BAB II TINJAUAN UMUM ZAKAT PERTANIAN DAN KESADARAN MASYARAKAT A. Tinjauan Umum Zakat Pertanian Satu diantara masalah mu‘a>malah (ekonomi) yang diatur di dalam syariah adalah zakat. Zakat adalah ibadah ma>liyyah ijtima>iyyah yang memiliki posisi sangat penting, strategis dan menentukan, baik dilihat dari sisi ajaran Islam1 yang secara aplikatif memiliki kontribusi terhadap kehidupan sosial-ekonomi umat. Sebagai suatu ibadah pokok, zakat termasuk salah satu dari lima pilar penting dalam Islam yang diperintahkan untuk dilaksanakan bagi orang-orang yang mampu. Zakat juga diarahkan untuk mewujudkan cita-cita sosial, seperti jaminan sosial dan solidaritas sosial2 di kalangan masyarakat. Zakat adalah ibadah yang berkaitan dengan harta benda, bahkan
s}adaqah dan infaq pun demikian. Allah telah menjadikan harta benda sebagai sarana kehidupan untuk umat manusia seluruhnya, dengan demikian ia harus diarahkan untuk kepentingan bersama. Secara umum zakat dapat dibedakan dalam dua kelompok besar, yaitu: zakat fitrah dan zakat harta/kekayaan. Zakat fitrah merupakan zakat jiwa (zakah al-nafs), yaitu kewajiban berzakat bagi setiap individu baik untuk orang yang sudah dewasa maupun belum
1
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), 1. Gazi Inayah, Teori Komprehensif tentang Zakat dan Pajak (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2003), 5. 2
27
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28 dewasa, dan dibarengi dengan ibadah puasa.3 Sedangkan yang dimaksud dengan zakat harta adalah segala sesuatu yang dapat dipunyai (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut kebiasaannya. Sesuatu dapat disebut dengan harta/kekayaan apabila memenuhi dua syarat, yakni (1) dapat dimiliki/disimpan, (2) dapat diambil manfaatnya sesuai dengan kebiasaanya. Allah SWT telah menentukan jenis harta yang harus dikeluarkan zakatnya dan memilih diantaranya yang terbagus dan terbaik. Harta yang wajib dizakati diantaranya emas, perak, simpanan, hasil bumi, binatang ternak, dagangan, hasil usaha, hasil jasa (honorarium) yang berjumlah besar, harta rikaz, harta ma’din dan hasil laut.4 1. Pengertian Zakat Pertanian Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia zakat berarti jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syara.5 Dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, ditegaskan bahwa zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.
3
Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003), 78. Syukri Gozali, et. al., Pedoman Zakat Sembilan Seri (Jakarta: Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf, 1984/1985), 135. 5 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 1279. 4
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
Selanjutnya dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, ditegaskan bahwa Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian
dalam
pengumpulan,
pendistribusian,
dan
pendayagunaan zakat. Dalam Pasal 2 undang-undang tersebut bahwa pengelolaan zakat berasaskan: a. Syariat Islam; b. Amanah; c. Kemanfaatan; d. Keadilan; e. Kepastian hukum; f. Terintegrasi; dan g. Akuntabilitas. Dalam Pasal 3 undang-undang tersebut, bahwa pengelolaan zakat bertujuan: a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat. b. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Dalam kajian fiqh klasik, hasil pertanian adalah semua hasil pertanian yang ditanam dengan menggunakan bibit bijian yang hasilnya dapat dimakan oleh manusia dan hewan serta lainnya. Sedangkan yang dimaksud hasil perkebunan adalah buah-buahan yang berasal dari
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30 pepohonan atau umbi-umbian.6 Pertanian disini adalah bahan-bahan yang digunakan sebagai makanan pokok dan tidak busuk jika disimpan, misalnya dari tumbuh-tumbuhan, yaitu jagung, beras, dan gandum. Sedangkan dari jenis buah-buahan misalnya kurma dan anggur. 2. Landasan Hukum Zakat Pertanian a. Al-Quran Islam memerintahkan kepada para pemeluknya agar bekerja keras mencari rezeki yang halal guna mencukupi kebutuhan hidup dirinya dan keluarganya, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohaniyah.7 8
.
Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacammacam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang berlebih-lebihan.9
6
M.Arief Mufaini, Akuntansi dan Manajemen Zakat (Jakarta: Kencana, 2006), 85. Masyfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah: Kapitan Selekta Hukum Islam (Jakarta: Haji Masagung, 1994). 227. 8 Al- Qur’an, 6: 141. 9 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Surabaya: Pustaka Agung Harapan, 2010), 145. 7
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
b. As-Sunnah
ِ ْ وﻣﺎ ﺳ ِﻘﻲ ﺑﺎِﻟﻨ، اﻟْﻌ ُﺸﺮ: ً أَو َﻛﺎ َن ﻋﺜَﺮﻳﺎ،ﺖ اﻟ ﱠﺴﻤﺎء واﻟْﻌﻴـﻮ ُن ِ ﻓِﻴﻤﺎ ﺳ َﻘ ﻒ اﻟْ ُﻌ ُﺸ ِﺮ ُ ﺼ ْ ﻧ:ﱠﻀ ِﺢ ْ ْ ُُ َ ُ َ َ َْ َ ُ ََ ُ ُ ّ َ
Pada pertanian yang tadah hujan atau mata air atau yang menggunakan penyerapan akar (Atsariyan) diambil sepersepuluh dan yang disirami dengan penyiraman maka diambil seperduapuluh. [HR al-Bukhâri] c. Ijma’ Mengenai dalil dari ijma’ ialah bahwa umat telah sepakat atas kefarduan sepersepuluh. Adapun dalil akalnya seperti yang telah disebutkan dalam hikmah pensyariatan zakat yaitu dikarenakan mengeluarkan kewajiban sepersepuluh kepada kaum kafir merupakan salah satu upaya mensyukuri nikmat, menguatkan orang yang lemah, membuatnya mampu menunaikan kewajiban, dan salah satu upaya penyucian dan pembersihan diri dari dosa.10
3. Syarat Zakat Pertanian Dalam setiap zakat terdapat beberapa syarat yang umum, diantaranya adalah:11 a. Islam. b. Baligh dan berakal, menurut imam hanafi zakat tidak diwajibkan pada harta anak kecil dan orang gila. c. Kepemilikan penuh. Tidak termasuk harta piutang, jika harta yang diutangkan digabung dengan harta dirumah mencapai nishab.
10
Wahbah Al-Zuhayli, Zakat Kajian Berbagai Madzab (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), 182. 11 Ibid., 183-184.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
d. Telah melewati h}aul (satu tahun), kecuali zakat pada tanaman. Menurut Hanafiyah, sebagai tambahan syarat-syarat umum di atas terdapat syarat-syarat lainnya, yaitu: a. Hendaknya tanah itu termasuk tanah ‘ushriyah. Oleh karena itu tidak wajib zakat pada tanah kharajiyah, sebab ushur (sepersepuluh) dan
kharaj (pajak) tidak bisa digabungkan dalam satu tanah menurut mereka. b. Adanya sesuatu yang tumbuh dari tanah tersebut. Jika tanah yang ditanami tidak menumbuhkan tanaman, maka tidak ada kewajiban untuk mengeluarkan sepersepuluh. c. Yang tumbuh dari tanah tersebut adalah tanaman yang sengaja ditanami oleh penanamnya dan dikehendaki pembuahannya. Dengan demikian, zakat tidak diwajibkan atas tanaman yang hanya menghasilkan kayu bakar, rerumputan dan sejenisnya. Alasannya karena tumbuhan tersebut tidak membuat tanah berkembang bahkan justru merusaknya. Abu Hanifah berpendapat bahwa nisab tidak menjadi syarat wajib zakat sepersepuluh. Oleh sebab itu, zakat sepersepuluh tetap diwajibkan, baik dalam tanaman yang banyak maupun tanaman yang sedikit. Madzab Maliki mengajukan dua syarat tambahan, yaitu: a. Hendaklah hasil tanaman adalah biji dan buah-buahan (kurma, anggur dan zaitun), tidak ada kewajiban untuk buah-buahan lain seperti apel, delima, tidak pula sayur-sayuran dan kacang-kacangan baik di tanah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
kharaj maupun non kharaj. Contoh tanah kharaj ialah tanah Mesir dan Syria yang ditaklukkan dengan kekerasan, sedangkan contoh tanah non kharaj ialah tanah perdamaian yang penduduknya masuk Islam, atau tanah mati. b. Hendaklah hasil tanaman yang tumbuh dari tanah tersebut mencapai
nishab, yakni 5 wasaq (653 kg). Madzab Hanbali menambahkan tiga syarat, yaitu: a. Tanaman tersebut bisa disimpan, bertahan lama, bisa ditakar, bisa dikeringkan (biji-bijian atau buah-buahan), dan ditanami oleh manusia. b. Tanaman yang tumbuh dari tanah tersebut mencapai nishab, yakni 5
wasaq (653 kg). c. Tanaman tersebut merupakan tanah yang dimiliki oleh orang tertentu.
