BAB III DASAR-DASAR KOMUNIKASI NIRKABEL DAN BROADBAND WIRELESS ACCESS
3.1 Komunikasi Data Komunikasi adalah proses pertukaran informasi dengan menggunakan sistem simbol yang sama. Secara sederhana, komunikasi data dapat diartikan sebagai pertukaran informasi (data) dengan menggunakan sistem transmisi elektronik baik menggunakan kabel (wireline) maupun tanpa kabel (wireless). Contoh dari komunikasi data ini adalah komunikasi antara beberapa komputer pada tempat yang berlainan, automatic teller machine (ATM). Data yang digunakan bisa berupa alfabet, nomor, atau simbol yang biasanya terdiri atas segala sesuatu atau kombinasi yang berhubungan dengan kode biner, alpha (numeric symbol), data program,atau informasi database.
Gambar 3.1 Dasar-Dasar Komunikasi Data 3.1.1 Media Transmisi Saluran transmisi merupakan media perantara yang menghubungkan antara sistem komputer X dengan sistem komputer Y yang letaknya berjauhan sehingga komputer ini dapat saling bertukar informasi data. Baik buruknya kualitas saluran transmisi sangatlah menentukan jalannya suatu komunikasi. Semakin baik saluran transmisi, komunikasi dapat menjangkau tempat yang jauh dengan kecepatan tinggi. Secara umum jenis media transmisi yang sering digunakan adalah a. Guided Guided transmission media atau media transmisi terpandu merupakan jaringan yang menggunakan sistem kabel.
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Contoh: 1.
Kabel coaxial Kabel coaxial adalah suatu kebel elektrik yang terdiri atas suatu kawat
yang dapat menghantar aliran/arus listrik (inner/main wire), diselubungi oleh suatu isolator yang dimana isolator tersebut juga diselubungi oleh kawat lagi yang berbentuk seperti anyaman/kawat serabut (outter/ground) lalu dilapisi lagi oleh isolator yang terakhir.
Gambar 3.2 Kabel Coaxial
Gambar 3.3 Bagian Kabel Coaxial
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kabel coaxial berfungsi untuk menyalurkan / menghantarkan frekuensi tinggi / rendah atau sinyal broadband. Inner dari coaxial yang diselubungi outer biasanya terhubung ground. Hal ini untuk menghindari interferensi sinyal lain/gelombang elektromagnetik yang tidak diinginkan. 2.
Twisted Pair Suatu kawat yang biasanya digunakan untuk kabel jaringan data
(komunikasi data) dan telepon. Kabel ini dibelit satu sama lain untuk memperkecil gangguan atau interferensi dari kabel lain yang sama-sama dibelit dengan kabel lainnya / satu pasang kabel dibelit satu sama lainnya (Alexander Bel Graham : 1881). Twisted pair mempunyai bandwidth yang lebih kecil dibandingkan dengan kabel coax atau fiber optik. a. Shielded Twisted Pair (STP) Kabel STP ini mempunyai shield masing-masing. Selain itu, shield yang terluar, kabel ini pasangannya pun sangat bagus terhadap interferensi gelombang yang lain atau crosstalk. STP ini sering digunakan untuk jaringan token ring.
Gambar 3.4 Kabel Shielded Twisted Pair (STP)
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Unshielded Twisted Pair (UTP) Kabel UTP ini tidak perlu banyak shielding hanya berisi kabel utama untuk penggunaan telepon dan biasanya kabel ini digunakan untuk jaringan komputer, terutama pada kabel tambahan atau koneksi jaringan temporer yang membutuhkan kabel dengan fleksibelitas tinggi.
Gambar 3.5 Kabel UTP Unshielded Twisted Pair (UTP) Secara umum pemasangan kabel UTP ini ada dua cara yaitu: 1) Kabel Straight Kabel straight adalah istilah untuk kabel yang menggunakan standar yang sama pada kedua ujungnya.
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.6 Susunan Kabel UTP Straight Kegunaan kabel UTP Straight adalah a) Menghubungkan komputer ke port biasa di switch. b) Menghubungkan komputer ke port LAN modem cable/DSL. c) Menghubungkan port WAN router ke port LAN modem cable/DSL.
