namun demikian seiring dengan laju pertambahan penduduk yang terus bertambah maka kebutuhan ruang untuk mengakonmodasi aktivitas penduduk tersebut, juga akan bertambah. Semua kegiatan tersebut memerlukan tanah yang luas dan berkecenderungan menggunakan tanah sawah yang masih produktif, akibatnya akan terjadi pergeseran fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan terbangun. Untuk lebih jelasnya tentang penggunaan lahan di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.6 Pola Penggunaan Lahan di Kabupaten Bandung Tahun 2007 No
Kecamatan
Hutan Belukar
Hutan Lebat
1 Soreang 2 Katapang 3 Kutawaringin 4 Ciwidey 112,81 5 Pasirjambu 324,24 8439,27 6 Rancabali 0,11 3689,39 7 Banjaran 72,57 749,36 8 Pameungpeuk 9 Cangkuang 10 Arjasari 0,03 198,41 11 Cimaung 0,21 616,31 12 Pangalengan 5231,46 13 Baleendah 185,92 14 Dayeuhkolot 15 Bojongsoang 16 Majalaya 17 Solokanjeruk 18 Ciparay 65,13 19 Pacet 0,05 3064,78 20 Kertasari 4538,68 21 Paseh 1041,3 22 Ibun 944,18 23 Cileunyi 24 Rancaekek 25 Cicalengka 450,79 26 Nagreg 335,59 27 Cikancung 28 Margahayu 29 Margaasih 30 Cilengkrang 0,23 31 Cimenyan 6,74 Sumber: RTRW Kab. Bandung, 2007
Hutan Buatan
Industri
Kebun Campuran
Kolam
Lap,Terb Sulaiman
Lap, Golf
Padang Rumput
Perkebunan besar
Perkebunan rakyat
Permukiman
1357,28 844,05 65,67 45,12 1945,48 128,69 48,87 175,56 17,57 199,99 177,94 0,01 413,19 175,47
8,39 0,8 0,26 2,66 4,13 2,55 3,21 34,29 3,9 50,62 82,68 5,96 97,66 40,83 14,91 2,11 4,92 0,81 14,67 57,17 44,29 0,07 54,81 10,71 11,05 0,47 2,06
1769,88 343,04 505,489 2625,31 609,68 253,44 784,35 170,8 1626,89 898 1160,6 1364,05 662,43 22,81 35,6 35,57 11,25 452,34 641,12 295,71 143,72 212,21 299,08 26,51 140,63 67,47 50,07 8,36 86,62 1846,39 1103,21
20,94 -
61,99 -
45,69 12,02 -
15,18 505,48 12,02 3,2 31,34 4,6 19,68 63,63 125,78 35,96 95,59 56,89 45,67 8,93 21,97 172,81 2,53 51,36 141,6 106,55 13,55 69,42 0,06 71,49 68,79 13,08 13,37
5915,32 5129,89 8642,24 4824,65 -
26,58 58,5 83,52 -
580,72 412,67 336,99 502,75 329,67 351,15 206,72 120,11 564,25 552,75 225,75 568 712,23 708,36 237,56 572,96 397,77 959,28 675,37 458,27 1083,91 604,57 589,28 510,19 760,7 322,2 529,03 421,36 604,11 366 530,94
71
Sawah Irigasi 1466,48 827,92 1010,97 601,63 28 338,24 623,68 1460,31 1522,46 498,83 73,95 1968,82 455,44 2164,31 1169,45 1971,34 3641,91 1488,14 744,81 3635,37 1553,77 1142,1 2806,99 1440,69 117,67 2202,25 62,76 915,71 255,89 25,38
Sawah Tadah Hujan 41,03 1064,95 1528,79 531,33 506,26 11,99 140,22 826,54 497,19 35,66 28,02 24,36 148,33 167,43 193,2 293,14 29,97 471,81 390,01 117,66 588,79 320,71
Semak 212,58 336,99 310,44 2602,61 1933,9 142,78 66,62 609,8 140,57 1474,68 29,92 11,05 3,78 377,71 1556,08 1403,86 577,72 1095,46 0,9 13,82 440,1 713,51 14,05 70 159,57 232,37
Sungai/ Danau/ Telaga 31,74 15,57 5,87 2,31 68,73 7,22 204,17 30,68 14,95 16,87 6,19 22,3 12,37 5,38 3,05 16,35 1,59 5,68 6,67 17,46 -
Tanah Berbatu 30,73 2,38 3,5 0,57 -
Tegalan 623,29 21,57 673,98 266,79 1492,34 377,78 55,34 871,97 1707,24 408,06 2678,63 697,89 13,59 154,67 8,34 95,29 934,92 2038,52 1938,32 252,7 563,37 364,41 30,93 1051,45 1344,55 898,2 37,63 146,73 616,8 1821,87
92
Gambar 3.6 Peta Penggunaan Lahan Kab. Bandung Tahun 2009
93