4. Hasil Pertanian yang Wajib Dizakati Hasil bumi pertanian termasuk biji-bijian dan buah-buahan yang wajib dizakati seperti padi, gandum, buah-buahan dan tanaman lainnya misalkan kurma, anggur, kismis, zaitun, kacang-kacangan, kacang panjang, dan wijen.12 Menurut kesepakatan ulama, hanya ada empat jenis tanaman yang wajib dizakati yaitu: jagung, gandum, kurma, dan anggur.13
12
Ugi Suharto, Keuangan Publik Islam: Reinter Prestasi Zakat dan Pajak (Yogyakarta: Pusat Studi Zakat Islamic Business School, 2004), 255. 13 Imam Ghozali Said et al, Analisa Fiqh Para Mustahid terj dari Bidayatul Mustahid Wa Nihayatul Muqtashid (Jakarta: Pustaka Amani, 2002), 566.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
Menurut keterangan di atas, paraulama berbeda tentang tanaman yang wajib dizakati, antara lain yaitu :14 a. Al-Hasan Al-Bashri, Al-Tsauri dan As-Sya’bi, berpendapat hanya empat macam jenis tanaman yang wajib dizakati yaitu: gandum, padi, kurma, dan anggur. Alasan mereka adalah karena hanya itu yang disebutkan di dalam nas (hadist). b. Malik berpendapat, bahwa tanaman yang bisa tahan lama, kering dan diproduksi/diusahakan oleh manusia dikenakan zakat. c. Ahmad bin Hanbal berpendapat, bahwa semua hasil tanaman yang kering, tahan lama, dapat ditimbang (takar) dan diproduksi (diolah) oleh manusia, dikenakan zakat. Perbedaan pendapat tersebut di atas, disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda yaitu apakah kewajiban zakat tersebut karena wujud benda atau karena ciri khas nilai gunanya.
5. Nishab Zakat Pertanian
Nishab adalah batas jumlah yang terkena wajib zakat.15 Zakat hasil pertanian tidak disyaratkan mencapai se-nishab, tetapi setiap kali panen harus dikeluarkan zakatnya, sedangkan panen hasil pertanian ada yang sekali setahun, ada yang dua kali, ada yang tiga kali, bahkan ada yang empat kali. Setiap kali panen yang hasilnya mencapai nisab wajib
14
Ali Hasan, Masail Fiqiyah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), 7. Suparman Usman, Hukum Islam: Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), 162. 15
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
dikeluarkan zakatnya dan yang kurang mencapai nishab maka tidak dikenakan zakat. Bila dihitung dengan berat, maka satu nishab itu disamakan dengan kilogram jumlahnya 2,176 kg gandum, jadi: satu nishab = 300 x 2,176 kg = 652,8 atau ± 653 kg. Sebagian ulama’ fiqh melebihkan jumlah besar nishab yang masih berkulit, supaya kulit biji-bijian yang bersih cukup mencapai satu nishab. Jadi untuk jenis biji-bijian yang biasa disimpan dengan kulitnya maka harus diperhitungkan untuk mendapatkan lima wasaq biji bersih tanpa kulit, sehingga untuk padi nishab-nya menjadi 10 wasaq sebab untuk mendapatkan satu wasaq beras diperlukan dua wasaq padi. Hasil pertanian tersebut yang termasuk makanan pokok, seperti beras, jagung, gandum, kurma dan lain-lain maka nisabnya adalah setara dengan 653 kg gabah (padi kering). Tapi jika hasil pertanian itu makanan pokok, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daun, bunga, dan lain-lain maka nishab-nya disetarakan dengan harga nishab dari makanan pokok yang paling umum didaerah tersebut.
6. Besar Zakat Hasil Pertanian Setiap tanaman atau buah-buah yang diairi dengan air hujan atau air sungai tanpa memerlukan pembiayaan atau tenaga dari pemiliknya, atau yang menyerap air sendiri dengan akar-akarnya, seperti pohon-pohon yang tumbuh di tanah tadah hujan, wajib dikeluarkan 1/10 nya apabila
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
telah mencapai nishab. Adapun yang diairi dengan alat penyiraman atau mesin atau sejenisnya yang menyebabkan petani harus mengeluarkan tenaga dan biaya, zakatnya hanya 1/20 nya atau 5%.16 Dari ketentuan ini dapat dipahami bahwa pada tanaman yang disirami dengan irigasi zakatnya 5%. Artinya 5% yang lainnya dialokasikan untuk biaya pengairan. Imam Az Zarqoni berpendapat bahwa apabila pengolahan lahan pertanian diairi dengan air hujan (sungai) dan disirami (irigasi) dengan perbandingan 50:50, maka kadar zakatnya 7,5% atau 3/4 dari 1/10.
7. Orang yang Berhak Menerima Zakat Para pakar ekonomi dan sosiologi percaya bahwa membelanjakan uang jauh lebih penting dari mengumpulkannya. Ketika orang mempunyai uang, seringkali terjerumus dalam keborosan dan hura-hura. Tentu saja hal ini akan lebih menghargai pada kerusakan ketimbang kebaikan. Penjelasan-penjelasan tentang kewajiban melaksanakan zakat, al-Qur’an menjelaskan permasalahan zakat lebih ringkas dibandingkan dengan penjelasan mengenai sholat. Maka secara khusus al-Qur’an telah memberikan perhatian dengan menerangkan kepada siapa zakat itu harus diberikan. Berarti al-Qur’an tidak memperkenankan para muzakki membagikan zakat menurut kehendak mereka sendiri.
