BAB III ANALISIS REPERTOAR
A. Era Barok 1. Amarilli Mia Bella a. Analisis teks Komponis : Giulio Caccini Tonalitas : E minor Sukat : 4/4 Tempo : Moderato
Amarilli mia bella Amarilli kekasihku
Non credi, o del mio cor Janganlah kau ragukan hatiku
Dolce desio Kaulah yang aku puja
Desser tu l’amor mio Kaulah yang aku cintai
Credilo pur, e se timor t’assale Percayalah, kalau kau ragu
Prendi questo mio strale Ambillah panah ini
Aprimi il petto e vedrai scritto il core Buka dadaku dan akan kau lihat tertulis disana
Amarilli eil mio amore Amarilli adalah cintaku
Repertoar ini walaupun memiliki tonalitas minor, namun sang komponis menciptakan karya ini dengan intensi memberikan pernyataan cinta yang
1
bernuansa positif. Sehingga repertoar ini dinyanyikan tidak dengan nuansa yang sendu, namun penuh pengharapan. b. Analisis Struktur : I Tema a (bir 1-3/3)
Tema b (bir 3/4-5/2)
Tema c (bir 5/3-7/2)
Tema d (bir 7/3-10)
Tema e (bir 11-14)
Tema f (bir 15-16)
Tema g (bir 17-20/2)
Tema h (bir 20/4-22/2)
Tema h1 (bir 22/4-24/2)
2
Tema h2 (bir 24/4-27)
II Tema e (bir 28-31)
Tema f (bir 32-33)
Tema g (34-37/2)
Tema h (37/3-39/2)
Tema h1 (39/3-41/2)
Tema h2 (41/4-44/2)
Tema h3 (44/3-50)
2. Where’er you walk (dari Opera Semele) a. Analisis teks Komponis : G. F. Handel Tonalitas : G major Sukat : 4/4 Tempo : Largo 3
Where'er you walk, cool gales shall fan the glade; Kemanapun kau berjalan, angin sejuk akan berhembus dibelakangmu
Trees, where you sit, shall crowd into a shade: Pepohonan, dimana kau duduk, akan merimbunkan daunnya menaungimu
Where'er you tread, the blushing flow'rs shall rise; Kemanapun kau bepergian, bunga-bunga yang merona akan tumbuh
and all things flourish where'er you turn you eyes. Dan semuanya akan tumbuh subuh kemanapun kau melemparkan pandanganmu
Aria ini berkisah ketika seorang gadis (Semele) yang berkeluh kesah kepada orang yang dicintainya (dewa Zeus) tentang kondisinya sebagai seorang manusia biasa, dan dia menginginkan kekekalan seperti Zeus. Lalu mengetahui bahwa hal itu tidaklah mungkin, Zeus berusaha mengalihkan pembicaraan dengan menyanyikan lagu ini kepada Semele. Dengan harapan Semele tidak lagi berpikir tentang menginginkan hidup abadi. Repertoar ini memiliki nuansa yang menenangkan dan memberi penghiburan.
3. Behold, I Tell you a Mystery & The Trumpet Shall Sound a. Analisis teks Komponis : G. F. Handel Tonalitas : D major Sukat : 4/4 (Behold, I Tell you a Mystery), 3/4 (The Trumpet Shall Sound) Tempo : Pomposo, ma non allegro
4
Behold, I tell you a mystery: We shall not all sleep; Dengarkanlah, aku akan memberitahukanmu sebuah misteri. Kita tidak akan tertidur
but we shall all be changed, in a moment, tetapi kita akan dirubah, dalam sekejap
in the twinkling of an eye, at the last trumpet. Sesingkat kedipan mata, saat terompet terakhir dibunyikan
The trumpet shall sound, Terompet akan dibunyikan
and the dead shall be raised incorruptible, dan orang-orang mati akan dibangkitkan dengan tubuh kekal
and we shall be changed. Dan kita akan dirubah
For this corruptible must put on incorruption, Karena badan yang bisa rusak ini harus mengenakan badan yang tidak bisa rusak
and this mortal must put on immortality. Dan badan yang tidak abadi harus mengenakan badan yang abadi
Karya ini merupakan bagian dari Oratorio berjudul “Messiah”, diambil dari alkitab 1 Korintus 15:51-53. Mengisahkan tentang seorang malaikat yang datang membawa
kabar,
bahwa
pada
waktunya
nanti,
terompet
akan
berkumandang, dan mereka yang terpilih akan dibangkitkan dan diberikan tubuh yang kekal. Repertoar ini memiliki nuansa yang megah dan tegas.