3.5.3 Kependudukan Berdasarkan atas data yang telah didapat dari beberapa instansi terkait diperoleh data dalam jangka waktu 5 tahun yaitu tahun 2003-2007, dimana menunjukan adanya perkembangan yang cukup signifikan, dimana pada tahun 2003 penduduk Kabupaten Bandung (jumlah kecamatan yang disesuaikan dengan jumlah kecamatan setelah pemekaran) yaitu sekitar 2.772.338 jiwa yang mengalami kenaikan pada tahun 2006 dengan jumlah sekitar 3.038.084 jiwa. Hal ini disebabkan karena laju pertumbuhan yang cukup tinggi dari tahun ketahunnya yaitu sekitar 3.3% pertahun (RTRW kabupaten Bandung Tahun 2007). Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada Tabel 3.7. Dari luas keseluruhan Kabupaten Bandung setelah pemekaran yaitu seluas 1767.9272 km2 dan jumlah penduduk tahun 2006 yaitu sekitar 2.943.858 jiwa maka diperoleh kepadatan penduduk untuk Kabupaten Bandung dengan hasil perhitungan yaitu
1665.146619 atau dapat disimpulkan bahwa kondisi kepadatan penduduk
Kabupaten Bandung Sudah sangat cukup padat, kemudian didukung dengan laju pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu 3.3% pertahun. Untuk lebih jelas mengenai kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk dapat dilihat pada Tabel 3.8. Tabel 3.7 Kepadatan Penduduk di Kabupaten Bandung Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kecamatan Soreang Katapang Kutawaringin Ciwidey Pasirjambu Rancabali Banjaran Pameungpeuk Cangkuang Arjasari Cimaung Pangalengan Baleendah Dayeuhkolot Bojongsoang Majalaya Solokanjeruk Ciparay Pacet Kertasari Paseh Ibun
Jumlah Penduduk 90.989 88.794 83.542 67.628 74.965 46.019 101.204 62.212 58.460 79.131 70.057 128.120 173.180 101.525 80.101 139.638 71.783 138.712 97.726 62.546 113.072 71.463
Luas Wilayah (Ha) 1.844,49 1.155,74 3.369,93 5.491,35 22.641,87 13.185,77 2.891,09 921,75 4.697,81 5.728,60 3.921,99 22.809,53 4.405,21 1.450,15 2.732,24 1.918,19 2.584,44 6.467,49 9.644,66 14.608,42 7.085,23 5.252,92
Kepadatan Penduduk (per-Ha) 49 77 25 12 3 3 35 67 12 14 18 6 39 70 29 73 28 21 10 4 16 14
94
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Luas Wilayah (Ha) 2.846,78 3.591,39 5.072,56 3.622,09 3.849,37 707,05 1.921,04 4.260,41 4.232,15
23 Cileunyi 131.940 24 Rancaekek 146.909 25 Cicalengka 99.665 26 Nagreg 45.473 27 Cikancung 76.349 28 Margahayu 94.867 29 Margaasih 113.749 30 Cilengkrang 40.521 31 Cimenyan 89.701 Jumlah dan Rata-rata 2.840.041 174.911.71 Kepadatan Penduduk Sumber : Kabupaten Bandung Dalam Angka tahun 2008
Kepadatan Penduduk (per-Ha) 46 41 20 13 20 134 10 13 21 16
3.5.4 Sistem Transportasi Moda transportasi yang berkembang dan hampir melayani seluruh arus pernumpang dan barang di wilayah Kabupaten Bandung adalah transportasi jalanraya dan kereta api yang keduanya termasuk katagori transportasi darat. Sistem Transportasi yang dibahas adalah tentang sistem transportasi darat, dimana transportasi darat merupakan transportasi utama yang digunakan di Kabupaten Bandung, terutama untuk jalur darat sepeti jalan raya dan kereta api. Dimana hal tersebut tercermin dari pola pergerakan barang penumpang yang bergerak dari dan keluar Kabupaten Bandung. Sedangkan untuk sistem transportasi kereta api di Kabupaten Bandung merupakan bagian dari sistem transportasi kereta api nasional yang dikelola oleh PT. Kereta Api Indonesia. Masyarakat Kabupaten Bandung sudah terlayani oleh kereta api dengan tiga staiun utama yaitu Stasiun Cicalengka, Stasiun Rancaekek, dan Stasiun Nagreg. Dimana stasiun-staiun tersebut sudah melayani masyarakat yang tinggal di bagian timur Kabupaten Bandung seperti Kecamatan Cicalengka dan Kecamatan Rancaekek serta masyarakat yang tinggal di Bandung-Soreang-Ciwidey, Bandung-Ciparay-Majalaya.