16
Anshori Umar Sitanggal, Terjemahan Al-Fiqh Al-Manhaji ‘Ala Madzhabil Imam AsySyafi’i, (Darulqalam Damsyik, 1987 M), 45.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
Orang-orang yang berhak menerima zakat ditentukan dalam alQur’an, yaitu: 17 Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.18 Adapun orang-orang yang berhak mendapatkan zakat sebagaimana termaktub di dalam ayat di atas ada delapan golongan, yaitu: 1) Fakir, yaitu orang-orang yang tidak mempunyai sesuatu yang tidak mencukupi kebutuhan hidup mereka dan mereka tidak mampu berusaha. Atau, mereka adalah seseorang yang tidak memiliki sesuatu yang dapat dinafkahkan untuk diri sendiri dan keluarganya selama setengah tahun, maka ia adalah fakir, ia diberi dari zakat sesuatu yang mencukupi dirinya dan keluarganya selama setahun. 2) Miskin, mereka adalah orang-orang yang memiliki harta yang dapat menutupi separuh atau lebih kebutuhanya, namun tidak dapat memenuhi kebutuhanya selama setahun penuh, maka mereka diberi sesuatu yang dapat menyempurnakan kekurangan untuk nafkah setahun. Jika seseorang tidak memiliki uang namun ia memiliki 17
Al-Qur’an, 9:60. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Surabaya: Pustaka Agung Harapan, 2010), 196. 18
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
sumber pendapatan, seperti profesi atau gaji, atau investasi yang dapat memberikan kecukupan padanya, maka ia tidak diberi zakat, sebagaimana Nabi SAW bersabda: "Tidak ada bagian bagi orang kaya, tidak pula bagi orang yang kuat dan berpenghasilan". 3) ‘Amil, yaitu orang-orang yang mendapat tugas dari penguasa negara untuk mengumpulkan zakat dari para muzakki, dan membaginya kepada orang-orang yang berhak dan menjaganya, mereka ini diberi zakat sepadan dengan pekerjaanya meskipun mereka kaya. 4) Mu‘allaf, mereka adalah para pemimpin kabilah yang tidak memiliki iman yang kuat, mereka diberi zakat untuk menguatkan keimanan mereka, sehingga mereka menjadi penyeru-penyeru Islam dan tauladan yang baik. 5) Budak, termasuk di dalamnya memerdekakan budak dari uang zakat, dan membantu para budak yang ingin membeli dirinya, dan membebaskan tawanan Islam. 6) Orang-orang yang berhutang, yaitu orang-orang yang tidak memiliki sesuatu yang dapat menutupi hutangnya, mereka diberi dari zakat sesuatu yang dapat menutupi hutangnya baik sedikit maupun banyak, meski mereka kaya makanan, maka jika ada seseorang yang memiliki pemasukan yang mencukupi untuk makanan buat dirinya dan keluarganya, namun ia memiliki hutang yang ia tidak mampu membayarnya, maka ia diberi zakat untuk sekedar menutupi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
hutangnya, dan tidak boleh menggugurkan hutang kepada fakir yang berhutang lalu menggantinya dari uang zakat. 7) Fi sabilillah, yakni jihad fi sabilillah, para mujahid dapat diberi zakat sejumlah yang dapat menyukupi mereka dalam berjihad, dan digunakan untuk membeli peralatan jihad. Dan termasuk dalam
sabilillah adalah: menuntut ilmu syar'i, pelajar ilmu syar'i dapat diberi uang zakat agar bisa menuntut ilmu dan membeli kitab yang diperlukan, kecuali jika ia memiliki harta yang dapat mencukupinya dalam memenuhi kebutuhan itu. 8) Ibnu sabil, yaitu musafir yang perjalananya terputus, ia dapat diberi zakat agar dapat sampai ke negerinya.
B. Kedudukan Zakat dalam Islam Zakat adalah rukun Islam terpenting setelah syahadat dan shalat, serta merupakan pilar berdirinya bangunan Islam. Allah SWT. telah menetapkan hukumnya wajib, baik dengan kitab-Nya maupun dengan Sunnah Rasul-Nya serta ijma’ dari umatnya. Perintah wajib zakat turun di Madinah pada bulan Syawal tahun kedua hijrah Nabi SAW. Kewajibannya terjadi setelah kewajiban puasa Ramadhan dan zakat fitrah. Zakat mulai di Madinah karena masyarakat Islam sudah terbentuk, dan kewajiban ini dimaksudkan untuk membina masyarakat muslim, yakni sebagai bukti solidaritas sosial, dalam arti bahwa hanya orang kaya yang berzakat dan patut masuk dalam barisan kaum beriman. Adapun ketika umat Islam masih berada di Mekkah, Allah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