5
B. Era Klasik La Vendetta (dari Opera Le Nozze di Figaro) a. Analisis teks Komponis : W. A. Mozart Tonalitas : D mayor Sukat : 4/4 Tempo : Allegro
Bene, io tutto farò: Baiklah, aku akan melakukan semuanya:
senza riserve tutto a me palesate. sekarang ceritakan semuanya, jangan ada yang ditutupi.
Avrei pur gusto Bagaimana aku akan menikmati
di dar per moglie la mia serva antica memberikan pelayan tuaku sebagai istri kepada orang
a chi mi fece un dì rapir l'amica. Yang telah membuatku kehilangan Rosina
La vendetta, oh, la vendetta Balas dendam, oh nalas dendam
È un piacer serbato ai saggi. Adalah kesenangan mereka yang bijak
L'obbliar l'onte, l'oltraggi, Untuk melupakan penghinaan dan kemarahan
È bassezza, è ognor viltà. Adalah tindakan rendah dan pengecut
Coll'astuzia, coll'arguzia, Dengan ketepatan, dengan kecerdikan
Col giudizio, col criterio,
6
Dengan penilaian, dengan teliti
Si potrebbe, il fatto è serio, Seseorang dapat melakukannya, ini adalah hal yang serius
Ma credete, si farà. Tapi percayalah, ini akan diselesaikan
Se tutto il codice dovessi volgere, Kalaupun aku harus memutar balik semua hukum yang tertulis
Se tutto l'indice dovessi leggere, Kalaupun aku harus membaca semua yang tertulis didalamnya
Con un equivoco, con un sinonimo, Dengan keteguhan, dengan penggantinya
Qualche garbuglio si troverà. Aku akan menemukan caranya
Tutto Siviglia conosce Bartolo, Seluruh pelosok Siviglia tahu siapa itu Bartolo
Il birbo Figaro vinto sarà. Figaro yang lancang itu akan tahu rasa
Repertoar ini adalah bagian dari opera Le Nozze di Figaro (pernikahan Figaro), bercerita tentang rencana pembalasan dendam sang penyanyi (Bartolo) kepada Figaro yang telah merebut orang yang dicintainya (Rosina). Seperti semua karya dari Mozart, walaupun karya ini bercerita tentang pembalasan dendam, tetapi Mozart selalu memberikan nuansa yang riang.
b. Analisis Struktur Recitative (bir 1/4-7) I
Bagian A Tema A (bir 9-12)
7
Motif a (bir 9-10/2) Motif a1 (bir 11-12/2)
Tema B (bir 14-17)
Tema B1 (bir 18-21)
Tema C (bir 23-27) Motif c (bir23-25/2)
Motif c1 (bir 25/4-27/2) Tema D (bir 28-37) Motif d (bir 28-31/1)
Motif d1 (bir 32-37/2)
Bagian B Tema E (bir 38-45) Motif e (bir 38/3-39/2)
Motif e1 (bir 40/3-41/2)
8
Motif e (bir 42/3-43/2)
Motif e1 (bir 44/3-45/2)
Motif e2 (bir 46/3-47/2)
Motif e2 pengembangan (bir 48/3-53/1)
Tema F (bir 53/4-57/2) Motif f (bir 53/4-55/2.1)
Motif f1 (bir 55/2.2- 56/2.1)
Motif f1 (bir 56/2.2-57/2)
Bagian C Tema C (bir 59-64) Motif c2 (bir 59-61/1)
Motif c2 (bir 62-64/1)
Recitative (bir 66/2-74) Tema G (bir 75/2-80/2)
9
II Tema A (bir 81-101) Motif a2 (bir 81-82/3)
Motif a3 (bir 83-84/3)
Motif a4 (bir85/2-86/2)
Motif a5 (bir 87/2-89/3)
Motif a1 (bir 90/91/3)
Motif a4 (bir 92/2-93/2)
Motif a5 pengembangan
(bir 94/2-96)
Motif a6 pengembangan a3 & a4 (bir 97-101/1)
CODA Motif a7 cuplikan a6 (bir 102-103/1)
10
Motif a7
(bir 104-105/1)
Motif a7 variasi
(bir 106-107/1)
C. Era Romantik 1. Vous qui faites l’endormie (dari Opera Faust) a. Analisis teks Komponis : Charles Gounod Tonalitas : G minor Sukat : 3/4 Tempo : Allegretto
Vous qui faites l’endormie, Kau yang seharusnya sudah tertidur
N’entendez-vous pas, N’entendez-vous pas, Tidakkah kau dengar, Tidakkah kau dengar
Ô Catherine, ma mie N’entendez-vous pas, Oh Catherine pujaanku, tidakkah kau dengar
Ma voix et mes pas? Ainsi ton gallant t’appelle Suaraku dan langkahku, dan kekasihmu memanggilmu
Ainsi ton gallant t’appelle, Et ton coeur l’en crois. Ah! Dan kekasihmu memanggilmu, dan hatimu percaya kepadanya, Ah!
