BAB III IMAJINASI ANAK A. Pengertian Imajinasi Anak 1.
Pengertian Imajinasi Dalam penggunaannya imajinasi dan fantasi sering diartikan sama, namun demikian imajinasi lebih condong pada proses, sedangkan fantasi lebih menunjuk pada produk dari daya imajinasi anak. Utami Munandar mendefinisikan imajinasi sebagai “suatu proses dimana unsur-unsur pengalaman digabung membentuk produkproduk baru”.1 Sedangkan fantasi ialah “daya untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan yang sudah ada, dan tanggapan baru itu tidak harus sesuai dengan benda-benda yang ada”.2 Beberapa ahli mengemukakan rumusan imajinasi/fantasi yang hampir sama walaupun redaksinya berbeda, diantaranya : 1. Michael Le Boeuf, imajinasi ialah “fasilitas mental manusia yang paling kuat dan timbulnya ide-ide baru”.3 2. R.M. Gerard, imajinasi kreatif ialah “tindakan pikiran yang menghasilkan ide-ide baru atau pengetahuan baru”.4 3. Kartini
Kartono,
fantasi
ialah
“kemampuan
menggunakan
tanggapan-tanggapan yang sudah ada (dimiliki) untuk menciptakan tanggapan-tanggapan baru”.5 4. Bimo Walgito, fantasi ialah “kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru”.6 1
S.C. Utami Munandar ( ed. ), Kreativitas Sepanjang Masa, ( Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1988 ), hlm. 46. 2 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002 ), hlm. 39. 3 Michael Le Boeuf , Imageenering, ( Semarang : Dahara Prize, 1990 ), hlm. 14. 4 Sulaiman Sahlan dan Maswan, Multi Dimensi Sumber Kreativitas Manusia,, ( Bandung : Sinar Baru, 1988 ), hlm. 42. 5 Kartini Kartono, Psikologi Umum, ( Bandung : Bandar Maju, 1996 ), hlm 67. 6 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, ( Yogyakarta : Andi Offset, 1993 ), hlm. 102.
32
33 5.
Dakir, fantasi ialah “kemampuan daya jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan barudengan bantuan tanggapan yang telah ada, dan tidak perlu sesuai dengan kenyataan”.7 Menurut Lester D. Crow dan Alice Crow , “These so-called
imagination images are based upon past experiences but take on new form and can be regarded as productive or creative images”.8 Artinya : Imajinasi didasarkan pada pengalaman-pengalaman masa lalu kemudian mengambil bentuk baru yang dapat dianggap sebagai hasil sebuah pemikiran kreatif. Mengenai klasifikasi imajinasi, Sulaiman Sahlan membagi imajinasi ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama merupakan bentuk imajinasi yang tidak dapat dikendalikan, misalnya halusinasi, ilusi, lamunan dan penyakit-penyakit sejenisnya. Sedangkan kelompok kedua merupakan bentuk imajinasi yang dapat dikendalikan, yang dapat disetir sesuai dengan kemauan, misalnya berupa ide-ide yang berguna, ide-ide yang tampak agak kreatif dan ide-ide yang benarbenar kreatif.9 Dari
sudut
pandang
yang
lain,
Sumadi
Suryabrata
mengklasifikasikan fantasi atau imajinasi menjadi dua macam, yaitu : a. Fantasi tak disadari b. Fantasi disadari10 Fantasi yang tak disadari merupakan fantasi yang terjadi secara tak sengaja, artinya seseorang sudah melampaui dunia riil namun ia tidak tahu kalau telah masuk kedalam dunia imajinair ( khayal ). Sedangkan fantasi disadari merupakan fantasi yang terjadi dengan disengaja, artinya ada usaha untuk masuk ke dunia Imajinair.