SWT. sudah menegaskan dalam al-Qur’an tentang pembelanjaan harta yang belum dinamakan zakat, tetapi berupa kewajiban infaq, yaitu bagi mereka yang mempunyai kelebihan wajib membantu yang kekurangan. Besarnya tidak dipastikan, tergantung pada kerelaan masing-masing, yang tentunya kerelaan itu berkaitan erat dengan kualitas iman yang bersangkutan. Perhatian Islam sangat besar dalam perekonomian dengan berusaha menyelesaikan masalah kemiskinan dan mengayomi kaum papa tanpa didahului oleh revolusi atau gerakan menuntut hak-hak kaum miskin. Kedudukan zakat dalam Islam sangatlah penting, karena zakat merupakan penjamin hak fakir miskin dalam harta umat dan negara yang merupakan pilar pokok Islam ketiga, salah satu tiang dan syiarnya yang agung. Para ahli fiqih juga menjelaskan beberapa kedudukan zakat, diantaranya adalah: 1. Ibadah atau Hak Fakir Miskin Salah satu tujuan zakat yang terpenting adalah mempersempit ketimpangan ekonomi di dalam masyarakat hingga ke batas yang seminimal mumgkin. Tujuannya adalah menjadikan perbedaan ekonomi diantara masyarakat secara adil dan seksama, sehingga yang kaya tidak semakin kaya (dengan mengeksploitasi masyarakat yang miskin) dan yang miskin semakin miskin, alasan tersebut seolah-olah sangat membela fakir miskin sehingga memberikan indikasi bahwa zakat cenderung merupakan hak fakir miskin.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
Ali mengemukakan tentang pensyariatan zakat ditinjau dari tujuan dan hikmahnya yang dapat dirasionalisasikan kepada sasaran praktisnya. Tujuan tersebut antara lain sebagai berikut:19 a. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup dan penderitaan; b. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesame umat Islam dan manusia pada umumnya; c. Menghilangkan sifat kikir; d. Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati orang miskin; e. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama pada mereka yang mempunyai harta; dan f. Sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan sosial. Selain itu, zakat juga mengandung hikmah yang bersifat rohaniah dan filosofis. Hikmah itu digambarkan dalam berbagai ayat al-Qur’an dan al-Hadits. Diantara hikmah-hikmah itu adalah: a. Mensyukuri karunia Illahi, menumbuhkan harta dan pahala serta membersihkan diri dari sifat-sifat kikir dan dengki, iri serta dosa; b. Melindungi
masyarakat
dari
bahaya
kemiskinan
dan
akibat
kemlaratan;
19
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: UI PRESS, 1988), 41.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
c. Mewujudkan rasa solidaritas dan tali kasih saying antara sesame manusia; d. Manifestasi kegotong-royongan dan tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa; e. Mengurangi kefakir miskinan yang merupakan maslah sosial; dan f. Salah satu jalan mewujudkan keadilan sosial. Dari tujuan dan hikmah di atas memberikan makna bahwa zakat merupakan suatu konsep ajaran Islam yang berlandaskan al-Qur’an dan Sunnah Rasul, dan berfungsi sosial. Dengan demikian pembayaran zakat akan menghasilkan dua kebaikan utama yaitu menjauhkan seorang pemberi zakat dari dosa dan menyelamatkannya dari akhlak tercela yang ditimbulkan karena cinta dan rakus terhadap harta. 2. Zakat dalam Perspektif Sosial Ekonomi Dalam istilah ekonomi, zakat merupakan tindakan pemindahan kekayaan dari golongan kaya kepada golongan tidak punya. Transfer kekayaan berarti transfer sumber-sumber ekonomi. Tindakan ini tentu akan mngakibatkan perubahan tertentu yang bersifat ekonomis; umpamanya
saja,
seseorang
yang
menerima
zakat
bisa
mempergunakannya untuk konsumsi atau produksi. Dengan demikian, zakat walaupun pada dasarnya merupakan ibadah kepada Allah, bisa mempunyai arti ekonomi.20
20
Muhammad Ridwan Mas’ud, Zakat dan Kemiskinan Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat (Yogyakarta: UII Press, 2005), 43.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
Sehubungan dengan argumen di atas, Raharjo menyatakan bahwa dengan menggunakan pendekatan ekonomi, zakat bisa berkembang menjadi konsep muamalah (kemasyarakatan), yaitu konsep tentang cara bagaimana manusia harus melaksanakan kehidupan bermasyarakat, termasuk dalam hal ekonomi. Karena itu, ada dua konsep yang selalu dikemukakan dalam pembahasan mengenai doktrin sosial ekonomi Islam yang saling berkaitan, yaitu pelarangan riba dan perintah membayar zakat.
