Bab II URAIAN TEORITIS
II.1 KOMUNIKASI dan KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA. II.1.1 Pengertian komunikasi dan komunikasi antarbudaya. II.1.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan untuk merubah sikap, pendapat ataupun tingkah laku orang tersebut baik secara langsung maupun secara tidak langsung. komunikasi dapat juga diartikan sebagai proses pertukaran informasi oleh seseorang melalui adaptasi dari dan kedalam sebuah sistem kehidupan manusia dan lingkungannya yang dilakukan melalui simbol-simbol bahasa verbal maupun non verbal yang dapat dipahami bersama (Liliweri, 2001:5). Simbol verbal merupakan proses pengungkapan pikiran, perasaan, dan perbuatan melalui ungkapan kata-kata. Sedangkan simbol nonverbal merupakan proses pengungkapan pikiran, perasaan dan perbuatan bukan melalui ungkapan kata-kata, melainkan melalui gerakangerakan anggota tubuh seperti ekspresi wajah, gerak tubuh dll. Seperti kata Mehrabian (1972) 55% dari komunikasi manusia dinyatakan dalam simbol non verbal, 38% dalam nada suara, dan 7% komunikasi yang efektif dinyatakan melalui kata-kata (Liliweri, 2004:6). Secara garis besarnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain. komunikasi akan dapat
Universitas Sumatera Utara
berhasil apabila sekiranya timbul saling pengertian yaitu kedua belah pihak yakni sipenerima dan sipenyampai pesan dapat memahaminya. Hal ini tidak berarti kedua belah pihak harus menyetujui suatu gagasan tersebut, yang penting kedua belah pihak sama-sama memahami gagasan-gagasan tersebut. dalam keadaan ini barulah komunikasi dapat dikatakan telah berhasil baik. Inti dari sebuah komunikasi adalah pemberian makna atas sebuah pesan atau perilaku. Bila seseorang memperhatikan perilaku kita dan memberikan makna, maka komunikasi disini telah terjadi, terlepas dari apakah kita menyadari perilaku kita atau tidak dan menyengajanya atau tidak. Disini jelaslah bahwa setiap tindakan manusia memiliki potensi komunikasi, manusia selalu berkomunikasi dan tidak dapat menghindari komunikasi. Komunikasi bisa berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan. Komunikasi bisa dikatakan efektif apabila kedua belah pihak yang berkomunikasi memiliki kesamaan makna, kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam komunikasi belum tentu menimbulkan kesamaan makna, dan untuk menciptakan komunikasi yang efektif itu juga diperlukan adanya pemahaman terhadap unsur-unsur komunikasi (Mulyana, 2003:15). Diantara unsur komunikasi itu adalah : 1. Sumber (Source) Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi juga bisa dalam bentuk kelompok misalnya, partai, organisasi, atau
Universitas Sumatera Utara
lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source atau sender. 2. Pesan Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content, atau information. 3. Media Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacammacam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindera dianggap sebagai media komunikasi. Selain indera manusia, ada juga saluran komunikasi seperti surat, telepon, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi antarpribadi. 4. Penerima Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara.
Universitas Sumatera Utara
Penerima adalah elemen penting dalam komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau media 5. Pengaruh Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tinglah laku seseorang. Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan. 6. Tanggapan Balik Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai kepada tujuan. Hal-hal seperti itu yang menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber. 7. Lingkungan Lingkungan dapat dibagi kedalam empat macam yakni, lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan dimensi waktu.
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik misalnya geografis. Komunikasi sering sekali sulit dilakukan karena faktor jarak yang begitu jauh, dimana tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos atau jalan raya. Lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi politik yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa, kepercayaan, adat istiadat dan status sosial. Dimensi psikologis adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi. Misalnya menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain, menyajikan materi yang sesuai dengan usia khalayak. Sedangkan dimensi waktu menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui karena dimensi waktu maka informasi memiliki nilai. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang menimbulkan efek tertentu sesuai tujuan yang diharapkan oleh sipenyampai pesan. Efek dapat diklasifikasikan kepada : a. Efek kognitif : yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menajdi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Disini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran sikomunikan, dengan
Universitas Sumatera Utara
perkataan lain tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran dari komunikan. b. Dampak afektif : lebih tinngi kadarnya dari pada dampak kognitif. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar upaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya sehingga menimbulkan perasaan tertentu. Misalnya perasaan iba, marah, terharu dan sebagainya. c. Dampak behavioral : merupakan dampak yang paling tinggi kadarnya. Dampak ini timbul kepada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan. (Effendi, 1986:8). II.1.1.2 Komunikasi antar budaya Budaya dan komunikasi memiliki kaitan yang sangat erat. Hal ini disebabkan karena perkembangan komunikasi tidak terlepas dari perkembangan kebudayaan. Dalam komunikasi antar budaya, setiap individu memiliki latar belakang pengalaman budaya yang berbeda, diantara individu-individu yang mempunyai kebudayaan yang sama umumnya memiliki kesamaan (homogenitas) dalam hal latar belakang pengalaman secara keseluruhan jika dibandingkan dengan mereka yang berasal dari kebudayaan yang berbeda. Berbicara mengenai komunikasi antar budaya tidak dapat dielakkan dari pengertian kebudayaan (budaya). Budaya merupakan landasan dari komunikasi, bila komunikasi beraneka ragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik komunikasinya karena perbendaharaan perilaku kita sangat tergantung pada