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2) Kabel Crossover
Gambar 3.7 Susunan Kabel UTP Crossover Kegunaan kabel crossover adalah a) Menghubungkan 2 buah komputer secara langsung b) Menghubungkan 2 buah hub/switch. 3. Fiber Optik Suatu gelas tipis yang dirancang untuk transmisi data dengan menggunakan cahaya. Sebuah serat fiber yang sebesar satu helai rambut mampu mentransmisikan triliunan bit per detiknya. Di samping kapasitas transmisi yang sangat besar yang dimiliki oleh fiber optik, fiber optik juga menyediakan banyak keuntungan dibandingkan kabel listrik dan kabel tembaga. Fiber optik sering digunakan untuk transmisi jarak jauh dan fiber optik ini lebih aman dan apabila ada kesalahan/kerusakan pada serat fibernya, mudah untuk dideteksi.
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.8 Kabel Fiber Optik 3.2 RF (Radio Frekuensi) Salah satu cara untuk menerapkan komunikasi nirkabel adalah dengan menggunakan gelombang radio. Gelombang radio dapat didefinisikan sebagai gelombang elektromagnetik yang memuat bermacam informasi. Radio dapat mendukung komunikasi satu arah, seperti radio AM atau FM, dan televisi, yang memiliki pemancar (transmitter) pada satu sisi dan penerima (receiver) pada sisi lainnya. Radio juga dapat mendukung komunikasi dua arah, seperti telepon seluler atau walkie-talkie, yang pada kedua sisi yang berhubungan terdapat pemancar (transmitter) dan penerima (receiver). ”Radio
Frequency
(RF) dapat
didefinisikan sebagai
gelombang
elektromagnetik yang merambat pada kecepatan cahaya, atau 186.000 mil per detik (300.000 km / s).”
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Berdasarkan frekuensinya, gelombang radio dapat diklasifikasikan sebagai berikut Tabel 3.1 Klasifikasi Gelombang Radio Klasifikasi
Frekuensi
VLF Very Low Frequency
Panjang Gelombang
9 kHz – 30 kHz
33 km – 10 km
LF
Low Frequency
30 kHz – 300 kHz
10 km – 1 km
MF
Medium Frequency
300 kHz – 3 MHz
1 km – 100 m
HF
High Frequency
3 MHz – 30 MHz
100 m – 10 m
VHF Very High Frequency
30 MHz – 0.3 GHz
10 m – 1 m
UHF Ultra High Frequency
0.3GHz – 3 GHz
1 m – 100 mm
SHF Super High Frequency
3 GHz – 30 GHz
100 mm – 10 mm
30 GHz – 300 GHz
10 mm – 1 mm
EHF Extremely High Frequency
3.3 Propagasi Gelombang Radio Propagasi gelombang radio dapat didefinisikan sebagai perambatan gelombang pada media perambatan. Media perambatan atau biasa disebut juga dengan saluran transmisi gelombang dapat berupa fisik, yaitu sepasang kawat konduktor, kabel coaxial,l dan berupa nonfisik, yaitu gelombang radio atau sinar laser. Di bawah ini merupakan gambaran singkat tentang propagasi gelombang.
Gambar 3.9 Propagasi Gelombang Radio Radio adalah gelombang elektromagnetik yang propagasinya bergantung pada frekuensi, jarak, refleksi, halangan, dan bentuk geografis. Karena hubungan antarkomponen tersebut sangat kompleks, sangat mustahil untuk menentukan nilai pasti gelombang pada suatu titik di udara. Ilmu statistik memegang peranan
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
penting
untuk
menentukan
kecenderungan
sifat
propagasi
gelombang
elektromagnetik di udara. 3.4 Free Space Loss (FSL) Konsep free space loss dan zona fresnel merupakan salah satu contoh sifat-sifat propagasi gelombang elektromagnetik. Konsep ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai kelayakan suatu sistem broadband wireless access (BWA). Gelombang radio, seperti halnya gelombang cahaya, akan melemah seiring bertambahnya jarak yang ditempuhnya. Besarnya redaman yang berkaitan dengan jarak yang ditempuh pada ruang bebas ini dinamakan sebagai free space loss (FSL). FSL ini hanya akan berlaku bila jalur sepanjang pihak pengirim dan penerima bebas dari halangan, baik secara visual maupun sepanjang area yang dinamakan sebagai zona fresnel. Zona fresnel didefinisikan sebagai kumpulan elipsoid sepanjang jalur propagasi radio antara dua titik.
