BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Dalam pembuatan aplikasi ini menerapkan konsep Siklus Hidup Pengembangan Sistem (Systems Development Life Cycle) yang berfungsi untuk menggambarkan tahapan-tahapan utama sekaligus langkah-langkah dari setiap tahapan. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pembuatan Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season adalah sebagai berikut : 3.1 Analisis Sistem. 3.1.1 Identifikasi Masalah. Pada saat ini investor hortikultura masih mengandalkan kebiasaan dalam memilah prioritas tanaman yang ingin dikembangkan tanpa memperhitungkan kondisi harga pasar. Ketika investor telah memilih tanaman yang akan dikembangkan dan berharap harga pasca panen akan tinggi, namun kenyataannya justru harga jual menurun. Kebiasaan seperti ini masih dilakukan oleh investor di daerah Propinsi Jawa Timur yang merupakan salah satu sentra potensial bagi produksi tanaman hortikultura di Indonesia. Berbagai komoditas dapat dikembangkan di Kabupaten Malang. Beberapa contoh komoditas yang terdapat di kabupaten Malang antara lain kentang, bawang merah, dan cabe besar. Harga kentang tingkat petani di Kec. Poncokusumo Kab. Malang menurun pada Oktober 2011 yang semula Rp 6.000,- s/d Rp 7.000,- per kg menjadi Rp 3.000,-. Komoditas bawang merah juga mengalami penurunan
37
38
harga jual yang semula Rp 7.500,- menjadi Rp 6.500,- per kg pada Bulan Mei 2012, sedangkan cabe besar pada Bulan Agustus 2012 turun menjadi Rp 5.500,per kg dari harga Rp 7.000,- per kg. Bawang daun dan kubis merupakan beberapa contoh komoditas yang terdapat di Kabupaten Probolinggo. Kedua komoditas ini pun juga mengalami penurunan harga. Harga kubis di Desa Ledokombo Kabupaten Probolinggo yang semula harganya Rp 8.000,- turun hingga Rp 5.000,- pada bulan Agustus 2011 dan untuk bawang daun turun menjadi Rp 2.000,- dari harga semula Rp 2.500,-. Penurunan harga jual juga terjadi pada komoditas di Kabupaten Jember, beberapa komoditas tersebut contohnya adalah tomat, kubis, dan semangka. Harga tomat buah yang semula Rp 10.000,- per kg turun menjadi Rp 7.000,- per kg dan untuk harga kubis yang semula Rp 4.000,- menjadi Rp 3.000,-, sedangkan semangka turun harga menjadi Rp 4.000,- dari harga semula Rp 5.000,Penurunan harga merupakan salah satu sifat khas dari hasil komoditas onseason akibat adanya panen raya, namun hasilnya sangatlah dibutuhkan oleh masyarakat karena merupakan kebutuhan pokok sehari-hari. Kondisi demikian mengakibatkan sebagian investor di tiga daerah tersebut mengalami kerugian karena keputusan yang diambil tidak disertai dengan analisis sehingga investor tersebut tidak mampu menutupi biaya produksi dari hasil penjualannya, dan ada pula beberapa investor lain yang hanya sekedar balik modal saja. Permasalahan seperti ini menuntut investor agribisnis hortikultura
untuk dapat membaca
peluang dalam memilih komoditas yang akan dikembangkan kedepannya.
39
3.1.2 Analisis Kebutuhan. Berdasarkan uraian diatas, maka dibutuhkanlah beberapa informasi yang akan menjadi input dari penentuan komoditas yang paling layak untuk dikembangkan. Informasi tersebut antara lain adalah informasi proyeksi harga jual, informasi perhitungan total biaya investasi, informasi perhitungan anggaran keuangan, dan perhitungan kelayakan investasi setiap komoditas. Informasi proyeksi harga jual yang akan dihasilkan membutuhkan data mengenai histori harga jual komoditas untuk setiap kota dan data inisial proyek yang terdiri dari lokasi (kota) investasi beserta macam jenis komoditasnya, penentuan waktu (bulan) penilaian investasinya dan luas lahan yang akan ditanami. Informasi perhitungan total biaya investasi yang akan dihasilkan membutuhkan data berupa detail kebutuhan investasi dari luas lahan yang telah ditentukan dan biaya penyusutan dari komponen biaya tetapnya. Informasi perhitungan anggaran keuangan terdiri dari proyeksi rencana pendapatan, proyeksi laba rugi, dan proyeksi aliran kas bersih. Perhitungan proyeksi rencana pendapatan membutuhkan data resiko kegagalan tanam dan proyeksi harga jual serta detail kebutuhan investasi berupa data total volume benih. Perhitungan proyeksi laba rugi membutuhkan data total biaya investasi, biaya penyusutan, proyeksi rencana pendapatan, dan pajak. Perhitungan proyeksi aliran kas bersih membutuhkan biaya penyusutan dan data proyeksi laba rugi berupa data laba bersih setelah pajak. Informasi perhitungan kelayakan investasi setiap komoditas terdiri dari perhitungan BEP, ROI, NPV, IRR, dan PI. Informasi perhitungan kelayakan investasi yang akan dihasilkan membutuhkan data berupa proyeksi harga jual, total biaya investasi, proyeksi rencana pendapatan, proyeksi laba rugi,
40
dan proyeksi aliran kas bersih serta informasi mengenai besarnya discount factor (DF). Pengolahan data yang telah dihitung secara keseluruhan, maka hasilnya akan dibandingkan antar komoditas dan didapatkan output akhir berupa rekomendasi satu komoditas yang paling layak untuk dikembangkan. Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season ini diharapkan dapat membantu investor dalam menentukan pilihan investasinya. 3.2 Perancangan Sistem. Perancangan sistem dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang berkenaan dengan aplikasi yang akan dibangun serta untuk memudahkan pemahaman terhadap sistem. Pemodelan yang digunakan dalam perancangan sistem adalah Data Flow Diagram (DFD) dan membuat Entity Relational Diagram (ERD) terdiri dari Conceptual Data Model (CDM) dan Phisical Data Model (PDM). 3.2.1 Rancangan Model. Berdasarkan analisis kebutuhan di atas, maka dikembangkanlah suatu Rancang Bangun Aplikasi Prototype Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season. Penginputan data dan pengolahan data dilakukan dengan cara merancang database dan membuat sistem. Data-data tersebut nantinya akan ditampung dan diolah oleh aplikasi sehingga dapat memberikan informasi dengan lebih terstruktur dan bermanfaat bagi para pengguna. Secara garis besar, gambaran
41
umum Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Gambaran Umum Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season. Pada Gambar 3.1 terlihat jelas gambaran umum dari Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season ini. Dalam proses menghitung total biaya investasi, pertama kali investor akan diminta untuk menentukan inisial proyek investasi berupa penentuan lokasi (kota) dan komoditas yang diinginkan investor (user) beserta waktu penilaian investasi. Waktu penilaian investasi digunakan untuk menghitung proyeksi harga jual kedepan dengan menentukan waktu (bulan) yang diharapkan investor untuk dapat melakukan panen, kemudian dicari rata-rata harga jual dengan merata-rata harga jual pada bulan tersebut yang diambil dari histori harga jual 3 tahun sebelumnya. Selanjutnya investor akan diminta untuk menentukan luas lahan berupa panjang dan lebar lahan yang akan digunakan sebagai acuan dalam menghitung detail kebutuhan investasi. Admin akan memberikan support data berupa perhitungan kebutuhan investasi beserta besarnya biaya sesuai dengan ketentuan yang telah dimasukkan oleh investor, maka dengan ini akan diketahui total biaya investasi
42
yang dibutuhkan untuk satu kali masa tanam beserta perhitungan biaya penyusutannya. Setelah diketahui total biaya investasi untuk satu kali masa tanam, maka selanjutnya akan dihitung proyeksi rencana pendapatan yang akan diterima investor. Besarnya proyeksi pendapatan dapat diketahui dengan cara menghitung banyaknya buah dari jumlah benih yang dapat dipanen dan telah dikurangi dengan data besarnya resiko kegagalan tanam, lalu dikalikan dengan proyeksi harga jualnya. Setelah diketahui besarnya proyeksi rencana pendapatan yang akan diterima, dibuatlah laporan anggaran keuangan berupa laporan laba rugi dan laporan aliran kas bersih. Berdasarkan hasil dari proses perhitungan total kebutuhan biaya investasi, proyeksi rencana pendapatan, dan pembuatan anggaran keuangan, selanjutnya akan dilakukan perhitungan BEP dan ROI serta perhitungan kelayakan investasi berupa NPV, IRR, dan PI. Hasil yang didapat setelah melakukan perhitungan kelayakan untuk setiap komoditas, selanjutnya akan dibandingkan dan dilakukan penilaian (skoring) dengan komoditas lainnya. Setelah dilakukan penilaian maka akan didapatkan rekomendasi satu komoditas yang paling layak untuk dikembangkan beserta hasil analisisnya. 3.2.2 Model Pengembangan Sistem. Model yang akan digunakan dalam pembuatan aplikasi ini adalah dengan melakukan perhitungan biaya investasi atas beberapa komponen biaya, membuat laporan keuangan dan melakukan perhitungan kelayakan investasi serta membandingkan dengan memberikan penilaian sekaligus analisis hasil akhirnya.
43
INPUT
PROSES
PROYEKSI HARGA JUAL
INISIAL PROYEK HISTORI HARGA JUAL KEBUTUHAN INVESTASI
OUTPUT
HITUNG BIAYA INVESTASI (Tiap Komoditas)
PROYEKSI BIAYA INVESTASI PROYEKSI BIAYA PENYUSUTAN
PROYEKSI HARGA JUAL PROYEKSI BIAYA INVESTASI PROYEKSI BIAYA PENYUSUTAN RESIKO RUSAK TANAMAN
HITUNG ANGGARAN KEUANGAN (Tiap Komoditas)
RENCANA PENDAPATAN PROYEKSI RUGI / LABA PROYEKSI ALIRAN KAS (CashFlow)
RESIKO SUSUT BUAH PAJAK
PROYEKSI HARGA JUAL PROYEKSI BIAYA INVESTASI RENCANA PENDAPATAN PROYEKSI RUGI / LABA
HITUNG KELAYAKAN INVESTASI (Tiap Komoditas)
LAPORAN HASIL ANALISIS
PERBANDINGAN KELAYAKAN INVESTASI & ANALISIS (Antar Komoditas)
REKOMENDASI KOMODITAS
PROYEKSI ALIRAN KAS (CashFlow) Discount Factor (DF)
LAPORAN HASIL ANALISIS
Gambar 3.2 Block Diagram Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season.
44
A. Input. Secara umum investasi dalam bidang pertanian mempunyai komponen input yang sama. Namun secara khusus setiap investor memiliki keinginan yang berbeda-beda dalam investasinya. Komponen input yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain : 1. Data inisial proyek investasi : a) Jenis Investasi. Jenis investasi yang dimaksudkan adalah letak lokasi (kota) yang diinginkan investor untuk mengimplementasikan investasinya dan jenis komoditas yang diinginkan investor untuk diinvestasikan. Berikut macam jenis komoditas hortikultura sayur dan buah semusim yang berkembang di daerah Jawa Timur, dalam penelitian ini dikhususkan untuk daerah di Kabupaten Jember, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Malang yang dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini. Tabel 3.1 Macam Jenis Komoditas Hortikultura Sayur dan Buah Semusim di 3 Kabupaten. Kabupaten No. Komoditas Jember Probolinggo Malang Buah 1.
Semangka
V
V
V
2.
Melon
V
V
V
Sayuran 3.
Bawang Merah
-
V
V
4.
Bawang Putih
-
-
V
5.
Bawang Daun
-
V
-
6.
Kentang
-
V
V
7.
Kubis
V
V
V
45
No.
Komoditas
Kabupaten Jember Probolinggo Malang
8.
Cabe Merah
V
V
V
9.
Cabe Rawit
V
-
V
10.
Wortel
-
V
V
11.
Tomat
V
V
V
12.
Ketimun
-
-
V
13.
Terung
-
-
V
14.
Jamur
-
-
-
15.
Kembang Kol
-
-
V
b) Waktu Penilaian Investasi. Waktu yang dimaksudkan adalah bulan yang diharapkan investor untuk dapat dinilai kelayakannya atau dimaksudkan bulan pada saat panen dan dilakukan penjualan. Waktu yang digunakan adalah bulan-bulan yang masuk dalam kategori on-season, dalam hal ini adalah musim kemarau yaitu antara Bulan April hingga Bulan September. 2. Histori Harga Jual. Histori harga jual komoditas digunakan sebagai acuan dasar dalam menentukan proyeksi atau prediksi harga jual di tahun yang akan datang. Histori harga jual akan dibedakan berdasarkan kota dan masing-masing komoditas yang ada didalamnya, mulai dari tahun 2010-2012 dan harga jual yang digunakan adalah harga jual tingkat petani (Harga TK.1/harga produsen). 3. Kebutuhan Investasi. Dalam penelitian ini, kebutuhan akan dibedakan menjadi tiga, yaitu kebutuhan operasional, kebutuhan overhead, dan kebutuhan tetap.
