23
BAB II URAIAN TEORITIS
II.1. KOMUNIKASI DAN KOMUNIKASI MASSA Pentingnya studi komunikasi karena permasalahan-permasalahan yang timbul akibat komunikasi. Manusia tidak dapat hidup sendirian , ia secara tidak kodrati harus hidup bersama manusia lain, baik demi kelangsungan hidupnya keamanan hidupnya, maupun demi keturunannya. Jelasnya manusia harus bermasyarakat. Masyarakat bisa berbentuk kecil, sekecil rumah tangga yang hanya terdiri dua orang suami istri, bisa berbentuk besar, sebesar kampung, desa, kecamatan, kabupaten atau kota, propinsi dan negara. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai penyalurnya (Effendy, 2003 : 28). Pengertian komunikasi secara etimologis
berasal dari bahasa lain
communicatio istilah ini berasal dari kata communis yang berarti sama, sama disini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh si pengirim pesan kepada si penerima pesan. Salah satu persoalan di dalam memberi pengertian komunikasi, yakni banyaknya definisi yang telah dibuat oleh pakar menurut bidang ilmunya. Hal ini disebabkan karena banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukan terhadap perkembangan ilmu komunikasi, misalnya psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmu manajemen, linguistik, matematika, ilmu elektronika, dan lain
Universitas Sumatera Utara
24
sebagainya. Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D Laswell cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya” (Cangara, 2004 : 18). Everett M. Rogers seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang telah banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat defenisi bahwa: Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Rogers mencoba menspesifikasikan hakikat suatu hubungan dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi ( Cangara,2004:19). Para pakar Psikologi melihat komunikasi dalam pengertian fenomena stimuli-respons, sebagaimana dikemukakan oleh Dance (1970). Komunikasi adalah pengungkapan respons malalui simbol-simbol verbal. Sedangkan Edwin Neiman (1984) mendefenisikan komunikasi sebagai suatu proses ketika sejumlah orang diubah menjadi kelompok yang berfungsi (Arifin,2003:26). Jika kita berada dalam situasi komunikasi, maka kita memiliki beberapa kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dari simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi apa yang dinamakan Wilbur Schramm”Frame of reference“atau dalam bahasa Indonesianya kerangka acuan, yaitu paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings).
Universitas Sumatera Utara
25
Schramm mennyatakan bahwa field of experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya jikalau pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain; dengan kata lain situasi menjadi tidak komunikatif (Effendi,2003:30-31). Istilah komunikasi massa merupakan sebuah istilah yang diadopsi dari bahasa inggris yaitu mass communication. Istilah tersebut merupakan kependekan dari mass media communication (komunikasi media massa) yang berarti komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi “mass mediated”. Adapun menurut Alexis Tan (dalam Rakhmat, 1999 : 189) “The communicator is a social organization capable of reproducing the message and sending it simultaneosly to large number of people who are spetialy separated” (Komunikator adalah organisasi sosial yang mampu mereproduksi kembali pesanpesan dan mengirimkannya secara simultan ke banyak orang yang berbeda tempat). Menurut Mc.quail (1994 : 33) komunikasi massa dapat juga dikenali dari karakter yang dimiliki yaitu : 1. Sumber komunikasi massa bukanlah satu orang melainkan organisasi formal dan pengirim sering kali merupakan komunikator atau orang yang profesional.