Gambar 3.10 Grafik Redaman Terhadap Jarak Pada 1,2,5 dan 10 GHz Jalur propagasi radio harus bersih tanpa halangan, baik secara langsung (Line of sight) maupun secara fresnel. Zona fresnel berupa daerah elips yang terletak pada jalur propagasi antarantena hasil pola difraksi dari circular aperture.
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.11 Zona Fresnel Berupa Daerah Elips Zona fresnel salah satu yang harus diperhitungkan. Objek penghalang yang berada pada zona fresnel akan merefleksikan gelombang radio yang datang. Akibatnya gelombang dengan informasi yang sama dapat berpropagasi melalui jalur yang berbeda. Gelombang pantul tentunya tiba di sisi penerima lebih lambat dibanding gelombang langsung. Hal ini menjadi masalah karena menyebabkan terjadinya distorsi sinyal di sisi penerima. Bahkan, superposisi gelombang pantul dengan gelombang langsung dapat saling meniadakan apabila gelombang pantul datang terlambat sebesar ½ λ atau berbeda fasa 180o dengan gelombang langsung.
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.12 Distorsi gelombang
Gambar 3.13 Gelombang yang saling meniadakan 3.5 Modulasi Proses modulasi atau demodulasi memungkinkan stasiun-stasiun dapat memancarkan dan menerima informasi yang ingin kita ketahui maupun yang ingin kita kirimkan, baik dalam bentuk komunikasi suara, data, fax, ataupun berupa video conference. Modulasi adalah suatu proses menumpangkan sinyal informasi pada gelombang pembawa atau frekuensi carrier. Frekuensi carrier tersebut lebih tinggi dari sinyal informasi tersebut dengan tujuan 1. Bisa dipancarkan ke berbagai penjuru, 2. Dapat mencapai jarak yang jauh, 3. Hasilnya dapat diproses, diperkuat, ataupun ditranslasikan ke dalam bentuk frekuensi yang lain, dan 4. Memiliki sifat elektromagnetik. Pada stasiun penerima akan dilakukan proses kebalikan dari proses modulasi, yaitu proses demodulasi. Pada proses ini dilakukan pengambilan kembali sinyal informasi yang terdapat pada gelombang pembawa melalui proses penguatan, seleksi tuning, filtering, down converter, dan lain sebagainya.
30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.14 Proses Modulasi 3.5.1 Modulasi Analog Modulasi analog yang umum dikenal adalah amplitude modulation (AM), frequency modulation (FM), phase modulation (PM). Pada modulasi analog, sinyal pesan yang dibawa merupakan sinyal analog. Bila amplitudo sinyal carrier mempunyai hubungan linier dengan sinyal pesan, maka didapatkan sinyal amplitude modulation (AM), sedangkan bila fasa atau turunan fasa sinyal carrier mempunyai hubungan linear dengan sinyal pesan maka didapatkan sinyal ), phase modulation (PM) atau frequency modulation (FM).
Gambar 3.15 Contoh Modulasi Analog
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.5.2 Modulasi Digital Pada modulasi digital, sinyal pesan yang dibawa merupakan sinyal digital. Kebanyakan teknologi komunikasi modern saat ini menggunakan modulasi digital. Beberapa jenis modulasi digital yang sering digunakan antara lain a.
Binary Phase Shift Keying (BPSK) Pada modulasi BPSK, bit-bit sinyal pesan dikodekan dengan mengubah
fasa dari sinyal carrier. Tiap bit ‘0’ atau ‘1’ masing-masing akan diwakili oleh satu simbol berupa sinyal sinusoidal sehingga akan terdapat dua simbol yang berbeda fasa radian atau 180O. Tidak ada alasan yang mengharuskan penggunaan fasa tertentu, tetapi biasanya fasa sinyal yang digunakan adalah 45O dan 225O.
Gambar 3.16 Contoh Modulasi BPSK b.
Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Prinsip modulasi QPSK hampir sama dengan modulasi BPSK, hanya pada
modulasi ini satu simbol mewakili 2 bit sehingga akan ada 4 simbol mewakili ‘00’ 01’ ‘10’ dan ‘11’ yang masing-masingnya memiliki beda fasa sebesar /4 radian atau 90O. Sama seperti BPSK, pada umumnya simbol-simbol pada QPSK dimulai dari fasa 45O. Modulasi ini akan memiliki bandwith 2 kali lebih efisien dari BPSK, dan efisiensi masih dapat terus ditingkatkan dengan menambah jumlah simbol yang digunakan. Dengan menggunakan 8 simbol yang masing-masingnya mewakili 3 bit, akan didapatkan 8-PSK dengan bandwith yang lebih efisien dari QPSK. Akan tetapi, meningkatkan jumlah simbol membutuhkan medium transmisi yang lebih bebas dari derau sehingga ada batasan yang harus diperhatikan dalam menentukan modulasi yang akan digunakan.
32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.17 Contoh Modulasi QPSK c.
Quadrature Amplitude Modulation (QAM) Modulasi QAM mengodekan bit-bit ‘0’ dan ‘1’ dengan mengubah fasa dan
amplituda dari sinyal carrier-nya. 4-QAM menggunakan simbol dengan dua tingkat amplituda sinyal dan dua fasa yang berbeda sehingga total didapatkan 4 simbol yang masing-masing mewakili 2 bit. 16-QAM dapat mewakili 4 bit per simbol, dan seterusnya.
Gambar 3.18 Contoh Modulasi QAM
33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 3.2 Perbandingan Modulasi Digital Jumlah Modulasi
Bit per Simbol
Toleransi Fading Tinggi
Noise minimal
BPSK
1
QPSK
2
12 dB
8-PSK
3
18 dB
16-QAM
4
18 dB
64-QAM
5
Rendah
Toleransi
Carrier
Terhadap
Jangkauan
Noise dan
Servis
Interferensi
6 dB
24 dB
Tinggi
Luas
Rendah
Sempit
Beberapa peralatan point-to-point gelombang mikro telah menggunakan modulasi sampai 512-QAM. Seperti modulasi PSK, penambahan jumlah simbol akan menambah efisiensi penggunaan bandwith, tetapi juga memerlukan medium transmisi yang lebih bebas dari derau. 3.6 Broadband Wireless Access (BWA) Akses pita lebar berbasis nirkabel atau broadband wireless access merupakan teknologi akses yang dapat menawarkan akses data/internet berkecepatan tinggi dan berkemampuan menyediakan layanan kapan pun dan dimana pun dengan menggunakan media nirkabel (Wireless). Terdapat beberapa layanan yang ditawarkan oleh penyelenggara BWA, antara lain akses internet broadband, VoIP, multimedia, layanan on demand yang dapat diakses melalui satu perangkat saja secara bersamaan (multiservice). Istilah BWA merujuk kepada base station (sentral) dan terminal station (pelanggan) yang dapat menggunakan BWA untuk konektivitasnya. Aplikasinya dapat berupa point-to-multipoint (seperti layanan E1/T1untuk kebutuhan bisnis) dan point-to-point (untuk koneksi internet backbone). Terdapat dua kategori layanan BWA, yaitu Fixed BWA dan Mobile BWA. Fixed BWA menawarkan layanan akses pelanggan tetap (sebagaimana yang telah diterapkan pada layanan BWA sebelumnya), sedangkan mobile BWA dapat digunakan untuk akses pelanggan tetap dan bergerak. Sejumlah standar teknologi
34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang sedang dikembangakan dan diperjuangkan untuk menjadi standar global untuk layanan BWA antara lain WCDMA (3GPP), CDMA1xEVDO (3GPP2), WiFi (802.11), WIMAX (802.16), dan MobileFi (802.20). Untuk memenuhi kebutuhan layanan akses data dan internet, pita-pita frekuensi BWA dialokasikan dalam range-range (jangkauan) tertentu. Jangkauan ini dapat berbeda di setiap negara, sesuai dengan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Pita frekuensi BWA dibagi menjadi dua, yaitu pita frekuensi eksklusif (yang ditentukan) dan pita BWA noneksklusif (frekuensi yang dipakai juga pada WiFi). Di Indonesia pemerintah mengalokasikan frekuensi BWA sebagai berikut. 1.
Pita Eksklusif a.
Frekuensi 300 MHz (287 – 294 MHz dan 310 – 324 MHz),
b.
Frekuensi 1.5 GHz (1428 – 1452 MHz dan 1498 – 1522 MHz),
c.
Frekuensi 1.9 GHz,
d.
Frekuensi 2 GHz (2053 – 2083 MHz),
e.
Frekuensi 2.5 GHz (2500 – 2520 MHz dan 2670 – 2690 MHz),
f.