Universitas Sumatera Utara
budaya tempat kita dibesarkan. Kebudayaan (budaya) berasal dari bahasa Sanskerta yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal” (Koenjaraningrat, 1990:181). Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. Budaya berkenaan dengan cara hidup manusia. Manusa berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi, dan tindakan-tindakan sosial, kegiatan ekonomi dan politik, teknologi, semua itu berasal dari pola-pola budaya. Komunikasi antar budaya memiliki perbedaan dari bentuk komunikasi lainnya. Perbedaan tersebut terletak pada latar belakang pengalaman yang relatif besar
diantara para komunikatornya,
yang
disebabkan oleh perbedaan
kebudayaan. Konsekuensinya, jika ada dua orang yang berbeda budaya, maka akan berbeda pula perilaku komunikasi dan makna yang dimilikinya. Ada syaratsyarat pokok yang diperlukan individu untuk berkomunikasi secara efektif antar budaya. Syarat-syarat itu adalah : 1. Menghormati anggota budya lain sebagai budaya, 2. Menghormati budaya lain apa adanya, bukan sebagaimana yang kita kehendaki, 3. Menghormati hak anggota budaya yang lain untuk bertindak berbeda dari cara kita bertindak (Mulyana, 2005:6-7). Menurut Barna efektivitas komunikasi antar budaya sangat tergantung dari faktor-faktor luar yang mempengaruhinya misalnya bahasa, pesan-pesan non verbal, prasangka, streotip, kecenderungan untuk mengevaluasi dan tingginya
Universitas Sumatera Utara
tingkat kecemasan (Lubis, 1999:18). Porter dan samovar juga mengatakan bahwa ada banyak variabel yang mempengaruhi efektivitas komunikasi antar budaya, yang salah satunya adalah sikap. Sikap merupakan suatu keadaan psikologis yang menyebabkan setiap manusia membuat predisposisi tindakan yang tepat dalam menghadapi baragam peristiwa sosial atau objek dalam lingkungan sosialnya. (Lubis.199:4). Samovar dan Porter (1985) mengatakan bahwa suatu keinginan yang tulus untuk melakukan komunikasi yang efektif adalah penting, sebab komunikasi yang berhasil mungkin tidak hanya terhambat oleh perbedaan-perbedaan budaya, tetapi juga oleh sikap-sikap yang tidak bersahabat atau bermusuhan. Komunikasi antar budaya adalah komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh mereka yang berbeda latar belakang kebudayaan. Dengan pemahaman yang sama, maka komunikasi antar budaya dapat diartikan melalui beberapa pernyataan berikut: 1.
Komunikasi antar budaya adalah pernyataan diri antar pribadi yang paling efektif antara dua orang yang saling berbeda latar belakang budaya.
2.
Komunikasi antar budaya merupakan pertukaran pesan-pesan yang disampaikan secara lisan, behkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar belakang budaya.
Universitas Sumatera Utara
3.
Komunikasi antar budaya merupakan pembagian pesan yang berbentuk informasi atau hiburan yang disampaikan secara lisan atau tertulis atau metode lainnya yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda latar belakang kebudayaan.
4.
Komunikasi antar budaya adalah pengalihan informasi dari seseorang yang berbeda kebudayaan tertentu kepada seseorang yang berbeda kebudayaan lainnya.
5.
Komunikasi antar budaya adalah pertukaran makna yang berbentuk simbol yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.
6.
Komunikasi antar budaya adalah proses pengalihan pesan yang dilakukan seseorang melalui saluran tertentu kepada orang lain yang keduanya berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan menghasilkan efek tertentu.
7.
Komunikasi antar budaya adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan, atau perasaan diantara mereka yang berbeda latar belakang budayanya. proses pembagian informasi itu dilakukan secara lisan dan tertulis, juga melalui bahasa tubuh, gaya atau penampilan pribadi. (Mulyana, 1998:9).
Universitas Sumatera Utara
Jadi komunikasi antar budaya merupakan komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh komunikator dan komunikan yang berbeda budaya bahkan dalam satu bangsa sekalipun (Liliweri, 2001:14). Komunikasi antar budaya selalu mempunyai tujuan tertentu yakni menciptakan komunikasi yang efektif melalui pemaknaan yang sama melalui pesan yang dipertukarkan. Secara umum tujuan komunikasi antar budaya antara lain menyatakan identitas sosial dan menjembatani perbedaan antar budaya melalui perolehan informasi baru, mempelajari sesuatu yang baru yang tidak pernah ada dalam kebudayaan (Liliweri, 2001:255). Menurut Verdeber ada tiga faktor penentu dalam komunikasi antar budaya, diantaranya adalah 1. Stereotip, 2. Jarak sosial, 3. Diskriminasi (Lubis, 1999:21). Stereotip adalah sikap yang dimiliki seseorang untuk menilai orang lain sematamata berdasarkan pengelompokan rasa atau pengelompokan yang dimilikinya sendiri. Stereotip pada umumnya condong mengarah kepada sikap negatif terhadap orang lain. menurut Gerungan streotip merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat dan watak pribadi orang, golongan lain yang umumnya becorak negatif (Lubis, 1999:21). Jarak sosial merupakan perasaan untuk memisahkan seseorang atau kelompok tertentu berdasarkan tingkat penerimaan tertentu. Secara teoritik pngukuran jarak sosial yang ditemukan Bogardus itu mengukur tingkat penerimaan seseorang terhadap orang lain dalam item-item seperti kesediaan untuk menikah dengan orang lain, kesediaan untuk bergaul rapat sebagai kawan maupun sebagai anggota dalam klubnya, kesediaan untuk menerimanya sebagai warga negaranya. Diskriminasi merupakan suatu
