BAB III DESAIN PENELITIAN
III.1
Obyek Penelitian Objek penelitian yang akan diteliti adalah laporan keuangan dari beberapa
perusahaan manufaktur yang terdaftar yang tedaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama kurun waktu tiga (3) tahun yaitu tahun 2007, 2008, dan 2009. Pengambilan perusahaan manufaktur disebabkan karena ingin berfokus pada jangkauan atau lingkupan perusahaan manufaktur agar terlihat secara jelas pengaruh faktor terhadap praktik perataan laba serta manufaktur merupakan jenis industri yang berkembang pesat dan memiliki ruang lingkup yang sangat besar. Pemilihan obyek penelitian tersebut didukung oleh penelitian Ronen dan Sadan (1981) dalam Herni dan Susanto (2008) menyimpulkan bahwa perusahaan dalam industri yang berbeda akan meratakan laba mereka pada tingkatan yang berbeda, oleh karena itu tidak dapat digabungkan perusahaan manufaktur dengan non mauufaktur dalam melihat terjadinya praktik perataan laba.
III.2
Desain Penelitian Berdasarkan karakteristik masalah, penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini merupakan penelitian dengan tipe masalah berupa pengaruh antara dua variabel atau lebih dengan mengidentifikasikan fakta atau peristiwa tersebut sebagai variabel yang dipengaruhi (variabel dependen) dan melakukan penyelidikan terhadap variabel yang mempengaruhi (variabel independen), seperti
besaran perusahaan, profitabilitas, net profit margin, price to book value, financial leverage, dan operating leverage.
III.2.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan perusahaan sampel dan data lain yang telah diaudit dengan periode penelitian dari periode 2007 sampai dengan periode 2009. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung, yaitu melalui media perantara yang diperoleh peneliti dari: 1. Laporan keuangan perusahaan manufaktur
yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia (BEI), 2. Indonesian Capital Market Directory (ICMD), 3. http://www.idx.co.id
III.2.2 Penentuan Jumlah Sampel Dalam penelitian ini, sampel yang diambil dari perusahaan yang dianggap telah mewakili populasi dari industri tekstil yang sudah go public sesuai dengan penyaringan kriteria sampel yang ada. Penentuan jumlah sampel perusahaan berdasarkan dengan metode pengumpulan sampel. Perusahaan manufaktur yang terpilih sebagai sampel sebanyak 38 perusahaan.
III.2.3 Metode Pengumpulan Sampel Populasi yang ditetapkan pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling method, yaitu metoda pengambilan sampel yang disesuaikan dengan syarat tertentu atau secara tidak acak (Indriantoro dan Supomo, 1999:131). Karakteristik yang diperlukan untuk mendukung kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan yang telah terdaftar sebelum tanggal 1 Januari 2007 dan masih tercatat di BEI sampai dengan 31 Desember 2009. 2. Harus mempublikasikan laporan keuangan tahunan dan berakhir pada tanggal 31 Desember. 3. Menggunakan mata uang rupiah dalam pelaporan keuangannya. 4. Laporan keuangan tidak mengalami kerugian selama periode penilaian. 5. Tidak melibatkan perusahaan yang melakukan akuisisi, merger, dan mengalami perubahan sektor industri selama periode penelitian.
III.2.4 Metode Analisis Data III.2.4.1
Uji Statistik
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan SPSS for windows 11.5 untuk menguji serta mengetahui variabel bebas terhadap variabel terikat. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data. Deskripsi dari suatu data tersebut dapat berupa mean, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum (Ghozali, 2006:19).
III.2.4.2
Uji Hipotesis
Metode analisa data yang digunakan untuk menganalisis variabel yang mempengaruhi praktik perataan laba adalah logistic regression dengan alpha 5 %. Menurut Ghozali (2006), regresi logistik (logistic regression) digunakan apabila variabel dependen dalam hubungan yang sedang diuji merupakan variabel dummy (dummy variable). Untuk regresi logistic, variabel independennya dimungkinkan berskala interval, rasio atau bahkan berbentuk variabel dummy.