7
Dakir, Dasar-dasar Psikologi, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1993 ), hlm. 64. Lester D. Crow dan Alice Crow, General Psychology, ( New Jersey : Barnes and Noble, 1954 ), hlm. 214 9 Sulaiman Sahlan dan Drs. Maswan, op. cit., hlm. 35-36. 10 Sumadi Suryabrata, op. cit., hlm. 40. 8
34 Fantasi yang disadari ini dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu fantasi aktif dan pasif. Fantasi secara aktif dikendalikan oleh pikiran dan kemauan, sementara fantasi secara pasif tidak dikendalikan, ia hanya membiarkan saja sebagai wadah tempat bermainnya tanggapantanggapan. Kemudian fantasi yang disadari secara aktif dibedakan lagi menjadi dua macam, yaitu fantasi mencipta dan fantasi terpimpin. Fantasi mencipta merupakan fantasi yang bersifat menciptakan atau mengadakan tanggapan-tanggapan yang benar-benar baru. Sedangkan fantasi terpimpin hanya mengikuti gambaran angan-angan atau fantasi orang lain. Sedangkan menurut proses terjadinya fantasi, fantasi dapat dibagi
menjadi
tiga
macam,
yaitu
mengabstraksikan,
11
mengkombinasikan dan mendeterminasikan.
Bersifat mengabstrasikan jika dalam berfantasi ada bagianbagian yang dihilangkan, misalnya hutan yang penuh dengan pepohonan; dengan menghilangkan pepohonan tersebut, maka menjadi tanah lapang yang gersang. Bersifat mendeterminasikan jika dalam berfantasi sudah ada semacam skema tertentu tetapi diisi oleh gambaran lain, misalnya, misalnya gambaran telaga tetapi diperbesar, maka jadilah lautan. Kemudian fantasi bersifat mengkombinasikan jika dalam berfantasi menggabungkan bagian dari tanggapan yang satu dengan tanggapan
yang
lain,
misalnya
gambaran
seorang
dikombinasikan dengan tubuh ikan, jadilah ikan duyung.
11
Sardjoe, Psikologi, ( Pasuruan : Garoeda Buana Indah, 1994 ), hlm.134 - 135.
wanita
35 2.
Tahap-tahap Perkembangan Anak Pembagian tahab perkembangan yang paling tua dikemukakan oleh Aristoteles, dia menggambarkan perkembangan anak sejak lahir sampai dewasa dalam tiga periode : 1. 0,0 – 7,0
: Masa anak kecil, masa anak bermain
2. 7,0 – 14,0
: Masa anak, masa belajar
3. 14,0 – 21,0
: Masa pubertas, masa menuju dewasa12
Sedangkan Jean Piaget, seorang ahli psikologi perkembangan Perancis,
mengemukakan
bahwa
perkembangan
kognitif
atau
kemampuan berpikir pada anak terbagi menjadi lima tahap, Yaitu : 1. Tahap sensori motor ( sensory motor stage ), yakni pada usia 0 – 2 tahun. Pada masa ini bayi bisa membedakan
dan mengetahui
nama-nama benda. a. Tahap pra operasional (pre operasional stage) usia 2 – 7 tahun. Tahab ini terbagi lagi atas tahab prakonseptual ( preconceptual stage) usia 2 - 4 tahun masa awal perkembangan bahasa dengan pemikiran yang sederhana, b. Tahap pemikiran intuitif ( intuitive thought ), yaknini usia 4 – 7 tahun. Merupakan masa berpikir khayal, dan anak belum bisa berpikir abstrak, jangkauannya masih pendek 2. Tahap operasi konkrit ( concrete operational ), yakni usia 7 – 11 tahun. Pada masa ini kemampuan berpikir anak lebih tinggi, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang konkrit. 3. Tahap operasi formal ( formal operational ), yakni pada usia 11 tahun ke atas. Pada tahap ini kemampuan berpikir anak telah sempurna, karena ia sudah bisa berpikir abstrak, analitis dan sintetis.13
12
Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, ( Jakarta : Aksara Baru, 1988 ), hlm. 59. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, ( Bandung : Remaja Rosda Karya, 2003 ), hlm. 118. 13
36
Kemudian
Singgih
D.
Gunarsa
juga
membagi
tahap
perkembangan anak menjadi 5, yaitu : 1. Masa pra lahir Masa ini dimulai dari terjadinya konsepsi sel sperma dan sel telur sampai
seorang
bayi dilahirkan.