Universitas Sumatera Utara
26
2. Pesannya tidak unik dan beraneka ragam serta dapat diperkirakan. Pesan
tersebut
seringlaki
diproses,
distandarisasi,
dan
selalu
diperbanyak sehingga merupakan suatu produk yang mengandung nilai kegunaan. 3. Hubungan antara pengirim dan penerima pesan biasanya bersifat satu arah dan jarang bersifat interaktif, impersonal, dan pengirim biasanya tidak bertanggung jawab atas konsekuensi yang terjadi pada para individu dan pesan yang diperjual belikan dengan uang atau ditukar dengan perhatian tertentu. Sehubungan dengan itu menurut Wiryanto (2000 : 1) komunikasi masa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communications) yang lahir bersamaan
dengan
mulai
digunakan
ala-alat
mekanik
yang
mampu
melipatgandakan produksi pesan-pesan komunikasi. Little john (dalam Panuju, 1987 : 117) berpendapat bahwa komunikasi massa adalah suatu proses dimana organisasi media memproduksi pesan-pesan dan mengirimkannya kepada publik, dan melalui proses tersebut sejumlah pesan mencapai khalayak, digunakan, dipahami, dan mempengaruhi khalayak. Perhatian utama dalam studi tentang komunikasi massa adalah media. Bila dikatakan bahwa sistem media merupakan bagian dari sistem dalam konteks yang lebih besar, yakni politik, ekonomi, dan institusi kekuasaan, maka studi komunikasi massa juga mempelajari kaitan sistem-sistem tersebut dengan keberadaan dan fungsi media massa dalam masyarakat. Kajian tentang media mengenali komunikasi massa dalam dua hal yaitu, pertama yang melihat dari suatu media ke arah masyarakat luas dan institusi-
Universitas Sumatera Utara
27
institusi sosial yang terdapat di dalamnya. Teori-teori yang berkaitan dengan pandangan ini terutama sekali melihat pada bagaiman cara media menyatu dengan masyarakat dan pengaruh timbal balik yang terjadi antara media dengan struktur sosial yang besar (Little Jon 1992 : 325). Wright (dalam Tubbs dan Moss,2000 : 1999) berpendapat dalam proses komunikasi massa khalayak berjumlah relatif besar, heterogen, dan anonim bagi sumber. Pengalaman bersifat publik dan cepat . Sumber bekerja lewat suatu organisasi yang rumit, alih-alih dalam isolasi, dan pesan mungkin mewakili usaha banyak orang yang berbeda. Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melaluio media massa pasa sejumlah besar orang ( mass communication is message communicated through a mass medium to a large number of people) (Ardianto,2004:3). Melalui defenisi-defenisi komunikasi massa diatas maka kita dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa . Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut (Ardianto,2004:7-13): a. Komunikator Terlambagakan Ciri komunikasi yang pertama adalah komunikatornya. Kita sudah memahami bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik media cetak maupun elektronik.
Universitas Sumatera Utara
28
b. Pesan bersifat umum. Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa, atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi disekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan. c. Komunikannya Anonim dan Heterogen. Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonom dan heterogen. Dalam komunkasi massa, komunikator tidak mengenal komunikannya (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping annonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dariberbagai jenis lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, latar belakang budaya, dan tingkat ekonomi. d. Media massa menimbulkan keserampakan Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapai relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.
Universitas Sumatera Utara
29
e. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubngan sekaligus. Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuiakan dengan karakteristik media massa yang digunakan. f. Komunikasi Massa bersifat Satu Arah Secara singkat, komunikasi mssa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog. Dengan demikian komunikasi massa bersifat satu arah. g. Stimulasi Alat Indra Terbatas Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu kelemahannya adalah stimulasi alat indra yang terbatas. Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Dalam media televisi, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran. h. Umpan Balik Tertunda Komponen umpan balik atau yang lebih populer dengan sebutan feedback merupakan faktor penting dalam membentuk komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan. Umpan balikdalam komunikasi massa tidak dapat secara langsung (direct feedback) karena komunikator tidak dapat melihat langsung reaksi atau tanggapan dari komunikan.
Universitas Sumatera Utara
30
Penggunaan komunikasi dengan melalui melaui media massa ini kemudian banyak mendapatkan perhatian dari para peneliti. Hal ini sejalan dengan semakin majunya teknologi di bidang media massa. Hasil penelitian para ahli selama beberapa lama itu kemudian menghasilkan beberapa model jarum hipodermik, model komuniksi satu tahap, model komunikasi dua tahap, dan model komunikasi tahap ganda (multi step flow model). Michael W Gamble dan Teri Kwal Gamble (dalam Nurudin, 2004) memberikan batasan komunikasi massa jika mencakup : 1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film atau gabungan diantara media tersebut. 2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesanpesannya bermaksud mencoba berbagai pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain.Anonimitas audience dalam komunikasi massa inilah yang membedakan pula dengan jenis komunikasi lain. 3. Pesan adalah publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Karena itu diartikan milik publik. 4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan, atau perkumpulan. Dengan kata lain komunikatornya tidak berasal dari seseorang atau lembaga. 5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (pentapis informasi). Artinya , pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. Ini
Universitas Sumatera Utara
31
berbeda dengan komunikasi antar pribadi, kelompok atau publik dimana yang mengontrol tidak oleh sejumlah individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa itu ikut berperan dalam membatasi dan memperluas pesan yang disiarkan. 6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya dalam komunikasi antarpersonal. Dalam komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar tidak bisa langsung dilakukan atau tertunda (delayed). Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyabarkan pesan secara serempak dan cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tidak terbatas.
