Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Pelatihan Bahasa Rupa kepada Guru Sekolah Dasar untuk Mengembangkan Kreativitas dan Imajinasi Anak Noeratri Andanwerti1
ABSTRACT: In the era of the creative industries need the younger generation propulsion creative and innovative ways to contribute to advancing the national economy. To give birth to creative young people who need to be supported with education to develop the creative potential of the next generation. The importance of the role of teachers in educating and developing the creative potential of children. Teaching art in elementary school is one of the means to develop the creative potential of children. Unfortunately, art education is often considered less important and are not supported by competent educators. Teachers in educating and developing the creative potential of children need to understand that the child is a unique individual and his uniqueness is reflected in what diekpresikannya. Potential child's creativity and approach need to be encouraged through appropriate learning methods, so that the child's potential to develop optimally. One method is through the understanding of the visual language of children. Visual language is a tool for reading images of children that need to be understood by educators that children are more excited to be creative because they are getting a good appreciation of the teachers. For children to draw what is important is the process of pouring the imagination into the picture is not solely the result. Visual language training for teachers is expected to provide a good understanding of the visual language of the child so that the child can have a good motivation in developing the potential of creativity and imagination. Keywords: visual language, creativity, imagination, education, child ABSTRAK: Di era industri kreatif diperlukan generasi muda sebagai tenaga penggerak yang kreatif dan inovatif untuk memberikan kontribusi memajukan perekonomian nasional. Untuk melahirkan generasi muda yang kreatif perlu didukung dengan pendidikan yang dapat mengembangakan potensi kreativitas generasi penerus bangsa. Pentingnya peran guru dalam mendidik dan mengembangkan potensi kreativitas anak-anak. Pengajaran seni rupa di sekolah dasar merupakan salah satu sarana untuk mengembangkan potensi kreatif anak. Sayangnya pendidikan seni rupa sering dianggap kurang penting dan tidak didukung oleh tenaga pendidik yang kompeten. Guru dalam mendidik dan mengembangkan potensi kreativitas anak perlu memahami bahwa anak merupakan individu yang unik dan keunikannya tercermin dari apa yang diekpresikannya. Potensi kreativitas anak perlu didorong melalui pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat, sehingga potensi anak dapat berkembang secara optimal. Salah satu metodenya adalah melalui pemahaman bahasa rupa anak. Bahasa rupa adalah alat untuk membaca gambar anak yang perlu dipahami oleh para pendidik agar anak lebih bergairah dalam berkreasi karena mereka mendapatkan apresiasi yang baik dari para guru. Bagi anak menggambar yang penting adalah proses menuangkan imajinasi ke dalam gambarnya bukan semata-mata hasilnya. Pelatihan bahasa rupa untuk guru diharapkan dapat memberikan pemahaman yang baik tentang bahasa rupa anak sehingga anak dapat memiliki motivasi yang baik dalam mengembangkan potensi kreativitas dan daya imajinasinya. Kata Kunci: bahasa rupa, kreativitas, imajinasi, pendidikan, anak
Pendahuluan Saat ini pemerintah mendorong masyarakat, terutama yang berusia muda, untuk terus mengembangkan dan memajukan industri kreatif di dalam negeri. Menurut data Kemenperin, industri kreatif diperkirakan bisa tumbuh rata-rata 7% per tahun. sektorsektor industri kreatif memberikan kontribusi signifikan untuk pertumbuhan ekonomi, baik melalui nilai tambah, penyerapan tenaga kerja, maupun ekspor. 1
Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Tarumanagara,
[email protected]
C-704
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Di Indonesia, industri kreatif didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu. Pemanfaatan untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi serta daya cipta individu tersebut (Kompas, 2011) Pendidikan di bidang industri kreatif masih sangat kurang. Padahal, kontribusi industri kreatif dalam perekonomian nasional terus meningkat. Peningkatan itu tentunya membutuhkan tenaga-tenaga kreatif, inovatif, dan andal. Tidak akan mungkin tenagatenaga kreatif ini terbentuk tanpa adanya jenjang pendidikan di bidang industri kreatif. Generasi muda adalah penggerak di bidang industri kreatif. Untuk itu pendidikan yang dapat mengembangkan potensi kreativitas generasi muda memiliki peranan penting dalam menghasilkan tenaga-tenaga kreatif di masa depan. Pengajaran seni rupa di sekolah dasar merupakan salah satu sarana untuk mengembangkan potensi kreatif anak. Sayangnya bidang seni rupa masih dipandang tidak terlalu penting didalam