N’ouvre ta porte, ma belle, Que la bague au doigt! Janganlah buka pintunya, cantikku,
11
Que la bague au doigt! sampai cincin permata ada di jarimu
Catherine que j’adore, Pourquoi refuser Catherine yang aku puja, mengapa menolak
A l’amant qui vous implore, Kepada kekasih yang menginginkanmu,
Pourquoi refuser un si doux baiser? mengapa menolat ciuman semanis itu
Ainsi ton gallant supplie, Ainsi ton gallant supplie Dan kekasihmu memohon, dan kekasihmu memohon
Et ton coeur en croit. Ah! Dan hatimu percaya kepadanya
Ne donne un baiser, ma mie, Jangan kau berikan kecupanmu, sayangku,
Que la bague au doigt, sampai cincin permata ada di jarimu
Repertoar ini adalah bagian dari Opera “Faust”, yang mengkisahkan sang iblis Mephistoteles sedang mengejek Faust, yang sedang gundah karena tidak berani menyatakan cintanya kepada Catherine. Dia mengejeknya agar Faust mau menggunakan jasa dari Mephistoteles dengan imbalan jiwanya. Repertoar ini dinyanyikan dengan nada nakal dan mengejek.
b. Analisis struktur Intro (bir 1-9) I Tema a (bir 10-13/3.1)
Tema a1 (bir 14-17/2.1)
12
Tema b (bir 18-19/3.1)
Tema b sekuen (bir 20-21/3.1)
Tema c (bir 22-25/1.1)
Tema d (bir 26-43/1)
II Tema a (bir 39-42)
Tema a1 (bir 43-46/2.1)
Tema b (bir 47-48/3.1)
Tema b sekuen (bir 49-50/3.1)
13
Tema c (bir 51-54/1.1)
Tema d (bir 55-62/1)
Tema c1 cuplikan dari c (62/2.2-64)
2. Erlkönig Analisis teks Komponis : Franz Schubert Tonalitas : E minor Sukat : 4/4 Tempo : Presto
Wer reitet so spät durch Nacht und Wind? Siapakah yang mengendarai kuda begitu larut melewati malam dan angin?
Es ist der Vater mit seinem Kind; Itu adalah seorang ayah dengan putranya
Er hat den Knaben wohl in dem Arm, Dia memelukknya dengan tangan
Er faßt ihn sicher, er hält ihn warm. Dia memegangnya dengan kuat, dia memegangnya dengan hangat
"Mein Sohn, was birgst du so bang dein Gesicht?"
14
Putraku, mengapa kau menyembunyikan wajahmu dengan takut?
"Siehst, Vater, du den Erlkönig nicht? Apakah kau tak melihatnya, ayah, disana ada Erlkonig (hantu)
Den Erlenkönig mit Kron und Schweif?" Erlkonig dengan mahkota dan jubahnya yang melayang?
"Mein Sohn, es ist ein Nebelstreif." Putraku, itu hanyalah kabut
"Du liebes Kind, komm, geh mit mir! Anak manis, ayo ikut bersamaku
Gar schöne Spiele spiel' ich mit dir; Permainan yang menyenangkan, akan kumainkan bersamamu
Manch' bunte Blumen sind an dem Strand, Banyak bunga cantik di tepian pantai
Meine Mutter hat manch gülden Gewand. Ibuku punya banyak pakaian dari emas
"Mein Vater, mein Vater, und hörest du nicht, Ayahku, ayahku, tidakkah kau dengar
Was Erlenkönig mir leise verspricht?" Janji Erlkonig yang ia bisikkan?
"Sei ruhig, bleibe ruhig, mein Kind; Tenanglah, tetaplah tenang, putraku
In dürren Blättern säuselt der Wind." Angin membuat gemerisik dari daun yang kering
"Willst, feiner Knabe, du mit mir gehn? Tidakkah kau mau ikut bersamaku, anak manis?