Pada masa
ini
terjadui
pertumbuhan yang cepat sekali pada berbagai alat dan jaringan tubuh. 2. Masa jabang bayi Masa ini dimulai sejak bayi dilahirkan sampai berumur 2 minggu. Merupakan masa penyesuaian terhadap kehidupan yang baru. 3. Masa bayi Masa ini berkisar antara 2 minggu sampai 1 tahun, di mana kehidupannya sangat bergantung pada orang lain, kemudian secara bertahap
kemampuannya
berkembang
dalam
memenuhi
kebutuhannya sendiri walaupun masih secara sederhana, termasuk didalamnya kemampuan dalam berkomunikasi. 4. Masa anak Masa ini berlangsung sampai sekitar
14 tahun, yang terbagi
menjadi masa anak dini, masa pra-sekolah, dan masa anak sampai menjelang remaja Dalam masa ini seluruh aspek perkembangan meningkat dan mengalami perubahan besar, dari proses-proses berpikir yang banyak didominasi oleh khayalan-khayalan sampai proses-proses berpikir objektif dan riil. 5. Masa remaja Masa ini mulai sejak usia 14 – 21 tahun. Merupakan suatu masa peralihan dari dunia anak ke dunia dewasa, dan biasanya dimulai dari perubahan-perubahan secara fisik.14 14
Singgih D. Gunarso, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, ( Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1997 ), hlm. 59 – 60.
37 Kemudian sebagai salah satu dasar untuk menentukan apakah seorang anak telah mengalami perkembangan dengan baik atau tidak, bisa dilihat dari apa yang dinamakan tugas-tugas perkembangan, yaitu tugas-tugas yang timbul pada masa-masa perkembangan tertentu. Tugas-tugas perkembangan ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu, tugas-tugas perkembangan pada anak usia 0 – 6 tahun dan tugastugas perkembangan pada anak usia 6 – 12 tahun. − Tugas-tugas perkembangan pada anak usia 0 – 6 tahun 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Berjalan Belajar memakan makanan yang keras Belajar berbicara Belajar untuk mengatur dan mengurangi gerak-gerik tubuh yang tidak perlu Belajar mengenal perbedaan-perbedaan jenis kelamin dengan cirri-cirinya Mencapai stabilitas fisiologi membentuk konsep-konsep sederhana mengenai realitasrealitas sosial dan fisik Belajar untuk melibatkan diri secara emosional dengan orang tua, saudara-saudara dan orang lain Belajar untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah dan membentuk nurani
− Tugas-tugas perkembangan pada anak usia 6 – 12 tahun 1. Belajar kemampuan-kemampuan fisik yang diperlukan agar bisa melaksanakan permainan atau olah raga yang biasa 2. Membentuk sikap-sikap tertentu terhadap dirinya sebagai pribadi yang sedang tumbuh dan berkembang 3. Belajar bergaul dengan teman-teman seumurnya 4. memperkembangkan kemampuan-kemampuan dasar dalam membaca, menulis dan menghitung 5. Memperkembangkan nurani, moralitas dan skala nilai 6. Memperoleh kebebasan pribadi 7. Membentuk sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan institusi.15
15
Ibid., hlm. 63 -64
38 B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Imajinasi Anak Suatu kemampuan atau bakat dapat dikembangkan melalui latihan. Karena latihan diperlukan untuk mengembangkan jiwa maupun raga, termasuk pengembangan imajinasi. Beberapa ahli psikologi menyatakan bahwa ada beberapa factor yang mendorong perkembangan imajinasi anak, antala lain : 1. Utami Munandar. Menurut Utami, imajinasi anak usia pra-sekolah dapat dirangsang melalui aneka ragam kegiatan dan aneka ragam bahan, seperti melukis, bercerita, membangun dengan balok, tanah liat, lilin dan bahan-bahan lain.16 2. Dewa Ketut Sukardi, menyatakan bahwa, cerita selain berfungsi untuk mengakrabkan hubungan antara orang tua dengan anak juga dapat digunakan untuk mengembangkan kepribadian dan imajinasi.17 3. Abu Ahmadi, ia juga menyatakan pendapat yang sama, bahwa cerita bermanfaat bagi perkembangan pengamatan, ingatan, fantasi dan pikir.18 4. Menurut Michael Le Boeuf, pengembangan kemampuan kreatif imajinasi ) dapat dipengaruhi oleh :
(
Pengalaman, percaya diri,