Pelaksanaan
riba
telah
terbukti
selalu
menghancurkan
perekonomian. Lain halnya dengan zakat, selain mengangkat fakir miskin juga akan menambah pproduktifitas masyarakat sehingga meningkatkan lapangan kerja sekaligus meningkatkan pula tabungan masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang ditegaskan oleh Keynes, bahwa tabungan masyarakat tergantung pada tingkat employment.21 Zakat sangat menonjol dalam pemikiran etis yang dihubungkan dengan masalah-masalah sosial-ekonomi. Besarnya peranan zakat dalam perkembangan struktur sosial-ekonomi, Allah SWT. mengingatkan, bahwa yang lalai dalam melaksanakan kewajiban mengeluarkan zakat akan mendapat azab yang sangat pedih, hal ini sesuai dengan bunyi surat at Taubah ayat 34-35. Untuk balasan di dunia dia akan memakan harta yang tidak bersih sehingga menimbulkan penyakit. Dapat ditarik kesimpulan bahwa berzakat tidak semata-mata diartikan sebagai manifestasi keimanan kepada Allah dan manfaatnya tertuju kepada diri 21
Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi (Jakarta: Lembaga Studi dan Filsafat, 1999), 43.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
sendiri berupa pahala, melainkan juga dipikirkan dan dirasakan secara etis yaitu dilihat dari sudut pandang kemanusiaan. Dengan demikian, zakat apabila ditinjau dari pendekatan etis dan pemikiran rasional ekonomis, adalah sebagai kebijaksanaan ekonomi yang dapat mengangkat derajat orang-orang miskin, sehingga dampak sosial yang diharapkan ini dapat tercapai secara maksimal.22
C. Potensi Zakat Ekonomi Islam memang tidak memiliki sejumlah teori khusus dan rinci yang menerangkan ilmu (sains) ekonomi sebagamana ekonomi kapitalistik ditata dan disebarluaskan. Namun, ekonomi Islam mempunyai konsep normatif seperti mengenai larangan riba, hal kepemilikan harta dan pekerjaan, penguasaan barang atas hajat hidup orang banyak (public goods) serta jaminan dan solidaritas sosial (pengentasan kemiskinan) melalui pemberdayaan konsep zakat. Pada masa Rasulullah prinsip-prinsip Islam tentang kehidupan bermasyarakat dijalankan secara sempurna dan bermanfaat sehingga menarik perhatian banyak kalangan yang belum mengerti ajaran Islam. Secara umum potensi adalah sebuah kemampuan dasar yang dimiliki dan memiliki kemungkinan bisa dikembangkan menjadi lebih baik. Potensi adalah suatu energi ataupun kekuatan yang masih belum digunakan secara optimal. Potensi adalah sesuatu hal yang dapat dijadikan sebagai bahan atau sumber yang yang akan dikelola baik melalui usaha yang dilakukan melalui 22
Muhammad Ridwan Mas’ud, Zakat dan Kemiskinan…, 43.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
tenaga mesin dimana dalam pengerjaanya potensi dapat juga diartikan sebagai sumber daya yang ada di sekitar kita. Potensi adalah sesuatu yang sebenarnya sudah ada, hanya belum didapat atau diperoleh ditangan. Untuk mendapatkannnya diperlukan upayaupaya tertentu, misalnya untuk potensi sumber daya alam tambang perlu upaya eksplorasi dan eksploitasi, untuk potensi pajak perlu dilakukan upaya pajak (tax export). Karena potensi tersebut sifatnya masih tersembunyi, maka perlu diteliti besarnya potensi pendapatan dan memanfaatkan secara optimal merupakah hal paling penting yang menunjukkan kapasitas entrepeneurship mereka dalam mengelola organisasi sector public. Jika dilihat dari kepemilikan potensi dan kemampuan mengelola potensi yang ada, suatu daerah dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu: 1. Memiliki potensi dan kemampuan mengelola yang tinggi. 2. Memiliki potensi yang tinggi tetapi kemampuan mengelola rendah. 3. Memiliki potensi yang rendah tetapi kemampuan mengelola yang tinggi. 4. Memiliki potensi yang rendah dan kemampuan mengelola yang rendah. Sedangkan pemetaan potensi pendapatan meliputi: 1. Sektor pertanian; 2. Sektor pertambangan dan penggalian; 3. Sektor industri pengolahan; 4. Sektor listrik, gas dan air bersih; 5. Sektor pengangkutan dan komunikasi; 6. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
D. Perilaku Konsumen 1. Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Perilaku konsumen merupakan studi tentang cara individu, kelompok, organisasi dalam menyeleksi, membeli, menggunakan, dan mendisposisikan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Perilaku pembelian konsumen sebenarnya di pengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Sedangkan faktor yang paling berpengaruh dan paling luas dan paling dalam adalah faktor budaya. a. Faktor Budaya Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku pembentuk
paling
dasar.
Anak-anak
yang
sedang
tumbuh
mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku dari keluarga dan lembaga-lembaga penting lainnya. Masing-masing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih menampakkan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub-budaya mencakup kebangsaan, suku, agama, ras, kelompok bagi para anggotanya. Ketika sub-budaya menjadi besar dan cukup makmur, perusahaan akan sering merancang program pemasaran yang cermat disana. b. Faktor Sosial Selain faktor budaya, perilaku konsumen di pengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok acuan, keluarga, peran, dan status sosial. Kelompok acuan terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut. Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Peran dan status sosial seseorang menunjukkan kedudukan orang itu setiap kelompok sosial yang ia tempati. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status. c. Faktor Pribadi Keputusan membeli juga di pengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, juga nilai dan gaya hidup pembeli.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
d. Faktor Psikologi Titik awal untuk memahami perilaku konsumen adalah adanya rangsangan pemasaran luar seperti ekonomi, teknologi, politik, budaya. Satu perangkat psikologi berkombinasi dengan karakteristik konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan keputusan pembelian. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan pemasaran luar dengan keputusan pembelian akhir. Empat proses psikologis (motivasi, persepsi, ingatan dan pembelajaran) secara fundamental,
mempengaruhi
tanggapan
konsumen
terhadap
rangsangan pemasaran.