II.2 TELEVISI Menurut Effendy (1992 : 21) yang dimaksud dengan televisi adalah televisi siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menmbulkan keserampakan, dan komunikasinya bersifat heterogen. Komunikasi massa dengan media televisi merupakan proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Kelebihan media televisi terletak pada kekuatannya menguasai jarak dan ruang, sasaran yang dicapai untuk mencapai massa cukup besar. Nilai aktualitas
Universitas Sumatera Utara
32
terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangan cepat. Menurut Effendy, seperti halnya media massa lain, televisi pada pokoknya mempunyai tiga fungsi pokok berikutnya. 1. Fungsi penerangan (the imformation function) Televisi mendapat perhatian yang besar dikalangan masyarakat karena dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuakan. Hali ini didukung oleh 2 (dua) faktor ,yaitu : a. Immediacy (Kesegaran) Pengertian ini mencakup langsung dan peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat peristiwa itu berlangsung. b. Realism (Kenyataan) Ini berarti televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual dengan perantara mikrofon dan kamera sesuai dengan kenyataan, 2. Fungsi pendidikan (the educational function) Sebagai media massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan dengan makna pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat. Siaran televisi menyiarkan acara-acara tersebut secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, ekonomi , politik, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
33
3. Fungsi hiburan (The entertainment function) Sebagai media yang melayani kepentingan masyarakat luas, fungsi hiburan yang melekat pada televisi tampaknya lebih dominan dari fungsi lainnnya. Sebagian besar dari alikasi waktu siaran televisi diisi oleh acara-acara hiburan, seperti lagu-lagu, film cerita, olahraga, dan sebagainya. Fungsi hiburan ini amat penting, karena ia menjadi salah satu kebutuhan manusi untuk mengisi waktu mereka dari aktivitas di luar rumah.(Effendy, 1994 : 27-30). Televisi memilik audio visual yang menyebabkan realita yang diciptakan dianngap sebagai realita yang sesungguhnya. Televisi dalam menyiarkan pesannya bersifat audio dan visual dapat dilihat dan dapat didengar, juga langsung dapat disaksikan di rumah-rumah tanpa harus meninggalkkan tempat. Berbagai macam kemajuan teknologi sehingga saat ini terus mewujudkan bentuk televisi yang canggih. Penemuai tersebut semakin menyempurnakan sistem audio visual televisi. Televisi mampu menarik perhatian pemirsa sedemikian rupa sehingga khalayak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan pendalaman terhadap apa yang diterimanya secara kritis. Karena semua berlansung secara cepat dan berulang-ulang secara intensif. Hal ini membuat realita di televisi masuk kedalam benak pemirsa. Penyampain pesan di televisi telah menonjolkan lambang komunikasi dengan gambar hidup yang menunjukkan suatu realita.Dengan teknologi yang tinggi, realita yang ditayangkan dapat melebihi kenyataan yang sebenarnya sehingga apa yang tidak mungkin terjadi di dunia dapat terjadi di televisi.