95
Tabel 3.8 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Bandung Tahun 2007 No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Soreang Katapang Kutawaringin Ciwidey Pasirjambu Rancabali Banjaran Pameungpeuk Cangkuang Arjasari Cimaung Pangalengan Baleendah Dayeuhkolot Bojongsoang Majalaya Solokanjeruk Ciparay Pacet Kertasari Paseh Ibun Cileunyi Rancaekek Cicalengka Nagreg Cikancung Margahayu Margaasih Cilengkrang Cimenyan Jumlah
Jumlah Penduduk (Jiwa) 2003 2004 2005 2006 138.311 143.472 147.584 151.739 115.050 118.775 122.038 126.214 Masih bersatu dengan kecamatan Soreang dan Katapang 70.505 73.584 75.907 78.142 73.655 75.268 77.591 79.711 46.311 47.850 49.113 50.761 98.547 102.188 105.268 108.995 59.217 60.887 62.634 64.676 53.135 54.952 56.638 58.607 81.772 84.698 87.194 89.783 66.934 68.395 70.295 72.548 128.208 131.936 135.768 139.573 169.074 172.956 178.060 184.025 105.595 109.810 113.082 116.783 73.940 76.820 78.951 81.583 141.469 145.446 149.910 154.731 72.404 73.727 75.884 78.258 134.320 137.910 142.008 146.529 92.868 96.006 98.909 101.817 62.405 64.154 66.032 68.323 105.367 107.876 111.114 114.634 68.104 70.020 72.013 73.967 117.766 121.975 125.580 129.323 145.467 150.661 155.004 159.981 96.114 99.085 101.948 105.085 42.761 44.758 45.963 47.474 70.275 72.246 74.211 76.418 107.060 111.250 114.510 119.009 111.655 115.932 119.442 123.691 38.104 39.305 40.499 41.734 85.945 88.053 90.708 93.970 2.772.338 2.859.995 2.943.858 3.038.084
Sumber : Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2004-2008
2007 90.989 88.794 83.542 67.628 74.965 46.019 101.204 62.212 58.460 79.131 70.057 128.120 173.180 101.525 80.101 139.638 71.783 138.712 97.726 62.546 113.072 71.463 131.940 146.909 99.665 45.473 76.349 94.867 113.749 40.521 89.701 2.840.041
03-04 0,036 0,031 0 0,042 0,021 0,032 0,036 0,027 0,033 0,035 0,021 0,028 0,022 0,038 0,037 0,027 0,018 0,026 0,033 0,027 0,023 0,027 0,035 0,034 0,03 0,045 0,027 0,038 0,037 0,031 0,024 0,031
04-05 0,028 0,027 0 0,031 0,03 0,026 0,029 0,028 0,03 0,029 0,027 0,028 0,029 0,029 0,027 0,03 0,028 0,029 0,029 0,028 0,029 0,028 0,029 0,028 0,028 0,026 0,026 0,028 0,029 0,029 0,029 0,028
05-06 0,027 0,033 0 0,029 0,027 0,032 0,034 0,032 0,034 0,029 0,031 0,027 0,032 0,032 0,032 0,031 0,03 0,031 0,029 0,034 0,031 0,026 0,029 0,031 0,03 0,032 0,029 0,038 0,034 0,03 0,035 0,031
06-07 -0,668 -0,421 1 -0,155 -0,063 -0,103 -0,077 -0,04 -0,003 -0,135 -0,036 -0,089 -0,063 -0,15 -0,019 -0,108 -0,09 -0,056 -0,042 -0,092 -0,014 -0,035 0,02 -0,089 -0,054 -0,044 -0,001 -0,254 -0,087 -0,03 -0,048 -0.070
Total 03-07 -0,576 -0,33 1 -0,054 0,015 -0,013 0,022 0,047 0,094 -0,043 0,044 -0,006 0,021 -0,051 0,078 -0,02 -0,013 0,029 0,049 -0,003 0,069 0,046 0,112 0,005 0,034 0,059 0,082 -0,151 0,013 0,06 0,04 0,020
Rata-Rata LPJ -0,144 -0,083 0,25 -0,014 0,004 -0,003 0,006 0,012 0,047 -0,011 0,011 -0,001 0,005 -0,013 0,02 -0,005 -0,003 0,007 0,012 -0,001 0,017 0,012 0,028 0,001 0,008 0,015 0,02 -0,038 0,003 0,015 0,01 0,005
96
A.
Jaringan Jalan Jalan raya di Kabupaten Bandung terbagi menjadi 3 (tiga) kelas jalan yang
panjang totalnya adalah 3.579,14 Km.
Dengan rincian Jalan Negara sepanjang
85,40 Km, panjang jalan propinsi 202,06 Km dan jalan kabupaten sepanjang 3.291,68 Km. Seluruh jalan raya di Kabupaten Bandung permukaan jalan telah menggunakan jenis perkerasan beraspal. Pada tahun 2008, Jalan Negara dengan kondisi sedang sepanjang 85,40 Km, panjang Jalan Propinsi di wilayah Kabupaten Bandung adalah 109,67 Km, dengan kondisi sedang sepanjang 202,06 Km, sedangkan jalan Kabupaten yang kondisinya baik sepanjang 200 Km, dalam kondisi sedang sepanjang 1.057,29 Km, dalam kondisi rusak sepanjang 1.495,18 Km dan dalam kondisi rusak berat sepanjang 539,21 Km. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.9. Tabel 3.9 Panjang, Jenis dan Status Jalan di Kabupaten Bandung Tahun 2008 No
Uraian
Jalan Negara 2008
Jenis Permukaan Jalan a. Diaspal b. Kerikil c. Tanah d. Tidak Dirinci Jumlah II Kondisi Jalan a. Baik b. Sedang c. Rusak d. Rusak Berat Jumlah III Kelas Jalan a. Kelas I b. Kelas II c. Kelas III d. Kelas III A e. Kelas III B f. Kelas III C g. Kelas Tidak Dirinci Jumlah Sumber : Kabupaten Dalam Angka Tahun 2008
Panjang Jalan (Km) Jalan Provinsi Jalan Kabupaten 2008 2008
I
85,40 0,00 0,00 0,00 85,40
202,06 0,00 0,00 0,00 202,06
3.291,68 0,00 0,00 0,00 3.291,68
0,00 85,40 0,00 0,00 85,40
0,00 202,06 0,00 0,00 202,06
200,00 1.057,29 1.495,18 539,21 3.291,68
85,40 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 85,40
0,00 202,06 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 202,06
0,00 40,35 0,00 62,70 250,50 914,46 2.022,99 3.291,68
97
B.