E. Kesadaran Masyarakat 1. Pengertian Kesadaran Secara harfiah kata kesadaran itu berasal dari kata “sadar” yang memiliki arti insyaf, artinya ia merasa tahu dan mengerti, berdasarkan hal tersebut bahwa sikap atau prilaku sadar selalu dilakukan dalam keadaan tahu, mengerti merasa dan insyaf. Kesadaran adalah kondisi dimana seorang individu/kelompok mempunyai dorongan kemauan untuk melakukan sesuatu yang tumbuh dari dirinya sendiri tanpa harus adanya stimulus atau paksaan yang terus menerus. Dari ungkapan diatas tersebut dapat dikatakan bahwa kesadaran itu merupakan sesuatu yang berhubungan dengan perasaan, pengalaman, dan proses berpikir serta jiwa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
seseorang. Kesadaran dan ketidaksadaran merupakan suatu gejala psikologis seseorang. Sedangkan menurut Sigmund Freud, kesadaran juga mencakup dalam persepsi dan pemikiran yang secara samar-samar disadari oleh individu dan lama kelamaan akhirnya perhatian mereka mulai terpusat. Pengetahuan sebagai dasar kesadaran dapat diukur dari berbagai segi, yang pertama mengukur persepsi mereka tentang seberapa banyak yang diketahui
oleh
masyarakat,
kedua
mengukur
seberapa
banyak
pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan, ketiga mengukur pengalaman tersebut. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Widjaja menyatakan bahwa “Kita sadar jika kita tahu, mengerti, insyaf dan yakin tentang kondisi tertentu”. Kesadaran masyarakat lahir dari masyarakatnya itu sendiri yang lahir dari kebiasaan dalam masyarakat, dipengaruhi oleh lingkungan, peraturan-peraturan dan peranan pemerintahnya. 2. Tingkatan Kesadaran Kesadaran seseorang akan tampak terlihat dari sikap dan tingkah lakunya sebagai akibat adanya sebuah motivasi untuk bertindak. Kesadaran memiliki beberapa tingkatan yang menunjukkan derajat seseorang, tingkatan-tingkatan kesadaran menurut Ny. Bull antara lain: a. Kesadaran yang bersifat Anomous, yaitu kesadaran atau kepatuhan yang tidak jelas dasar dan alasannya atau sebuah orientasinya. b. Kesadaran yang bersifat Heteronomous, yaitu kesadaran atau kepatuhan yang berlandaskan, dasar atau orientasi motivasi yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
beraneka ragam atau berganti-ganti, dalam hal ini kekurangannya sangat tidak pas, sebab mudah berubah oleh keadaan dan situasi. c. Kesadaran yang bersifat sosionomus, yaitu kesadaran atau kepatuhan yang terbaik karena didasari oleh konsep kesadaran yang ada dalam diri seseorang. Dari beberapa pendapat tersebut diatas, maka dapat diartikan bahwa kesadaran adalah suatu sikap dan prilaku yang ditampilkan seseorang berdasarkan apa yang diketahui, dimengerti sehingga ia menaati dan menghargai aturan yang telah ditentukan. Didalam arkeologi kesadaran manusia, menurut Paulo Freire terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kesadaran magis, kesadaran naif dan kesadaran kritis. Pertama, kesadaran magis. Dalam hal ini merupakan kesadaran paling rendah yang dimiliki oleh manusia. Katanya, orang dengan kesadaran ini melihat kehidupan mereka sebagai sesuatu yang tidak terelakkan, natural dan sulit diubah. Mereka cenderung mengaitkan kehidupannya dengan takdir, mitos dan kekuatan superior yang tidak terbukti secara empiris maupun ilmiah. Sehingga orang dengan kesadaran ini, menganggap kemiskinan dan penindasan sebagai takdir yang tidak terelakkan. Masyarakat Indonesia pada umumnya berada pada tingkat kesadaran magis ini yang lebih sering kita jumpai pada mereka yang lemah dan tertindas oleh kekuasaan. Mereka yang tak punya dan terbelenggu oleh permasalahan yang begitu kompleks yang membuat mereka pada akhirnya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
pasrah dan menerima apa adanya dalam hidup ini. Kedua, kesadaran naif. Paulo Freire menyebutnya sebagai kesadaran semi-intransitif, karena orang pada tingkat kesadaran ini telah bisa menjadi subjek yang mampu berdialog dengan yang lain, tapi belum sampai pada tahap memahami realitas dalam true act of knowing. Mereka mampu memahami masalah yang mereka alami, namun mereka cenderung untuk menyepelekan dan tidak mengujinya secara cermat. Sehingga mereka sangat rentan dimanipulasi oleh elit politik lewat propaganda, slogan atau mitos. Masyarakat kita saat ini sudah banyak yang memiliki kesadaran seperti itu. bisa memahami permasalahan yang sedang mereka alami namun terlihat seperti acuh tak acuh atau terlihat kurang peduli. Ketiga, kesadaran yang paling tinggi dalam arkeologi kesadaran manusia menurut Paulo Freire adalah kesadaran kritis. Manusia dalam kesadaran ini mampu berpikir dan bertindak sebagai subjek serta mampu memahami realitas keberadaannya secara menyeluruh, mampu memahami pemahaman yang kurang baik dalam teks dan realitas. Dan yang perlu diingat pada perkataan Freire adalah “kesadaran kritis tidak bisa diimpose atau didepositokan, tapi harus dilahirkan lewat usaha yang kreatif dari dalam diri sendiri”. Masyarakat dengan tingkat kesadaran kritis masih sedikit ditemui saat ini. mungkin karena masyarakat sudah terbiasa dimanjakan, sehingga susah untuk berpikir kritis. Akibatnya susah untuk mencapai keadilan. Karena jumlah mereka yang berpikir kritis ini masih sedikit. Kalah dengan suara mereka yang memiliki kekuasaan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
52
Kesadaran
juga
berhubungan
erat
dengan
jiwa
manusia.