Universitas Sumatera Utara
34
Setiap tayangan yang ada di televisi mengandung pesan-pesan yang bersifat memberitahu, mendidik dan menghibur. Agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh khalayak sasaran perlu diperhatikan faktor-faktor seperti pemirsa, waktu, durasi, dan metode penyajian. 1. Pemirsa Sesungguhnya dalam setiap bentuk komunikasi dengan menggunakan media apapun, komunikator akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikannya. Namun untuk media elektronik faktor pemirsa perlu mendapat perhatian lebih. Hal ini tentu saja berkaitan dengan kebutuhan pemirsa, minat, materi pesan, dan jam waktu penayangan suatu acara. 2. Waktu Setelah komunikator mengetahui kebutuhan, minat dan kebiasaan pemirsa langkah
selanjutnya
adalah
menyesuaikan
waktu
penayangannya.
Pertimbangannya adalah agar setiap acara yang ditayangkan dapat secara proporsional diterima oleh khalayak sasaran atau khalayak dituju. Untuk acara yang khalayaknya anak-anak tentu saja ditayangkan mulai dari sore hari sampai kepada sekitar jam 8 malam. Hal ini tentu saja memperhatikan kegiatan dari pada anak yang pada pagi hari sampai siang hari melakukan aktifitasnya di sekolah. 3. Durasi Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan dalam suatu acara. Ada yang berdurasi 30 menit biasanya untuk kuis dan acara infotainment, yang berdurasi satu jam biasanya untuk acara talkshow ataupun berita. Untuk acara film ataupun sinetron biasanya durasi waktu yang
Universitas Sumatera Utara
35
dibutuhkan adalah satu jam sampai dengan dua jam. Hal ini juga berkaitan dengan kebutuhan pemirsa terhadap suatu acara yang ingin ditontonnya. 4. Metode penyajian Metode penyajian suatu acara berhubungan dengan daya tarik acara itu sendiri agar tidak menimbulkan kejenuhan bagi pemirsa. Misalkan untuk suatu acara yang bersifat berita ataupun informasi agar menambah daya tariknya dikemas dalam bentuk wawancara, dialog, talkshow, reportasi dan sebagainya. Tayangan televisi dapat diartikan sebagai adanya suatu pertunjukan acara yang ditampilkan atau disiarkan melaui media massa televisi. Tayangan tersebut bisa bersifat hiburan, informasi, ataupun edukasi seperti tayangan mengenai paendidikan. Dalam
kehidupan
sehari-hari
kita
sering
memperoleh
berbagai
pemgalaman. Hal ini dikarenakan terintegrasinya kelima indera yang dimiliki, tetapi dengan menonton audiovisual, akan mendapatkan 10% dari informasi yang diperoleh sebelumnya. Ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan (Stimulated Experience) dari media audiovisual tadi (Darwanto 2007 :119) Darwanto juga mengemukakan, dalamkaitannya terhadap peningkatan pengetahuan, suatu tayangan televisi hendaknya memperhatikan beberapa hal, antara lain : 1. Frekuensi menonton. Melalui frekuensi menonton komunikan, dapat diihat pengaruh tayangan terhadap pengetahuan komunikan. 2. Waktu penayangan. Apakah waktu penayangan suatu acara sudah tepat atau sesuai dengan sasaran komunikan yang dituju. Misalnya tayangan yang
Universitas Sumatera Utara
36
dikhususkan bagi pelajar, hendaknya ditayangkan pada jam setelah kegiatan belajar di sekolah usai. 3. Kemasan Acara. Agar mampu menarik perhatian pemirsa yang menjadi sasaran komunikannya, suatu tayangan harus dikemas atau ditampilkan secara menarik. 4. Gaya penampilan pesan. Dalam menyampaikan pesan dari suatu tayangan, apakah host atau pembawa acara sudah cukup kounikatif dan menarik, sehingga dapat menghindari rasa jenuh pemirsanya dan juga memahami pesan yang disampaikan. 5. Pemahaman pesan. Apakah komunikan dapat mengerti dan memahami setiap materi atau pesan yang disampaikan oleh suatu tayangan.
Televisi sebagai media komunikasi massa Media massa merupakan saluran atau media yang dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan massa. Yang termasuk media massa disini adalah televisi, surat kabar, majalah, radio, dan film. Media massa dapat digolongkan sebagai media elektronik dan media cetak yang keseluruhannya sering juga disebut pers. Istilah televisi terdiri dari “tele” yang berarti jauh da “visi” (Vision) yang berarti penglihatan. Televisi adalah salah satu bentuk media komunikasi massa yang selain mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan unsur-unsur kata, musik dan sound effect, juga memiliki keunggulan yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang dapat menimbulkan pesan mendalam bagi pemirsanya (Effendy, 1994 : 192).