46
a) Kebutuhan Operasional. Kebutuhan operasional merupakan kebutuhan yang dapat berubah sesuai dengan besar kecilnya hasil panen yang diinginkan selama proses investasi berjalan. Adapun yang termasuk dalam kebutuhan operasional antara lain : a.1 Benih Komoditas. Benih merupakan cikal bakal tumbuhan yang berupa biji. Dalam membudidayakan sebuah tanaman, biji harus dikecambahkan dulu melalui proses pembenihan, sebelum akhirnya siap ditanam dilahan pertanian. Benih yang telah berkecambah biasa disebut dengan bibit. Bibit merupakan perkecambahan dari benih yang berupa tumbuhan kecil yang memiliki minimal 3 tangkai dengan daun di setiap tangkainya dan juga memiliki ujung tunas serta akar. a.2 Pupuk. Pemupukan merupakan proses penambahan unsur hara yang diberikan ke dalam tanah atau disemprotkan pada tanaman dengan maksud memperbaiki pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Secara umum, pupuk yang dibutuhkan tanaman dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pupuk organik dan an-organik. Pupuk organik bersifat memperbaiki struktur/kondisi tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, dan menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah. Jenis pupuk organik antara lain pupuk kandang, pupuk kompos, dan pupuk hijau. Sedangkan pupuk an-organik adalah pupuk buatan manusia (pabrikan).
47
a.3 Pestisida. Pestisida
merupakan
bahan kimia
yang digunakan untuk
memberantas Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Pestisida diperlukan saat penanaman karena hampir semua jenis tanaman sayuran dan buah-buahan disukai oleh organisme pengganggu. Menurut fungsinya, pestisida dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu insektisida, akarisida, fungisida, nematisida, helisida, rodentisida, dan bakterisida. a.4 Perekat. Sudah menjadi kebiasaan petani dalam satu kali penyemprotan
untuk
mengendalikan
hama
penyakit
proses
tanaman,
digunakan beberapa jenis pestisida. Suatu produk yang tidak pernah ketinggalan oleh petani setiap kali melakukan penyemprotan adalah produk perekat (Sticker). Produk ini bukan termasuk dari jenis pestisida yang dimaksudkan untuk mengendalikan hama atau penyakit tertentu pada tanaman, tapi keberadaan produk ini selalu menyertai dalam setiap aplikasi penyemprotan. Sticker berfungsi untuk merekatkan larutan semprot pestisida pada permukaan daun atau bagian tanaman. Sticker bekerja dengan cara meningkatkan adesi partikel ke bidang sasaran, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya butiran semprot pestisida luruh (roll off) atau tercuci akibat guyuran air hujan. Beberapa
diantara
produk
Sticker
juga
berfungsi
mengurangi
penguapan. Kebanyakan produk perekat yang dijual di pasaran juga merupakan bahan perata (surfaktan).
48
b) Kebutuhan Overhead. Kebutuhan overhead merupakan kebutuhan produksi selain kebutuhan bahan baku. b.1 Tenaga Kerja (Buruh Tani). Tenaga kerja yang digunakan sebagai salah satu faktor produksi dapat berupa tenaga kerja manusia, hewan, ataupun mesin. Pengaruh paling besar terhadap keberhasilan proses produksi yaitu faktor tenaga kerja manusia. Kebutuhan tenaga kerja bersifat musiman, artinya suatu saat investasi memerlukan banyak tenaga kerja sedangkan di lain waktu hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja, kondisi ini juga dilihat dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Macam jenis pekerjaan secara umum yang dilakukan saat proses produksi berlangsung antara lain: b.1.1 Pembersihan lahan dan olah lahan (bajak/traktor). b.1.2 Pembuatan bedengan. b.1.3 Pembibitan. b.1.4 Pemasangan mulsa. b.1.5 Pembuatan lubang tanam. b.1.6 Pemasangan ajir. b.1.7 Penanaman. b.1.8 Pengairan. b.1.9 Pemupukan. b.1.10 Penyiangan dan pembumbunan. b.1.11 Penyemprotan pestisida. b.1.12 Pemanenan.
49
b.2 Transportasi. Transportasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya biaya kebutuhan investasi. Biaya transportasi merupakan biaya akomodasi yang digunakan selama masa tanam, dan biasanya baru tampak ketika pasca panen yang digunakan untuk mengangkut hasil panen ke pasar. Besarnya biaya transportasi dipengaruhi oleh faktor kemampuan daya angkut suatu kendaraan dibandingkan dengan total berat dari hasil panen yang nantinya akan mempengaruhi intensitas kendaraan tersebut digunakan, serta jauhnya jarak lokasi usaha ke pasar ataupun pusat kota juga terkadang ikut mempengaruhi besarnya biaya transportasi. b.3 Pengairan. Irigasi atau pengairan adalah suatu usaha mendatangkan air dengan membuat bangunan dan saluran untuk ke sawah atau ladang dengan cara teratur dan membuang air yang tidak diperlukan lagi, setelah air itu dipergunakan
dengan
sebaik-baiknya.
Dapat
juga
pengairan
mengandung arti memanfaatkan dan menambah sumber pasokan air bagi kehidupan tanaman. Apabila air yang terdapat dalam tanah berlebihan maka perlu dilakukan pembuangan (drainase) agar tidak mengganggu kehidupan tanaman. Apabila air yang terdapat dalam tanah sedikit atau bahkan kekurangan, pemasangan pompa air dapat menjadi solusi yang tepat.
50
b.4 Lahan. Lahan merupakan sarana yang penting untuk mendirikan sebuah usaha tani. Bila kita menghubungkan faktor-faktor ekologi dengan jenis tanaman buah dan sayuran yang ada disuatu daerah, akan tampak jelas adanya syarat tertentu untuk tumbuhnya tanaman tersebut. Secara tidak langsung dapat diartikan bahwa lahan pada setiap daerah memiliki kondisi yang berbeda-beda. Hal ini dapat menyebabkan biaya produksi yang ditimbulkan untuk tiap daerah berbeda pula, walaupun dengan komoditas yang sama. Sebagai contoh faktor kelembapan tanah yang berbeda antar daerah yang dipengaruhi oleh ketinggian daerah tersebut. Apabila tanah memiliki kelembapan yang tidak sesuai dengan standart yang dibutuhkan oleh tiap komoditas, maka petani perlu memberikan pupuk tambahan hingga tingkat keasaman tanah sesuai. Penggunaan pupuk tambahan ini nantinya akan berpengaruh pula terhadap besarnya biaya investasi. Selain faktor topografi dari lahan itu sendiri, faktor kepemilikan lahan juga merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya biaya investasi. Biaya investasi yang timbul akibat kepemilikan lahan pribadi lebih sedikit daripada investor yang harus menyewa lahan milik orang lain. Biaya sewa lahan juga berbeda-beda untuk tiap daerah. b.5 Lain-lain. Biaya ini dialokasikan guna menutupi pengeluaran tak terduga selama proses produksi berlangsung. Hal-hal kecil yang tidak bisa didefinisikan secara jelas ataupun hal yang bersifat tips dan trik berdasarkan uji coba petani, juga termasuk dalam kategori biaya lain-
51
lain. Sebagai contoh pemanfaatan lampu oleh petani bawang merah di Kabupaten Probolinggo yang bertujuan untuk menarik perhatian serangga dimalam hari agar tidak mengganggu tanaman bawang. Dalam penerapannya, tidak semua petani ditiap daerah menggunakan trik lampu ini untuk menanggulangi serangan hama serangga, dimana pada umumnya para petani lebih sering menggunakan insektisida untuk memberantas hama serangga. Maka dari itu, biaya lain-lain ini akan diasumsikan sebesar 15% dari total kebutuhan investasi. c) Kebutuhan Tetap. Kebutuhan tetap merupakan kebutuhan yang tidak dapat berubah selama proses investasi berjalan. Adapun yang termasuk dalam biaya tetap antara lain : c.1 Polybag. Polybag adalah plastik yang digunakan sebagai pengganti pot pada saat proses pembenihan. Pembenihan merupakan proses pengubahan benih menjadi bibit. Dipilihnya polybag sebagai media taman karena media ini memiliki keunggulan diantaranya murah, tahan karat, dan mudah diperoleh. Selain itu sistem aerasi, drainase, dan porous (penyerapan air) wadah ini sangat baik sehingga tanaman dapat tumbuh subur. Menanam dalam media polybag dapat menghindari penyakit tular tanah. c.2 Plastik Hitam Perak (Mulsa). Mulsa adalah
material
penutup
tanaman
budidaya,
yang
dimaksudkan untuk menjaga kelembapan tanah serta menekan
52
pertumbuhan gulma dan mengurangi penyebaran penyakit karena percikan tanah yang terkena air sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Pada musim kemarau, mulsa dapat menekan penguapan air dari dalam tanah, sehingga tidak perlu terlalu sering untuk melakukan penyiraman (pengairan). c.3 Plastik Naungan. Penggunaan naungan plastik/paranet sebagai pelindung tanaman bertujuan untuk mengurangi terpaan air hujan dengan intensitas tinggi pada saat musim hujan, atau untuk mengurangi terpaan angin yg terlalu kencang
yang
dapat
merusak
tanaman
dan
sekaligus
untuk
menghindarkan tanaman dari gangguan serangga pada saat musim kemarau. Penggunaan naungan plastik bisa berbentuk rumah plastik sederhana (green house) maupun berbentuk naungan memanjang sepanjang bedengan tanaman. Plastik naungan ini hanya plastik transparan biasa bukan merupakan plastik khusus seperti plastik mulsa. c.4 Lanjaran (Ajir). Lanjaran atau yang biasa disebut dengan ajir merupakan sebuah penyangga yang digunakan sebagai tumpuan untuk merambatkan tanaman
sesuai
arah
yang
diinginkan.
Dalam
penerapannya,
pemasangan ajir dapat menggunakan 1 buah ajir yang berdiri tegak dan ada pula yang menggunakan 2 buah ajir sekaligus yang disilangkan untuk 1 buah tanaman.
53
c.5 Tali Rafia. Tali rafia dipergunakan untuk mengikat lanjaran dengan sendeng. Tali rafia ini juga digunakan sebagai media rambatan untuk tanaman yang tidak menggunakan lanjaran, seperti misalnya pada budidaya tanaman semangka atau melon. c.6 Gelagar (Sendeng). Gelagar atau yang biasa disebut dengan sendeng ini digunakan sebagai penopang agar tanaman tersebut tidak roboh. Sendeng diikatkan pada lanjaran atau ajir beberapa tanaman sekaligus. c.7 Sprayer. Alat penyemprot (Sprayer) digunakan untuk menyemprotkan sejumlah bahan kimia aktif pemberantas hama penyakit yang terlarut dalam air ke objek semprot (daun, tangkai, buah) dan sasaran semprot (hama/penyakit). Efesiensi dan efektivitas alat semprot ini ditentukan oleh kualitas dan kuantitas bahan aktif tersebut yang terkandung di dalam setiap butiran larutan tersemprot (droplet) yang melekat pada objek dan sasaran semprot. c.8 Timba. 4. Resiko Kegagalan Tanam. Resiko kegagalan pada tanaman sayuran ataupun buah-buahan dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya serangan hama dan penyakit. Untuk serangan hama biasanya dilakukan oleh OPT seperti serangga, ulat, bekicot, tikus, dll. Cara perusakkannya dengan menggigit (memakan) atau menghisap cairan tanaman. Sedangkan faktor serangan penyakit dapat
54
disebabkan oleh banyak faktor, salah satu contoh apabila kelebihan unsur air dapat menimbulkan jamur pada tanaman. Perbedaan serangan OPT antar wilayah juga berpengaruh terhadap jenis pestisida yang digunakan sehingga secara tidak langsung berpengaruh terhadap perbedaan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk tiap daerah. B. Proses. Berdasarkan input yang telah diuraikan tersebut, selanjutnya akan dilakukan proses-proses dengan penjelasan sebagai berikut : 1.
Proses Perhitungan Biaya Investasi. Proses awal sebelum menghitung biaya investasi yaitu menentukan proyeksi harga jual kedepan. Langkah pertama adalah menentukan inisial proyek investasi dengan menentukan letak lokasi (kota) dan jenis komoditas yang diinginkan investor. Setelah ditentukan kota beserta komoditasnya, kemudian investor harus menentukan waktu (bulan panen) penilaian investasi, untuk dihitung rata-rata dari histori harga jual pada bulan tersebut di 3 tahun kebelakang untuk mendapatkan proyeksi harga jual kedepan. {(HJ Thn1 + HJ Thn2 + HJ Thn3)} / 3 ......................................................(3.1) Kemudian untuk mengetahui total biaya investasi yang dibutuhkan, maka perlu diketahui luas lahan berupa panjang dan lebar lahan yang akan digunakan sebagai acuan dalam menghitung total kebutuhan dari setiap komponen kebutuhan invetasi yang nantinya akan dikalikan dengan biaya untuk masing-masing variabel di tiap komponen kebutuhan investasi tersebut.