Sistem Jaringan Kereta Api Sedangkan untuk sistem transportasi kereta api di Kabupaten Bandung
merupakan bagian dari sistem transportasi kereta api nasional yang dikelola oleh PT. Kereta Api Indonesia. Masyarakat Kabupaten Bandung sudah terlayani oleh kereta api dengan tiga staiun utama yaitu Stasiun Cicalengka, Stasiun Rancaekek, dan Stasiun Nagreg. Dimana stasiun-staiun tersebut sudah melayani masyarakat yang tinggal di bagian timur Kabupaten Bandung seperti Kecamatan Cicalengka dan Kecamatan Rancaekek serta masyarakat yang tinggal di Bandung-Soreang-Ciwidey, Bandung-Ciparay-Majalaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.10. Tabel 3.10 Jumlah Penumpang Kereta Api Lokal Tahun 2005-2009 Uraian
2005
2006
Tahun 2007
Jumlah penumpang 6.856.878 7.659.838 7.989.513 (jiwa) Jarak tempuh (km) 215.371.142 240.969.472 241.543.501 Sumber : Pemasaran Penumpang PT. KAI daop II Bandung
2008 4.452.277
10.302.312
129.392.554
291.966.572
Gambar 3.7 Jumlah Penumpang Kereta Api Lokal per Jarak Tempuh Tahun 2005-2009
Sumber: Hasil Analisis, 2010
2009
98
3.6
Karakteristik Stasiun Kereta Api dan Parkir Cicalengka Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) namanya diubah sejak tanggal 15
September 1971 menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Pada tanggal 2 Januari 1991, PJKA diubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka), dan sejak tanggal 1 Juni 1999 menjadi PT Kereta Api Indonesia (Persero). PT Kereta Api (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang menyelenggarakan jasa angkutan kereta api. Layanan PT Kereta Api (Persero) meliputi angkutan penumpang dan barang. Pada akhir Maret 2007, DPR mengesahkan revisi UU No. 13/1992 yang menegaskan bahwa investor swasta maupun pemerintah daerah diberi kesempatan untuk mengelola jasa angkutan kereta api di Indonesia. Pada tanggal 14 Agustus 2008 PT Kereta Api (Persero) melakukan pemisahan Divisi Jabotabek menjadi PT Kereta Api Jabotabek untuk mengelola kereta api penglaju di daerah Jakarta dan sekitarnya. selama tahun 2007 jumlah penumpang melebihi 168 juta. Pemberlakuan UU Perkeretaapian No. 23/2007 secara hukum mengakhiri monopoli PT Kereta Api (Persero) dalam mengoperasikan kereta api di Indonesia. 3.6.1 Stasiun Kereta Api Cicalengka Stasiun Kereta Api Cicalengka merupakan salah satu stasiun yang berada pada wilayah Metropolitan Bandung dimana fungsi kereta api tersebut melayani pergerakan komuter baik menuju dan maupun keluar dari wilayah Cicalengka. Apabila ditinjau dari fungsi sarana transportasi, keberadaan Stasiun Cicalengka merupakan suatu simpul yang sangat berpengaruh pada arus penumpang dan barang di wilayah Cicalengka. lebih jelas mengenai karakteristik stasiun Cicalengka dapat dilihat pada deskripsi dibawah ini. A.
Kebersihan dan Kesehatan. Kondisi kebersihan Stasiun Cicalengka sudah cukup baik, Terdapat WC
Umum, kurang tersedianya tempat sampah, Selain itu, walaupun Stasiun Cicalengka telah tersedia ruang tunggu yang cukup nyaman di dalam bangunan Stasiun, namun calon penumpang lebih suka untuk menunggu kereta api di pelataran keberangkatan.
99
Pada umumnya fasilitas kebersihan yang tersedia di Stasiun Cicalengka kurang baik, terlihat dari penempatan tempat sampah yang kurang baik
di sepanjang jalur pedestrian
dan di ruang tunggu. Selain itu stasiun ini kurang sumber daya dalam hal tenaga kebersihan dimana petugas kebersihan yang ada sangat minim sehingga kondisi stasiun kurang mendapat perhatian dalam hal kebersihan. B.