Universitas Sumatera Utara
37
Sebagai media massa yang didukung oleh teknologi yang modern, televisi mempunyai banyak keunggulan yang diantaranya ialah siaran yang dipancarkan melalui televisi dapat menjangkau seluruh lapisan yang ada di masyarakat. Sedangkan kekurangan dari media massa elektronik ini adalah berbagai macam informasi yang disajikan hanya bersifat sekilas saja. Dalam arti bahwa yang muncul pada pesawat televisi tidak dapat dikaji ulang, berbeda dengan pesanpesan media cetak. Menurut sosiolog Marshall Luhan, kehadiran televisi membuat dunia menjadi “Desa Global” yaitu suatu masyarakat dunia yang batasannya diterobos oleh media televisi (Kuswandi, 1996 : 20). Adapun ciri-ciri televisi antara lai (Effendy, 1994 : 21) : 1. Berlansung satu arah. 2.Komunikasi melembaga. 3. Pesan bersifat umum. 4. Sasarannya menimbulkan keserempakan. 5. Komunikannya bersifat heterogen.
Universitas Sumatera Utara
38
II.3. TEORI USES AND GRATIFICATIONS Riset Uses and Gratifications berangkat dari pandangan bahwa komunikasi (khususnya media massa) tidak mempunyai kekuatan mempengaruhi khalayak. Inti teori Uses and Gratifications adalah khalayak pada dasarnya menggunakan media massa berdasarkan motif-motif tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak. Jika motif ini terpenuhi maka kebutuhan khalayak akan terpenuhi. Pada akhirnya media yang mampu memenuhi kebutuhan khalayak disebut media yang efektif (Rachmat,2007:204). Menurut para pendirinya yaitu Jay Blumer, Elihu Katz dan Michael Gurevitch, Uses and Gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan pemenuhan kebuutuhan dan akibatakibat yang lain, termasuk juga dengan apa yang mereka inginkan. Mereka juga merumuskan asumsi-asumsi dasar teori yaitu : a) Khalayak dianngap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan. b) Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemenuhan kebutuhan media terletak pada anggota khalayak. c) Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. d) Banyak tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang diberikan
anggota
khalayak,
artinya
orang
dianggap
cukup
Universitas Sumatera Utara
39
mengertiuntuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu. e) Penilaian tentang arti kultural dari media massa disimpulkan dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu oleh orientasi khalayak. Dengan demikian, Uses and Gratification telah mengubah fokus penelitian dari kegunaan komunikasi dan perspektif media, kepada kegunaan komunikasi dari perspektif khalayak. II.3.1 Kebutuhan Individu terhadap Media Dalam literatur tentang Uses and Gratification ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengklarifikasikan bagaimana kebutuhan khalayak terhadap informasi dari gratifikasi audiens, dan dapat dibagi kepada kategorikategori : 1. Pengalihan dari rutinitas dan masalah (Pelepasan emosi). 2. Hubungan personal/manfaat sosial informasi dalam percakapan. 3. Identitas pribadi atau psikologis individu-penguatan nilai atau menambah keyakinan; pemahaman diri; eksplorasi dan sebagainya. 4. Pengawasan informasi mengenai hal-hal yang mungkin mempengaruhi seseorang melakukan sesuatu. Katz, Gurevitch dan Has juga memandang media massa sebagai suatu alat yang digunakan oleh individu-individu untuk berhubungan. Para peneliti menggolongkan kedalam lima kategori yaitu : 1. Kebutuhan Kognitif : memperoleh informasi, pengetahuan, dan pemahaman 2. Kebutuhan Afektif : Emosional, pengalaman menyenangkan.