Meine Töchter sollen dich warten schön; Putriku akan bermain bersamamu
15
Meine Töchter führen den nächtlichen Reihn, Putriku akan memperlihatkan tarian malam mereka
Und wiegen und tanzen und singen dich ein." Dan mereka akan membelaimu, dan menari untukmu, dan bernyanyi untukmu
"Mein Vater, mein Vater, und siehst du nicht dort Ayahku, ayahku, apakah kau tak melihatnya disana
Erlkönigs Töchter am düstern Ort?" Putri Erlkonig ada di tempat gelap itu
"Mein Sohn, mein Sohn, ich seh es genau Putraku, putraku, aku melihatnya dengan jelas
Es scheinen die alten Weiden so grau." Itu hanyalah pohon willow yang berwarna abu-abu
"Ich liebe dich, mich reizt deine schöne Gestalt; Aku mencintaimu, aku terpesona dengan kecantikanmu
Und bist du nicht willig, so brauch ich Gewalt." Kalau kau masih berkeras, maka aku akan memaksamu
"Mein Vater, mein Vater, jetzt faßt er mich an! Ayahku, Ayahku, sekarang dia sudah menarikku
Erlkönig hat mir ein Leids getan!" Erlkonig menyakitiku
Dem Vater grauset's, er reitet geschwind, Sang ayah merinding, dia mempercepat kudanya
Er hält in Armen das ächzende Kind, Dia menahan anaknya yang mengerang di tangannya
Erreicht den Hof mit Müh' und Not; Akhirnya dia sampai di rumah dengan tergesa-gesa
16
In seinen Armen das Kind war tot. Dalam pelukannya, sang anak telah meninggal
Repertoar ini diciptakan berdasarkan puisi dari Goethe. Dalam karya ini terdapat empat karakter yang dinyanyikan, yaitu sang narator, sang ayah, sang anak, dan sang erlkonig. Masing-masing dengan pembawaan dan karakter suara yang berbeda. Ada dua versi cerita yang dalam repertoar ini. Yang pertama, seorang ayah membawa anaknya yang demam tinggi untuk cepat-cepat pulang ke rumah, dalam perjalanan, sang anak berhalusinasi, seolah-olah melihat erlkonig sedang mengganggunya. Sang ayah mempercepat lajunya, tetapi terlambat. Begitu ia sampai di rumah, sang anak telah meninggal. Versi yang kedua adalah, sang anak benar-benar melihat erlkonig yang menggangunya, namun sang ayah tidak bisa melihatnya. Dan sesampainya di rumah, jiwa sang anak telah dibawa oleh Erlkonig. Repertoar ini dinyanyikan dengan empat nuansa. Karakter sang narator dinyanyikan dengan tegas dan berwibawa. Karakter sang ayah dinyanyikan dengan tenang dan lembut. Karakter sang anak dinyanyikan dengan nuansa panik dan ketakutan. Karakter sang Erlkonig dinyanyikan dengan nuansa menggoda dan licik.
3. Confutatis (dari Oratorio Requiem) Analisis teks Komponis : Giuseppe Verdi Tonalitas : E major Sukat : 4/4 Tempo : Andante
Confutatis maledictis, Ketika mereka yang terkutuk telah diusir
flammis acribus addictis, dicampakkan ke dalam api yang menyalah
17
voca me cum benedictis. Panggillah aku bersama mereka yang terberkati
Oro supplex et acclinis, Aku berdoa, khusuk dan berlutut
cor contritum quasi cinis: dengan hati yang telah hancur bagai debu
gere curam mei finis. Bawalah jiwaku ke dalam tanganmu
Diambil dari oratorio Requiem, yang merupakan karya untuk dinyanyikan saat misa/kebaktian kematian. Repertoar ini bercerita tentang permohonan seseorang untuk diselamatkan dari ancaman api neraka. Seperti layaknya repertoar dari era romantik pada umumnya, karya ini memiliki perubahan dinamika yang drastis, untuk menunjukkan beragam emosi yang terkandung di dalamnya. Repertoar ini dinyanyikan dengan nuansa ketakutan, putus asa, dan berpengharapan.