Universitas Sumatera Utara
perilaku yang ditujukan untuk mencegah suatu kelompok atau membatasi suatu kelompok yang lain yang berusaha untuk memiliki atau menguasai sumber daya (Lubis, 1999:21). Devito (1978:261) ada beberapa faktor penentu efektivitas komunikasi antar budaya, yakni 1. Keterbukaan, 2. Empati, 3. Perasaan positif, 4. Dukungan, 5. Keseimbangan (Lubis, 1999:45). Cara menilai budaya lain dengan nilai-nilai budaya sendiri dan menolak mempertimbangkan norma-norma budaya lain akan menentukan keefektifan komunikasi yang akan terjadi. Disatu pihak ada orangorang yang sekaligus mengetahui dan menerima kepercayaan dan perilaku orang lain, dipihak lain ada juga orang-orang yang tidak mengetahui dan menerima, sehingga kemungkinannya tinggi sekali untuk mengalami kegagalan komunikasi. Penggunaan system sandi yang sama, pengakuan atas perbedaan dalam kepercayaan dan perilaku, dan pemupukan sikap toleran terhadap kepercayaan dan perilaku orang lain, semua itu membantu terciptanya komunikasi yang efektif. II.2 Teori Etnosentrisme Etnik berasal dari bahasa Yunani “etnichos”, secara harfiah digunakan untuk menerangkan keberadaan kelompok penyembah berhala atau kafir. Dalam perkembangannya istilah etnik mengacu pada kelompok yang di asumsikan sebagai kelompok yang fanatik dengan idiologinya. Para ahli ilmu sosial menganalogikan kelompok etnik sebagai sekelompok penduduk yang mempunyai kesamaan sifat-sifat budaya, misalnya bahasa, adat istiadat, perilaku budaya, karakteristik budaya, serta sejarah. (Liliweri, 2001:334-335).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Narrol kelompok etnik dikenal sebagai suatu populasi yang ; (1). Secara biologis mampu bertahan dan berkembang biak, (2). Mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya, (3). Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri, (4). Menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain. atau sebagaimana yang dikemukakan oleh Barth (1998) dan Zastrow (1089) etnik adalah himpunan manusia karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, ataupun kombinasi dari kategori tersebut yang terikat pada sistem nilai budayanya (Liliweri, 2001:335). Etnosentris merupakan salah satu konsep yang mempunyai kaitan erat dengan etnik. Prinsip-prinsip etntosentris dalam masing-masing etnis memungkinkan munculnya prasangka sosial. Prasangka merupakan sikap negatif sebuah kelompok dan anggota-anggota individu atau prasangka juga bisa diartikan sebagai sikap antipati yang didasarkan pada kesalahan generalisasi yang diekspresikan lewat perasaan. Prasangka merupakan sikap negatif atas suatu kelompok tertentu yang dibangun tanpa alasan dan pengetahuan atas sesuatu sebelumnya dan sering terbangun karena ketidaktahuan dan keengganan untuk mengenal dan memahami sesama. Seringkali prasangka menjadi salah satu faktor penghambat terjadinya proses komunikasi hal ini disebabkan karena sikap curiga dan emosi yang memaksa kita untuk menarik sebuah kesimpulan tanpa menggunakan pikiran dan pandangan kita terhadap fakta yang nyata sekalipun. Prasangka memiliki pengaruh yang kuat terhadap komunikasi antaretnis. Prasangka sosial juga berhubungan dengan stereotip etnis yang merupakan
Universitas Sumatera Utara
seperangkat sifat yang menjadi atribut kelompok etnis tertentu dari sudut pandang etnis lain. stereotip berasal dari kecendrungan untuk mengorganisasikan sejumlah fenomena yang sama atau sejenis yang dimiliki oleh sekelompok orang kedalam kategori tertentu yang bermakna. Johnson (1986:382) mengatakan bahwa stereotip adalah suatu sikap yang dimiliki seseorang untuk menilai orang lain semata-mata berdasarkan pengelompokan ras atau pengelompokan yang dibuatnya sendiri (Lubis,1999:21). Stereotip juga berkaitan dengan konstruksi imej yang telah ada dan terbentuk secara turun temurun menurut sugesti, dan penyebab kurang efektifnya komunikasi antar etnik dalam komunikasi antarbudaya tidak disebabkan semata-mata karena pandangan mereka tentang etnis melainkan karena pengaruh tekanan streotip yang berlebihan dari etnis tersebut. dari penelitian tentang stereotip antar etnik maka dapat disimpulkan : 1). Setiap etnis yang mayoritas maupun minoritas mempunyai stereotip. 2). Stereotip intra etnis cendrung lebih positif dari pada antar etnik. 3). Kelas sosial, usia, tempat tinggal, waktu dapat membedakan stereotip intra dan antar etnis. 4). Karena itu stereotip dapat berubah melintasi waktu dan tempat secara dinamis. 5). Stereotip muncul antara lain karena faktor-faktor penamaan, kesamaan, dan perbedaan, intensitas, arah penilaian. 6). Ada perbedaan stereotip intra etnis dengan antar etnis, perbedaan itu terjadi karena informasi yang diterima seseorang, dan 7). Ada hubungan antara stereotip dengan terbentuknya hubungan sosial. (Lubis, 1999:2425). Menurut Johnson(1986) prasangka disebabkan karena : (1). Perbedaan antar kelompok, (2). Nilai yang dimiliki kelompok lain nampaknya sangat menguasai
Universitas Sumatera Utara