Universitas Sumatera Utara
40
3. Kebutuhan Integratif sosial : Memperkuat kredibilitas, rasa percaya diri. 4. Kebutuhan Integratif sosial : Mempererat hubungan dengan keluarga, teman. 5. Kebutuhan pelepasan : Ketegangan, pelarian, dan pengalihan. (Severin, 2007 : 357). Dari beberapa jenis kebutuhan diatas, maka akan ditimbulkan dorongan / motif untuk memenuhinya, apakah melalui media ataupun non media. Menurut Blummer ada 3 orientasi dalam kebutuhan, diantaranya :
1. Kebutuhan kognitif Kebutuhan ini berkaitan dengan usaha-usaha untuk memperkuat informasi, pengetahuan serta pengertian-pengertian tentang lingkungan yang dihuni. Kebutuhan ini timbul akan adanya dorongan-dorongan seperti rasa ingin tahu dan pembelajaran pada diri sendiri. 2. Diversi Kebutuhan ini melingkupi pelepasan dari tekanan dari kebutuhan akan hiburan. 3. Kebutuhan Identitas Personal. Penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis isi media yang dikonsumsi dan berabagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan.
Universitas Sumatera Utara
41
Teori Uses and Gratification beroperasi dalam beberapa cara yang bisa dilihat dalam bagan dibawah ini:
Lingkungan Sosial - ciri – ciri demografis - keanggotaan dalam kelompok - ciri – ciri kepribadian
Kebutuhan - kognitif - afektif - integrasi sosial - integrasi personal - escapism
Sumber non media - keluarga dan teman - hubungan inter personal - hobi - istirahat dll Sumber Media - jenis media - isi media - terpaan media - konteks sosial terhadap terpaan media
Fungsi Media - pengawasan - hiburan - identitas diri - itegrasi diri
Gambar 3. Uses and Gratifications Motif ini memulai dengan lingkungan sosial (Social Environment) yang menentukan kebutuhan individu. Salah satu kebutuhan individu adalah Cognitive needs yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman. Kebutuhan dari tiap-tiap individu berbeda tergantung kepada lingkungannya seperti : tempat tinggal, kepribadiannya, dan lain-lain. Untuk bisa memenuhi kebutuhannya, individu memilih sumber-sumber dari mana pemenuhan kebutuhan itu berasal.
Universitas Sumatera Utara
42
II.4. INFOTAINMENT NEWS Diantara yang termudah dan termurah, infotainment (sebuah istilah yang mengundang perdebatan) adalah pilihannya. Program tayangan televisi ini, menggabungkan dengan apa yang diistilah information dan entertainment. Program tayangan ini berkembang dengan cepat. Nilai berita dalam jurnalisme televisi, yang bukan hanya teks, menyodorkan realitas baru. Yakni, ketokohan seseorang membuat tingkat kedekatan emosional tertentu pada masyarakatnya. Infotainment menyodorkan kenyataan baru, sekalipun bukan nilai kebaruan. Merebaknya acara ini di seluruh media televisi adalah kenyataan kemudian. Namun, peniruan sampai pada intonasi, cara berdiri, dan menggerakkan tangan sang presenter adalah kadar kreativitas yang memprihatinkan. Tayangan infotainment ini yang menyorot sisi-sisi pribadi public figure, orang-orang popular, selebritas, hanya terbekal dengan satu dus pertanyaan. Selebihnya imaji penonton akan diseret oleh citraan yang sudah melekat pada popularitas artis itu sendiri. Karena itu, teknik jurnalisme yang muncul di sini, hanya meminta statemen atau mengkonfirmasikan statement orang lain berkait dengan dirinya. Tidak ada resume final, kalaupun ada kadang pernyataan-pernyataan presenter sebagai kasimpulan sering mengundang intepretasi yang lain lagi. Bukan saja karena bahasanya yang provokatif dan bombastis, melainkan juga kadang penguasaan bahasanya yang parah (Wirodono, 2006 : 44). Namun sebagai pendukung dari mainstream hiburan, yang biasanya menempatkan artis sebagai tokoh utama, infotainment tetap akan menjadi acara yang penting di dunia hiburan. Ia mengayuh di antara gelombang industri yang dibangun pelaku-pelaku inti, dan mendapatkan imbasnya dari sana. Lepas dari
Universitas Sumatera Utara
43
semua itu, biaya produksi untuk acara ini benar-benarrelatif sangat murah. Program ini tidak bias membutuhkan polesan, fully-real coverage. Semakin polos, semakin natural, semakin dahsyat efek komunikasinya. Ia juga tidak membutuhkan kecanggihan tertentu. Tidak membutuhkan peralatan tertentu. Polanya standar, ambil statemen obyek, dan imbuhkan stock-shots aktivitasnya. Semuanya bisa sambil lalu. Dan yang terpenting, iklannya laris manis. Satu komposisi ideal yang semua orang suka menikmatinya.