Sebagaimana yang pernah dikemukakan oleh Freud dalam teori psikologi sosial bahwa struktur kejiwaan manusia terbagi menjadi 3 bagian, yaitu: kesadaran
(consciousness),
prakesadaran
(preconsciousness)
dan
ketidaksadaran (unconsciousness).23
F. Kepribadian Masyarakat Ada tiga sisi faktor-faktor yang mempengaruhi dalam kehidupan kita yaitu
kepribadian,
masyarakat
dan
kebudayaannya.
Kepribadian
menunjukkan perilaku individu yang ditentukan oleh faktor sifat lahir dari indvidu
dan
lingkungan
pribadi
seseorang.
Pengertian
masyarakat
menunjukkan pada sejumlah orang yang tergabung menjadi satu kesatuan, menjadikan
mereka
senasib
dan
setujuan,
sedangkan
kebudayaan
menunjukkan pola-pola peri kelakuan yang khas dari masyarakat tersebut. Kepribadian dapat diartikan sebagai susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia. Definisi tersebut masih sangat bersifat kasar dan tidak jauh berbeda dengan arti yang digunakan sehari-hari. Dalam bahasa populer, kepribadian dapat juga diartikan sebagai ciri-ciri watak seseorang yang konsisten. Hal tersebut memberikannya identitas sebagai individu yang khusus.
23
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), 121.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
53
Kehidupan manusia pasti bersifat komunal, tanpa orang lain tidak mungkin ada pergaulan disana, apalagi dengan kehidupan dewasa ini hampir tiap sudut daerah mempunyai masyarakat yang majemuk, karenanya secara filosofis maka masing-masing individu atau masyarakat membatasi diri menjaga keseimbangan kerukunan hidup berdampingan dengan orang lain. Apa yang ada didalam fikiran kita belum tentu sama dengan ide orang lain, masing-masing individu dan masing-masing orang memiliki privasi. Untuk menjaga ketertiban secara nyata pada sisi kerukunan hidup maka terbentuk adat istiadat atau kebiasaan yang berlaku dengan pola kehidupan berbudi pekerti. Selain norma yang merupakan aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok di masyarakat, serta dipakai sebagai panduan, tatanan, dan kendalian tingkah laku, yang sesuai dan diterima tersebut, masih ada kebiasaan yang dilakukan oleh anggota masyarakat. Kebiasaan adalah tindakan yang lazim/umum dilakukan masyarakat. Contohnya kebiasaan makan dengan tangan kanan, kebiasaan bertegur sapa bila bertemu dengan orang yang telah dikenal. Meskipun bukan merupakan aturan, kebiasaan mempunyai pengaruh terhadap perilaku keseharian warga masyarakat. Pada umumnya orang berusaha berperilaku sesuai dengan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Seseorang melakukan hal itu agar ia diterima dalam masyarakat. Sebaliknya, seseorang yang kurang atau tidak mengindahkan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat cenderung kurang diterima masyarakat. Karena bukan aturan, maka sanksi terhadap pelanggar kebiasaan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
54
relatif longgar atau tidak begitu berarti, misalnya pelanggarnya menjadi bahan gunjingan warga masyarakat. Selain kebiasaan juga berlaku adat-istiadat (custom). Adat istiadat dipandang penting bagi kehidupan suatu masyarakat. Masyarakat Indonesia kaya akan adat istiadat atau adat kebiasaan yang hidup di lingkungan sukusuku bangsa di tanah air Indonesia. Contoh tindakan mencuri merupakan bentuk kejahatan serius terhadap adat istiadat yang sangat menekankan penghargaan terhadap hak milik pribadi. Bagi masyarakat tertentu mencuri merupakan perbuatan tabu yang menurut adat istiadat bersifat melarang.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id