permainan dan teka teki, hobi, membaca, dan menulis19 5. Sulaiaman Sahlan, dimana kemampuan kreatif ( Imajinasi ) dapat dikembangkan dengan: Pengalaman, permainan, hobi dan kesenian, bacaan, mengarang, dan latihan memecahkan masalah20 Walaupun Michael Le Bouf dan Sulaiman Sahlan tidak secara langsung menyatakan tentang cerita, namun sebenarnya beberapa point yang dikemukakan oleh mereka secara tidak langsung bersinggungan dengan cerita. 16
S.C. Utami Munandar, op. cit., hlm. 46. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Perkembangan Jiwa Anak, ( Jakarta : Ghalia Indonesia, 1987 ), hlm. 27. 18 Abu Ahmadi dan Zul Afdi Ardian, Ilmu Jiwa Anak, ( Bandung : Armico, 1989 ), hlm. 86. 19 Michael Le Boeuf , op. cit., hlm. 50 – 54. 20 Sulaiman Sahlan dan Drs. Maswan, op. cit., hlm. 27 – 34. 17
39
Pengalaman yang dialami sendiri cenderung selalu diingat dan akan muncul setiap akan diperlukan. Melancong atau bepergian merupakan jenis pengalaman yang dapat menghidupkan imajinasi, tidak hanya anak-anak bahkan juga dalam diri orang tua. Disamping itu perjalanan dapat memperluas cakrawala berpikir sehingga dapat memperbesar pencetusan ide. Seseorang yang selalu tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ditemuinya, maka kemampuan kreatifnya akan menyusut. Namun sebaliknya orang yang bergantung pada daya pikir sendiri, akan semakin pandai menemukan ide-ide baru untuk mengatasi persoalan hidupnya. Jenis permainan juga dapat memberikan kondisi imajinatif, karena dalam permainan anak dapat saling mengenal dan menghargai satu sama lain, belajar membiasakan diri bekerja dengan orang lain, dan dapat mengalami berbagai perasaan, dapat mengembangkan fantasi dan potensipotensi yang lain. Walaupun tidak semua hobbi dapat merangsang imajinasi, namun ada beberapa hobi yang dapat merangsang imajinasi. Melukis, menggambar atau memahat serta pekerjaan-pekerjaan tangan lainnya, misalnya dengan mengumpulkan barang-barang bekas dan mengubahnya menjadi barang-barang-barang yang berguna. Membaca secara selektif dan aktif merupakan sebuah latihan yang berguna untuk imajinasi, misalnya membaca novel atau cerita. Bercerita merupakan cara yang menarik dan berhasil guna untuk merangsang ungkapan secara lisan, yakni dengan membaca setengah bagian dari cerita tersebut dan mencoba menemukan pemecahan sebelum mambaca bagian selanjutnya. Menulis atau mengarang sangat bermanfaat untuk melatih imajinasi. Dengan menulis atau mengarang pikiran dapat terorganisasi dengan baik, sehingga dalam menghadapi persoalan orang yang terbiasa
40
mengarang tidaklah merasa bingung, karena telah terbiasa latihan berpikir dan memecahkan masalah. Menurut Elizabeth B. Hurlock setidaknya ada enam ( 6 ) hal yang dapat meningkatkan kreativitas, yaitu : Waktu, Kesempatan menyendiri, dorongan, sarana, lingkungan yang merangsang, hubungan orang tua dengan anak, cara mendidik anak dan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan.21 Seorang anak harus diberikan waktu seluas-luasnya untuk bermainmain dengan gagasan-gagasannya sendiri agar menjadi kreatif. Anak juga jangan terlalu banyak diatur sehingga hanya sedikit waktu bebas bagi mereka, metode yang digunakan harus yang dapat membuat anak berkreasi. Lingkungan rumah dan sekolah harus merangsang kreativitas dengan memberikan bimbingan dan dorongan untuk menggunakan sarana yang akan mendorong kreativitas. Hubungan pribadi antara orang tua dan anak mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan, dan dapat merangsang imajinasi. Orang tua yang tidak terlalu melindungi atau terlalu posesif terhadap anak, mendorong anak untuk mandiri dan percaya diri, dua kualitas yang sangat mendukung kreativitas. Menurut Utami Munandar, ada beberapa contoh sikap orang tua yang memupuk kreativitas, yaitu : 1. Memberi perhatian dan kasih sayang 2. Memahami keinginan dan kebutuhan anak’ 3. Mendengarkan anak dengan baik 4. Berdialog dengan anak 5. Menjawab pertanyaan anak 21
Elizabeth B. Hurlock, Alih Bahasa : dr. Med. Meitasari Tjandrasa, Perkembangan Anak, ( Jakarta : Erlangga, 1990 ), hlm. 11.