4. Largo al Factotum (dari Opera Il Barbiere di Siviglia) Analisis teks Komponis : Gioachino Rossini Tonalitas : C major Sukat : 6/8 Tempo : Allegro Vivace
Largo al factotum della città. Buka jalan untuk orang penting kota
Presto a bottega che l'alba è già. Tergesa menuju tokonya karena sudah mulai siang
Ah, che bel vivere, che bel piacere Ah, hidup yang indah, menyenangkan
18
per un barbiere di qualità! di qualità! Untuk tukang cukur yang berkualitas! Berkualitas!
Ah, bravo Figaro! Bravo, bravissimo! Ah, hebat Figaro! Hebat! Luar biasa!
Fortunatissimo per verità! Memang sangat beruntung!
Pronto a far tutto, la notte e il giorno Siap untuk mengerjakan segalanya, malam dan siang
sempre d'intorno in giro sta. Dia tidak pernah berhenti
Miglior cuccagna per un barbiere, Takdir yang menyenangkan untuk seorang tukang cukur
vita più nobile, no, non si da. Tidak ada hidup yang lebih megah dari ini
Rasorie pettini, lancette e forbici, Silet dan sisir, pisau dan gunting
al mio comando, tutto qui sta. Dalam kuasaku, semuanya ada disini
V'è la risorsa, poi, del mestiere Ada peralatan, maka ada pekerjaan
colla donnetta... col cavaliere... dengan para wanita, dengan para pria
Tutti mi chiedono, tutti mi vogliono, Semuanya menanykan diriku, semuanya menginginkan aku
donne, ragazzi, vecchi, fanciulle: ibu-ibu, anak-anak, orang tua, para gadis
Qua la parrucca... Presto la barba...
19
Ini adalah wig nya, janggut juga sudah siap
Qua la sanguigna... Presto il biglietto... Berikut juga darahnya, tiketnya sudah tersedia
Figaro! Figaro! Figaro! Figaro! Figaro! Figaro!
Ahimè, che furia! Ahimè, che folla! Aduh, ributnya! Aduh, Ramainya!
Uno alla volta, per carità! Ehi, Figaro! Son qua. Antri satu persatu, tolong! Hey Figaro! Aku disini
Figaro qua, Figaro là, Figaro su, Figaro giù, Figaro disini, Figaro disana, Figaro diatas, Figaro dibawah
Pronto prontissimo son come il fulmine: Semakin cepat, aku bagaikan petir
sono il factotum della città. Aku adalah orang penting di kota ini
Ah, bravo Figaro! Bravo, bravissimo; Ah, hebat Figaro! Hebat, luar biasa
a te fortuna non mancherà. Kamu tidak akan pernah kehabisan keberuntungan
Repertoar ini merupakan bagian dari Opera Il Barbiere di Siviglia (Tukang cukur dari Siviglia), bercerita tentang Figaro sang tukang cukur yang sangat mencintai pekerjaannya, dan dia disukai oleh penduduk kota sehingga seolah-olah dia memiliki jabatan yang tinggi di kota itu. Semua orang menginginkannya, tua muda, laki-laki dan perempuan, dan semua orang berebutan untuk bisa menggunakan jasanya. Repertoar ini memiliki nuansa perasaan yang riang dan penuh percaya diri.
D. Era Modern
20
Cintaku Jauh di pulau a. Analisis teks Komponis : F. X. Soetopo Tonalitas : C minor Sukat : 2/4 Tempo : Andante con esspresivo
Cintaku jauh di pulau, gadis manis sekarang iseng sendiri Perahu melancar, bulan memancar. Di leher kukalungkan ole ole buat si pacar Angin membantu, laut tenang. Tapi terasa aku tidak kan sampai padanya Di air yang tenang, di angin mendayu Di perasaan penghabisan, segala melaju Ajal bertakhta sambil berkata Tujukan perahu ke pangkuanku saja. Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh, Perahu yang bersama kan merapuh Mengapa ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku
Manisku jauh di pulau Kalau ku mati, ia mati iseng sendiri
Repertoar ini diciptakan berdasarkan dari puisi oleh Chairil Anwar. Dimana pada masa itu merantau adalah hal yang wajar. Pergi meninggalkan kampung halaman dan orang yang dicintai, dan banyak yang tidak bisa kembali. Karya ini menyiratkan perasaan yang mendalam, dimana sang penyanyi ingin segera kembali ke orang yang dicintainya, namun perjalanan mengarungi laut terasa berat dan lama. Dan Ia khawatir kalau-kalau tidak akan bisa berjumpa lagi dengan kekasihnya.
21
22
23