Frekuensi 3.3 GHz (3300 – 3400 MHz),
g.
Frekuensi 3.5 GHz (3400 – 3600 MHz), dan
h.
Frekuensi 10.5 GHz (10150 – 10300 MHz dan 10500 – 10650 MHz).
2.
Pita Non Eksklusif a.
Frekuensi 2.4 GHz,
b.
Frekuensi 5.2 GHz, dan
c.
Frekuensi 5.8 GHz.
3.7 Aplikasi dan Pemakaian BWA BWA ini dapat digunakan untuk berbagai macam aplikasinya bergantung pada pelanggan yang menggunakannya. Jenis aplikasi yang digunakannya antara lain sebagai berikut : a.
Otomatisasi bank dengan cabang – cabangnya.
b.
Otomatisasi industri dengan anak perusahaannya.
c.
Internet.
d.
Voice (suara).
35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.8 Keunggulan BWA Karena BWA menggunakan sistem perambatan gelombang melalui media udara, perambatan gelombang radio dipengaruhi oleh banyak hal sepanjang jalur lintasan gelombang sehingga dalam penerapannya perlu diperhitungkan dalam menentukan letak dan tinggi antenna. Hal-hal yang memengaruhi dalam perambatan gelombang di antaranya adalah sebagai berikut a. Redaman propagasi Frekuensi dari base station ke subscribe terminal di pelanggan akan melewati terlebih dahulu daerah redaman propagasi dengan frekuensi yang didapatkan remote tidak murni merupakan frekuensi yang dipancarkan dari sentral. Ini terjadi karena adanya benda yang meredam dan juga mungkin adanya interferensi frekuensi. b. Daerah multipath fading Multipath fading adalah naik turunnya sinyal karena bertemunya gelombang langsung dengan gelombang pantul di penerima. Besar fading tergantung pada beda fasa dan amplitude kedua jenis sinyal. c. Pengaruh kondisi cuaca Kondisi cuaca yang dapat memengaruhi kualitas sinyal adalah pada saat terjadi hujan. Pada saat hujan, sinyal yang diterima dapat melemah hingga 10 dB sehingga kualitas sinyal dapat menurun atau bahkan bisa down atau jatuh. Untuk mengatasi
kondisi
demikian,
Network
Management
System (NMS)
bisa
mengaktifkan Automatic transmit power control (ATPC), yaitu software yang akan selalu menguatkan sinyal yang diterima dari yang terkecil hingga mencapai kondisi standar. Dengan diaktifkannya Automatic transmit power control (ATPC), semua remote bisa bekerja walaupun memiliki sinyal receive yang kecil.
Gambar 3.19 Ilustrasi ATPC 1
36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Automatic transmit power control (ATPC) merupakan sebuah sistem yang mengatur besar kuat sinyal yang dipancarkan TS-RFU secara otomatis sehingga kuat sinyal yang diterima TS-BU memenuhi target RSL yang diinginkan. Seiring bertambahnya redaman, misalnya akibat hujan atau angin, besar RSL di sisi BRU akan mengecil. ATPC kemudian akan mengatur kuat sinyal yang dipancarkan SRU untuk mengompensasi perubahan redaman tersebut.
Gambar 3.20 Ilustrasi ATPC 2 Keuntungan BWA itu sendiri di antaranya adalah 1. Internet tanpa batas (unlimited). 2. Koneksi cepat dan stabil. 3. Bandwidth bisa disesuaikan. 4. Harga murah. 5. Instalasi cepat.
37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.9 Konfigurasi BWA Gambar di bawah ini merupakan gambaran singkat konfigurasi BWA.
Workstation
Router
Workstation
Antena BWA
Antena BWA
Router
Digital Data Network
Modem
Modem CT BWA
CT BWA
Gambar 3.21 Konfigurasi BWA
Gambar 3.22 Topologi BWA 3.10 Spesifikasi Teknik Spesifikasi teknik yang digunakan dalam BWA ini adalah sebagai berikut 1. Interface yang digunakan adalah ethernet. 2. Membutuhkan saluran penghantar, dalam hal ini kabel UTP. 3. Kecepatan pengiriman : 64 Kbps- 2 Mbps. 4. Menggunakan sistem full duplex.