55
Cara menghitung total kebutuhan biaya investasi yaitu : (Total Biaya Kebutuhan Operasional) + (Total Biaya Kebutuhan Overhead) + (Total Biaya Kebutuhan Tetap) ..........................(3.2) Komponen dari perhitungan tersebut di dapatkan dari identifikasi variabel setiap biaya-biaya yang timbul akibat kegiatan produksi. Dalam menghitung kebutuhan tanam, langkah awal yang perlu diketahui adalah luas lahan berupa panjang dan lebar lahan. Selanjutnya dapat dilakukan proses sebagai berikut: a) Subproses Menghitung Biaya Operasional. Biaya operasional merupakan biaya yang timbul akibat adanya akumulasi antara jumlah kebutuhan operasional dengan biaya untuk masing-masing variabel didalamnya. Adapun yang termasuk dalam biaya operasional adalah: a.1
Benih. Dalam menghitung benih, terlebih dahulu akan dihitung banyaknya bedengan yang dibuat. Bedengan adalah tanah gembur yang ditinggikan sebagai pematang, dan biasa disebut sebagai guludan. Banyak bedengan kebawah (sesuai lebar lahan): Lebar Lahan / (Lebar Bedengan + Jarak Parit) ..........................(3.3) Banyak bedengan kesamping (sesuai panjang lahan): Panjang Lahan / (Panjang Bedengan + Jarak Parit) ...................(3.4)
56
Maka jumlah bedengan didapatkan : Banyak Bedengan Kebawah x Banyak Bedengan Kesamping .................................................................................(3.5) Setelah didapatkan total bedengan dalam satu luasan lahan, kemudian mencari banyaknya benih dalam setiap bedengan dengan cara : Banyak benih kebawah (sesuai lebar bedengan): Lebar Bedengan / (Lebar Lubang Tanam + Jarak Antar Tanaman) .........................................................................(3.6) Banyak benih kesamping (sesuai panjang bedengan): Panjang Bedengan / (Panjang Lubang Tanam + Jarak Antar Tanaman) .........................................................................(3.7) Maka jumlah benih dalam satu bedengan didapatkan : Banyak Benih Kebawah x Banyak Benih Kesamping ...............(3.8) Jumlah benih dalam satu luasan lahan (m2) didapatkan : Jumlah Benih Dalam Satu Bedengan x Jumlah Bedengan Dalam Satu Luasan Lahan .........................................................(3.9) Jumlah benih dalam satuan berat (kg) untuk satu luasan lahan : Berat Tiap Benih x Total Bibit Dalam Satu Luasan Lahan .......................................................................................(3.10) Untuk menanggulangi kekurangan benih akibat adanya resiko kegagalan tanam, maka diperlukan penambahan jumlah benih yang dapat diperoleh dengan cara :
57
Jumlah Benih Dalam Satu Luasan Lahan + (% Resiko Kegagalan Tanam x Jumlah Benih Dalam Satu Luasan Lahan) ......................................................................................(3.11) Jadi total biaya kebutuhan benih didapatkan : (Total Kebutuhan Benih / Banyak Benih Per Pack) x Harga Bibit Per Pack ................................................................(3.12) Total Benih Dalam Satuan Berat (kg) Untuk Satu Luasan Lahan x Harga Benih Per Kg ...................................................(3.13) a.2
Pupuk. Proses pemupukkan terbagi menjadi dua tahap,
yaitu
pemupukkan dasar yang harus disediakan pada awal produksi dan pemupukkan lanjutan yang penyediaannya dapat dilakukan pada saat akan diperlukan. Pemupukkan dasar diberikan untuk tanah yang bertujuan agar tanah menjadi lebih subur dan agar mikro organisme positif yang terdapat didalam tanah dapat tumbuh dengan baik. Mikro organisme positif yang dimaksudkan adalah mikro organisme yang tidak bersifat merusak tumbuh kembang tanaman yang akan ditanam nantinya dan justru membantu penyuburan tanah. Untuk menghitung total biaya kebutuhan pupuk, dapat dilakukan dengan cara : (Dosis Pupuk Tiap Tanaman x Total Bibit Dalam Satu Luasan Lahan) x Harga Pupuk .................................................(3.14)
58
Pemupukkan lanjutan diberikan untuk tanaman yang telah ditanam yang bertujuan untuk memberikan nutrisi tambahan bagi tanaman selain makanan yang telah terkandung dalam unsur-unsur tanah tersebut. Pemupukkan lanjutan sendiri diberikan sesuai dengan kebutuhan, dan terkadang bisa diberikan 2 sampai 3 kali dalam satu kali musim tanam. Apabila menggunakan pupuk susulan, maka biayanya dapat diketahui dengan cara : {(Dosis Pupuk Tiap Tanaman x Total Bibit Dalam Satu Luasan Lahan) x (Banyaknya Susulan)} x Harga Pupuk ........(3.15) a.3
Pestisida dan Perekat. Penggunaan jenis pestisida dapat dilihat dari jenis OPT yang menyerang, misalnya insektisida digunakan apabila kerusakan tanaman tersebut berasal dari OPT jenis serangga. Pemberian perekat selalu dibarengi pada saat proses penyemprotan pestisida dengan cara dicampurkan. Pada dasarnya untuk menghitung total kebutuhan pestisida, dapat dilakukan dengan cara : (Luas Lahan / Dosis Pestisida + Perekat Tiap Satu Luasan Lahan) x Harga Pestisida .........................................................(3.16)
b) Subproses Menghitung Biaya Overhead. Biaya overhead merupakan biaya yang timbul akibat adanya akumulasi antara jumlah kebutuhan overhead dengan biaya untuk masing-masing variabel didalamnya. Biaya Overhead dapat berubah
59
sesuai dengan kondisi yang terjadi selama proses investasi berjalan, tetapi lebih bersifat administratif. Adapun yang termasuk dalam biaya overhead adalah: b.1
Tenaga Kerja. Pembayaran upah tenaga kerja dapat dilakukan tergantung perjanjian kerja antara pengusaha dan tenaga kerja yang bersangkutan. Dalam hal pembayaran upah, ada dua sistem pembayaran yang biasa dilakukan. Sistem pembayaran yang pertama adalah dengan menggunakan sistem harian jam kerja, yaitu dengan menghitung total jam kerja setiap harinya. Sistem pembayaran yang kedua yaitu dengan menerapkan sistem borongan. Sistem borongan ini juga dibedakan menjadi 2 sistem upah borongan, yang pertama dengan memberikan langsung total biaya
beberapa
jenis
pengerjaan
tanpa
memperhitungkan
banyaknya pekerja dan lama waktu penyelesaiannya, sedangkan yang kedua dengan menggunakan prosentase bagi hasil dari panen yang telah disepakati antara pekerja tersebut dengan pemilik. Dalam menghitung biaya tenaga kerja, didasarkan pada jumlah jam harian kerja. Terdapat dua sistem jam kerja untuk para petani, ada yang bekerja hanya setengah hari dengan total jam kerja 5 jam dimulai pukul 06.00 – 11.00 dan ada pula yang satu hari kerja dengan total jam kerja 8 jam hingga pukul 16.00, sedangkan tiap bulannya hari efektif untuk berkerja di asumsikan selama 24 hari.
60
Cara untuk menghitung total biaya tenaga kerja adalah: Estimasi Jumlah HOK x Biaya Per HOK ............................... (3.17) Sedangkan untuk menghitung banyak tenaga kerja yang dibutuhkan dengan menggunakan sistem borongan pertama adalah: Total Biaya Borongan : Biaya Per HOK .................................(3.18) Sedangkan untuk menghitung banyak tenaga kerja yang dibutuhkan apabila menggunakan sistem borongan kedua adalah : Prosentase Hasil Panen (%) x Hasil Panen ..............................(3.19) Sudah menjadi kenyataan umum pula bahwa upah buruh antar daerah tidaklah sama. Perbedaan ini terjadi karena variasi dalam biaya hidup, tingkat inflasi daerah dan komposisi kegiatan ekonomi wilayah. Upah yang dimaksud dalam hal ini bukanlah upah nominal, tetapi upah riil setelah diperhitungkan produktifitas tenaga kerja b.2
Transportasi. Biaya transportasi diestimasikan sebesar Rp 500.000,-.
b.3
Pengairan. Untuk menghitung biaya kebutuhan pengairan, dapat diketahui dengan cara : Jumlah Pengairan x Biaya Setiap Kali Pengairan ....................(3.20) Beberapa daerah menggunakan sistem perhitungan kebutuhan pengairan dengan sistem swadaya, dengan cara menentukan
61
persentase pembayaran melalui musyawarah dengan pemilik lahan sekitar. Persentase Bayar (%) x Harga Sewa Lahan .............................(3.21) b.4
Lahan. Biaya yang timbul diakibatkan oleh kebutuhan sewa lahan. Adapun cara untuk menghitung total biaya lahan adalah : Ketentuan Harga Sewa Lahan x Luas Lahan ...........................(3.22)
b.5
Lain-lain. Biaya lain-lain merupakan asumsi biaya tak terduga yang terjadi sewaktu-waktu selama masa tanam berlangsung. Biaya ini di estimasikan sebesar 15% dari total biaya kebutuhan operasional. 15% x Total Biaya Kebutuhan Operasional .............................(3.23)
c) Subproses Menghitung Kebutuhan Tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang timbul akibat adanya akumulasi antara jumlah kebutuhan tetap dengan biaya untuk masing-masing variabel didalamnya. Biaya tetap ini nantinya akan mengalami pengurangan nilai barang berupa penyusutan akibat adanya pengurangan nilai ekonomis suatu barang dalam jangka waktu tertentu. Adapun yang termasuk dalam biaya tetap adalah: c.1
Mulsa. Plastik mulsa memiliki panjang 500 meter. Untuk mengetahui banyak jumlah kebutuhan plastik mulsa dapat diketahui dengan cara :
62
{(Luas Setiap Bedengan x Banyak Bedengan) / 500m} x Harga Plastik Mulsa ..............................................................(3.24) c.2
Lanjaran (Ajir). Pemasangan ajir harus sedini mungkin, yakni pada saat tanaman belum berumur 1 bulan setelah pindah tanam. Hal ini untuk mencegah terjadinya kerusakan akar tanaman sewaktu memasang (menancapkan) ajir. Maka jumlah kebutuhan ajir dapat diketahui dengan cara : (Jumlah Kebutuhan Tanaman Tiap Satuan Luasan Lahan x Jumlah Lanjaran Tiap Tanaman) x Harga Ajir .............................................................................(3.25)
c.3
Gelagar (Sendeng). Untuk mengetahui kebutuhan sendeng, dapat diketahui dengan cara : {(Panjang Bedengan x Jumlah Bedengan Dalam Satu Luasan Lahan) / Panjang Sendeng} x Harga Sendeng ............(3.26)
c.4
Tali Rafia. Untuk mengikat ajir dan sendeng di setiap tanaman, diestimasikan panjang tali rafia yang diperlukan yaitu 50cm. Maka kebutuhan tali rafia dapat diketahui dengan cara : (Jumlah Kebutuhan Tali Rafia Tiap Tanaman x Jumlah Ajir) x Harga Tali Rafia ..............................................(3.27)
63
c.5
Timba. Kebutuhan rata-rata timba diestimasikan untuk setiap hektar nya yaitu 7 timba. Ketentuan Estimasi Timba x Luas lahan .................................(3.28)
d) Subproses Perhitungan Penyusutan. Perhitungan penyusutan didapatkan dari penyusutan variabel yang terdapat pada komponen biaya tetap. Untuk mengetahui besarnya penyusutan, dapat diketahui dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus, yaitu : (Nilai Perolehan / lama pakai) – Residu ..............................................(2.1) 2.
Proses Perhitungan Anggaran Keuangan. Dalam menghitung anggaran keuangan, terdapat beberapa subproses didalamnya, antara lain : a) Subproses Perhitungan Rencana Pendapatan. Untuk
mengetahui
proyeksi
rencana
pendapatan,
langkah
perhitungan yang harus dilakukan : Menghitung banyaknya rumpun yang dapat dipanen : Jumlah Benih x (100% - Resiko Rusak Tanaman) ............................(3.29) Menghitung banyaknya kilogram buah basah : Banyaknya Rumpun x Berat Buah Per Tanaman ..............................(3.30) Menghitung banyaknya kilogram buah kering : Banyaknya Buah Basah x (100% - Resiko Susut Buah) ...................(3.31)
64
Menghitung rencana pendapatan : Volume Produksi x Proyeksi Harga Jual ...........................................(3.32) b) Subproses Perhitungan Laba Rugi. Perhitungan laba/rugi ini digunakan untuk mengetahui laba bersih setelah pajak. Dalam menghitung proyeksi laba rugi, digunakan rumus : (Rencana Pendapatan – Modal Investasi) –Total Biaya Penyusutan Selama 6 Bulan – Pajak .................................................(3.33) c) Subproses Perhitungan Aliran Kas Bersih. Untuk mengetahui proyeksi aliran kas bersih, didapatkan melalui perhitungan : Laba Bersih Setelah Pajak + Beban Penyusutan .................................(2.2) 3.
Proses Analisis Kelayakan Investasi. Dalam menghitung dan menganalisis kelayakan investasi, terdapat beberapa subproses didalamnya, antara lain : a) Subproses Menghitung BEP Dalam menghitung BEP, ada 2 cara yang dapat dilakukan yaitu : Menghitung BEP Volume : Biaya Tetap / (Harga Jual Per Unit – Biaya Variabel Per Unit) ..............................................................................................(2.3) Menghitung BEP dalam Rupiah : Biaya Tetap / {1 - (Biaya Variabel Per Unit / Harga Jual Per Unit)} ............................................................................................(2.4)
65
b) Subproses Menghitung ROI. Laba Bersih Setelah Pajak / Modal Investasi ......................................(2.5) Diasumsikan tingkat ROI minimal agar dinyatakan layak adalah 100%, yang berarti bahwa investasi tersebut dapat kembali dalam satu kali masa/musim tanam (6 bulan). c) Subproses Menghitung NPV. Proses perhitungan NPV adalah menentukan layak tidaknya suatu usaha dilaksanakan dilihat dari nilai sekarang arus kas bersih yang akan diterima dikurangi dengan nilai sekarang dari jumlah investasi yang dikeluarkan. Untuk menghitung PV.AKB [1], didapatkan melalui rumus : ..................................................................................................(2.7) Diasumsikan persentase diskonto rate pertama (i1) adalah 6,75 % pertahun (suku bunga deposito Bank Indonesia), karena investasi berjalan selama 6 bulan, maka suku bunga yang digunakan (6,75% / 2) = 3,38%. Kemudian menghitung NPV [1] dengan rumus : NPV = PVAKB - PV .....................................................................(2.6) PVAKB
: Merupakan nilai arus kas bersih sekarang yang telah dihitung dengan perkalian Diskonto Faktor sehingga mendapatkan hasil PVAKB yang nantinya digunakan untuk menghitung NPV.