Model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut: Ln [p / (1-p)] = a + b(TA) + c(PRFT) + d(NPM) + e(PBV) + f(FL) + g(OL) + ε Keterangan : Ln [(p / (1-p)] = Perata laba (1); non perata laba (0) a
= Intercept atau konstansta
a-d
= Koefisien
TA
= Besaran Perusahaan
PRFT
= Profitabilitas
NPM
= Net Profit Margin
PBV
= Price to Book Value
FL
= Financial Leverage
OL
= Operating Leverage
III.2.4.2.1
Overall Model fit (-2 log likelihood)
Menurut Ghozali (2006), nilai -2 log likelihood yaitu langkah pertama dalam menganalisa overall model fit terhadap data. Fungsi likelihood L dari model adalah probabilitas dari model yang dihipotesiskan dapat menggambarkan data input L yang akan ditransformasikn menjadi -2logL yaitu yang hanya memasukkan konstanta dan variabel bebas. Model regresi ini layak digunakan atau baik apabila angka -2 log likelihood menurun nilainya dibandingkan antara iterasi pada block 0 (yang hanya konstanta saja) dengan iterasi pada block 1 (iterasi yang mengikutkan semua variabel independen).
III.2.4.2.2
Nagelkerke R2
Nilai Nagelkerke R2 dilihat dari tabel model summary. Artinya adalah persentase (%) variasi dari variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen dalam model ini, dan sisanya dijelaskan oleh variasi variabel independen yang tidak terdapat dalam model (Ghozali, 2006).
III.2.4.2.3
Hosmer and Lemeshow Test
Menurut Ghozali (2006), nilai Hosmer and Lemeshow test menunjukkan nilai signifikansi. Apabila nilai signifikansi > alpha, maka nilainya tidak signifikan dan ini menunjukkan bahwa model fit dengan data observasi penelitian. Hipotesisnya adalah sebagai berikut: Ho = model fit/layak dengan data observasi penelitian Ha = model tidak fit/tidak layak dengan data observasi penelitian
III.2.5 Operasionalisasi Variabel III.2.5.1
Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah praktik perataan laba yang merupakan variabel dummy dengan ukuran binominal, yaitu 1 untuk perusahaan perata laba dan 0 untuk perusahaan non perata laba. Model yang digunakan dalam perataan laba adalah indeks Eckel. Informasi tentang perusahaan mana saja yang dapat dikategorikan perusahaan perata laba dan non perata laba dapat diketahui setelah menggunakan indeks Eckel. Menurut Herni dan Susanto (2008) indeks Eckel diukur dengan Coefficient Variation (CV) variabel penghasilan (laba) dan variabel penjualan bersih. Adapun indeks Eckel dihitung sebagai berikut:
Indeks Eckel =
CV ∆I CV ∆S
Keterangan: ∆I
: Perubahan laba dalam satu periode
∆S
: Perubahan penjualan dalam satu periode
CV
: Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai diharapkan. Apabila
: CV ∆I > CV ∆S
yang
Maka perusahaan tidak digolongkan sebagai perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba. CV ∆I
= Koefisien variasi untuk perubahan laba
CV ∆S
= Koefisien variasi untuk perubahan penjualan
CV ∆I dan CV ∆S dapat dihitung sebagai berikut : CV ∆I dan CV ∆S
=
Variance Expected Value
atau
√( ∆x - ∆x )2 : ∆x √ n–1
Keterangan: ∆x
: Perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n-1 dan tahun n
∆x
: Rata-rata perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n-1 dan tahun n
n
: Banyaknya tahun yang diamati
Langkah-langkah yang dilakuka untuk perhitungan indeks Eckel adalah sebagai berikut: 1. Menghitung penjualan dan laba bersih dari masing-masing perusahaan dari tahun 2007-2009 2. Menghitung perubahan penjualan dan laba bersih dari tahun 2007-2009 3. Menghitung koefisien perubahan laba dan perubahan penjualan 2007-2009 4. Dengan diperolehnya koefisien perubahan laba dan koefisien perubahan penjualan dari tahun 2007-2009 maka perhitungan indeks Eckel perusahaan yang diteliti dapat dilakukan. 5. Perusahaan yang memiliki nilai indeks kurang dari satu dikategorikan sebagai perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba, sedangkan perusahaan yang
mempunyai indeks sama dengan lebih dari satu termasuk perusahaan non perataan laba (Jatiningrum, 2000).