materi maupun metode pengajarannya bahkan tenaga pengajarnya pun tidak kompeten karena para guru seni rupa di sekolah bukan dari bidang ilmu seni rupa itu sendiri. Sehingga kebanyakan anak didik memiliki kemampuan seni rupa yang monoton dan standar bahkan cenderung pasif dan tidak terlalu dipentingkan, padahal di era ekonomi kreatif sekarang ini kemampuan kreatif sangat penting diketahui dan dikuasai. Untuk itu para guru perlu dibekali pengetahuan dan ketrampilan dalam mengembangkan potensi kreativitas anak. Tujuan dari kegiatan pelatihan guru ini adalah memberikan pemahaman tentang pentingnya kreativitas pada guru-guru untuk kemudian diturunkan kepada anak didiknya dan membekali para guru dengan keterampilan baru yang dapat meningkatkan kreativitas para guru tersebut Manfaat dari kegiatan ini adalah agar para guru lebih memahami tentang pentingnya kreativitas, menambah keterampilan baru sebagai metode untuk meningkatkan kreativitas guru dalam memberikan pembelajaran pada anak didiknya. Kreativitas Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Conny Semiawan (1984). Semua anak memiliki potensi kreativitas. Potensi kreativitas ini dapat dilihat melalui kemampuan alamiah seorang anak dalam mengeksplorasi apapun yang ada di sekitarnya. Peran guru sangat penting dalam mengembangkan potensi kreativitas anak (siswa) agar dapat tumbuh secara maksimal. Kreativitas menurut Utami Munandar (2002) didefinisikan berdasarkan empat P, pertama pribadi (person), bahwa setiap anak adalah pribadi unik dan kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dari keunikan pribadi individu. Kedua proses (process), kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru atau untuk menemukan hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya dalam mencari jawaban baru terhadap suatu masalah, merupakan manifestasi dari kelancaran, fleksibilitas dan orisinalitas pemikiran anak. Ketiga pendorong (press), kreativitas dapat berkembang jika ada “press” atau pendorong, baik dari dalam (dorongan internal, keinginan, motivasi atau hasrat yang kuat dari diri sendiri) untuk berkreasi,maupun dariluar,yaitu lingkungan yangmemupuk dan mendorong pikiran, perasaan, sikap dan perilaku anak yang kreatif dengan memberikan peluang kepada anak untuk bersibuk diri secara kreatif. Keempat produk (product), bahwa produk-produk kreativitas yang konstruktif pasti akan muncul, karena produk kreativitas muncul dari proses interaksi
C-705
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
dari keunikan individu di satu pihak dan bahan, kejadian, orang-orang atau keadaan hidupnya (faktor lingkungan dilain pihak). Dengan adanya dorongan internal maupun eksternal maka produk-produk kreatif dengan sendirinya akan muncul. Misalnya sebagai pendidik menghargai produk kreativitas anak dan mengkomunikasikannya kepada yang lain dengan memamerkan karya anak, hal ini akan menggugah minat anak untuk berkreasi. Imajinasi Imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan (diangan-angan) atau menciptakan gambar-gambar (lukisan, karangan dan sebagainya) kejadian, berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang. Janice Beaty (1994) menyatakan bahwa bagi anak, imajinasi adalah kemampuan untuk merespon atau melakukan fantasi yang mereka buat. Kebanyakan anak dibawah usia tujuh tahun banyak melakukan hal tersebut. Anak dapat mengembangkan daya pikir dan daya ciptanya tanpa dibatasi kenyataan dan realitas sehari-hari. Imajinasi akan membantu kemampuan berpikir fluency (kelancaran), fleksibility (keluwesan), dan originality (orisinalitas) derta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan pada anak. Anak akan dapat menciptakan pengetahuannya sendiri ketika dia bebas berpartisipasi dalam permainan imajinatif. Dengan imajinasi akan membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Maka kita dapat mengembangkan kreativitas anak melalui imajinatif Bahasa Rupa Bahasa rupa adalah alat untuk membaca gambar anak, seni tradisi, gambar prasejarah, gambar seni rupa modern, dan gambar desain. Mengapa pendidik di tingkat pendidikan dasar, sebaiknya memahami bahasa rupa? Menurut Tabrani (2012; 11) selama ini, pendidik dan orang dewasa kurang memahami bahasa rupa gambar anak, hal ini menyebabkan anak kurang bergairah dalam menggambar karena mendapat apresiasi yang kurang baik, sehingga secara tidak langsung menghambat perkembangan kreativitas anak. Pemamparan ini menjelaskan betapa pentingnya pendidik untuk memahami bahasa rupa gambar anak karena terkait dengan perkembangan kreativitasnya. Hal ini dapat dilihat dari cara anak melihat hingga menuangkan proses imajinasinya ke dalam gambar. Bagi anak menggambar yang penting adalah prosesnya bukan hasilnya (Tabrani. 2012; 13). Cara tersebut tentu berbeda dengan pemikiran orang dewasa dalam menuangkan kreativitas dan imajinasinya. Sehingga kerap dalam penilaian gambar, orang dewasa lebih menyukai konstruksi pemikirannya dalam menilai gambar anak.