Kenyamanan Sebagai tempat memuat/menurunkan penumpang dari waktu tiba sampai waktu
berangkat dan sebagai tempat perpindahan moda. Komponen Stasiun yang berfungsi sebagai tempat memuat/menurunkan penumpang dari waktu tiba sampai waktu berangkat dan sebagai tempat perpindahan moda antara lain adalah jalur kedatangan,
jalur
kedatangan,
jalur
keberangkatan, antrian
dan
pelataran pelataran
keberangkatan. a. Jalur Kedatangan Jalur kedatangan di Stasiun Cicalengka berada berdampingan dengan jalur kedatangan angkutan dalam kota, dengan memiliki lebar yang Kurang cukup dan pendek, serta berbatasan langsung dengan
Jalan
Stasiun
yang
selalu
mengalami banjir apabila waktu hujan. Sehingga
kondisi
ini
menimbulkan
persoalan, dimana para calon penumpang kereta
api
yang
datang
mengalami
kesulitan untuk masuk stasiun dan sering terjadi penumpukan penumpang di pintu masuk stasiun. Kesulitan ini semakin bertambah karena jalur kedatangan sering dihalangi oleh angkutan kota dan ojek yang tidak tertib dan berhenti sembarangan.
100
Kendala lain yang cukup menyulitkan adalah kondisi ruas Jalan Stasiun yang menuju stasiun sangat sempit dan dilalui oleh banyak kendaraan baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. b. Jalur keberangkatan Jalur keberangkatan di Stasiun Cicalengka berdampingan dengan jalur angkutan dalam kota. Untuk jalur keberangkatan di Stasiun Cicalengka ini cukup pendek. dengan pintu keluar berada di Jalan Stasiun. Kondisi jalur keberangkatan di Stasiun Cicalengka ini berdampingan langsung dengan jalur keberangkatan dan terlihat kurang baik dan kurang terlihat rapi. c. Pelataran kedatangan Pelataran kedatangan angkutan antar kota di Stasiun Cicalengka menyatu dengan jalur kedatangan. Pelataran ini tidak cukup baik untuk menampung penumpang yang datang, namun berdasarkan survey langsung di lapangan sudah ada tempat khusus bagi penurunan penumpang. Penumpang turun langsung di pelataran kedatangan. Namun jika dilihat dari kondisinya penumpang sudah cukup nyaman ketika berada di pelataran ini karena adanya peneduh sebagai pelindung dari gangguan cuaca. d. Pelataran keberangkatan Pelataran
keberangkatan
di
Stasiun
Cicalengka ini disatukan dengan jalur kedatangan,
sehingga
kondisi
ini
menyebabkan sering terjadinya konflik antara penumpang kereta api di pelataran keberangkatan,
yang
menimbulkan
ketidaknyamanan bagi masyarakat sebagai pengguna. Komponen Stasiun yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya penumpang yang akan melakukan perjalanan adalah ruang tunggu. Berdasarkan hasil survey langsung di lapangan terlihat bahwa ruang tunggu terdapat dua ruang tunggu di dalam stasiun, yaitu yang berada di dalam bangunan utama stasiun serta di dekat pelataran keberangkatan kereta api, dimana kondisinya sudah cukup teratur namun kurang luas, dengan tempat duduk yang kurang tertata rapi namun belum terdapat fasilitas hiburan berupa televisi atau lainnya. Namun yang disayangkan bahwa ruang
101
tunggu yang berada di bangunan utama stasiun kereta api jarang dimanfaatkan oleh penumpang, calon penumpang lebih memilih ruang tunggu yang dekat dengan pelataran keberangkatan karena lebih dekat untuk menuju kereta api. Selain itu ruang tunggu yang ada di Stasiun Cicalengka ini bercampur dengan kegiatan lainnya berupa warung-warung dan pedagang kaki lima. 1.
Sebagai tempat pelayanan dokumentasi Komponen terminal yang berfungsi sebagai tempat pelayanan dokumentasi dan terkait langsung dengan pengguna adalah loket pembelian/pemesanan tiket. Dari hasil survey langsung di lapangan terlihat bahwa loket pembelian/pemesanan tiket di Stasiun Cicalengka berdekatan dengan pintu masuk utama dan ruang tunggu, sehingga cukup strategis dan mudah dikenali, namun loket ini selalu padat pembeli karena keterbatasan loket yang disediakan oleh pihak stasiun sehingga penumpang agak kesulitan untuk mendapatkan tiket.
2.