kelompok minoritas, (3). Adanya stereotip, (4). Adanya perasaan superior kepada kelompok sendiri (Liliweri, 2001:176). Menurut Summer (1906:12) manusia pada dasarnya seorang yang individualistik yang cendrung mengikuti naluri biologi untuk mementingkan diri sendiri, sehingga mengahasilkan hubungan diantara manusia yang bersifat antagonistic (pertentangan yang menceraikan). Pertentangan itu dapat dicegah dengan folkways yang bersumber pada pola tertentu seperti kebiasaan (habits), yang lama-lama menjadi adat-istiadat (costum), kemudian menjadi norma susila (mores) dan akhirnya menjadi hukum (law) (Lubis, 1999:35). Kerjasama individu dalam masyarakat umumnya bersifat antagonistic corporation (kerjasama antar pihak-pihak yang mempunyai prinsip bertentangan). Akibatnya manusia memntingkan diri sendiri dan kelompoknya sendiri karena menganggap folkways nya lebih baik dari pada orang atau kelompok lain. oleh karena itu lahir lah rasa ingroup dan outgroup yang bermuara pada sikap etnosentris (Lubis, 1999:36). Etnosentris adalah paham yang menganggap kebudayaannya lebih tinggi, lebih unggul dibanding dengan kebudayaan lain. Etnosentris merupakan kecendrungan untuk memandang norma-norma dan nilai dalam kelompok budayanya sebagai yang mutlak dan digunakan sebagai standar untuk mengukur dan bertindak terhadap semua kebudayaan yang lain. etnosentris membimbing para anggotanya (kelompok etnis) untuk memandang kebudayaan mereka sebagai yang terbaik, terunggul dari pada kebudayaan yang dihadapinya. Etnosentris juga menyebabkan prasangka dalam setiap kelompok etnis yang dapat
Universitas Sumatera Utara
memandang orang dari kelompok etnis lain sebagai orang bar-bar, kafir dan tidak mempunyai peradaban. Setiap etnis tanpa terkecuali memiliki etnosentris, etnosentris tersebut memiliki prasangka sosial yang mempengaruhi perilaku seseorang termasuk perilaku berkomunikasi. Setiap kelompok etnis merupakan himpunan manusia karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, atau kombinasi dari kategorikategori itu. Kelompok ini memiliki keterikatan etnis yang tinggi melalui sikap etnosentris, karena itu orang cendrung memandang norma dan nilai kelompok budayanya sebagai sesuatu yang mutlak dan dapat digunakan sebagai standar untuk mengukur dan bertindak terhadap kebudayan lain. (Lubis, 1999:24). Oleh karena itulah etnosentris dikatakan sangat berpengaruh dalam komunikasi antarbudaya, misalnya meningkatkan kecendrungan untuk memilih dengan siapa kita berkomunikasi. Dalam komunikasi antar budaya, penggunaan perspektif etnosentris dibenarkan oleh Porter dan Samovar (1976:8) bahwa banyak variabel yang mempengaruhi efektivitas komunikasi antar budaya, yang salah satunya adalah sikap. Sikap merupakan suatu keadaan psikologi yang menyebabkan setiap manusia membuat predisposisi tindakan yang tepat dalam menghadapi beragam peristiwa sosial atau objek dalam lingkungannya. Bukan hanya itu, sikap tidak hanya mempengaruhi perilaku yang nyata tetapi malah menghambat persepsi ketika menerjemahkan setiap peristiwa yang tergantung pada predisposisi itu. Kita cenderung memandang sesuatu yang disukai lebih daripada yang lainnya. Sikap mempengaruhi komunikasi antar budaya, misalnya terlihat dalam etnosentris,
Universitas Sumatera Utara
pandangan hidup (cara pandang), nilai-nilai yang absolut, stereotip dan prasangka. (Lubis, 1999:37). Masyarakat yang mejemuk yang memiliki latarbelakang budaya yang berbeda akan selalu menghadapi masalah etnosentris. Perbedaan itu merupakan akibat dari perbedaan folkways yang dimiliki. Keberbedaan ini juga dapat memicu adanya perpecahan yang mengarah ke disintegrasi antarbudaya. Etnosentris adalah akar dari rasisme. II. 3. Teori Pertukaran. Saat orang berinteraksi, mereka melakukan sejumlah pertukaran dan terus melakukannya sampai biaya dari hubungan itu sendiri lebih besar dari manfaat yang didapat. Seperti contoh dalam hal berpacaran, pada setiap date, perbincangan, atau pertukaran lainnya setiap orang terus melakukan kalkulasi apakah dia akan mendapat manfaat dari hubungan tersebut dengan biaya resiko serendah mungkin. Teori pertukaran (exchange theory) mengatakan bahwa semua hubungan manusia digerakkan oleh sejumlah analisis subjektif tentang biaya dan manfaat serta perbandingan terhadap alternatif yang ada. Teori pertukaran (exchange theory) dikembangkan oleh John Thibaut, George Homas dan Harlod Kelley. Teori ini menganggap hubungan interpersonal sebagai sebuah transaksi dagang, dalam arti ini hubungan yang terjadi antar individu disebabkan karena adanya harapan untuk saling memenuhi kebutuhan. Pada perkembangan selanjutnya, berbagai pendekatan dalam teori ini semakin fokus kepada bagaimana kekuatan hubungan antar pribadi dapat membentuk suatu
Universitas Sumatera Utara
hubungan interaksi dan menghasilkan suatu usaha, untuk mencapai keseimbangan dalam hubungan tersebut. Dalam teori pertukaran ini memandang hubungan interpersonal sebagai transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam sebuah hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut dianggap cukup menguntungkan bagi mereka dari segi ganjaran, biaya, laba dan tingkat perbandingan (Rakhmat, 2003). Ganjaran merupakan setiap tindakan yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Sedangkan biaya adalah akibat negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menghabiskan sumber kekayaan individu atau dapat menimbulkan efek-efek yang tidak menyenangkan. Jadi, berdasarkan teori pertukaran ini komunikasi terjadi karena adanya imbalan sebagai akibat dari interaksi yang dilakukan tersebut. Teori pertukaran sosial dititik beratkan pada ganjaran (reward) dalam hubungan antar manusia. Anggapan umum yang menjadi landasan teori pertukaran ini adalah : 1. Perilaku sosial dapat dipahami dalam kaitannya dengan ganjaran (reward) dalam pengertian barang ataupun pelayanan, yang nyata memenuhi kebutuhan seseorang atau mendekatkan pada tujuannya.