C-706
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Tabel 1: Skema Perkembangan Gambar Anak dan Bahasa Rupa untuk Bercerita/ Sumber: Tabrani. 2012; 14
Pengembangan Kreativitas dan Imajinasi Anak Passmore (dalam Anna Craft, 2000) menegaskan bahwa secara pedagogis terdapat sejumlah hal yang seorang guru dapat lakukan untuk membantu mengembangkan imajinasi anak agar menjadi kreatif, yaitu: 1. Memberi informasi bagaimana cara untuk menyatakan bahwa terdapat alternatifalternatif secara bebas 2. Menganjurkan anak untuk merefleksikan (mengungkapkan) alternatif-alternatif yang mungkin bagi mereka. 3. Guru dapat memperkenalkan anak pada dunia penuh kemungkinan, dengan membuka pikiran mereka dengan berbagai alternatif cara untuk “merasakan” 4. Melalui pelajaran seni, guru dapat membantu anak untuk melihat dunia dengan sudut pandang yang berbeda. Metode Penelitian Kegiatan pelatihan ini diawali dari kebutuhan dari pihak sekolah yang ingin membekali para guru dengan pengetahuan dan kemampuan dalam mengembangkan potensi kreativitas anak. Sekolah Dasar Negeri 01 Kebun Jeruk Jakarta Barat secara periodik bekerja sama dengan pihak lain seperti HIMPAUDI (Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia) mengadakan pelatihan-pelatihan bagi para guru. Pelatihan ini dilaksanakan melalui kerjasama Lembaga Pengabdian Kepada
C-707
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Masyarakat dan Ventura (LPKMV) Universitas Tarumanagara dengan HIMPAUDI Jakarta Pelatihan para guru di SDN 01 Kebun Jeruk Jakarta Barat ini dilatarbelakangi oleh keinginan para guru untuk mengembangkan metode dan media pembelajaran seni rupa. Karena metode dan media pembelajaran yang ada dirasakan cukup membosankan, kurang variatif, dan kesulitan mereka dalam memotivasi anak agar lebih kreatif. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah ceramah dan memberikan praktek teknik-teknik yang dapat meningkatkan kreativitas para guru, misalnya teknik menggambar, media gambar, metode penyampaian tugas. Metode yang variatif dalam pembelajaran kreativitas ini kemudian menjadi bekal pembelajaran untuk anak didiknya. Tahapan kegiatan pelatihan terdiri dari : 1. Tahap persiapan Pada tahap ini dilakukan diskusi dengan pihak perwakilan para guru dan ditemukan bahwa para guru sering mengalami kesulitan dalam metode pembelajaran kreativitas karena latar belakang para guru yang bukan berasal dari bidang seni rupa serta mereka menemukan hambatan motivasi anak didiknya dalam pembelajaran seni rupa. 2. Tahap pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan pelatihan para guru diberikan ceramah dan pengenalan metode pembelajaran seni rupa menggunakan dasar teori bahasa rupa dengan fokus pengembangan kreativitas anak. Para guru juga diminta melakukan praktek menggunakan berbagai media pembelajaran seni rupa. 3. Tahap evaluasi Pada tahap ini para guru peserta pelatihan diminta memberikan pendapat mengenai pelatihan yang telah diberikan Hasil Dan Pembahasan Pengembangan kemampuan dasar anak melalui pembelajaran seni rupa 1. Perkembangan fisik yang berkaitan dengan kegiatan seni adalah kemampuan gerak. Gerak/motorik dapat dibedakan menjadi motorik kasar dan motorik halus. Dalam pembelajaran seni rupa, seorang anak dilatih untuk menggunakan motorik halusnya.
Gambar 1: Anak melatih gerak/motorik halus melalui kegiatan melukis (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015)
C-708
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
2. Daya serap berkaitan dengan kemampuan manusia menerima masukan dari inderanya. Dalam kegiatan belajar, kepekaan anak untuk menafsirkan dan merespon masukan-masukan amat penting, menyerap hal yang terjadi di lingkungan/alam sekitar, menyerap kesan untuk dituangkan lewat lukisan.