Sebagai penunjang kelancaran sistem transportasi Komponen Stasiun yang berfungsi sebagai penunjang kelancaran sistem transportasi dan terkait langsung dengan pengguna stasiun adalah pedagang, kamar kecil/toilet, mesjid/mushalla, jalur pedestrian dan tempat parkir kendaraan pribadi. a. Tempat berdagang Lokasi pedagang di Stasiun Cicalengka mengelompok di dalam dan di luar area Stasiun. Lokasi pedagang ini tidak terncana dengan baik sehingga terlihat semrawut. Selain itu lokasi pedagang berada di jalur pedestrian ini terutama pedagang kaki lima, sehingga menimbulkan masalah bagi pengguna Stasiun lainnya terutama bagi calon penumpang. b. Mesjid/Mushalla dan kamar kecil/toilet Berdasarkan hasil survey di lapangan dapat dikatakan bahwa di Stasiun Cicalengka terdapat 1 Mushalla yang berada di sebelah Timur bangunan utama Stasiun, namun kondisi Mushalla yang ada di Stasiun ini terlihat kurang terawatt dan sempit dan menyatu dengan WC umum
102
Kemudian untuk kamar kecil/toilet di Stasiun Cicalengka hanya terdapat pada satu tempat, namun sulit untuk di temukan karena kurangnya rambu-rambu informasi dan penunjuk arah, kondisi toilet cukup bersih dan kondisi yang baik. c. Jalur pedestrian Hampir
semua
Cicalengka
bagian
dilengkapi
di dengan
Stasiun jalur
pedestrian yang memilki peneduh berupa atap. Namun jalur ini cukup lebar dengan lebar 2 m namun sebagian dimanfaatkan oleh pedagang kaki lima. d. Tempat parkir kendaraan pribadi dan Angkutan Kota Dari survey pengamatan di lapangan, terlihat bahwa tempat parkir kendaraan pribadi di Stasiun Cicalengka berada di samping sebelah Timur (70 petak untuk parkir sepeda motor) dan sebelah Barat (80 petak untuk sepeda motor) serta depan bangunan utama Stasiun dan kurang mencukupi. C.
Keamanan Stasiun merupakan salah satu lokasi yang
rawan akan tindak kejahatan. Berdasarkan survey langsung di lapangan dapat dikatakan bahwa keamanan di Stasiun Cicalengka masih dapat dikendalikan. Namun yang disayangkan adalah masih kurangnya perangkat keamanan yang tersebar di area Stasiun, sehingga jika terjadi tindak kejahatan maka korban tidak bisa langsung melaporkannya kepada yang berwajib. Selain itu tempat yang dapat mengundang terjadinya kejahatan di perkirakan berada di pelataran kedatangan dan keberangkatan, karena pada lokasi ini calon penumpang sangat padat sehingga memudahkan aksi pencopetan, dengan suasana seperti ini memungkinkan terjadinya pemalakan dan penodongan.
103
D.
Keselamatan Berdasarkan survey langsung di lapangan dapat dikatakan bahwa lokasi yang
berpotensi untuk terjadinya kecelakaan berada di kereta api sendri, hal ini dikarenakan sering terjadinya para penumpang yang berdesakan antara paenumpang yang turun dan yang naik. Kemudian selain itu tidak tersedianya jalur pedestrian sehingga konflik antara kereta api dengan calon penumpang/orang sangat besar. 3.6.2 Karakteristik Penumpang Kereta Api Karakteristik penumpang yang dimaksud adalah jumlah penumpang naik setiap keberangkatan kereta api, yaitu kereta patas dan KRD ekonomi yang bertujuan ke kota Bandung. Perhitungan penumpang dilakukan pada masing-masing pintu gerbong dan hanya menghitung jumlah penumpang yang naik saja. Hasil perhitungan jumlah penumpang naik dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 3.11 Jumlah Penumpang Naik Kereta Api Cicalengka Menuju Bandung Cicalengka-Bandung Waktu Patas No No Waktu Berangkat Berangkat (orang) 1 5:20 364 1 5:30 2 6:05 186 2 8:00 3 7:15 153 3 9:25 4 8:40 68 4 11:40 5 10:00 85 5 13:20 6 12:30 34 6 15:25 7 14:25 55 7 17:40 8 16:40 31 8 19:00 9 18:30 23 Sumber: Observasi Lapangan, 2010
KRD Ekonomi (orang) 629 493 386 181 106 83 85 65
Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah penumpang kereta api baik Patas atau KRD ekonomi yang tinggi terdapat pada pukul 05.20 hingga pukul 07.15, dimana pada jam ini merupakan puncak pick hour, yang dimana bila ditinjau dari karakteristik pergerakan atau kegiatan masyarakat pada umumnya, jam ini merupakan waktu dimulainya kegiatan masyarakat.