Universitas Sumatera Utara
2. Manusia berusaha untuk memperoleh ganjaran yang sebesar-besarnya dan menekankan kerugian serta hukuman yang dideritanya menjadi sekecil-kecilnya. 3. Interaksi sosial timbul dari keadaan pihak lain menguasai hal-hal yang berharga atau yang dibutuhkan, karena itu mampu untuk memberi ganjaran kepada seseorang. Untuk mendorong orang lain memberi ganjaran kepadanya, harus memberi ganjaran orang lain. 4. Interaksi sosial dilihat sebagai suatu pertukaran tindakan yang saling menguntungkan tempat penerimaan barang berharga yang dibutuhkan (berupa barang dan jasa). Tergantung dari penyerahan ganjaran sebagai balasan (yang biasanya terjadi seketika). (Lubis, 1999:83). Dalam teori pertukaran ini menganggap bahwa individu dan lingkungan memiliki hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal). Karena lingkungan kita terdiri dari orang-orang lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut dipandang mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi. Banyak para ahli antropologi (termasuk Malinowski dan Marcil) menemukan bahwa keadaan yang saling mempengaruhi berfungsi sebagai landasan bagi struktur persahabatan dan persekutuan dalam masyarakat tradisional (Lubis, 1999:87). Dalam teori pertukaran sosial ini suatu tindakan akan dilakukan berulang apabila tindakan tersebut dirasa memiliki imbalan bagi dirinya. Makin tinggi nilai hasil perbuatan bagi seseorang, maka makin besar pula kemungkinan perbuatan tersebut diulanginya kembali. Homans dalam bukunya “Elementrary Forms of Social
Universitas Sumatera Utara
Behavioral,1974 mengeluarkan beberapa preposisi dan salah satunya berbunyi : semua tindakan yang dilakukan oleh seseorang, makin sering satu bentuk tindakan tertentu memperoleh imbalan, makin cenderung orang tersebut menampilkan tindakan tertentu tadi. Preposisi ini menjelaskan bahwa suatu tindakan tertentu akan dilakukan secara berulang jika ada imbalannya. Preposisi lain yang memperkuat preposisi tersebut adalah makin tinggi nilai hasil suatu perbuatan bagi seseorang, makin besar pula kemungkinan perbuatan tersebut diulanginya kembali. Bagi Homans, prinsip dasar pertukaran adalah “disributif justice” yaitu aturan yang mengatakan bahwa sebuah imbalan harus sebanding dengan investasi. Seseorang dalam hubungan pertukaran dengan orang lain akan mengharapkan imbalan yang diterima oleh setiap pihak sebanding dengan pengorbanan yang dikeluarkannya. Makin tinggi pengorbanan, maka makin tinggi imbalannya, dan keuntungan yang diterima oleh setiap pihak harus sebanding dengan investasinya. Makin tinggi investasi, makin tinggi keuntungannya. Kerjasama merupakan aspek penting dalam sebuah kerangka relasi pertukaran sosial. Kerjasama disini dinyatakan dalam pernyataan saling melibatkan diri dan saling bantu. Kerjasama sebagai salah satu syarat bagi berlangsungnya sebuah model pertukaran sosial, termuat didalamnya perilaku resiprositas yang dilakukan oleh orang yang terlibat dalam kerangka relasi tersebut. aspek resiprositas menjadi perhatian penting bagi sebagian besar pemerhati teori pertukaran sosial, karena selain memiliki dimensi kerjasama, resiprositas yang berlangsung dalam suatu kerangka relasi, juga membuka
Universitas Sumatera Utara
peluang untuk terjadinya praktek eksploitasi oleh suatu pihak atas pihak lain, meskipun tidak disadari oleh masing-masing pihak (Lubis.1999:87). Teori pertukaran beranggapan bahwa orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Pada pendekatan objektif cenderung menganggap manusia yang mereka amati sebagai pasif dan perubahannya disebabkan karena kekuatan-kekuatan sosial diluar diri mereka. Pendekatan ini juga berpendapat, hingga derajat tertentu perilaku manusia dapat diramalkan, meskipun ramalan tersebut tidak setepat ramalan alam. Dengan kata lain hukum-hukum yang berlaku pada perilaku manusia bersifat mungkin (probalistik). Misalnya kalau mahasiswa lebih rajin belajar, mereka (mungkin) akan mendapatkan nilai yang lebih baik, kalau kita ramah pada orang lain, orang lain (mungkin) akan lebih ramah kepada kita, bila suami istri sering bertengkar, mereka (mungkin) akan bercerai. Inti dari teori pertukaran sosial ini menyatakan bahwa hubungan antar pribadi bisa diteruskan dan dihentikan. Hal ini disebabkan karena dalam perkembangan hubungan antar pribadi, setiap orang mempunyai pengalaman tertentu sehingga dia dapat membandingkan faktor-faktor motivasi dan sasaran hubungan antar pribadi yang dilakukan diantara beberapa orang. Makin besar keuntungan yang diperoleh dari hubungan antar pribadi, makin besar pula peluang hubungan tersebut diteruskan, makin kecil keuntungan yang diperoleh dari hubungan antar pribadi, maka makin kecil peluang hubungan tersebut diteruskan (Liliweri, 2001:54-55).