41
6. Terbuka untuk pendapat dan gagasan anak 7. Mendorong anak untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya , secara lisan, tulisan atau melalui media lain 8. Lebih banyak memberi pujian daripada hukuman22 C. Tingkat Perkembangan Imajinasi Anak Ribot
(1906),
sebagaimana
yang
dikutip
oleh
Hasan
Langgulung, merupakan salah seorang peneliti pertama mengenai imajinasi, dia menyatakan bahwa dalam perkembangannya antara imajinasi dan penalaran
saling bersaing, di mana imajinasi
berkembang lebih cepat pada masa-masa awal, namun pada saat tertentu penalaran berkembang lebih cepat dan imajinasi justru berjalan menurun.23 Sedangkan
Mc.
Milan
menemukan
tiga
peringkat
perkembangan imajinasi, yaitu : a. Anak-anak mempunyai rasa keindahan yang bertugas sebagai suatu jalan pintas menuju pengetahuan b. Anak-anak mulai mengenal realita c. Anak-anak mulai mengerjakan dengan sangat sederhana cita-cita pandangan
pertamanya
tentang
benda-benda
sebagaimana
adanya.24 Chalotte Buhler, sebagaimana dikutib Abu Ahmadi, membagi perkembangan fantasi anak menjadi tiga (3), yaitu : 1. 0 – 4 masa cerita struwelpeter 2. 4 – 8 masa cerita khayal 3. 8 – 12 masa cerita realistis 25 22
S.C. Utami Munandar, op. cit., hlm. 42. Hasan Langgulung, Kreativitas dan Pendidikan Islam, ( Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1991 ), hlm. 331 24 Ibid. 23
42
Pada masa-masa tahun pertama, seorang anak biasanya senang terhadap cerita-cerita mengenai anak nakal, rambut panjang, kuku panjang kumal dan lain-lain. Ia juga lebih senang mementingkan dirinya sendiri. Pada tahun-tahun ke dua, anak banyak dipengaruhi daya khayalnya, sehingga mereka amat menyukai cerita-cerita khayal. Dan pada tahun-tahun ke tiga, mereka sudah mulai senang pada ceritacerita yang bersifatr realistis, seperti sejarah, para pahlawan dan lain sebagainya. Legion membagi tingkat perkembangan imajinasi anak lebih rinci lagi, yaitu : a. Sejak lahir – 2 tahun b. Umur 2 – 4 tahun c. Umur 4 – 6 tahun d. Umur 6 – 8 tahun e. Umur 8 – 10 tahun f. Umur 10 – 12 tahun g. Umur 12 – 14 tahun h. Umur 14 – 16 tahun i. Umur 16 – 18 tahun26 Anak-anak mulai mengembangkan imajinasi sepanjang tahun pertama. Dia mulai menanyakan nama-nama , benda-benda, berusaha meniru suara-suara atau irama-irama. Dalam masa ini, pertumbuhan kreatif dapat dirangsang dengan berbagai cara, misalnya permainan-permainan sederhana, blok-blok besar, boneka dan lain-lain.
25
Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, ( Jakarta : Rineka Cipta, 1991 ), hlm. 64 – 65. 26 Hasan Langgulung, op. cit., hlm. 333 – 350.