5. Service supported : Data (TDM, FR), Voice, IP (Bridging,Routing). 6. Kapasitas Base Station : 256 Mbps/Sector. 7. Kapasitas Remote Station : 64 Kbps – N x E-1. 8. Modulasi : 64 QAM. 9. Polarisasi : vertikal dan horizontal. 10. Jumlah maksimum ST/Remote : 734/Base station.
38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11. Interface to backhaul : E-3, DS-3, OC-3. 12. NMS : Inband & Outband (SNMP). 13. Air Interface Protocol : ATM. 14. Basic Hardware : SUI & SUO. 15. User Interface : Serial port, E-1 port, Ethernet port. 3.11 Teknologi Yang Digunakan Dalam penerapan teknologinya, BWA menggunakan teknologi gelombang radio, dengan menggunakan teknologi penggabungan frekuensi radio dengan komunikasi data membuat BWA menjadi salah satu media komunikasi data yang handal dan efisien. Frekuensi radio ini dikenal dengan multiple access. Dalam BWA teknologi multiple access yang sering dan banyak digunakan adalah time division multiple access (TDMA) dan code division multiple access (CDMA)
yang dari kedua teknologi tersebut mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing. 3.11.1 Time Division Multiple Access (TDMA) Time division multiple access (TDMA) adalah sistem pembagian frekuensi menjadi bagian-bagian yang sempit per kanal frekuensi sesuai dengan pembagian waktunya. Sistem TDMA ini mempunyai dua aturan standar yang dikeluarkan oleh EIA dari Amerika dan ETSI dari Eropa. Sistem inilah yang digunakan dalam teknologi BWA yang ada di PT Aplikanusa Lintasarta. Selain itu, sistem TDMA ini juga banyak diaplikasikan dalam global system for mobile phone (GSM). 3.11.2 Code Division Multiple Access (CDMA) Code division multiple access (CDMA) adalah sistem pembagian frekuensi menjadi bagian-bagian yang sempit per kanal frekuensi setelah terlebih dahulu diubah menjadi kode-kode tertentu sesuai dengan yang telah dialokasikan. 3.11.3 Perbandingan TDMA dengan CDMA a. Range ( Jangkauan Wilayah ) CDMA mempunyai cakupan wilayah yang lebih luas dibandingkan dengan TDMA.
39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Bandwidth Frekuensi CDMA mempunyai kapasitas yang lebih besar dibandingkan dengan TDMA. Selain itu CDMA mempunyai ketahanan lebih baik terhadap interferensi dalam kanal yang mempunyai kapasitas yang kecil. c) Sectorization ( Sektor Penyebaran Frekuensi ) Sektor penyebaran frekuensi dari CDMA lebih baik dari TDMA. d) Perencanaan Frekuensi Merencanakan frekuensi yang akan digunakan dalam TDMA lebih mudah dibandingkan dengan CDMA. e) Biaya Penggunaan CDMA lebih mahal daripada TDMA.
3.12 Perangkat Yang Digunakan Perangkat yang digunakan pada BWA pada terminal station dibagi menjadi dua bagian yaitu indoor unit dan outdoor unit. 3.12.1 Outdoor Unit Perangkat outdoor atau antena yang terpasang di pelanggan berfungsi untuk memancarkan sinyal data frekuensi 10.5 dari modem yang berupa sinyal up link dan menerima sinyal dari sentral yang berupa sinyal down link
Gambar 3.23 Antena TS-RFU BWA SIEMENS
40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Berikut spesifikasi dari TS-RFU BWA Siemens Tabel 3.3 Spesifikasi Antena Terminal Station Siemens Spesifikasi
Keterangan
Frekuensi
10.15- 10.65 GHz
Luas Jangkauan
8 derajat, 25dBi
Polarisasi
Vertical dan Horizontal
Proteksi Petir
DC Grounded
Ukuran Antena
25 x 25 x 3 cm
Berat
3 Kg (Tanpa Braked)
Pelindung
Plastik
Konektor
N-Male
Jenis
Planar Microstrip Antenna
Fungsi dari TS-RFU ini adalah 1. Menerima sinyal down-link dari base station 2. Memancarkan sinyal up-link ke base station Adapun dua macam posisi antenna diletakkan, di antaranya sebagai berikut 1. Antena ditempatkan di pelanggan dan diarahkan (pointing) ke antena base station yang dituju, dan posisinya bebas terhadap halangan atau Line of sight (LOS). 2. Adanya ruang gerak untuk antena pada posisi azimut (sisi horizontal) sebesar 15 derajat ke kiri dan ke kanan serta elevasi (posisi vertikal atau horizontal) sebesar 30 derajat ke atas dan ke bawah. Tidak ada halangan di hadapan lokasi antena minimal 15 meter. Adapun mounting merupakan tempat menempelnya antena. Mounting ini bentuknya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Ada dua jenis mounting, yaitu mounting dengan pole bracket dan mounting dengan wall bracket. Mounting dengan pole bracket merupakan mounting yang berdiri sendiri hanya menempel pada dak (lantai) sedangkan mounting dengan wall bracket yaitu mounting yang menempel pada tembok atau dinding.