104
Gambar 3.8 Grafik Jumlah Penumpang Naik Dari Cicalengka Menuju Bandung Pada Hari Senin
Sumber: Hasil analisis, 2010
Karakteristik penumpang naik didapatkan juga dari penjualan karcis di loketloket Stasiun Cicalengka. Data penjualan karcis hanya menunjukkan jumlah penumpang naik dari Stasiun Cicalengka menuju Bandung atau Padalarang. Data dari penjualan karcis dapat dilihat pada Tabel 4.8 sampai dengan Tabel 4.14. Tabel 3.12 Jumlah Penjualan Karcis Pada Hari Senin Cicalengka-Bandung-Padalarang No
Waktu Berangkat
Loket 1
2
3
Patas (Orang)
No
Waktu Berangkat
1 5:20 88 15 136 239 1 5:30 2 6:05 69 25 164 258 2 8:00 3 7:15 60 15 190 265 3 9:25 4 8:40 37 17 60 114 4 11:40 5 10:00 26 14 50 90 5 13:20 6 12:30 9 9 6 15:25 7 14:25 9 9 7 17:40 8 16:40 4 4 8 19:00 9 18:30 12 12 Sumber: Pemasaran Penumpang, PT. KA DAOP II bandung, 2010
Loket 1
2
3
328 308 151 75 26 27 45 26
43 30 39 66 27
224 188 178 181
KRD Ekonomi (Orang) 595 526 368 322 53 27 45 26
105
Gambar 3.9 Grafik Jumlah Penumpang Naik Dari Cicalengka Menuju Bandung Pada Hari Senin
Sumber: Hasil analisis, 2010
Tabel 3.13 Jumlah Penjualan Karcis Pada Hari Selasa Cicalengka-Bandung-Padalarang No
Waktu Berangkat
Loket 1
2
3
Patas (Orang)
No
Waktu Berangkat
1 5:20 66 20 126 212 1 5:30 2 6:05 27 14 123 164 2 8:00 3 7:15 63 8 111 182 3 9:25 4 8:40 18 5 41 64 4 11:40 5 10:00 16 4 42 62 5 13:20 6 12:30 2 2 6 15:25 7 14:25 2 2 7 17:40 8 16:40 8 8 8 19:00 9 18:30 20 20 Sumber: Pemasaran Penumpang, PT. KA DAOP II bandung, 2010
Loket 1
2
3
385 214 137 68 29 23 106 28
72 34 30 14 12
234 217 212 114
Gambar 3.10 Grafik Jumlah Penumpang Naik Dari Cicalengka Menuju Bandung Pada Hari Selasa
Sumber: Hasil analisis, 2010
KRD Ekonomi (Orang) 691 465 379 196 41 23 106 28
106
Tabel 3.14 Jumlah Penjualan Karcis Pada Hari Rabu Cicalengka-Bandung-Padalarang No
Waktu Berangkat
Loket 1
2
3
Patas (Orang)
No
Waktu Berangkat
1 5:20 79 24 196 299 1 5:30 2 6:05 27 12 90 129 2 8:00 3 7:15 50 13 100 163 3 9:25 4 8:40 27 5 28 60 4 11:40 5 10:00 36 5 86 127 5 13:20 6 12:30 11 11 6 15:25 7 14:25 10 10 7 17:40 8 16:40 6 6 8 19:00 9 18:30 13 13 Sumber: Pemasaran Penumpang, PT. KA DAOP II bandung, 2010
Loket 1
2
3
249 198 125 51 41 37 56 22
74 35 26 15 17
209 148 167 198
KRD Ekonomi (Orang) 532 381 318 264 58 37 56 22
Gambar 3.11 Grafik Jumlah Penumpang Naik Dari Cicalengka Menuju Bandung Pada Hari Rabu
Sumber: Hasil analisis, 2010
Tabel 3.15 Jumlah Penjualan Karcis Pada Hari Kamis Cicalengka-Bandung-Padalarang No
Waktu Berangkat
Loket 1
2
3
Patas (Orang)
No
Waktu Berangkat
1 5:20 85 14 257 356 1 5:30 2 6:05 28 8 80 116 2 8:00 3 7:15 51 9 99 159 3 9:25 4 8:40 19 4 48 71 4 11:40 5 10:00 14 2 32 48 5 13:20 6 12:30 8 8 6 15:25 7 14:25 26 26 7 17:40 8 16:40 5 5 8 19:00 9 18:30 14 14 Sumber: Pemasaran Penumpang, PT. KA DAOP II bandung, 2010
Loket 1
2
3
159 206 99 70 42 31 23 18
72 34 26 22 12
178 234 143 126
KRD Ekonomi (Orang) 409 478 268 218 54 31 23 18
107
Gambar 3.12 Grafik Jumlah Penumpang Naik Dari Cicalengka Menuju Bandung Pada Hari Kamis
Sumber: Hasil analisis, 2010
Tabel 3.16 Jumlah Penjualan Karcis Pada Hari Jum’at Cicalengka-Bandung-Padalarang No
Waktu Berangkat
Loket 1
2
3
Patas (Orang)
No
Waktu Berangkat
1 5:20 73 0 153 226 1 5:30 2 6:05 48 0 108 156 2 8:00 3 7:15 40 0 87 127 3 9:25 4 8:40 20 0 84 104 4 11:40 5 10:00 32 0 70 102 5 13:20 6 12:30 12 12 6 15:25 7 14:25 2 2 7 17:40 8 16:40 7 7 8 19:00 9 18:30 13 13 Sumber: Pemasaran Penumpang, PT. KA DAOP II bandung, 2010
Loket 1
2
3
234 217 212 114
309 175 174 122 109
238 129 108 42 42 23 38 21
Gambar 3.13 Grafik Jumlah Penumpang Naik Dari Cicalengka Menuju Bandung Pada Hari Jum’at
Sumber: Hasil analisis, 2010
KRD Ekonomi (Orang) 781 521 494 278 151 23 38 21
108
Tabel 3.17 Jumlah Penjualan Karcis Pada Hari Sabtu Cicalengka-Bandung-Padalarang No
Waktu Berangkat
Loket 1
2
3
Patas (Orang)
No
Waktu Berangkat