PV
: Merupakan total nilai investasi sekarang yang nantinya akan dimasukkan untuk perhitungan NPV.
66
d) Subproses Menghitung IRR Proses
menghitung IRR
digunakan untuk
membandingkan
kelayakan antara menjalankan investasi dengan menanamkan modal berupa deposito di bank. Untuk menghitung IRR, pola yang dilakukan hampir sama dengan cara menghitung NPV. Langkah awal yang dilakukan adalah mencari nilai NPV [2] dengan menghitung nilai PVAKB [2] terlebih dahulu. Rumus yang digunakan untuk menghitung PVAKB [2] sama dengan saat menghitung PVAKB [1], yaitu : ..........................................(2.8) Untuk mencari diskonto rate kedua (i2), dapat dilakukan dengan menggunakan pola trial and error. Kemudian menghitung NPV [2] dengan rumus : NPV = PVAKB - PV .....................................................................(2.6) Kemudian menghitung menggunakan interpolasi, dengan rumus : ....................................................(2.9) e) Subproses Menghitung PI Proses perhitungan PI hanya merupakan suatu perbandingan antara PVAKB [1] dari proses perhitungan NPV [1] dengan total biaya investasi. Profitability Index =
PVAKB Modal Investasi
......................................(2.10)
67
4.
Proses Perbandingan Hasil Analisis. Dalam proses ini, seluruh perhitungan kelayakan yang dilakukan untuk tiap komoditas akan dibandingkan. Proses perbandingan ini dilakukan dengan memberikan skoring (penilaian) untuk setiap metode kelayakan. Penentuan ranking pertama dari hasil analisis kelayakan antar komoditas di 3 daerah diambil berdasarkan akumulasi skoring tertinggi dengan kriteria untuk masing-masing metode kelayakan sebagai berikut : a) Syarat kelayakan investasi dari tiap metode : 1) NPV. i. Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima. ii. Jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak. iii. Jika NPV = 0, nilai proyek impas (BEP). 2) IRR. Dikatakan layak apabila nilai suku bunga kedua lebih besar dari suku bunga pertama yang telah ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga deposito 3,38% : i. Jika IRR > suku bunga deposito 3,38%, maka usulan proyek diterima. ii. Jika IRR < suku bunga deposito 3,38%, maka usulan proyek ditolak. iii. Jika IRR = suku bunga deposito 3,38%, nilai proyek impas (BEP).
68
3) PI. i. PI > 1, maka usulan proyek diterima. ii. PI < 1, maka usulan proyek ditolak. iii. PI = 1, maka usulan proyek impas (BEP). b) Besar nilai skor dari nilai tak terbatas (+) hingga paling kecil nilai nol. c) Besarnya nilai skor tergantung dari banyaknya jumlah komoditas yang dibandingkan, misalnya ada 4 komoditas dengan hasil yang bervariasi, maka nilai terbesar 4 sampai terkecil nilai nol (0). d) Nilai skor akan dikalikan dengan besarnya pembobotan untuk setiap metode. Untuk NPV akan diberikan bobot sebesar 4,5, IRR berbobot 3,5, dan PI berbobot 2. Hasil dari perkalian skor dengan bobot inilah yang akan dipakai sebagai acuan untuk menetapkan peringkat tertinggi berdasarkan nilai terbesar. C. Output. Output yang dihasilkan oleh sistem adalah hasil perbandingan dari seluruh komoditas, dan menghasilkan informasi mengenai satu komoditas yang paling layak untuk dikembangkan. Detail informasi tentang komoditas tersebut antara lain berisikan informasi mengenai : 1) Proyeksi Harga Jual. Informasi ini digunakan sebagai acuan prediksi harga jual bagi investor pada saat melakukan penjualan pasca panen nantinya. 2) Detail Kebutuhan dan Total Biaya Investasi. Informasi ini merupakan hasil perhitungan dan penjumlahan 3 komponen kebutuhan dengan biaya investasinya.
69
3) Proyeksi Biaya Penyusutan. Informasi ini digunakan agar investor mengetahui besarnya nilai penyusutan untuk masing-masing variabel kebutuhan tetap setiap bulannya. 4) Detail Rencana Pendapatan Beserta Resiko Kegagalan Tanam. Informasi ini berisikan prediksi pendapatan yang akan diterima investor berupa hasil penjualan panen. Hasil penjualan panen telah dihitung dengan mempertimbangkan resiko-resiko kegagalan dan telah diproyeksikan dengan harga jual kedepan. Sifat dari rencana pendapatan ini belum sepenuhnya fix karena hasil pendapatan sebenarnya terdapat pada rincian
present value
aliran kas bersih pada saat menghitung nilai NPV, karena aliran kas bersihnya sudah lebih riil dengan menerapkan discount factor (penyusutan nilai uang). 5) Proyeksi Laba Rugi. 6) Proyeksi Aliran Kas. 7) Detail Laporan Hasil Analisis. Detail dari laporan hasil analisis ini berupa laporan BEP yang bertujuan sebagai indikator tingkat penjualan bagi investor agar diketahui jumlah hasil panen yang dibutuhkan, laporan ROI yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan pengembalian investasi terhadap lama masa tanam agar dapat dinyatakan layak, laporan NPV digunakan oleh investor sebagai informasi proyeksi penerimaan laba bersih saat ini terhadap modal yang di tanam pada saat awal investasi, dan laporan IRR digunakan untuk mengetahui kelayakan modal untuk diinvestasikan atau depositokan di bank. Hasil analisis dinyatakan dalam kondisi Break Event apabila NPV = 0, persentase discount factor [2] IRR = NPV, dan PI = 1.
70
8) Rekomendasi Komoditas. Informasi ini berisikan data perhitungan kelayakan dan terdapat hasil analisis dari komoditas tersebut didalamnya. Informasi ini yang nantinya akan dipakai oleh investor sebagai acuan dalam menentukan pilihan investasinya. 3.2.3 Data Flow Diagram (DFD). A. Context Diagram. Context Diagram merupakan suatu diagram yang menggunakan notasi-notasi untuk menggambarkan arus dari data sistem, yang penggunaannya sangat membantu untuk memahami sistem secara logika. Komoditas Piliihan Kota Piliihan Waktu Pilihan Ukuran Jarak Tanam Ukuran Jarak Bedeng an Panjang Lahan
Investor
Lebar Lahan
0
Data Jarak Tanam Data Jarak Bedengan
Laporan Proyeksi Harg a Jual Laporan Proyeksi Biaya Investasi
Data Benih
Laporan Proyeksi Biaya Penyusutan
Data Pupuk Data Pestisida Data Pekerjaan
Laporan Proyeksi Pendapatan Laporan Proyeksi Rug i Laba laporan Proyeksi Aliran Kas Bersih
RANCANG BANGUN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI AGRIBISNIS HORTIKULTURA ON SEASON
Laporan Hasil Perhitungan Kelayakan Investasi Laporan Rekomendasi Komoditi
Data Peralatan Data Resiko Berat Buah
+
Satuan
PENYULUH PERTANIAN
Data Discount Factor DINAS PERTANIAN
Data Estimasi Kebutuhan
Data Pajak Data Histori Harga Data Komoditas Data Kota
Gambar 3.3 Context Diagram Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season.
71
Pada context diagram diatas, terdapat satu proses utama yaitu Rancang Bangun Aplikasi Prototype Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season dan memiliki tiga entitas yaitu : 1.
Investor (User). Investor berfungsi sebagai pengguna sistem yang dapat mengakses aplikasi ini dimana pun. Investor dapat memberikan inputan pada sistem berupa data inisial proyek. Sistem akan memberikan informasi kepada investor tentang 1 komoditas yang paling layak untuk dikembangkan beserta laporan-laporan hasil perhitungannya.
2.
Dispertan (Admin). Dispertan akan memberikan support data mengenai macam-macam komoditas komoditas sayur dan buah semusim (on-season) yang terdapat pada Kabupaten Malang, Probolinggo, dan Jember beserta data histori harga jual dari 3 tahun kebelakang untuk setiap komoditas.
3.
Penyuluh Pertanian (Admin). Penyuluh pertanian disini juga bertugas memberikan support data seperti Dispertan, hanya saja bedanya data yang diberikan oleh penyuluh pertanian lebih secara teknis yaitu data-data yang berhubungan dengan kebutuhan budidaya selama satu musim tanam yang telah disesuaikan dengan kebiasaan para petani dalam bertanam di daerahnya masing-masing.
B. DFD Level 0. Pada DFD level 0 ini, terdapat enam proses utama yang telah dijabarkan dari proses tunggal pada context diagram. Proses tersebut akan digambarkan lebih rinci pada Gambar 3.4.
72
1 80 5
Re c ord Tahu n 80 1
Ko moditas
80 8
Re c ord k omo ditas 80 2
Ko ta
80 4 80 6
80 3
Ko moditas Ko ta
Re c ord Komo ditas Kota
Re c ord Harg a [Da ta Ko ta]
J a rak Tanam
80 7
Sa tuan
Re c ord Satua n
Re c ord Kota
Ha rga
Ta hun
Re c ord J ara k Tan am
[Da ta Ko moditas ]
J a rak Beden gan Re c ord J ara k Bed enga n
80 9
DIN AS PERTAN IA N
[Da ta His tori H arg a]
Be nih Re c ord Benih
81 0
Ma inten anc e Data
Pu puk Re c ord Pupu k
81 1
[Sa tuan]
Pe s tis id a
[Da ta J a rak Tanam] Re c ord Pes tis ida
81 2
[Da ta J a rak Beden gan]
Pe k erja an
[Da ta Be nih]
Re c ord Pek e rjaan Es timas i Ke butuh an
81 3 81 4
[Da ta Pu puk ] Re c ord Es timas i Kebutu han Re c ord Pera latan
81 5
PENYUL UH PERTAN IAN
[Da ta Pe s tis id a] [Da ta Pe k erja an]
Pe ralata n Re s ik o
[Da ta Es timas i Keb utuha n] [Da ta Pe ralata n]
Re c ord Res ik o
[Da ta Re s ik o ] 81 6
Be rat bu ah
+
Re c ord Bera t Bua h
[Be rat Bu ah]
Info Tah un
80 5
Ta hun
2
Pe ralata n
Info Komodita s Kota
Es timas i Kebu tuha n
Re c ord Data
Pe k erja an
81 7
Pro y ek s i
Info Proy ek s i
Pe s tis id a
Ko modiitas Ko ta Pilihan
81 8
Re c ord Komo ditas Kota Terp ilih
Pu puk Be nih
Re c ord Biay a Ov e rhea d
J a rak Beden gan
Re c ord Biay a Ope ras io nal
J a rak Tanam
Re c ord Biay a Teta p
His tori H arga
Me nghitung Biay a Inv es tas i
Ko ta 81 9
Ko moditas
Pe rhitun gan
Info Keb utuha n Te tap
[Pa njang Lah an] [Le bar L ahan ]
Re c ord Total Mod al [Ko moditas Piliihan ]
Re c ord Total Peny us utan
[Ko ta Piliihan]
Re c ord Proy ek s i Harg a
+
[W ak tu Pilihan ]
[Uk uran J ara k Ta nam] [Uk uran J ara k Be deng an]
3 To tal Be nih Pro y ek s i Har ga 81 5
Re s ik o
Bia y a Pe ny us utan
Re s ik o Kega galan 81 6
Be rat bu ah
To tal Mo dal Re c ord Renc ana Pend apatan
Be rat Bu ah Me nghitung Angga ran Keua ngan
Info Ren c ana Pen dapa tan Re c ord Rugi Laba
[Da ta Pa jak ]
Info Lab a Ber s ih Setelah Paja k Re c ord Aliran Kas bers ih
+ DIN DINAS AS PERTAN PERTANIAN IAN 4 Info Biay a Op eras ional Info Biay a Ov erhe ad Info Biay a Tetap Info J umlah Buah Panen
[Da ta Dis c ou nt Fa c tor]
Info Proy ek s i Harg a Info Alira n Kas Ber s ih Info Tota l Mod al Me nghitung Kelay ak an Inv e s tas i
Info Lab a Ber s ih Setelah Paja k Re c ord BEP
81 9
Pe rhitun gan
Re c ord ROI
Inv es tor
Re c ord NPV Info PV Kas Mas uk
+
Re c ord IRR Re c ord PI 5
BEP RO I Me mban ding k an H as il Perh itunga n Ke lay ak an NPV IRR PI
+ Re c ord Sk or ing 6 81 9
Pe rhitun gan
Info Proy ek s i Harg a [La pora n Pro y ek s i Har ga J u al] Info Mod al
[La pora n Pro y ek s i Biay a Inv es tas i] [La pora n Pro y ek s i Biay a Pe ny us utan] [La pora n Pro y ek s i Pen dapa tan]
Info Biay a Pen y us utan Pe mbua tan L apor an
Info Ren c ana Pen dapa tan
[La pora n Pro y ek s i Rug i Lab a]
Info Rug i Lab a
[lap oran Proy ek s i Aliran Kas Bers ih]
Info Alira n Kas Ber s ih Info BEP
[La pora n Has il Pe rhitun gan Kelay ak an Inv e s tas i] [La pora n Rek ome ndas i Komoditi]
+
Info ROI Info NPV Info Sk o ring
Gambar 3.4 DFD Level 0 Rancang Bangun Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season.