41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pemilihan mounting ini disesuaikan dengan hasil survei di pelanggan dan hasil pemeriksaan struktur tembok sehingga dapat ditentukan menggunakan pole bracket atau wall bracket.
Gambar 3.24 Mounting Wall Bracket
Gambar 3.25 Mounting Pole Bracket 3.12.2 Indoor Unit Fungsi dari perangkat indoor unit adalah untuk mengolah sinyal yang telah diterima pada outdoor unit sehingga pada nantinya sinyal yang yang diolah tersebut akan diproses selanjutnya. Pada BWA Siemens ini sendiri, modem yang digunakan sebagai remote adalah modem jenis TS-BU dari Siemens tipe TS-1300.
42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.26 Modem TS-1300 Siemens
LED Status Indicators IF Ports N-Type TX/RX 48 VDC
LED
LCI Interface
Ethernet Interface Telecom Interfaces Reserved
Gambar 3.27 Panel Depan Modem TS-1300 Siemens
Terminal Station Rear Panel
Power Connection
Ground Screw
Gambar 3.28 Panel Belakang Modem TS-1300 Siemens
43
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Adapun spesifikasinya sebagai berikut Tabel 3.4 Port Modem BWA Port
Keterangan
Ethernet
Koneksi ke jaringan servis Ethernet
LCI
Console modem
Serial
Koneksi servis jaringan frame-relay
IF-Port
Jalan masuknya sinyal ke modem Tabel 3.5 Spesifikasi Radio BWA Siemens Spesifikasi
Keterangan
Metode Akses
Multi Carrier TDMA
Channel Spacing
1.75 MHz
Standard
ETSI TM4
Spectral Efficiency
2,5 Bit/Sec/Hz
Modulasi dan Coding
64 QAM dan Trellis Coding
3.12.3 Kabel Penghubung Kabel penghubung yang berfungsi sebagai penghubung antara TS-RFU dan TS-BU yang digunakan adalah kabel coaxial. Kabel yang digunakan adalah kabel jenis coaxial tipe LMR-400, dengan konektor N-Male TC-400NM.
Gambar 3.29 Coaxial Cable LMR-400
44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.30 Konektor N-Male Adapun spesifikasinya sebagai berikut Tabel 3.6 Spesifikasi LMR-400 Spesifikasi Umum Diameter Luar
0,405 Inchi
Konduktor Inti
Solid
Impedansi
50 Ohm
Konduktor luar
Braid, Foil
Velocity of Prop.
86%
Pelindung
Black PE
Batas Temperatur
-40 sampai 185 F Shielding
>90 dB
3.13 Prinsip Kerja Pensinyalan Suatu sektor pada sebuah base station dapat memancarkan lebih dari satu frekuensi sinyal carrier dengan menggunakan satu BRU untuk tiap-tiap frekuensi sinyal carrier. Dalam hal ini, setiap sinyal carrier dimultiplex menggunakan prinsip FDM. Setiap carrier yang dipancarkan bersifat broadcast dan dapat melayani beberapa terminal station dengan prinsip TDM, dengan satu terminal station menempati satu slot waktu. Penempatan setiap pelanggan ke suatu slot dialokasikan secara dinamis.
45
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.31 Proses Sinyal Downlink Sejumlah terminal station yang berada pada satu sektor dapat mengakses base station secara bersamaan menggunakan prinsip TDMA. Dengan teknologi ini, setiap pelanggan dapat berbagi bandwith yang sama. Sebuah terminal station hanya dapat mengirimkan sinyal bila telah mendapat izin dari base station.
Gambar 3.32 Proses Sinyal Uplink
46
http://digilib.mercubuana.ac.id/