1 5:20 118 50 168 1 5:30 2 6:05 53 20 73 2 8:00 3 7:15 71 31 102 3 9:25 4 8:40 51 32 83 4 11:40 5 10:00 86 25 111 5 13:20 6 12:30 32 12 44 6 15:25 7 14:25 30 10 40 7 17:40 8 16:40 47 10 57 8 19:00 9 18:30 6 21 27 Sumber: Pemasaran Penumpang, PT. KA DAOP II bandung, 2010
Loket 1
86 59 43 35 33
2
3
163 189 166 166
187 137 113 76 62 53 29 17
KRD Ekonomi (Orang) 350 326 279 328 121 96 64 50
Gambar 3.14 Grafik Jumlah Penumpang Naik Dari Cicalengka Menuju Bandung Pada Hari Sabtu
Sumber: Hasil analisis, 2010
Tabel 3.18 Jumlah Penjualan Karcis Pada Hari Minggu Cicalengka-Bandung-Padalarang No
Waktu Berangkat
Loket 1
2
3
Patas (Orang)
No
Waktu Berangkat
1 5:20 39 23 62 1 5:30 2 6:05 33 12 45 2 8:00 3 7:15 51 15 66 3 9:25 4 8:40 69 37 106 4 11:40 5 10:00 164 100 264 5 13:20 6 12:30 57 6 63 6 15:25 7 14:25 46 20 66 7 17:40 8 16:40 48 32 80 8 19:00 9 18:30 4 26 30 Sumber: Pemasaran Penumpang, PT. KA DAOP II bandung, 2010
Loket 1 113 223 178 252
2
3
117 105 89 26 10
100 175 171 160 44 45 39 59
KRD Ekonomi (Orang) 213 398 349 529 149 134 65 69
109
Gambar 3.15 Grafik Jumlah Penumpang Naik Dari Cicalengka Menuju Bandung Pada Hari Minggu
Sumber: Hasil analisis, 2010
3.6.3 Kondisi Parkir Eksisting A.
Luas dan Kapasitas Parkir Fasilitas parkir di stasiun merupakan salah satu fasilitas yang harus dimiliki
oleh stasiun tersebut. Lahan parkir yang tersedia hanya untuk sepeda motor, lahan parkir di Stasiun Cialengka terbagi 2 yaitu sebelah Timur dan sebelah barat Stasiun, untuk sebelah Timur stasiun mempunyai luas lahan ± 100 m2, setiap harinya lahan parkir hanya mampu menampung kendaraan ± 80 sepeda motor, sedangkan lahan parkir yang berada di sebelah Barat Stasiun memiliki luas ± 170 m2,`dan hanya mampu menampung kendaraan setiap harinya ± 110 sepeda motor. Sedangkan untuk mobil biasanya ± 10 kendaraan yang parkir dan lokasi parkir mobil berada pada badan jalan (on street) di depan stasiun. Kondisi lahan parkir di Stasiun Cicalengka bisa dikatakan kurang memadai, hal ini bisa terlihat dari petak-petak parkir yang tersedia dan untuk kendaraan kendaraan roda empat juga kurang memadai dikarenakan parkir pada bahu jalan. Penataan parkir dicampur antara sepeda dan sepeda motor namun sudah tertata dengan baik. Untuk keamanan dan kenyamanan parkir kendaraan sudah cukup baik. B.
Durasi Parkir Durasi atau lamanya parkir ditentukan oleh lamanya pengguna parkir untuk
menyelesaikan keperluannya. Dalam studi ini durasi parkir ditentukan oleh lamanya responden meninggalkan wilayah Cicalengka sampai kembali lagi di Wilayah
110
Cicalengka. Dari hasil pengamatan di lapangan, rata-rata pengguna parkir kendaraan roda 2 (dua) lebih dari 2 (dua) jam, sementara kendaraan yang parkir dengan waktu kurang dari 1 jam lebih sedikit sehingga dapat terlihat rata-rata sirkulasi pergerakan kendaraan yang keluar masuk dari tempat parkir sangat sedikit atau bisa dikatakan kurang. Sementara untuk kendaraan roda empat (4) rata-rata pengguna, memarkirkan kendaraannya ± 3 jam, para pengguna parkir beralasan tidak tersedianya tempat parkir yang layak, hanya tersedia di bahu jalan (on street). Hal ini dapat terlihat juga dikarenakan para pengguna parkir merupakan para komuter yang melakukan perjalanan keluar dari wilayah Cicalengka. C.
Tarif Parkir Rata-rata tarif atau biaya parkir yang di keluarkan pengguna parkir di Stasiun
Cicalengka berkisar antara Rp. 2000,- hingga Rp. 5000,-. Hal tersebut tidak tergantung dari durasi atau lamanya pengguna parkir dalam menggunakan fasilitas parkir di Stasiun ini. Dimana apabila ditinjau dari segi tarif dasar yang dikeluarkan pengelola parkir tidak bersifat akumulatif (tarif yang dikeluarkan tidak menghitung durasi atau lamanya parkir). Kondisi ini tidak memberatkan bagi pengguna jasa parkir di Stasiun Cicalengka. Prasarana tempat parkir yang disediakan di Stasiun Cicalengka dikelola oleh pihak swasta atau masyarakat, hal tersebut terjadi karena pada umumnya para pengguna parkir dengan pihak pengelola parkir telah saling mengenal satu sama lainnya.