II.5. MUSIK DAN FILM Musik adalah permainan waktu, dengan mengodopsi bunyi sebagai materi utama.Dengan begitu, musik adalah permainan waktu bersama bunyi. Dalama musik, waktu adalah ruang bunyi, bunyi adalah substansi. Di dalam ruang waktu itulah bunyi bergerak, abadi dalam keberadaanya. Prinsip utama musik adalah menciptakan celah waktu, untuk membangun momen musical bagi “nasib” bunyi. Di tengah alam “nasib” ini seperti jatuhnya embun di atas daun, atau seperti menetesnya hujan dari atap bocor ke dalam ember. Maka, secara konsepsional, musik adalah komposisi konsektual berbagai momen musical. Pemikiran atau pengolahan pemahaman tentang celah waktu dan saat bunyi dipermainkan inilah yang kemudian dikenal sebagai seni musik. Dan karena tak ada satu bangsa pun di muka bumi yang tak mengenal permainan bumyi, maka tak ada satu bangsa pun yang tak mengenal musik. Setiap bangsa secara alamiah maupun dalam proses kebudayaannya, meski di sana-sini memiliki
Universitas Sumatera Utara
44
perbedaan cara bermain. Pada dasarnya sama menghargai kemampuan merekayasa bunyi ( http://jurnalnasional.com/). Film dimaknai sebagai pesan-pesan yang disampaikan dalam komunikasi filmis, yang memahami hakikat, fungsi da efeknya. Perspektif ini memerlukan pendektan yang terfokus pada film sebagai proses komunikasi. Disaming itu, dengan meletakkan film dalam konteks sosial, politik, dan budaya dimana proses komunikasi itu berlangsung, sama artinya dengan memahami preferensi penonton yang pada gilirannya menciptakan citra penonton film. Pendeknya, akan lebih bisa ditangkap hakikat dari proses menonton, dan bagaimana film berperan sebagai sistem komunikasi simbolis. Meskipun pada awalnya film adalah hiburan bagi kelas bawah di perkotaan dengan cepat film mampu menembus batas-batas kelas dan menjangkau kelas yang lebih luas. Kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, kemudian menyadarkan para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya. Karena itu, mulai merebaklah studi yang hendak melihat dampak film terhadap masyarakat. Ini bisa dilihat dari sejumlah penelitian film yang mengambil berbagai topik seperti: pengaruh film terhadap anak, film dan agresivitas, film dan politik, dan seterusnya. Film sebagai refleksi dari masyarakatnya, tampaknya menjadi perspektif yang secara umum lebih mudah disepakati, sebagaimana dikemukakan Garth Jowett : “ It is generally agree that mass media are capable of ‘reflecting’ society because they are forced by their commercial nature to provide a level of content will guarantee the widest possible audience”
Universitas Sumatera Utara
45
(Lebih gampang disepakati bahwa media massa mampu ‘merefleksikan’ masyarakat karena ia didesak oleh hakikat komersialnya untuk menyajikan isi yang tingkatnya akan mernjamin kemungkinan audiens yang luas).
Proposisi dari Jowett ini menunjukkan, kepentingan komersial justru menjadi imperatif bagi isi media massa (film) agar memperhitungkan khalayaknya, sehingga dapat diterima secara luas. Karakteristik film sebagai media massa juga mampu membentuk semacam konsensus publik secara visual (visual public consensus), karena film selalu bertautan dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dan selera publik. Dengan kata lain film merangkum pluralitas nilai yang ada dalam masyarakatnya.
Universitas Sumatera Utara