73
C. DFD Level 1 Maintenance Data Master. Pada DFD level 1 maintenance data master ini terlihat bahwa terdapat dua entitas yang terlibat dalam maintenance data master ini, yaitu entitas DISPERTAN dan Penyuluh Pertanian seperti pada Gambar 3.5 berikut ini. 1.1 801
Komoditas
Maintenance Data Komoditas
[Record komoditas ]
[Data Komoditas]
1.2 802
Kota
Maintenance Kota
[Record Kota]
[Data Kota]
1.3
DINAS PERTANIAN
Info Kota Maintenance Data Komoditas Kota
Info Komoditas
[Record Komoditas Kota]
1.4
Info Kota
803
Komoditas Kota
Info Komoditas 804
Harg a [Record Harg a]
805
Tahun
Maintenance Data Histori Harg a
[Data His tori Harg a]
[Record Tahun] 1.5 Info Kota Info Komoditas
Maintenance Data Jarak Tanam
[Record Jarak Tanam] Info Satuan 806
[Data Jarak Tanam]
Jarak Tanam
Info Komoditas
1.6
Info Kota
Maintenance Data Jarak Bedeng an
[Record Jarak Bedeng an] Info Satuan Jarak Bedeng an
807 Info Komoditas
[Data Jarak Bedeng an]
1.7
Info Kota
801
802
Komoditas
808
Maintenance Data Satuan
Satuan
Kota 809
[Satuan]
[Record Satuan] Info Satuan
Benih
[Record Benih] Info Komoditas
1.8 Maintenance Data Benih
[Data Benih]
Info Kota 810
Pupuk
1.9 [Record Pupuk]
Info Satuan
Maintenance Data Pupuk
Info Kota
801
[Data Pupuk] PENYULUH PERTANIAN
Info Komoditas
Komoditas
1.10 Info Komoditas
802
Kota
Flow_4003 Pestisida
811 808
Satuan
[Record Pestis ida]
Info Satuan
Maintenance Data Pestisida
[Data Pestis ida]
1.11
Info Komoditas Info Kota
Maintenance Data Pekerjaan
Info Satuan 812
Pekerjaan
[Data Pekerjaan]
[Record Pekerjaan]
Info Kota
1.12 Estimasi Kebutuhan
813 Info Satuan
[Record Es timas i Kebutuhan]
Maintenance Data Estimasi Kebutuhan
[Data Es timas i Kebutuhan]
1.13 808
Satuan
Info Komoditas
Info Satuan
Info Kota
Maintenance Data Peralatan
[Record Peralatan] 801
Komoditas
802
[Data Peralatan]
1.14
Kota
814
Peralatan Maintenance Data Res iko
Info Komoditas 815
Res iko
[Data Resiko]
[Record Resiko] 1.15
Info Komoditas 816
Berat buah
[Record Berat Buah]
Maintenance Data Berat Buah
Gambar 3.5 DFD Level 1 Maintenance Data Master.
[Berat Buah]
74
D. DFD Level 1 Menghitung Total Biaya Investasi. DFD level ini menjelaskan detail proses menghitung biaya yang dibutuhkan selama investasi. Dalam level ini terdapat satu entitas yang terlibat yaitu investor dan tiga proses. 801
Komoditas
802
Kota
804
Harg a
2.1 [Komoditas]
[Info Komoditas Kota]
[Kota]
[Info Tahun]
[Histori Harg a]
Menentukan Harg a Berdasarkan Histori
[Record Data]
[Record Komoditas Kota Terpilih]
[Waktu Pilihan]
Komoditas Kota
805
Tahun
817
Proyeksi
818
Komodiitas Kota Pilihan
[Info Proyeksi]
[Komoditas Piliihan] [Kota Piliihan]
803
Info Komoditas Kota Pilihan
[Record Proyeksi Harg a]
2.2
[Record Total Penyusutan]
Meng hitung Penyusutan
[Info Kebutuhan Tetap] Investor [Panjang Lahan] [Lebar Lahan] [Ukuran Jarak Tanam] [Ukuran Jarak Bedeng an] 2.3 819 806
Jarak Tanam
807
Jarak Bedengan
809
Benih
810
Pupuk
Perhitung an
[Jarak Tanam] [Jarak Bedeng an] [Benih] [Pupuk]
[Record Biaya Tetap] [Record Biaya Overhead]
Meng hitung Total Biaya Investasi
[Record Biaya Operasional]
811
Pestisida
812
Pekerjaan
[Pekerjaan]
813
Estimasi Kebutuhan
[Estimasi Kebutuhan]
814
Peralatan
[Peralatan]
[Pestisida]
[Record Total Modal]
+
Gambar 3.6 DFD Level 1 Menghitung Total Biaya Investasi. E. DFD Level 1 Menghitung Anggaran Keuangan. DFD level ini menjelaskan detail proses menghitung anggaran keuangan. Dalam level ini terdapat tiga proses, yaitu proses menghitung proyeksi pendapatan, menghitung proyeksi laba rugi, dan menghitung proyeksi aliran kas.
75
3.1 815
[Record Rencana Pendapatan]
Resiko [Resiko Keg ag alan]
816
Berat buah
Meng hitung Proyeksi Pendapatan
[Total Benih]
[Berat Buah] [Total Modal] [Proyeksi Harg a]
3.2 DINAS PERTANIA N
819
[Biaya Penyusutan] [Data Pajak]
Meng hitung Proyeksi Rugi Laba
Perhitung an
[Info Rencana Pendapatan]
[Record Rug i Laba] 3.3 [Info Laba Bersih Setelah Pajak] Meng hitung Proyeksi Aliran Kas
[Record Aliran Kas bersih]
Gambar 3.7 DFD Level 1 Menghitung Anggaran Keuangan. F. DFD Level 1 Menghitung Kelayakan Investasi. DFD level ini menjelaskan detail proses perhitungan kelayakan investasi. Dalam level ini terdapat lima proses, yaitu : [Info Biaya Operasional]
4.1
[Info Biaya Overhead] [Info Biaya Tetap] [Info Jumlah Buah Panen]
Meng hitung BEP
[Info Proyeksi Harga] [Record BEP]
+ 4.2
[Info Total Modal] [Info Laba Bersih Setelah Pajak] [Record ROI]
Meng hitung ROI
4.3
[Info Aliran Kas Bersih]
Meng hitung NPV DINAS PERTANIA N
[Data Discount Factor]
[Record NPV]
819
Perhitung an
4.4 DF2 Meng hitung IRR
[Info PV Kas M asuk] [Record IRR]
4.5
Meng hitung PI
[Record PI]
Gambar 3.8 DFD Level 1 Menghitung Kelayakan Investasi.
76
G. DFD Level 1 Membandingkan Hasil Perhitungan Kelayakan. DFD level ini menjelaskan detail proses membandingkan hasil perhitungan kelayakan antar komoditas. Dalam level ini terdapat dua proses, yaitu menghitung skoring dari hasil perhitungan kelayakan untuk setiap komoditas dan menganalisi hasil skoring tersebut. [BEP] 5.1
[ROI] [NPV] [IRR] [PI]
819
Skoring Hasil Perhitung an Kelayakan Tiap Komoditas
Perhitung an [Record Skoring]
5.2
Info Skoring
Meng analisis Hasil Skoring Perhitung an Kelayakan
Rekomendasi Komoditas Terlayak
Gambar 3.9 DFD Level 1 Membandingkan Hasil Perhitungan Kelayakan.
H. DFD Level 1 Membuat Laporan. DFD level ini menjelaskan detail proses pembuatan laporan. Dalam level ini terdapat delapan proses pembuatan laporan, yaitu membuat laporan proyeksi harga jual, membuat laporan biaya investasi, membuat laporan biaya penyusutan, membuat laporan proyeksi pendapatan, membuat laporan proyeksi laba rugi, membuat laporan proyeksi aliran kas, membuat laporan perhitungan kelayakan investasi, dan membuat laporan perbandingan kelayakan antar komoditas.
77
6.1 [Laporan Proyeksi Harga Jual]
Membuat Laporan Proyeksi Harg a Jual
[Laporan Proyeksi Biaya Investasi]
Membuat Laporan Biaya Investasi
[Info Proyeksi Harga]
6.2
[Info M odal]
6.3
[Laporan Proyeksi Biaya Penyusutan]
Membuat Laporan Biaya Penyusutan
819
Perhitung an
[Info Biaya Penyusutan]
6.4
[Laporan Proyeksi Pendapatan]
Membuat Laporan Rencana Pendapatan
[Laporan Proyeksi Rugi Laba]
Membuat Laporan Proyeksi Rug i Laba
[laporan Proyeksi Aliran Kas Bersih]
Membuat Laporan Proyeksi Aliran Kas
Investor
[Info Rencana Pendapatan]
6.5
[Info Rugi Laba]
6.6 [Info Aliran Kas Bersih]
6.7
[Laporan Hasil Perhitung an Kelayakan Investasi]
Membuat laporan Perhitung an Kelayakan Investasi
[Info BEP] [Info ROI] [Info NPV]
6.8
[Laporan Rekomendasi Komoditi]
Membuat Laporan Perbanding an Kelayakan Investasi
Gambar 3.10 DFD Level 1 Membuat Laporan. I.
DFD Level 2 Menghitung BEP. DFD level ini menjelaskan detail proses dari perhitungan Break Event Point
(BEP). Dalam menghitung BEP, terdapat 3 proses didalamnya yaitu menghitung biaya variabel, menghitung BEP dalam jumlah (unit), dan menghitung BEP dalam nominal uang (Rupiah).
[Info Skoring ]
78
[Info Jumlah Buah Panen]
4.1.1
[Info Biaya Operasional] [Info Biaya Overhead] [Record BEP]
Meng hitung Biaya Variabel
4.1.2 [Info Proyeksi Harga] Meng hitung BEP (Volume)
819
Perhitung an
Info BEP [Info Biaya Tetap] Record BEP (Volume)
4.1.3 Info Proyeksi Info Biaya Tetap
Meng hitung BEP (Rupiah)
Info BEP Record BEP (Rupiah)
Gambar 3.11 DFD Level 2 Menghitung BEP. J.
Entity Relationship Diagram (ERD). Entity Relationship Diagram (ERD) menggambarkan basis data yang ada
pada Rancang Bangun Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura OnSeason. ERD dalam perancangan sistem ini akan dibagi menjadi 2, yakni Conceptual Data Model (CDM) dan Physical Data Model (PDM). Berikut penjelasan dari masing-masing jenis ERD tersebut. J.1.1 Conceptual Data Model (CDM). CDM pada Rancang Bangun Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season ini, merupakan gambaran dari struktur database yang akan digunakan dalam pembuatan sistem. Dalam CDM ini terdapat 19 tabel yang terdiri dari 18 tabel master dan 1 tabel transaksi.