Universitas Sumatera Utara
II. 4. Persepsi Manusia diberi kemampuan oleh tuhan untuk mempersepsikan apa yang dia lihat dan dia rasakan dari pengalaman dilingkungan tempat dia hidup. Persepsipersepsi tersebut berasal dari kebudayaan yang mengajarkan kepada individu untuk mencipta, merasa, dan mengkarsa. Jadi kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang turut menentukan persepsi manusia. Berbeda kebudayaan, maka berbeda pula persepsi yang dimiliki oleh masing-masing individu tersebut. Persepsi seringkali dimaknakan dengan pendapat, sikap, penilaian, perasaan dan lain-lain. persepsi menggambarkan pengalaman manusia tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan tentang objek tersebut. Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensori stimuli). Antara persepsi dan sensasi memiliki hubungan yang erat karena sensasi merupakan bagian dari persepsi. Walaupun begitu, dalam menfsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, akspektasi, motivasi dan memori. (Rakhmat, 2001:51). Sensasi merupakan pengalaman elementer segera yang tidak memerlukan uraian verbal, simbolis atau konseptual yang berhubungan dengan kegiatan alat indera. Sensasi berkaitan erat dengan cara indera manusia yang menangkap secara sepintas atas objek. Sedangkan ekspektasi sama dengan harapan, harapan yang ditimbulkan karena proses komunikasi (Liliweri, 2001:112).
Universitas Sumatera Utara
Persepsi memiliki hubungan yang erat dengan sensasi, atensi, ekspektasi, motivasi, memori. Persepsi tidak akan ada tanpa melalui proses-proses tersebut. persepsi memiliki keunikan tersendiri, keunikan tersebut terletak pada perbedaan persepsi diantara manusia terhadap ransangan yang sama. Misalnya setiap individu akan mempersepsikan berbeda-beda setiap ransangan yang sama yang datang kepada mereka. Selain faktor personal persepsi juga ditentukan oleh faktor situasional. Faktor personal berasal dari dalam diri individu seperti pengalaman masa lalu, kebutuhan, jenis kelamin dan lain-lain yang bersifat subjektif. Sedangkan faktor situasional berasal dari luar diri individu seperti lingkungan keadaan sosial, hukum yang berlaku, dan nilai-nilai dalam masyarakat. Ada salah satu faktor yang menentukan persepsi, faktor tersebut adalah perhatian (attention). Menurut Kenneth E. Andersen perhatian (attention) merupakan proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian (attention) juga dipengaruhi oleh faktor situasional dan personal. Faktor situasional atau penarik perhatian (attention getter) berupa gerakan, intensitas stimuli, kebaruan, dan perulangan. Sedangkan faktor personal perhatian (attention) terdiri dari faktor biologis dan faktor sosiopsikologis (Rakhmat 2001:52). II.4.1 Tahapan-tahapan Pembentukan Persepsi Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken, juga Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, menyebutkan bahwa perspsi terdiri dari tiga aktivitas, yaitu : seleksi, organisasi, dan interprestasi. Yang dimaksud seleksi sebenarnya mencakup
Universitas Sumatera Utara
seleksi dan atensi, sedangkan organisasi melekat pada interpretasi, yang dapat didefenisikan sebagai “meletakkan suatu ransangan bersama ransangan yang lainnya sehingga menjadi suatu keseluruhan yang bermakna”. Sebenarnya kita sulit membedakan sensasi dan persepsi. Misalnya, apa yang terjadi ketika anda membaui bunga mawar? Apakah anda terlebih dahulu merasakan sensasi fisiologis (bau) dan kaitan dengan bunga mawar?. Kedua hal terbut sebenarnya terjadi secara serempak. Sebenarnya, ketiga tahapan persepsi (sensasi, atensi dan interprestasi atau seleksi, organisasi, dan interpretasi ) tidak dapat dibedakan secara tegas, kapan satu tahapan berakhir dan kapan tahapan berikutnya mulai. Dalam banyak kasus ketiga tahapan tersebut berlangsung nyaris serempak. Melalui
penginderaan
kita
mengetahui
dunia.