43 Pada usia ini anak-anak mempelajari dunia melalui pengalaman langsung,
dan
mengulangi
pengalamannya
dalam
permainan
pertuturan dan imaginatif. Dia juga mulai ingin mengerjakan sesuatu untuk dirinya sendiri. Hal ini dapat membantunya menciptakan kepercayaan pada kemampuan dirinya sendiri. Anak-anak antara umur 4 – 6 tahun memiliki imajinasi yang baik. Sifat ingin tahunya sangat besar. Perasaan ingin tahu ini merupakan pangkal dari berkembangnya daya kreasi, karena perasaan ingin tahu selalu menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam diri si anak. Ia juga mulai menyadari perasaan-perasaan orang lain dan mulai
memikirkan
bagaimana
tindakan-tindakannya
akan
mempengaruhi orang lain. Kepercayaan dirinya dapat dikembangkan melalui seni kreatif, misalnya belajar peranan melalui permainan purapura, melalui pengalaman-pengalaman baru dan permainan kata-kata Menurut Legion imajinasi anak-anak pada umur 6 – 8 tahun mengarah ke realisma sedemikian rupa sehingga ia berusaha mengulangi perincian dalam sebuah permainan. Dalam permainan peranan inilah bisa diselipkan cerita-cerita yang melambangkan prinsip-prinsip moral. Anak umur 8 – 10 tahun semakin bertambah kemampuannya dalam menggunakan berbagai ketrampilan yang dimilikinya untuk menjadi kreatif. Anak umur 10 – 12 mulai senang menemukan dan merintis melalui pengalaman-pengalamannya. Bakat-bakat musik dan seni musik cepat berkembang. Pada masa ini anak perlu diberi banyak pengalaman untuk merancang tindakan dan mengambil keputusankeputusan. Sepanjang umur 12 – 14 tahun anak-anak jenius menghasilkan performan mekanikal.
dalam
bidang-bidang
imaginatif,
seni,
musik
dan
44 Di antara umur 14 – 16 tahun banyak kegiatan imajinatif nampak ditumpukan pada kerjanya.Masa ini merupakan masa untuk menolong mereka berpikir tentang kemampuannya untuk mencapai keberhasilan kerjanya serta menciptakan idea-idea karyanya. Anak-anak umur 16 – 18 tahun merasa perlu menggunakan imajinasinya sepenuhnya untuk menentukan apa yang penting dan apa yang tidak. Disini ia telah mempunyai kemampuan berpikir menggunakan abstraksi dan menterjemahkan ide-idenya dalam pekerjaannya. Kemudian secara global
Dr. Abdul Aziz Abdul Majid
membagi perkembangan imajinasi anak menjadi lima tahap, yaitu : 1. Fase realita yang dibatasi dengan lingkungan sekitar. 2. Fase imajinasi liar tak terikat 3. Fase petualangan dan kepahlawanan. 4. Fase ambisius dan emosional yang tinggi. 5. Fase normatif dan tata nilai.27 Fase pertama dimulai usia tiga sampai lima tahun, daya imajinasi mereka masih terbatas pada segala sesuatu yang ada disekitarnya. Cerita yang cocok untuk mereka adalah seputar dunia fabel, tumbuh-tumbuhan maupun sejenisnya. Fase kedua dimulai sekitar usia lima sampai delapan tahun, mereka suka membayangkan sesuatu yang ada di luar realitasnya, sehingga membutuhkan ruang khayal yang bebas. Fase ketiga dimulai pada usia delapan sampai dua belas tahun, mereka sedikit demi sedikit mulai meninggalkan semua hal yang fiktif menuju hal-hal yang realistis. Cerita yang disukai adalah cerita yang menggambarkan petualangan dan kepahlawanan. Fase ke empat dimulai sekitar usia dua belas sampai delapan belas tahun, yang merupakan fase peralihan menuju masa remaja. 27
Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Anak Lewat Cerita, terj. : Syarif Hade Masyah, ( Jakarta : Mustaqim, 2003 ), hlm. 23 – 29.