benih id_benih
Integer <M> nama_benih Variable characters (50) harga_satun_benih Integer
Relationship_43
Identifier_1 Relationship_44
perhitungan
id_perhitungan Integer <M> total_benih Integer pestisida total_pupuk Integer id_pestisida Integer <M> total_pestisida Integer Relationship_34nama_pestisida Variable characters (50) Relationship_20 total_peralatan Integer dosis_pestisida Integer total_estimasi Integer harga_satuan_pestisida Integer total_pekerjaan Integer Relationship_14 Identifier_1 total_modal Integer total_penyusutan Integer Relationship_39 peralatan total_proyeksi_harga Integer jumlah_benih_panen Integer id_peralatan Integer <M> Relationship_35 jumlah_buah_panen Integer nama_peralatan Variable characters (50) rencana_pendapatan Integer Identifier_1 total_laba_kotor Integer total_laba_bersih Integer Relationship_23 total_laba_bersih_setelah_pajak Integer arus_kas_bersih Integer pekerjaan total_arus_kas_bersih Integer id_pekerjaan Integer biaya_variabel Integer nama_pekerjaan Variable characters (50) bep_vol Integer Relationship_33 Relationship_41 kebutuhan_pekerjaan Integer bep_rupiah Integer biaya_per_hok Integer roi Integer df1 Integer Identifier_1 pv1 Integer total_pv1 Integer npv1 Integer estimasi_kebutuhan df2 Integer id_estimasi_kebutuhan Integer <M> pv2 Integer nama_estimasi_kebutuhan Variable characters (50) total_pv2 Integer Relationship_36 kebutuhan_pekerjaan Integer npv2 Integer biaya_estimasi_kebutuhan Integer irr Integer Identifier_1 pi Integer resiko Identifier_1 Relationship_42
Relationship_13
Relationship_15 pupuk id_pupuk Integer nama_pupuk Variable characters (50) dosis_pupuk Integer harga_satuan_pupuk Integer Relationship_7
Relationship_19
Identifier_1 Relationship_8
Relationship_45 Relationship_47 jarak_bedengan : 2 id_jarak_bedengan Integer <M> panjang_bedengan Integer lebar_bedengan Integer
id_jarak_bedengan Integer <M> panjang_bedengan Integer lebar_bedengan Integer Relationship_38
Relationship_12
Identifier_1 Relationship_16 Relationship_24 kota
id_kota Integer <M> nama_kota Variable characters (50)
Relationship_10
Identifier_1 Relationship_6
satuan Relationship_22
id_satuan Integer nama_satuan Variable characters (50) deskripsi_satuan Variable characters (50)
Relationship_18
Relationship_5
Identifier_1
Relationship_27
Relationship_26
harga komoditas_kota id_komoditas_kota Integer <M> Identifier_1
id_resiko Integer <M> nama_resiko Variable characters (50) prosentase_resiko Integer
komoditas
berat_buah
id_komoditas Integer <M> id_berat_buah Integer <M> jarak_tanam : 2 nama_komoditas VariableRelationship_4 characters (50) berat_buah Float id_jarak_tanam Integer <M> Identifier_1 Identifier_1 Relationship_28 panjang_tanam Integer lebar_tanam Integer Identifier_1
Relationship_21 jarak_bedengan : 1
Identifier_1
Relationship_48
jarak_tanam : 1 id_jarak_tanam Integer <M> panjang_tanam Integer Relationship_11 lebar_tanam Integer
tahun
id_harga Integer <M> Integer Relationship_32bulan_1 bulan_2 Integer bulan_3 Integer bulan_4 Integer bulan_5 Integer bulan_6 Integer bulan_7 Integer Relationship_17 bulan_8 Integer bulan_9 Integer bulan_10 Integer bulan_11 Integer bulan_12 Integer Relationship_2 Identifier_1
id_tahun Integer <M> nama_tahun Integer Identifier_1 Relationship_3 Relationship_37 proyeksi
idproyeksi Integer <M> nama_proyeksi Variable characters (50) panjang_lahan Float lebar_lahan Float bulan Short integer persen_borongan Float (2) Relationship_9 Identifier_1
Relationship_40 kmd_kota_pilihan
Identifier_1
idkmd_kota_pilihan Integer <M> Identifier_1
Relationship_46
Gambar 3.12 CDM Rancang Bangun Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season.
79
Relationship_31
80
J.1.2 Physical Data Model (PDM) Physical Data Model (PDM) pada proses Rancang Bangun Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season ini, merupakan gambaran dari struktur database yang akan digunakan dalam pembuatan sistem beserta hasil relasi dari hubungan antar tabel yang terkait.
benih
perhitungan id_perhitungan idkmd_kota_pilihan id_jarak_bedengan id_jarak_tanam id_pupuk id_peralatan id_benih id_estimasi_kebutuhan id_resiko id_pestisida id_pekerjaan id_berat_buah total_benih total_pupuk total_pestisida total_peralatan total_estimasi total_pekerjaan total_modal total_penyusutan total_proyeksi_harga jumlah_benih_panen jumlah_buah_panen rencana_pendapatan total_laba_kotor total_laba_bersih total_laba_bersih_setelah_pajak arus_kas_bersih total_arus_kas_bersih biaya_variabel bep_vol bep_rupiah roi df1 pv1 total_pv1 npv1 df2 pv2
integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer
id_benih id_komoditas id_kota id_satuan nama_benih harga_satun_benih
integer integer integer integer varchar(50) integer
pupuk id_pupuk id_satuan id_kota id_komoditas nama_pupuk dosis_pupuk harga_satuan_pupuk
pestisida id_pestisida id_satuan id_komoditas id_kota nama_pestisida dosis_pestisida harga_satuan_pestisida
integer integer integer integer varchar(50) integer integer
integer integer integer integer varchar(50)
integer integer integer integer varchar(50) integer integer
integer integer integer integer integer integer
id_kota integer nama_kota varchar(50)
satuan id_satuan integer nama_satuan varchar(50) deskripsi_satuan varchar(50)
integer integer integer varchar(50) integer integer
harga komoditas_kota id_komoditas_kota integer id_kota integer id_komoditas integer
resiko id_resiko id_komoditas nama_resiko prosentase_resiko
integer integer integer integer integer integer
kota
estimasi_kebutuhan id_estimasi_kebutuhan id_satuan id_kota nama_estimasi_kebutuhan kebutuhan_pekerjaan biaya_estimasi_kebutuhan
jarak_tanam id_jarak_tanam id_kota id_komoditas id_satuan panjang_tanam lebar_tanam
jarak_bedengan
pekerjaan id_pekerjaan id_kota id_komoditas id_satuan nama_pekerjaan kebutuhan_pekerjaan biaya_per_hok
id_jarak_bedengan id_kota id_komoditas id_satuan panjang_bedengan lebar_bedengan
peralatan id_peralatan id_kota id_satuan id_komoditas nama_peralatan
integer integer integer integer varchar(50) integer integer
integer integer varchar(50) integer
berat_buah
komoditas
id_berat_buah integer id_komoditas integer berat_buah float
id_komoditas integer nama_komoditas varchar(50)
id_harga id_kota id_komoditas id_tahun bulan_1 bulan_2 bulan_3 bulan_4 bulan_5 bulan_6 bulan_7 bulan_8 bulan_9 bulan_10 bulan_11 bulan_12
integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer integer
kmd_kota_pilihan idkmd_kota_pilihan integer id_komoditas_kota integer idproyeksi integer
Gambar 3.13 PDM Rancang Bangun Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season.
81
tahun id_tahun integer nama_tahun integer
proyeksi idproyeksi id_tahun nama_proyeksi panjang_lahan lebar_lahan bulan persen_borongan
integer integer varchar(50) float float smallint float(2)
82
3.2.4 Struktur Basis Data Struktur Tabel merupakan penjabaran dan penjelasan dari suatu database. Dalam Struktur Tabel, dijelaskan fungsi dari masing-masing tabel hingga fungsi masing-masing field yang ada di dalam tabel. Selain itu juga terdapat tipe data dari setiap field beserta konstrainnya. A. Tabel Komoditas. Fungsi
: Menyimpan Data Komoditas.
Primary Key : id_komoditas. Foreign Key
:Tabel 3.2 Komoditas.
Nama Field
Type
Field Size
Keterangan
Constraint
id_komoditas
Integer
-
Kode Komoditas
Primary Key
nama_komoditas
VarChar
50
Nama Komoditas
-
B. Tabel Kota. Fungsi
: Menyimpan Data Kota.
Primary Key : id_kota. Foreign Key
:Tabel 3.3 Kota.
Nama Field
Type
Field Size
Keterangan
Constraint
id_kota
Integer
-
Kode Kota
Primary Key
nama_kota
VarChar
50
Nama Kota
-
83
C. Tabel Komoditas_Kota. Fungsi
: Menyimpan Data Komoditas_Kota.
Primary Key : id_komoditas_kota. Foreign Key
: id_komoditas, id_kota. Tabel 3.4 Komoditas_Kota.
Nama Field
Type
Field Size
Keterangan
Constraint
id_komoditas_kota
Integer
-
Kode Komoditas_Kota
Primary Key
id_komoditas
Integer
-
Kode Komoditas
Foreign Key
id_kota
Integer
-
Kode Kota
Foreign Key
D. Tabel Harga. Fungsi
: Menyimpan Data Histori Harga.
Primary Key : id_harga. Foreign Key
: id_komoditas, id_kota, id_tahun. Tabel 3.5 Harga.
Nama Field
Type
Field Size
Keterangan
Constraint
id_harga
Integer
-
Kode Komoditas
Primary Key
Januari
Integer
-
Histori Harga
-
Februari
Integer
-
Histori Harga
-
Maret
Integer
-
Histori Harga
-
April
Integer
-
Histori Harga
-
Mei
Integer
-
Histori Harga
-
Juni
Integer
-
Histori Harga
-
84
Nama Field
Type
Field Size
Keterangan
Constraint
Juli
Integer
-
Histori Harga
--
Agustus
Integer
-
Histori Harga
-
September
Integer
-
Histori Harga
-
Oktober
Integer
-
Histori Harga
-
November
Integer
-
Histori Harga
-
Desember
Integer
-
Histori Harga
-
id_komoditas
Integer
-
Kode Komoditas
Foreign Key
id_kota
Integer
-
Kode Kota
Foreign Key
Tahun
Integer
-
Kode Tahun
Foreign Key
E. Tabel Tahun. Fungsi
: Menyimpan Data Tahun.
Primary Key : id_tahun. Foreign Key
:Tabel 3.6 Tahun.
Nama Field
Type
Field Size
Keterangan
Constraint
id_tahun
Integer
-
Kode tahun
Primary Key
nama_tahun
VarChar
50
Nama tahun
-
F. Tabel Jarak Tanam. Fungsi
: Menyimpan Data Jarak Tanam.
Primary Key : id_jarak_tanam.
85
Foreign Key
: id_komoditas, id_kota, id_satuan. Tabel 3.7 Jarak Tanam.
Nama Field
Type
Field Size
Keterangan
Constraint
id_jarak_tanam
Integer
-
Kode Jarak tanam
Primary Key
Panjang_tanam
Integer
-
Lebar_tanam
Integer
-
id_komoditas
Integer
-
Kode Komoditas
Foreign Key
id_kota
Integer
-
Kode Kota
Foreign Key
Id_satuan
integer
-
Kode Satuan
Foreign Key
Ukuran Panjang jarak tanam Ukuran Lebar jarak tanam
-
G. Tabel Jarak Bedengan. Fungsi
: Menyimpan Data Jarak Bedengan.
Primary Key : id_jarak_bedengan. Foreign Key
: id_komoditas, id_kota, id_satuan. Tabel 3.8 Jarak Bedengan.
Nama Field
Type
Field Size
id_jarak_bedengan
Integer
-
Panjang_ bedengan
Integer
-
Lebar_ bedengan
Integer
-
id_komoditas
Integer
-
Kode Komoditas
Foreign Key
id_kota
Integer
-
Kode Kota
Foreign Key
Id_satuan
integer
-
Kode Satuan
Foreign Key
Keterangan Kode Jarak bedengan Ukuran Panjang jarak bedengan Ukuran Lebar jarak bedengan
Constraint Primary Key -
86
H. Tabel Satuan. Fungsi
: Menyimpan Data Satuan.
Primary Key : id_satuan. Foreign Key
:Tabel 3.9 Satuan.
Nama Field
Type
Field Size
Keterangan
Constraint
id_satuan
Integer
-
Kode Komoditas_Kota
Primary Key
Nama_satuan
VarChar
50
Nama satuan benda
-
Diskripsi_satuan
VarChar
50
Penjelasan tentang satuan
-
I.
Tabel Benih. Fungsi
: Menyimpan Data Benih.
Primary Key : id_benih. Foreign Key
: id_komoditas, id_kota, id_satuan. Tabel 3.10 Benih.
Nama Field
Type
Field Size
Keterangan
Constraint
id_benih
Integer
-
Kode benih
Primary Key
Nama_benih
VarChar
50
Nama benih
-
Harga_satuan_benih
Integer
-
Harga satuan benih
-
id_komoditas
Integer
-
Kode Komoditas
Foreign Key
id_kota
Integer
-
Kode Kota
Foreign Key
Id_satuan
Integer
-
Kode Satuan
Foreign Key
87
J.
Tabel Pupuk. Fungsi
: Menyimpan Data Pupuk.
Primary Key : id_pupuk. Foreign Key
: id_komoditas, id_kota, id_satuan. Tabel 3.11 Pupuk.
Nama Field
Type
Field Size
Keterangan
Constraint
id_pupuk
Integer
-
Kode Pupuk
Primary Key
Nama_pupuk
VarChar
50
Nama pupuk
-
Dosis_pupuk
Integer
-
Dosis pupuk
-
Harga_satuan_pupuk
Integer
-
Harga satuan pupuk
-
id_komoditas
Integer
-
Kode Komoditas
Foreign Key
id_kota
Integer
-
Kode Kota
Foreign Key
Id_satuan
integer
-
Kode Satuan
Foreign Key
K. Tabel Pestisida. Fungsi
: Menyimpan Data Pestisida.
Primary Key : id_pestisida. Foreign Key
: id_komoditas, id_kota, id_satuan. Tabel 3.12 Pestisida.
Nama Field
Type
Field Size
Keterangan
Constraint
id_pestisida
Integer
-
Kode pestisida
Primary Key
Nama_ pestisida
VarChar
50
Nama pestisida
-
Dosis_ pestisida
Integer
-
Dosis pestisida
-
88
Nama Field
Type
Field Size
Keterangan
Constraint
Harga_satuan_ pestisida
Integer
-
Harga satuan pestisida
-
id_komoditas
Integer
-
Kode Komoditas
Foreign Key
id_kota
Integer
-
Kode Kota
Foreign Key
Id_satuan
Integer
-
Kode Satuan
Foreign Key
L. Tabel Pekerjaan. Fungsi
: Menyimpan Data Pekerjaan.
Primary Key : id_ Pekerjaan. Foreign Key
: id_komoditas, id_kota, id_satuan. Tabel 3.13 Pekerjaan.