III.2.5.2
Variabel Independen
Variabel
independen
merupakan
tipe
variable
yang
menjelaskan
dan
mempengaruhi vaariabel dependen (Indriantoro dan Supomo, 1999:663). Penelitian ini menggunakan besaran perusahaaan, profitabitilitas, net profit margin, price to book value, financial leverage, dan operating leverage.
III.2.5.2.1
Besaran Perusahaan
Besaran perusahaan menunjukkan ukuran besar kecilnya suatu perusahaan. Semakin besar skala suatu perusahaan maka semakin kompleks pemasalahan yang dihadapi, sehingga semakin diperlukan adanya pengawasan khusus. Menurut Hadori Junus (1992), besaran (size) perusahaan dapat diukur melalui: total asset, total ekuitas, dan total laba. Total aset, ekuitas, penjualan, jumlah karyawan ataupun jumlah laba yang diperoleh sampai pada jumlah tertentu, diklasifikasikan sebagai perusahaan besar dan sebaliknya. Semakin besar asset demikian juga omset, modal atau jumlah karyawan mengindikasikan semakin komplek kegiaan dalam perusahaan. Dengan demikian, semakin panjang rentang kendali sehingga semakin besar kemungkinan terjadi inefisiensi dan penyimpangan baik dilakukan dengan sengaja maupun tidak disengaja. Dalam kondisi ini jasa eksternal audit diduga akan mendapat peran penting. Size (Total Aset) = natural log aktiva
III.2.5.2.2
Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan salah satu rasio keuangan yang menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.Jadi dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas ialah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Budiman 2007, p6). Perhitungan rasio profitabilitas diambil dari:
Net Income Profitabilitas (ROA) = Total Assets
III.2.5.2.3
Net Profit Margin
Variabel ini diukur dengan rata-rata rasio antara laba bersih setelah pajak dengan total penjualan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dengan rumus: Net Income After Tax NPM = Total Sales
III.2.5.2.4
Price to Book Value
Dalam penelitian ini, price to book value mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh (Brigham dan Houstan, 1999:92) dalam Kustono (2008:143). Price to book value (PBV) lebih dari satu menunjukkan bahwa perusahaan memiliki nilai di mata pasar sehingga pasar mengapresiasinya. Menurut Kustono (2008: 143) price to book value diukur menggunakan rasio, dengan rumus:
Harga Pasar per Lembar Saham PBV
= Nilai Buku per Lembar Saham
III.2.5.2.5
Financial leverage
Financial leverage adalah kemampuan perusahaan dalam membayar hutang dengan aktiva yang dimiliki perusahaan. Variabel ini diberi simbol FL yang merupakan perbandingan total hutang terhadap nilai buku total aktiva (Suranta dan Merdistusi (2004) dalam Herni dan Susanto (2008)). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dan rumus untuk menghitung financial leverage adalah:
Total Liabilities FL = Total Assets
III.2.5.2.6
Operating Leverage
Variabel ini merupakan suatu indikator perubahan laba bersih yang diakibatkan oleh besarnya volume penjualan. Operating leverage bersangkutan dengan penggunaan aktiva atau operasi perusahaan yang disertai dengan biaya tetap dengan harapan bahwa revenue yang dihasilkan oleh aktiva itu akan cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Skala pengukurannya adalah rasio dengan rumus DOL (Degree of Operating Leverage):
% changes of earnings before interest and taxes DOL
= % changes of sales
III.2.6 Uji Ketepatan Prediksi Pengujian ketepatan prediksi dapat dilihat dari classification table. Menurut Ghozali (2006:234) dasar pengambilan keputusan adalah dengan melihat nilai overall percentage correct. Pada model yang sempurna, semua kasus akan berada pada diagonal dengan tingkat ketepatan peramalan 100%. Tipe kesalahan dalam prediksi:
1.
Kesalahan prediksi tipe 1 (Type 1 prediction error) Yaitu jika perusahaan perata laba diprediksi sebagai non perata laba.
2.
Kesalahan prediksi tipe 2 (Type 2 prediction error) Yaitu jika perusahaan non perata laba diprediksi sebagai perata laba.