Dapatkah
kita
mempersepsikan sesuatu kalau kita tidak memiliki satupun alat indera? Kita hanya dapat mempersepsikan apa yang kita lihat, cium, cicipi atau sentuh. Akan tetapi kemampuan orang berbeda-bedadalam mengidera lingkungannya, karena mereka juga berbeda secara ginetis, berbeda pengalaman dan pembelajaran, atau karena karena sebagaian alat inderanya kurang berfungsi karena usia tua atau kecelakaan. Atensi tidak terelakan karena sebelum kita merespon atau menafsirkan kejadian atau ransangan apapun, kita harus terlebih dahulu memperhatikan kejadian atau ransangan tersebut. ini berarti bahwa persepsi mensyaratkan kehadiran suatu objek untuk dipersepsi, termasuk orang lain dan juga diri sendiri. Dalam banyak kasus, ransangan yang menarik perhatian kita cenderung kita anggap lebih penting dari pada yang tidak menarik perhatian kita. Ransangan seperti itu cenderung dianggap penyebab kejasian-kejadian berikutnya. Ini juga
Universitas Sumatera Utara
berlaku untuk manusia: orang yang paling kita perhatikan cenderung dianggap paling berpengaruh. Tahap terpenting dalam persepsi adalah interprestasi atas informasi yang kita peroleh melalui salah satu atau lebih indera kita. Namun anda tidak dapat menginterprestasikan makna informasi yang anda percayai mewakili objek tersebut. jadi pengetahuan yang kita peroleh dari persepsi bukan pengetahuan mengenai objek yang sebenarnya, melainkan pengetahuan mengenai bagaimana tampaknya objek tersebut. II.4.2 Persepsi dan Budaya Persepsi itu terikat oleh budaya. (cultured-bound). Bagaimana kita memaknai suatu pesan, objek atau lingkungan bergantung pada sistem nilai yang kita anut. Persepsi setiap kelompok-kelompok budaya berbeda-beda. Persepsi seseorang terhadap lingkungannya bersifat subjektif, oleh karena itu tidak ada dua orang yang mempunyai nilai-nilai budaya yang persis sama, dan tidak ada pula dua orang yang mempunyai persepsi yang persis sama pula. Masalah utama dalam komunikasi antar budaya adalah kesalahan dalam persepsi sosial yang disebabkan oleh perbedaan budaya yang mempengaruhi proses persepsi tersebut. pemberian makna pada pesan dalam banyak hal ditafsirkan atau disandi dalam suatu budaya lain. Pengaruh dan pengalaman budaya yang menghasilkan pesan mungkin seluruhnya berbeda dari pengaruh dan pengalaman budaya yang digunakan untuk menyandi balik pesan. (Lubis, 1999:11).
Universitas Sumatera Utara
Persepsi
mempengaruhi
berlangsungnya
komunikasi
antar
budaya.
Pemahaman akan perbedaan persepsi diperlukan jika ingin meningkatkan kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain yang berbeda kebudayaan. Pengertian umum tentang persepsi diperlukan sebagai landasan untuk memahami hubungan antar budaya (Http://kuliah.dagdigdug.com/2008/07/22komunikasiantar-budaya-kab/). Semakin tinggi tingkat kesamaan persepsi individu dalam suatu kelompok maka semakin besar kemungkinan anggota kelompok itu berkomunikasi satu sama lain sehingga mereka dapat mempertahankan identitasnya (Liliweri, 2001:114). Persepsi merupakan proses internal yang dilalui individu dalam menseleksi, dan mengatur stimuli yang datang dari luar. Persepsi juga dapat dikatakan sebagai proses individu dalam melakukan hubungan atau kontak dengan dunia sekelilingnya. Dimensi-dimensi persepsi terdiri atas : 1. Dimensi fisik (mengatur/mengorganisasi). Dimensi ini memberi gambaran informasi tentang dunia luar. Bekerjanya anggota tubuh manusia pada tahap ini dapat dikatan sama antara yang satu dengan yang lain, baik itu berasal dari kebudyaan yang sama ataupun berbeda. Karena pada dasarnya setiap orang memiliki mekanisme anatomis dan biologis yang sama, yang menghubungkan mereka dengan lingkungannya. 2. Dimensi psikologis (menafsirkan).
Universitas Sumatera Utara
Dampak individu seperti kepribadian, kecerdasan, pendidikan, emosi, keyakinan, nilai, sikap, motivasi, dan lain-lain memiliki dampak yang jauh lebih menentukan terhadap lingkungan dan perilaku. Kedua dari dimensi ini secara bersama-sama akan bertanggungjawab atas hasil-hasil persepsi. Sehingga pengertian tentangnya akan memberi gambaran tentang
bagaimana
persepsi
terjadi.
(http:/kuliah-
dagdigdug.com/2008/07/22/komunikasi-antar-budaya-kab/.). Perbedaan kerangka berpikir dan pengalaman seseorang (Frame of reference dan Frame of experience) menyebabkan perbedaan model komunikasi yang dihasilkan. Dan jika dilihat ke belakang, sebenarnya perbedaan tersebut merupakan hasil dari budaya setiap orang yang berbeda. Model komunikasi yang berbeda menyebabkan perbedaan dalam pemaknaan sesuatu. Dan salah satu kendala dalam memahami komunikasi antar budaya adalah masalah bahasa dan persepsi masing-masing pihak yang berkomunikasi. Tidak hanya itu, faktor pendukung seperti kebiasaan-kebiasaan, aturan-aturan, sikap pola perilaku, yang semua tercakup dalam perbedaan budaya juga menjadi kendala dalam berkomunikasi antar budaya. Berbicara mengenai bahasa akan sangat berhubungan sekali dengan persepsi, karena bahasa bisa menggambarkan bagaimana kita menciptakan dunia dan mewarnainya dengan simbol-simbol yang digunakan. Apa yang dikatakan symbol bagaimana cara mengatakannya. Bahasa punya kekayaan simbolisasi
Universitas Sumatera Utara
verbal dipandang sebagai upaya manusia dalam mendayagunakan informasi dipersepsi manusia. Ada unsur-unsur yang mempunyai pengaruh besar dan langsung atas makna-makna yang dibangun dalam persepsi seseorang yang dibentuk terhadap orang lain ketika berkomunikasi. Unsur-unsur tersebut terdiri atas system kepercayaan (belief), nilai (value), sikap (attitude), pandangan dunia (world view), dan organisasi sosial (social organization). Unsur-unsur tersebut mempengaruhi persepsi manusia dan makna yang dibangun dalam persepsi tersebut. (LIliweri, 2001:160).