Nama Field
Type
Field Size
Keterangan
Constraint
id_ Pekerjaan
Integer
-
Kode Pekerjaan
Primary Key
Nama_ Pekerjaan
VarChar
50
Nama Pekerjaan
-
Kebutuhan_ Pekerjaan
Integer
-
Jumlah pekerjaan
-
Biaya_per_HOK
Integer
-
Harga satuan pekerjaan
-
id_komoditas
Integer
-
Kode Komoditas
Foreign Key
id_kota
Integer
-
Kode Kota
Foreign Key
Id_satuan
Integer
-
Kode Satuan
Foreign Key
M. Tabel Estimasi Kebutuhan. Fungsi
: Menyimpan Data Estimasi Kebutuhan.
Primary Key : id_ Estimasi_Kebutuhan.
89
Foreign Key
: id_kota, id_satuan. Tabel 3.14 Estimasi Kebutuhan. Type
Field Size
Keterangan
Constraint
Integer
-
Kode kebutuhan
Primary Key
VarChar
50
Nama kebutuhan
-
Integer
-
Jumlah kebutuhan
-
Integer
-
Harga satuan kebutuhan
-
id_kota
Integer
-
Kode Kota
Foreign Key
Id_satuan
Integer
-
Kode Satuan
Foreign Key
Nama Field id_ Estimasi_Kebutuhan Nama_ Estimasi_Kebutuhan Kebutuhan_ Pekerjaan Biaya_ Estimasi_Kebutuhan
N. Tabel Peralatan. Fungsi
: Menyimpan Data Peralatan.
Primary Key : id_ Peralatan. Foreign Key
: id_komoditas, id_kota, id_satuan. Tabel 3.15 Peralatan.
Nama Field
Type
Field Size
Keterangan
Constraint
id_ Peralatan
Integer
-
Kode Peralatan
Primary Key
Nama_ Peralatan
VarChar
50
Nama Peralatan
-
id_komoditas
Integer
-
Kode Komoditas
Foreign Key
id_kota
Integer
-
Kode Kota
Foreign Key
Id_satuan
Integer
-
Kode Satuan
Foreign Key
90
O. Tabel Resiko. Fungsi
: Menyimpan Data Resiko.
Primary Key : id_resiko. Foreign Key
: id_komoditas. Tabel 3.16 Resiko
Nama Field
Type
Field Size
Keterangan
Constraint
id_resiko
Integer
-
Kode resiko
Primary Key
nama_resiko
VarChar
50
Nama resiko
-
Prosentase_resiko
Integer
-
Besarnya resiko
-
id_komoditas
Integer
-
Kode Komoditas
Foreign Key
P. Tabel Berat Buah. Fungsi
: Menyimpan Data Berat Buah.
Primary Key : id_berat_buah. Foreign Key
: id_komoditas. Tabel 3.17 Berat Buah
Nama Field
Type
Field Size
Keterangan
Constraint
id_berat_buah
Integer
-
Kode Berat Buah
Primary Key
Berat_buah
float
-
Ukuran Berat Bauh
-
id_komoditas
Integer
-
Kode Komoditas
Foreign Key
91
Q. Tabel Proyeksi. Fungsi
: Menyimpan Beberapa Data Input Dari Investor.
Primary Key : id_proyeksi. Foreign Key
: id_tahun. Tabel 3.18 Proyeksi.
Nama Field
Type
Field Size
Keterangan
Constraint
id_ proyeksi
Integer
-
Kode Proyeksi
Primary Key
Nama_proyeksi
VarChar
50
Nama Proyeksi
-
Panjang_lahan
float
-
Lebar_lahan
float
-
Bulan
smallint
-
Prosentase_borongan
Float (2)
-
id_tahun
Integer
-
Panjang Lahan Investor Lebar Lahan Investor Bulan Pilihan Investor Prosentase borongan pekerja Kode tahun
Foreign Key
R. Tabel Komoditas_Kota_Pilihan. Fungsi
: Menyimpan Komoditas_Kota_Pilihan.
Primary Key : idkmd_kota_pilihan. Foreign Key
: id_komoditas_kota, id_proyeksi. Tabel 3.19 Komoditas_Kota_Pilihan.
Nama Field
Type
Field Size
Keterangan
Constraint
idkmd_kota_pilihan
Integer
-
Kode Proyeksi
Primary Key
id_komoditas_kota
Integer
-
Kode Komoditas_Kota
Foreign Key
id_ proyeksi
Integer
-
Kode Proyeksi
Foreign Key
92
S. Tabel Perhitungan. Fungsi
: Menyimpan Data Perhitungan.
Primary Key : id_perhitungan. Foreign Key
: id_jarak_tanam, id_jarak_bedengan, id_benih, id_pupuk, id_pestisida, id_ Pekerjaan, id_ Estimasi_Kebutuhan, id_Peralatan, id_resiko, id_berat_buah, id_kmd_kota_pilihan. Tabel 3.20 Perhitungan.
Nama Field
Type
Field Size
Keterangan
Constraint
Id_perhitungan
Integer
-
Kode Perhitungan
Primary Key
Total_benih
Integer
-
Total biaya benih
-
Total_pupuk
Integer
-
Total biaya pupuk
-
Total_pestisida
Integer
-
Total_peralatan
Integer
-
Total_estimasi
Integer
-
Total_pekerjaan
Integer
-
Total_modal
Integer
-
Total_penyusutan
Integer
-
Total_proyeksi_harga
Integer
-
Jumlah_benih_panen
Integer
-
Jumlah_buah_panen
Integer
-
Rencana_pendapatan
Integer
-
Total_laba_kotor
Integer
-
Total biaya pestisida Total biaya peralatan Total biaya estimasi Total biaya pekerjaan Total kebutuhan modal investasi Total kebutuhan biaya penyusutan Proyeksi harga jual Total Benih yang dapat dipanen Total buah yang dapat dipanen Total rencana pendapatan Total biaya laba kotor
-
93
Nama Field
Type
Field Size
Total_laba_bersih
Integer
-
Total_laba_bersih_stlh_pajak
Integer
-
Arus_kas_bersih
Integer
-
Total_arus_kas_bersih
Integer
-
Biaya_variabel
Integer
-
BEP_vol
Integer
-
BEP unit
-
BEP_rupiah
Integer
-
BEP dalam rupiah
-
ROI
Integer
-
Prosentase ROI
-
DF1
Integer
-
Suku bunga bank
-
PV1
Integer
-
Aliran kas masuk saat panen (1)
-
Total_PV1
Integer
-
Total PV.AKB (1)
-
NPV1
Integer
-
DF1
Integer
-
PV1
Integer
-
Total_PV1
Integer
-
NPV1
Integer
-
IRR
Integer
-
PI
Integer
-
id_jarak_tanam
Integer
-
Kode Jarak tanam
Foreign Key
id_jarak_bedengan
Integer
-
Kode Jarak bedengan
Foreign Key
id_benih
Integer
-
Kode benih
Foreign Key
id_pupuk
Integer
-
Kode Pupuk
Foreign Key
Keterangan Total biaya laba bersih Total biaya laba bersih dikurangi pajak pendapatan Aliran kas bersih Tatal aliran kas bersih Biaya variabel per unit
Nilai Keuntungan saat panen (1) Suku bunga Investor Aliran kas masuk saat panen (2) Total PV.AKB (2) Nilai Keuntungan saat panen (2) Hasil interpolasi NPV1 dgn NPV2 Indeks Nilai Probabilitas
Constraint -
-
94
Nama Field
Type
Field Size
Keterangan
Constraint
id_pestisida
Integer
-
Kode pestisida
Foreign Key
id_ Pekerjaan
Integer
-
Kode Pekerjaan
Foreign Key
id_ Estimasi_Kebutuhan
Integer
-
Kode kebutuhan
Foreign Key
id_ Peralatan
Integer
-
Kode Peralatan
Foreign Key
id_resiko
Integer
-
Kode resiko
Foreign Key
id_berat_buah
Integer
-
Kode Berat Buah
Foreign Key
Id_kmd_kota_pilihan
Integer
-
Kode Proyeksi
Foreign Key
3.2.5 Perancangan Input dan Output (I/O). Perancangan input dan output merupakan tahap akhir perancangan sistem dengan membuat sketsa desain antar muka dalam bentuk halaman input dan output. Perancangan input dibedakan menjadi dua, yaitu rancangan input untuk akses administrator yaitu berupa akses i/o untuk tabel master dan rancangan input untuk akses investor yaitu berupa akses i/o untuk tabel transaksi. Berikut ini penjelasan desain input dan output akses admin dan pengguna. A. Desain Input Master Kota. Form Master Kota merupakan desain input yang digunakan untuk mengelolah data kota lokasi investasi oleh admin.
Gambar 3.14 Desain Input Master Kota.
95
B. Desain Input Master Komoditas. Form Master Komoditas merupakan desain input yang digunakan untuk mengelolah data master macam komoditas investasi oleh admin.
Gambar 3.15 Desain Input Master Komoditas. C. Desain Input Master Histori Harga. Form Master Histori Harga merupakan desain input yang digunakan oleh admin untuk mengelolah data master histori harga investasi tiap kota untuk masing-masing komoditas.
Gambar 3.16 Desain Input Master Histori Harga.
96
D. Desain Input Master Jarak Tanam. Form Master Jarak Tanam merupakan desain input yang digunakan oleh admin untuk mengelolah data jarak tanam antar tanaman.
Gambar 3.17 Desain Input Master Jarak Tanam. E. Desain Input Master Jarak Bedengan. Form Master Jarak Bedengan merupakan desain input yang digunakan oleh admin untuk mengelolah data jarak bedengan.
Gambar 3.18 Desain Input Master Jarak Bedengan. F. Desain Input Master Benih. Form Master Benih merupakan desain input yang digunakan oleh admin untuk mengelolah data macam benih komoditas investasi.
97
Gambar 3.19 Desain Input Master Benih. G. Desain Input Master Pupuk. Form Master Pupuk merupakan desain input yang digunakan oleh admin untuk mengelolah data jenis pupuk untuk komoditas.
Gambar 3.20 Desain Input Master Pupuk. H. Desain Input Master Pestisida. Form Master Pestisida merupakan desain input yang digunakan oleh admin untuk mengelolah data jenis pestisida untuk komoditas.
Gambar 3.21 Desain Input Master Pestisida.
98
I.
Desain Input Master Pekerjaan. Form Master Pekerjaan merupakan desain input yang digunakan oleh
admin untuk mengelolah data jenis pekerjaan selama investasi berlangsung.
Gambar 3.22 Desain Input Master Pekerjaan. J.
Desain Input Master Estimasi Kebutuhan. Form Master Estimasi Kebutuhan merupakan desain input yang digunakan
oleh admin untuk mengelolah data estimasi kebutuhan yang diperlukan selama investasi.
Gambar 3.23 Desain Input Master Estimasi Kebutuhan. K. Desain Input Master Peralatan. Form Master Peralatan merupakan desain input yang digunakan oleh admin untuk mengelolah data peralatan yang diperlukan selama investasi.
99
Gambar 3.24 Desain Input Master Peralatan. L. Desain Input Master Resiko. Form Master Resiko merupakan desain input yang digunakan oleh admin untuk mengelolah data macam-macam resiko yang terjadi selama investasi.
Gambar 3.25 Desain Input Master Resiko. M. Desain Input/Output Proyeksi Harga Jual. Form Input/Output Proyeksi Harga Jual merupakan desain input/output yang digunakan oleh investor (user) untuk memasukkan inisial proyek sesuai dengan keinginan investor.
Gambar 3.26 Desain Input/Output Proyeksi Harga Jual.
100
N. Desain Output Biaya Investasi. Form Output Biaya Investasi merupakan desain output yang digunakan oleh investor (user) untuk melihat total kebutuhan dan biaya investasi.
Gambar 3.27 Desain Output Biaya Investasi. O. Desain Input Edit Jarak. Form Input Edit Jarak merupakan desain input yang digunakan oleh investor (user) untuk mengubah jarak tanam dan jarak bedengan yang nantinya akan mempengaruhi total kebutuhan investasi beserta biayanya. Apabila investor memberikan perubahan pada jarak, maka sistem akan otomatis mengulang perhitungan biaya investasi.
101
Gambar 3.28 Desain Input Edit Jarak. P. Desain Output Biaya Penyusutan. Form Output Biaya Penyusutan merupakan desain output yang digunakan oleh investor (user) untuk melihat besarnya penyusutan.
Gambar 3.29 Desain Output Biaya Penyusutan. Q. Desain Output Rencana Pendapatan. Form Output Rencana Pendapatan merupakan desain output yang digunakan oleh investor (user) untuk melihat besarnya rencana pendapatan yang akan diterima.
102
Gambar 3.30 Desain Output Rencana Pendapatan. R. Desain Output Proyeksi Laba Rugi. Form Output Proyeksi Laba Rugi merupakan desain output yang digunakan oleh investor (user) untuk melihat besarnya penerimaan laba bersih setelah pajak.
Gambar 3.31 Desain Output Proyeksi Laba rugi. S. Desain Output Proyeksi Aliran Kas bersih. Form Output Proyeksi Aliran Kas merupakan desain output yang digunakan oleh investor (user) untuk melihat besarnya penerimaan aliran kas bersih.
103
Gambar 3.32 Desain Output Proyeksi Aliran Kas Bersih. T. Desain Output BEP. Form Output BEP merupakan desain output yang digunakan oleh investor (user) untuk melihat volume unit yang harus diproduksi ataupun penjualan yang harus dihasilkan dalam bentuk satuan uang (Rupiah) oleh investor.