45 Sedangkan fase ke lima dimulai pada usia delapan belas tahun dan terus berlanjut sampai usia setelahnya. Pada tahap ini mereka sudah berada pada tahap kematangan berpikir dan bermasyarakat. Sedangkan Abu Ahmadi membagi tingkat kecenderungan anak akan cerita menjadi beberapa tahap : 1. Antara umur tiga dan empat tahun anak sudah dapat dipikat dengan cerita yang bnetuk dan isinya bertalian dengan diri anak tersebut. 2. Antara umur empat dan lima tahun, dalam diri anak mulai timbul minat besar terhadap cerita. 3. Pada umur lima sampai delapan tahun, minat anak akan cerita kebih besar lagi, bahkan dapat dikatakan anak haus akan cerita. Walaupun kadang anak tahu bahwa cerita itu tidak sesuai dengan kenyataan, namun tidak ada yang membantahnya sewaktu mendengarkan ceritanya. 4. Umur delapan tahun ke atas minat anak terhadap dongeng mulai berkurang, hal ini disebabkan oleh : − Anak sudah mulai berpikir kritis; − Pengamatan sudah mulai teratur dan teliti; − Minat anak mulai tertuju pada hal-hal yang obyektif.28 Dalam penulisan skripsi ini, penulis hanya memfokuskan masalah pada tingkat perkembangan imajinasi anak antara usia tiga sampai dua belas tahun. Pembatasan pada usia ini disebabkan anak pada usia tiga sampai dua belas tahun sudah memenuhi syarat untuk mendengarkan cerita dengan baik.
28
Abu Ahmadi dan Zul Afdi Ardian, op. cit., hlm. 82.
46 D. Ekspresi Imajinasi Pada Anak Terdapat banyak cara untuk mengekspresikan kreativitas pada masa kanak-kanak, di antaranya : Animisme, bermain drama, teman imajiner, melamun, dusta putih, humor dan bercerita.29 1.
Permainan animisme Animisme adalah kecenderungan anak menganggap benda mati sebagai hidup. Pemikiran animistik ini dapat membantu anak untuk membayangkan posisi dirinya pada posisi orang lain, yang berarti mengembangkan sikap simpati dan empati.
2.
Permainan drama Permainan ini bisa disebut dengan permainan pura-pura, dimana anak meniru perilaku orang tertentu yang didasarkan atas situasi dalam kehidupan. Disini anak belajar bekerja sama dengan memainkan peran yang sesuai dengan pola peran yang dimainkan anak lain. Ini sangat membantu anak meningkatkan kosa kata yang dimiliki dan juga menimbulkan rasa percaya diri atas kemampuannya berkomunikasi dengan teman sebayanya.
3.
Teman imajiner Teman imajiner adalah orang, hewan, atau benda yang diciptakan anak dalam khayalannya untuk memainkan peran seorang teman. Hal seperti ini sering dimunculkan ketika anak tidak menemukan teman sebaya yang bisa diajak bermain.
4.
Melamun Melamun biasa disebut dengan berkhayal, dan khayalan merupakan pelarian atau mekanisme defensif yang memberikan hiburan dari kenyataan yang tidak memuaskan.
5.
Dusta putih Dusta putih adalah kebohongan yang diceritakan seorang anak yang sebenarnya merasa yakin bahwa hal itu benar dan tidak bertujuan menipu orang lain. Artinya anak tersebut yakin tentang kebenaran hal-
29
Elizabeth B. Hurlock, op. cit., 12 – 23.
47
hal yang dikatakannya, karena hal itu tampak sangat jelas dan realistis, 6.
sehingga dianggapnya benar. Humor atau Melucu Humor mempunyai banyak bentuk, misalnya karikatur, membadut, berolok-olok, menirukan tingkah laku seseorang atau binatang dan sebagainya.
7.
Bercerita Bercerita merupakan salah satu bentuk ekspresi imajinatif seorang anak yang jarang menimbulkan kritikan, karena lebih banyak segi positifnya dibanding segi negatifnya. Dengan bercerita anak dapat belajar bagaimana berbicara dengan orang lain, yang sangat diperlukan dalam kehidupan sosialnya.