Pentingnya persepsi dalam konteks kebudayaan dibenarkan oleh Toeti Heraty Noerhadi (dalam Alfian 1982) (Liliweri, 2001:160) seperti dilukiskan dalam gambar berikut: Bagan Persepi kebudayaan dalam pandangan psikologi fakta Emosi motivasi Perkiraan(ekspektasi)
Kebudayaan realita
Objek persepsi yang teraga
Kebudayaan utopia
Objek persespi yang tidak teraga
persepsi
fakta
Sumber bagan : Liliweri,2001:161 Perkiraan dan motivasi emosi mempengaruhi persepsi seseorang. Persepsipersepsi tersebut timbul berdasarkan dari fakta-fakta yang ada di lapangan. Faktafakta tersebut dilihat berdasarkan kebudayaan-kebudayaan yang berkembang ditengah masyarakat tersebut seperti kebudayaan realita yakni kebudayaan yang
Universitas Sumatera Utara
benar-benar tampak, contohnya sikap dan tingkah laku dan kebudayaan utopia yakni kebudayaan yang ada namun tidak nampak secara kasat mata, contohnya seperti pola pikir yang berkembang. Misalnya pemikiran seperti orang padang yang pelit, orang batak yang kasar dll. II.5. Interaksi Hubungan antar manusia menentukan struktur dari masyarakatnya, dimana hubungan antar manusia itu didasarkan kepada proses komunikasi. Hubungan antar manusia sebelum mmpunyai bentuk yang konkret, yang sesuai dengan nilainilai sosial dalam suatu masyarakat, ia mengalami suatu proses terlebih dahulu, proses ini dimaksud dengan proses sosial. Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang perorang dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut. dalam komunikasi, manusia saling pengaruh-mempengaruhi satu sama lain sehingga terbentuklah pengalaman ataupun pengetahuan tentang pengalaman masing-masing yang sama, oleh karenanya komunikasi menjadi dasar bagi kehidupan sosial ataupun proses sosial. Bentuk umum dari proses sosial adalah interaksi sosial. interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaloknya. Interaksi sosial juga merupakan hubunganhubungan sosial yang dinamis yang menyangut hubungan antara orang-orang perorang, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorang
Universitas Sumatera Utara
dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan berkelahi. Aktivitas-aktivitas seperti itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial. Walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial tersebut telah terjadi, karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan perasaan maupun saraf orang yang bersangkutan (Soekanto. 2007:55). Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi didalam masyarakat, interaksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi perbenturan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok. Interaksi sosial tak akan mungkin terjadi apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap system sarafnya, sebagai akibat hubungan tersebut. berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagi faktor, antara lain faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Apabila ditinjau secara lebih mendalam, faktor imitasi misalnya mempunyai peranan yang snagat penting dalam proses interaksi sosial. salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilainilai yang berlaku. Namun imitasi juga dapat mengakibtakan terjadinya hal-hal yang negatif dimana yang ditiru adalah tindakan-tindakan yang menyimpang, selain itu imitasi juga dapat melemahkan dan mematikan daya kreasi seseorang (Soekanto, 2007:57).
Universitas Sumatera Utara
Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi pandangan atau sikap yang berasal dari dirinya dan kemudian diterima oleh pihak lain. berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena pihak yang menerima dilanda emosi, yang menghambat daya berpikirnya secara rasional. Proses sugesti dapat terjadi karena yang memberikan pandangan atau sikap merupakan bagian terbesar dari kelompok yang bersangkutan atau masyarakat. Faktor identifikasi sebenarnya merupakan kecendrungan-kecendrungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. sedangkan proses simpati merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik dengan orang lain. didalam proses ini perasaan memegang perananan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan bekerjasama dengannya(Soekanto, 2007:58). II.5.1 Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial Interaksi dapat terjadi antara individu, antar individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok. Dengan melakukan interaksi, seseorang dapat berkenalan, bekerjasama, berorganisasi, bersaing dan bahkan dapat menimbulkan konflik. Dalam sebuah proses sosial interaksi dapat terjadi apabila memenuhi dua kriteria atau persyaratan yaitu (Soekanto, 2007: 58) : 1.
Adanya kontak sosial (social-contact)
2.
Adanya komunikasi
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian kontak merupakan tahap pertama terjadinya interaksi sosial. untuk terjadinya suatu kontak, tidak perlu harus terjadi secara badaniah seperti arti semula kata kontak itu sendiri yang secara harfiah”bersama-sama menyentuh”. Kontak sosial dapat bersifat positif apabila mengarah kepada kerjasama (coorperation) maupun bersifat negatif apabila mengarah kepada suatu bentuk pertentangan (conflict) atau bahkan lama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial. Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk (Soekanto, 2007: 59): a)
Antara orang perorang
Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari kebiasaankebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi melalui sosialisasi yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana dia menjadi angggota. b) Antara orang perorang dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya Kontak ini misalnya adalah apabila seseorang merasakan bahwa tindakantindakannya berlawanan dengan norma masyarakat. c)
Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya
Contohnya dalam sistem kepartaian, dimana satu partai bekerjasama dengan partai lainnya untuk mengalahkan partai lawan. II.5.2 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Universitas Sumatera Utara
Bentuk interaksi sosial dapat berupa kerjasama (coorperation), persaingan (competition), atau bahkan juga dalam bentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Menurut Gilin dan Gillin ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial: (Soekanto, 2007:65): 1. Proses yang asosiatif (Processes of association) yang terbagi kedalam tiga bentuk, yakni: a. Akomodasi b. Asimilasi c. Akulturasi 2. Proses yang disosiatif (Processes of dissociation) yang mencakup : a. Persaingan b. Persaingan yang meliputi kontraversi dan pertentangan atau pertikaian (conflict).
Universitas Sumatera Utara