Gambar 3.33 Desain Output BEP. U. Desain Output ROI. Form Output ROI merupakan desain output yang digunakan oleh investor (user) untuk melihat besarnya ROI.
104
Gambar 3.34 Desain Output ROI. V. Desain Output NPV. Form Output NPV merupakan desain output yang digunakan oleh investor (user) untuk melihat besarnya NPV.
Gambar 3.35 Desain Output NPV. W. Desain Output IRR. Form Output IRR merupakan desain output yang digunakan oleh investor (user) untuk melihat besarnya IRR.
Gambar 3.36 Desain Output IRR.
105
X. Desain Output PI Form Output PI merupakan desain output yang digunakan oleh investor (user) untuk melihat besarnya persentase PI.
Gambar 3.37 Desain Output PI. Y. Desain Output Skoring dan Rekomendasi. Form Output Skoring dan Rekomendasi merupakan desain output yang digunakan oleh investor (user) untuk melihat hasil perbandingan dan skoring kelayakan investasi antar komoditas.
Gambar 3.38 Desain Output Skoring dan Rekomendasi. 3.2.6 Desain Uji Coba. Desain uji coba bertujuan untuk memastikan bahwa aplikasi telah dibuat dengan benar sesuai dengan kebutuhan atau tujuan yang diharapkan. Kekurangan
106
atau kelemahan sistem pada tahap ini akan dievaluasi. Proses pengujian menggunakan black box testing yaitu aplikasi akan diuji dengan melakukan berbagai percobaan untuk membuktikan bahwa aplikasi yang telah dibuat sudah sesuai dengan tujuan. Uji coba yang akan dilakukan antara lain: A. Uji coba fungsi aplikasi. B. Uji coba fungsi perhitungan. C. Uji coba kompatibilitas aplikasi.
A. Uji Coba Fungsi Aplikasi. Proses uji coba ini dilakukan untuk mengetahui fungsi-fungsi dari aplikasi web Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season telah berjalan dengan baik. Setiap fitur yang disediakan akan diuji hasilnya sesuai dengan tabel test case. Desain uji coba fungsi aplikasi adalah sebagai berikut : 1.
Desain Uji Coba Fungsi Rencana Pendapatan. Fungsi rencana pendapatan digunakan untuk mengetahui bisa atau tidaknya suatu sistem dalam menghasilkan laporan rencana pendapatan. Pada uji coba fungsi rencana pendapatan dapat dilakukan dengan cara memasukkan beberapa kriteria inisial proyek oleh investor. Desain uji coba fungsi rencana pendapatan dapat dilihat pada Tabel 3.21.
Tabel 3.21 Desain Uji Coba Fungsi Rencana Pendapatan. Test Case ID
Tujuan
1
Memastikan aplikasi dapat menampilkan hasil perhitungan anggaran
Input Memasukan data kota pilihan, komoditi pilihan, lebar lahan,
Output yang diharapkan Tampilnya laporan rencana pendapatan
107
Test Case ID
Tujuan keuangan berupa laporan rencana pendapatan
2.
Input
Output yang diharapkan
panjang lahan, bulan dan tahun investasi
Desain Uji Coba Fungsi Proyeksi Laba Rugi. Fungsi proyeksi laba rugi digunakan untuk mengetahui bisa atau tidaknya suatu sistem dalam menghasilkan laporan proyeksi laba rugi. Pada uji coba fungsi proyeksi laba rugi dapat dilakukan dengan cara memasukkan beberapa kriteria inisial proyek oleh investor. Desain uji coba proyeksi laba rugi dapat dilihat pada Tabel 3.22.
Tabel 3.22 Desain Uji Coba Fungsi Proyeksi Laba Rugi. Test Case ID
Tujuan
Input
2
Memastikan aplikasi dapat menampilkan hasil perhitungan anggaran keuangan berupa laporan proyeksi laba rugi
Memasukan data kota pilihan, komoditi pilihan, lebar lahan, panjang lahan, bulan dan tahun investasi
3.
Output yang diharapkan Tampilnya laporan proyeksi laba rugi
Desain Uji Coba Fungsi Proyeksi Aliran Kas. Fungsi proyeksi aliran kas digunakan untuk mengetahui bisa atau tidaknya suatu sistem dalam menghasilkan laporan proyeksi aliran kas. Pada uji coba fungsi proyeksi aliran kas dapat dilakukan dengan cara memasukkan beberapa kriteria inisial proyek oleh investor. Desain uji coba fungsi proyeksi aliran kas dapat dilihat pada Tabel 3.23.
108
Tabel 3.23 Desain Uji Coba Fungsi Proyeksi Aliran Kas. Test Case ID
Tujuan
3
Memastikan aplikasi dapat menampilkan hasil perhitungan anggaran keuangan berupa laporan proyeksi aliran kas
4.
Input Memasukan data kota pilihan, komoditi pilihan, lebar lahan, panjang lahan, bulan dan tahun investasi
Output yang diharapkan Tampilnya laporan proyeksi aliran kas
Desain Uji Coba Fungsi Kelayakan Investasi. Fungsi kelayakan investasi digunakan untuk mengetahui bisa atau tidaknya suatu sistem dalam menghasilkan laporan kelayakan investasi. Pada uji coba fungsi kelayakan investasi dapat dilakukan dengan cara memasukkan beberapa kriteria inisial proyek oleh investor. Desain uji coba fungsi kelayakan investasi dapat dilihat pada Tabel 3.24.
Tabel 3.24 Desain Uji Coba Fungsi Kelayakan Investasi. Test Case ID
Tujuan
4
Memastikan aplikasi dapat menampilkan hasil perhitungan kelayakan investasi berupa laporan kelayakan investasi
5.
Input Memasukan data kota pilihan, komoditi pilihan, lebar lahan, panjang lahan, bulan dan tahun investasi
Output yang diharapkan Tampilnya laporan kelayakan investasi
Desain Uji Coba Fungsi Perbandingan Kelayakan. Fungsi perbandingan kelayakan digunakan untuk mengetahui bisa atau tidaknya suatu sistem dalam menghasilkan laporan rekomendsai komoditas. Pada uji coba perbandingan kelayakan dapat dilakukan dengan cara
109
memasukkan beberapa kriteria inisial proyek oleh investor. Desain uji coba fungsi perbandingan kelayakan dapat dilihat pada Tabel 3.25. Tabel 3.25 Desain Uji Coba Fungsi Perbandingan Kelayakan. Test Case ID
Tujuan
5
Memastikan aplikasi dapat menampilkan hasil perhitungan kelayakan investasi berupa laporan rekomendasi komoditas
Output yang diharapkan
Input Memasukan data kota pilihan, komoditi pilihan, lebar lahan, panjang lahan, bulan dan tahun investasi
Tampilnya laporan rekomendasi komoditas
B. Uji Coba Fungsi Perhitungan. Proses uji coba ini dilakukan untuk mengetahui fungsi-fungsi dari aplikasi web Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season telah berjalan dengan benar. Setiap fitur yang disediakan akan diuji hasilnya sesuai dengan tabel test case. Desain uji coba fungsi aplikasi adalah sebagai berikut : 1.
Desain Uji Coba Perhitungan Rencana Pendapatan. Perhitungan
rencana
pendapatan
digunakan
untuk
mengetahui
kesesuaian suatu sistem dalam menghasilkan laporan rencana pendapatan. Pada uji coba perhitungan rencana pendapatan dapat dilakukan dengan cara memasukkan beberapa kriteria inisial proyek oleh investor. Desain uji coba perhitungan rencana pendapatan dapat dilihat pada Tabel 3.26.
110
Tabel 3.26 Desain Uji Coba Perhitungan Rencana Pendapatan. Test Case ID
Tambah Perhitungan
6
Merubah Data (Update/Edit)
7
2.
Tujuan
Input
Output yang diharapkan
Memasukan data kota pilihan, komoditi pilihan, lebar lahan, panjang lahan, bulan dan tahun investasi
Hasil perhitungan pada laporan rencana pendapatan yang tertampil telah sesuai
Merubah salah satu data inisial proyek
Hasil perhitungan pada laporan rencana pendapatan yang tertampil telah berubah dan sesuai
Desain Uji Coba Perhitungan Proyeksi Laba Rugi. Perhitungan laba rugi digunakan untuk mengetahui kesesuaian suatu sistem dalam menghasilkan laporan proyeksi laba rugi. Pada uji coba perhitungan proyeksi laba rugi dapat dilakukan dengan cara memasukkan beberapa kriteria inisial proyek oleh investor. Desain uji coba perhitungan proyeksi laba rugi dapat dilihat pada Tabel 3.27.
Tabel 3.27 Desain Uji Coba Fungsi Proyeksi Laba Rugi. Test Case ID
Tujuan
Input
8
Tambah Perhitungan
Memasukan data kota pilihan, komoditi pilihan, lebar lahan, panjang lahan, bulan dan tahun investasi
9
Merubah Data (Update/Edit)
Merubah salah satu data inisial proyek
Output yang diharapkan Hasil perhitungan pada laporan proyeksi laba rugi yang tertampil telah sesuai Hasil perhitungan pada laporan proyeksi laba rugi yang tertampil telah berubah dan sesuai
111
3.
Desain Uji Coba Perhitungan Proyeksi Aliran Kas. Perhitungan proyeksi
aliran kas digunakan untuk
mengetahui
kesesuaian suatu sistem dalam menghasilkan laporan proyeksi aliran kas. Pada uji coba perhitungan proyeksi aliran kas dapat dilakukan dengan cara memasukkan beberapa kriteria inisial proyek oleh investor. Desain uji coba perhitungan proyeksi aliran kas dapat dilihat pada Tabel 3.28.
Tabel 3.28 Desain Uji Coba Perhitungan Proyeksi Aliran Kas. Test Case ID
10
11
4.
Input
Output yang diharapkan
Memasukan data kota pilihan, komoditi pilihan, lebar lahan, panjang lahan, bulan dan tahun investasi
Hasil perhitungan pada laporan proyeksi aliran kas yang tertampil telah sesuai
Merubah salah satu data inisial proyek
Hasil perhitungan pada laporan proyeksi aliran kas yang tertampil telah berubah dan sesuai
Tujuan
Tambah Perhitungan
Merubah Data (Update/Edit)
Desain Uji Coba Perhitungan Kelayakan Investasi. Perhitungan
kelayakan
investasi
digunakan
untuk
mengetahui
kesesuaian suatu sistem dalam menghasilkan laporan kelayakan investasi. Pada uji coba perhitungan kelayakan investasi dapat dilakukan dengan cara memasukkan beberapa kriteria inisial proyek oleh investor. Desain uji coba perhitungan kelayakan investasi dapat dilihat pada Tabel 3.29.
112
Tabel 3.29 Desain Uji Coba Perhitungan Kelayakan. Test Case ID
12
13
5.
Tujuan
Tambah Perhitungan
Merubah Data (Update/Edit)
Input
Output yang diharapkan
Memasukan data kota pilihan, komoditi pilihan, lebar lahan, panjang lahan, bulan dan tahun investasi
Hasil perhitungan pada laporan kelayakan investasi yang tertampil telah sesuai
Merubah salah satu data inisial proyek
Hasil perhitungan pada laporan kelayakan investasi yang tertampil telah berubah dan sesuai
Desain Uji Coba Perhitungan Perbandingan Kelayakan. Perhitungan perbandingan kelayakan digunakan untuk mengetahui kesesuaian suatu sistem dalam menghasilkan laporan rekomendsai komoditas. Pada uji coba perbandingan kelayakan dapat dilakukan dengan cara memasukkan beberapa kriteria inisial proyek oleh investor. Desain uji coba perhitungan perbandingan kelayakan dapat dilihat pada Tabel 3.30.
Tabel 3.30 Desain Uji Coba Perhitungan Perbandingan Kelayakan. Test Case ID
14
15
Tujuan
Tambah Perhitungan
Merubah Data (Update/Edit)
Input
Output yang diharapkan
Memasukan data kota pilihan, komoditi pilihan, lebar lahan, panjang lahan, bulan dan tahun investasi
Hasil perhitungan pada laporan rekomendasi komoditas yang tertampil telah sesuai
Merubah salah satu data inisial proyek
Hasil perhitungan pada laporan rekomendasi komoditas yang tertampil telah berubah dan sesuai
113
C. Uji Coba Kompatibilitas Aplikasi. Proses uji coba ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kompatibilitas aplikasi. Uji coba ini akan dilakukan dengan menjalankan aplikasi ini pada beberapa tipe browser yang telah ditentukan dan database server Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura OnSeason. Browser yang digunakan yaitu, Mozilla firefox v35.0, Google Chrome v39.0, dan Internet Explorer v11. Versi browser yang digunakan tersebut adalah versi update terbaru per tanggal 14 Januari 2015 sesuai dengan tipe browser masing-masing. Desain test case dari pengujian ini dapat dilihat pada tabel 3.31.
Tabel 3.31 Desain Test Case Kompatibilitas Aplikasi Test Case ID
16
Tujuan Mengetahui tingkat kompatibilitas aplikasi
Input Menjalankan proses yang ada pada aplikasi pada beberapa tipe web brwoser yang telah ditentukan
Output yang diharapkan Semua proses yang ada dapat dijalankan dengan baik pada beberapa tipe web brwoser yang diujikan