Gambar 2: “Balap Lari” Karya Demas, 5 tahun (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015) 3. Daya pikir berkaitan dengan kemampuan manusia mengolah kesadaran terhadap lingkungannya, mengolah pengetahuan yang dimiliki, dan menunjukkan hubungan dirinya dengan lingkungannya. Melalui kegiatan seni, seorang anak mengembangkan kesadaran terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam kegiatan ini diperlukan proses olah pikir untuk bisa menjadi suatu karya seni dan hal ini dapat meningkatkan kemampuan pengamatan dan berpikir kritis anak
Gambar 3:
“Gambar Kebun Binatang” karya Fio, 5 tahun (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015)
C-709
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
4. Emosi berkaitan dengan kemampuan manusia mengungkapkan perasaannya secara bebas dan spontan. Hal yang tidak bisa diungkapkan lewat kata-kata dapat diekspresikan lewat karya seni. Lukisan: tarikan garis, warna, bentuk, dsb merupakan bahasa rupa yang mengekpresikan perasaan dan pemikiran
Gambar 4:
Anak berlatih kepekaan melalui tarikan garis (Sumber: google.com)
5. Daya cipta atau kreativitas berkaitan dengan kemampuan manusia berpikir kreatif. Kreatif berkaitan dengan hal yang baru, unik, dan khas. Karya seni yang baik bukan hasil mencontek atau meniru karya lain. Karya lain bisa menjadi sumber ilham, tapi kita harus mendorong anak-anak membuat kreasi karya yang lain agar karya mereka memiliki “nilai kebaruan” (orisinalitas)
Gambar 5:
“Unicorn” Karya Demas, 5 tahun (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)
6. Cita rasa keindahan berkaitan dengan kemampuan - manusia dalam menata unsur-unsur seni secara harmonis berdasarkan kaidah-kaidah seni. Kesadaran akan nilai-nilai keindahan melalui kegiatan berolah seni, berfungsi untuk menyelaraskan otak kanan dan otak kiri sehingga membuahkan cara berpikir kritis dan kreatif.
C-710
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Gambar 6:
Anak menyusun melalui olahan garis dan warna (Sumber: google.com)
7. Seni pun memberi kesadaran pada anak bahwa manusia berhubungan dengan manusia yang lain. Kesadaran sosial ini diolah dalam kegiatan seni sehingga menumbuhkan sikap dan perasaan dalam berkomunikasi, bekerja-sama, dan menghargai pendapat manusia lain. Kegiatan menggambar bersama memberikan kesenangan tersendiri bagi anak dan di dalam prosesnya mereka berlatih sikap berbagi dan toleransi. Simpulan Melalui kegitan ini dapat ditarik simpulan bahwa para guru telah memiliki cukup pengetahuan tentang pembelajaran seni rupa terutama kegiatan menggambar, namun tidak didukung oleh kemampuan seni rupa yang baik, karena latar belakang para guru yang tidak berasal dari bidang seni rupa, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam mencari variasi media pembelajaran, metode penyampaian, dan teknik menggambar. Para guru belum memahami konsep bahasa rupa anak, sehingga seringkali melihat gambar anak dari perspektif orang dewasa. Bahasa rupa anak berbeda dengan bahasa rupa orang dewasa yang telah memiliki pengalaman dan konsep berpikir kritis dan rasional. Beberapa guru mengalami kesulitan memotivasi anak didiknya untuk lebih kreatif, terutama dalam kegiatan menggambar bebas. Yang mana anak didik cenderung bertanya obyek apa yang harus digambar, dan meminta para guru memberikan contoh. Hal ini seringkali menjadi acuan dalam menggambar, sehingga mereka terpaku pada pola gambar yang dicontohkan guru. Sehingga terpola gambar yang “benar” harus seperti contoh yang guru berikan. Pada evaluasi hasil pelatihan, peserta memberikan penilaian bahwa pelatihan ini bermanfaat bagi pengembangan wawasan dan ketrampilan serta menjadi bekal untuk proses belajar mengajar, khususnya dalam mengembangkan potensi kreativitas dan imajinasi anak.
C-711
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Daftar Pustaka Semiawan, Conny R; Munandar, A. S.; Munandar, S.C. Utami. (1984). Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah: Petunjuk Bagi Guru dan Orang. Jakarta: PT. Gramedia. Munandar, S.C. Utami. (2002). Kreativitas dan Keberbakatan : Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT. Gramedia. Tabrani, Primadi. (2012), Bahasa Rupa. Bandung: Penerbit Kelir. Tabrani, Primadi. (2014), Proses Kreasi. Bandung: Penerbit ITB.
C-712